MATERI PRAKTIKUM BIOKIMIA VETERINER 1 : 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MATERI PRAKTIKUM BIOKIMIA VETERINER 1 : 2015"

Transkripsi

1 MATERI PRAKTIKUM BIOKIMIA VETERINER 1 : 2015 (Edisi revisi 1) Disusun oleh : Dr. drh. Hamong Suharsono, M.Kes. Tim Pengasuh Mata Kuliah Biokimia Veteriner FKH Universitas Udayana Pengantar : Materi praktikum biokimia veteriner ini disusun sedemikian agar sesuai dengan peralatan dan fasilitas yang dimiliki oleh Laboratorium Biokimia Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Banyak materi yang sebenarnya sudah jauh tertinggal dengan kemajuan ilmu pengetahuan di bidang biokimia dan biologi, tetapi jika materi dalam praktikum ini dilakukan dengan benar dan cermat, maka masih bisa dipertanggung jawabkan hasilnya. Biokimia veteriner 1 banyak membahas mengenai fenomena dasar yang ada dalam kehidupan seperti karakter cairan hayati (cairan yang ada dalam tubuh mahluk hidup), karakter bahan hayati seperti buah, daging, dan berbagai sifat hasil industri bahan hayati (keju, margarin, mentega, air susu, dan lain-lain). Diharapkan dari praktikum biokimia 1 ini, mahasiswa mengetahui karakter berbagai bahan hayati yang ada relevansinya dengan biologi, industri, dan disiplin ilmu veteriner pada khususnya. Hal ini bertujuan agar mahasiswa memiliki pandangan yang luas terhadap kegunaan belajar biokimia serta cakupan lahan pekerjaan apa saja yang bisa didapat dari penguasaan ilmu ini. PENGANTAR PRAKTIKUM Sebelum anda memulai praktikum biokimia, ada baiknya anda memahami beberapa aturan main di laboratorium biokimia. Aturan tersdebut diantaranya ialah : 1. Laboratorium biokimia FKH UNUD adalah milik civitas academika FKH UNUD, oleh sebab itu menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjaga dan memeliharanya. 2. Laboratorium harus dalam keadaan selalu bersih dan rapih, alat dan bahan / zat kimia tertata dengan rapih pada tempatnya. Perhatikan, dalam menaruh bahan kimia yang khusus seperti bahan keras, harus ditaruh di tempat khusus pula. Contohnya lemari asam / basa 1

2 keras untuk menyimpan asam / basa keras. Pastikan, semua bahan kimia harus dalam keadaan tertutup rapat, terutama yang bersifat volatil / mudah menguap. 3. Laboratorium harus memiliki seorang teknisi (minimal) yang sudah memiliki pengetahuan mengenai kimia (minimal lulusan sekolah menengah analis kimia / diploma 1 kimia). Ini belum ada di FKH UNUD. Teknisi ini akan bertanggung jawab terhadap penataan berbagai bahan kimia di laboratorium. 4. Laboratorium harus dalam keadaan siap pakai, dalam arti kata tidak ada peralatan yang rusak / tidak berfungsi. Pemeriksaan berkala terhadap berbagai peralatan harus dilakukan secara rutin. 5. Laboratorium tidak boleh digunakan untuk kegiatan lain yang non teknis seperti rapat / kegiatan lain yang melibatkan peserta yang tidak semestinya (seperti pegawai administrasi / orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan ilmu kimia / biokimia). 6. Penggunaan laboratorium untuk tujuan lain harus seijin dosen / penanggung jawab laboratorium / Kepala Laboratorium. 7. Bagi yang akan menggunakan laboratorium untuk tujuan penelitian / pelatihan, kegiatan itu juga harus sepengetahuan teknisi laboratorium biokimia. 8. Beberapa kegiatan di laboratorium seperti penelitian atau pelatihan mungkin akan dikenakan biaya pengganti bahan habis atau barang yang rusak akibat kegiatan tersebut. Besarnya biaya akan ditetapkan kemudian. 9. Tidak diperkenankan merokok / makan / minum di laboratorium biokimia veteriner. PRAKTIKUM I : SIFAT FISIKOKIMIAWI CAIRAN HAYATI Pengantar praktikum Sifat biofisik cairan hayati merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menunjang berbagai proses kehidupan. biofisis yang terjadi dalam mahluk hidup. Disini mahasiswa mempelajari aspek-aspek kimia Dalam kenyataannya, banyak sekali aspek kimia biofisis yang terjadi dalam tubuh mahluk hidup seperti mekanisme kontraksi jantung yang melibatkan aliran listrik dan pompa natrium-kalium (Na-K pump), aspek impuls dalam saraf yang dapat diidentikan dengan aliran listrik pada kabel dan lain.lain. 2

3 Dalam topik praktikum biokimia umum 1 ini topik bahasan difokuskan pada peran air dalam sistim biologi yang membentuk cairan tubuh. Selain itu juga, banyak fenomena yang dihasilkan akibat interaksi air dengan berbagai bahan kimia dalam tubuh. Sebagai bahan percobaan juga banyak digunakan cairan biologis seperti serum, darah, empedu dan lain-lain. Meskipun kebanyakan percobaan dilakukan in vitro (di luar sistim mahluk hidup) tapi fenomena tersebut umumnya mendekati sistim in vivo (di dalam sistim mahluk hidup). Banyak aspek klinik yang terkait pada fenomena ini diantaranya pengukuran berat jenis darah yang secara tidak langsung mencerminkan konsentrasi hemoglobin dalam eritrositnya (metoda Van Slyke). Percobaan ini sering dilakukan pada unit-unit transfusi darah pada manusia, terutama sangat penting bagi calon donor darah. Beberapa percobaan yang akan dilakukan di bawah ini mencerminkan fenomena air dalam sistim biologis. Tugas praktikum : coba anda amati air, air seni (urin) sapi, serum atau plasma darah sapi, dan empedu sapi. Uji juga berbagai karakter fisik zat-zat tersebut seperti : kekentalan (dengan cara menggoyang tabung yang berisi cairan tersebut), kelicinan yang dihasilkan (dengan cara mencelupkan jari dan memegang cairan tersebut dengan kedua jari anda). Pertanyaan : Dari hasil pengamatan anda, apa perbedaan air dan cairan biologis? 1.1 Pengukuran Berat jenis (BJ) cairan Prinsip : Penentuan BJ cairan sangat dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu cairan tersebut, umumnya BJ-nya akan semakin ringan dan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh sifat air yang memang mendominasi hampir semua cairan biologis. Meskipun perubahan ini relatif kecil, tapi untuk ilmu seperti fisika, hal ini sangat berarti. Oleh sebab itu perlu suhu baku tertentu dimana BJ cairan tersebut dapat ditetapkan dan suhu ini biasanya bergantung suhu dari alat yang dipakai. Oleh sebab itu perlu adanya kalibrasi dalam pengukuran BJ cairan. Alat-alat dan bahan yang diperlukan : urinometer, larutan NaCl fisiologis (larutan NaCl 0,85%) dan urin dari berbagai hewan (sapi, babi, kambing dan manusia). Prosedur : Sebelum diukur suhu cairan tersebut ditera dulu menggunakan termometer. Catat suhu cairan dan cairan ditaruh dalam gelas ukur khusus untuk urinometer (isi kurang lebih 3/4 tinggi gelas), kemudian dimasukan urinometer hingga ia terapung di dalam gelasnya. Hatihati jangan sampai urinometer menyentuh dinding tabungnya. Baca skala yang disentuh oleh 3

4 permukaan urin (dasar meniskusnya) hasil inilah yang disebut dengan BJ terbaca. Umumnya urinometer ditera pada suhu tertentu (biasanya 15.5 o C) oleh sebab itu harus dilakukan kalibrasi. Kalibrasi menggunakan rumus (lihat buku kimia biofisika) sebagai berikut : BJ sesungguhnya = BJ terbaca ± 1/3 x (suhu cairan suhu tera) x 0,001 Penggunaan tanda + jika suhu cairan di atas suhu tera dan penggunaan tanda - jika suhu urin di bawah suhu tera. Ukurlah BJ larutan NaCl fisiologis dan BJ urin sapi, babi, manusia dan hewan lain yang anda dapatkan. 1.2 Tegangan permukaan : Tetesan cairan biologis. Prinsip : Permukaan cairan cenderung untuk mengkerut untuk mencapai luas seminimal mungkin (mengapa?). Setiap usaha yang bertujuan memperbesar luas permukaan tersebut dapat ditahan oleh permukaan cairan dan daya tahan terhadap usaha ini yang dikenal dengan tegangan permukaan. Aspek klinik tegangan permukaan bermacam-macam, salah satunya ialah kemampuan darah melewati kapiler pembuluh yang sangat halus dimana dalam kapiler tersebut, paraktis tekanan pompa dari jantung tidak ada lagi. Sifat tegangan permukaan merupakan salah satu sifat yang menyebabkan darah, juga limfe dapat memasuki jaringan melalui pembuluh kapiler yang sangat halus untuk memberi nutrisi dan mengambil sisa metabolisme dari sel berupa CO 2 dan metabolit lainnya seperti asam laktat. Adanya penimbunan lipid pada kapiler darah menyebabkan aliran darah terganggu dan sering menyebabkan kematian lokal (infark atau nekrosis) dari jaringan yang semestinya mendapatkan nutrisi. Pembentukan tetesan merupakan cara sederhana untuk mengamati fenomena tegangan permukaan cairan, dan tegangan permukaan suatu cairan dapat dicerminkan dengan bentuk tetesan yang terjadi saat sebelum ia jatuh. Selain itu tegangan permukaan juga dapat dicerminkan dengan jumlah tetesan yang terjadi per satuan waktu tertentu. Adanya komponen terlarut dalam cairan sering mempengaruhi tegangan permukaannya. 4

5 Alat dan bahan : Pipet, tabung reaksi, air, urin berbagai hewan, serum atau plasma berbagai hewan dan empedu berbagai hewan. (sapi, babi dan lain-lain) dan penunjuk waktu (stop watch atau sejenisnya). Prosedur pengamatan bentuk tetesan : Masing-masing dipipet cairan-cairan tersebut, secara perlahan-lahan dikeluarkan hingga menggantung di ujung lubang pipet (usahakan agar tetesan dapat menggantung selama mungkin pada ujung pipet dan tidak jatuh). Perhatikan bentuk tetesan yang terjadi dari masing-masing cairan dan catat hasilnya, lalu bandingkan satu sama lain. Apa kesimpulan anda?. Prosedur pengamatan jumlah tetesan : Caranya sama dengan percobaan di atas, hanya disini diamati jumlah tetesan yang terjadi dalam selang waktu tertentu (30 detik atau satu menit). Usahakan tetesan yang terbentuk ialah benar-benar berupa tetesan (jadi tidak berupa aliran air dari mulut pipet). Perhatikan jumlah tetesan dari berbagai cairan yang terjadi dalam selang waktu tersebut dan catat, lalu bandingkan satu sama lain. Apa kesimpulan anda?. Pertanyaan : adakah perbedaan antara bentuk dan jumlah tetesan cairan yang anda uji di praktikum sehubungan dengan karakter tegangan permukaannya? Jelaskan jawaban anda!! PRAKTIKUM II : KARBOHIDRAT 2.1 Pengantar Karbohidrat banyak terdapat dalam jaringan tubuh hewan, keberadaannya bisa dalam bentuk polisakarida (glikogen);, oligosakarida (bercabang atau tidak bercabang) yang umumnya terdapat pada permukaan biomembran sel dan monosakarida (glukosa darah). Pengujian karbohidrat dalam klinik banyak dilakukan terutama tehadap kadar glukosa darah dan urin untuk pemantauan kasus diabetes melitus dan insufisiensi pankreas. Akhir-akhir ini pemantauan oligosakarida pada permukaan biomembran sel memegang peranan penting, bermacam-macam tujuan experimental dan diagnostik dapat diketahui. Lektin berperan besar dalam membedakan berbagai oligosakarida permukaan sel. Tujuan experimental diantaranya untuk mengetahui tingkat diferensiasi dan asal usul sel-sel tubuh, ini dapat dideteksi berdasarkan komponen oligosakarida permukaan yang mirip atau berbeda. Tujuan eksperimental lainnya (dapat juga bersifat diagnostik) ialah mencari asal usul sel tumor yang 5

6 tumbuh di suatu organ berdasarkan kemiripan komponen oligosakarida permukaan selnya dengan sel yang telah diketahui. Dalam praktikum ini akan dipelajari beberapa sifat dasar karbohidrat sebagai dasar untuk uji-uji lanjutan dalam klinik, meskipun sederhana tapi uji-uji ini dapat digunakan secara kualitatif di klinik dan berdaya guna untuk menunjang diagnostik. 2.2 Uji reduksi Salah satu sifat dari monosakarida ialah kemampuannya mereduksi ion anorganik kupri dalam suasana alkalis atau alkalis lemah. Uji reduksi bertujuan mengetahui bagaimana mekanisme reaksi reduksi yang dilakukan oleh monosakarida terhadap ion kupri (Cu 2+ ). Percobaan 1.2 ini bertujuan untuk mengamati peranan berbagai zat seperti CuSO 4, Na 2CO3, dan Na-sitrat dalam menghasilkan suatu sistem oksidator yang efektif untuk berbagai jenis karbohidrat. Larutan ion kupri biasanya terlarut dalam bentuk larutan CuSO 4, dimana suasananya bersifat asidis, karena peranan ion sulfat. Dalam suasana alkalis lemah yang mengandung larutan Na 2CO 3 encer, larutan ion kupri relatif stabil, dalam arti kata tidak mengendap, karena terbentuk senyaawa kompleks Cu(OH) 2 yang berwarna biru langit. Larutan Cu(OH) 2 bisa berperan sebagai CuO yang bersifat oksidator, karena ia mengalami reaksi kesetimbangan : Cu(OH) 2 CuO + H 2O. Larutan Cu(OH) 2 tidak stabil, dalam arti kata jika dipanaskan, maka ia mengendap sebagai endapan hitam Cu. Coba anda perhatikan langkah-langkah ini dalam reaksi yang dicoba di praktikum. Jika ditambahkan senyawa organik yang bersifat sebagai kelator (asam sitrat atau asam tartrat), maka larutan Cu(OH) 2 ini stabil, sekalipun dipanaskan tidak akan membentuk endapan Cu yang berwarna hitam. Inilah yang menjadi dasar dalam pembuatan reagens pereduksi seperti reagens Benedict untuk menguji keberadaan karbohidrat. Bahan : Larutan CuSO 4.5H 2O 1 % Larutan Na 2CO 3 1% Larutan NaOH 1% Larutan Mono natrium sitrat 1% Alat : Pipet tetes. Bunsen Rak tabung reaksi 6

7 Larutan glukosa 1% Larutan fruktosa 1% Prosedur : 1. Camprkan 3 cc larutan glukosa 1% dengan 3cc larutan CuSO 4.5H 2O 1 %, lalu panaskan. Perhatikan apa yang terjadi. 2. Campurkan 3cc larutan CuSO 4.5H 2O 1 % dengan 3 cc larutan NaOH 1%, perhatikan warna yang terbentuk. Lalu dipanaskan, lihat apakah ada perubahan?. 3. campurkan 3cc larutan no. 2 di atas dengan 1 cc larutan glukosa 1%, lalu panaskan. Perhatikan apa yang terjadi. 4. Campurkan 3 cc larutan CuSO 4.5H 2O 1 % dengan 3 cc larutan Na 2CO 3. Perhatikan warna yang terbentuk. Lalu dipanaskan, perhatikan apakah ada perubahan?. 5. Campur 3 cc larutan no. 4 di atas dengan 1 cc larutan glukosa 1%. Panaskan, perhatikan warna yang terbentuk. 6. Tambahkan 3 cc larutan mononatrium sitrat ke larutan No. 4 Perhatikan warna yangb terbentuk. Lalu dipanaskan, perhatikan warna yang terbentuk 7. campur 3 cc. larutan no. 6 dengan 1 cc larutan glukosa 1%, lalu panaskan. Perhatikan, warna yang terbentuk. 2.3 Test Benedict Teori : Uji Benedict merupakan salah satu penerapan dari prinsip uji reduksi. Sebenarnya masih banyak uji lain yang menerapkan prinsip uji reduksi seperti uji Fehling dan Uji Tollens (pembentukan endapan cermin perak). Uji Fehling menggunakan 2 jenis perekasi yang terdiri dari larutan Fehling A (mengandung larutan CuSO 4) dan larutan Fehling B yang mengandung NaOH dan K-Na-tartrat). Perekasi Fehling mampu berperan sebagai oksidator seperti pereaksi pada tabung 4 di percobaan 1.2 diatas. Kelemahan pereaksi Fehling ialah suasana alkalis kuat dari larutan NaOH menyebabkan pereaksi ini sulit membedakan warna yang dihasilkan oleh keberadaan gula pereduksi dalam suatu larutan. Sedangkan uji Tollens kurang populer, karena 7

8 kurang praktis, selain itu uji Tollens agak berbahaya karena bisa memnyebabkan letupan jika kurang hati-hati melakukannya. Dalam aplikasi di klinik, uji Benedict lebih disukai, karena bisa memberi hasil warna yang beragam, tergantung konsentrasi larutan monosakarida yang diuji. Dalam klinik, hasil beragam ini dikatakan bersifat semi kuantitatif, karena tingkatan warna yang dihasilkan mulai dari hijau (+), kuning (++), oranye (+++) hingga merah bata (++++). Sifat demikian disebabkan oleh peranan natrium sitrat sebagai kelator ion kupri dalam suasana alkalis lemah. Alat-alat : Alat penangas air/water bath Pipet tetes. Bahan-bahan : a. Pereaksi : larutan Benedict. b. Percobaan : glukosa 0,1 M, sukrosa 0,1 M, fruktosa, 0,1 M dan amilum/larutan kanji 1%. Masukkan 2,5 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4 tetes larutan yang akan diperiksa. Campur dan didihkan selama 2 menit atau masukkan ke dalam penangas air mendidih selama 5 menit, dinginkan perlahan-lahan. Perhatikan apakah ada endapan dan bagaimana warnanya?. Endapan berwarna hijau, kuning atau merah menandakan reaksi positif. Perubahan warna larutan saja tidak berarti reaksi positif, tapi harus tampak warna minimal hijau sampai merah bata. 2.4 Test Seliwanoff. Teori : Pada umumnya reaksi ini spesifik untuk ketosa. Dasarnya adalah pembentukan 4 hidroksi methyl furfural yang bereaksi dengan resolsinol (1,3-hidroksi benzene), membentuk suatu senyawa berwarna merah. Glukosa dapat memberi warna merah muda akibat pemanasan terlalu lama. Alat-alat : Alat pemanas (kompor listrik) atau penangas air Pipet tetes. 8

9 Bahan-bahan : a. Pereaksi : larutan Seliwanoff b. Percobaan : larutan glukosa, larutan fruktosa, larutan sukrosa. Masukkan 0,5 ml larutan yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 5 ml pereaksi Seliwanoff, campur dan didihkan selama 30 detik tepat atau panaskan di penangas air mendidih selama 60 detik. Perhatikan warna yang terjadi. 2.5 Fermentasi/Peragian Teori : Dengan suatu enzim tertentu seperti amylase, karbohidrat dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana. Enzim zimase (pada ragi / khamir) menyebabkan glukosa dipecah menjadi akohol dan gas CO 2. Alat-alat : - Mortar (lumpang) Tabung fermentasi/tabung peragian Beaker gelas serta pengaduk gelas. Bahan-bahan : a. Pereaksi : Ragi/yeast. b. Percobaan : Larutan glukosa Larutan laktosa. Haluskanlah dalam sebuah mortar (lumpang) kira-kira 2 gram ragi roti (yeast) dengan 20 ml larutan karbohidrat percobaan sehingga didapat suspensi rata. Pindahkan ke dalam tabung peragian dan balikkan tabung tersebut begitu rupa sehingga ujung yang tertutup terisi penuh dengan cairan. Kembalikan tabung pada kedudukan semula dengan ujung yang tertutup tetap penuh terisi. Setelah 1,5 jam hasil peragian dapat diperiksa. Gas yang terbentuk akan berkumpul pada ujung yang tertutup. Apabila telah ada gas yang terbentuk, maka untuk membuktikan bahwa gas itu CO 2, kedalam tabung ditambahkan larutan NaOH 10 %, sampai memenuhi ujung tabung yang terbuka. Tutup ujung tabung yang terbuka dengan ujung jari dan sambil dibolak-balik beberapa kali. Perhatikan apakah ada penyedotan pada ibu jari? Mengapa demikian? 2.6 Hidrolisis Sukrosa 9

10 Teori : Hidrolisis karbohidrat dapat dilakukan dengan enzim atau dengan asam kuat. Hidrolisis dengan asam kuat prosesnya lebih lambat daripada enzimatik. Alat-alat : Beaker gelas Alat pemanas atau penangas air Pipet tetes. Bahan-bahan : a. Pereaksi : HCl pekat Reagent Benedict Reagent Seliwanoff b. Percobaan : Larutan 0,1 M sukrosa 25 ml larutan 0,1 M sukrosa dimasukkan ke dalam beaker gelas 100 ml. Tambahkan 1 ml HCl pekat dan panaskan pada penangas air mendidih selama 45 menit. Dinginkan dan netralkan dengan NaOH 10 % (tambahkan tetes demi tetes NaOH 10% sampai memberikan warna merah muda pada indiktor Phenolphtalein atau warna netral pada ketas lakmus), lalu stelah netral betul larutan tadi diencerkan sampai volumenya menjadi 50 ml. Periksalah larutan tadi dengan test Benedict dan test Seliwanoff. Uji mana yang bias diandalkan?? Uji Benedict atau seliwanoff. 2.7 Test Yodium Teori : Pada umumnya polisakarida dengan larutan yodium akan membentuk ikatan yang berwarna. Misalnya zat pati ditambahkan larutan yodium akan membentuk ikatan yod-amilum berwarna biru. Alat-alat : Piring gelas atau cawan porselin. Pipet tetes. Bahan-bahan : a. Pereaksi : Larutan yodium b. Percobaan : Larutan pati, agar-agar, gum arabic, dan dextrin. 10

11 Letakkan sejumlah kecil (beberapa ml) larutan pati pada suatu piring gelas.tambahkan setetes larutan yodium encer dan kemudian perhatikan warna yang terbentuk! Panaskan larutan pati yang telah ditambahkan larutan yodium tadi, perhatikan adakah perubahan warnanya?? Setelah itu dinginkan kembali dengn cara merendamnya dalam air dingin (air es jika perlu). Perhatikan perubahan warnanya. Pengaruh larutan Na 2s 2O 3 Larutan tiosulfat (Na 2s 2O 3) mampu mereduksi yodium menjadi ion yodium yang bermuatan negatif. Prosedur : kedalam 3 ml larutan pati masukkan beberapa tetes larutan yodium, perhatikan warnanya! Kemudian, panaskan larutan pati tersebut seperti pada percobaan di atas. Kemudian tambahkan 3 ml larutan tiosulfat, lalu dinginkan seperti pada percobaan di atas. Perhatikan apa yang terjadi dan jelaskan. SKEMA IDENTIFIKASI BEBERAPA KARBOHIDRAT 11

12 PRAKTIKUM III : PROTEIN Pengantar : Protein memperlihatkan berbagai reaksi kimia beragam, dimana reaksi-reaksi tersebut bisa berguna untuk mengidentifikasi keberadaannya. Beberapa jenis reaksi tersebut akan dipraktekkan di bawah ini agar bisa lebih jelas lagi. Protein tersebar luas di berbagai jaringan mahluk hidup. Meskipun uji-uji yang dilakukan di praktikum ini sudah tertinggal dengan uji-uji yang lebih canggih, namun sifat ini masih diakui sebagai sifat klasik dari protein. 3.1 Reaksi Ninhidrin Prinsip : 12

13 Reaksi ini spesifik untuk mendeteksi keberadaan asam amino, semua asam alfa amino bereaksi dengan Ninhidrin (triketohidrindehidrat) membentuk aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan NH 3 dan CO 2. Disamping itu terbentuk kompleks berwarna biru (prolin dan hidroksiprolin) : kuning yang diduga disebabkan oleh 2 molekul ninhidrin yang bereaksi dengan NH 3 setelah asam amino tersebut dioksidasi. Garam-garam amonium amina, kebanyakan peptida dan protein bereaksi sama tanpa melepaskan CO 2 dan NH 3. Alat-alat : Pipet tetes Penangas air/water bath Penjepit tabung Bahan-bahan : a. Pereaksi : Larutan Ninhidrin 0,1 % b. Percobaan : Larutan albumin 2 % Isilah sebuah tabung reaksi dengan 2 ml larutan albumin 2 % kira-kira (ph 7) dan tambahkan beberapa tetes larutan ninhidrin 0,1 %. Letakkan pada penangas air mendidih selama 10 menit. Perhatikan warna biru yang terbentuk. Untuk mendapat hasil yang lebih baik, larutan yang dipakai harus bersifat netral yaitu dengan sedikit basa encer pada larutan protein. Ulangi percobaan ini dengan larutan amonium sulfat, casein dan pepton. 3.2 Reaksi Biuret. Prinsip : Reaksi ini merupakan reaksi umum terhadap protein. Warna yang timbul/terbentuk diduga berasal dari kompleks koordinasi antara ion Cu 2+ dengan gugus CO dan NH ikatan peptida dalam larutan alkalis. Alat-alat : Pipet tetes Campurlah 2 ml larutan albumin 2 % dengan 2 ml NaOH 10 % dan tambahkan setetes larutan CuSO 4 0,1 (hingga maksimum 10 tetes). Ulangi test ini terhadap larutan kasein dan pepton. 13

14 Isilah sebuah tabung reaksi dengan sdikit urea, panaskan di atas api kecil sehingga zat tersebut mencair dan terbentuk gelembung-gelembung gas (hati-hati jangan sampai terbentuk arang). Perhatikan bau gas yang terbentuk. Larutkan isi tabung tersebut dengan air dan lakukan test Biuret seperti pada (I). Tulislah reaksi pembentukan Biuret dari urea! 3.3 Daya larut albumin. Prinsip : Albumin tergolong protein sederhana yang mudah larut dalam air. Alat-alat : Pipet Bahan-bahan : a. Pereaksi : NaOH 10 % Na-karbonat 0,5 % HCl 0,2 % Ke dalam 4 buah tabung reaksi yang masing-masing berisi larutan albumin 2 % (kira-kira 3 ml). Tabung pertama tambahkan 3 ml air/aquadest. Tabung kedua tambahkan NaOH 10 %. Tabung ketiga tambahkan Na-karbonat 0,5 %. Tabung keempat tambahkan HCl 0,2 %. Perhatikanlah, apakah terbentuk presipitasi? 3.4 Reaksi Xanthoprotein. Prinsip : Reaksi ini berdasarkan nitrasi inti benzen yang terdapat di dalam molekul protein (tirosin, fenil alanin, triptofan). Senyawa nitro yang terbentuk ini berwarna kuning dan dalam lingkungan alkalis ia terionisasi dengan bebas dan warnanya lebih tua. Alat-alat : tabung reaksi alat penjepit tabung alat pemanas pipet tetes Bahan-bahan : a. Pereaksi : larutan HNO 3 14

15 larutan NaOH pekat atau larutan Na 4OH pekat b. Percobaan : larutan albumin larutan fenol Campurkanlah 2 ml larutan albumin 2% dengan 1 ml HNO 3 pekat. Perhatikan terbentuknya endapan berwarna putih. Panaskan hati-hati endapan akan larut kembali dan larutan akan berubah menjadi kuning. Dinginkan di bawah air kran dan dengan hati-hati (tetes demi tetes) tambahkan larutan NaOH pekat atau NH 4OH pekat dan perhatikan apa yang terjadi? 3.5 Test Heller Prinsip : Reaksi asam nitrat dengan protein merupakan dasar dari test Heller. Alat-alat : Pipet tetes Bahan-bahan : a. Pereaksi : Asam nitrat (HNO 3) pekat b. Percobaan : Larutan albumin 2 % Larutan albumin encer Isilah sebuah tabung reaksi dengan 2 ml asam nitrat pekat lalu tambahkan dengan hatihati larutan albumin sehingga keduanya tidak bercampur. Pada kedua perbatasan cairan terbentuk presipitasi / endapan berwarna putih. Ujilah kepekaan test ini dengan memakai larutan albumin yangg lebih encer kira-kira 50 kali dari kepekatan larutan semula. Test ini tidak spesifik terhadap protein tetapi cukup sensitif dan bila hasilnya positif (misalnya dalam pemeriksaan urine) merupakan indikasi untuk pemeriksaan lebih lanjut terutama untuk memantau fungsi organ ginjal. 3.6 Pengaruh Logam Berat Prinsip : 15

16 Reaksi logam berat terhadap protein akan membentuk endapan (presipitasi). Alat-alat : Pipet tetes Bahan-bahan ; a. Pereaksi : Larutan CuSO 4 2 % Larutan Pb. Asetat 2 % Larutan FeCl 3 2 % Larutan HgCl 2 % b. Percobaan : Larutan albumin 2 % Isilah 4 buah tabung reaksi dengan 5 ml larutan albumin 2 % (kira-kira ph 7,0). Pada tabung pertama tambahkan larutan CuSO 4 2 % tetes demi tetes dan perhatikan pengaruh tetesan. Penambahan pereaksi harus dilakukan berangsur-angsur agar membentuk endapan yang larut kembali dengan kelebihan pereaksi dapat terlihat. Ulangi percobaan ini terhadap penambahan Pb. Asetat 2 %, FeCl 3 2 %, dan HgCl 2 %. 3.7 Presipitasi oleh Berbagai Pereaksi Prinsip : Protein peka terhadap beberapa pereaksi organik tertentu. Beberapa pereaksi yang terdiri dari senyawa organik seperti peraksi alkaloid bisa mengendapkan protein. Sediakan 6 buah tabung reaksi, masing-masing berisi 5 ml larutan albumin 2 %. Tambahkan pada masing-masing tabung tetes demi tetes sambil mengocoknya setiap kali, larutan-larutan sebagai berikut : 1. Asam pikrat jenuh. 2. Asam Trichloroasetat 10 %. 3. Asam Sulfosalisilat 10 %. 4. Asam Fosfotungstat (asamkan dengan asam asetat 2 % sebanyak 2 5 tetes). 5. Asam Tannat (tambahkan asam asetat 2 %, 2 5 tetes). 6. Asam Fosfomolybdat (asamkan dengan asam asetat 2 %, 2 5 tetes). 16

17 Perhatikan pengaruh setiap penambahan asam tiap tetesan. Lakukanlah penambahan tersebut sehingga tercapai kelebihan pereaksi. Perubahan apa yang terjadi?. 3.8 Pengaruh Alkohol terhadap Protein Campurkanlah 1 ml larutan albumin 2 % dengan 5 ml alkohol 95 %. Apakah terbentuk presipitasi? Apakah endapan tersebut larut dalam air? Ulangi percobaan ini dengan larutan pepton 2 % dan gelatin 2 %. 3.9 Pengaruh Asam-asam Mineral Kuat Prinsip : Protein dengan asam-asam kuat akan membentuk endapan (presipitasi) yang umumnya irreversibel. Alat-alat : Kertas saring Pipet tetes Alat pemanas Bahan-bahan : a. Pereaksi : Asam khlorida (HCl) pekat Asam sufat (H 2SO 4) pekat Asam nitrat (HNO 3) pekat b. Percobaan : Larutan albumin 2% Pada 5 ml larutan albumin 2 % yangg telah disaring, tambahkan beberapa tetes HCl pekat. Apakah terbentuk presipitasi? Tambahkanlah HCl tetes demi tetes dan perhatikan apakah endapan yang terbentuk larut kembali dengan kelebihan asam? Bagilah menjadi 2 bagian isi tabung tersebut! Panaskan bagian pertama pada penangas air sedangkan bagian kedua simpan pada suhu kamar sampai praktikum berikutnya. Perubahan apa yang terjadi pada kedua tabung tersebut? Ulangi percobaan ini dengan memakai H 2SO 4 dan HNO 3. 17

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA Disusun oleh Nama : Gheady Wheland Faiz Muhammad NIM

Lebih terperinci

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN Molisch Test Uji KH secara umum Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari Australia. Prosedur Kerja : a. Masukkan ke dalam

Lebih terperinci

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori : Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin Dasar teori : Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI)

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI) Jurnal BIOKIMIA Praktikum ke-2, 2011 KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI) Riska Pridamaulia, Hafiz Alim, Eka Martya Widyowati, dan Maharani Intan Kartika Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISA KUALITATIF DAN KUANTITATIF KARBOHIDRAT

ANALISA KUALITATIF DAN KUANTITATIF KARBOHIDRAT ANALISA KUALITATIF DAN KUANTITATIF KARBOHIDRAT Analisis Kualitatif Karbohidrat dengan zat tertentu akan menghasilkan warna tertentu yg dapat dgunakan untuk analisis kualitatif. Beberapa reaksi yg lebih

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA I. PROTEIN A. REAKSI UJI PROTEIN 1. PENGENDAPAN PROTEIN OLEH GARAM-GARAM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN Terkadang ketika di laboratorium, ada rasa ingin tahu bagaimana cara membuat pereaksi molisch, barfoed, seliwanoff dan sebagainya. Nah, disini saya mencoba menyajikan bagaimana

Lebih terperinci

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung.

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung. Pembahasan benedict Pada praktikum biokimia gizi tentang pemeriksaan kadar glukosa urine dengan metode benedict, kelompok kami menggunakan sampel urine fenti. Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan. 1.1 Latar Belakang Percobaan Adalah uji untuk membuktikan

Lebih terperinci

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein II. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menganalisis unsur-unsur yang menyusun protein 2. Uji Biuret pada telur III. DASAR

Lebih terperinci

LAPORAN BIOKIMIA UJI BENEDICT PADA BUAH

LAPORAN BIOKIMIA UJI BENEDICT PADA BUAH LAPORAN BIOKIMIA UJI BENEDICT PADA BUAH Disusun oleh : Oleh: DEWI FIRDAUSI NUZULAH Nim. (133204005) PENDIDIKAN BIOLOGI A 2013 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 PERCOBAAN KARBOHIDRAT TUGAS PRAKTIKUM : MENGIDENTIKASI LARUTAN SAMPEL, APAKAH TERMASUK MONO, DI ATAU POLISAKARIDA DAN APA JENISNYA.

PERTEMUAN 2 PERCOBAAN KARBOHIDRAT TUGAS PRAKTIKUM : MENGIDENTIKASI LARUTAN SAMPEL, APAKAH TERMASUK MONO, DI ATAU POLISAKARIDA DAN APA JENISNYA. PERTEMUAN 2 PERCOBAAN KARBOHIDRAT TUGAS PRAKTIKUM : MENGIDENTIKASI LARUTAN SAMPEL, APAKAH TERMASUK MONO, DI ATAU POLISAKARIDA DAN APA JENISNYA. PENDAHULUAN Karbohidrat disebut juga sakarida. Karbohidrat

Lebih terperinci

R E A K S I U J I P R O T E I N

R E A K S I U J I P R O T E I N R E A K S I U J I P R O T E I N I. Tujuan Percobaan Memahami proses uji adanya protein (identifikasi protein) secara kualitatif. II. Teori Dasar Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul

Lebih terperinci

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan HASIL DAN DATA PENGAMATAN 1. Uji molish warna cincin ungu pada batas larutan pati cincin ungu pada batas larutan arabinosa cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa

Lebih terperinci

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif.

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. II. Tujuan : Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. III. Alat dan bahan : Rak tabung reaksi Tabung reaksi Gelas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 17 Oktober 2013 Nama Mahasiswa : 1. Nita Andriani Lubis 2. Ade Sinaga Tujuan Praktikum : Teori 1. Mengetahui pembuatan

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Analisa Karbohidrat Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Definisi Karbohidrat Turunan aldehida atau keton yang memiliki rumus umum (CH 2 O) n atau C n H 2n O n. Karbohidrat terbentuk dari sintesa

Lebih terperinci

PERCOBAAN I KARBOHIDRAT Uji Molish

PERCOBAAN I KARBOHIDRAT Uji Molish 1 PERCOBAAN I KARBOHIDRAT 1. Tujuan Instruksional Mahasiswa diharapkan mampu : a. Mengenal berbagai macam karbohidrat b. Menjelaskan cara pengujian tentang adanya karbohidrat 1.1. Uji Molish 2. Dasar Teori

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih ANALISIS KARBOHIDRAT Analisis Zat Gizi Teti Estiasih 1 Definisi Ada beberapa definisi Merupakan polihidroksialdehid atau polihidroksiketon Senyawa yang mengandung C, H, dan O dengan rumus empiris (CH2O)n,

Lebih terperinci

SIFAT DAN REAKSI MONOSAKARIDA DAN DISAKARIDA

SIFAT DAN REAKSI MONOSAKARIDA DAN DISAKARIDA AARA I SIFAT DAN REAKSI MONOSAKARIDA DAN DISAKARIDA A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan praktikum : Mengidentifikasi jenis sakarida sesuai dengan jenis reaksinya 2. ari, tanggal praktikum : Sabtu, 29 Juni

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I UJI ASAM AMINO UJI MILLON UJI HOPKINS-COLE UJI NINHIDRIN Oleh LUCIANA MENTARI 06091010033 PROGRAM PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lebih terperinci

LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN

LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN Nama : Ade Tria NIM : 10511094 Kelompok : 4 Shift : Selasa Siang Nama Asisten : Nelson Gaspersz (20512021) Tanggal Percobaan

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan Latar Belakang Tujuan: Menentukan kadar gula pereduksi dalam bahan pangan Prinsip: Berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PABRIKASI GULA I PENGARUH WAKTU TERHADAP KERUSAKAN MONOSAKARIDA

LAPORAN RESMI PABRIKASI GULA I PENGARUH WAKTU TERHADAP KERUSAKAN MONOSAKARIDA LAPORAN RESMI PABRIKASI GULA I PENGARUH WAKTU TERHADAP KERUSAKAN MONOSAKARIDA NAMA :Dian Ratnasari PRODI :Teknik Kimia NIM: 12.01.4017 KAMPUS POLITEKNIK LPP Jln. LPP No 1A, Balapan, Yogyakarta 55222, Telp

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam

Lebih terperinci

Gugus Fungsi Senyawa Karbon

Gugus Fungsi Senyawa Karbon Gugus Fungsi Senyawa Karbon Gugus fungsi merupakan bagian aktif dari senyawa karbon yang menentukan sifat-sifat senyawa karbon. Gugus fungsi tersebut berupa ikatan karbon rangkap dua, ikatan karbon rangkap

Lebih terperinci

02/12/2010. Presented by: Muhammad Cahyadi, S.Pt., M.Biotech. 30/11/2010 mcahyadi.staff.uns.ac.id. Kemanisan

02/12/2010. Presented by: Muhammad Cahyadi, S.Pt., M.Biotech. 30/11/2010 mcahyadi.staff.uns.ac.id. Kemanisan Presented by: Muhammad Cahyadi, S.Pt., M.Biotech Kemanisan Beberapa monosakarida dan oligosakarida memiliki rasa manis bahan pemanis Contoh: sukrosa (kristal), glukosa (dalam sirup jagung) dan dekstrosa

Lebih terperinci

ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT

ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT LAPORAN PRATIKUM KIMIA PANGAN ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT Disusun Oleh : KELOMPOK 6 GIZI NONREGULER M. Rifki Fahrian (12310075) M. Zefri (12310076) Najah Imtihani (12310077) Nia Indah Yurica (12310078)

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Protein dan Karbohidrat : Sifat dan Reaksi Kimia Nama : Grace E M Hutahaean NIM : 11212021 Kelompok : 3 Tanggal percobaan : 24 Oktober 2013 Tanggal Pengumpulan laporan :

Lebih terperinci

Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~

Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~ Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~ By. Jaya Mahar Maligan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2014 Metode Analisis

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015 LAPORAN PRAKTIKUM NAMA PRAKTIKAN : Nini Chairani (14700801) Zakirullah Syafei (1470080) PRODI : Magister Ilmu Biolmedik JUDUL : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 015

Lebih terperinci

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL REAKSI-REAKSI ALKHL DAN FENL TUJUAN Tujuan dari Percobaan ini adalah: 1. Membedakan alkohol dengan fenol berdasarkan reaksinya dengan asam karboksilat 2. Membedakan alkohol dan fenol berdasarkan reaksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari harus mengandung nutrient yang diperlukan tubuh. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan nutrient

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

BAB I IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL

BAB I IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL BAB I IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL TUJUAN : Mengetahui sifat fisik alkohol dan fenol Membedakan senyawa alkohol primer, sekunder, tersier dan fenol dengan menggunakan tes Lucas dan Ferri Klorida A.

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 24 Sesi NGAN Review IV A. KARBOHIDRAT 1. Di bawah ini adalah monosakarida golongan aldosa, kecuali... A. Ribosa D. Eritrosa B. Galaktosa E. Glukosa C. Fruktosa

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

KELOMPOK 5 BILANGAN OKSIDASI NITROGEN

KELOMPOK 5 BILANGAN OKSIDASI NITROGEN KELOMPOK 5 BILANGAN OKSIDASI NITROGEN DATA PENGAMATAN Eksperimen 1 : Reaksi Eksperimen 2 : Pemanasan Garam Nitr Asam Nitrat dengan Logam Cu Perlakuan 1 keping logam Cu + HNO3 pekat beberapa tetes 1 keping

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK OLEH: NAMA : ISMAYANI STAMBUK : F1 F1 10 074 KELOMPOK : III KELAS : B ASISTEN : RIZA AULIA JURUSAN FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) Di Susun Oleh : Nama praktikan : Ainutajriani Nim : 14 3145 453 048 Kelas Kelompok : 1B : IV Dosen Pembimbing : Sulfiani, S.Si PROGRAM STUDI DIII ANALIS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS ANALISA KUALITATIF SENYAWA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS ANALISA KUALITATIF SENYAWA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS ANALISA KUALITATIF SENYAWA ORGANIK Disusun oleh : 1. Filania S. Kanja (2443013133) 2. Ni Made Uthari (2443013195) 3. Angelina Ajeng (2443013268) 4. Desi Setyowati (2443013288)

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

PEMBUATAN REAGEN KIMIA PEMBUATAN REAGEN KIMIA 1. Larutan indikator Phenol Pthalein (PP) 0,05 % 0,05 % = 0,100 gram Ditimbang phenol pthalein sebanyak 100 mg dengan neraca kasar, kemudian dilarutkan dengan etanol 96 % 100 ml,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF Disusun Oleh : Prima W. Subagja 41204720109035 UNIVERSITAS NUSA BANGSA MIPA KIMIA 2010 ANALISIS KATION A. TUJUAN Mengidentifikasi suatu unsur kimia dalam cuplikan

Lebih terperinci

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik 2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik Modul 1: Reaksi-Reaksi Logam Transisi & Senyawanya TUJUAN (a) Mempelajari reaksi-reaksi logam transisi dan senyawanya, meliputi reaksi

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Kezia Christianty C NRP : 123020158 Kel/Meja : F/6 Asisten : Dian

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi BIOMOLEKUL L KARBOHIDRAT A. PENGGOLONGAN

KIMIA. Sesi BIOMOLEKUL L KARBOHIDRAT A. PENGGOLONGAN KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 21 Sesi NGAN BIOMOLEKUL L KARBOHIDRAT Karbohidrat adalah kelompok senyawa aldehid dan keton terpolihidroksilasi yang tersusun dari atom C, H, dan O. Karbohidrat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Asam Amino dan Protein

Asam Amino dan Protein Modul 1 Asam Amino dan Protein Dra. Susi Sulistiana, M.Si. M PENDAHULUAN odul 1 ini membahas 2 unit kegiatan praktikum, yaitu pemisahan asam amino dengan elektroforesis kertas dan uji kualitatif Buret

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : 1. Irmayanti (157008011) 2. Binayanti Nainggolan (157008008) 3. Henny Gusvina Batubara (157008010) Tanggal Praktikum : 31 Maret 2016 Tujuan

Lebih terperinci

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O Dody H. Dwi Tiara Tanjung Laode F. Nidya Denaya Tembaga dalam bahasa latin yaitu Cuprum, dalam bahasa Inggris yaitu Copper adalah unsur kimia yang mempunyai simbol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1. BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN A.1. Alat yang digunakan : A.1.1 Alat yang diperlukan untuk pembuatan Nata de Citrullus, sebagai berikut: 1. Timbangan 7. Kertas koran 2. Saringan 8. Pengaduk 3. Panci

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 KARBOHIDRAT : SARAH MELATI D : K TANGGAL PERCOBAAN : 02 APRIL 2011

PERCOBAAN 1 KARBOHIDRAT : SARAH MELATI D : K TANGGAL PERCOBAAN : 02 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN 1 KARBOHIDRAT NAMA : SARAH MELATI D NIM : K211 10 291 KELOMPOK : 6 ( ENAM ) ASISTEN : NUR RADHIYAH TANGGAL PERCOBAAN : 02 APRIL 2011 LABORATORIUM TERPADU KESEHATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion

Lebih terperinci

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 D. Tujuan : Menentukan kadar glukosa dalam darah. E. Dasar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA II (Alkohol, Fenol, dan Asam Karboksilat) A. DATA PENGAMATAN No. Perlakuan Hasil

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA II (Alkohol, Fenol, dan Asam Karboksilat) A. DATA PENGAMATAN No. Perlakuan Hasil LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA II (Alkohol, Fenol, dan Asam Karboksilat) A. DATA PENGAMATAN No. Perlakuan Hasil 1. Golongan Alkohol Etanol + K2Cr 2 O 7 + H 2 SO 4 50 % Larutan warna kuning + H2SO4

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN Disusun oleh Nama : Cinderi Maura Restu NPM : 10060312009 Shift / kelompok : 1 / 2 Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2012 Tanggal Laporan :

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TUGAS KIMIA DASAR LAPORAN PRAKTIKUM REAKSI REAKSI KIMIA OLEH : KELOMPOK 7 1.Ida Ayu Putu Sri Puspitawati 2.Putu Devi Yani 1213031023 1213031017 3.Lalu Tio Noval Wiratama 1213031006 UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGAMATAN I. Pengujian Secara Kualitatif 1. Uji Benedict 1 Glukosa Biru Muda Orange 2 Fruktosa Biru Muda Orange 3 Sukrosa Biru Muda Biru Muda 4 Maltosa Biru Muda Orange

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif Formalin dalam sampel Mie basah. Hasil Uji (+/-)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif Formalin dalam sampel Mie basah. Hasil Uji (+/-) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif Formalin dalam sampel Mie basah Sampel Hasil Uji (+/-) Keterangan Schiff Tidak terjadi perubahan warna Sampel A Tollens Tidak

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208 PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN NAMA : ERICA PUSPA NINGRUM NIM : J1C111208 KELOMPOK : II (DUA) ASISTEN : TAUFIK NOOR KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : Meutia Atika Faradilla (147008014) Sri Wulandari (147008005) Tanggal Praktikum : 10 Maret 2015 Tujuan Praktikum : 1. Memahami prinsip dasar

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT I Uji Molisch, Benedict, Barfoed, dan Fermentasi

KARBOHIDRAT I Uji Molisch, Benedict, Barfoed, dan Fermentasi Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Jumat, 25 September 2015 Struktur dan Fungsi Biomolekul Waktu : 08.00-11.00 WIB PJP : Inda Setyawati, STP, MSi Asisten : Listia Vidyawati MM Mayang Dewi MU Annisa Dhiya

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM : 2 PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : Sunarti NIM :147008015 Hari/ tgl: Selasa, 3 Maret 2015 Tujuan Praktikum: 1. Mengerti prnsip dasar tentang larutan buffer (penyangga)

Lebih terperinci

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar Kimia XI SMA 179 BAB 6 Larutan Penyangga Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian larutan penyangga dan komponen penyusunnya. 2. Merumuskan persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Penentuan Kadar Glukosa Darah Oleh : Kelompok 4 - Offering C Desy Ratna Sugiarti (130331614749) Rita Nurdiana (130331614740)* Sikya Hiswara (130331614743) Yuslim Nasru S. (130331614748)

Lebih terperinci

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) NAMA : KARMILA (H311 09 289) FEBRIANTI R LANGAN (H311 10 279) KELOMPOK : VI (ENAM) HARI / TANGGAL : JUMAT / 22 MARET

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea terhadap ketersediaan NH3, volatile fatty acids dan protein total secara in vitro dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM II PRATIKUM PH METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRATIKUM II PRATIKUM PH METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRATIKUM II PRATIKUM PH METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA NAMA : ASTRID SISKA PRATIWI (147008007) IKA WARAZTUTY (147008019) PRODI : MAGISTER ILMU BIOMEDIK TGL PRATIKUM : 10 MARET 2015 TUJUAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS ANALISIS KUALITATIF SENYAWA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS ANALISIS KUALITATIF SENYAWA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS ANALISIS KUALITATIF SENYAWA ORGANIK Golongan / Kelompok : U / D Maria Yosevine K / 2443013033 Chia EstiPhany / 2443013139 SitiHafidatul M / 2443013182 Nori Diva Tanisa

Lebih terperinci

Tujuan : untuk mengetahui atau melihat ph, warna, kekeruhan, Bj, bau dan buih

Tujuan : untuk mengetahui atau melihat ph, warna, kekeruhan, Bj, bau dan buih 1.PEMERIKSAAN URIN RUTIN A.PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URIN Tujuan : untuk mengetahui atau melihat ph, warna, kekeruhan, Bj, bau dan buih Alat/ bahan: Pipet tetes Tabung reaksi Refraktometer Kertas lakmus

Lebih terperinci