IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Lignin Klason dan lignin terlarut asam Kandungan lignin kayu tarik; lignin Klason dan lignin terlarut asam; beragam berdasarkan posisi dalam batang kayu. Dalam penentuan kandungan lignin pada jenis kayu daun lebar, kandungan lignin terlarut asam perlu mendapat perhatian karena berpengaruh terhadap keakuratan kandungan total lignin kayu. Selain itu, lignin terlarut asam merupakan suatu fenomena dari reaktivitas lignin yang berkaitan dengan struktur kimia molekul lignin. Oleh sebab itu, ada dugaan bahwa perbedaan kandungan lignin terlarut asam pada posisi melingkar batang merupakan implikasi dari perbedaan struktur kimia molekul lignin. Perbedaan ini terjadi selama pertumbuhan kayu reaksi sebagai akibat dari faktor mekanis dari lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan jenis kayu api-api dan sengon memiliki keragaman kandungan lignin dalam satu batang (Tabel 3). Kandungan lignin Klason cenderung meningkat dari arah bagian kayu tarik ke bagian kayu opposit. Kayu tarik memiliki kandungan lignin Klason sebesar 18,60% untuk kayu api-api dan 18,20% untuk kayu sengon, sedangkan bagian kayu opposit memiliki kandungan lignin Klason sebesar 20,72% untuk kayu api-api dan 21,50% untuk kayu sengon. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan Timell (1986) pada kayu tarik Eucalyptus goniocalyx F. Muell dengan kandungan lignin bagian kayu tarik sekitar 14% sedangkan bagian oppositnya sebesar 23%. Perbedaan kandungan lignin Klason maupun lignin total antara kayu tarik dan kayu opposit dapat dijelaskan melalui sifat anatomis kayu tarik. Panshin dan de Zeeuw (1970), menyatakan bahwa pada bagian kayu tarik terjadi modifikasi serat dan dinding sel yang membentuk lapisan gelatin. Keberadaan lapisan gelatin ini membuat lapisan dinding sel pada bagian kayu tarik menjadi lebih tebal dibandingkan dengan kayu normal dan terlihat tidak ada indikasi dari keberadaan lignin pada bagian yang membentuk lapisan gelatin. Haygreen dan Bowyer (1996) menambahkan, dinding sel sekunder kayu tarik yang tebal dan terikat secara lemah hampir seluruhnya mengandung selulosa

2 murni dengan bagian kristalin yang tinggi. Oleh sebab itu, lapisan ini mengandung sedikit lignin, lapisan ini lunak atau seperti gelatin. Khusus untuk kayu opposit, daerah pertumbuhan yang tertekan pada kayu tarik atau bagian opposit kayu tarik dilaporkan memiliki serat (fiber) yang lebih sedikit dan pendek dengan kandungan lignin yang tinggi pada dinding-dinding selnya (Panshin dan de Zeeuw 1970). Tabel 3. Kandungan lignin Klason, lignin terlarut asam dan total lignin kayu tarik api-api (Avicennia sp.) dan sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pada arah melingkar batang Jenis Kayu Api-api Posisi Sampel Klason (%) Lignin ASL *) (%) Total (%) Klason/ Total ASL/Total 0 o 18,60 5,46 24,06 0,773 0, o 19,21 5,47 24,68 0,778 0, o 20,47 5,05 25,52 0,802 0, o 20,72 5,22 25,94 0,799 0, o 20,49 5,19 25,68 0,798 0, o 19,94 5,30 25,24 0,790 0,210 0 o 18,20 2,10 20,30 0,897 0, o 21,03 2,19 23,22 0,906 0,094 Sengon 120 o 22,19 2,77 24,96 0,889 0, o 21,50 3,24 24,74 0,869 0, o 20,70 2,91 23,61 0,877 0, o 20,45 2,58 23,03 0,888 0,112 (ket: 0 o : bagian kayu tarik; 180 o : bagian kayu opposit; *) ASL: Lignin Terlarut Asam) Terdapat kecenderungan proporsi kandungan lignin terlarut asam kayu apiapi (Avicennia sp.) yang semakin rendah, dari bagian kayu tarik ke arah bagian kayu opposit, yang diikuti dengan semakin tingginya kandungan lignin Klason (Gambar 6). Kecenderungan ini ditemukan pula pada kayu tarik Melia azedarach (Syafii dan Nawawi 2008), dan kayu tarik poplar (Akiyama et al. 2005). Sehingga kalau benar asumsi bahwa lignin terlarut asam berkaitan dengan struktur kimia lignin, hal ini menunjukkan bahwa selama pembentukan kayu tarik pada jenis

3 hardwood, bukan saja menyebabkan perubahan kandungan lignin tetapi diikuti oleh perubahan struktur kimianya. Lignin terlarut asam dalam hardwood berkisar antara 3-5%. Beberapa peneliti bahkan melaporkan kandungan lignin terlarut asam hardwood bisa lebih tinggi dari kisaran 3-5% (Fengel dan Wegener 1995; Yasuda dan Ota 1986). Akiyama et al. (2005), melaporkan bahwa kandungan lignin terlarut asam lebih rendah untuk semua jenis softwood (< 0,005 g/g atau 0,5%). Untuk hardwood memiliki kandungan yang lebih tinggi berkisar antara 0,0065 g/g (0,65%) untuk jenis ulin (Eusideroxylon zwageri) sampai 0,053 g/g (5,3%) untuk jenis Avicennia sp. Gambar 6. Kandungan lignin Klason, lignin terlarut asam dan total lignin kayu tarik apiapi (Avicennia sp.) pada arah melingkar batang (Ket: 0 dan 360 : bagian kayu tarik dan 180 : bagian kayu opposit) Pada jenis kayu sengon, kandungan lignin terlarut asam meningkat searah melingkar batang, dari bagian kayu tarik ke bagian kayu opposit, seiring dengan naiknya kandungan lignin Klason (Gambar 7). Jumlah kandungan lignin terlarut asam kayu sengon pada bagian kayu tarik adalah 2,10% dan bagian kayu opposit adalah 3,24%. Kecenderungan kandungan lignin yang terjadi pada kayu sengon berbeda dengan kayu api-api. Pada kayu sengon, lignin terlarut asam yang tinggi dihasilkan dari bagian kayu dengan kandungan lignin yang tinggi. Hal ini mendukung hipotesis bahwa lignin terlarut asam lebih ditentukan oleh komposisi struktur kimia lignin dan tidak berkaitan dengan jumlah lignin secara kuantitatif. Oleh sebab itu, muncul dugaan bahwa lignin terlarut asam merupakan salah satu

4 indikator dari reaktivitas lignin dalam kondisi asam terkait dengan struktur kimia penyusunnya (Syafii dan Nawawi 2008). Hubungan lignin terlarut asam dengan lignin Klason pada kayu tarik sengon yang ditemukan pada penelitian ini mungkin berbeda jika dibandingkan dengan kayu tarik jenis lainnya. Hal ini mengindikasikan adanya keragaman kandungan lignin pada beberapa kayu tarik tropis bukan saja pada antar jenis yang berbeda tetapi juga dalam satu batang pohon yang sama. Gambar 7. Kandungan lignin Klason, lignin terlarut asam dan total lignin kayu tarik sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pada arah melingkar batang (Ket: 0 dan 360 : bagian kayu tarik dan 180 : bagian kayu opposit) Dari penelitian didapatkan hasil rata-rata lignin Klason untuk api-api adalah 19,91% dan 20,68% untuk sengon, sedangkan untuk rata-rata kandungan lignin terlarut asam untuk api-api adalah 5,28% dan 2,63% untuk sengon. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kandungan lignin terlarut asam pada api-api cenderung lebih besar dibandingkan dengan sengon. Kecenderungan ini dapat dipengaruhi oleh kondisi, waktu reaksi, struktur kimia lignin dan hemiselulosa kayu. Waktu reaksi hidrolisis asam sulfat 72% yang diperpanjang dalam beberapa kasus dapat meningkatkan kandungan lignin terlarut asam (Yasuda et al. 2001). Kemungkinan lain adalah dominannya reaksi kondensasi yang amat kuat antar komponen lignin membentuk produk kondensasi sebagai residu (Matsushita et al. 2004). Disamping itu, hemiselulosa kayu diduga berkontribusi pula pada pembentukan lignin terlarut asam selama perlakuan asam sulfat 72%. Yasuda et al. (2001) dan Matsushita et al. (2004), menyatakan bahwa hemiselulosa mungkin berperan penting dalam proses pembentukan lignin terlarut asam. Ikatan antara

5 lignin dengan hemiselulosa ini dinamakan lignin carbohydrate complex (LCC) atau lignin hemicelluloses complex (LHC). Hal ini didasarkan pada hasil penelitian lignin model oleh Matsushita et al. (2004) bahwa produk lignin terlarut asam dari perlakuan lignin model berupa fragmen produk kondensasi antara lignin dengan hemiselulosa yang stabil pada reaksi hidrolisis asam sulfat 3% panas dan bersifat terlarut. Ditemukan pula bahwa jenis kayu daun lebar (hardwood) dengan kandungan metoksil tinggi menghasilkan lignin terlarut asam yang tinggi (Akiyama et al 2005). Hal ini diduga berkaitan dengan kandungan lignin siringil yang dipercaya dapat meningkatkan jumlah ikatan lignin terlarut asam dengan produk-produk karbohidrat melalui ikatan C-glikosida yang dibentuk selama proses kondensasi dengan hemiselulosa. Yasuda et al. (2001) menemukan pada lignin terlarut asam, fraksi yang terlarut dalam asam sulfat 72% mengandung 58% siringil dan yang tidak terlarut dalam 72% asam sulfat mengandung 19% lignin siringil. Lignin terlarut asam sebagai bagian dari filtrat yang terbentuk dari hasil hidrolisis lignin Klason secara langsung memberikan efek yang cukup besar terhadap hasil total lignin kayu, khususnya pada jenis kayu hardwood. Kandungan lignin Klason pada kayu api-api berkisar antara 77,3%-80,2% dan lignin terlarut asam berkisar antara 19,8%-22,7% terhadap total lignin. Lignin terlarut asam yang cukup besar pada kayu api-api dapat menyebabkan bias pada penentuan kandungan lignin. Untuk kayu sengon kandungan lignin Klason berkisar antara 86,9%-90,6% dan lignin terlarut asam berkisar antara 9,4%-13,1% terhadap total lignin. Walaupun kandungan lignin kedua jenis kayu tersebut relatif hampir sama, akan tetapi memiliki lignin terlarut asam yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan lignin terlarut asam tidak berkorelasi dengan kandungan lignin. Jika dilihat dari rataan lignin terlarut asam terhadap total lignin antara kedua jenis, jenis api-api memiliki rataan lignin terlarut asam sebesar 21% terhadap total lignin dan jenis sengon memiliki rataan lignin terlarut asam sebesar 11,25% terhadap total lignin. Oleh karena itu, kandungan lignin terlarut asam harus diperhitungkan pada penentuan kandungan lignin total untuk kedua jenis

6 kayu. Achmadi (1990), menyatakan bahwa analisis lignin Klason dapat dilakukan terhadap kayu daun jarum, tetapi kurang tepat untuk kayu daun lebar karena 10-20% lignin kayu daun lebar dapat larut dalam asam sulfat 72%. Lignin yang terlarut ini harus dikoreksi dengan metode spektroskopi yang diukur dengan panjang gelombang 205 nm Hubungan lignin terlarut asam dengan rasio siringil/guaiasil Sifat kimia lignin pada kayu api-api dan sengon dipengaruhi oleh struktur kimia ligninnya yang terutama disusun oleh unit siringil dan guaiasil, yang merupakan karakter dari jenis lignin penyusun kayu daun lebar. Banyaknya monomer siringil dan guaiasil yang menyusun makromolekul lignin bukan saja menentukan lignin secara kuantitatif, akan tetapi proporsi siringil dan guaiasil dapat mempengaruhi reaktivitas lignin. Oleh sebab itu, proporsi siringil dan guaiasil sangat mungkin berperan penting dalam pembentukan lignin terlarut asam yang dihasilkan setelah terjadinya proses hidrolisis pada saat penentuan lignin Klason. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan adanya korelasi antara lignin terlarut asam dengan kandungan metoksil dalam lignin (Yasuda dan Hirano 1990; Akiyama et al. 2005). Kayu daun lebar (hardwood) dengan kandungan metoksil yang tinggi menghasilkan lignin terlarut asam yang tinggi pula. Oleh karena metoksil merupakan substituen dari monomer lignin, maka tinggi rendahnya kandungan metoksil berkaitan dengan proporsi unit monomer penyusun lignin. Seperti diketahui, unit siringil lignin memiliki dua unit gugus fungsi metoksil pada posisi C-3 dan C-5 dari cincin aromatik, sedangkan unit guaiasil hanya memiliki satu unit gugus metoksil. Separuh dari total lignin yang terlarut dalam asam sulfat 72% mengindikasikan adanya lignin siringil setelah kondensasi yang kuat dengan jumlah yang besar. Tingkat kelarutan lignin pada 72% asam sulfat telah ditemukan meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan metoksil (Yasuda dan Hirano 1990) Hasil penelitian menunjukkan terdapat kecenderungan bahwa pembentukan lignin terlarut asam semakin tinggi dengan semakin tingginya rasio siringil/guaiasil penyusun lignin (Gambar 8 dan 9), sedangkan hubungan antara

7 lignin Klason dengan rasio siringil/guaiasil berbeda untuk jenis api-api dan sengon. Pada jenis api-api rasio siringil/guaiasil meningkat seiring dengan menurunnya kandungan lignin Klason. Pada kayu sengon semakin tinggi rasio siringil/guaiasil sejalan dengan semakin tingginya kandungan lignin Klason (Tabel 4). Tabel 4. Kandungan lignin dan rasio siringil/guaiasil pada kayu tarik api-api (Avicennia sp.) dan sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) Jenis Kayu Api-api Posisi Sampel Klason (%) Lignin ASL (%) Total (%) Siringil/ guaiasil *) 0 o 18,60 5,46 24,06 4,22 60 o 19,21 5,47 24,68 4, o 20,47 5,05 25,52 3, o 20,72 5,22 25,94 3, o 20,49 5,19 25,68 3, o 19,94 5,30 25,24 4,09 0 o 18,20 2,10 20,30 1,22 60 o 21,03 2,19 23,22 1,32 Sengon 120 o 22,19 2,77 24,96 1, o 21,50 3,24 24,74 1, o 20,70 2,91 23,61 1, o 20,45 2,58 23,03 1,34 (ket: 0 o : bagian kayu tarik; 180 o : bagian kayu opposit; ASL: Lignin Terlarut Asam; *) Syafii dan Nawawi 2008) Hubungan antara lignin terlarut asam dengan rasio siringil/guaiasil (rasio S/G) untuk jenis api-api memberikan koefisien determinasi sebesar 0,686 (R 2 = 0,686) dan 0,869 (R 2 =0,869) untuk kayu sengon, yang mengindikasikan bahwa hubungan tersebut cukup kuat.

8 Gambar 8. Korelasi lignin terlarut asam dengan rasio S/G kayu tarik api-api (Avicennia sp.) Gambar 9. Korelasi lignin terlarut asam dengan rasio S/G kayu tarik sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) Dari persamaan tersebut dapat terlihat bahwa kandungan lignin terlarut asam meningkat seiring dengan meningkatnya rasio siringil/guaiasil. Hal ini mendukung dugaan awal bahwa lignin terlarut asam merupakan sinyalemen dari karakteristik reaktivitas molekul lignin dalam kondisi asam. Oleh sebab itu, kemungkinan besar pembentukan lignin terlarut asam lebih berkaitan dengan karakteristik struktur kimia molekul lignin dibanding kandungan lignin secara kuantitatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Yasuda et al. (2001), bahwa siringil memiliki reaktivitas yang tinggi selama reaksi kondensasi dengan karbohidrat dalam 72% asam sulfat, menghasilkan glikosida dengan ikatan karbon-karbon (C-C).

9 Selain itu, hasil ini mempertegas hasil penelitian Yasuda dan Hirano (1990) dan Akiyama et al. (2005) yang menemukan adanya korelasi positif antara kandungan metoksil dengan lignin terlarut asam. Kecenderungan rasio siringil/guaiasil dapat dievaluasi berdasarkan kandungan metoksil pada lignin. Hal ini karena metoksil merupakan salah satu karakter pembeda antara siringil dengan guaiasil lignin. Semakin tinggi proporsi unit siringil dibanding guaiasil akan menyebabkan kandungan metoksil yang semakin tinggi pula. Jadi, dapat dilihat bahwa lignin terlarut asam akan meningkat sejalan dengan meningkatnya kandungan metoksil yang menunjukkan semakin tingginya rasio siringil/guaiasil. Keterkaitan antara proporsi siringil/guaiasil lignin dengan pembentukan lignin terlarut asam sangat ditentukan oleh reaktivitas kedua jenis unit penyusun lignin selama perlakuan asam sulfat. Pada dasarnya reaksi utama yang terjadi selama perlakuan asam sulfat pada penentuan lignin Klason adalah reaksi hidrolisis dan kondensasi (Yasuda dan Ota 1986; Yasuda dan Hirano 1990; Matsushita et al. 2004). Berdasarkan mekanisme reaksi lignin model selama penentuan lignin Klason, guaiasil akan terhidrolisis dan kemudian mengalami re-kondensasi pada perlakuan asam sulfat 72% menghasilkan produk kondensasi yang stabil dan tidak larut yang merupakan residu sebagai lignin Klason. Sementara itu, siringil lignin akan terhidrolisis dan terlarut dengan cepat pada asam sulfat 72%. Pada saat yang sama siringil lignin mengalami kondensasi antar unit yang sama dan kondensasi dengan karbohidrat serta reaksi-reaksi lainnya. Reaksi-reaksi tersebut menghasilkan lignin terlarut asam dan lignin Klason yang tidak larut. Formasi lignin terlarut asam dari fraksi yang terlarut dalam 72% asam sulfat kelihatannya berkaitan dengan reaktivitas yang tinggi dari siringil (Yasuda dan Hirano 1990; Matsushita dan Yasuda 2002). Menurut Syafii dan Nawawi (2008), hubungan antara kandungan lignin, lignin terlarut asam dan rasio siringil/guaiasil yang terjadi pada jenis kayu daun lebar menunjukkan bahwa kayu reaksi sebagai respon pertumbuhan pohon terhadap faktor mekanis dari lingkungan, bukan saja menyebabkan perubahan kandungan lignin akan tetapi juga struktur kimianya. Sebagai akibatnya, kayu reaksi dibanding kayu normal atau kayu opposit bukan saja berbeda dalam hal

10 jumlah kandungan ligninnya akan tetapi juga dalam komposisinya yang berimplikasi terhadap perbedaan reaktivitasnya. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap sifat pengolahan dan penggunaan kayu berbasis komponen kimianya. Kecenderungan lignin siringil-guaiasil yang meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan lignin terlarut asam memberikan implikasi terhadap sifat kimia kayu. Penentuan ada tidaknya hubungan yang relatif kuat antara rasio siringil/guaiasil dengan lignin terlarut asam akan memberikan gambaran terhadap sifat kayu yang pada akhirnya akan menentukan proses pengolahan dan penggunaan kayu selanjutnya. Salah satu pengolahan dan pemanfaatan kayu yang berhubungan dengan kimia lignin adalah proses pulping. Pada proses pulping, lignin mengalami proses degradasi dan pelarutan yang dinamakan proses delignifikasi. Proses delignifikasi bertujuan untuk menghilangkan lignin dengan menghindari degradasi terhadap polisakarida. Sudah diterima secara luas bahwa kayu dengan kandungan lignin yang rendah akan lebih mudah untuk didelignifikasi dibandingkan dengan kayu yang mempunyai kandungan lignin yang tinggi (Panshin dan de Zeeuw 1970). Hal ini karena kandungan lignin yang semakin tinggi akan membutuhkan bahan kimia yang semakin banyak dan atau proses pulping yang semakin lama serta akan menghasilkan kertas bermutu rendah. Jumlah lignin dalam kayu tarik umumnya lebih rendah dibandingkan dengan kayu normal, sehingga akan lebih mudah untuk dilakukan proses pulping dengan kebutuhan bahan kimia yang relatif lebih sedikit. Selain kandungan lignin dalam kayu, struktur kimia lignin juga memegang peranan penting dalam proses pulping. Komposisi penyusun lignin akan sangat menentukan reaktivitas lignin. Semakin banyak unit penyusun lignin yang reaktif, akan berpotensi semakin tinggi laju delignifikasi sehingga proses pulping menjadi lebih mudah. Lignin guaiasil mempunyai lebih banyak daerah ikatan (binding site) per molekul dibanding lignin siringil. Proporsi yang lebih tinggi dari struktur terkondensasi akan direfleksikan oleh tingginya jumlah binding site. Derajat kondensasi yang lebih tinggi menjadikan polimer lignin lebih sulit untuk didegradasi secara kimia selama proses pulping. Hal ini yang menyebabkan lebih rendahnya laju delignifikasi pada jenis kayu daun jarum yang ligninnya didominasi oleh unit guaiasil.

11 Kayu yang mengandung unit siringil lebih mudah untuk didelignifikasi. Adanya unit siringil dalam lignin berarti menambah tingginya kandungan metoksil di dalam struktur lignin. Lignin yang mangandung unit siringil tidak mudah mengalami reaksi kondensasi dengan binding site yang lebih sedikit. Menurut Panshin dan de Zeeuw (1970), guaiasil merupakan hasil substitusi dari fenilpropana dengan satu gugus metoksil sedangkan siringil disubstitusi dengan dua gugus metoksil. Oleh karena itu, unit siringil tidak mudah mengalami kondensasi. Menurut Singh et al. (1982) dalam Rahmawati (1999), Laju delignifikasi meningkat dengan peningkatan rasio S/V (siringil/vanillin) pada lignin. Hal ini dipercaya sebagai akibat dari lebih reaktifnya unit siringil dibanding guaiasil lignin, misalnya dalam larutan alkali pulping. Gonzalez-Vila et al. (1999) dan del Rio et al. (2005) menemukan bahwa pada beberapa jenis kayu eukaliptus, tingginya laju delignifikasi dalam proses pulping berkaitan dengan tingginya rasio siringil/guaiasil. Oleh sebab itu, rasio siringil/guaiasil kelihatannya akan menjadi faktor penting yang mempengaruhi laju delignifikasi dan efisiensi proses pulping.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Lignin Klason Lignin Klason merupakan residu reaksi hidrolisis kayu yang mendegradasi dan melarutkan polisakarida kayu dengan menggunakan asam sulfat 72% (Yasuda et al.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lignin Lignin merupakan komponen dinding sel tumbuhan berupa fenolik heteropolimer yang dihasilkan dari rangkaian oksidatif di antara tiga unit monomer penyusunnya yaitu p-coumaryl,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 46 HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Non Struktural Sifat Kimia Bahan Baku Kelarutan dalam air dingin dinyatakan dalam banyaknya komponen yang larut di dalamnya, yang meliputi garam anorganik, gula, gum, pektin,

Lebih terperinci

KERAGAMAN LIGNIN TERLARUT ASAM (ACID SOLUBLE LIGNIN) PADA EMPAT JENIS KAYU CEPAT TUMBUH ALI MAHMUDI

KERAGAMAN LIGNIN TERLARUT ASAM (ACID SOLUBLE LIGNIN) PADA EMPAT JENIS KAYU CEPAT TUMBUH ALI MAHMUDI KERAGAMAN LIGNIN TERLARUT ASAM (ACID SOLUBLE LIGNIN) PADA EMPAT JENIS KAYU CEPAT TUMBUH ALI MAHMUDI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Ali Mahmudi. Keragaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Teknologi DNA rekombinan sebagai alternatif pemuliaan pohon kehutanan untuk modifikasi lignin.

PEMBAHASAN UMUM Teknologi DNA rekombinan sebagai alternatif pemuliaan pohon kehutanan untuk modifikasi lignin. PEMBAHASAN UMUM Teknologi DNA rekombinan sebagai alternatif pemuliaan pohon kehutanan untuk modifikasi lignin. Teknologi DNA rekombinan dapat menjadi alternatif sebagai metoda mutasi genetik terarah untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lignin Lignin merupakan senyawa amorf yang terdapat dalam lamela tengah majemuk maupun dalam dinding sekunder sel kayu (Fengel dan Wegener 1995). Achmadi (1990) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT VI. OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT Pendahuluan Penelitian pada tahapan ini didisain untuk mengevaluasi sifat-sifat papan partikel tanpa perekat yang sebelumnya diberi perlakuan oksidasi.

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA KAYU REMAJA (JUVENILE WOOD) ANITA DEWANTI

SIFAT KIMIA KAYU REMAJA (JUVENILE WOOD) ANITA DEWANTI SIFAT KIMIA KAYU REMAJA (JUVENILE WOOD) ANITA DEWANTI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN ANITA DEWANTI. E24070022. Sifat Kimia Kayu Remaja (Juvenile Wood).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komponen Kimia Kayu

TINJAUAN PUSTAKA. Komponen Kimia Kayu 4 TINJAUAN PUSTAKA Komponen Kimia Kayu Kayu disusun oleh unsur karbon, hidrogen dan oksigen (Haygreen & Bowyer 1995). Di samping itu, kayu juga mengandung senyawa anorganik yang disebut abu. Abu tersebut

Lebih terperinci

DELIGNIFIKASI JENIS KAYU TROPIS YANG BERBEDA KADAR LIGNIN SASONGKO ANGGAR KUSUMO

DELIGNIFIKASI JENIS KAYU TROPIS YANG BERBEDA KADAR LIGNIN SASONGKO ANGGAR KUSUMO DELIGNIFIKASI JENIS KAYU TROPIS YANG BERBEDA KADAR LIGNIN SASONGKO ANGGAR KUSUMO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

LIGNIN TERLARUT ASAM DAN RASIO SIRINGIL- GUAIASIL LIGNIN PADA ENAM JENIS KAYU EUKALIPTUS RISSA RACHMALIA

LIGNIN TERLARUT ASAM DAN RASIO SIRINGIL- GUAIASIL LIGNIN PADA ENAM JENIS KAYU EUKALIPTUS RISSA RACHMALIA LIGNIN TERLARUT ASAM DAN RASIO SIRINGIL- GUAIASIL LIGNIN PADA ENAM JENIS KAYU EUKALIPTUS RISSA RACHMALIA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN Rissa Rachmalia.

Lebih terperinci

PENENTUAN UKURAN PARTIKEL OPTIMAL

PENENTUAN UKURAN PARTIKEL OPTIMAL IV. PENENTUAN UKURAN PARTIKEL OPTIMAL Pendahuluan Dalam pembuatan papan partikel, secara umum diketahui bahwa terdapat selenderness rasio (perbandingan antara panjang dan tebal partikel) yang optimal untuk

Lebih terperinci

KERAGAMAN NILAI LIGNIN TERLARUT ASAM (Acid Soluble Lignin) DALAM KAYU REAKSI Pinus merkusii Jungh et de Vriese dan Gnetum gnemon Linn EDO NOFRIADI

KERAGAMAN NILAI LIGNIN TERLARUT ASAM (Acid Soluble Lignin) DALAM KAYU REAKSI Pinus merkusii Jungh et de Vriese dan Gnetum gnemon Linn EDO NOFRIADI KERAGAMAN NILAI LIGNIN TERLARUT ASAM (Acid Soluble Lignin) DALAM KAYU REAKSI Pinus merkusii Jungh et de Vriese dan Gnetum gnemon Linn EDO NOFRIADI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Modul Mata Kuliah S1. Mata ajaran Kimia Kayu. Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc

Modul Mata Kuliah S1. Mata ajaran Kimia Kayu. Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc Modul Mata Kuliah S Mata ajaran Kimia Kayu Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc DIVISI KIMIA HASIL HUTAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA KAYU TARIK SENGON (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) TOGU SOFYAN HADI

SIFAT KIMIA KAYU TARIK SENGON (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) TOGU SOFYAN HADI SIFAT KIMIA KAYU TARIK SENGON (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) TOGU SOFYAN HADI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SIFAT KIMIA KAYU TARIK SENGON (Paraserianthes

Lebih terperinci

KERAGAMAN KADAR LIGNIN PADA JENIS KAYU DAUN LEBAR DIN LUPITA SARI

KERAGAMAN KADAR LIGNIN PADA JENIS KAYU DAUN LEBAR DIN LUPITA SARI KERAGAMAN KADAR LIGNIN PADA JENIS KAYU DAUN LEBAR DIN LUPITA SARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN Din Lupita Sari. Keragaman Kadar Lignin pada Jenis Kayu

Lebih terperinci

RASIO SIRINGIL-GUAIASIL PENYUSUN LIGNIN KAYU DAUN LEBAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES DELIGNIFIKASI DHIAH NURHAYATI

RASIO SIRINGIL-GUAIASIL PENYUSUN LIGNIN KAYU DAUN LEBAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES DELIGNIFIKASI DHIAH NURHAYATI RASIO SIRINGIL-GUAIASIL PENYUSUN LIGNIN KAYU DAUN LEBAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES DELIGNIFIKASI DHIAH NURHAYATI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 DHH Syringyl-Guaiacyl

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. LIGNOSELULOSA Lignoselulosa merupakan bahan penyusun dinding sel tanaman yang komponen utamanya terdiri atas selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Demirbas, 2005). Selulosa adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kayu-kayu dari hutan tanaman baik hutan tanaman industri (HTI) maupun hutan rakyat diperkirakan akan mendominasi pasar kayu pada masa mendatang seiring berkurangnya produktifitas

Lebih terperinci

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij 5 Pengujian Sifat Binderless MDF. Pengujian sifat fisis dan mekanis binderless MDF dilakukan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat tersebut meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial Selulosa mikrobial kering yang digunakan pada penelitian ini berukuran 10 mesh dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SERAT KELAPA (COCONUT FIBER) Serat kelapa yang diperoleh dari bagian terluar buah kelapa dari pohon kelapa (cocus nucifera) termasuk kedalam anggota keluarga Arecaceae (family

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas)

IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) 17 IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) Nilai ph merupakan ukuran konsentrasi ion-h (atau ion-oh) dalam larutan yang digunakan untuk menentukan sifat keasaman, basa

Lebih terperinci

7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO

7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO 75 7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO 7.1 Pendahuluan Aplikasi pra-perlakuan tunggal (biologis ataupun gelombang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kayu yang harus diketahui dalam penggunaan kayu adalah berat jenis atau

TINJAUAN PUSTAKA. kayu yang harus diketahui dalam penggunaan kayu adalah berat jenis atau TINJAUAN PUSTAKA Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu perlu diperhatikan untuk pengembangan penggunaan kayu secara optimal, baik dari segi kekuatan maupun keindahan. Beberapa sifat fisis kayu yang harus diketahui

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS Padil, Silvia Asri, dan Yelmida Aziz Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau, 28293 Email : fadilpps@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut

Lebih terperinci

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD) KARYA TULIS KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD) Disusun oleh : RUDI HARTONO, S.HUT, MSi NIP 132 303 838 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2006 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Empat Jenis Kayu Rakyat berdasarkan Persentase Kehilangan Bobot Kayu Nilai rata-rata kehilangan bobot (weight loss) pada contoh uji kayu sengon, karet, tusam,

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG Oleh Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Iwan Risnasari : Kajian

Lebih terperinci

Pembuatan Pulp dari Batang Pisang

Pembuatan Pulp dari Batang Pisang Jurnal Teknologi Kimia Unimal 4 : 2 (November 2015) 36-50 Jurnal Teknologi Kimia Unimal http://ft.unimal.ic.id/teknik_kimia/jurnal Jurnal Teknologi Kimia Unimal Pembuatan Pulp dari Batang Pisang Syamsul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan hutan alam di Indonesia periode antara tahun 1985-1997 mencapai 1,6 juta ha setiap tahunnya. Pada periode antara tahun 1997-2000 kerusakan hutan mencapai rata-rata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang menghasilkan produk berupa minyak mentah kelapa sawit (CPO). Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang menghasilkan produk berupa minyak mentah kelapa sawit (CPO). Tanaman 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tandan Kosong Sawit (TKS) Perkebunan yang tersebar di Indonesia salah satunya yaitu tanaman kelapa sawit yang menghasilkan produk berupa minyak mentah kelapa sawit (CPO). Tanaman

Lebih terperinci

KERAGAMAN KADAR LIGNIN PADA EMPAT JENIS BAMBU PUJI ASTUTI

KERAGAMAN KADAR LIGNIN PADA EMPAT JENIS BAMBU PUJI ASTUTI KERAGAMAN KADAR LIGNIN PADA EMPAT JENIS BAMBU PUJI ASTUTI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN PUJI ASTUTI. Keragaman Kadar Lignin pada Empat Jenis Bambu. Di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kehilangan Berat (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keawetan Alami Hasil perhitungan kehilangan berat ke empat jenis kayu yang diteliti disajikan pada Gambar 4. Data hasil pengukuran disajikan pada Lampiran

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang PENDAHULUAN Latar Belakang Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang berasal dari pabrik pulp dengan proses kimia. Larutan ini sebagian besar mengandung lignin, dan sisanya terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Data hasil pengujian sifat fisis kayu jabon disajikan pada Tabel 4 sementara itu untuk analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% ditampilkan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KUANTITATIF DAN UJI HISTOKIMIA LIGNIN SENGON (Paraserianthes falcataria)

ANALISIS KUANTITATIF DAN UJI HISTOKIMIA LIGNIN SENGON (Paraserianthes falcataria) ANALISIS KUANTITATIF DAN UJI HISTOKIMIA LIGNIN SENGON (Paraserianthes falcataria) Abstract The presence of lignin in plant cells is a factor limiting the efficiency of processing lignocellulosic materials

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delignifikasi bahan baku industri pulp sehingga didapat

Lebih terperinci

KADAR LIGNIN DAN TIPE MONOMER PENYUSUN LIGNIN PADA KAYU AKASIA DEWI AGUSTINA

KADAR LIGNIN DAN TIPE MONOMER PENYUSUN LIGNIN PADA KAYU AKASIA DEWI AGUSTINA KADAR LIGNIN DAN TIPE MONOMER PENYUSUN LIGNIN PADA KAYU AKASIA DEWI AGUSTINA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 E/THH ABSTRACT LIGNIN CONTENT AND THE MONOMER TYPE OF

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kadar air (Ka) adalah banyaknya air yang dikandung pada sepotong kayu yang dinyatakan dengan persentase dari berat kayu kering tanur. Kadar air pohon Jati hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Dalam beberapa tahun terakhir ini, penggunaan serat lignoselulosa kategori non kayu sebagai bahan alternatif pengganti serat kayu dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Papan partikel adalah salah satu jenis produk papan komposit yang dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan bahan baku kayu, serta mengoptimalkan pemanfaatan bahan

Lebih terperinci

ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA

ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) Oleh/by HENNI ARYATI Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

Lebih terperinci

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI KULIAH UMUM 2010 29 Desember 2010 PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI Oleh: Ir. Yusup Setiawan, M.Eng. Balai Besar Pulp dan KertasBandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jagung digunakan sebagai salah satu makanan pokok di berbagai daerah di Indonesia sebagai tumbuhan yang kaya akan karbohidrat. Potensi jagung telah banyak dikembangkan menjadi berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT HENNI ARRYATI Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

(The Change of Wood Acidity during Drying Process)

(The Change of Wood Acidity during Drying Process) Perubahan Sifat Keasaman Kayu selama Proses Pengeringan (The Change of Wood Acidity during Drying Process) Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Dramaga Bogor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai karakteristik kertas seni yang terbuat dari limbah bulu ayam dan limbah kulit singkong telah diperoleh data dari hasil

Lebih terperinci

Ekstrak Kayu Jati sebagai Katalis Delignifikasi Pulping Soda (Teak Extracts as a Delignification Catalyst of Soda Pulping)

Ekstrak Kayu Jati sebagai Katalis Delignifikasi Pulping Soda (Teak Extracts as a Delignification Catalyst of Soda Pulping) Ekstrak Kayu Jati sebagai Katalis Delignifikasi Pulping Soda (Teak Extracts as a Delignification Catalyst of Soda Pulping) Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biogas Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari perombakan bahan organik oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob). Bahan organik dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kertas merupakan salah satu kebutuhan penting, mulai dari dunia pendidikan, sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Robby Mukafi 13/348251/TK/40846 Azizah Nur Istiadzah 13/349240/TK/41066

BAB I PENGANTAR. Robby Mukafi 13/348251/TK/40846 Azizah Nur Istiadzah 13/349240/TK/41066 BAB I PENGANTAR Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama dari industri pengolahan kelapa sawit yang belum termanfaatkan secara optimal. Dari pengolahan buah kelapa sawit, dihasilkan limbah berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sengon merupakan salah satu tanaman cepat tumbuh yang dipilih dalam program pembangunan hutan tanaman industri (HTI) karena memiliki produktivitas yang tinggi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dalam 3 tahun terakhir, 2010, 2011, dan 2012 berturut-turut

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dalam 3 tahun terakhir, 2010, 2011, dan 2012 berturut-turut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salak merupakan salah satu komoditas buah asli dari Indonesia. Menurut Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2013), produksi salak di Indonesia dalam 3 tahun

Lebih terperinci

KADAR LIGNIN DAN DELIGNIFIKASI EMPAT JENIS KAYU EUKALIPTUS JELITA HERNAWATI PARAPAT

KADAR LIGNIN DAN DELIGNIFIKASI EMPAT JENIS KAYU EUKALIPTUS JELITA HERNAWATI PARAPAT KADAR LIGNIN DAN DELIGNIFIKASI EMPAT JENIS KAYU EUKALIPTUS JELITA HERNAWATI PARAPAT DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. struktural seperti papan pelapis dinding (siding), partisi, plafon (celing) dan lis.

TINJAUAN PUSTAKA. struktural seperti papan pelapis dinding (siding), partisi, plafon (celing) dan lis. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kayu jabon (Anthocephalus cadamba M.) memiliki berat jenis 0,48 dan tergolong kayu kelas kuat IV. Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki dan informasi penggunaan kayu secara lokal oleh

Lebih terperinci

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat beragam. Selain untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan Kandungan CO 2 Sebelum dan Sesudah Pemurnian Perbedaan Kandungan CO 2 melalui Indikator Warna Pengambilan contoh biogas yang dianalisis secara kuantitatif sehingga didapatkan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BLEACHING RAMAH LINGKUNGAN

TEKNOLOGI BLEACHING RAMAH LINGKUNGAN KARYA TULIS TEKNOLOGI BLEACHING RAMAH LINGKUNGAN Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP. 132 296 841 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2006 KATA PENGANTAR Pertama-tama

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial

PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial Densifikasi parsial, baik kompresi maupun impregnasi, terbukti dapat meningkatkan sifat-sifat kayu Agatis maupun Mangium. Dari hasil

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN KARBOHIDRAT KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati,

Lebih terperinci

SIFAT PULP CAMPURAN KAYU RANDU DAN TUSAM PADA KONSENTRASI ALKALI AKTIF YANG BERBEDA

SIFAT PULP CAMPURAN KAYU RANDU DAN TUSAM PADA KONSENTRASI ALKALI AKTIF YANG BERBEDA SIFAT PULP CAMPURAN KAYU RANDU DAN TUSAM PADA KONSENTRASI ALKALI AKTIF YANG BERBEDA Oleh/by YAN PIETER THEO Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian.

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Industri pulp dan kertas merupakan industri yang cukup penting untuk keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian. Kebutuhan pulp

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai ciri-ciri yaitu thallus silindris,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai ciri-ciri yaitu thallus silindris, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eucheuma cottonii Rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai ciri-ciri yaitu thallus silindris, percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolantonjolan),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat dapat dipakai sebagai bahan baku pulp, baik tumbuhan yang termasuk tumbuhan dycotyledoneae atau

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES

KONTRAK PERKULIAHAN ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES KONTRAK PERKULIAHAN ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES MATA KULIAH HASIL HUTAN SEBAGAI BAHAN BAKU (HHT 211) DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Korelasi Analisa Proksimat dan Fraksi Serat Van Soest

HASIL DAN PEMBAHASAN. Korelasi Analisa Proksimat dan Fraksi Serat Van Soest HASIL DAN PEMBAHASAN Korelasi Analisa Proksimat dan Fraksi Serat Van Soest Penelitian ini menggunakan data hasil analisa proksimat (kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan ) dan fraksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan PENDAHULUAN Latar belakang Selulosa asetat merupakan salah satu jenis polimer yang penting dan banyak digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan (moulding), film

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit dan Tandan Kosong Sawit Kelapa sawit (Elaeis quineensis, Jacq) dari family Araceae merupakan salah satu tanaman perkebunan sebagai sumber minyak nabati, dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kertas seni merupakan salah satu produk yang semakin diminati baik di dalam pasar dalam negeri maupun luar negeri, umumnya merupakan hasil produk buatan tangan dengan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. 7. Tabel Rendemen etanol dari uulp pada berbagai kandungan lignin

DAFTAR TABEL. 7. Tabel Rendemen etanol dari uulp pada berbagai kandungan lignin DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i RIWAYAT HIDUP... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv PENDAHULUAN... 1 METODOLOGI... 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 7 Karakteristik Bahan Baku... 7 Kadar Gula Pereduksi... 7

Lebih terperinci

Struktur Kayu. Christin Remayanti, ST., MT. & Dr. Eng. Indradi Wijatmiko

Struktur Kayu. Christin Remayanti, ST., MT. & Dr. Eng. Indradi Wijatmiko Struktur Kayu Christin Remayanti, ST., MT. & Dr. Eng. Indradi Wijatmiko Pendahuluan! MK. Struktur Kayu! 2 SKS! Selasa 12.00 13.40 Kompetensi yang diharapkan! Mampu memahami sifat - sifat kayu sebagai BB!

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Kertas merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan yang dilakukan manusia. Hal ini ditunjukan dari tingkat konsumsinya yang makin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan akan banyak terjadi peristiwa yang bisa dialami oleh pohon yang

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan akan banyak terjadi peristiwa yang bisa dialami oleh pohon yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pertumbuhan tumbuhan berkayu/pohon tidak tertutup kemungkinan akan banyak terjadi peristiwa yang bisa dialami oleh pohon yang tumbuh secara normal. Salah satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat namun belum sebanding dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kelapa sawit di Indonesia cukup besar, data tahun1999 menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kelapa sawit di Indonesia cukup besar, data tahun1999 menunjukkan 11 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq) dari famili Arecaceae merupakan salah satu sumber minyak nabati, dan merupakan primadona bagi komoditi perkebunan. Potensi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand secara lengkap disajikan pada Lampiran 1, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai pengukuran

Lebih terperinci

KONDISI OPTIMUM PEMASAKAN ABACA (MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN PROSES SULFAT (THE OPTIMUM OF COOKING CONDITION OF MUSA TEXTILIS NEE WITH SULPHATE PROCESS)

KONDISI OPTIMUM PEMASAKAN ABACA (MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN PROSES SULFAT (THE OPTIMUM OF COOKING CONDITION OF MUSA TEXTILIS NEE WITH SULPHATE PROCESS) 30 KONDISI OPTIMUM PEMASAKAN ABACA (MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN PROSES SULFAT (THE OPTIMUM OF COOKING CONDITION OF MUSA TEXTILIS NEE WITH SULPHATE PROCESS) Rudi Hartono 1 dan Gatot Ibnusantosa 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya 1 I. PENDAHULUAN Pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan fenomena alam meningkatnya suhu permukaan bumi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buan Pisang Pisang telah akrab dengan masyarakat Indonesia. Pisang dimanfaatkan baik dalam keadaan mentah, maupun dimasak atau diolah menurut cara yang berbeda disetiap daerah.

Lebih terperinci

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green.

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, masyarakat Indonesia masih memahami bahwa serat alam tidak terlalu banyak manfaatnya, bahkan tidak sedikit yang menganggapnya sebagai bahan yang tak berguna

Lebih terperinci

4 PENGARUH PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO PADA PADA BAMBU BETUNG TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR LIGNIN DAN SELULOSA

4 PENGARUH PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO PADA PADA BAMBU BETUNG TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR LIGNIN DAN SELULOSA 40 4 PENGARUH PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO PADA PADA BAMBU BETUNG TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR LIGNIN DAN SELULOSA 4.1 Pendahuluan Untuk lebih memperbaiki ketercernaan substrat dalam proses

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

x 100% IP (%) = HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Lindi Hitam Kraft

x 100% IP (%) = HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Lindi Hitam Kraft 6 berisi 300 ml air dan diencerkan sampai volumenya 575 ml. Larutan kemudian dipanaskan sampai mendidih dan dibiarkan selama 4 jam dengan api kecil. Volume dijaga tetap dengan menggunakan pendingin tegak,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fungi kelompok tertentu yang memiliki kemampuan enzimatik sehingga. kekuatan kayu dan mengakibatkan kehancuran (Zabel, 1992).

TINJAUAN PUSTAKA. fungi kelompok tertentu yang memiliki kemampuan enzimatik sehingga. kekuatan kayu dan mengakibatkan kehancuran (Zabel, 1992). TINJAUAN PUSTAKA Proses Pelapukan Pelapukan dan perubahan warna pada kayu disebabkan oleh fungi dan bakteri. Fungi dan bakteri adalah sumber kerugian utama pada produksi kayu dan penggunaannya. Pelapukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Microfibril Angle (MFA) Contoh uji persegi panjang diambil dari disk dan dipotong menjadi segmen dengan ukuran 5 cm x 1,5 cm x 1 cm dari empulur hingga kulit dan diberi nomor mulai dari empulur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Proksimat Batang Sawit Tahapan awal penelitian, didahului dengan melakukan analisa proksimat atau analisa sifat-sifat kimia seperti kadar air, abu, ekstraktif, selulosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tongkol jagung sebagai limbah tidak bermanfaat yang merugikan lingkungan jika tidak ditangani dengan benar.

BAB I PENDAHULUAN. tongkol jagung sebagai limbah tidak bermanfaat yang merugikan lingkungan jika tidak ditangani dengan benar. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kulit jagung merupakan bagian tanaman yang melindungi biji jagung, berwarna hijau muda saat masih muda dan mengering pada pohonnya saat sudah tua. Tongkol jagung merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin berkurang pasokan kayunya dari hutan alam, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis 4.1.1 Kadar air BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata nilai kadar air (KA) kayu surian kondisi kering udara pada masing-masing bagian (pangkal, tengah dan ujung) disajikan pada Tabel 1.

Lebih terperinci

SfFAT PULP SULF BBEBERAPA TAWAF UM BERDASWRKAN A DBMENSI SERAT F Oleh FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SfFAT PULP SULF BBEBERAPA TAWAF UM BERDASWRKAN A DBMENSI SERAT F Oleh FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR SfFAT PULP SULF BBEBERAPA TAWAF UM BERDASWRKAN A DBMENSI SERAT Oleh BUD1 HERMANA F 23. 1736 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR pada kisaran umur kayu 3 sampai 8 tahun adalah 14.262,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci