KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2012"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2012

2 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia: Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia: Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Medan: Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Bank Indonesia Medan: Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya. Kalender Publikasi Periode Publikasi KER Triwulan I KER Triwulan II KER Triwulan III KER Triwulan IV Publikasi Pertengahan Mei Pertengahan Agustus Pertengahan November Pertengahan Februari Penerbit: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX Jl. Balai Kota No.4 MEDAN, Indonesia Telp : ext. 8224, 8273 Fax : , Homepage : KBIMedan@bi.go.id

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan II-2012 ini akhirnya dapat kami sajikan kepada para pembaca sekalian. Buku KER ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan II-2012 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, perbankan, keuangan daerah, dan sistem pembayaran, serta prospek ekonomi Sumut ke depan dalam rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para stakeholders Bank Indonesia. Secara umum kondisi perekonomian Sumut pada triwulan II-2012 masih menunjukkan optimisme dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya di tengah penurunan permintaan global atas dua komoditas ekspor utama Sumatera Utara yaitu karet alam dan CPO sebagai dampak krisis ekonomi global. Ekonomi Sumut di triwulan ini tumbuh 6,29% (yoy), relatif stabil jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,32% (yoy). Tingginya angka pertumbuhan ini juga disokong oleh pembiayaan dari perbankan yang tumbuh cukup tinggi di triwulan ini yaitu sebesar 21,90% (yoy). Sementara itu, kenaikan inflasi di Sumut hingga mencapai 5,52% (yoy) pada triwulan II-2012 patut mendapatkan perhatian agar bisa kendalikan pada level yang lebih rendah. Namun demikian kami yakin dengan koordinasi yang baik antara Bank Indonesia dengan instansi lainnya di daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah kita mampu menjaga laju inflasi pada level yang diharapkan. Dengan memperhatikan kondisi-kondisi tersebut kami yakin perekonomian Sumut masih masih bisa tumbuh 6,50% ± 1% pada triwulan III Sementara inflasi diperkirakan masih terjaga di level 4,8% ± 1%. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Medan, Agustus 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX Nasser Atorf Direktur Eksekutif i

4 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih RINGKASAN EKSEKUTIF... viii BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Kondisi Umum Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor dan Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Keuangan Sektor Bangunan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi BOKS 1 Penguatan Daya Saing Karet Alam Sumatera Utara dengan Replanting BOKS 2 Penguatan Optimisme Konsumen Suamtera Utara BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kondisi Umum Inflasi Triwulanan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Menurut Kota Inflasi Tahunan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Menurut Kota Faktor-Faktor Penyebab Inflasi BOKS 3 Stok Komoditas Daging Memadai BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kondisi Umum Intermediasi Perbankan Penghimpunan Dana Masyarakat Penyaluran Kredit Penyaluran Kredit UMKM Stabilitas Perbankan Resiko Kredit Resiko Likuiditas Daftar Isi ii

5 3.4. Perbankan Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sistem Pembayaran Non Tunai Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Kegiatan Transaksi Kliring Sistem Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal(Inflow dan Outflow) Temuan Uang Palsu Penyediaan Uang Layak Edar BOKS 4 Edukasi Keuangan Dini: Olimpiade Perbankan BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Perkembangan Kesejahteraan Daerah BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Perkiraan Ekonomi Perkiraan Inflasi Daerah LAMPIRAN Daftar Isi iii

6 Daftar Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut Perkembangan Nilai Ekspor per Kelompok Komoditi Provinsi Sumut Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Utama Sumut Perkembangan Volume Ekspor Komoditi Utama Sumut Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumut dari Sisi Penawaran Perkembangan Produksi Padi dan Jagung Indikator Kinerja Perbankan Propinsi Sumut Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Tw.IV Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Tw.IV Inflasi Triwulanan di Sumut menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kelompok barang dan jasa (%) Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%, yoy) Indikator Utama Perbankan Sumut Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut Indikator Utama BPR Sumut Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara Pemberangkatan TKI menurut Daerah Asal dan Status Pekerja (Mei 2012) Pemberangkatan TKI menurut Daerah Asal dan Jenis Kelamin (Mei 2012) Daftar Isi iv

7 Daftar Grafik 1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut Struktur Perekonomian Sumut Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Sumut Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Perdagangan Eceran SPE Perkembangan Survei Konsumen Propinsi Sumut Perkembangan Indeks NTPR Propinsi Sumut Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Propinsi Sumut Perkembangan Rekening Pemerintah Daerah Sumut di Perbankan Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Sumatera Utara Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Sumut Perkembangan Kredit Investasi Sumut Perkembangan Penjualan Semen Sumut Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Sumut Impor Capital Goods Sumut Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Sumut Perkembangan Nilai Ekspor Sumut Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Utama Sumut Perkembangan Volume Ekspor Komoditi Utama Sumut Perkembangan Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Sumut Negara Tujuan Ekspor Sumut Perkembangan Nilai Impor Sumut Pertumbuhan Volume Impor Sumut per Kategori Barang (%) Presentase Nilai Impor Sumut per Kategori Barang Negara Asal Impor Sumut Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Sumut Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumut Perkembangan Nilai Tukar Perkebunan Rakyat (NTPR) Sumut Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Sumut Pertumbuhan PDRB Sektor PHR Sumut Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumut Perkembangan Kredit Sektor PHR Propinsi Sumut Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Sumut Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Sumut Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Sumut Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Sumut Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut Perkembangan Harga Cabe Merah di Kota Medan Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, rokok & Tembakau di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan Daftar Isi v

8 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut Inflasi Kelompok Bahan Makanan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok & Tembakau di Sumut Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut Inflasi Kelompok Sandang Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Inflasi Kelompok Kesehatan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/Jasa Disagregasi Inflasi Sumut Perkembangan DPK Sumut Struktur DPK Sumut Perkembangan Suku Bunga DPK Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumut Perkembangan Suku Bunga, BI rate, dan Penyaluran Kredit Sumut Perkembangan Kredit UMKM Sumut Pangsa Kredit UMKM Sumut Perkembangan Penyaluran KUR Sumut Perkembangan Debitur KUR Sumut Perkembangan NPL Perbankan Sumut Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Sumut (%) Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Sumut (%) Perkembangan NPL BPR Sumut Perkembangan Cek/ BG Kosong Perbankan Sumut Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Sumatera Utara Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara Perkembangan APBD Provinsi Sumatera Utara Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja SBT Indikator Jumlah Tenaga Kerja Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan Indeks Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Konsumen Daftar Isi vi

9 Daftar Lampiran A. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha B. Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 (qtq, %) Daftar Isi vii

10

11

12 Ringkasan Eksekutif

13 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF GAMBARAN UMUM Pada triwulan II-2012 perekonomian Provinsi Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,29% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar 6,30% (yoy) walaupun masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,40% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Sumut pada triwulan laporan ditunjang oleh konsumsi dan kegiatan investasi yang tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor-sektor ekonomi andalan Sumatera Utara yaitu sektor PHR dan industri pengolahan tetap menunjukkan pertumbuhan walaupun cenderung melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor pertanian mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan datangnya musim panen pada triwulan laporan. Provinsi Sumatera Utara mengalami tekanan inflasi yang lebih besar dibandingkan triwulan lalu. Pada triwulan ini, inflasi Sumut mencapai 5,52% (yoy) atau 1,51% (qtq). Peningkatan laju inflasi tersebut salah satunya dipicu oleh musim libur sekolah dan tahun ajaran baru. Ditinjau dari disagregasi inflasi, inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan II-2012 lebih banyak didominasi oleh inflasi volatile foods (7,87%), diikuti dengan inflasi inti (5,04%), dan inflasi administered prices (4,00%). Dari sisi jenis komoditas, tekanan inflasi lebih bersumber pada komoditas volatile foods khususnya cabe merah. Fungsi intermediasi perbankan Provinsi Sumatera Utara sampai dengan triwulan II-2012 tetap menunjukkan peningkatan dengan stabilitas sistem keuangan (risiko kredit dan risiko likuiditas) yang masih terjaga. Bahkan secara tahunan, indikator pertumbuhan aset perbankan baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh secara signifikan. Kualitas kredit masih terjaga dengan baik yang terlihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang masih di bawah 5%. Kegiatan intermediasi perbankan pada periode laporan juga menunjukkan peningkatan yang ditunjukkan oleh peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 85,17% pada triwulan I menjadi 91,23%. Di sisi lain jumlah transaksi sistem pembayaran tunai maupun non tunai juga menunjukkan peningkatan sejalan dengan peningkatan transaksi perekonomian. Ringkasan Eksekutif viii

14 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Sumut pada triwulan II-2012 tumbuh 6,29% (yoy) PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Pada triwulan II-2012 perekonomian Provinsi Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,29% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar 6,30% (yoy). Namun demikian tren pertumbuhan ekonomi mulai menunjukkan perlambatan yang diindikasikan dengan rendahnya angka pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Dari sisi permintaan, perekonomian Sumut tumbuh relatif stabil pada triwulan II Kegiatan investasi tercatat memberikan pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan aktivitas perekonomian lainnya dari sisi permintaan. Sementara itu, kegiatan perdagangan internasional menunjukkan perlambatan seiring dengan tren penurunan harga komoditi di pasar internasional serta menurunnya permintaan ekspor komoditi utama Sumut yaitu CPO dan Karet. Konsumsi pada triwulan II-2012 tumbuh 5,63% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,36% (yoy). Komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu konsumsi pemerintah pada triwulan laporan tumbuh sebesar 5,26% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,63% (yoy). Peningkatan ini seiring dengan mulainya realisasi anggaran pemerintah pada triwulan laporan. Pada triwulan II-2012 kegiatan investasi tumbuh sebesar 11,67% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 8,31% (yoy). Berdasarkan informasi dari liason contact, pada triwulan laporan diketahui adanya beberapa perusahaan terutama perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan yang menyatakan akan melakukan realisasi investasinya berupa pembangunan pabrik baru, pembelian mesin, serta intensifikasi lahan. Kegiatan transaksi perdagangan internasional berdasarkan data PDRB pada triwulan II-2012 melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kinerja ekspor dan impor tercatat masing-masing tumbuh sebesar 4,02 % dan 5,01% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 6,46% dan 5,88% (yoy). Sementara itu, net ekspor pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar -2,53% (yoy). Kendati terjadi perlambatan pada transaksi perdagangan internasional Provinsi Sumatera Utara, neraca perdagangan masih mencatatkan net ekspor sebesar 365 Juta USD. Dari sisi penawaran, struktur perekonomian pada triwulan laporan masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor PHR. Kinerja sektor industri pengolahan dan sektor PHR tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor Pertanian menunjukkan tren yang meningkat pada triwulan laporan. Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan mengalami Ringkasan Eksekutif ix

15 RINGKASAN EKSEKUTIF pertumbuhan yang positif dengan tumbuh sebesar 3,60% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,58% (yoy). Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX juga menunjukkan arah yang sama. Di sisi lain, kredit perbankan untuk kegiatan sektor pertanian pada triwulan laporan masih menunjukkan tren yang meningkat seiring dengan dimulainya musim tanam pada periode ini. Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II-2012 tercatat tumbuh sebesar 2,37% (yoy) melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 2,68% (yoy). Beberapa indikator sektor industri pengolahan seperti hasil SKDU dan indeks pertumbuhan produksi manufaktur memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan sektor industri pengolahan. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX menunjukkan arah yang sama, dimana pada triwulan laporan realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan menunjukkan tren yang menurun dengan nilai SBT sebesar 4,37 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,27. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan II-2012 tumbuh sebesar 8,29% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,80% (yoy). Kendati mengalami perlambatan, kinerja sektor PHR masih tumbuh cukup signifikan dan tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhannya selama 3 tahun terakhir sebesar 7,79%. Memasuki triwulan II-2012, kinerja sektor PHR dipicu oleh faktor musiman seiring dengan banyaknya liburan nasional serta mulai masuknya liburan tahun ajaran baru. Inflasi Sumut pada triwulan II-2011 sebesar 5,52% (yoy) atau 1,51% (qtq) PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi triwulanan periode ini tercatat sebesar 1,51% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu sebesar 0,63% (qtq). Peningkatan laju inflasi tersebut salah satunya dipicu oleh musim libur sekolah dan tahun ajaran baru. Secara tahunan, inflasi Sumatera Utara juga meningkat menjadi 5,52% (yoy) dari sebelumnya sebesar 3,86% (yoy). Ditinjau dari disagregasi inflasi, inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan II-2012 lebih banyak didominasi oleh inflasi volatile foods (7,87%), diikuti dengan inflasi inti (5,04%), dan inflasi administered prices (4,00%). Kelompok bahan makanan memiliki tingkat inflasi triwulanan yang tertinggi dibandingkan kelompok lainnya, yakni 2,82% (qtq). Komoditas bahan makanan yang memberikan andil cukup besar atas inflasi triwulan II-2012 adalah cabe merah, dencis, bawang putih, bawang merah, ikan kembung, beras, dan daging ayam ras. Hampir seluruh kelompok barang dan jasa mengalami inflasi pada triwulan II-2012 kecuali kelompok sandang yang justru mengalami deflasi sebesar -0,43% (qtq). Sebaliknya kelompok bahan makanan yang pada triwulan I-2012 mengalami deflasi sebesar - Ringkasan Eksekutif x

16 RINGKASAN EKSEKUTIF 0,27% (qtq), pada triwulan ini justru mengalami inflasi sebesar 2,82% (qtq). Dari 4 kota di Sumatera Utara yang dihitung inflasinya, seluruh kota mengalami peningkatan laju inflasi. Inflasi triwulanan tertinggi terjadi di kota Sibolga, sebesar 2,33% (qtq), diikuti dengan inflasi kota Pematangsiantar sebesar 1,93% (qtq). Sementara itu, inflasi kota Medan dan Padangsidempuan masing-masing sebesar 1,44% (qtq) dan 1,18% (qtq). Berbeda dengan inflasi triwulanan yang mengalami deflasi, kelompok sandang justru mengalami inflasi tahunan tertinggi dibandingkan kelompok lain. Inflasi tahunan kelompok sandang sebesar 10,74% (yoy). Sedangkan peningkatan inflasi tahunan (yoy) terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan yang meningkat dari 1,60% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 7,44% (yoy) pada triwulan II Kelompok lainnya juga mengalami peningkatan inflasi walaupun dalam level yang lebih kecil dibandingkan kelompok bahan makanan. Di sisi lain, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar justru mengalami penurunan inflasi dari 3,34% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 3,29% (yoy). Fungsi Intermediasi perbankan dan transaksi sistem pembayaran Sumut triwulan II menunjukkan peningkatan. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Secara tahunan, indikator pertumbuhan aset perbankan baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh secara signifikan. Kualitas kredit masih terjaga dengan baik yang terlihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang masih di bawah 5% walaupun naik tipis dari 2,37% pada triwulan I-2012 menjadi 2,47%. Angka ini juga masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata rasio NPL selama 2 tahun terakhir yang tercatat sebesar 2,80%. Kegiatan intermediasi perbankan pada periode laporan juga menunjukkan peningkatan yang ditunjukkan oleh peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 85,17% pada triwulan I-2012 menjadi 91,23%. Total aset perbankan Sumut pada triwulan II-2012 mencapai Rp168,63 triliun, tumbuh sebesar 3,03% (qtq) atau 16,45% (yoy). Total aset perbankan tersebut masih didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp161,46 triliun (95,75%), sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp7,17 triliun (4,25%). Pertumbuhan ini memberikan keyakinan akan kinerja positif perbankan Sumut walaupun masih dalam tren penurunan angka pertumbuhan sejak triwulan II Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan II-2012 tumbuh sebesar 0,56% (qtq) atau 11,71% (yoy) dengan total nilai sebesar Rp129,57 triliun, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya sebesar 1,14% (qtq). Relatif melambatnya pertumbuhan penghimpunan DPK perbankan pada periode ini diperkirakan merupakan dampak dari peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat serta tren penurunan suku bunga simpanan perbankan. Namun demikian, secara tahunan seluruh instrumen dana pihak ketiga mengalami kenaikan. Sementara itu, penyaluran kredit perbankan di provinsi Ringkasan Eksekutif xi

17 RINGKASAN EKSEKUTIF Sumatera Utara justru mengalami kenaikan angka pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 2,99% (qtq) menjadi 7,72% (qtq). Demikian pula secara tahunan, kredit perbankan pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 21,90% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama 2 tahun terakhir yang tercatat sebesar 19,78%. Hal ini menunjukkan optimisme yang tinggi dari industri perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumut ke depan di tengah kontraksi perekonomian Sumut di triwulan ini. Sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian pada awal tahun 2012, perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Sumut pada triwulan II-2012 menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini ditandai oleh peningkatan volume transaksi baik tunai maupun non tunai secara tahunan. Realisasi APBD Sumut pada triwulan II- 2012mencapai 21,65% Terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka dan peningkatan daya beli petani. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi anggaran belanja APBD Provinsi Sumatera Utara sampai dengan 11 Juni 2012 tercatat telah mencapai 21,65% dari total Rp7,86 triliun. Tingkat realisasi tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi APBD pada periode yang sama yang mencapai 22,7% dari Rp4,5 triliun. Namun demikian secara nominal, realisasi belanja APBD pada triwulan ini mencapai Rp 1,7 triliun, masih lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada triwulan II-2011 sebesar Rp 1,5 triliun. Masih rendahnya realisasi anggaran pada periode laporan antara lain disebabkan belum bisa direalisasikannya anggaran dana hibah dan bantuan sosial. Anggaran tersebut harus direvisi kembali karena dianggap tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011 yang mewajibkan adanya verifikasi terlebih dahulu sebelum anggaran disetujui. Hingga saat ini, pemerintah provinsi Sumatera Utara sama sekali belum mencairkan anggaran ini. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Utara menunjukkan perkembangan yang semakin membaik. Beberapa indikator ketenagakerjaan dari survei yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan peningkatan. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dari Survei Konsumen pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 83,18, meningkat dibandingkan dengan indeks triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 63,81. Kondisi ketenagakerjaan yang membaik juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Peningkatan indikator ini juga diikuti dengan kualitas tenaga kerja yang cukup baik yang antara lain terlihat dari besarnya porsi pengiriman TKI ke luar negeri yang bekerja di sektor formal dari Sumatera Utara yaitu sekitar 90% atau sebanyak 729 orang pada triwulan II 2012, sisanya sebanyak 10% atau sebanyak 82 orang bekerja di sektor informal. Mengikuti membaiknya indikator ketenagakerjaan, beberapa indikator kesejahteraan juga menunjukkan hal serupa. Berdasarkan Ringkasan Eksekutif xii

18 RINGKASAN EKSEKUTIF hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, indeks penghasilan saat ini dan ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu. Pada triwulan II-2012 Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat sebesar 101,97, meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar 101,79. Peningkatan NTP tersebut dapat mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan dari sisi petani. Pertumbuhan ekonomi sumut triwulan III-2012 diproyeksikan sebesar 6,5% ± 1% (yoy) Inflasi triwulan III-2012 diperkirakan 4,80%±1% (yoy) PROSPEK PEREKONOMIAN Perkiraan Ekonomi Perekonomian Sumatera Utara tumbuh stabil sepanjang semester I, dan pada triwulan III-2012 diperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara terakselerasi menjadi 6,50%±1% (yoy). Laju pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang masih ditopang kuat oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah yang kian meningkat di semester II Dari sisi neraca perdagangan, Sumatera Utara belum dapat berharap banyak dari pertumbuhan nilai ekspor di tengah pelemahan ekonomi negara maju yang belum membaik dan penurunan pertumbuhan ekonomi negara Cina yang juga merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor Sumatera Utara. Terlebih lagi, harga komoditas CPO dan karet yang terkoreksi, menyebabkan ekspor Sumatera Utara mengalami tekanan baik dari sisi volume maupun nilai atau harga satuannya. Berdasarkan sisi penawaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan mendatang lebih banyak ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri meningkatkan aktivitas perdagangan secara signifikan. Perkiraan Inflasi Daerah Laju inflasi tahunan pada triwulan III-2012 diperkirakan berada pada kisaran 4,80%±1%. Hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX menunjukkan terdapat kecenderungan penurunan harga pada 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang. Meskipun demikian perlu dicermati pergerakan harga komoditas utama pasca Hari Raya Idul Fitri. Apabila setelah Idul Fitri kecenderungan harga tidak kembali ke level keseimbangannya (downward price rigidity), maka hal tersebut akan meningkatkan potensi tekanan inflasi. Guna mengantisipasi kenaikan inflasi ke depan, TPID Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan merekomendasikan upaya pengendalian inflasi yang terbagi menjadi dua yaitu pengendalian jangka pendek selama satu dua bulan ke depan dan jangka menengah panjang. Ringkasan Eksekutif xiii

19 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional

20 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Kinerja Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan II-2012 relatif stabil serta masih berada dalam tren positif walaupun lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Indikator perekonomian sisi permintaan menunjukkan perekonomian masih ditopang oleh tingkat konsumsi dan investasi, sedangkan dari sisi penawaran, kinerja perekonomian Sumut tetap ditopang oleh sektor-sektor ekonomi utama 1.1 KONDISI UMUM Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut Grafik 1.2 Struktur Perekonomian Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Pada triwulan II-2012 perekonomian Provinsi Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,29% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan I-2012 yang tumbuh sebesar 6,30% (yoy), walaupun masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,40% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 3 tahun terakhir. Namun demikian tren pertumbuhan ekonomi mulai menunjukkan perlambatan semenjak triwulan III-2011 seiring dengan perlambatan perekonomian global yang mempengaruhi kinerja ekspor komoditi utama Provinsi Sumatera Utara. Indikasi perlambatan pertumbuhan ekonomi juga ditunjukkan dengan rendahnya angka pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Sumut pada triwulan laporan ditunjang oleh konsumsi dan kegiatan investasi yang tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan tetap tumbuh positif sebagai motor perekonomian. Sementara itu, dari sisi 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

21 penawaran, sektor-sektor ekonomi andalan Sumatera Utara yaitu sektor PHR dan industri pengolahan tetap menunjukkan pertumbuhan walaupun cenderung melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor pertanian mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan datangnya musim panen pada triwulan laporan. Sumbangan ketiga sektor ekonomi andalan tersebut tercatat sebesar 62,04% terhadap total perekonomian secara keseluruhan atau menurun dibandingkan dengan share ketiga sektor tersebut pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 62,91%. Komposisi ketiga sektor ekonomi tersebut diantaranya adalah sektor pertanian (22,66%), industri pengolahan (20,47%), dan PHR (18,90%). Besaran Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara atas dasar harga konstan pada triwulan laporan sebesar Rp 32,9 triliun atau menurun sebesar Rp 57 miliar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. 1.2 SISI PERMINTAAN Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Dari sisi permintaan, perekonomian Sumut tumbuh relatif stabil pada triwulan II Aktivitas konsumsi dan kegiatan investasi masih merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian Sumut. Kegiatan investasi tercatat memberikan pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan aktivitas perekonomian lainnya dari sisi permintaan. Sementara itu, kegiatan perdagangan internasional menunjukkan perlambatan seiring dengan tren penurunan harga komoditi di pasar internasional serta menurunnya permintaan ekspor komoditi utama Sumut yaitu CPO dan Karet. Peningkatan aktivitas konsumsi dikonfirmasi oleh peningkatan berbagai indikator aktivitas konsumsi diantaranya Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR), Survei Konsumen (SK), jumlah kredit perbankan sektor konsumsi, serta hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE). Tingginya aktivitas konsumsi diperkirakan juga didukung oleh kembali pulihnya pola konsumsi masyarakat setelah pemerintah memutuskan penundaan kenaikan harga BBM Bersubsidi pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, kegiatan investasi di Sumut pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dan tercatat mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, transaksi perdagangan internasional Sumut pada triwulan BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 2

22 laporan cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya baik kegiatan ekspor maupun impor. Secara keseluruhan, transaksi perdagangan internasional Sumut masih mencatatkan surplus neraca perdagangan atau Net Ekspor sebesar 365 Juta USD Konsumsi Grafik 1.3 Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Sumut Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Perdagangan Eceran (SPE) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Konsumsi pada triwulan II-2012 tumbuh 5,63% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,36% (yoy). Komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Indikator peningkatan konsumsi rumah tangga juga terlihat pada hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX yang tumbuh sebesar 15,28% (yoy) meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,53% (yoy). Peningkatan aktivitas konsumsi rumah tangga juga didukung oleh mulainya tahun ajaran baru serta banyaknya hari libur nasional pada triwulan II Indikasi peningkatan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari hasil Survei Konsumen (SK) pada triwulan II-2012, dimana Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat mengalami peningkatan dari level pesimis sebesar 95,56 pada triwulan sebelumnya, kembali ke level optimis menjadi sebesar 109,79. Optimisme konsumen cenderung meningkat pasca ditundanya kenaikan harga BBM bersubsidi dan diperkirakan mengakibatkan pergeseran pola konsumsi pada triwulan ini. Sementara itu, Indeks Keyakinan Ekonomi (IKE) juga memberikan arah yang sama dimana pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 105,4 atau mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 88,36. Indeks pembelian barang tahan lama berdasarkan hasil Survei Konsumen juga memberikan konfirmasi terhadap tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Pada triwulan laporan indeks pembelian barang tahan lama tercatat sebesar 3 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

23 115,24 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih tergolong pesimis dengan angka sebesar 86,99. Peningkatan aktivitas konsumsi juga terkonfirmasi oleh perkembangan Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) di wilayah Sumut sebagai alat ukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga. Pada triwulan laporan, NTPR berada pada indeks 100,50, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada indeks 100,22. Di tengah perlambatan ekspor CPO Sumut, peningkatan indeks NTPR diperkirakan ditopang oleh masih stabilnya permintaan domestik. Sementara itu, kredit perbankan sektor konsumsi pada triwulan II tercatat masih tumbuh sebesar 14,90% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,71% (yoy) dan diestimasikan relatif stabil sampai dengan triwulan III Grafik 1.5 Perkembangan Survei Konsumen Propinsi Sumut Grafik 1.6 Perkembangan Indeks NTPR Propinsi Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Propinsi Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 4

24 Sementara itu konsumsi pemerintah pada triwulan laporan tumbuh sebesar 5,26% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,63% (yoy). Peningkatan ini seiring dengan mulainya realisasi anggaran pemerintah pada triwulan laporan. Perkembangan rekening pemerintah daerah di perbankan sampai dengan awal triwulan II-2012 menunjukkan tren yang menurun. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama tercatat simpanan milik pemerintah daerah justru mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan pada periode ini realisasi anggaran pemerintah relatif lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari sisi anggaran, pada tahun 2012 tercatat APBD Provinsi mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari sisi pendapatan dan belanja daerah. Anggaran pendapatan tercatat mengalami peningkatan sebesar 63,6% (yoy). Sementara itu, Anggaran Belanja Daerah mengalami peningkatan sebesar 64,1% (yoy). Tingginya peningkatan APBD diperkirakan juga disebabkan tingginya proyek-proyek infrastruktur yang terkait dengan pelaksanaan program MP3EI. Realisasi anggaran pendapatan sampai dengan triwulan I-2012 tercatat sebesar 24,5% sedangkan realisasi belanja daerah tercatat sebesar 8,1%. Grafik 1.8 Perkembangan Rekening Pemerintah Daerah Sumut di Perbankan Grafik 1.9 Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Sumatera Utara Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : Investasi Pada triwulan II-2012 kegiatan investasi tumbuh sebesar 11,67% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 8,31% (yoy). Peningkatan ini diperkirakan didorong oleh peningkatan kegiatan investasi berupa penambahan kapasitas utilisasi sektor swasta. Adanya perlambatan beberapa indikator kinerja investasi pada triwulan II-2012 diperkirakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja investasi Sumut. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit investasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 26,95% (yoy) dengan baki debet mencapai Rp25,67 triliun, mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 29,26% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan kredit investasi 5 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

25 tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan kredit investasi selama 3 tahun terakhirr yang tumbuh sebesar 19,61% (yoy). Pada tahun 2012, kredit investasi diperkirakan akan tetap tumbuh seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan serta kuatnya finansial perusahaan dalam membiayai kegiatan investasinya. Grafik 1.10 Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Sumut Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Berdasarkan informasi dari liason contact, pada triwulan laporan diketahui adanya beberapa perusahaan terutama perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan yang menyatakan akan melakukan realisasi investasinya berupa pembangunan pabrik baru, pembelian mesin, serta intensifikasi lahan. Namun demikian beberapa kendala yang dikeluhkan oleh pelaku usaha terkait dengan kegiatan investasi pada triwulan laporan diantaranya adalah maraknya sengketa lahan yang menyebabkan pelaku usaha kesulitan atau enggan melakukan investasi berupa ekstensifikasi atau pembukaan lahan baru. Di samping itu adanya pengalihan tanaman perkebunan dari tanaman karet ke kelapa sawit mengakibatkan semakin berkurangnya pasokan bahan baku karet alam. Peningkatan kegiatan investasi juga dikonfirmasi oleh data realisasi investasi PMA dan PMDN dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah proyek pada triwulan II-2012 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya walaupun secara nilai proyek menunjukkan perlambatan. Tabel 1. 2 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara P : Jumlah Proyek ; I : Nilai Investasi Sumber : BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 6

26 Grafik 1.12 Perkembangan Penjualan Semen Sumut Grafik 1.13 Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Sumut Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sementara itu, indikator pembangunan infrastruktur sebagai salah satu indikator tingkat investasi menunjukkan terjadinya perlambatan terutama indikator tingkat penjualan semen. Tingkat penjualan semen pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan sebesar -7,45% (yoy) dengan volume penjualan sebesar 781 ribu ton. Namun demikian berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) tingkat pembelian barang konstruksi lainnya masih tumbuh sebesar 27,74% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,52% (yoy). Di sisi lain, impor barang modal (capital goods) Sumut pada triwulan laporan juga menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, volume impor barang modal mengalami penurunan sebesar -4,50% (yoy) dengan jumlah sebesar 37,18 ribu ton atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 21,60% (yoy). Berdasarkan informasi liason contact Kantor Perwakilan Bank Grafik 1.14 Impor Capital Goods Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Indonesia Wilayah IX diketahui bahwa kapasitas utilisasi perusahaan relatif stabil yang berada pada kisaran 50% - 100% serta masih menunjukkan adanya optimisme untuk melakukan penambahan kapasitas utilisasi.. Hal ini menunjukkan masih tingginya optimisme pelaku usaha terkait dengan perkembangan ekonomi Sumut pada triwulan mendatang. 7 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

27 1.2.3 Ekspor dan Impor Kegiatan transaksi perdagangan internasional berdasarkan data PDRB pada triwulan II-2012 melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kinerja ekspor dan impor tercatat masing-masing tumbuh sebesar 4,02 % dan 5,01% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 6,46% dan 5,88% (yoy). Sementara itu, net ekspor pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar -2,53% (yoy). Kendati terjadi perlambatan pada transaksi perdagangan internasional Provinsi Sumatera Utara, neraca perdagangan masih mencatatkan net ekspor sebesar 365 Juta USD. Grafik 1.15 Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Sumut Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara tercatat mengalami penurunan sebesar -20,88% (yoy), jauh melambat dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang masih tercatat tumbuh positif sebesar 0,50% (yoy). Secara volume, transaksi ekspor Sumut juga menunjukkan hal yang sama, mengalami penurunan sebesar -13,98% (yoy). Volume transaksi ekspor tersebut jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 28,19% (yoy). Penurunan volume dan nilai ekspor pada triwulan ini tidak terlepas dari turunnya permintaan eksternal terkait dengan pelemahan perekonomian global serta tren penurunan harga komoditi internasional terutama untuk komoditi CPO dan Karet yang merupakan komoditi ekspor andalan. Tabel 1.3 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut Tabel 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor per Kelompok Komoditi Provinsi Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 8

28 Berdasarkan kategori komoditi, kelompok barang intermediate goods (bahan baku) dan consumption goods (barang konsumsi) mendominasi ekspor dengan persentase masing-masing sebesar 84% dan 16%. Sementara itu, berdasarkan klasifikasi komoditi menurut SITC, komoditi ekspor Sumut didominasi oleh komoditi manufaktur bahan makanan dan produk pertanian dengan presentase pada triwulan laporan masing-masing sebesar 39% dan 31%. Adapun nilai ekspor Sumut pada periode ini tercatat sebesar 2,41 Miliar USD dengan komoditi ekspor dominan CPO dan karet. Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Utama Sumut Grafik 1.16 Perkembangan Volume Ekspor Komoditi Utama Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.17 Perkembangan Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.18 Negara Tujuan Ekspor Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Perkembangan ekspor komoditi utama Provinsi Sumatera Utara terutama untuk komoditi CPO menunjukkan tren yang menurun, sedangkan komoditi karet alam pada triwulan laporan mulai menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai ekspor CPO pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan sebesar -39,36% (yoy), jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih tumbuh sebesar 41,67% (yoy). Sedangkan komoditi Karet mengalami penurunan sebesar -25,44% (yoy), sedikit mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar -25,44% (yoy). Sementara itu, volume ekspor terutama untuk komoditi CPO pada triwulan II-2012 tercatat mengalami penurunan sebesar -34,49% (yoy), dari 970 ribu ton pada triwulan I-2012 menjadi sebesar 9 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

29 695 ribu ton. Komoditi Karet pada triwulan laporan justru tumbuh sebesar 0,05% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami penurunan sebesar -11,13% (yoy). Perkembangan harga internasional untuk komoditi CPO dan Karet pada triwulan II-2012 secara rata-rata mengalami penurunan masing-masing sebesar -4,85% dan 28,78% (yoy). Berdasarkan informasi dari liason contact Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX diketahui bahwa pelaku usaha terutama untuk komoditi CPO masih menunjukkan optimisme terkait dengan ekspor CPO seiring dengan mulai meningkatnya tren penjualan komoditi CPO ke pasar-pasar baru diantaranya adalah negara-negara Afrika, Pakistan, dan Bangladesh. Di sisi lain, pelemahan ekspor yang dipengaruhi oleh rendahnya harga internasional serta adanya kenaikan tarif Bea Keluar ekspor CPO dari 16% menjadi 18% menyebabkan para pelaku usaha justru lebih fokus pada pemenuhan permintaan domestik. Sementara itu, aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Belawan masih terus meningkat walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang melambat. Aktivitas bongkar tercatat tumbuh sebesar 5,87% (yoy) mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,47% (yoy). Perlambatan aktivitas bongkar di Pelabuhan Belawan sejalan dengan tren melemahnya impor. Aktivitas impor pada semester II-2012 diperkirakan akan mengalami perbaikan seiring dengan adanya regulasi mengenai penetapan pintu masuk impor komoditi hortikultura yang hanya diperbolehkan melalui 4 Pelabuhan yaitu Sumatera Utara, Surabaya, Jakarta, dan Makasar. Sementara itu, aktivitas muat di Pelabuhan Belawan pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar -15,67% (yoy), mengalami perbaikan dari triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar -29,99% (yoy). Pasar ekspor Provinsi Sumatera Utara pada triwulan laporan masih didominasi oleh negara Singapura dengan share sebesar 60%, diikuti oleh negara-negara di kawasan Eropa (10%), Jepang (9%), Amerika Serikat (7%), Malaysia (6%), RRC (5%), dan Hongkong (3%). Nilai impor Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan tercatat tumbuh sebesar 0,89% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh negatif sebesar -6,26% (yoy). Secara volume, transaksi impor juga menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, walaupun masih tumbuh negatif sebesar - 7,41% (yoy). Angka tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar -12,08% (yoy). Jika dirinci menurut golongan penggunaan barang, terjadi perlambatan volume impor untuk barang konsumsi bahan dan barang modal. Sementara itu, kelompok barang intermediate atau bahan baku mulai menunjukkan perbaikan walaupun pertumbuhan tahunannya masih negatif. Pertumbuhan transaksi impor, terutama dipicu oleh perbaikan tren impor bahan baku sebagai jenis komoditi terbesar pada struktur impor Provinsi BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 10

30 Sumatera Utara. Dari struktur komoditi impor Sumut, bahan baku/penolong masih memberikan andil yang cukup besar mencapai 78%. Sementara itu, impor barang konsumsi memiliki share sebesar 8% terhadap total impor sedangkan impor barang modal sebesar 14%. Dilihat dari negara asal impor, nilai impor dari Cina mencatat nilai tertinggi pada triwulan II-2012 sebesar 279 juta USD (28,4%), diikuti oleh Malaysia sebesar 101 juta USD (10,3%), negara-negara kawasan Eropa 84 juta USD (8,6%), dan Amerika Serikat 82 juta USD (8,4%). Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Impor Sumut Grafik 1.16 Pertumbuhan Volume Impor Sumut per Kategori Barang (%) Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.17 Presentase Nilai Impor Sumut per Kategori Barang Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.18 Negara Asal Impor Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah 1.3 SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, perekonomian Provinsi Sumatera Utara tumbuh relatif stabil pada triwulan II Struktur perekonomian pada triwulan laporan masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor PHR. Kombinasi ketiga sektor tersebut memberikan sumbangan sebesar 62,04%. Ketiga sektor utama tersebut masih menjadi sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Sumut. Kinerja sektor industri pengolahan dan sektor PHR tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor Pertanian menunjukkan tren yang meningkat pada triwulan laporan. 11 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

31 Tabel 1. 5 Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumut dari Sisi Penawaran Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Sektor Pertanian Grafik 1.19 Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Sumut Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Grafik 1.21 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Tukar Perkebunan Rakyat (NTPR) Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang positif dengan tumbuh sebesar 3,60% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,58% (yoy). Walaupun demikian, pada triwulan I-2012, kinerja sektor pertanian masih mencatatkan pertumbuhan positif seiring dengan masih berlangsungnya musim panen pada awal triwulan II Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 12

32 yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX juga menunjukkan arah yang sama, dimana pada triwulan laporan realisasi kegiatan usaha sektor pertanian mulai menunjukkan perbaikan yang ditunjukkan dengan nilai SBT sebesar -1,36, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -1,76. Peningkatan kinerja sektor pertanian pada triwulan II-2012, juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani. Hal ini tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani. Peningkatan NTP ini mengikuti tren peningkatan pada periode-periode sebelumnya. Hal ini mencerminkan bahwa kemampuan tukar produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan. NTP pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 101,97 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 101,79. Di sisi lain, kredit perbankan untuk kegiatan sektor pertanian pada triwulan laporan masih menunjukkan tren yang meningkat seiring dengan dimulainya musim tanam pada periode ini. Kredit perbankan sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar 47,54% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 31,02% (yoy). Hal ini memberi harapan akan prospek kinerja sektor pertanian yang lebih baik pada tahun Sementara itu, peningkatan kinerja sektor pertanian diperkirakan juga dipicu oleh meningkatnya kinerja sub sektor perkebunan seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik ditengah perlambatan ekspor komoditas perkebunan utama provinsi Sumatera Utara. Peningkatan kinerja sub sektor perkebunan terkonfirmasi oleh meningkatnya indeks NTPR. Indeks NTPR pada triwulan laporan tercatat sebesar 100,50 meningkat dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,22. Tabel 1. 6 Perkembangan Produksi Padi dan Jagung Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan data BPS Provinsi Sumatera Utara, produksi padi (Angka Ramalan) 2012 diproyeksikan sebesar 3,63 juta ton meningkat sebesar 0,72% (yoy) dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Jumlah luas panen dan produktivitas tanaman padi juga diproyeksikan mengalami peningkatan. Sementara itu, luas panen untuk komoditi jagung diproyeksikan mengalami penurunan seiring dengan tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan 13 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

33 perkebunan. Luas panen jagung pada tahun 2012 diproyeksikan mengalami penurunan sebesar - 2,53% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan luas panen komoditi jagung diperkirakan tidak menyebabkan penurunan produksi dikarenakan terdapat peningkatan produktivitas yang signifikan. Sementara itu, sebagai lanjutan program peningkatan produktivitas padi dan upaya pencapaian taraget produksi akan didukung dengan pembuatan lahan sawah baru di daerah Nias Selatan dan Mandailing Natal (Madina). Program lain yang diharapkan untuk mencapai program ini adalah pembangunan infrastruktur, kelancaran distribusi pupuk bersubsidi, serta percepatan bantuan pupuk Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.23 Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II-2012 tercatat tumbuh sebesar 2,37% (yoy) melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 2,68% (yoy). Kinerja sektor industri tercatat juga tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama 3 tahun terakhir sebesar 3,05%. Beberapa indikator sektor industri pengolahan seperti hasil SKDU dan indeks pertumbuhan produksi manufaktur memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan sektor industri pengolahan. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX menunjukkan arah yang sama, dimana pada triwulan laporan realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan menunjukkan tren yang menurun dengan nilai SBT sebesar 4,37 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,27. Pada triwulan laporan, kredit perbankan sektor industri pengolahan tercatat masih tumbuh sebesar 11,35% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 9,43% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan kredit sektor industri pengolahan diperkirakan dipicu oleh tingginya kebutuhan modal kerja pelaku usaha sektor ini seiring dengan kuatnya permintaan BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 14

34 domestik. Di sisi lain, berdasarkan data perkembangan pertumbuhan produksi industri manufaktur di Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan menunjukkan bahwa secara tahunan produksi industri manufaktur besar dan sedang tumbuh sebesar 2,23% (yoy) melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,14% (yoy). Perlambatan produksi tersebut dipicu oleh perlambatan produksi dari industri makanan, industri kertas, dan industri kimia. Tantangan kinerja sektor industri pada tahun 2012 akan didominasi oleh permasalahan kelangkaan pasokan gas. Pada awal tahun 2012, pasokan gas untuk industri di Sumut rata-rata mencapai 11 juta kubik per hari jauh menurun dibandingkan periode tahun sebelumnya yang ratarata mencapai juta kubik per hari. Pada dasarnya pasokan gas di wilayah Sumut direncanakan akan terpenuhi jika pembangunan proyek terminal gas terapung atau Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) di Belawan terealisasi. Namun demikian, pembangunan proyek infrastruktur tersebut akan dialihkan ke provinsi Lampung, sedangkan kebutuhan pasokan gas di Sumut akan dipenuhi melalui pengalihan pasokan gas ke PLN kepada sektor industri di Sumut. Selain faktor terbatasnya pasokan gas, perkembangan kinerja sektor industri pengolahan juga menghadapi keterbatasan pasokan listrik. Pasokan listrik mengalami penurunan sebesar 160 MW disebabkan adanya proses maintenance PLTA Asahan I. Untuk mengatasi keterbatasan pasokan listrik, PT PLN melakukan pemadaman listrik secara bergilir untuk tegangan tinggi dan menengah serta industri selama 1-2 jam. Kondisi ini diperkirakan terus berlangsung hingga pertengahan Juni Selain faktor keterbatasan infrastruktur pendukung, perkembangan sektor industri pengolahan terutama yang berada di Kawasan Industri Medan (KIM) juga menghadapi hambatan terkait dengan rencana perluasan lahan sebesar 50 ha. Hambatan tersebut dipicu oleh kendala izin terkait dengan Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten (RUTRK). Permasalahan lahan di wilayah Sumut juga menjadi salah satu faktor hambatan utama dalam percepatan pembangunan infrastruktur terutama yang terkait dengan MP3EI Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan II-2012 tumbuh sebesar 8,29% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,80% (yoy). Kendati mengalami perlambatan, kinerja sektor PHR masih tumbuh cukup signifikan dan tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhannya selama 3 tahun terakhir sebesar 7,79%. Memasuki triwulan II-2012, kinerja sektor PHR dipicu oleh faktor musiman seiring dengan banyaknya liburan nasional serta mulai masuknya liburan tahun ajaran baru. 15 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

35 Grafik 1.25 Pertumbuhan PDRB Sektor PHR Sumut Grafik 1.26 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Beberapa prompt indicator seperti perkembangan tingkat hunian hotel menunjukkan perlambatan. Namun demikian, indikator sektor PHR lainnya yaitu nilai penjualan berdasarkan hasil SPE dan kredit perbankan sektor PHR masih menunjukkan peningkatan. Perkembangan sub sektor perhotelan pada triwulan laporan menunjukkan tren yang menurun. Sampai dengan akhir triwulan II-2012 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Provinsi Sumut tercatat tumbuh sebesar 42,64% mengalami perlambatan dibandingkan dengan posisi akhir triwulan I-2012 yang tercatat tumbuh sebesar 46,93%. Sementara itu, berdasarkan hasil SPE yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX sampai dengan akhir triwulan II-2012 tercatat tumbuh sebesar 15,28% (yoy) lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan triwulan sebelumnya, dan diperkirakan masih akan terus mengalami peningkatan pada triwulan III-2012 seiring dengan mulainya tahun ajaran baru dan perayaan hari besar keagamaan (Puasa dan Lebaran). Indikator aktivitas perdagangan dapat pula dilihat dari dukungan pembiayaan perbankan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kredit sektor ini, terus melanjutkan tren yang meningkat sejak trendreversal pada triwulan I-2010 dengan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan sebesar 35,54% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,15% (yoy). Pada triwulan II-2012, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp30,09 triliun. Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor PHR Propinsi Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 16

36 1.3.4 Sektor Keuangan Dari seluruh sektor, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan ini yaitu sebesar 14,04% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,01% (yoy). Tingginya kinerja subsektor perbankan pada triwulan laporan sebagai salah satu subsektor dominan diperkirakan menjadi salah satu faktor penunjang pertumbuhan sektor ini. Pada triwulan laporan, perbankan Provinsi Sumatera Utara membukukan pertumbuhan kredit sebesar 21,90% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan Sumut pada triwulan laporan mencatatkan pertumbuhan sebesar 11,71% (yoy). Tabel 1. 7 Indikator Kinerja Perbankan Propinsi Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Demikian halnya dengan indikator kinerja perbankan Sumut lainnya, pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan penghimpunan DPK perbankan menyebabkan tingkat LDR perbankan pada triwulan laporan tercatat sebesar 91,23% atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 85,17%. Kualitas penyaluran kredit perbankan menunjukkan penurunan dengan tingkat NPL sebesar 2,47% dari sebelumnya sebesar 2,37%. Namun demikian, kualitas penyaluran kredit masih berada dalam batas aman dibawah 5% Sektor Bangunan Pada triwulan II-2012, sektor bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 8,14% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,91% (yoy). Peningkatan ini tercermin dari peningkatan pertumbuhan pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan di Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi yang pada periode laporan tercatat tumbuh 20,49% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 17,69% (yoy). Peningkatan ini juga terlihat dari pertumbuhan nilai penjualan barang konstruksi berdasarkan hasil Survei Perdagangan Eceran Semen pada triwulan laporan tumbuh sebesar 27,74% (yoy) meningkat dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya sebesar 20,52% (yoy). 17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

37 Grafik 1.28 Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Sumut Grafik 1.29 Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Grafik 1.30 Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Sumut Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Pada triwulan laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat pertumbuhan sebesar 9,00% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,36% (yoy). Peningkatan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan juga dipicu oleh banyaknya hari libur nasional yang dikonfirmasi oleh tren peningkatan jumlah penumpang angkutan udara pada triwulan laporan. Penumpang angkutan udara yang masuk melalui Bandara Polonia pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 3,48% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 1,74% (yoy). Secara keseluruhan, jumlah penumpang angkutan udara maupun angkutan laut tercatat tumbuh sebesar 2,93% (yoy) dengan jumlah penumpang sebesar 1,93 juta orang. Dilihat dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun demikian, kredit yang disalurkan perbankan pada triwulan laporan masih menunjukkan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Penyaluran kredit pada triwulan ini tercatat tumbuh BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 18

38 sebesar 47,40% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 49,13% (yoy). 19 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

39 g BOKS 1 PENGUATAN DAYA SAING KARET ALAM SUMATERA UTARA DENGAN REPLANTING Perkebunan sudah sekian puluh tahun dikenal sebagai sub sektor utama yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara. Namun demikian seiring dengan berjalannya waktu, kondisi tanaman karet yang semakin menua mengakibatkan penurunan produktivitas getah karet. Penurunan produktivitas tertinggi dialami oleh perkebunan milik rakyat yang merupakan lahan dengan luas terbesar yaitu ha atau 68,22% dari total areal lahan tanaman karet di Sumatera Utara. Ratarata produksi karet perkebunan rakyat di tahun 2010 hanya mencapai 920 kg/ha/thn, sementara perkebunan milik BUMN dan swasta masing-masing mencapai kg/ha/thn dan kg/ha/thn. Menurut GAPKINDO Sumatera Utara, rata-rata umur tanaman karet milik rakyat di Sumatera Utara sudah di atas 20 tahun. Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Untuk meningkatkan produktivitas karet ini perlu dilakukan penggantian tanaman karet tersebut (replanting). Namun demikian pada prakteknya proses replanting ini tidak mudah karena beberapa alasan, yaitu : 1. Keterbatasan pembiayaan. 2. Kehilangan pendapatan selama tanaman belum bisa menghasilkan. 3. Kekhawatiran mendapatkan bibit berkualitas rendah. Program Revitalisasi Perkebunan yang ada selama ini belum menarik bagi petani, karena petani tetap harus menyediakan agunan, sementara petani sendiri tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan sertifikasi tanahnya agar dapat dijadikan agunan. Untuk mengatasi permasalahan ini pemerintah sebaiknya dapat memfasilitasi pelaksanaan sertifikasi tanah melalui program yang ada seperti Prona dan berbagai program lainnya. Dengan demikian petani bisa meningkatkan status kepemilikan tanahnya sehingga layak untuk menjadi agunan. 20 Penguatan Daya Saing Karet Alam Sumatera Utara Dengan Replanting Boks 1

40 Permasalahan bibit berkualitas rendah dapat diatasi dengan meningkatkan sosialisasi kepada petani akan pentingnya membeli bibit langsung dari lembaga yang resmi memproduksi bibit yang berkualitas tinggi. Dengan harga yang sedikit lebih mahal, tanaman akan memproduksi lebih banyak karet alam. Jika dimungkinkan pemerintah juga bisa berperan dengan memberikan subsidi atas perbedaan harga bibit berkualitas tinggi dengan bibit asalan. Dengan produktivitas karet yang tinggi diharapkan akan meningkatkan daya saing produk karet Sumatera Utara di pasar internasional. Di samping itu, untuk keberlanjutan replanting ke depan, petani sebaiknya memiliki pemahaman yang memadai mengenai perencanaan keuangan. Harapannya dengan demikian petani mampu mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk ditabung guna menutup biaya replanting dan opportunity costs yang hilang dalam periode tanaman belum menghasilkan. Bank Indonesia sendiri telah meluncurkan program financial inclusion yang antara lain bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas seluruh masyarakat termasuk para petani karet akan jasa perbankan dengan biaya yang seminimal mungkin. Dalam program financial inclusion ini Bank Indonesia bersama dengan bank komersial lainnya telah menggagas program Ayo Ke Bank dan produk TabunganKu yang merupakan instrumen tabungan dengan setoran awal yang rendah tanpa mengenakan biaya administrasi kepada nasabah. Boks 1 Penguatan Daya Saing Karet Alam Sumatera Utara Dengan Replanting 21

41 g BOKS 2 Krisis ekonomi yang belum mereda di zona Eropa belum berdampak signifikan terhadap konsumen di Sumatera Utara. Hingga pertengahan tahun 2012, konsumen di Sumatera Utara masih optimis akan kondisi ekonomi Sumatera Utara, bahkan mengalami penguatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari peningkatan indeks ekspektasi konsumen, indeks keyakinan konsumen, dan indeks kondisi ekonomi. PENGUATAN OPTIMISME KONSUMEN SUMATERA UTARA Sumber: Survei Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang menggambarkan keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu. Indeks Kondisi Ekonomi triwulan lalu tercatat sebesar 88, meningkat menjadi 105,4 pada triwulan ini. Sumber: Survei Konsumen Peningkatan IKE ini didukung oleh penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat ini serta ketepatan waktu pembelian barang tahan lama. Konsumsi masyarakat terhadap 22 Penguatan Optimisme Konsumen Sumatera Utara Boks 2

42 kebutuhan barang tahan lama pada periode saat ini naik sebesar 1,69% menjadi BS dengan didominasi oleh pembelian furniture (58%), kendaraan (20%), elektronik (19%), dan perhiasan (4%). Sumber: Survei Konsumen Di lain sisi, hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) juga menunjukkan terjadinya peningkatan tipis sebesar 0,83% untuk realisasi penjualan meubel di bulan Mei 2012 setelah sebelumnya sempat mengalami penurunan. Pertumbuhan penjualan ini diperkirakan akan semakin tinggi pada realisasi bulan Juni Penguatan optimisme konsumen ini mencerminkan penguatan daya beli masyarakat Sumatera Utara. Penguatan daya beli masyarakat ini juga terlihat dari peningkatan ekspektasi penghasilan yang akan diterimanya. Berdasarkan hasil Survei Konsumen periode Juni 2012 terlihat bahwa ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan 6 bulan mendatang naik sebesar 1,69%. Peningkatan ini didorong oleh faktor kenaikan/tambahan gaji/upah (48%), kenaikan omset (38%), tambahan perolehan pendapatan di luar gaji/omset (13%), dan lainnya (2%). Sumber: Survei Konsumen Boks 2 Penguatan Optimisme Konsumen Sumatera Utara 23

43 Daya beli masyarakat Sumatera Utara yang tetap terjaga ini ke depan diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara di tengah ancaman pelambatan ekspor komoditas Sumatera Utara sebagai dampak penurunan permintaan dunia akibat belum adanya penyelesaian konkrit atas krisis ekonomi global. 24 Penguatan Optimisme Konsumen Sumatera Utara Boks 2

44 BAB II Perkembangan Inflasi Daerah

45 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Sumatera Utara mengalami tekanan inflasi yang lebih besar dibandingkan triwulan lalu. Pada triwulan ini, inflasi Sumut sebesar 5,52% (yoy) atau 1,51% (qtq). Tekanan inflasi lebih bersumber pada komoditas volatile foods khususnya cabe merah 2.1. KONDISI UMUM Inflasi triwulanan periode ini tercatat sebesar 1,51% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu sebesar 0,63% (qtq). Peningkatan level inflasi tersebut salah satunya dipicu oleh musim libur sekolah dan tahun ajaran baru. Secara tahunan, inflasi Sumatera Utara juga meningkat menjadi 5,52% (yoy) dari sebelumnya sebesar 3,86% (yoy). Ditinjau dari disagregasi inflasi, inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan II-2012 lebih banyak didominasi oleh inflasi volatile foods (7,87%), diikuti dengan inflasi inti (5,04%), dan inflasi administered prices (4,00%). Grafik 2.1. Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 2.2. INFLASI TRIWULANAN Inflasi triwulanan Sumut pada triwulan II-2012 sebesar 1,51% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu sebesar 0,63% (qtq). Kelompok bahan makanan memiliki tingkat inflasi triwulanan yang tertinggi dibandingkan kelompok lainnya, yakni 2,82% (qtq). Komoditas bahan makanan yang memberikan andil cukup besar atas inflasi triwulan II-2012 adalah cabe merah, dencis, bawang putih, bawang merah, ikan kembung, beras, dan daging ayam ras. 25 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

46 Komoditas Tabel 2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Triwulan II-2012 April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi Rokok kretek filter 0,1448 Ketupat/ Lontong sayur 0,0821 Cabe Merah 0,3733 Daging ayam ras 0,0615 Angkutan udara 0,0709 Dencis 0,0830 Gulla pasir 0,0544 Jeruk 0,0355 Bawang Putih 0,0650 Sewa rumah 0,0333 Sewa rumah 0,0303 Bawang Merah 0,0610 Tarif gunting rambut pria 0,0256 Gula pasir 0,0275 Ketimun 0,0572 Kentang 0,0225 Cabe merah 0,0235 Kembung/Gembung 0,0567 Upah pembantu RT 0,0210 Sawi hijau 0,0165 Beras 0,0564 Sumber: Badan Pusat Statistik Tabel 2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Triwulan II-2012 April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Andil Andil Andil Komoditas Komoditas Komoditas Deflasi Deflasi Deflasi Dencis -0,0915 Kembung/ Gembung -0,0640 Emas Perhiasan -0,0238 Kembung/ Gembung -0,0551 Tongkol -0,0564 Tomat Buah -0,0233 Bawang merah -0,0504 Daging ayam ras -0,0562 Pisang -0,0105 Cabe merah -0,0315 Beras -0,0309 Telur Ayam Ras -0,0082 Beras -0,0275 Emas perhiasan -0,0259 Sawi Hijau -0,0076 Udang basah -0,0234 Telur ayam ras -0,0145 Pasta Gigi -0,0056 Tongkol -0,0230 Bumbu masak jadi -0,0141 Bawal -0,0054 Sumber: Badan Pusat Statistik BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 26

47 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Hampir seluruh kelompok barang dan jasa mengalami inflasi pada triwulan II-2012 kecuali kelompok sandang yang justru mengalami deflasi sebesar -0,43% (qtq). Sebaliknya kelompok bahan makanan yang pada triwulan I-2012 mengalami deflasi sebesar -0,27% (qtq), pada triwulan ini justru mengalami inflasi sebesar 2,82% (qtq). Tabel 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah a. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 2,82% (qtq). Penyumbang utama inflasi kelompok bahan makanan adalah subkelompok bumbu-bumbuan (25,67%). Komoditas bumbu-bumbuan yang memberikan andil besar adalah cabe merah. Kenaikan harga cabe merah berdasarkan Survei Pemantauan Harga mencapai 100%. Harga cabe merah besar pada bulan Maret 2012 adalah Rp per kg dan pada akhir Juni 2012 meningkat 2 kali lipat menjadi Rp per kg. Sementara itu, harga cabe merah keriting bahkan naik di atas 100%, pada Maret 2012 harganya Rp per kg dan akhir Juni 2012 meningkat lebih dari 2 kali lipat menjadi Rp per kg. 10% Grafik 2.4 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut ,91 8,01 6,67 6,93 5,68 6,03 4,74 2,82 0,10 0,38-0,01-0,27-1,16-0,73 I II III IV I -0,97 II III IV I II III IV I II III IV I II -2,86-2, , Sumber : BPS, diolah Grafik 2.5 Perkembangan Harga Cabe Merah 27 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

48 Sumber: Survei Pemantauan Harga, Bank Indonesia b. Kelompok Sandang Inflasi triwulanan kelompok sandang mengalami deflasi sebesar -0,43% (qtq) setelah triwulan sebelumnya inflasi 2,14% (qtq). Subkelompok yang memberikan andil deflasi besar adalah barang pribadi dan sandang lainnya. Termasuk di dalam subkelompok tersebut adalah komoditas emas perhiasan. Penurunan harga emas di pasar internasional turut mempengaruhi penurunan level inflasi kelompok sandang. Berdasarkan hasil SPH, harga emas perhiasan 24 karat mengalami penurunan 2,72% dari Rp per gram pada Maret 2012 menjadi Rp per gram pada Juni Sementara itu, harga emas perhiasan 22 karat menurun 1,62% dari Rp per gram pada Maret 2012 menjadi Rp per gram pada Juni Grafik 2.5 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut 8% 6 6,24 7,22 6,45 4 4,07 3,64 3,47 2,69 2 2,30 2,14 0,95 1,13 0,57 0 0,02-0,50-0,41-0,43 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II -1, ,20-4 Sumber : BPS, diolah BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 28

49 c. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau pada triwulan II-2012 meningkat menjadi 2,59% (qtq) dari triwulan sebelumnya sebesar 0,60% (qtq). Subkelompok yang memberikan andil paling besar adalah subkelompok minuman yang tidak beralkohol (5,03%). Sementara itu, inflasi triwulanan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol dan subkelompok makanan jadi masing-masing sebesar 3,99% (qtq) dan 1,14 (qtq). Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut 6,00 5,00 4,92 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 1,15 2,65 2,19 2,46 1,89 1,81 2,37 2,56 2,31 1,22 0,89 1,43 0,50 2,38 0,00 0,60 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2, Sumber: BPS, diolah d. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Level inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan dari 1,54% (qtq) pada triwulan I-2012 menjadi 0,70% (qtq) pada triwulan II Subkelompok sarana penunjang transpor memiliki tingkat inflasi yang lebih tinggi dibandingkan subkelompok lainnya, yakni sebesar 0,90% (qtq). Grafik 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut 29 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

50 4% ,84 3,11 2,20 1,03 1,54 0,39-0,02 0,06 0,29 0,66 0,70 0,47 0,31-0,02 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II , , ,17-3,50-4 Sumber : BPS, diolah e. Kelompok Kesehatan Inflasi kelompok kesehatan relatif stabil. Pada triwulan II-2012 inflasi kelompok ini sebesar 0,63% (qtq), sementara triwulan sebelumnya sebesar 0,64% (qtq). Subkelompok yang memberikan andil terbesar adalah jasa perawatan dan jasmani yang mengalami inflasi 7,85% dibandingkan triwulan lalu. Sebaliknya subkelompok perawatan jasmani dan kosmetik justru deflasi sebesar -0,09% (qtq). BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 30

51 4 % ,67 3,19 Grafik 2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut 1,73 0,40 0,040,09 1,30 0,26 1,73 0,23 0,09 0,56 3,30 0,63 2,39 0,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 0,64 0, Sumber : BPS, diolah f. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Terjadi peningkatan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dari 0,67% (qtq) menjadi 0,97% (qtq). Peningkatan inflasi kelompok ini salah satunya karena peningkatan harga sewa rumah. Komoditas sewa rumah sempat menjadi penyumbang utama inflasi selama 2 bulan berturut-turut, April dan Mei Inflasi subkelompok biaya tempat tinggal ini mencapai 1,70% (qtq). Grafik 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut 4% ,16 3,12 2,74 1,16 0,56 0,06 0,64 2,91 1,67 0,21 2,64 2,77 0,88 1,02 0,74 0,01 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 0,97 0, Sumber : BPS, diolah 31 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

52 g. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Pada triwulan II-2012, inflasi subkelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga tercatat sebesar 0,17% (qtq). Level inflasi tersebut menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 0,58% (qtq). Subkelompok yang memberikan andil terbesar adalah subkelompok olahraga (0,71%). Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut 10% 8 8,54 6 6, ,63 0,84 1,12 0,01 0,19 0,41 0,00-0,05 0,00 0,970,24-0,18 0,01 0,58 0,17-0,68 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS, diolah INFLASI MENURUT KOTA Dari 4 kota di Sumatera Utara yang dihitung inflasinya, seluruh kota mengalami peningkatan level inflasi. Inflasi triwulanan tertinggi terjadi di kota Sibolga, sebesar 2,33% (qtq), diikuti dengan inflasi kota Pematangsiantar sebesar 1,93% (qtq). Sementara itu, inflasi kota Medan dan Padangsidempuan masing-masing sebesar 1,44% (qtq) dan 1,18% (qtq). Tabel 2.4. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) Sumber: BPS, diolah 2.3. INFLASI TAHUNAN Secara tahunan, inflasi Sumut pada triwulan II-2012 adalah sebesar 5,52% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu sebesar 3,86% (yoy). BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 32

53 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Berbeda dengan inflasi triwulanan yang mengalami deflasi, kelompok sandang justru mengalami inflasi tahunan tertinggi dibandingkan kelompok lain. Inflasi tahunan kelompok sandang sebesar 10,74% (yoy). Sedangkan peningkatan inflasi tahunan (yoy) terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan yang meningkat dari 1,60% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 7,44% (yoy) pada triwulan II Kelompok lainnya juga mengalami peningkatan inflasi walaupun dalam level yang lebih kecil dibandingkan kelompok bahan makanan. Di sisi lain, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar justru mengalami penurunan inflasi dari 3,34% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,29% (yoy). Tabel 2.5. Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah a. Kelompok Bahan Makanan Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II-2012 sebesar 7,44% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,60% (yoy). Inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan sebesar 35,84% (yoy), subkelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 11,37% (yoy), dan subkelompok sayuran sebesar 10,65% (yoy). Grafik Inflasi Kelompok Bahan Makanan % ,98 22,96 17,91 18,08 5,14 0,44 9,69-0,38 3,94 10,89 3,14 14,69 13,73 4,65 10,54 1,14 1,6 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 7, Sumber : BPS, diolah 33 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

54 b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau pada triwulan II-2012 sebesar 6,00% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar 3,84% (yoy). Sebagaimana triwulan sebelumnya, subkelompok minuman yang tidak beralkohol memberikan andil terbesar (9,14%) untuk kelompok ini. Grafik 2.12 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 12% ,41 11,11 10,26 9,27 8,77 9,279,179,7210,27 8, ,31 7,16 5,98 6,0 4,1 5,3 4,7 3,84 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS, diolah BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 34

55 c. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Inflasi tahunan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga Sumut relatif stabil dibandingkan beberapa triwulan terakhir. Pada triwulan II-2012, inflasi Sumut tercatat sebesar 4,57% (yoy). Subkelompok pendidikan (6,21%) kembali memberikan andil besar atas inflasi kelompok ini, yang diperkirakan bersumber dari peningkatan biaya sekolah seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru % ,87 12,67 Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 8,85 8,81 7,77 7,45 7,86 8,308,33 6,52 1,62 2,35 2,15 0,7 4,76 3,83 4,2 4,57 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS, Sumut d. Kelompok Sandang Kendati secara triwulanan (qtq), inflasi kelompok sandang mengalami deflasi, namun secara tahunan kelompok sandang mengalami inflasi, walaupun dalam level yang tidak setinggi triwulan lalu. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok sandang tercatat sebesar 10,74% (yoy), sedikit menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 13,78% (yoy). Subkelompok yang memiliki level inflasi tinggi adalah subkelompok sandang laki-laki sebesar 16,46% (yoy) % Grafik 2.14 Inflasi Kelompok Sandang 16,36 14,61 11,29 9,22 10,30 8,39 8,80 7,81-0,16 13,78 12,87 10,95 10,74 8,43 8,32 6,68 7,23 6,88 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS, Sumut 35 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

56 e. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar Sama halnya dengan inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar juga memiliki tingkat inflasi yang stabil. Pada triwulan ini inflasi tahunan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 3,29% (yoy). Inflasi subkelompok biaya tempat tinggal sebesar 4,86% (yoy), inflasi subkelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 3,32% (yoy), inflasi subkelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 2,70% (yoy), dan inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 0,52% (yoy). 10% Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 4,26 6,69 8,63 8,43 7,18 4,70 2,18 3,90 7,56 5,295,46 7,46 6,64 7,5 5,51 3,56 3,34 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 3, Sumber : BPS, Sumut f. Kelompok Kesehatan Pada triwulan II-2012, inflasi kelompok kesehatan tercatat sebesar 4,09% (yoy). Level inflasi tersebut tidak mengalami perubahan dibandingkan inflasi kelompok kesehatan pada triwulan lalu. Subkelompok kesehatan yang level inflasinya tertinggi adalah jasa perawatan dan jasmani, sebesar 9,26% (yoy). Sementara itu, subkelompok yang level inflasinya terendah adalah jasa kesehatan, sebesar 0,19% (yoy). BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 36

57 Grafik 2.18 Inflasi Kelompok Kesehatan % ,98 8,21 6,95 6,25 6,84 5,36 4,25 4,63 4,09 4,09 3,18 3,403,58 2,74 2,29 2,14 2,43 2,65 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS, Sumut g. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan lalu. Terjadi penurunan dari 3,83% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 3,50% (yoy) pada triwulan II Subkelompok transpor mengalami tingkat inflasi tertinggi (5,29%) dibandingkan subkelompok lainnya. Sebaliknya subkelompok komunikasi dan pengiriman justru mengalami deflasi sebesar -1,92% (yoy). % 6 Grafik 2.19 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan 4 2 1,82 3,953,81 2,51 2,57 3,83 3,5 1,72 2,41 1,32 0,98 1, ,05-0,60-0,19 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II , ,53-6,24-8 Sumber : BPS, Sumut INFLASI MENURUT KOTA Tingkat inflasi keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, semuanya mengalami peningkatan level inflasi bila dibandingkan triwulan lalu. Inflasi kota Sibolga merupakan yang tertinggi dibandingkan kota lain, yaitu sebesar 7,12% (yoy), diikuti dengan kota Pematangsiantar sebesar 7,11% (yoy). Sementara itu, inflasi kota Padang Sidempuan dan Medan masing-masing sebesar 6,50% (yoy) dan 5,20% (yoy). 37 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

58 Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Inflasi kelompok sandang yang menjadi kelompok inflasi tertinggi di Sumatera Utara dipicu oleh tingginya inflasi kelompok ini di kota Medan. Hal ini wajar mengingat bobot kota Medan terhadap perhitungan inflasi Sumatera Utara merupakan yang terbesar dibandingkan 3 kota lainnya. Inflasi kota Pematangsiantar dan Sibolga lebih dipicu oleh kelompok bahan makanan. Lain halnya dengan kota Padangsidempuan, dimana inflasi tertingginya justru kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Tabel 2.7. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah 2.4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFLASI Faktor Fundamental Ekspektasi Inflasi Masyarakat Sumut tetap optimis atas kondisi perekonomian ke depan kendati ekspektasi harga konsumen 6 bulan yang akan datang mengalami sedikit peningkatan. Pada triwulan II-2012, Indeks Keyakinan Konsumen sebesar 110 meningkat pesat dibandingkan triwulan lalu sebesar 96. Optimisme ini didukung oleh peningkatan indeks ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang serta ketepatan waktu pembelian barang tahan lama, peningkatan penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat ini. Sementara itu, ekspektasi harga konsumen meningkat dari 170 pada triwulan lalu menjadi 171 pada triwulan ini. BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 38

59 Grafik 2.20 Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/ Jasa Sumber: Survei Konsumen dan BPS, diolah Guna mengantisipasi kenaikan inflasi ke depan, TPID Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan merekomendasikan upaya pengendalian inflasi yang terbagi menjadi dua yaitu pengendalian jangka pendek selama satu-dua bulan ke depan dan jangka menengah panjang. a. Langkah pengendalian inflasi jangka pendek Dalam jangka pendek terdapat potensi kenaikan inflasi sebagai akibat faktor musiman berupa libur sekolah dan bulan puasa serta lebaran. Untuk mengantisipasi kenaikan inflasi akibat liburan sekolah, TPID Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan merekomendasikan agar : 1) Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara mengundang maskapai penerbangan dan otorita bandara di Kota Medan untuk selanjutnya dihimbau agar para pengusaha maskapai udara tidak menaikkan harga secara berlebihan. 2) Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara melakukan pengecekan kesiapan jalan dan sarana prasarana angkutan darat dan merumuskan rekomendasi penanganan kerusakan dan gangguan distribusi. Oleh karena itu, dibentuk tim yang terdiri dari Balai Besar Jalan Nasional, Dinas Bina Marga, Dinas Perhubungan, Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan Jasa Raharja. Untuk mengantisipasi kenaikan inflasi menjelang bulan puasa dan lebaran, TPID Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan merekomendasikan agar : 1) Pemko Medan melalui Disperindag Kota Medan melakukan operasi pasar, dengan menambah cakupan komoditas serta memperluas sebaran titik operasi pasar untuk dapat lebih menjangkau pemukiman penduduk. 39 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

60 2) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan melakukan pemantauan stok ketersediaan bahan pokok seperti beras, gula pasir, tepung terigu dan minyak goreng di gudang-gudang distributor. 3) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan mengundang para distributor beras, gula pasir, tepung terigu, dan minyak goreng untuk selanjutnya dihimbau agar tidak menaikkan harga secara berlebihan. 4) Bulog Divre Sumut agar melakukan percepatan penyebaran stok beras dan penyaluran raskin di wilayah kerja Bulog Divre Sumut. 5) Bulog Divre Sumut agar memastikan kecukupan stok beras untuk mendukung pelaksanaan operasi pasar yang diminta oleh Kepala Daerah. b. Langkah pengendalian inflasi jangka menengah panjang Dalam jangka menengah panjang, untuk menjaga stabilitas inflasi, Tim Kerja TPID merekomendasikan hal-hal sebagai berikut : 1) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan perlu melakukan diskusi dengan Badan Meteorologi dan Geofisika yang dapat dilakukan pada forum rapat TPID untuk menggali informasi mengenai kondisi cuaca mendatang dan menyiapkan langkahlangkah antisipasi atas potensi fluktuasi harga komoditas pertanian sebagai dampak perubahan cuaca. 2) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan perlu mempertimbangkan untuk membentuk Pusat Informasi Harga Pangan Strategis dan atau memberikan informasi harga pangan kepada masyarakat melalui press release secara berkala. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari asimetris informasi harga yang dapat disalahgunakan oleh para spekulan untuk mengambil keuntungan dengan menaikkan harga dengan tidak wajar, 3) Pemko Medan perlu melakukan upaya percepatan penyelesaian pembangunan pasar induk di Kota Medan untuk memperlancar arus distribusi bahan pokok dan menjaga ketersediaannya di pasar. 4) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan agar memberikan jaminan atas ketersediaan dan kualitas daging sapi, dengan melakukan peningkatan jumlah sapi yang dipotong di rumah pemotongan hewan resmi dengan menertibkan pemotongan hewan yang tidak berizin. 5) Pemerintah Kota Medan agar melakukan riset-riset yang bertemakan inflasi regional untuk memberikan masukan ilmiah terhadap upaya pengendalian inflasi yang bersifat strategis. BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 40

61 6) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan perlu melakukan upaya yang lebih serius dalam pengendalian inflasi serta adanya terobosan-terobosan baru yang inovatif dalam upaya-upaya pengendalian inflasi Faktor Non Fundamental Disagregasi Inflasi Inflasi volatile foods Sumatera Utara sebesar 7,87% (yoy) mendominasi inflasi Sumut pada triwulan II Inflasi volatile foods tersebut meningkat pesat dibandingkan triwulan lalu sebesar 1,40% (yoy). Senada dengan inflasi volatile foods, inflasi inti dan administered prices juga meningkat dibandingkan triwulan lalu. Inflasi inti meningkat dari 4,91% pada triwulan I menjadi 5,04% pada triwulan II Inflasi administered prices meningkat dari 3,89% (yoy) pada triwulan I-2012 menjadi 4,00% (yoy) pada triwulan II Grafik 2.21 Disagregasi Inflasi Sumut Sumber: BPS, diolah 41 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

62 g BOKS 3 STOK KOMODITAS DAGING MEMADAI Pasokan dan stok kebutuhan daging sapi/kerbau, daging ayam broiler, serta telur ayam ras dipastikan dapat memenuhi kebutuhan daging masyarakat. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sumut meyakini bahwa ketersediaan stok daging tersebut akan surplus bila dibandingkan dengan estimasi kebutuhan. Komoditas Perkiraan Stok Perkiraan Kebutuhan Daging Sapi/Kerbau ekor ekor Daging Ayam Broiler ekor ekor Telur Ayam Ras ton ton Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara Rata-rata berat 1 ekor sapi/kerbau adalah 200 kg, maka perkiraan stok daging sapi/kerbau adalah sebanyak 2.186, ,5 ton. Menyambut rencana swasembada daging pada tahun 2014, maka pasokan daging sapi/kerbau tersebut saat ini sebagian besar dapat dipenuhi sendiri, dan sebagian kecil lainnya masih diimpor dari Australia. Kebutuhan akan daging impor dikatakan tidak dapat dihapuskan secara total karena restoran maupun hotel-hotel berbintang umumnya masih menginginkan daging kualitas impor untuk menjaga kualitas makanannya. Namun demikian, jumlah daging sapi impor setiap tahunnya selalu diusahakan untuk diturunkan. Sebagai perbandingan, berat 1 ekor sapi lokal umumnya mencapai kg, sedangkan berat 1 ekor sapi impor bisa mencapai 800 kg bahkan lebih. Kebutuhan daging ayam broiler dan telur ayam ras saat ini telah dapat dipenuhi di Sumut. Bahkan surplus atas kedua komoditas tersebut dapat disalurkan ke daerah lain seperti Aceh dan Riau. Saat ini di Sumut terdapat 7 perusahaan pembibitan ayam. Sejauh ini pasokan daging tidak terkendala masalah distribusi, hanya saja Pemerintah Daerah tetap perlu waspada terhadap potensi permainan harga oleh pedagang besar yang dapat menimbulkan kenaikan harga khususnya pada saat hari besar keagamaan. Sumber: Disarikan dari liaison dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara 42 Stok Komoditas Daging Memadai Boks 3

63 BAB III Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran

64 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Fungsi intermediasi perbankan Provinsi Sumatera Utara sampai dengan triwulan II-2012 tetap menunjukkan peningkatan dengan stabilitas sistem keuangan (risiko kredit dan risiko likuiditas) yang masih terjaga. Di sisi lain jumlah transaksi sistem pembayaran tunai maupun non tunai juga menunjukkan peningkatan sejalan dengan peningkatan transaksi perekonomian A. PERBANKAN 3.1 KONDISI UMUM Walaupun mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi di triwulan ini, namun kinerja perbankan Sumatera Utara di triwulan II-2012 justru masih menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Bahkan secara tahunan, indikator pertumbuhan aset perbankan baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh secara signifikan. Kualitas kredit masih terjaga dengan baik yang terlihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang masih di bawah 5% walaupun naik tipis dari 2,37% pada triwulan I-2012 menjadi 2,47%. Angka ini juga masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata rasio NPL selama 2 tahun terakhir yang tercatat sebesar 2,80%. Kegiatan intermediasi perbankan pada periode laporan juga menunjukkan peningkatan yang ditunjukkan oleh peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 85,17% pada triwulan I-2012 menjadi 91,23%. Total aset perbankan Sumut pada triwulan II-2012 mencapai Rp168,63 triliun, tumbuh sebesar 3,03% (qtq) atau 16,45% (yoy). Total aset perbankan tersebut masih didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp161,46 triliun (95,75%), sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp7,17 triliun (4,25%). Pertumbuhan ini memberikan keyakinan akan kinerja positif perbankan Sumut walaupun masih dalam tren penurunan angka pertumbuhan sejak triwulan II Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan II-2012 tumbuh sebesar 0,56% (qtq) atau 11,71% (yoy) dengan jumlah sebesar Rp129,57 triliun, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya sebesar 1,14% (qtq). Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan simpanan giro dan tabungan dengan persentase masing-masing sebesar 3,51% dan 2,62% (qtq). Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga untuk jenis simpanan deposito pada periode laporan tercatat justru mengalami penurunan sebesar -2,79% (qtq). Relatif melambatnya pertumbuhan penghimpunan DPK perbankan pada periode ini diperkirakan merupakan dampak 43 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

65 dari peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat serta tren penurunan suku bunga simpanan perbankan. Namun demikian, secara tahunan seluruh instrumen dana pihak ketiga mengalami kenaikan dimana kenaikan tertinggi dialami oleh tabungan yaitu sebesar 17,04% (yoy), sedangkan deposito dan giro naik masing-masing sebesar 9,24%(yoy) dan 5,33%(yoy). Sementara itu, penyaluran kredit perbankan di provinsi Sumatera Utara justru mengalami kenaikan angka pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 2,99% (qtq) menjadi 7,72% (qtq). Demikian pula secara tahunan, kredit perbankan pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 21,90% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama 2 tahun terakhir yang tercatat sebesar 19,78%. Dari sisi jenis penggunaan, pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan laporan dialami oleh kredit modal kerja yaitu sebesar 10,57% (qtq). Hal ini menunjukkan optimisme yang tinggi dari industri perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumut ke depan di tengah kontraksi perekonomian Sumut di triwulan ini. Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah 3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN Kegiatan intermediasi perbankan selama triwulan II-2012 menunjukkan peningkatan yang tercermin dari tren peningkatan LDR dari 85,17% menjadi 91,23%. Tingkat LDR pada periode laporan tercatat sebagai pencapaian LDR tertinggi selama kurun waktu 3 tahun terakhir. Rata-rata pencapaian LDR perbankan selama 3 tahun terakhir tercatat sebesar 83,54%. Tingginya pertumbuhan kredit dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga perbankan memberikan peranan besar dalam peningkatan LDR. Sampai dengan triwulan II-2012, spread pertumbuhan kredit dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga perbankan secara tahunan tercatat sebesar 10,20 bps lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,49 bps Penghimpunan Dana Masyarakat Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sumut hingga triwulan II-2012 mencapai Rp129,57 triliun, tumbuh sebesar 0,56% (qtq) melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 1,14% (qtq). Ditinjau dari strukturnya, DPK Sumut, masih tetap didominasi oleh tabungan dan deposito dengan pangsa masing-masing sebesar BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 44

66 42,88% dan 39,58% dari total DPK dengan nilai nominal tercatat masing-masing sebesar Rp55,56 triliun dan Rp51,29 triliun. Berdasarkan jenisnya, peningkatan pertumbuhan DPK pada triwulan ini didorong oleh kinerja simpanan giro dan tabungan walaupun dengan tren yang menurun dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, kinerja penghimpunan dana pihak ketiga dalam bentuk deposito pada periode laporan mengalami penurunan. Tingginya aktivitas konsumsi masyarakat diperkirakan menjadi salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga pada periode ini. Grafik 3.1 Perkembangan DPK Sumut Grafik 3.2 Struktur DPK Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Di sisi lain tren penurunan suku bunga acuan atau BI Rate pada triwulan II-2012 menjadi 5,75% dari posisi akhir tahun sebelumnya sebesar 6,00% telah direspon oleh perbankan dengan menurunkan tingkat suku bunga penghimpunan dana pihak ketiga. Pada periode triwulan II-2012, seluruh instrumen penghimpunan dana pihak ketiga perbankan (tabungan, deposito, dan giro) mengalami penurunan. Dilihat dari rata-rata suku bunga tertimbang, selama triwulan laporan suku bunga deposito, tabungan, dan giro mengalami penurunan masingmasing sebesar 0,31, 0,06, dan 0,08 bps dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dengan demikian tingkat rata-rata suku bunga tertimbang untuk deposito, tabungan, dan giro saat ini sebesar 5,26%, 2,16%, dan 2,19%. Di tengah tren penurunan suku bunga deposito, penghimpunan giro perbankan di Sumut menjadi penyangga stabilnya pertumbuhan DPK. Disamping itu sifat tabungan yang lebih likuid sehingga mudah ditarik ataupun dilakukan switching apabila diperlukan, serta fitur-fitur dan kemudahan dalam melakukan transaksi, mampu menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat untuk menyimpan dananya dalam bentuk ini. Tren penurunan suku bunga deposito tentunya akan semakin memberikan ruang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit sehingga mampu menjadi penggerak peningkatan penyaluran kredit khususnya untuk 45 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

67 menggerakkan sektor riil yang bersifat produktif. Grafik 3.3 Perkembangan Suku Bunga DPK Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Penyaluran Kredit Pada triwulan II-2012 kredit perbankan di Sumatera Utara tumbuh 7,72% (qtq) hingga mencapai Rp118,21 triliun. Dengan pertumbuhan yang positif pada triwulan ini maka secara tahunan pertumbuhan kredit menjadi 21,90% (yoy) yang diperkirakan sebagai dampak pertumbuhan ekonomi regional. Pertumbuhan kredit pada triwulan ini tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,99% (qtq). Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan, dipicu oleh peningkatan kredit investasi dan kredit modal kerja yang tercatat masing-masing tumbuh sebesar 7,27% dan 10,57% (qtq). Berdasarkan jenisnya, kredit modal kerja masih mendominasi pangsa penyaluran kredit perbankan Sumut dengan proporsi sebesar 51,60% diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi dengan pangsa masing-masing sebesar 26,68% dan 21,72%. Grafik 3.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut Grafik 3.5 Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 46

68 Secara nominal, kredit modal kerja dan kredit investasi pada triwulan laporan, masingmasing meningkat sebesar Rp 5,83 triliun dan Rp 1,74 triliun (qtq) lebih tinggi dibandingkan peningkatan kredit modal kerja yang tercatat meningkat sebesar Rp 900 miliar. Peningkatan kedua komponen kredit tersebut memberikan sinyal yang positif terhadap pengembangan perekonomian provinsi Sumatera Utara. Tingginya pertumbuhan kredit modal kerja memberikan sinyal masih kuatnya ekspektasi para pelaku usaha mengenai peningkatan permintaan yang berimplikasi kepada tingginya kebutuhan modal kerja. Selain itu, pertumbuhan kredit investasi juga memberikan sinyal semakin membaiknya iklim investasi di provinsi Sumatera Utara. Hal ini mencerminkan adanya optimisme para pelaku usaha terhadap perekonomian provinsi Sumatera Utara di masa mendatang. Adanya tren peningkatan kredit investasi pada akhirnya akan memberikan multiplier effect lebih besar terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Grafik 3.6 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumut Grafik 3.7 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Kredit Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Namun demikian, hal yang perlu diwaspadai adalah terjadinya tren peningkatan kelonggaran tarik/undisbursed loan pada triwulan ini. Kelonggaran tarik merupakan fasilitas pinjaman debitur yang tidak digunakan atau merupakan selisih antara plafon kredit yang diterima oleh debitur dengan jumlah total baki debet. Pada triwulan ini, kelonggaran tarik kredit perbankan tercatat sebesar Rp 10,95 triliun atau meningkat sebesar 32,57% (qtq). Besaran kelonggaran tarik tersebut meningkat dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan lalu yang tercatat sebesar 7,69% (qtq). Dilihat dari komponennya, undisbursed loan didominasi oleh kredit modal kerja dengan share sebesar 86,58% diikuti oleh kredit investasi sebesar 13,04%. Tingginya undisbursed loan pada sektor modal kerja diperkirakan mulai berkurang pada triwulan III-2012 seiring dengan tingginya konsumsi masyarakat. Pada triwulan II-2012, rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 11,31%, 47 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

69 menurun 0,18 bps dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Relatif stabilnya BI Rate pada level 5,75% semenjak awal tahun 2012 serta terjaganya level inflasi, nampaknya mulai direspon oleh perbankan, dimana pada triwulan ini tren suku bunga perbankan menunjukkan penurunan. Perkembangan kredit perbankan juga menunjukkan bahwa kredit investasi dan modal kerja menunjukkan peningkatan yang signifikan baik secara tahunan maupun kuartalan dibandingkan dengan pertumbuhan kredit konsumsi. Secara keseluruhan kredit investasi dan modal kerja mencapai Rp 86,67 triliun pada akhir triwulan ini. Berdasarkan sektor usaha, secara umum tidak terjadi perubahan struktural pada komposisi penyaluran kredit pada triwulan II Penyaluran kredit paling besar di Provinsi Sumatera Utara diserap oleh sektor Perdagangan sebesar 25,45%, sektor Industri Pengolahan sebesar 19,84%, dan sektor Pertanian sebesar 13,97%. Sementara itu, baik secara triwulanan maupun secara tahunan pertumbuhan kredit pada hampir semua sektor menunjukkan pertumbuhan positif, kecuali kredit sektor Pertambangan yang mencatat kontraksi sebesar - 16,13% (yoy). Namun demikian, secara kuartalan kredit sektor Pertambangan pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 4% (qtq). Dari sisi nominal kredit, peningkatan penyaluran kredit pada sektor PHR tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar Rp3,16 triliun (qtq). Cukup tingginya pertumbuhan kredit pada sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) menjadi salah satu indikator meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat pada triwulan II Secara tahunan dan kuartalan, sektor Jasa Dunia Usaha menunjukkan pertumbuhan kredit sektoral tertinggi di Provinsi Sumatera Utara yaitu tumbuh sebesar 51,27% (yoy) atau 13,35% (qtq). Sedangkan pertumbuhan kredit sektor-sektor ekonomi utama Provinsi Sumatera Utara seperti sektor Pertanian tercatat tumbuh signifikan seiring dengan tingginya kebutuhan pembiayaan pada triwulan laporan untuk kegiatan tanam. Tabel 3.2 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 48

70 3.2.3 Penyaluran Kredit UMKM Grafik 3.8 Perkembangan Kredit UMKM Sumut Grafik 3.9 Pangsa Kredit UMKM Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Jumlah kredit UMKM pada triwulan II-2012 tercatat tumbuh sebesar 11,95% (qtq) dengan nominal sebesar Rp30,81 triliun, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,01% (qtq). Secara tahunan, kredit UMKM tumbuh sebesar 18,64% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 15,81% (yoy). Share kredit UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar 26,06% dari keseluruhan total kredit perbankan Sumut. Berdasarkan pangsa penyaluran kredit UMKM Sumut, pada triwulan II-2012 didominasi oleh kredit menengah (Rp 500 juta Rp 5 miliar) dengan proporsi sebesar 47,78% dari total kredit UMKM atau mencapai Rp 14,75 triliun, disusul dengan kredit skala kecil (Rp 50 juta Rp 500 juta) senilai Rp 10,57 triliun (34,31%), dan kredit skala mikro (dibawah Rp 50 juta) dengan baki debet sebesar Rp 5,49 triliun (17,82%). Grafik 3.10 Perkembangan Penyaluran KUR Sumut Grafik 3.11 Perkembangan Debitur KUR Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah 49 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

71 Sebagai salah satu daerah yang menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan salah satu skim kredit bagi UMKM, pada triwulan II-2012 Provinsi Sumatera Utara telah menyalurkan KUR dengan total baki debet sebesar Rp 1,89 triliun dengan jumlah debitur sebanyak debitur. Total baki debet penyaluran KUR Provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan sebesar 10,82% (qtq), meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,81% (qtq). Sedangkan pertumbuhan jumlah debitur KUR di Provinsi Sumatera Utara tercatat tumbuh sebesar 9,58% (qtq), melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,08% (qtq). Pemerintah telah berupaya untuk mempercepat penyaluran KUR dengan melakukan penurunan suku bunga KUR Ritel (plafon lebih dari Rp 20 juta s.d. Rp 500 juta) dari semula 14% menjadi 13%. Ketentuan tersebut berlaku untuk KUR Ritel yang perjanjian kreditnya sejak tanggal 2 Februari Namun demikian tren penurunan suku bunga perbankan yang pada triwulan laporan secara rata-rata tertimbang tercatat sebesar 11,31% diperkirakan menjadikan KUR kurang kompetitif. Namun demikian secara keseluruhan, adanya tren penurunan suku bunga perbankan semakin menambah alternatif pembiayaan bagi UMKM. Untuk mendorong peningkatan penyaluran KUR di Sumatera Utara, Pemerintah Daerah provinsi Sumatera Utara yang didukung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX berupaya untuk menjadikan BPD Sumatera Utara sebagai salah satu bank penyalur KUR di Sumatera Utara. Upaya ini telah mendapatkan lampu hijau dengan diterbitkannya ijin untuk menjadi salah satu BPD penyalur KUR melalui Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : KEP-08/M.EKON/01/2012 tanggal 31 Januari 2012 tentang Penambahan Bank Pelaksana KUR. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan fungsi intermediasi perbankan terutama dalam hal penyaluran kredit UMKM, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX beserta Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara pada triwulan II-2012 telah melakukan beberapa upaya dalam memajukan UMKM diantaranya melalui Focus Group Discussion (FGD) pengembangan kluster ubi kayu, pengembangan industri kreatif daur ulang kertas, serta fasilitasi percepatan implementasi resi gudang di wilayah provinsi Sumatera Utara. 3.3 STABILITAS PERBANKAN Risiko Kredit Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan menunjukkan kondisi yang stabil di bawah batas aman 5% walaupun sedikit mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL perbankan pada akhir triwulan II-2012 sebesar 2,47%, BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 50

72 lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,37%. Meskipun demikian, NPL perbankan pada periode ini tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata NPL selama 3 tahun terakhir yang tercatat sebesar 3,15%. NPL perbankan Sumut yang selalu berada di bawah batas aman sejak tahun 2008 menunjukkan risiko kredit perbankan di Sumut yang relatif stabil meskipun terdapat perlambatan ekonomi regional di paruh pertama 2009 sebagai dampak krisis keuangan global serta perlambatan di tahun 2012 akibat masih belum adanya penyelesaian krisis ekonomi di Eropa. Grafik 3.12 Perkembangan NPL Perbankan Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sebagai upaya mempertahankan stabilitas perbankan serta meningkatkan prinsip kehatihatian perbankan, Bank Indonesia pada triwulan II-2012 telah mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam Surat Edaran Ekstern Nomor 14/10/DPNP tentang Penerapan Manajemen Resiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang berlaku mulai tanggal 15 Maret Regulasi dalam rangka meningkatkan kehati-hatian Bank dalam pemberian KPR dan KKB serta untuk memperkuat ketahanan sektor keuangan dilakukan melalui penetapan besaran Loan to Value (LTV) untuk KPR dan Down Payment (DP) untuk KKB. Sampai dengan triwulan II-2012 penerapan LTV baik untuk KPR maupun KKB tidak serta merta menurunkan tingkat penyaluran kredit di kedua sektor tersebut. Pada triwulan laporan, kredit KPR dan KKB tercatat tumbuh masing-masing sebesar 48,27% dan 10,26% (yoy) Risiko Likuiditas Risiko likuditas perbankan di Sumut pada triwulan II-2011 tetap terjaga. Dengan indikator Cash Ratio (CR) yang relatif stabil di atas 3%, perbankan Sumut memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Pada periode ini cash ratio perbankan tercatat sebesar 5,32%. Namun demikian, perbankan Sumut perlu memperhatikan terjadinya perubahan preferensi masyarakat pada periode laporan dalam melakukan penempatan dana di perbankan 51 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

73 yang cenderung pada instrumen jangka pendek seperti tabungan dibandingkan dengan instrumen jangka panjang berupa deposito. Sampai dengan triwulan II-2012, pertumbuhan penghimpunan tabungan tercatat tumbuh sebesar 17,04% (yoy) sedangkan pertumbuhan penghimpunan deposito tercatat mengalami pertumbuhan lebih rendah sebesar 9,24% (yoy). Sementara di sisi lain, tren penurunan suku bunga kredit pada periode ini mendorong peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit produktif jangka panjang berupa kredit investasi. Kondisi ini, diharapkan diikuti dengan peningkatan kualitas pengelolaan likuiditas bank guna mengantisipasi potensi mismatch likuiditas. 3.4 PERBANKAN SYARIAH Tabel 3.3 Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Walaupun tumbuh melambat, ekspansi usaha perbankan syariah di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan laporan masih menunjukkan perkembangan positif yang mengindikasikan perkembangan perbankan syariah semakin diminati oleh masyarakat. Pertumbuhan asset perbankan syariah tumbuh sebesar 3,46% (qtq), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,37% (qtq). Perkembangan penyaluran kredit perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 10,61% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 5,38% (qtq). Penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada triwulan laporan sebesar Rp 5,63 triliun atau tumbuh sebesar Rp 540 miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sementara itu, kinerja pertumbuhan penghimpunan dana perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat sebesar -3,28% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang mencapai 2,23% (qtq). Rendahnya pertumbuhan penghimpunan dana perbankan syariah dibandingkan dengan penyaluran pembiayaan menyebabkan Financing to Deposits Ratio (FDR) pada triwulan ini tercatat sebesar 127,09% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 111,14%. Kualitas kredit perbankan syariah Sumut yang tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) tetap terjaga dengan baik pada kisaran 5,86%. Dari sisi regulasi terhadap BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 52

74 perkembangan perbankan syariah, pada triwulan I-2012 Bank Indonesia menerbitkan kebijakan melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.14/7/DPbS tanggal 29 Februari 2012 Perihal Produk Qardh Beragun Emas bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah guna memitigasi potensi resiko yang timbul bagi perbankan syariah. Grafik 3.13 Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Sumut (%) Grafik 3.14 Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Sumut (%) Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah 3.5 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Tabel 3.4 Indikator Utama BPR Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Perkembangan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan II-2012 masih menunjukkan perkembangan yang positif. Aset BPR pada triwulan laporan sebesar Rp 833 miliar dengan jumlah jaringan kantor sebanyak 59 jaringan kantor. Nilai aset BPR tercatat tumbuh sebesar 4,05% (qtq), meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,51% (qtq). Fungsi intermediasi BPR di Sumut masih menunjukkan pertumbuhan yang positif, dimana LDR BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar 105,88% atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,17%. Peningkatan LDR perbankan dipicu oleh pertumbuhan kredit BPR Sumut yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK BPR. Penyaluran kredit BPR pada triwulan laporan senilai Rp 600 miliar atau meningkat sebesar 17,47% (yoy) atau 7,31% (qtq). Sedangkan DPK 53 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

75 BPR tercatat sebesar Rp 567 miliar meningkat sebesar 5,5% (yoy) atau 2,53% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 3.15 Perkembangan NPL BPR Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Tabel 3.5 Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara NPL gross BPR di Sumut pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 7,77%, mengalami penurunan dibandingkan dengan NPL pada posisi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,92%. Untuk lebih meningkatkan kinerja BPR, Kantor Bank Indonesia mulai memfasilitasi upaya pembentukan APEX BPR yang berperan dalam penyatuan/pengumpulan dana (pooling of fund), pemberian bantuan keuangan (financial assistance), dan dukungan teknis (technical services) dari bank umum kepada BPR yang tergabung dalam APEX BPR dengan tujuan akhir yaitu peningkatan fungsi intermediasi BPR. B. SISTEM PEMBAYARAN Sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian pada awal tahun 2012, perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Sumut pada triwulan II-2012 menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini ditandai oleh peningkatan volume transaksi baik tunai maupun non tunai secara tahunan. 3.6 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Sumber : Bank Indonesia, diolah Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement BI-RTGS) pada triwulan II-2012 mengalami peningkatan sebesar Rp 27,46 triliun atau meningkat 15,87% (qtq) menjadi Rp200,3 triliun dari nilai transaksi pada triwulan I-2012 yang tercatat BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 54

76 sebesar Rp173,06 triliun. Begitu pula dengan volume transaksi RTGS yang tumbuh sebesar 12,70% (qtq) meningkat dibandingkan triwulan lalu yang mengalami penurunan sebesar - 13,87% (qtq). Volume transaksi pada triwulan laporan tercatat sebesar transaksi. Peningkatan transaksi RTGS di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan tingginya aktivitas perekonomian seiring dengan peningkatan konsumsi. Tingginya aktivitas konsumsi tidak terlepas dari libur sekolah dan beberapa hari libur lainnya pada triwulan II Sejalan dengan peningkatan transaksi BI-RTGS, besaran rata-rata per hari nilai transaksi pada triwulan II-2012 tercatat sebesar Rp 3,23 triliun, meningkat 17,74 % (qtq) atau Rp 487 miliar bila dibandingkan dengan triwulan I Rata-rata volume transaksi per hari pada triwulan II-2012 meningkat 14,51% (qtq) menjadi transaksi Kegiatan Transaksi Kliring Nilai transaksi kliring pada triwulan II-2012 tercatat sebesar Rp37,42 triliun. Nilai ini meningkat 4,51% (qtq) atau Rp 1,61 triliun bila dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang mengalami penurunan sebesar -0,48% (qtq) dengan nilai transaksi sebesar Rp35,80 triliun. Sementara itu, volume warkat kliring mengalami peningkatan sebesar 1,90% (qtq) dibandingkan triwulan lalu menjadi lembar warkat. Hal ini menunjukkan bahwa pada triwulan laporan transaksi kliring Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan seiring dengan tingginya transaksi perekonomian. Tabel 3.6 Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara Sumber : Bank Indonesia, diolah 55 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

77 Grafik 3.16 Perkembangan Cek/BG Kosong Perbankan Sumut Sumber : (statistik sistem pembayaran) Pada triwulan II-2012, besaran ratarata per hari nilai transaksi kliring adalah sebesar Rp594 miliar, dengan rata-rata jumlah warkat yang diproses sebanyak transaksi (warkat) per hari. Sementara itu, jumlah penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan II-2012 tercatat sebanyak warkat dengan nilai Rp421 miliar. Dengan demikian rata-rata penolakan cek dan bilyet giro per harinya sebanyak 267 warkat dengan nilai Rp 6,69 miliar. Penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu dari segi nilai 8,71% (qtq), sedangkan dari segi volume mengalami peningkatan sebesar 6,93% (qtq). 3.7 SISTEM PEMBAYARAN TUNAI Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) Grafik 3.17 Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Provinsi Sumatera Utara Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Perkembangan aliran uang kartal yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Sumatera Utara pada triwulan II-2012 mengalami net outflow, artinya jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia lebih besar dibandingkan aliran uang masuk. Kegiatan transaksi aliran uang kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Sumatera Utara menunjukkan posisi net outflow sebesar Rp 305 miliar, meningkat dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang tercatat net inflow sebesar Rp 3,16 triliun. Posisi inflow atau aliran uang kartal yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia pada periode laporan tercatat sebesar Rp 5,99 triliun atau menurun BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 56

78 sebesar -15,37% (qtq), sedangkan posisi outflow atau aliran uang kartal keluar tercatat sebesar Rp 6,29 triliun atau meningkat sebesar 60,67% (qtq) Temuan Uang Palsu Tabel 3.7 Data Temuan Uang Palsu di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara & Aceh) Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Temuan uang palsu yang masuk ke sistem perbankan di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan kecenderungan yang meningkat seiring dengan tingginya transaksi perekonomian. Temuan uang palsu, baik dari segi nominal maupun jumlah lembar mengalami peningkatan. Pada triwulan II-2012 ditemukan sebanyak 609 lembar uang palsu dengan total nilai sebesar Rp Sebagaimana triwulan-triwulan sebelumnya, denominasi Rp paling banyak dipalsukan dibandingkan pecahan lainnya, atau sebanyak 67,98% dibandingkan total temuan uang palsu. Sementara itu jumlah temuan uang palsu Rp sebanyak 157 lembar. Selebihnya, temuan uang palsu denominasi Rp (26 lembar), denominasi Rp (9 lembar), dan denominasi Rp5.000 (3 lembar) Penyediaan Uang Layak Edar Tabel 3.18 Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara Sumber :KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) 57 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

79 Salah satu tugas pokok Bank Indonesia dalam pengedaran uang diantaranya adalah melakukan pemusnahan atau kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang sudah tidak layak edar (lusuh/rusak) sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan di masyarakat (clean money policy) secara berkesinambungan. Pada triwulan II-2012 jumlah uang kartal yang telah dikenai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) atau dimusnahkan tercatat sebesar Rp 341 miliar atau sebesar 5,69% dari jumlah inflow. Jumlah uang kartal yang dicatat sebagai PTTB tersebut menurun dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar Rp1,86 triliun. BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 58

80 g BOKS 4 EDUKASI KEUANGAN USIA DINI : OLIMPIADE PERBANKAN Sebagai bagian dari upaya mewujudkan financial inclusion, edukasi keuangan usia dini merupakan tahapan yang sangat penting karena dengan di usia dini anak-anak memiliki kemampuan menyerap pengetahuan secara lebih optimal dan tersimpan secara permanen dalam benaknya. Oleh karena itu Bank Indonesia bekerja sama dengan Kementerian lebih jauh mengenai perbankan. Kegiatan ini diselenggarakan pada bulan Juni 2012 di tujuh kota besar yaitu Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar dan Banjarmasin. Olimpiade Perbankan di wilayah Medan dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2012 bertempat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX. Olimpiade ini dilaksanakan dalam dua kategori yaitu tingkat Sekolah Dasar (SD) dan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Antusiasme pelajar untuk mengikuti olimpiade ini terlihat dari banyaknya peserta yang mendaftar yaitu sejumlah 20 peserta untuk tingkat SD dan 20 untuk tingkat SLTP. Setelah melalui proses kompetisi yang ketat akhirnya didapatkan juara untuk masing-masing kategori yaitu SD Negeri dan SMP Pertiwi. Kedua juara ini melanjutkan kompetisi di tingkat nasional pada tanggal 26 Juni 2012 di Jakarta. Kepiawaian pelajar dari Sumatera Utara dalam bidang perbankan akhirnya dibuktikan dengan berhasilnya perwakilan dari Sumatera Utara meraih juara pertama di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. SMP Pertiwi dari Medan mendapatkan gelar juara setelah menyisihkan peserta dari 6 daerah lainnya yang notabene menjadi juara di Kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Banjarmasin, Semarang dan Makassar. Sedangkan pemenang kedua dan ketiga adalah SMP Negeri 3 Makassar dan SMP Negeri 01 Surabaya. Selain olimpiade perbankan, Bank Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas Pendidikan di beberapa daerah juga mengintegrasikan edukasi keuangan pada kurikulum sekolah. Kegiatan ini telah dilakukan di Semarang, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar dan Banjarmasin yang melibatkan 72 sekolah sebagai pilot project. Di Medan pilot project ini dilaksanakan di 6 SD dan 6 SMP dengan mengintegrasikan edukasi keuangan ini ke dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Boks 4 Edukasi Keuangan Usia Dini: Olimpiade Perbankan

81 Direncanakan penanaman edukasi keuangan kepada sekolah akan terus bertambah setiap tahun, dimana pada akhir tahun 2012, sejumlah sekolah lain juga berkesempatan untuk mendapatkan edukasi keuangan di Bank Indonesia Jakarta. Sehingga diharapkan seluruh siswa SD dan SMP pada akhirnya akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan edukasi keuangan. 60 Edukasi Keuangan Dini: Olimpiade Perbankan Boks 4

82 BAB IV Perkembangan Keuangan Daerah

83 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi anggaran belanja APBD Provinsi Sumatera Utara sampai dengan 11 Juni 2012 tercatat telah mencapai 21,65% dari total Rp7,86 triliun. Tingkat realisasi tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi APBD pada periode yang sama yang mencapai 22,7% dari Rp4,5 triliun. Namun demikian secara nominal, realisasi belanja APBD pada triwulan ini mencapai Rp 1,7 triliun, masih lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada triwulan II-2011 sebesar Rp 1,5 triliun. Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Sumatera Utara Sumber : Masih rendahnya realisasi anggaran pada periode laporan antara lain disebabkan belum bisa direalisasikannya anggaran dana hibah dan bantuan sosial. Anggaran tersebut harus direvisi kembali karena dianggap tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011 yang mewajibkan adanya verifikasi terlebih dahulu sebelum anggaran disetujui. Hingga saat ini, pemerintah provinsi Sumatera Utara sama sekali belum mencairkan anggaran ini. Dari realisasi belanja sebesar Rp 1,70 triliun, sebagian besar digunakan untuk dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) selama dua triwulan sebesar Rp 742,7 miliar serta untuk belanja rutin pemerintah. Sementara itu, anggaran belanja infrastruktur belum banyak terealisasi. Realisasi proyek infrastruktur selama semester I-2012 sebagian besar hanya untuk kegiatan pemeliharaan. Sementara itu berdasarkan data dari Biro Keuangan Sumatera Utara, Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD dengan penyerapan anggaran cukup besar antara lain Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sebesar Rp 5,7 miliar dari total anggaran Rp 10,3 miliar atau 56%, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sumut Rp 2,7 miliar dari total Rp 5,17 miliar atau 61 Perkembangan Keuangan Daerah BAB 4

84 52%. Sedangkan SKPD dengan penyerapan anggaran yang relatif rendah antara lain Dinas Pendidikan sebesar Rp 26,8 miliar dari Rp 362,8 miliar atau 7%, Dinas Tata Ruang dan Pemukiman sebesar Rp 20 miliar dari Rp 229,4 miliar atau 8%, serta Dinas Bina Marga sebesar Rp 65,5 miliar dari Rp 640 miliar atau 10,2%. Dari sisi anggaran, APBD Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari sisi pendapatan dan belanja daerah. Anggaran pendapatan tercatat mengalami peningkatan sebesar 63,6%. Sementara itu, Anggaran Belanja Daerah mengalami peningkatan sebesar 64,1%. Tingginya peningkatan APBD diperkirakan juga disebabkan tingginya proyek-proyek infrastruktur yang terkait dengan pelaksanaan program MP3EI. Peningkatan anggaran belanja yang lebih besar ini disebabkan karena masih besarnya Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA) tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp720 miliar, meningkat dibandingkan SILPA tahun 2010 yang tercatat sebesar Rp404,88 miliar. Saat ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan DPRD Provinsi Sumatera Utara sedang melakukan pembahasan rancangan peraturan daerah mengenai perubahan APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun APBD Perubahan ini diharapkan dapat disahkan pada pertengahan September BAB 4 Perkembangan Keuangan Daerah 62

85 BAB V Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

86 BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Perekonomian Sumatera Utara yang stabil didukung oleh kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat yang meningkat 6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Utara menunjukkan perkembangan yang semakin membaik. Beberapa indikator ketenagakerjaan dari survei yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan peningkatan. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja dari Survei Konsumen pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 83,18, meningkat dibandingkan dengan indeks triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 63,81. Grafik 5. 1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Sumber : Survey Konsumen, Bank Indonesia, diolah Kondisi ketenagakerjaan yang membaik juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Indikator Saldo Bersih Tertimbang (SBT) jumlah karyawan total pada triwulan II-2012 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I Pada triwulan II-2012, SBT jumlah karyawan total sebesar 5,75% mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I-2012 sebesar 0,02%. Kontribusi terbesar pada sektor keuangan (SBT 3,23), namun peningkatan terbesar terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang triwulan sebelumnya sebesar -2,09, pada triwulan II-2012 meningkat menjadi sebesar 0,70. BAB 5 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 63

87 Grafik 5. 2 SBT Indikator Jumlah Tenaga Kerja Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia, diolah Peningkatan indikator ini juga diikuti dengan kualitas tenaga kerja yang cukup baik yang antara lain terlihat dari besarnya porsi pengiriman TKI ke luar negeri yang bekerja di sektor formal dari Sumatera Utara yaitu sekitar 90% atau sebanyak 729 orang pada triwulan II 2012, sisanya sebanyak 10% atau sebanyak 82 orang bekerja di sektor informal. Rasio ini jauh lebih baik dibandingkan dengan rasio perbandingan TKI yang bekerja di sektor formal dan sektor non formal secara nasional yaitu 45 : Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan BAB 5

88 Tabel 5. 3 Pemberangkatan TKI menurut Daerah Asal dan Status Pekerja (Mei 2012) Sumber: Ditjen Binapenta dan BNP2TKI Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumatera Utara yang berangkat hingga Mei 2012 tercatat sebesar 811 orang, 92% atau 746 orang di antaranya adalah perempuan. Sumatera Utara merupakan provinsi dengan peringkat ke-9 dalam hal pengiriman TKI, setelah provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Bali. BAB 5 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 65

89 Tabel 5. 4 Pemberangkatan TKI menurut Daerah Asal dan Jenis Kelamin (Mei 2012) Sumber: Ditjen Binapenta dan BNP2TKI 6.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN Mengikuti membaiknya indikator ketenagakerjaan, beberapa indikator kesejahteraan juga menunjukkan hal serupa. Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, indeks penghasilan saat ini dan ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu. Pada bulan Juni 2012, indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu sebesar 118. Sementara itu, ekspektasi masyarakat atas penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan BAB 5

90 Grafik 5.1. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan Sumber : Survey Konsumen, Bank Indonesia, diolah Pada triwulan II-2012, daya beli petani mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan lalu. Pada triwulan II-2012 Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat sebesar 101,97, meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar 101,79. Peningkatan NTP tersebut dapat mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan dari sisi petani. NTP yang mencerminkan daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam menghasilkan produk pertanian. Pada triwulan I-2012, NTP tercatat sebesar 101,79. Grafik 5.2. Nilai Tukar Petani Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pada periode bulan Juni 2012, NTP Sumut per subsektor adalah sebagai berikut: Nilai Tukar Petani subsektor padi & palawija (NTPP) sebesar 100,22, Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTPH) sebesar 110,21, Nilai Tukar Petani subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) sebesar 100,50, Nilai Tukar Petani subsektor Peternakan (NTPT) sebesar 104,79, dan Nilai Tukar Petani subsektor Perikanan (NTN) sebesar 99,03. BAB 5 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 67

91 BAB VI Prospek Perekonomian Daerah

92 BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH menjadi 6,50%±1% dan diimbangi oleh laju inflasi yang terjaga pada kisaran 4,80%±1% 6.1. Perkiraan Ekonomi Perekonomian Sumatera Utara tumbuh stabil sepanjang semester I dan pada triwulan III-2012 diperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara terakselerasi menjadi 6,50%±1% (yoy). Laju pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang masih ditopang kuat oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah yang kian meningkat di semester II Dari sisi neraca perdagangan, Sumatera Utara belum dapat berharap banyak dari pertumbuhan nilai ekspor di tengah pelemahan ekonomi negara maju yang belum membaik dan penurunan pertumbuhan ekonomi negara Cina yang juga merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor Sumatera Utara. Terlebih lagi, harga komoditas CPO dan karet yang terkoreksi, menyebabkan ekspor Sumatera Utara mengalami tekanan baik dari sisi volume maupun nilai atau harga satuannya. Berdasarkan sisi penawaran, peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan mendatang lebih banyak ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri meningkatkan aktivitas perdagangan secara signifikan. Perkiraan tersebut juga didasarkan pada hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah IX pada bulan Juli 2012 dimana ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian mendatang meningkat seiring peningkatan indeks ekspektasi penghasilan, ketersediaan lapangan pekerjaan, dan kondisi ekonomi mendatang. Grafik 6. 1 Indeks Ekspektasi Konsumen Sumber: Survei Konsumen, KBI Medan 68 Prospek Perekonomian Daerah BAB 6

93 6.2. Perkiraan Inflasi Daerah Laju inflasi tahunan pada triwulan III-2012 diperkirakan berada pada kisaran 4,80%±1%. Hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX menunjukkan terdapat kecenderungan penurunan harga pada 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang. Meskipun demikian perlu dicermati pergerakan harga komoditas utama pasca Hari Raya Idul Fitri. Apabila setelah Idul Fitri kecenderungan harga tidak kembali ke level keseimbangannya (downward price rigidity), maka hal tersebut akan meningkatkan potensi tekanan inflasi. Grafik 6. 2 Ekspektasi Konsumen Sumber : Survei Konsumen, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX Hal ini juga didasarkan pada hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang menunjukkan bahwa hingga bulan Agustus 2012 terdapat kenaikan harga komoditas volatile foods seperti daging sapi, daging ayam ras, dan beberapa komoditas sayuran. Guna mengantisipasi kenaikan inflasi ke depan, TPID Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan merekomendasikan upaya pengendalian inflasi yang terbagi menjadi dua yaitu pengendalian jangka pendek selama satu dua bulan ke depan dan jangka menengah panjang. a. Langkah pengendalian inflasi jangka pendek Dalam jangka pendek terdapat potensi kenaikan inflasi sebagai akibat faktor musiman berupa libur sekolah dan bulan puasa serta lebaran. Untuk mengantisipasi kenaikan inflasi akibat liburan sekolah, TPID Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan merekomendasikan agar : BAB 6 Prospek Perekonomian Daerah 69

94 1) Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara mengundang maskapai penerbangan dan otorita bandara di Kota Medan untuk selanjutnya dihimbau agar para pengusaha maskapai udara tidak menaikkan harga secara berlebihan. 2) Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara melakukan pengecekan kesiapan jalan dan sarana prasarana angkutan darat dan merumuskan rekomendasi penanganan kerusakan dan gangguan distribusi. Oleh karena itu, dibentuk tim yang terdiri dari Balai Besar Jalan Nasional, Dinas Bina Marga, Dinas Perhubungan, Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan Jasa Raharja. Untuk mengantisipasi kenaikan inflasi menjelang bulan puasa dan lebaran, TPID Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan merekomendasikan agar : 1) Pemko Medan melalui Disperindag Kota Medan melakukan operasi pasar, dengan menambah cakupan komoditas serta memperluas sebaran titik operasi pasar untuk dapat lebih menjangkau pemukiman penduduk. 2) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan melakukan pemantauan stok ketersediaan bahan pokok seperti beras, gula pasir, tepung terigu dan minyak goreng di gudang-gudang distributor. 3) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan mengundang para distributor beras, gula pasir, tepung terigu, dan minyak goreng untuk selanjutnya dihimbau agar tidak menaikkan harga secara berlebihan. 4) Bulog Divre Sumut agar melakukan percepatan penyebaran stok beras dan penyaluran raskin di wilayah kerja Bulog Divre Sumut. 5) Bulog Divre Sumut agar memastikan kecukupan stok beras untuk mendukung pelaksanaan operasi pasar yang diminta oleh Kepala Daerah. b. Langkah pengendalian inflasi jangka menengah panjang Dalam jangka menengah panjang, untuk menjaga stabilitas inflasi, Tim Kerja TPID merekomendasikan hal-hal sebagai berikut : 1) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan perlu melakukan diskusi dengan Badan Meteorologi dan Geofisika yang dapat dilakukan pada forum rapat TPID untuk menggali informasi mengenai kondisi cuaca mendatang dan menyiapkan langkah-langkah antisipasi atas potensi fluktuasi harga komoditas pertanian sebagai dampak perubahan cuaca. 2) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan perlu mempertimbangkan untuk membentuk Pusat Informasi Harga Pangan Strategis dan atau memberikan informasi harga pangan kepada masyarakat melalui press release secara berkala. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari asimetris informasi harga yang dapat 70 Prospek Perekonomian Daerah BAB 6

95 disalahgunakan oleh para spekulan untuk mengambil keuntungan dengan menaikkan harga dengan tidak wajar, 3) Pemko Medan perlu melakukan upaya percepatan penyelesaian pembangunan pasar induk di Kota Medan untuk memperlancar arus distribusi bahan pokok dan menjaga ketersediaannya di pasar. 4) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan agar memberikan jaminan atas ketersediaan dan kualitas daging sapi, dengan melakukan peningkatan jumlah sapi yang dipotong di rumah pemotongan hewan resmi dengan menertibkan pemotongan hewan yang tidak berizin. 5) Pemerintah Kota Medan agar melakukan riset-riset yang bertemakan inflasi regional untuk memberikan masukan ilmiah terhadap upaya pengendalian inflasi yang bersifat strategis. 6) TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan perlu dilakukan upaya yang lebih serius dalam pengendalian inflasi serta adanya terobosan-terobosan baru yang inovatif dalam upaya-upaya pengendalian inflasi. BAB 6 Prospek Perekonomian Daerah 71

96 Lampiran

97

98

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Medan, Mei 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX. Nasser Atorf Direktur Eksekutif

Medan, Mei 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX. Nasser Atorf Direktur Eksekutif Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010 BANK INDONESIA MEDAN 2010 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

i

i i 2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Indeks 250 200 150 100 50 0 Indeks SPE Growth mtm (%) Growth yoy (%)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2009 BANK INDONESIA MEDAN 2009 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menciptakan Iklim Investasi Yang Kondusif Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat, Inklusif, dan Berkelanjutan Mei 2017 VISI DAN MISI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2012 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Mengoptimalkan Potensi Perekonomian Domestik Sumatera Utara Februari 2017 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-29 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009 BANK INDONESIA MEDAN 2009 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci