II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Simanjuntak, 1998) tenagakerja ialah penduduk yang berusia 10

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Simanjuntak, 1998) tenagakerja ialah penduduk yang berusia 10"

Transkripsi

1 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tenagakerja Menurut (Simanjuntak, 1998) tenagakerja ialah penduduk yang berusia 10 tahun keatas mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Di Indonesia batas umur 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian tenagakerja di Indonesia yang dimaksud sebagai penduduk usia 10 tahun dan penduduk di bawah 10 tahun tidak digolongkan sebagai tenagakerja. Pemilihan usia 10 tahun sebagai batas umur minimal berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk yang bekerja atau mencari pekerjaan terutama di desa dan ataupun diperkotaan karena sulitnya perekonomian. Setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan, pada tanggal 1 Oktober 1998 penetapan usia kerja bagi penduduk Indonesia telah berubah menjadi 15 tahun atau lebih. Oleh karena itu, setelah tahun 1998 tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih. Tenagakerja atau yang disebut dengan Penduduk Usia Kerja (PUK) terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja atau yang berusia 15 tahun keatas selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab, seperti pegawai sedang cuti. Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari atau mengharap pekerjaan juga termasuk dalam angkatan kerja. Kelompok angkatan kerja mencakup

2 16 penduduk yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan. Penduduk yang bekerja dibagi menjadi penduduk yang bekerja penuh dan setengah menganggur. Menurut BPS (2010), bekerja adalah suatu kegiatan melakukan pekerjaan dengan tujuan memperoleh nafkah atau membantu memperoleh nafkah paling sedikit satu jam secara terus menerus selama seminggu yang lalu. Sementara yang dimaksud dengan mencari pekerjaan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan. Penduduk yang mencari pekerjaan dibagi menjadi penduduk yang pernah bekerja dan penduduk yang belum pernah bekerja. Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Mencari Kerja Bekerja Pernah Bekerja Belum Pernah Bekerja Bekerja Penuh Setengah Menganggur Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya Sumber : (BPS : SAKERNAS, 2010) Gambar 2.1. Komposisi Penduduk dan Tenagakerja Sedangkan kelompok bukan angkatan kerja adalah kelompok penduduk berusia 15 tahun keatas selama seminggu yang lalu mempunyai kegiatan yang tidak termasuk dalam angkatan kerja misalnya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga (mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah), dan sebagainya serta

3 17 tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari kerja Penyerapan Tenagakerja Sektor Industri dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Penduduk yang terserap dalam lapangan pekerjaan biasanya tersebar di berbagai sektor perekonomian. Sektor yang mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang relatif besar. Akan tetapi setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenagakerja maupun dalam kontribusinya dalam pendapatan nasional (Simanjuntak, 1998). Penyerapan tenagakerja merupakan jumlah tertentu dari tenagakerja yang digunakan dalam suatu unit usaha atau sektor tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenagakerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha atau sektor dalam hal ini sektor industri dan sektor perdagangan hotel dan restoran. (BPS, 2011) menyatakan bahwa tenagakerja di sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran biasanya diukur dalam batasan usia yaitu penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang bekerja pada sektor tersebut. Sektor industri biasanya identik dengan kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah yang dihasilkan oleh tenagakerja untuk mendapatkan keuntungan. Jadi dalam hal ini yang dihasilkan oleh tenagakerja adalah suatu output dalam bentuk barang. Industri tersebut dapat dikelompokkan menjadi terdiri industri kecil, sedang dan besar.

4 18 Sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran biasanya lebih identik dengan output berbentuk jasa yang dihasilkan oleh para tenagakerja. Jadi nilai tambah yang dihasilkan oleh tenagakerja sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah murni jasa sesuai dengan karakteristiknya. Penyerapan tenagakerja dapat diturunkan dari fungsi produksi dalam suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan suatu transformasi dari input (faktor produksi) menjadi output atau keluaran. Jika diasumsikan bahwa suatu proses produksi pada sektor industri ataupun sektor perdagangan, hotel dan restoran hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenagakerja (L) dan modal (K) maka fungsi produksinya adalah (Nicholson, 2002): Q = f (L, K)... (1) Sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan berdasarkan model neoklasik adalah: π = TR TC (2) dimana : TR = P. Q (3) Dalam menganalisis penentuan penyerapan tenagakerja, diasumsikan bahwa hanya ada dua input yang digunakan, yaitu kapital (K) dan tenaga kerja (L). Tenaga kerja (L) dalam hal ini diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada para pekerja (W), sedangkan untuk kapital (K) diukur dengan tingkat suku bunga (r). Jadi, biaya total dalam proses produksi adalah : TC = r K + W L.. (4)

5 19 Dengan mensubtitusikan persamaan (1), (3), (4) ke persamaan (2) maka diperoleh: W L = [P. f(l,k)] r K- π.. (5) L d =..(6) dimana : L d W P K r Q = Permintaan / penyerapan tenagakerja = Upah tenaga kerja = Harga Jual barang per unit = Kapital (investasi) = Tingkat suku bunga = Output (PDRB) Berdasarkan persamaan diatas, dapat diketahui bahwa permintaan tenagakerja (L) merupakan fungsi dari output (produktivitas tenaga kerja), tingkat suku bunga (r), kapital (investasi), dan tingkat upah (Nicholson, 2002). 1. Tingkat Upah Hukum permintaan tenaga kerja pada dasarnya yaitu semakin rendah upah tenaga kerja maka akan semakin banyak permintaan tenaga kerja dalam suatu aktivitas produksi, dalam hal ini penyerapan tenagakerja akan meningkat (Ehrenberg dan Smith, 2009). Upah tenagakerja merupakan biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen, apabila upah tenagakerja tinggi maka akan menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan akan semakin tinggi pula serta akan menurunkan tingkat keuntungan dari sisi produsen. Jika tingkat upah mengalami peningkatan maka akan menyebabkan produsen melakukan berbagai

6 20 alternatif yaitu mengurangi permintaan tenagakerja sehingga penyerapan tenagakerja akan menurun atau dapat juga mencari tenaga kerja lain yang upahnya lebih rendah dari yang pertama. Hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang diantaranya adalah besarnya jumlah angkatan kerja yang masuk ke dalam pasar tenagakerja, upah, dan kemampuan (skill) yang dimiliki oleh tenagakerja tersebut (Belante dan Jackson, 1990). 2. Produktivitas Tenagakerja (PDRB) Produktivitas Tenaga Kerja merupakan gambaran tingkat kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan barang dan jasa. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor: PER.16MEN/XI/2010 Tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro, produktivitas tenaga kerja merupakan rasio antara nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dengan jumlah penduduk yang bekerja yang digunakan baik individu maupun kelompok, dalam satuan waktu tertentu yang merupakan besaran kontribusi penduduk yang bekerja dalam pembentukan nilai tambah suatu produk dari proses kegiatan ekonomi pada suatu lapangan usaha secara nasional dan regional. Jumlah tenagakerja yang diminta dapat ditentukan oleh seberapa tingkat produktivitas dari tenagakerja itu sendiri Produktivitas tenagakerja yang tinggi secara langsung akan mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi berarti terjadi peningkatan akan barang dan jasa yang diproduksi oleh perekonomian dimana dalam aktivitasnya membutuhkan tenaga kerja. Menurut (Simanjuntak,1998) Kenaikan permintaan barang dan jasa oleh masyarakat membuat permintaan akan tenaga kerja oleh unit usaha atau perusahaan semakin meningkat (derived demand), dalam hal ini terjadi peningkatan dalam penyerapan tenagakerja dan

7 21 memberikan kesempatan kerja baru. Oleh karena itu, kenaikkan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari kenaikkan permintaan masyarakat akan barang yang di produksi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut secara langsung juga akan mendorong tumbuhnya kesempatan kerja secara luas. Tumbuhnya kesempatan kerja secara luas dan dalam jumlah yang banyak merupakan salah satu tujuan utama pembangunan nasional. 3. Kapital (Investasi) Investasi merupakan salah satu faktor penting sebagai modal dasar untuk aktivitas pembangunan. Menurut (DEPNAKERTRANS, 2010) Penyebab terjadinya masalah pengangguran di Indonesia antara lain adalah masih rendahnya investasi akibat keterbatasan fasilitas antara lain seperti pengurusan perijinan, jaminan kepastian hukum, dan keamanan. Dalam hal ini Investasi merupakan salah satu faktor penting guna mempengaruhi permintaan tenagakerja dan menyerap tenagakerja baru. Selain itu, invetasi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional khususnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi merupakan salah satu komponen dari pembentukan pendapatan nasional atau PDB (Y= C + I + G + NX), sehingga pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional dan peningkatan kesempatan kerja. Pada sektor industri ataupun sektor perdagangan, hotel dan restoran, bila diasumsikan faktor-faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan akan tenagakerja. Fasilitas modal yang pada umumnya disebut sebagai penanaman modal atau investasi dapat berasal dari 2 sumber, diantaranya menurut (Salvatore, 1997):

8 22 a. Investasi Asing (PMA) Investasi asing atau biasa disebut Penanaman Modal Asing (PMA) adalah salah suatu bentuk penghimpunan modal guna menunjang proses pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negeri. Biasanya, PMA terdiri atas: 1) Investasi portofolio (portofolio investment), yakni investasi yang melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional. Kegiatankegiatan investasi portofolio atau finansial ini biasanya berlangsung melalui lembaga-lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana investasi, yayasan pensiun, dan sebagainya 2) Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment), merupakan PMA yang meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, dan sebagainya. b. Investasi Dalam Negeri (PMDN) Investasi Dalam Negeri atau biasa dikenal dengan istilah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah suatu bentuk upaya dalam rangka menambah modal guna menunjang pembangunan nasional maupun wilayah melalui investor dalam negeri. Modal yang diperoleh dari dalam negeri ini dapat berasal dari pihak swasta ataupun dari pemerintah. Undang-undang yang mengatur PMDN di Indonesia pertama kali ditetapkan berdasarkan UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri yang kemudian disempurnakan oleh UU No. 12 Tahun 1970 juga mengenai Penanaman Modal

9 23 Dalam Negeri. Baik PMA maupun PMDN keduanya merupakan faktor penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menyerap tenaga kerja Teori Permintaan Tenagakerja Permintaan adalah suatu hubungan antara harga dan kuantitas. Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan adalah hubungan antara tingkat upah (harga tenaga kerja) dan kuantitas (jumlah) tenagakerja yang dikehendaki oleh produsen yang menggunakan tenagakerja tersebut untuk dipekerjakan dalam jangka waktu tertentu (Bellante dan Jackson, 1990). Hal ini berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada si pembeli. Sementara pengusaha mempekerjakan seseorang karena memproduksikan barang untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenagakerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksinya. Permintaan tenagakerja seperti itu disebut derived demand (Simanjuntak, 1998). Fungsi permintaan tenagakerja biasanya didasarkan pada teori ekonomi neoklasik, dimana dalam ekonomi pasar diasumsikan bahwa pengusaha tidak dapat mempengaruhi harga pasar (price taker). Dalam hal memaksimalkan laba, pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah tenagakerja yang dapat dipekerjakan. Fungsi permintaan tenaga kerja didasarkan pada : (1) tambahan hasil marjinal, yaitu tambahan hasil (output) yang diperoleh dengan penambahan seorang pekerja atau istilah lainnya disebut Marginal Physical Product dari tenaga kerja (MPP L ), (2) penerimaan marjinal, yaitu jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut atau istilah lainnya

10 24 disebut Marginal Revenue (MR). Penerimaan marjinal disini merupakan besarnya tambahan hasil marjinal dikalikan dengan harga per unit, sehingga MR= VMPP L = MPP L. P, dan (3) biaya marjinal, yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan pengusaha dengan mempekerjakan tambahan seorang pekerja, dengan kata lain upah karyawan tersebut. Apabila tambahan penerimaan marjinal lebih besar dari biaya marjinal, maka mempekerjakan orang tersebut akan menambah keuntungan pemberi kerja, sehingga ia akan terus menambah jumlah pekerja selama Marginal Revenue (MR) lebih besar dari tingkat upah. Sumber : Bellante dan Jackson (1990) Gambar 2.2 Permintaan Tenagakerja dengan Tingkat Upah Tetap Value Marginal Physical Product of Labour (VMPP) adalah nilai pertambahan hasil marjinal dari tenaga kerja. P adalah harga jual barang per unit, D L adalah permintaan tenaga kerja, W adalah tingkat upah, dan L adalah jumlah tenaga kerja. Peningkatan permintaan terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang dikonsumsinya. Semakin tinggi permintaan masyarakat akan barang tertentu, maka jumlah tenaga kerja yang diminta suatu lapangan usaha akan semakin meningkat dengan asumsi tingkat upah tetap (Gambar 2.2).

11 25 Peningkatan jumlah tenagakerja dalam suatu lapangan usaha tidak dilakukan untuk jangka pendek, walaupun permintaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan tinggi. Dalam jangka pendek, pengusaha lebih mengoptimalkan jumlah tenaga kerja yang ada dengan penambahan jam kerja atau penggunaan mekanisme, sedangkan dalam jangka panjang kenaikan jumlah permintaan masyarakat akan direspon dengan menambah jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Hal ini berarti terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja baru. Penurunan tingkat upah dapat dilihat pada Gambar 2.3. Kurva D L melukiskan besarnya nilai hasil marjinal tenaga kerja (VMPP L ) untuk setiap penggunaan tenaga kerja. Dengan kata lain, menggambarkan hubungan antara tingkat upah (W) dan penggunaan tenaga kerja yang ditunjukkan oleh titik L 0 dan L 1. Pada gambar 2.3 terlihat bahwa pada kondisi awal, tingkat upah berada pada W 1 dan jumlah tenaga kerja yang digunakan L 1. Jika tingkat upah diturunkan menjadi W 0, maka tenaga kerja yang diminta meningkat menjadi L 0. W W W 0 D L L L 1 L 0 Sumber : Bellante dan Jackson (1990) Gambar 2.3 Permintaan Tenagakerja dengan Tingkat Upah Menurun (Ehrenberg dan Smith, 2009 : 36 40) dalam teorinya juga manyatakan bahwa bila upah atau harga barang modal diasumsikan turun, maka biaya

12 26 produksi juga akan mengalami penurunan. Tentunya mengakibatkan pula harga jual per unit barang akan turun. Pada keadaan seperti ini produsen cenderung untuk meningkatkan produksi barangnya karena permintaan akan barang-barang oleh para konsumen akan meningkat. Disamping itu permintaan akan tenaga kerja dapat bertambah besar karena peningkatan kegiatan produksi perusahaan dalam menghasilkan output. Permintaan tenaga kerja seperti itu disebut derived demand. Peningkatan dalam permintaan tenaga kerja seperti ini diakibatkan karena efek skala (scale effect). Apabila upah atau harga barang modal naik maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang modal seperti mesin dan lain-lain sehingga terjadi capital intensif dalam proses produksi. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya pergantian atau penambahan penggunaan alat-alat atau mesin-mesin untuk proses produksi disebut efek subtitusi tenaga kerja (subtitution effect). Jadi secara relatif penggunaan tenaga kerja adalah berkurang. 2.4 Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Mankiw (2007), hukum Okun menyatakan bahwa terdapat kaitan yang erat antara tingkat pengangguran dengan GDP (Gross Domestic Product) riil, di mana terdapat hubungan yang negatif antara tingkat pengangguran dengan GDP riil. Pernyataan ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan positif antara kesempatan dengan GDP riil. Okun menggunakan data tahunan dari Amerika Serikat untuk menunjukkan hukum Okun ini seperti terlihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 merupakan titik sebar dari perubahan dalam tingkat pengangguran pada sumbu horizontal dan perubahan persentase dalam GDP riil

13 27 pada sumbu vertikal. Gambar ini menunjukan dengan jelas bahwa perubahan dalam tingkat pengangguran dari tahun ke tahun sangat erat kaitannya dengan perubahan dalam GDP riil dari tahun ke tahun, seperti terlihat pada garis titik sebar pengamatan yang berslope negatif. Perubahan Persentase GDP riil Perubahan Tingkat Pengangguran Sumber : Mankiw, 2007 Gambar 2.4. Kurva Hukum Okun Harrod-Domar (Todaro, 2006) dalam teori pertumbuhannya menyatakan bahwa secara definitif tingkat pertumbuhan output (Y) dikurangi dengan tingkat pertumbuhan produktivitas tenaga kerja (Y/L) sama dengan pertumbuhan kesempatan kerja (L). Secara matematis hubungan-hubungan tersebut dapat disajikan sebagai berikut : / (1) Sementara itu menurut (Todaro, 2006), faktor-faktor atau komponen pertumbuhan ekonomi yang penting dalam masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik, dan sumberdaya manusia. 2. Perkembangan populasi, yang akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan angkatan kerja. 3. Kemajuan teknologi, terutama sektor industri.

14 28 Teori Harod-Domar menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya dengan lebih mengutamakan perkembangan sektor-sektor ekonomi yang padat karya. Apabila pertumbuhan ekonomi dilihat dari pertambahan output dalam bentuk GDP konstan, maka akan menghilangkan unsur inflasi didalamnya. Sementara itu di sisi lain inflasi sebenarnya dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan dapat menciptakan kesempatan kerja. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa tolak ukur dari keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah diantaranya adalah PDRB daerah tersebut dan pertumbuhan penduduk yang bermuara pada tingkat kesempatan kerja. PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumberdaya alam dan faktor-faktor produksi Penelitian Terdahulu Sitanggang dan Nachrowi (2004). Pengaruh Struktur Ekonomi pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model Demometrik di 30 Propinsi pada 9 sektor di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mengetahui pola struktur ekonomi serta pola penyerapan tenaga kerja sektoral di Indonesia dan faktorfaktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektoral di Indonesia dengan menggunakan data tahun menggunakan model terbaik yaitu Pooled Least Square (PLS) terboboti. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa struktur ekonomi Indonesia secara nasional mengalami perubahan dari sektor pertanian ke sektor-sektor lainnya. Adanya peningkatan dan penurunan dalam jumlah penyerapan tenaga kerja ini disebabkan oleh perubahan populasi, net migration, output, dan juga upah. Perbedaan penelitian Sitanggang dan Nachrowi (2004) dengan penelitian ini yaitu dalam penelitian ini hanya membahas dua sektor

15 29 ekonomi yaitu sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa periode Noer (2007) meneliti hubungan kausalitas antara tingkat output dan pengangguran di Malaysia. Menggunakan data time series tahun Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang negatif antara perubahan presentase GDP riil dengan tingkat pengangguran di Malaysia. Zamrowi (2007). Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi di Industri Kecil Mebel di Kota Semarang). Metode Analisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel upah berhubungan negatif dan signifikan, variabel produktivitas barhubungan negatif dan signifikan, variabel modal berpengaruh positif dan signifikan, variabel pengeluaran non upah berhubungan positif dan signifikan. Sianturi (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penciptaan Kesempatan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah ( ). Tujuan dari penelitian tersebut adalah menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi penciptaan kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Utara sebelum dan pada masa otonomi daerah. Hasil analisis regresi panel data menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata dan berhubungan positif adalah variabel PDRB, variabel investasi memberikan pengaruh yang negaif, tingkat upah riil memberikan pengaruh, variabel angkatan kerja tidak signifikan, variabel indeks pendidikan tidak signifikan, variabel dummy otonomi daerah memberikan pengaruh yang negatif. Perbedaan penelitian Sianturi (2008) dengan penelitian ini yaitu membahas dua sektor ekonomi yaitu sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa periode

16 30 Tindaon (2010). Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Jawa Tengah (Pendekatan Demometrik) dengan menggunakan data 21 tahun dari tahun Tujuan dari penelitian tersebut adalah meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektoral. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode Ordinary Least Square (OLS). Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa Variabel populasi atau Pertumbuhan jumlah penduduk Jawa Tengah berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dan sektor Listrik, Gas, dan Air (LGA). Sementara pertumbuhan jumlah penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral untuk sektor-sektor perekonomian lainnya. Jumlah PDRB sektoral berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian di Jawa Tengah. Koefisien elastisitas kesempatan kerja terbesar adalah pada sektor bangunan diikuti oleh sektor transportasi dan yang terkecil adalah sektor keuangan dan sektor listrik, gas dan air. Perbedaan penelitian Tindaon (2010) dengan penelitian ini yaitu hanya membahas dua sektor ekonomi yaitu sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa periode Akmal (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu mengetahui kondisi tenaga kerja indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di indonesia. Metode analisis regresi panel data dengan metode Fixed Effect pada taraf nyata 5 persen. Hasil analisis menunjukkan variabel PDRB secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga

17 31 kerja, Variabel investasi berpengaruh signifikan dan berhubungan positif, variabel UMP secara signifikan berpengaruh positif. Perbedaan penelitian Akmal (2010) dengan penelitian ini yaitu membahas penyerapan tenaga kerja di dua sektor ekonomi yaitu sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa periode Rakhman (2011). Analisis Perekonomian dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja di DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui struktur perekonomian dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja di DKI Jakarta. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis Shift-Share, Loqation Quotient, dan Multiple Regression yang ditaksir dengan metode kuadrat terkecil (OLS) dalam bentuk semi Log. Hasil analisis data variabel dengan Multiple Regression menunjukkan bahwa Variabel Otonomi Daerah, PMA, PMDN, PDRB, dan suku bunga kredit investasi secara simultan berpengaruh terhadap kesempatan kerja. Perbedaan penelitian Rakhman (2011) dengan penelitian ini yaitu hanya fokus membahas dua sektor ekonomi yaitu sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa periode Nila, Fridhowati (2011) menganalisis dengan metode regresi panel data pendekatan fixed effect model menunjukkan bahwa PDRB dan UMP berpengaruh positif terhadap penyerapan tenag kerja sektor industri di Pulau Jawa periode Sedangkan PMA dan PMDN berpengaruh negatif. Perbedaan penelitian Nila (2011) dengan penelitian ini yaitu dalam penelitian ini menganalisis dua sektor ekonomi yaitu sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di lokasi yang sama yaitu di Pulau Jawa periode

18 Kerangka Pemikiran Pembangunan ekonomi di wilayah Pulau Jawa yang notabene memiliki penduduk terbesar kurang lebih sebesar 60 persen dari jumlah total penduduk nasional pada era otonomi daerah seharusnya tidak hanya memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja, akan tetapi harus memperhatikan pula adanya pemerataan dari hasil pertumbuhan ekonomi tersebut agar kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Pemerataan pendapatan tersebut salah satunya dapat dilihat dari adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja dan adanya kesempatan kerja baru untuk menanggulangi peningkatan penduduk usia kerja yang setiap tahunnya relatif selalu meningkat. Meningkatnya penduduk usia kerja yang tidak diiringi dengan meningkatnya kesempatan kerja baru akan menyebabkan adanya gap dalam bentuk pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka rata-rata di wilayah Pulau Jawa setiap tahunnya sebesar 10,47 persen. Adapun komposisi dari jumlah pengangguran tersebut rata-rata setiap tahunnya sebesar 43,38 persen merupakan pengangguran terdidik dan sisanya sebesar 56,62 persen pengangguran tidak terdidik. Pulau Jawa yang memiliki struktur ekonomi berbasis sekunder dan tersier yang kontribusi setiap tahunnya diatas 50 persen seharusnya juga mampu menyerap tenaga kerja agar tingkat pengangguran di Pulau Jawa yang relatif besar mampu diatasi. Berdasarkan data (BPS, ) sektor yang memiliki dominasi terbesar dalam perekonomian Pulau Jawa yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4,83 persen dan 6,84 persen. Akan tetapi, tingginya pertumbuhan ekonomi dikedua sektor tersebut belum diiringi dengan pertumbuhan penyerapan

19 33 tenaga kerjanya. Berdasarkan data (SAKERNAS, ) laju rata-rata pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan perdagangan, hotel dan restoran setiap tahunnya masing-masing hanya sebesar 1,69 persen dan 2,68 persen. Laju pertumbuhan tenaga kerja dikedua sektor formal tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan sektor formal lainnya. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi disisi lain juga harus mampu menciptakan lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Oleh karena itulah, pemerintah senantiasa membuat kebijakan yang dapat meningkatkan taraf hidup pekerja dengan tingkat upah yang layak. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menetapkan kebijakan tingkat upah minimum. Tingkat upah minimum ditetapkan secara sektoral dan regional pada tahun Tingkat upah minimum yang ditetapkan di atas tingkat upah rata-rata yang diperoleh pekerja kemungkinan besar akan menyebabkan pengusaha mengurangi penggunaan tenaga kerja sehingga pertumbuhan penyerapan tenaga kerja akan berkurang. Masih rendahnya tingkat pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di wilayah Pulau Jawa menjadi suatu topik yang menarik untuk diteliti apakah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah di era otonomi terkait adanya upah minimum di pasar kerja dapat memengaruhi penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan perdagangan, hotel dan restoran?. Berangkat dari adanya permasalahan tersebut, melalui penelitian ini perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai dampak kebijakan upah minimum pada era otonomi daerah serta variabel-variabel kebijakan lainnya seperti PDRB, PMA dan PMDN untuk memberikan saran

20 34 kebijakan terkait dengan meningkatnya pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor industri dan perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa. Pembangunan Ekonomi di Pulau Jawa Era Otonomi Daerah : - Pro Growth - Pro Job - Pro Poor Rendahnya Laju Penyerapan tenaga kerja sektor industri dan perdagangan, hotel dan restoran di Era Otonomi Daerah Deskriptif : Perkembangan kondisi penyerapan tenaga kerja sektor industri dan perdagangan, hotel dn restoran pada tahun penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran: UMP PDRB PMA PMDN Analisis Regresi Panel Data Implikasi Kebijakan = ruang lingkup analisis Gambar 2.5. Kerangka Pemikiran

21 Hipotesis Berdasarkan kerangka penelitian diatas, dapat disimpulkan beberapa hipotesis antara lain : 1. UMP riil berpengaruh negatif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam artian menurunnya tingkat UMP akan mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan tenaga kerja di sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sehingga penyerapan tenaga kerja meningkat. 2. PDRB riil berpengaruh positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam artian meningkatnya PDRB akan mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan tenaga kerja di sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sehingga penyerapan tenaga kerja meningkat. 3. PMA berpengaruh positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam artian meningkatnya PMA akan mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan tenaga kerja di sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sehingga penyerapan tenaga kerja meningkat. 4. PMDN berpengaruh positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam artian meningkatnya PMDN akan mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan tenaga kerja di sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sehingga penyerapan tenaga kerja meningkat.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan produksi maupun

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan produksi maupun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik 1. Pengertian Tenaga Kerja Berdasarkan BPS, pekerja atau tenaga kerja adalah semua orang yang biasanya berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Ulviani (2010) yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Output dan Tingkat Upah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan II. LANDASAN TEORI A. Investasi 1. Pengertian Investasi Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran pemerintah untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Para ahli ekonomi mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Para ahli ekonomi mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Para ahli ekonomi mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur corak kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga Kerja Menurut Sudarso (1991), tenaga kerja merupakan manusia yang dapat digunakan dalam proses produksi yang meliputi keadaan fisik jasmani, keahlian-keahlian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga kerja. Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan variabelserta analisis dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan variabelserta analisis dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan variabelserta analisis dalam penelitian ini, maka perlu kiranya merujuk pada penelitian penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wilayah dan Pembangunan Wilayah. terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wilayah dan Pembangunan Wilayah. terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Pembangunan Wilayah Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI KOTA BOGOR. Oleh : EVA DWI PRIHARTANTI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI KOTA BOGOR. Oleh : EVA DWI PRIHARTANTI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI KOTA BOGOR Oleh : EVA DWI PRIHARTANTI H14103031 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Penyerapan Tenaga Kerja Simanjuntak (2001) menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment). BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment). Krugman dalam Sondakh (2009), menjelaskan bahwa yang dimaksud FDI adalah arus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Indonesia memiliki perekonomian yang masih rapuh dan tidak konstan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga dengan memperhatikan tingkat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi perkembangan penyerapan tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung semakin membuka penyerapan tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatmya.

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatmya. 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi setiap daerah bahkan suatu negara senantiasa diarahkan guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatmya. Sedangkan secara teknis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi disamping dua tujuan lainnya yaitu pemerataan dan stabilitas. Indikator

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Investasi a) Definisi Investasi Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat krusial bagi pembangunan ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering menjadi prioritas dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada periode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam studi ini, yang terdiri dari spesifikasi model, definisi operasional variabel, data dan sumber data, serta metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyerapan tenaga kerja menjadi salah satu elemen penting dalam tercapainya pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin besar jumlah angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012).

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). Penelitian yang berjudul Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH ( )

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH (1994-2007) Disusun Oleh : LISBETH ROTUA SIANTURI H14104020 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang disetiap periode. Dalam setiap periode upaya untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Landasan Teori 2.1. 1.Pengertian ketenagakerjaan Ketenagakerjaan jika secara umum diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum bekerja, selama

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ix HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan dan jumlah komposisi tenaga kerja tersebut akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari ekonomi. Semakin tinggi ekonomi semakin baik pula perekonomian negara tersebut. Laju ekonomi harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Investasi adalah mereka yang memiliki pendapatan, yang dipergunakan bukan untuk tujuan konsumsi melainkan investasi. Investasi, dalam pengertian sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanisme penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah sebuah usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGAKERJA SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR JASA PASCAKEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI PROVINSI BANTEN OVILLA MARSHAFENI

ANALISIS PENYERAPAN TENAGAKERJA SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR JASA PASCAKEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI PROVINSI BANTEN OVILLA MARSHAFENI ANALISIS PENYERAPAN TENAGAKERJA SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR JASA PASCAKEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI PROVINSI BANTEN OVILLA MARSHAFENI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Pengolahan di Jawa Timur Tahun

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Pengolahan di Jawa Timur Tahun 1 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Pengolahan di Jawa Timur Tahun 2000 2012 (The Analysis of Employment Absorption in the Sector of Manufacturing Industry in East Java During the Year

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja yang berumur 15 tahun atau lebih yang melakukan kegiatan ekonomi dengan bekerja untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi suatu Negara secara umum beroreintasi pada pertumbuhan (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN JURNAL PENELITIAN

ANALISIS ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN JURNAL PENELITIAN ANALISIS ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2000-2014 JURNAL PENELITIAN Oleh : Nama : Adella Dia Hayyu Nomor Mahasiswa : 12313296 Jurusan : Ilmu Ekonomi UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini disajikan berbagai teori yang akan digunakan dalam memecahkan permasalahan yang akan diteliti. Tinjauan teoritis ini meliputi pertumbuhan ekonomi, teori penciptaan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi Nurfita Sari Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah atas keperluan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. industri kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Industri Kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. industri kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Industri Kecil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Kecil Ada dua definisi industri kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, definisi industri kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Industri Kecil adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. hasil analisis yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

BAB VI PENUTUP. hasil analisis yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari hasil pengujian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross 36 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( ) SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT (1996-2010) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Ilmu Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Kesempatan Kerja Secara umum, kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang mencerminkan seberapa jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa

BAB I PENDAHULUAN. (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan nilai GDP (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa melihat apakah kenaikan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul Faktor faktor

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul Faktor faktor A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Penelitian yang dilakukan oleh Kholidah Azhar dan Zainal Arifin pada Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul Faktor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara selalu diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia sebagai sebuah negara dimana

Lebih terperinci