IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Sonny Darmadi
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konstruksi Komponen Hasil Modifikasi A.1. Sistem Kemudi Modifikasi sistem kemudi yang merupakan hasil penelitian sebelumnya dilakukan dengan memasang sabuk yang mentransmisikan putaran motor listrik ke roda kemudi traktor. Motor listrik dikendalikan dari remote controller yang dioperasikan oleh operator. Sebagai sumber penggerak motor listrik digunakan accu 12 Volt. A.2. Sistem Tiga Titik Gandeng Komponen tiga titik gandeng (three point hitch) pada penelitian sebelumnya tidak dapat difungsikan, sehingga untuk mengatur kedalaman bajak harus dilakukan secara manual dengan memutar tuas pengatur kemiringan bajak. Dalam operasi di lahan hal ini cukup menyulitkan karena operator harus turun dari traktor ketika akan berbelok sehingga tidak efisien waktu dan kedalaman yang diharapkan tidak tercapai dengan baik. Gambar 27. Kondisi penggandeng sebelum penelitian 23
2 Gambar 28. Tiga titik gandeng yang telah dimodifikasi Modifikasi dilakukan pada bagian lower link dan upper link komponen three point hitch. Sebagai pengganti batang penghubung antara lengan hidrolik dengan lower link dan pengganti upper link digunakan turnbuckle untuk keperluan uji fungsional. Turnbuckle dengan ukuran M2 digunakan sebagai batang hubung, sementara ukuran M16 digunakan sebagai pengganti upper link. Uji fungsional dapat berlangsung dengan baik dengan kedalaman rata-rata 1-14 cm dan tanah dapat terbalik walaupun tidak sempurna dan tidak seragam hasilnya. Turnbuckle yang digunakan dapat menggantikan fungsi batang hubung dan upper link yang baik karena sifatnya yang dapat diatur panjangnya. Untuk memperkuat upper link pengganti, turnbuckle digantikan dengan pipa besi dengan ketebalan 2 cm karena pada beberapa uji fungsional sebelumnya terjadi pembengkokan pada upper link. Gambar 29. Pipa selimut upper link 24
3 B. Uji Jalan Lurus dan Jari-jari Putar B.1. Kondisi Lintasan Uji Pengukuran penetrasi tanah dilakukan secara acak sebanyak 1 titik pengukuran pada lahan uji yang telah dipersiapkan. Dengan pengukuran ini diketahui kekerasan tanah pada saat pengujian dilakukan hingga kedalaman 2 cm. Hasil dari tahanan penetrasi tanah sebelum pengujian dilakukan disajikan pada Tabel 2, sedangkan data dan perhitungan tahanan penetrasi disajikan pada Lampiran 4. Tabel 2. Tahanan penetrasi pada setiap kedalaman pengukuran Titik Tahanan penetrasi tanah (kpa) pada kedalaman tertentu cm 1 cm 1 cm 2 cm rata-rata Tahanan Penetrasi Tanah (kpa) Kedalaman (cm) Gambar 3. Tahanan penetrasi tanah rata-rata Grafik pada Gambar 3 menunjukkan terjadi peningkatan tahanan penetrasi pada lahan percobaan hingga kedalaman 2 cm. Semakin dalam tanah, semakin besar tahanan penetrasi tanah. 2
4 Pengukuran kadar air dilakukan pada 1 titik yang diambil secara acak pada lahan sebelum pengujian dilakukan dan disajikan pada Tabel 2 dan perhitungan lengkap pada Lampiran 3. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata kadar air pada lahan sebesar 34.6%. Tabel 3. Kadar air pada setiap kedalaman pengukuran Nomor Cawan Kadar Air % rata-rata 34.6 B.2. Pengujian Jalan Lurus Pengujian Jalan lurus dilakukan untuk mengetahui besarnya simpangan roda traktor dari base line ketika dikemudikan, baik secara manual oleh operator di traktor dan secara jarak jauh, dengan posisi operator mengendalikan melalui alat remote control dari tepi lahan. Gambar 31. Uji jalan lurus Pada Gambar 32 disajikan kecenderungan posisi roda pada saat berjalan pada lahan uji dengan kendali manual, sementara Gambar 33 menyajikan pengujian dengan kendali jarak jauh melalui remote control. Perhitungan lengkap disajikan pada Lampiran 6. 26
5 Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3 (1,) (,), 1, Besar simpangan dari base line (cm) Gambar 32. Grafik hasil uji jalan lurus kendali manual 27
6 Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3 (1,) (,), 1, Besar simpangan dari base line (cm) Gambar 33. Grafik hasil uji jalan lurus kendali jarak jauh 28
7 Gambar 32 dan Gambar 33 menunjukkan bahwa pada masing-masing cara pengujian terdapat simpangan, baik ke arah kanan dan ke arah kiri dari base line. Pada pengujian dengan sistem kendali manual, besarnya simpangan maksimum terukur yaitu 1. cm ke arah kiri dan pada pengujian dengan kendali jarak jauh melalui remote control, simpangan maksimum terukur yang terjadi lebih kecil, yaitu 7 cm ke arah kanan. Nilai simpangan pada pengujian dengan kendali manual lebih besar, yang dapat disebabkan faktor ketelitian operator dan faktor paralaks, dimana operator bekerja berdasarkan feeling dalam mengendalikan arah laju traktor. Sementara pada pengujian dengan kendali remote control, operator mengendalikan dari sisi lahan pada posisi berada di depan traktor pada ujung base line. Hal ini memudahkan operator memposisikan traktor tepat di tengah base line ketika traktor sudah berjalan sehingga nilai simpangan yang terjadi lebih kecil, walaupun harus kesulitan memosisikan pada saat awal pengujian dimana terjadi simpangan sebesar 1. cm. B.3. Pengujian Jari-jari Putar Pengujian jari-jari putar menunjukkan besarnya radius yang dibutuhkan traktor untuk dapat berputar penuh sejauh 36 o. Besarnya nilai jari-jari putar ditampilkan pada Tabel 4-Tabel 7, dengan perhitungan dilampirkan pada Lampiran. Tabel 4. Jari-jari putar searah jarum jam tanpa rem Jari-jari putar (m) Manual Remote Pengukuran Pengukuran Rata-rata Tabel. Jari-jari putar searah jarum jam dengan rem Jari-jari putar (m) Manual Remote Pengukuran Pengukuran Rata-rata Tabel 6. Jari-jari putar berlawanan jarum jam tanpa rem Jari-jari putar (m) Manual Remote Pengukuran Pengukuran Rata-rata Tabel 7. Jari-jari putar berlawanan jarum jam dengan rem Jari-jari putar (m) Manual Remote Pengukuran Pengukuran Rata-rata
8 Dari hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh bahwa perbedaan jari-jari putar antata kendali manual dan kendali jarak jauh, dengan searah jarum jam tanpa dan dengan rem, serta berlawanan arah jarum jam tanpa rem menunjukan hasil yang tidak berbeda secara signifikan. Pada pengukuran dengan arah berlawanan arah jarum jam dengan menggunakan rem, terlihat perbedaan pada nilai rata-rata yaitu sebesar.1 m. C. Uji Kinerja Pengolahan C.1. Kondisi Lintasan Uji Pengukuran penetrasi tanah dilakukan secara acak sebanyak 1 titik pengukuran pada lahan uji yang telah dipersiapkan. Dengan pengukuran ini diketahui kekerasan tanah pada saat pengujian dilakukan hingga kedalaman 2 cm. Hasil dari tahanan penetrasi tanah sebelum dan sesudah pengujian dilakukan disajikan pada Gambar 34, sedangkan data dan perhitungan tahanan penetrasi disajikan pada Lampiran 8. Grafik pada Gambar 34 menunjukkan terjadi peningkatan tahanan penetrasi pada lahan percobaan hingga kedalaman 2 cm. Semakin dalam tanah, semakin besar tahanan penetrasi tanah. Nilai tahanan penetrasi tanah menurun setelah dilakukan pembajakan pada lahan karena tanah menjadi hancur dan lebih remah. Pada pengukuran tahanan penetrasi tanah setelah kegiatan pembajakan, nilai titik pada permukaan tanah yaitu pada bagian paling atas dari guludan yang terbentuk, sehingga nilai tahanan penetrasi tanah sesudah pengolahan pada kedalaman 1-2 cm yang terukur lebih rendah daripada pengukuran sebelum pengolahan yang menggunakan permukaan tanah yang belum terolah sebagai titik. Tahanan Penetrasi (kpa) Kedalaman (cm) 1 1 Sebelum Pengolahan Sesudah Pengolahan 2 2 Gambar 34. Tahanan penetrasi rata-rata sebelum dan sesudah uji kinerja 3
9 Pengukuran kadar air dilakukan pada 1 titik yang diambil secara acak pada lahan sebelum pengujian dilakukan dan disajikan pada Tabel 8 dan perhitungan lengkap pada Lampiran 7. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata kadar air pada lahan sebesar 34.6%. Tabel 8. Kadar air sebelum pengolahan Nomor Cawan Kadar Air (%) rata-rata 3.1 Tabel 9. Kadar air setelah pengolahan Nomor Cawan Kadar Air (%) rata-rata 33.8 Dari data yang diperoleh pada Tabel 8 dan Tabel 9, terlihat bahwa terjadi penurunan kadar air setelah pekerjaan pembajakan selesai. Hal ini dapat disebabkan antara lain (1) waktu yang semakin siang, sehingga tanah semakin panas yang mendukung terjadinya penguapan dan (2) pembajakan menyebabkan tanah menjadi terangkat dan hancur sehingga sinar matahari mencapai kedalaman tanah yang diolah. C.2. Pengukuran Lebar Kerja Gambar 3 hingga Gambar 38 menunjukkan grafik pengukuran lebar pengolahan yang dilakukan. Gambar 3 dan Gambar 36 menunjukkan bahwa lebar kerja yang dihasilkan pada kendali 31
10 manual relatif teratur dan tidak menyimpang terlalu jauh, sementara Gambar 37 dan Gambar 38 menunjukkan lebar kerja pada kendali jarak jauh yang menunjukkan ketidakteraturan pada alur yang dihasilkan, yaitu pada Baris ke 1 dari sisi lahan bagian timur dan Baris pertama dari sisi lahan bagian barat. Dari pengukuran ini dapat terlihat bahwa lebar kerja pada sistem kendali manual relatif lebih teratur dibandingkan dengan kendali jarak jauh Jarak dari tepi lahan (cm) Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4 Baris Baris 6 Baris 7 Baris 8 Baris 9 Baris 1 Gambar 3. Grafik hasil pengujian lebar kerja kendali manual (1) Titik pengukuran Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4 Baris Baris 6 Baris 7 Baris 8 Baris Jarak dari tepi lahan (cm) Baris 1 Gambar 36. Grafik hasil pengujian lebar kerja kendali manual (2) 32
11 6 Titik pengukuran Jarak dari tepi lahan Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4 Baris Baris 6 Baris 7 Baris 8 Baris 9 Baris 1 Gambar 37. Grafik hasil pengujian lebar kerja kendali jarak jauh (1) 6 Titik pengukuran Jarak dari tepi lahan Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4 Baris Baris 6 Baris 7 Baris 8 Baris 9 Baris 1 Gambar 38. Grafik hasil pengujian lebar kerja kendali jarak jauh (2) Pada kendali jarak jauh, operator dengan remote control berdiri di luar lahan pengujian, sehingga relatif sulit memposisikan traktor pada baris pengolahan dengan tepat. Data lebar kerja selengkapnya disajikan pada Lampiran 9. C.3. Pengukuran Kedalaman Pengolahan Pengukuran kedalaman dilakukan pada 2 baris pengolahan, dengan masing-masing 1 titik pengukuran kedalaman dengan jarak setiap 1-1. meter antar titik pengolahan. Nilai kedalaman ratarata dari total 2 titik pengukuran pada pengolahan dengan kendali manual yaitu 8.9 cm dan pada kendali jarak jauh sebesar 1.11 cm. Nilai kedalaman dengan kendali jarak jauh lebih besar yang 33
12 disebabkan operator dapat berkonsentrasi secara penuh untuk mengendalikan tuas hidrolik penggerak three point hitch. Hal ini berbeda pada kendali manual, dimana operator membagi konsentrasi antara mengatur arah laju traktor untuk memosisikan traktor tepat pada baris pengolahan dan mengendalikan tuas hidrolik penggerak three point hitch secara bersamaan. Gambar 39 dan Gambar 4 menunjukkan hasil kedalaman yang diperoleh pada pengujian dengan mengambil contoh pada baris pengolahan. Titik Pengukuran Kedalaman (cm) Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4 Baris Gambar 39. Grafik hasil kedalaman pengolahan kendali manual Titik Pengukuran Kedalaman (cm) Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4 Baris Gambar 4. Grafik hasil kedalaman pengolahan kendali jarak jauh 34
13 C.4. Pengukuran Kapasitas Pengolahan Tabel 1. Data hasil kinerja pengolahan Jenis Penggunaan Kendali Data Pengukuran Manual Jarak Jauh Waktu Pengolahan (jam) Luas lahan (ha) Kecepatan rata-rata (m/detik) Lebar pengolahan rata-rata (m) Slip roda kanan rata-rata (%) Slip roda kiri rata-rata (%) Kapasitas lapangan efektif (ha/jam).3.2 Kapasitas lapangan teoritis (ha/jam)..44 Efisiensi pengolahan (%) Proses pengolahan tanah menggunakan bajak singkalvdengan kendali manual dan jarak jauh dilakukan pada putaran mesin yang sama, yaitu 27 RPM, dengan posisi gigi pada gigi 2 low. Slip yang terjadi saat pengolahan dengan kendali manual pada roda kanan rata-rata sebesar 28.4% dan roda kiri sebesar 3.42%. Pada kendali jarak jauh nilai slip pada roda kanan rata-rata 28.8% dan roda kiri rata-rata 3.62%. Perbedaan nilai slip pada roda yang sama antara kendali manual dan jarak jauh relatif kecil. Namun nilai slip rata-rata antara roda kanan dan kiri cukup berbeda. Hal ini disebabkan karena roda kanan berpijak pada baris lahan yang telah diolah sebelumnya dengan kondisi ban masuk ke baris pengolahan dan berpijak pada lapisan tanah yang lebih keras pada kedalaman -1 cm. Hal ini berbeda dengan roda kiri yang berpijak pada permukaan tanah yang relatif gembur. Gambar 41. Roda kanan traktor pada alur pengolahan Besarnya nilai slip pada pengolahan tanah disebabkan tidak berfungsinya sistem penggerak 4 roda (4 wheel drive) pada traktor Kubota B61 sehingga hanya mengandalkan roda belakang sebagai roda penggerak. Rusaknya sistem penggerak 4 roda telah terjadi sebelum kegiatan penelitian ini dilakukan. 3
14 Pengukuran kapasitas pengolahan dengan kendali manual dan jarak jauh dilakukan pada lahan yang sama dengan kondisi yang sama. Kapasitas lapangan efektif yang dihasilkan pada pengolahan dengan kendali manual yaitu.3 ha/jam dan kapasitas lapangan teoritis sebesar. ha/jam, sehingga diperoleh efisiensi pengolahan sebesar 61.4%. Pada pengolahan dengan kendali jarak jauh, besarnya kapasitas lapangan efektif yaitu.2 ha/jam dan kapasitas lapangan teoritis sebesar.44 ha/jam, sehingga diperoleh efisiensi pengolahan sebesar 7.7%. Nilai efisiensi pengolahan pada kendali manual lebih besar, yang disebabkan beberapa faktor seperti pengaturan sudut belok yang seringkali tidak tepat. Penggunaan kendali jarak jauh pada traktor dalam penelitian ini masih memiliki beberapa kendala saat pengujian. Putaran motor listrik yang mengendalikan roda kemudi tidak stabil ketika bergerak searah jarum jam. Hal ini berbeda ketika berputar berlawanan arah jarum jam yang relatif lebih halus dan teratur. Selain itu terdapat kesulitan penglihatan dalam mengendalikan traktor, karena operator yang mengendalikan remote controller berada pada ketinggian yang sama dengan traktor di lahan. Operator jarak jauh harus menyesuaikan dan memosisikan traktor pada alur pengolahan dengan tepat sehingga pemasangan kamera, baik di depan dan samping traktor layak dibutuhkan agar tercapai efisiensi kerja yang lebih baik. Selain itu juga dapat dipasangkan kamera pada belakang traktor sehingga operator jarak jauh dapat melihat kualitas pengolahan secara langsung. Terbatasnya pandangan operator yang mengendalikan secara nirkabel juga menyebabkan traktor mengambil jarak putar yang lebih besar ketika berbelok dan seringkali harus dipandu oleh personil lain di lahan. Jangkauan sistem nirkabel juga masih terbatas dan hanya dapat beroperasi pada jarak maksimum 12 meter. Hal ini akan menyulitkan dan membahayakan apabila terjadi kehilangan sinyal radio bila traktor melebihi jarak jangkauan maksimum sistem kendali. Untuk hal ini perlu dikembangkan sistem pemutus otomatis bila traktor berada diluar jangkauan sinyal radio untuk mencegah terjadinya kecelakaan Penelitian ini masih terbatas pada sistem kemudi dan pengendalian tuas akselerasi yang dikendalikan secara nirkabel, sehingga pada pengendalian tuas implemen dan penekanan pedal rem untuk berputar secara tajam masih harus dibantu oleh operator di atas traktor. Pengembangan pengendalian tuas pengendali implemen, sistem kopling dan pengereman dapat dilakukan pada penelitian berikutnya sehingga traktor dapat dikendalikan secara penuh dari jarak jauh. Selain itu diperlukan remote controller yang lebih ergonomis dan memiliki tuas kontrol yang disertai dengan skala sehingga akurasi pada pengendalian jarak jauh dapat ditingkatkan, seperti untuk pengendalian tuas gas dan tuas implemen. 36
III. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan September 2012 di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas
Lebih terperinciAdapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian:
Lampiran 1. Spesifikasi traktor pengujian Spesifikasi Traktor Pengujian Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian: Merk/Type Kubota B6100 Tahun pembuatan 1981 Bahan bakar Diesel Jumlah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kalibrasi Load Cell & Instrumen Hasil kalibrasi yang telah dilakukan untuk pengukuran jarak tempuh dengan roda bantu kelima berjalan baik dan didapatkan data yang sesuai, sedangkan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Waktu dan Tempat Penelitian
III TINJAUAN PUSTAKA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012 November 2012 di laboratorium lapangan Siswadi Supardjo, Program Studi Teknik Mesin Pertanian dan Pangan,
Lebih terperinciPENDEKATAN RANCANGAN. Kriteria Perancangan
IV PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototype produk yang sesuai dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Traktor Pertanian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Traktor Pertanian Traktor adalah suatu mesin traksi yang utamanya dirancang dan dinyatakan sebagai penyedia tenaga bagi peralatan pertanian dan perlengkapan usaha tani (Sembiring
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN.. DYNAMOMETER TIPE REM CAKERAM HASIL RANCANGAN Dynamometer adalah alat untuk mengukur gaya dan torsi. Dengan torsi dan putaran yang dihasilkan sebuah mesin dapat dihitung kekuatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah
V HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah Tahapan identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui masalah serta kebutuhan yang diperlukan agar otomasi traktor dapat dilaksanakan. Studi pustaka dilakukan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Lebih terperinciPENGUJIAN KINERJA TRAKTOR MINI DENGAN KENDALI NIRKABEL SKRIPSI SALMAN AL FARISI F
PENGUJIAN KINERJA TRAKTOR MINI DENGAN KENDALI NIRKABEL SKRIPSI SALMAN AL FARISI F14080041 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERFORMANCE TEST OF WIRELESS CONTROLLED MINI TRACTOR
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur
Lebih terperinciALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI
LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI Dari definisi permasalahan yang ada pada masing-masing mekanisme pengendali, beberapa alternatif rancangan dibuat untuk kemudian dipilih dan
Lebih terperinciTRAKTOR RODA-4. Klasifikasi. trakor roda-4. Konstruksi. Penggunaan traktor di pertanian
TRAKTOR RODA-4 Klasifikasi traktor roda-4 Konstruksi trakor roda-4 Penggunaan traktor di pertanian Klasifikasi Berdasarkan Daya Penggerak (FWP = fly wheel power) 1. Traktor kecil (
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon
TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon Saat ini proses budidaya tebu terdapat dua cara dalam penanaman. Pertama dengan cara Plant Cane dan kedua dengan Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya
Lebih terperinciIV. ANALISA PERANCANGAN
IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. MODIFIKASI ALAT PENYIANG Alat ini merupakan hasil modifikasi dari alat penyiang gulma yang terdahulu yang didesain oleh Lingga mukti prabowo dan Hirasman tanjung (2005), Perubahan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Industri mobil di Indonesia ini sangatlah maju, dalam penggunaannya mobil digunakan sebagai sarana yang dapat membantu kebanyakan orang untuk memindahkan
Lebih terperinciPENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan
PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN VISKOSITAS Viskositas merupakan nilai kekentalan suatu fluida. Fluida yang kental menandakan nilai viskositas yang tinggi. Nilai viskositas ini berbanding terbalik
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN BAB IV KLASIFIKASI TRAKTOR DAN PENGELOMPOKAN TRAKTOR RODA DUA DAN RODA EMPAT Drs. Kadirman, MS. KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinci3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat
III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar
Lebih terperinciIV. ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL
IV. ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL Tahapan analisis rancangan merupakan tahap yang paling utama karena di tahap inilah kebutuhan spesifik masing-masing komponen ditentukan. Dengan mengacu pada hasil
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI LINTASAN UJI Tanah yang digunakan untuk pengujian kinerja traktor tangan Huanghai DF-12L di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, IPB adalah
Lebih terperinciIV. PENDEKATAN RANCANGAN
IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN BAB V PERSIAPAN MENGHIDUPKAN, MENGHIDUPKAN, MEMATIKAN DAN MENJALANKAN TRAKTOR Drs. Kadirman, MS. KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, hasil statistik bps (Badan Pusat Statistik) menyatakan bahwa
Lebih terperinciMODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2
MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 Oleh : Galisto A. Widen F14101121 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum
Lebih terperinci4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional
25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,
Lebih terperinciV.HASIL DAN PEMBAHASAN
V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT
III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian Bengkel Metanium, Leuwikopo, dan lahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkendara, ketika kendaraan telah mencapai sebuah tikungan dan akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer dan
Lebih terperinciMesin Pemanen Jagung Tipe mower
PEDOMAN PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN Mesin Pemanen Jagung Tipe mower BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2007 I. PEDOMAN PENGGUNAAN MESIN PEMANEN TIPE MOWER 1 Mesin pemanen jagung tipe mower ini
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1 Perencanaan Dalam sebuah robot terdapat dua sistem yaitu sistem elektronis dan sistem mekanis, dimana sistem mekanis dikendalikan oleh sistem elektronis bisa berupa
Lebih terperinciPENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN. Ishak Nandika G., Adri Maldi S.
PENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN Ishak Nandika G., Adri Maldi S. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profil sudut ketirusan
Lebih terperinciUji Kinerja Traktor Roda Empat Tipe Iseki TG5470 Untuk Pengolahan Tanah Menggunakan Bajak Rotari Pada Lahan Lempung Berpasir
Uji Kinerja Traktor Roda Empat Tipe Iseki TG5470 Untuk Pengolahan Tanah Menggunakan Bajak Rotari Pada Lahan Lempung Berpasir Bobby Wirasantika*, Wahyunanto Agung Nugroho, Bambang Dwi Argo Jurusan Keteknikan
Lebih terperinciSistem bahan bakar Sistem pelumasan
Sistem bahan bakar a. Sistem bahan bakar pada motor bensin Berfungsi untuk : 1. Mengatur perbandingan campuran bahan bakar dan udara 2. Mengatur jumlah pemasukan bahan bakar dan udara ke silinder 3. Merubah
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK
Jurnal Elemen Volume 4 Nomor 1, Juni 2017 ISSN : 2442-4471 PERANCANGAN SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL LISTRIK Kurnia Dwi Artika 1, Rusuminto Syahyuniar 2, Nanda Priono 3 1),2) Staf Pengajar Jurusan Mesin
Lebih terperinciPENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya
IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini
Lebih terperinciPENGUKURAN KAPASITAS KERJA LAPANG
PENGUKURAN KAPASITAS KERJA LAPANG KAPASITAS KERJA LAPANG (FIELD OPERATION) Adalah penggunaan daya dan alat/mesin yang berhubungan dengan field (lapangan) Field operation meliputi: pekerjaan mulai dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada
BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.
Lebih terperinciIV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL
IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 8 bulan, dimulai bulan Agustus 2010 sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu (1)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan,
TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap barhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pembuatan Alat 3.1.1 Waktu dan Tempat Pembuatan alat dilaksanakan dari bulan Maret 2009 Mei 2009, bertempat di bengkel Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo,
Lebih terperinciKOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap
KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengereman Modifikasi pengereman dan kemudi ini berlandaskan pada tinjauan pustaka yang mendukung terhadap cara kerja dari sistem pengereman dan kemudi. Rem adalah salah satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Dongkrak Dongkrak merupakan salah satu pesawat pengangkat yang digunakan untuk mengangkat beban ke posisi yang dikehendaki dengan gaya yang kecil. 2.1.1 Dongkrak
Lebih terperinciB. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I
Pertemuan ke-6 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus
Lebih terperinciIV. PENDEKATAN DESAIN
IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan
Lebih terperinciMODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR
MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 LOKOMOTIF Lokomotif adalah bagian dari rangkaian kereta api di mana terdapat mesin untuk menggerakkan kereta api. Biasanya lokomotif terletak paling depan dari rangkaian
Lebih terperinciRobot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya
Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya Indar Sugiarto, Dharmawan Anugrah, Hany Ferdinando Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra Email: indi@petra.ac.id,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan terhitung dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni tahun 2009 yang bertempat di lahan HGU PG Pesantren Baru, Kediri,
Lebih terperinciSETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc
PERHITUNGAN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN ROLL PIPA GALVANIS 1 ¼ INCH SETYO SUWIDYANTO NRP 2110 030 006 Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Umum Perancangan robot merupakan aplikasi dari ilmu tentang robotika yang diketahui. Kinerja alat tersebut dapat berjalan sesuai keinginan kita dengan apa yang kita rancang.
Lebih terperinciRancang Bangun dan Uji Kinerja Mekanisme Pengendali Otomatis Pedal Rem dan Tuas Transmisi Maju-Mundur pada Traktor Roda Empat
Technical Paper Rancang Bangun dan Uji Kinerja Mekanisme Pengendali Otomatis Pedal Rem dan Tuas Transmisi Maju-Mundur pada Traktor Roda Empat Design and Performance Test of Automatic Controlled Mechanism
Lebih terperinci1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH )
1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) Memuat berlebihan tidak hanya memperpendek usia kendaraan anda, tetapi juga berbahaya, oleh sebab itu hindarkanlah. Berat muatan harus dibatasi oleh GVM ( berat kotor
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Cultivator Mesin pertanian yang digunakan adalah cultivator Yanmar tipe Te 550 n. Daya rata - rata motor penggerak bensin pada cultivator ini sebesar 3.5 hp (putaran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengukuran Dasar Hasil Kalibrasi Sensor Gaya Data hasil kalibrasi sensor gaya tipe cincin oktagonal disajikan pada Lampiran 9 dan 10. Dari kalibrasi diperoleh hubungan regangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil rancangan transporter tandan buah segar tipe trek kayu dapat dilihat pada Gambar 39. Transporter ini dioperasikan oleh satu orang operator dengan posisi duduk. Besar gaya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi
BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas
Lebih terperinciBUKU PANDUAN PENGGUNAAN TRANSPLANTER JAJAR LEGOWO 2:1
BUKU PANDUAN PENGGUNAAN TRANSPLANTER JAJAR LEGOWO 2:1 BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Buku panduan ini memberikan penjelasan
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari
Sistem Pendorong pada Model Mesin Pemilah Otomatis Cokorda Prapti Mahandari dan Yogie Winarno Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma J1. Margonda Raya No.100, Depok 15424
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini ditujukan kepada pengguna kursi roda yang mengendarai mobil dalam kegiatan sehari-hari. Kesulitan para pengguna kursi roda yang mengendarai mobil adalah melipat, memindahkan, dan
Lebih terperinciIV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN
IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN 4.1. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan
Lebih terperinciMEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II
MEKANISME KERJA MESIN TOE TESTER DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mesin Toe Tester misalnya, penyetelan seperti ini banyak sekali digunakan umumya pada pabrik
Lebih terperinciLampiran 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian. mulai
42 Lampiran 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian mulai Mengukur luas lahan sawah Membagi menjadi 9 petakan Waktu pembajakan Pembajakan Kecepatan bajak: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s Waktu pengglebekan Pengglebekan
Lebih terperinciSmart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien
BERKENDARA YANG BAIK Sustainability Engineering Design Biogas Power Compressed Renewable Methane Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien 1. Pengecekan Bagian Luar Mobil Sebelum menggunakan mobil
Lebih terperinciKriteria Roda Besi Standar Roda Besi Modifikasi Roda Besi Lengkung. Bahan Pembuat Rim Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm
LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Spesifikasi roda besi yang diuji Kriteria Roda Besi Standar Roda Besi Modifikasi Roda Besi Lengkung Diameter Rim 900 mm 452 mm 700 mm Jumlah Rim 2 buah 2 buah 2 buah Lebar Rim 220
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Sayuran Menurut Williams et al. (1993) budidaya sayuran meliputi beberapa kegiatan yaitu pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Budidaya
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ANALISA PERANCANGAN SISTEM HIDROLIK DAN SISTEM MOTOR PENGGERAK PADA KURSI RODA DENGAN BEBAN 150 KG
TUGAS AKHIR ANALISA PERANCANGAN SISTEM HIDROLIK DAN SISTEM MOTOR PENGGERAK PADA KURSI RODA DENGAN BEBAN 150 KG Diajukan guna memperoleh Sarjana Strata 1 Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciPERANCANGAN ELECTRIC ENERGY RECOVERY SYSTEM PADA SEPEDA LISTRIK
PERANCANGAN ELECTRIC ENERGY RECOVERY SYSTEM PADA SEPEDA LISTRIK ANDHIKA IFFASALAM 2105.100.080 Jurusan Teknik Mesin Fakultas TeknologiIndustri Institut TeknologiSepuluhNopember Surabaya 2012 LATAR BELAKANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TRAKTOR TANGAN Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Traktor tangan ini digerakkan oleh motor penggerak dengan daya yang
Lebih terperinciBAB VI Mesin Shaping I
BAB VI Mesin Shaping I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin shaping. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin shaping. 3. Mahasiswa mengetahui
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian IPB.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Perancangan Rem Persamaan umum untuk sistem pengereman menurut Hukum Newton II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini : F = m. a Frem- F x = m.
Lebih terperinciBAB IV GERAK MELINGKAR
BAB IV GEAK MELINGKA Standar kompetensi : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik diskrit (partikel). Indikator : 1. Menunjukkan perilaku yang menampilkan minat dalam melakukan kerjasama
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIK DAN MEKANIK JAGUNG DAN FURADAN Jagung memiliki sifat fisik yang sangat beragam baik beda varietas maupun dalam varietas yang sama. Dalam penelitian uji peformansi
Lebih terperinciALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN
ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil (produksi)
Lebih terperinciCASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan
Rangka CASIS GEOMETRI RODA 1. Komponen kendaraan Motor : Blok motor dan kepala silinder serta perlengkapannya sistem bahan bakar bensin atau diesel Casis : 1. Sistem kemudi 2. Pegas dan peredam getaran
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas
Lebih terperinciSISTEM KENDALI JARAK JAUH MINIATUR TANK TANPA AWAK
SISTEM KENDALI JARAK JAUH MINIATUR TANK TANPA AWAK OLEH : Eko Efendi (2211030009) Dio Adya Pratama (2211030036) Dosen Pembimbing : Suwito ST.,MT NIP. 19810105 200501 1004 Latar Belakang Meminimalisir prajurit
Lebih terperinciPETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN. dilengkapi dengan. Edisi Januari 2004
PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN T r a k t o r Q U I C K dilengkapi dengan P A R T L I S T Edisi Januari 2004 2 TRAKTOR QUICK TL800 single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses
Lebih terperinciOleh Team RB BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DINAS PERTANIAN JAWA BARAT
Oleh Team RB BPT MEKANISASI PERTANIAN JAWA BARAT DINAS PERTANIAN JAWA BARAT Dimulai tahun 1800 >>Motor Tenaga Uap Tahun 1900>> Traktor dengan Tenaga uap Pada tahun 1898 Rudolf Diesel (Jerman) Seorang Insyiniur
Lebih terperinciUji Fungsi Dan Karakterisasi Pompa Roda Gigi
Uji Fungsi Dan Karakterisasi Pompa Roda Gigi Wismanto Setyadi, Asmawi, Masyhudi, Basori Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional Jakarta Korespondensi: tmesin@yahoo.com
Lebih terperinci