Fenomena prokrastinasi sudah ada sejak lama dan terus berlanjut di era. modern saat ini. Di Perguruan Tinggi, 80-95% dari mahasiswa melakukan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Fenomena prokrastinasi sudah ada sejak lama dan terus berlanjut di era. modern saat ini. Di Perguruan Tinggi, 80-95% dari mahasiswa melakukan"

Transkripsi

1 1 Fenomena prokrastinasi sudah ada sejak lama dan terus berlanjut di era modern saat ini. Di Perguruan Tinggi, 80-95% dari mahasiswa melakukan prokrastinasi dan 50 % mahasiswa melakukan prokrastinasi kronis (Day, Mensink & O Sullivan 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Klassen, Krawchuk dan Ranjani (2007) menunjukkan bahwa 57 % mahasiswa melakukan prokrastinasi selama 3 jam atau lebih setiap harinya. Penelitian Negara (2013) juga menunjukkan bahwa prokrastinasi mahasiswa tergolong tinggi, yaitu sebesar 33,3% pada mahasiswa yang mengerjakan tugas akhir. Hal ini menunjukkan bahwa prokrastinasi yang dilakukan mahasiswa tergolong tinggi. Prokrastinasi merupakan permasalahan yang dihadapi mahasiswa dan memiliki prediksi yang tinggi terhadap prestasi akademik (Klassen, dkk, 2007). Prokrastinasi merupakan penundaan tugas yang dilakukan melebihi batas waktu yang telah ditentukan dan memiliki pengaruh yang buruk akibat penundaan tersebut. Prokrastinasi di lingkungan akademik memiliki konsekuensi negatif yaitu; hilangnya waktu, stres yang semakin tinggi, nilai rendah, kesehatan semakin menurun dan menurunkan harga diri (Hoover, 2005). Solomon dan Rothblum (1984) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan bidang akademik misalnya tugas kuliah atau kursus. Prokrastinasi merupakan kecendrungan untuk menangguhkan atau menunda mengerjakan tugas yang berhubungan dengan studi seseorang sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas pada waktunya. Seseorang yang menunda-nunda akan selalu atau hampir selalu mengalami kecemasan yang mengganggu pengerjaan tugasnya.

2 2 Orang yang melakukan prokrastinasi disebut dengan prokrastinator. Dalam ranah akademik, prokrastinator melakukan penundaan tugas-tugas akademik seperti mempersiapkan ujian, mengerjakan pekerjaan rumah dan menulis laporan tugas akhir (Solomon & Rothblum, 1984). Ferrari, Jhonson, & Mc. Cown (1995) membagi prokrastinasi ke dalam 4 aspek, antara lain; (1) penundaan tugas untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang dihadapi, (2) keterlambatan dalam menyelesaikan tugas, (3) kesenjangan antara rencana dan kinerja aktual (4) melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan. Solomon dan Rothblum (1984) mengemukakan area-area akademik yang prokrastinasi. Mahasiswa sering melakukan penundaan di enam area akademik, yaitu; (1) menulis; meliputi penundaan pelaksanaan kewajiban pada area menulis seperti membuat makalah, tugas akhir atau tugas mengarang lainnya, (2) belajar; meliputi belajar menghadapi ujian yang meliputi penundaan belajar ketika menghadapi ujian tengah semester dan ujian akhir semester, (3) tugas membaca; menunda membaca buku, jurnal atau refrensi yang berkaitan dengan tugas akademik, (4) tugas administratif; meliputi mendaftarkan diri dalam presensi, daftar praktikum dan mengembalikan buku ke perpustakaan, (5) menghadiri pertemuan akademik; penundaan atau keterlambatan menghadiri kuliah, praktikum, dsb, (6) kinerja akademik keseluruhan; meliputi menunda mengerjakan tugas-tugas akademik secara keseluruhan. Area akademik di atas nantinya paling banyak berpengaruh pada penyelesaian tugas akhir mahasiswa. Solomon dan Rothblum (1984) bahkan membuat alat ukur yang bernama

3 3 Procrastinaton Assessment Scale for Students yang mengukur frekuensi dari prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian yang dilakukan oleh Onwuegbuzie (2004) menunjukkan bahwa % mahasiswa mengalami prokrastinasi dalam hal menulis laporan, 41,5 % menunjukkan prokrastinasi untuk membaca literatur dan 18,8 % dalam penyelesaian tugas-tugas yang lain. Tingginya prokrastinasi mahasiswa dalam menulis tersebut membuat pengerjaan tugas akhir membutuhkan waktu yang lama dalam penyelesaiannya. Mahasiswa juga menjadi terlambat untuk lulus bahkan terancam drop out. Dalam hal ini, Solomon dan Rothblum (1984) menyebutkan beberapa ciri-ciri prokrastinator, yaitu; menunda sampai menit terakhir untuk melakukan aktivitas pengerjaan ataupun penyelesaian tugas serta memunculkan masalah bagi dirinya seperti munculnya perasaan tidak nyaman secara emosional, cemas dan merasa bersalah. Perasaan tersebut dirasakan secara subyektif oleh prokrastinator. Ferrari, dkk (1995) menyebutkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan prokrastinasi akademik. Faktor faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kondisi fisik dan psikologis individu. Kondisi fisik yang sering lelah cenderung menjadi faktor bagi individu untuk melakukan prokrastinasi. Adapun faktor psikologis yang dapat menyebabkan prokrastinasi antara lain; rendahnya motivasi, perfeksionisme, efikasi diri serta kecemasan. Disisi lain, faktor eksternal yang mempengaruhi prokrastinasi adalah tugas yang terlalu banyak dan menuntut

4 4 penyelesaian dalam waktu yang hampir bersamaan, pola asuh orang tua dan kurangnya dukungan dari significant others Ritongan (2012) juga melakukan penelitian secara kualitatif terkait faktorfaktor yang menyebabkan prokrastinasi. Ia membagi penyebab prokrastinasi kedalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain; mahasiswa merasa kurang yakin akan kemampuan yang dimiliki untuk mengatasi tantangan dalam pengerjaan skripsi, merasa takut untuk gagal serta merasa kurang mendapat dukungan sosial baik dari dosen maupun teman seangkatannya. Dalam hal ini, mahasiswa mengharapkan dukungan untuk mendapatkan jadwal bimbingan dan arahan dalam membantu meningkatkan pemahaman serta mendapat kesempatan ujian proposal sampai skripsi. Disisi lain, faktor eksternal yang mendaji penyebab prokrastinasi adalah rendahnya dukungan lingkungan sosial terhadap mahasiswa. Schraw, Wadkins dan Olafson (2007) juga menggolongkan prokrastinasi menjadi tiga bagian berdasar faktor penyebabnya, yaitu; (1) faktor tugas yang meliputi rendahnya latar belakang pengetahuan mahasiswa dan tingkat kesulitan tugasnya, (2) faktor dari dalam diri yaitu minat dan kemampuan mengatur diri serta (3) faktor pengajar yaitu kejelasan harapan terhadap materi dan penilaian tugasya. Tugas akhir di perguruan tinggi disebut dengan skripsi. Proses pengerjan skripsi biasanya dikerjakan selama dua semester dan diambil saat duduk di semester 7 atau 8. Akan tetapi, tidak semua mahasiswa mampu menyelesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Ritongan (2012) menuliskan hambatan-hambatan yang dirasakan mahasiswa dalam pengerjaan skripsi.

5 5 Hambatan - hambatan tersebut menyebabkan mahasiswa membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaan skripsinya. Ia menyebutkan jenis hambatan tersebut antara lain; kesulitan mencari topik penelitian, kesulitan menulis secara ilmiah, kesulitan mendapatkan buku refrensi yang dirujuk, sulit melakukan analisis terhadap data penelitian, sulit mendapatkan dukungan dosen pembimbing dan teman serta sulit menyesuaikan diri terkait proses penulisan skripsi yang berlaku di institusi. Pada kasus-kasus yang diperoleh saat PKPP menunjukkan beberapa mahasiswa masih belum menyelesaikan skripsinya dalam dua semester. Hal ini memperpanjang masa studi mereka. Penundaan pengerjaan skripsi yang mereka lakukan juga menunda kelulusan yang mana saat dilakukan pemeriksaan psikologis berada pada semester (Afiati, 2016; Anindita, 2015; Ariani, 2015; Khoirot, 2015; Utami, 2014; Sari, 2015; Sukvadewi, 2015). Dari data diperoleh bahwa penundaan pengerjaan skripsi disebabkan adanya ketidakyakinan akan kemampuan yang dimiliki, tidak yakin akan hasil atas usaha yang dilakukan, kurangnya pemahaman atas sistematika penulisan skripsi, kurang mamp mengatur diri dalam pengerjaan tugasnya serta melakukan aktivitas lain yang dirasa lebih menyenangkan daripada skripsi. Untuk bisa berhasil di perguruan tinggi dengan mencapai prestasi akademik yang tinggi, mahasiswa perlu mengembangkan cara belajar yang efektif. Saat belajar di perguruan tinggi, mahasiswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup dan nilai yang berbeda, dan menikmati lebih banyak kebebasan dari pengawasan orangtua (Santrock, 2003). Kebebasan dan

6 6 waktu yang lebih banyak dengan teman sebaya mempengaruhi keterlibatan mereka dalam kegiatan akademiknya (Closson & Bautiler, 2017). Oleh karena itu, mahasiswa perlu mengatur dirinya sendiri agar mampu mencapai tujuan yang ingin dicapai di Perguruan Tinggi (Pintrich, 2004). Akan tetapi, tidak semua mahasiswa mampu melakukan regulasi diri yang berakibat pada penundaan pengerjaan tugasnya. Efek dari penundaan tersebut berdampak pada penyelesaian tugas yang tidak tepat waktu, pemahaman materi yang kurang mendalam serta prestasi belajar yang kurang optimal (Corkin, 2011). Hal inilah yang terjadi pada mahasiswa yang menyelesaikan skripsinya melebihi dua semester. Berdasarkan Praktik Kerja Profesi Psikologi (PKPP) yang dilakukan oleh Afiati (2016) dan Sukvadewi (2015) didapatkan hasil bahwa mahasiswa melakukan penundaan pengerjaan skripsi mengalami kecemasan akibat penundaan tugasnya tersebut. Untuk mengurangi kecemasan tersebut, mahasiswa melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dengan bekerja, aktif di media sosial serta komunitas hobinya. Penundaan pengerjaan skripsinya tersebut berdampak pada lamanya waktu pengerjaan serta mengalami kesulitan untuk memulai kembali pengerjaan skripsinya karena muncul kecemasan. Untuk mengurangi kecemasan tersebut, mahasiswa melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan yaitu; aktif di media sosial dengan menggunakan facebook (Przepiorka, 2016; Meier, 2016) dan menggunakan internet seperti online game (Yeh, dkk, 2017) padahal disaat yang sama mereka harus segera menyelesaikan tugasnya (Lavoe & Pychil, 2001).

7 7 Prokrastinasi menjadi penting untuk diperhatikan oleh dunia pendidikan karena perilaku menunda-nunda cenderung memiliki dampak yang negatif bagi pelakunya baik mempengaruhi psikologis maupun pencapaian akademisnya. Dampak negatifnya yaitu, waktu yang terbuang, kesempatan yang hilang dan prestasi akademik yang rendah. Selain itu, prokrastinasi dapat mengakibatkan rasa bersalah, marah dan mendatangkan stress (Ferrari, dkk, 1995). Penelitian lain juga menunjukkan konsekuensi dari prokrastinasi akademik yaitu rendahnya prestasi, tingginya ketidakhadiran kuliah dan putus sekolah (Knaus, 2000). Wilson (2012) juga menyatakan bahwa prokrastinasi akademik membawa konsekuensi konkrit dan konsekuensi emosional. Konsekuensi konkrit meliputi tenggat waktu yang tidak terkejar, hilangnya kesempatan, mengurangi pendapatan, rendahnya produktivitas dan waktu yang menjadi sia-sia serta kehilangan kerjasama dengan orang lain. Kosekuensi moral, stres yang meningkat, rasa frustasi dan motivasi yang rendah. Prokrastinasi merupakan perilaku yang tidak logis serta tidak berorientasi pada tujuan serta merupakan akibat dari ketidakmampuan individu dalam meregulasi dirinya untuk belajar (Fernie, Bharucha, Nikcevic, Marino, & Spada, 2016). Hal ini sejalan dengan hasil laporan PKPP oleh Utami (2014) yang menyebutkan bahwa keterlambatan mahasiswa dalam menyelesaikan skirpsi dikarenakan tidak memiliki tujuan dalam studi akademisnya. Oleh karena itu, ia kurang antusias, malas dan tidak memiliki strategi dalam penyelesaian tugastugasnya. Mahasiswa pun tidak memiliki target yang ingin dicapainya sehingga penundaan tugas terus dilakukan. Dalam hal ini, mahasiswa tidak memiliki tujuan

8 8 yang konkrit dan abstrak, menentukan tujuan yang spesifik serta usaha-usaha yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kemampuan regulasi dalam belajar memberi pengaruh positif terhadap prestasi belajar mahasiswa dan berpotensi menurunkan prokrastinasi akademiknya (Grunschel, Schwinger, Steinmayr, & Fries 2016). Regulasi diri dalam belajar merupakan kemampuan untuk mengontrol perilaku dengan melakukan obeservasi, membuat keputusan berdasarkan standar serta memberikan respon. Zimmerman mendefinisikan regulasi diri dalam belajar sebagai proses konstruksi aktif yang mana pembelajar mengatur tujuan, memantau pembelajaran, mengendalikan pengetahuan, motivasi dan perilaku untuk mencapai tujuan belajar (Cetin, 2015). Individu yang memiliki regulasi diri dalam belajar memiliki strategi untuk mengetahui apa yang perlu dipelajari dan kapan harus menyelesaikan tugastugasnya. Individu tersebut mampu mengkombinasikan kemampuan belajar akademik dengan kontrol diri yang membuat proses belajar menjadi lebih mudah (Cetin, 2015). Tidak hanya itu, individu yang mampu meregulasi diri untuk belajar akan mempengaruhi kepribadian, emosi (Eckert, Ebert, Lehr, Sieland, & Berking, 2016) dan efektivitasnya untuk mencapai tujuan. Mahasiswa yang mampu meregulasi dirinya akan memiliki kecemasan yang rendah, kesadaran yang tinggi untuk berupaya mencapai tujuan serta lebih terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru (Dorenbacher & Parels, 2016). Menurut Zimmerman (dalam Cetin, 2015) menyebutkan bahwa regulasi diri dalam belajar memiliki 3 aspek besar yaitu metakognitif, motivasi dan perilaku. Penjabaran aspek-aspek tersebut antara lain: strategi meta kognitif yang meliputi

9 9 perencanaan, monitoring, evaluasi, mengulang, elaborasi dan organisasi, motivasi yang meliputi efikasi diri, nilai/minat instrinsik terhadap tugas, harapan terhadap hasil atau konsekuensi dan orientasi tujuan serta perilaku yang meliputi pengelolaan waktu dan lingkungan, pengelolaan usaha dan perilaku mencari bantuan. Oleh karena itu, individu yang memiliki regulasi diri dalam belajar akan memiliki kemampuan dalam merencanakan tugasnya, memotivasi dirinya yang berorientasi terhadap tujuan serta mampu melakukan pengelolaan waktu, usaha serta mencari bantuan untuk mencapai tujuannya. Menurut Cetin (2015), Fernie, dkk (2016) mahasiswa yang melakukan prokrastinasi disebabkan karena rendahnya kemampuan untuk melakukan regulasi diri dalam belajar. Akan tetapi, prokrastinasi tidak hanya disebabkan oleh regulasi belajar. Prokrastinasi juga disebabkan karena kognitif individu yang merasa kurang yakin akan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan (Corkin, 2011; Jakesova Jitka, 2014). Berdasarkan data PKPP Anindita (2015), Sari (2015) menyebutkan bahwa mahasiswa yang melakukan prokrastinasi karena adanya ketidakyakinan akan kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan perkuliahannya. Mahasiswa merasa gagal dan tidak yakin akan kemampuannya untuk mencapai target yang dibuat. Konsekuensi dari pemikiran tidak mampu tersebut mengakibatkan emosi kesal, marah dan tertekan dan berakibat pada perilaku prokrastinasi dalam mengerjakan skripsi. Pada kasus diatas, mahasiswa menunjukkan efikasi diri akademis yang rendah. Efikasi diri yang rendah dapat meningkatkan kecemasan mahasiswa dan membuat prestasi akademik semakin menurun (Roick & Ringeisen, 2017). Efikasi

10 10 diri akademik menurut Bandura (dalam Medrano, Kanter, Moretti, & Pereno 2016) merupakan keyakinan siswa untuk bisa meraih kualifkasi tugas yang tinggi, keyakinan siswa untuk menganalisa aksi dan pemikirannya untuk belajar serta kepercayaan diri dalam membawa kompetensi sosial dalam konteks akademik. Dalam hal ini, individu yang memiliki efikasi akademik yang tinggi akan menunjukkan keyakinan dan perilaku yang positif yaitu berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang didapatkannya. Individu pun akan memiliki kontrol pada dirinya untuk bisa berhasil pada setiap tugas yang diberikan. Individu dengan efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih dan bertahan terhadap tugas yang sulit daripada orang-orang yang memiliki efikasi diri yang rendah. Mereka lebih memiliki kontrol terhadap lingkungan dan lebih berani untuk mendapatkan pengalaman bahkan pengalaman yang membuatnya gagal. Efikasi diri akademik merupakan keyakinan yang ada dalam diri seseorang terhadap kemampuan dirinya untuk mencapai tujuan tertentu dengan berhasil melakukan kendali atas keadaan-keaadaan sekitarnya demi mencapai hasil tersebut. Pajers dan Schunk (Schunk, 2012) menyatakan bahwa efikasi diri merupakan penilaian individu tentang kemampuan untuk mengorganisir dan melakanakan tugas-tugas yang diperlukan untuk mencapai hasil yang ditentukan. Aspek-aspek efikasi diri akademik menurut Bandura (1997) antara lain, level (tingkat kesulitan), generality (luas bidang perilaku) dan strenght (tingkat keyakinan). Level merupakan keyakinan yang dimiliki individu untuk menyelesaikan setiap permasalahan ataupun tugas yang memiliki derajat yang berbeda-beda diukur dari kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Genality

11 11 merupakan evaluasi dari diri sendiri terkait keyakinan individu tentang satu atau lebih tugas yang mampu dikerjakannya. Strenght meruapakan tingkat keyakinan atau kemantapan dan kesungguhan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat. Oleh karena itu, individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan mampu membuat penilaian kemampuan yang dimiliki, menilai aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan serta kepercayaan yang kuat atas kemampuannya. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuan yang dimiliki menunjukkan perilaku yang lebih tekun dan tidak mudah putus asa atas tugas-tugas yang diberikan bahkan tugas yang sulit. Individu tersebut akan lebih tertantang dan memegang kendali penuh atas perilakunya dalam menghadapi tugas-tugas yang ada (Bandura, 1997). Pada penelitian yang dilakukan oleh Klassen, dkk (2007) menemukan bahwa ada korelasi antara efikasi diri akademik dengan prokrastinasi pada Mahasiswa. Jadi, semakin tinggi efikasi diri akademik yang dimiliki oleh individu, maka perilaku penundaan yang dilakukan semakin berkurang. Seo (2008) juga menemukan bahwa efikasi diri akademik yang rendah memiliki pengaruh negatif terhadap prokrastinasi mahasiswa. Disamping itu, penelitian yang dilakukan oleh Lowinger, dkk (2016) juga menunjukkan bahwa efikasi diri akademik memiliki pengaruh sebesar 27% terhadap prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Regulasi diri dalam belajar dan efikasi diri akademik memiliki pengaruh yang kuat dan mempredikasi perilaku prokrastinasi pada mahasiswa (Klassen, dkk, 2007). Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Kandhemir

12 12 (2014) yang menyatakan bahwa prokrastinasi dapat dipredikasi dengan efikasi diri akademik dan regulasi diri pada mahasiswa. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki regulasi belajar yang rendah tidak memiliki tujuan akademis yang jelas dan kurang yakin akan kemampuan yang dimiliki sehingga mempengaruhi performasi akademisnya dengan melakukan prokrastinasi. Oleh karena itu, individu yang memiliki efikasi diri akademik dan regulasi diri dalam belajar yang rendah memiliki tingkat prokrastinasi yang tinggi (Waschle, Lachner, Fink, & Nuckles, 2014). Dengan demikian, secara teoritis dapat disimpulkan bahwa regulasi diri dalam belajar memiliki hubungan dan dapat memprediksi prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Pada penelitian Negara (2013), peneliti melihat perilaku prokrastinasi didasarkan pada jenis kelamin dan usia yang mana hasilnya tidak signifikan sehingga tidak terdapat pengaruh. Peneliti juga melihat bagaimana pengaruh internal seperti mood, persepsi terhadap tugas yang diberikan serta reward dan punishment yang mempengaruhi secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang sedang menulis tugas akhir dan telah melewati batas waktu yang telah ditentukan oleh Perguruan Tinggi. Pada penelitian tersebut, partisipan cakupanya pun masih terbatas pada satu fakultas saja dan akan dikembangkan pada penelitian ini dengan cakupan subjek yang lebih luas dengan pengukuran variabel bebas yang berbeda. Peneliti lain juga melihat peran konsep diri akademik dan dukungan sosial teman sebaya yang secara signifikan bisa memprediksi prokrastinasi (Rahmawati, 2011). Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa konsep diri yang tinggi serta

13 13 dukungan sosial teman sebaya yang juga tinggi berpengaruh pada rendahnya prokrastinasi mahasiswa. Sebaliknya, prokrastinasi mahasiswa yang tinggi disebabkan karena konsep diri yang rendah serta kurangnya dukungan sosial teman sebaya. Ritongan (2012) bahkan melakukan penelitian kualtitatif untuk mengetahui penyebab dari prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa akhir. Disamping itu, Maulia (2011) melakukan intervensi terhadap prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa di Universitas Keguruan. Peneliti melakuan intervensi berupa pelatihan belajar berdasarkan regulasi diri untuk menurunkan prokrastinasi akademik. Kedua peneliti tersebut melakukan penelitian dengan partisipan mahasiswa akhir yang berada pada semester sembilan dan lebih. Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara regulasi diri dalam belajar dan efikasi diri akademik dengan prokrastinasi mahasiswa akhir. Tujuan penelitian ini untuk menguji secara empirik hubungan regulasi diri dalam belajar dan efikasi diri akademik dengan prokrastinasi. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan ilmiah terhadap ilmu pengetahuan bidang psikologi pendidikan, khususnya mengembangkan teori regulasi diri dan efikasi diri akademik terhadap prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam membantu mengatasi permasalahan-permasalahan terkait prokrastinasi mahasiswa yang dilihat dari regulasi diri dalam belajar serta efikasi diri akademiknya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan keaslian penelitian 1.1 Latar Belakang Memasuki era perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut manusia untuk bisa bertindak dan menghasilkan karya. Mahasiswa sebagai anggota dari suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Ada yang menginginkan pekerjaan agar cepat selesai, ada pula yang menunda dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan, manusia memiliki berbagai macam aktivitas dan tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun terkadang sebaliknya yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah: Peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa akhir program S1 harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi sekarang ini, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting (Husetiya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang menempuh proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Pada umumnya mahasiswa berusia antara 18-24 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Procrastination 1. Pengertian Procrastination Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan awalan pro yang berarti mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah pengelolaan waktu atau disiplin waktu. Mengelola waktu berarti mengarah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan adalah kesuksesan atau kegagalan di bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prokrastinasi akademik merupakan masalah serius yang membawa konsekuensi bagi pelakunya (Gunawinata dkk., 2008: 257). Konsekuensi dari perilaku prokrastinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang sering didengungkan oleh para pendidik. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di Universitas X Bandung didirikan berdasarkan pertimbangan praktis, yakni melengkapi syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara. Maju tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseharian, ada berbagai peran yang dijalani oleh individu, salah satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali pekerjaan, tantangan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS),

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi adalah muatan lokal pada kurikulum pendidikan dokter di Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS), berupa karangan asli, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pengetahuan akademik bagi mahasiswanya. Mahasiswa tidak hanya dituntut secara akademik, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkungan akademis dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen (dalam Dahlan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan subjek yang menuntut ilmu diperguruan tinggi memiliki tanggung jawab pada saat kuliah berlangsung dan menyelesaikan kuliahnya. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai subyek menuntut ilmu di perguruan tinggi tidakakan terlepas dari keaktivan belajar dan mengerjakan tugas. Salah satu kriteria yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tingggi (KBBI, 1991). Tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jejaring Sosial Facebook 2.1.1 Pengertian Jejaring Sosial Facebook Pengertian jejaring sosial menurut Wikipedia (2012) adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode saat ini merupakan zaman modern, Negara Indonesia dituntut untuk mampu menjadi sebuah negara yang hebat dan mampu bersaing di era globalisasi dan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena prokrastinasi terjadi hampir di setiap bidang dalam kehidupan. Prokrastinasi banyak terjadi di lingkungan akademik atau lingkungan sekolah, terutama

Lebih terperinci

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu cara yang digunakan agar sesorang mendapatkan berbagai macam ilmu. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan secara formal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat membantu dalam meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini pemerintah berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Secara bahasa, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendukung maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belajar merupakan suatu proses yang ada dalam diri manusia dan dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun informal. Belajar secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak terlepas dari dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahap perkembangan, siswa SMP dapat dikategorikan sebagai remaja awal. Pada usia remaja, pendidikan menjadi suatu kewajiban yang mutlak harus dijalani. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa, juga memiliki intelektual akademik yang baik demi menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa, juga memiliki intelektual akademik yang baik demi menghadapi era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Steel (2007) mengemukakan prokrastinasi sebagai suatu perilaku menunda dengan sengaja melakukan kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang yang belajar di perguruan tinggi. Arnett (dalam Santrock, 2011) menyatakan bahwa mahasiswa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam suatu pendidikan formal, seperti SMA/SMK terdapat dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan yaitu belajar dan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut melibatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden Responden terdiri dari 200 orang dan merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran rentang usia responden

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai dari tugas rumah tangga, tugas dari kantor ataupun tugas akademis. Banyaknya tugas yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa terdiri dari dua kata yaitu maha yang berarti besar dan siswa yang berarti orang yang sedang melakukan pembelajaran, jadi mahasiswa merupakan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki perguruan tinggi setelah lulus dari sekolah menengah, merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging adulthood ( remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Masalah menyontek selalu terjadi dalam dunia pendidikan dan selalu terkait dengan tes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting. Mahasiswa sebagai subjek yang

PENDAHULUAN. sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting. Mahasiswa sebagai subjek yang 3 PENDAHULUAN Mahasiswa di kampus dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. Orang rela membayar mahal untuk dapat mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal, non-formal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ProkrastinasiAkademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare, dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang berarti besok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan tertentu (pengajaran, bimbingan/latihan)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Sarah Devina Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Kecerdasan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG Nindya Prameswari Dewi dan Y. Sudiantara Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa yang dikuasai oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi kehidupan, dimana masa untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kancah psikologi, fenomena prokrastinasi merupakan istilah lain dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kancah psikologi, fenomena prokrastinasi merupakan istilah lain dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena prokrastinasi terjadi hampir di setiap bidang dalam kehidupan Dalam kancah psikologi, fenomena prokrastinasi merupakan istilah lain dari menunda-nunda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DANGAN PROKRASTINASI MENYELESAIKAN TUGAS PADA ASISTEN MATA KULIAH PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DANGAN PROKRASTINASI MENYELESAIKAN TUGAS PADA ASISTEN MATA KULIAH PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DANGAN PROKRASTINASI MENYELESAIKAN TUGAS PADA ASISTEN MATA KULIAH PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: Evita Tri Purnamasari F 100 100 145 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara psikologi peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) tengah memasuki masa pubertas, yakni suatu masa ketika individu mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang sumber daya manusia yang berkualitas pada dasarnya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tentang sumber daya manusia yang berkualitas pada dasarnya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia tentu menjadi syarat mutlak yang harus dilakukan agar bangsa Indonesia tidak tenggelam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI Dalam bab ini, penulis akan membahas variabel tunggal penelitian yaitu prokrastinasi akademik, kemudian bahasan mengenai definisi prokrastinasi akademik, definisi kegiatan ekstrakurikuler,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : DANU UTOMO F 100 060 039 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan mahasiswa sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO Al Khaleda Noor Praseipida 15010113140128 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro alkhaseipida@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan lulusan sekolah menengah atas sedang menempuh

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan lulusan sekolah menengah atas sedang menempuh BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan lulusan sekolah menengah atas sedang menempuh kuliah pada Perguruan Tinggi. Menurut Monks dkk (2002), mahasiswa digolongkan sebagai remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan selanjutnya yang ditempuh oleh individu setelah lulus SMA. Individu yang melanjutkan pada jenjang perguruan tinggi akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa 2.1.1. Pengertian Prokrastinasi Para ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai prokrastinasi. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan merupakan aset bagi perusahaan, setiap perusahaan membutuhkan karyawan untuk dapat melangsungkan kegiatan dan mengembangkan kualitas produknya. Karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana (Budiman, 2006). Syarat

Lebih terperinci