5 ANALISIS KESESUAIAN, DAYA DUKUNG DAN POLA PEMANFAATAN RUANG WISATA KAWASAN PESISIR BARAT SERANG PROVINSI BANTEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 ANALISIS KESESUAIAN, DAYA DUKUNG DAN POLA PEMANFAATAN RUANG WISATA KAWASAN PESISIR BARAT SERANG PROVINSI BANTEN"

Transkripsi

1 5 ANALISIS KESESUAIAN, DAYA DUKUNG DAN POLA PEMANFAATAN RUANG WISATA KAWASAN PESISIR BARAT SERANG PROVINSI BANTEN Analisis Trend Wisata Sumberdaya atau investasi untuk pengembangan pariwisata pesisir identik dengan unsur supply. Potensi obyek wisata di kawasan Anyer-Cinangka (supply) merupakan modal dasar dalam pengembangan pariwisata yang meliputi view/vista, karateristik dan historis, budaya serta prasarana dan sarana pendukung wisata. Pengembangan usaha pariwisata pesisir dengan obyek dan daya tarik wisata di Kecamatan Anyer dan Kecamatan Cinangka masih dalam suatu kajian pendahuluan, sehingga data-data yang menyangkut parameter permintaan terhadap pariwisata belum tersedia dengna baik. Dengan demikian perkiraan permintaan pariwisata didekati dengan analisis trend kunjungan wisatawan sebagai berikut : Trend Wisata Kecamatan Anyer Trend kunjungan wisata nusantara dalam studi ini diprediksi sampai keadaan kunjungan wisata 20 tahun ke depan atau sampai pada tahun Trend analisis ini di dasarkan pada data kunjungan wisata yang diperoleh dari tahun 2000 sampai tahun Gambar 11 dibawah ini mencerminkan kondisi jumlah kunjungan wisata di Kecamatan Anyer yang meningkat pada periode Hasil prediksi tingkat kunjungan setelah tahun 2012 cenderung menurun hingga tahun Prediksi ini berdasarkan asumsi bahwa tahun 2012 terjadi peningkatan laju tingkat kunjungan yang signifikan, kemudian perlahan-lahan terjadi penurunan pada tahun-tahun berikutnya hingga stagnan.

2 Gambar 11 Trend Kunjungan Wisata Nusantara Kecamatan Anyer Trend Wisata Kecamatan Cinangka Lebih lanjut kunjungan wisata nusantara di Kecamatan Cinangka diprediksi dari tahun 2000 hingga 20 tahun ke depan atau tahun Tingkat laju peningkatannya dari tahun 2000 hingga 2009 cukup signifikan. Dengan asumsi bahwa trend kunjungan wisata di Kecamatan Cinangka diprediksi tahun 2012 terjadi penurunan jumlah pengunjung secara perlahan-lahan hingga tahun Secara rinci trend kunjungan wisata Kecamatan Cinangka disajikan pada Gambar 12 sebagai berikut: Gambar 12 Trend Kunjungan Wisata Nusantara Kecamatan Cinangka

3 97 Analisis trend tersebut menunjukkan bahwa pengembangan kawasan wisata Anyer dan Cinangka harus dilakukan secara hati-hati mengingat adanya kunjungan wisatawan dengan karateristik yang fluktuatif yakni meningkat dan kemudian terdapat kecenderungan terjadinya penurunan. Namun demikian, berdasarkan hasil pengamatan lapang kondisi jumlah kunjungan wisatawan pada waktu akhir pekan kunjungan meningkat yang terlihat dari penginapan dalam kondisi penuh, baik di Anyer maupun di Cinangka. Dari data yang dianalisis nampak bahwa pada akhir pekan jumlah maksimum wisatawan lebih kurang orang memanfaatkan fasilitas penginapan dan jumlah pengunjung yang tidak menginap 508 orang. Dalam satu bulan pengunjung untuk penginapan jenis melati sekitar 30%, sedangkan pengunjung untuk jenis hotel berbintang berkisar 70% dari jumlah total pengunjung ± orang setiap bulan. Hasil analisis mencerminkan bahwa permintaan wisatawan meningkat pada akhir pekan dibandingkan hari biasa, seperti terlihat pada Tabel 24 sebagai berikut: Tabel 24 Kunjungan Wisatawan yang Menginap di Kawasan Anyer-Cinangka Jenis Penginapan Jumlah Wisatawan (orang) Akhir Pekan Hari Biasa Melati Berbintang Sumber: Hasil Analisis dan Pengamatan Berdasarkan data diatas jumlah wisatawan yang berkunjung akhir pekan ke Anyer dan Cinangka berkisar 30,12% untuk jenis hotel melati dan 69,88% untuk jenis hotel berbintang sedangkan hari biasa 30,95% jenis melati dan hotel berbintang lebih kurang 69,05%. Wisatawan yang berkunjung di Kecamatan Anyer dan Cinangka meningkat pada akhir pekan dan hal yang sama terjadi pada hari libur nasional dan libur sekolah.

4 Analisis Sosial dan Ekonomi Analisis Sosial Berdasarkan hasil analisis keadaaan penduduk Kecamatan Anyer berdasarkan kelompok umur penduduk antara tahun adalah lebih banyak ( orang) dari jumlah penduduk berumur 0-14 tahun dan 65 tahun ( orang). Rasio jenis kelamin 109 yang menggambarkan bahwa jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan. Sedangkan rasio ketergantungan sebesar 50,71% berarti dari 100 usia produktif menanggung beban hidup sekitar 51 orang yang tidak berkerja (non produktif). Selanjutnya di Kecamatan Cinangka komposisi umur penduduk antara tahun lebih banyak ( orang) dari penduduk berumur 0-14 tahun dan 65 tahun ( orang). Rasio jenis kelamin 109 merupakan rasio perbandingan antara perempuan dengan laki-laki. Sedangkan beban ketergantungan adalah 40,82% berarti dari 100 usia produktif menanggung beban hidup sekitar 41 orang yang tidak berkerja. Dari analisis tersebut terlihat bahwa jumlah kelompok umur penduduk muda dalam 10 tahun mendatang akan meningkat, keadaan tersebut menunjukkan bahwa angkatan kerja akan meningkat dan diharapkan sektor pariwisata dapat menyerap penduduk usia produktif tersebut. Rasio beban tanggungan di wilayah penelitian ini cukup tinggi yang disebabkan oleh banyaknya penduduk non produktif yakni pada kelompok umur anak-anak (0-14 tahun). Secara umum, kepadatan penduduk di kawasan pesisir barat Serang, Kecamatan Anyer relatif tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk di Kecamatan Cinangka. Kepadatan tertinggi dijumpai di Kecamatan Anyer sebesar 913 jiwa/km 2. Kecamatan Cinangka kepadatan penduduknya lebih rendah sebesar 312 jiwa/km 2. Dengan demikian dalam kurun waktu 5 hingga 20 tahun ke depan kelompok usia tahun yang merupakan persentase terbesar dari penduduk kawasan pesisir barat Serang masih berada pada kelompok usia kerja. Jumlah ini akan bertambah dengan pergeseran kelompok usia sampai 55 tahun yang menggambarkan bahwa pengembangan kawasan pariwisata pesisir didukung oleh ketersediaan tenaga kerja yang memadai. Hasil analisis komposisi penduduk, rasio jenis kelamin dan rasio beban tanggungan disajikan pada Lampiran 8.

5 Analisis Ekonomi Berdasarkan data PDRB 2006, aktivitas perekonomian penduduk kawasan pesisir barat Serang, Banten meliputi industri, jasa, perdagangan, pariwisata dan pertanian, ketersediaan prasarana dan sarana perekonomian. Kecamatan Anyer dengan panjang pantai km, yang dihuni oleh jiwa penduduk sebagian besar penduduknya (27,99 %) bermatapencaharian pertanian sedangkan (28,70 %) sebagai karyawan dan buruh di industri di sekitar kawasan Anyer serta penduduk yang bekerja sebagai pedagang, hotel dan restoran (20,63%). Selanjutnya Kecamatan Cinangka dengan panjang pantai km dengan jumlah penduduk jiwa dan sebagian besar (31,01%) sumber nafkah sebagai buruh dan (29,75%) sebagai petani serta (20,83%) sebagai pedagang sedangkan sebagai nelayan sebesar (13,32%). Sarana transportasi penghubung desa-desa di Kecamatan Cinangka dan Kecamatan Anyer adalah angkutan umum yang tersedia hanya pada waktu-waktu tertentu saja misalnya waktu hari pasar kendaraan umum lebih banyak bila dibanding pada hari biasa. Dihitung dari nilai Produk Domestik Bruto (PDRB), peran sektor hotel dan restoran cukup tinggi dan meningkat setiap tahun, secara rinci PDRB Kabupaten Serang disajikan pada Tabel 26 sebagai berikut:

6 100 Tabel 25 Perkembangan PDRB Kabupaten Serang Menurut Harga Berlaku, Tahun (Rp juta) No Sektor/Lapangan usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan Hotel &Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keu, Pesewaan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB Kabupaten Serang Sumber: Hasil Olahan (PDRB Kabupaten Serang, Banten 2005) Dari data diatas terlihat PDRB yang tertinggi adalah sektor industri yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran. Produk Domesttik Regional Bruto merupakan salah satu indikator yang paling banyak dipakai untuk mengukur tingkat produksi suatu wilayah. Dengan melihat angka PDRB selam periode tertentu serta distribusi persentase dari masing-masing lapangan usaha, maka secara makro dapat diketahui peran sektor ekonomi dan struktur perekonomian suatu daerah. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis responden dan hasil wawancara dengan para pakar untuk prasarana dan sarana di kawasan pesisir barat Serang sangat terbatas. Prasarana dan sarana yang tersedia berupa kios dan penginapan seperti hotel, resort, cottage, villa dan lain sebagainya. Sedangkan transportasi darat untuk umum masih sedikit kecuali pada hari-hari pasar tertentu. Penginapan merupakan usaha ekonomi masyarakat di bidang pariwisata yang berperan dalam pendapatan masyarakat. Penginapan menyediakan jasa akomodasi untuk

7 101 wisatawan yang berkunjung. Manfaat yang diperoleh oleh masyarakat berupa pendapatan dari hasil penginapan, akomodasi dan pelayanan jasa lainnya selama wisatawan berada kawasan wisata Kecamatan Anyer dan Kecamatan Cinangka. Pendapatan per kapita rata-rata penduduk berdasarkan tingkat pendapatan berada pada tingkatan tinggi dan sedang. Hasil analisis kuesioner dari para responden diperoleh bahwa pendapatan utama penduduk berasal dari subsektor pertanian, jasa, perdagangan dan industri serta pariwisata. Hasil analisis responden menunjukkan bahwa pendapatan per kapita responden rata-rata lebih dari Rp ,- serta pendapatan masyarakat lainnya, dibawah Rp ,-. Hasil analisis disajikan pada Lampiran Kesesuaian Lahan Pariwisata Pesisir di Kecamatan Anyer dan Cinangka Pariwisata pesisir merupakan jenis pariwisata yang memanfaatkan pantai dan tepian laut sebagai obyek dan daya tarik wisata maupun rekreasi. Menikmati panorama dan keindahan alam pantai, berjemur, olah raga pantai seperti volley pantai, jalan pantai dan, rekreasi pantai, berkemah, memancing waktu pasang surut dan lain-lain. Analisis pengelompokan kawasan pesisir barat Serang (Kecamatan Anyer dan Kecamatan Cinangka) dilakukan berdasarkan jarak, akses dan ketersedian prasarana dan sarana pariwisata pesisir. Lahan terdiri atas pantai kering, lahan pasang surut, terumbu karang yang memiliki obyek dan daya tarik untuk pengembangan pariwisata dan rekreasi pantai dan laut. Analisis dilakukan dengan membandingkan karakteristik lahan dengan persyaratan penggunaan pariwisata pesisir. Persyaratan lahan untuk wisata pesisir terdiri dari 10 parameter dan fasilitas pariwisata, yang dijelaskan dalam Bab III. Penilaian dilakukan dengan menggunakan cara pembobotan dan skoring untuk menghasilkan kelas kesesuaian lahan. Hasil analisis kesesuaian lahan untuk penggunaan pariwisata pesisir disajikan pada Tabel 27.

8 102 Tabel 26 Kelas Kesesuaian dan Luas Lahan (ha) untuk Pariwisata Pesisir Kategori Rekreasi No Kecamatan Anyer Sangat Sesuai (S1) Kesesuaian Lahan (Ha) Cukup Sesuai (S2) Sesuai Bersy arat (S3) Tidak Sesuai (N) 1 Desa Anyer ,038 13,537 2 Desa Cikoneng ,688 3 Desa Bandulu ,101 Total I 3,038 56,326 Kecamatan Cinangka 4 Desa Kamasan ,958 3,963 5 Desa Sindanglaya ,358 6 Desa Cinangka ,963 7 Desa Karang Suraga ,987 18,497 8 Desa Bulakan ,302 9 Desa Pasauran , Desa Umbul Tanjung ,669 Total II 10,945 82,760 Sumber: Hasil Analisis dan SIG 2006 Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan pesisir kawasan barat Serang, Banten untuk penggunaan pariwisata pesisir dikelompokan dalam empat kelas. Pertama adalah kategori lahan sangat sesuai (S1) yang memiliki kesesuaian berkisar 83 sampai 100% tidak ditemui. Kedua adalah kategori cukup sesuai (S2) yang memiliki kesesuaian berkisar 50 sampai 83% juga tidak ditemui. Ketiga adalah kategori sesuai bersyarat (S3) yang memiliki kesesuaian berkisar 17 50% ditemui di Kecamatan Anyer, lahan terletak di Desa Anyer seluas 3,038 ha, dan di Kecamatan Cinangka tersebar di dua desa yaitu di Desa Kamasan seluas 0,958 ha, Desa Karang Suraga seluas 9,987 ha dengan total luasan 10,945 ha. Lahan pesisir memiliki obyek daya tarik wisata rekreasi yaitu pantai dengan pasir putih, semak belukar yang alami dan pohon-pohon kelapa. Kegiatan wisata rekreasi yang dapat dilakukan antara lain menikmati keindahan panorama alam, olahraga pantai, rekreasi, berenang berjemur, memancing dan jalan-jalan di zona pasang surut ketika air surut. Fasilitas pendukung, seperti resort, cottage, hotel dan villa.

9 103 Keempat Lahan kelas tidak sesuai (N) ditemui di Kecamatan Anyer seluas 56,326 ha dan di Kecamatan Cinangka seluas 82,760 ha, digunakan untuk lahan pemanfaatan fasilitas pariwisata seperti hotel, villa, resort dan cottage dan lainlain. Kawasan Anyer-Cinangka termasuk tipe sesuai bersyarat untuk jenis pariwisata pesisir kategori rekreasi dan untuk wisata renang yang diperbolehkan hanya sampai kedalaman ±10 m dan lebih kurang sepanjang 50 m dari pinggir pantai karena kecepatan arus lebih besar dari 0,51 m/detik. Kecamatan Anyer dikelompokkan dalam kelas sesuai bersyarat (S3) dengan indeks kesesuaian wisata sebesar 40,38% dengan bobot 63. Kecamatan Cinangka dikelompokkan dalam kelas sesuai bersyarat (S3) dengan indeks kesesuaian wisata sebesar 35,26% dengan bobot 55. Namun demikian, kawasan tersebut memilki faktor pembatas seperti kurangnya sarana transportasi dan tidak ada sarana akomodasi, telekomunikasi serta kondisi perairan yang selalu dinamis pada musim-musim tertentu. Hasil analisis kesesuaian lahan disajikan pada Lampiran 10. Kondisi wisata di Kecamatan Anyer dan Kecamatan Cinangka termasuk layak untuk dikategorikan pariwisata pesisir karena didukung oleh dua kondisi, pertama adalah jarak dari pantai yang berkisar ± 500 m dan kedua adalah kondisi lingkungan fisik yakni tingkat kerawanan terhadap bencana seperti gelombang tidak terlalu besar, banjir tidak terlalu tinggi (sedang), tekstur beberapa tempat berpasir putih, aksesibilitas yang mudah untuk Kecamatan Anyer, sedangkan Kecamatan Cinangka transportasi agak sulit kecuali kendaraan pribadi serta jarak sumber air bersih cukup dekat. Parameter yang kurang mendukung untuk wisata pantai di Kecamatan Anyer adalah penggunaan lahan yang tidak memenuhi kriteria karena lebar pantai kurang dari 50 m. Kawasan ini dapat dikembangkan untuk penataan bangunan karena sebagian besar keberadaan pemukiman dan perumahan penduduk selain hotel, resort dan villa serta cottage berada di sepanjang pantai barat Serang, Banten. Sedangkan Kecamatan Cinangka dapat dikembangkan dengan memprioritaskan keberadaan alam/view dan memiliki panjang pantai lebih dari 500 m.

10 104 Selanjutnya Kecamatan Anyer sesuai untuk wisata pantai dengan kategori rekreasi, olah raga pantai (volley pantai, jalan pantai), berjemur, berenang dan memancing seluas 3,038 ha dan yang tidak sesuai seluas 56,326 ha. Luasan kawasan Anyer yang tidak sesuai dimanfaatkan untuk fasilitas wisata yang dibagi dalam tiga kelompok yakni tipe A (48 m 2 ) dengan luasan yang dibutuhkan adalah 8,522 ha, tipe B (100 m 2 ) dengan luasan 1,77 ha, tipe C (114 m 2 ) dengan luasan 2,024 ha. Kawasan dapat dimanfaatkan untuk hotel berbintang dan hotel melati, villa, resort,dan cottage. Kecamatan Cinangka dapat dikembangkan untuk pariwisata pantai dengan kriteria rekreasi. Luasan lahan yang sesuai untuk wisata pantai dengan jenis olah raga pantai (volley pantai, jalan pantai), berjemur seluas 10,945 ha dan yang tidak sesuai seluas 82,78 ha. Luasan yang tidak sesuai dimanfaatkan untuk fasilitas wisata yang dibagi dalam tiga kelompok yakni tipe A (48 m 2 ) dengan luasan yang dibutuhkan adalah 5,80 ha, tipe B (100 m 2 ) dengan luasan 12,8 ha, tipe C (114 m 2 ) dengan luasan 13,77 ha yang diperuntukkan sebagai kawasan pemanfaatan seperti hotel berbintang dan hotel melati, villa, resort, dan cottage. Selanjutnya lahan yang masih bisa dikembangkan di kawasan pesisir barat Serang, Banten adalah lebih kurang sebanyak 11,198 ha untuk luasan (250 m) sebagai lahan hijau atau taman wisata. 5.4 Analisis Daya Dukung Kecamatan Anyer dan Cinangka Kawasan pesisir barat Serang terdiri dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Anyer dan Kecamatan Cinangka dengan potensi perikanan dan pariwisata yang belum dimanfaatkan secara optimal. Kondisi sumberdaya perikanan dan pariwisata masih baik dan sangat berpeluang untuk dikembangkan. Namun demikian, pemanfaatan dan pengembangannya harus dikelola dengan baik agar kualitasnya tetap terjaga. Selain itu, kawasan pesisir terdiri dari sumberdaya alam dan lingkungan yang rapuh (fragile) dan sangat rentan terhadap gangguan yang datang dari luar apabila melebihi kemampuan daya dukungnya. Oleh karenanya perlu dilakukan analisis daya dukung lingkungan yang mampu mentolerir segenap kegiatan pembangunan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.

11 105 Daya dukung diartikan sebagai kemampuan atau intensitas pemanfaatan maksimum sumberdaya alam secara terus-menerus tanpa mengalami kerusakan (Bengen, 2002). Analisis daya dukung kawasan pantai barat Serang untuk pariwisata pesisir dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan sumberdaya dan lingkungan mendukung aktifitas pembangunan khususnya pariwisata secara optimal dan berkelanjutan tanpa menimbulkan kerusakan. Parameter penting yang perlu diketahui adalah jumlah maksimum pengunjung secara fisik yang dapat ditampung di kawasan wisata pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Selanjutnya daya dukung kawasan perlu dibatasi dengan daya dukung pemanfaatan yaktu lebih kurang 10% dari luas areal yang digunakan untuk pengunjung dengan mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga keaslian alam terjaga dengan baik. Dalam kegiatan wisata pantai di asumsikan setiap orang membutuhkan pantai 50 m 2, karena pengunjung akan melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan ruang dan luas seperti berjemur, bersepeda, berjalan-jalan dan lain-lain seperti yang disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6 dalam Bab 3. Hasil analisis dan perhitungan daya dukung kawasan untuk Kecamatan Anyer adalah orang /hari dan kunjungan aktual untuk Anyer rata-rata sebanyak 120 orang/hari. Kapasitas air bersih adalah kapasitas air yang diukur berdasarkan jumlah pengunjung yang memanfaatkan air bersih per hari (ltr/hr) dengan standar 60 liter/hari/pengunjung. Hal ini dianggap optimal bagi seorang pengunjung selama berada di kawasan wisata. Berdasarkan standar tersebut daya dukung air bersih berdasarkan jumlah pengunjung di Kecamatan Anyer adalah adalah maksimum sebanyak 73 liter/hari/pengunjung. Selanjutnya daya dukung kawasan untuk Kecamatan Cinangka adalah orang/hari dan kunjungan aktual hanya rata-rata 12 orang/hari serta kebutuhan air bersih lebih kurang 263 liter/hari/pengunjung. Oleh karena itu kawasan Anyer dan Cinangka dapat menampung orang/hari. Jumlah pengunjung seharusnya sesuai dengan kapasitas daya dukung sehingga keberlanjutan wisata pesisir dapat diwujudkan, perhitungan daya dukung kawasan ditinjau dari jumlah pengunjung disajikan pada Lampiran 11.

12 106 Namun demikian kawasan Anyer dan Cinangka secara nyata saat ini masih memiliki jumlah kunjungan dibawah jumlah daya dukung kawasan. Sehingga pariwisata pesisir di Kecamatan Anyer dan Cinangka, masih memiliki peluang untuk dapat dikembangkan. 5.5 Ecological Footprint Wilayah pesisir rentan terhadap perubahan lingkungan dalam bentuk pencemaran, sedimentasi, dan penurunan keanekaragaman hayati akibat aktivitas manusia. Dengan demikian, untuk mengantisipasi dampak negatif dari pengembangan pariwisata yang mungkin timbul, maka kajian tentang kemampuan daya dukung ruang pesisir pantai barat Serang, Banten diperlukan untuk mendukung kegiatan pariwisata yang akan dikembangkan. Dalam rangka mengetahui daya dukung ruang untuk pariwisata dilakukannya perhitungan ecological footprint (EF), yang bertujuan untuk mengekspresikan kesesuaian areal yang produktif secara ekologi terhadap kebutuhan pariwisata. Perhitungan ruang ekologi dibagi kedalam dua bagian yaitu permintaan terhadap sumberdaya (EF) dan ketersediaan sumberdaya (BC). Nilai EF yang menggambarkan tingkat kebutuhan tersebut selanjutnya dibandingkan dengan ketersediaan ruang (biological capacity / BC). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai EF untuk Kecamatan Anyer sebesar 1,6 ha/kapita dan kecamatan cinangka sebesar 0,09 ha/kapita sedangkan nilai BC Kecamatan Anyer adalah 2,93 ha/kapita dan Kecamatan Cinangka 2,99 ha/kapita Perhitungan EF dan BC secara rinci disajikan pada lampiran 12 dan nilai perhitungan tersebut dinyatakan pada Tabel 28 berikut ini : Tabel 27 Kemampuan dan Daya Dukung Pemanfaatan Wisata Kawasan Pesisir Barat Serang, Banten No Kriteria Anyer Cinangka 1 Ecological Footprint (ha/kapita) 1,6928 0, Biocapacity (ha/kapita) 2,9348 2, Daya Dukung Kawasan (orang/kawasan) Luasan Wisata Rekreasi Sesuai Bersyarat (ha) 3,038 10,945 Sumber: Hasil Analisis

13 107 Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai EF<BC yang berarti terjadi under shoot sehingga tingkat kebutuhan ruang belum melebihi ketersediaan ruang yang tersedia. Dengan demikian masih terdapat ketersediaan ruang untuk mengembangkan pariwisata. Di Kecamatan Anyer tingkat kebutuhan akan pengembangan pariwisata lebih kecil dibandingkan tingkat ketersediaan sumberdaya (biocapacity) atau kapasitas lahan. Demikian juga dengan Kecamatan Cinangka tingkat kebutuhan pemanfaatan ruang lebih kecil dari kapasitas pemanfaatannya selanjutnya disajikan pada Gambar 13 sebagai berikut: Gambar 13 Estimasi Kebutuhan Ruang Wisata Rekreasi di Kawasan Pesisir Barat Serang Provinsi Banten Dari analisis tersebut terlihat bahwa di wilayah Kecamatan Cinangka dan Kecamatan Anyer masih terdapat peluang pengembangan pariwisata pesisir yang diprioritaskan utama adalah wisata alam. Berdasarkan hasil analisis ruang ekologis dengan pendekatan Ecological Footprint, diperoleh bahwa daya dukung ruang ekologis untuk pengembangan pariwisata dengan kategori rekreasi berdasarkan tingkat kebutuhan ruang ekologi belum optimal. Belum optimalnya tingkat pemanfaatan sumberdaya kawasan pantai barat Serang untuk wisata pesisir dicerminkan dengan tingkat ketersediaan ruang di Kecamatan Anyer lebih kecil dari pemanfaatan dengan kata lain bahwa EF BC (1,6 ha /kapita 2,9 ha/kapita) dan di Kecamatan Cinangka (0,09 ha/kapita 2,9 ha/kapita). Perbandingan nilai EF dan BC disajikan pada Tabel 29 sebagai berikut :

14 108 Tabel 28 Estimasi Kebutuhan Ruang Wisata Rekreasi di Kawasan Pesisir Barat Serang, Provinsi Banten No Kecamatan Ecological Footprint Wisata Rekreasi(Ha/Kapita) Biocapacity Wisata Rekreasi (Ha/Kapita) 1 Anyer 1,6928 2, Cinangka 0,0943 2,9899 Sumber: Hasil Analisis, 2007 Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata masih dapat dilakukan karena nilai permintaan terhadap sumberdaya (EF) masih lebih kecil dari ketersediaan sumberdaya (BC). Beberapa penyebab belum optimalnya pariwisata dari hasil responden dan wawancara, antara lain kondisi lingkungan, infrastruktur dan akomodasi yang masih terbatas serta kurang publikasi berupa promosi, brosur-brosur dan iklan di media elektronik. Secara sosial kegiatan pariwisata pesisir yang sudah lama dilakukan hanya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Faktor rendahnya dukungan pemerintah terhadap kegiatan tersebut menyebabkan usaha pariwisata dilakukan berdasarkan kemampuan (modal) sendiri yang bersifat sementara atau usaha sampingan pada akhir pekan atau hari-hari besar nasional dan hari libur sekolah dengan target adalah wisatawan lokal dan wisatawan nusantara. 5.6 Pola Pemanfaatan Ruang Wisata Secara geografis ruang pesisir Kabupaten Serang memiliki luas 1.734,09 km 2. Ketersediaan ruang wisata untuk wisata pantai diperoleh dari hasil analisis kesesuaian sumberdaya menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Analisis kesesuaian ini didasarkan pada kriteria sepuluh (10) parameter kesesuaian sumberdaya untuk jenis wisata pantai dengan kategori rekreasi. Analisis tersebut didasarkan pada hasil tumpang susun parameter guna menghasilkan ruang wisata yang sesuai dan memenuhi persyaratan untuk pariwisata. Dari empat kriteria kesesuaian hanya dua kriteria yang ditemui di kawasan penelitian yaitu kriteria sesuai bersyarat berkisar 9,2% dan tidak sesuai berkisar 90,8%. Dari hasil analisis

15 109 ini kesesuaian ruang untuk pemanfaatan wisata sangat kecil hanya lebih kurang 10%, secara rinci kesesuaian lahan disajikan pada Tabel 30. Tabel 29 Kesesuaian Pariwisata Pesisir dengan Kategori Rekreasi Kawasan Pesisir Barat Serang, Banten No Jenis Kesesuaian Wisata Luas (ha) (%) 1 Sangat Sesuai (S1) Sesuai (S2) Sesuai Bersyarat (S3) 13,983 9,2 4 Tidak Sesuai (N) 139,080 90,8 Jumlah 153, Sumber : Hasil analisis spasial, 2006 Dari hasil analisis Sistem Informasi Geografi atau SIG, di Kecamatan Anyer dari 3 (tiga) hanya satu desa yang sesuai bersyarat yaitu Desa Anyer, sedangkan di Kecamatan Cinangka yang terdiri dari tujuh desa terdapat dua desa yang sesuai bersyarat yaitu: (1) Desa Kamasan terdapat dua lokasi, (2) Desa Karang Suraga terdapat dua lokasi, masing-masing untuk wisata pantai dengan kategori rekreasi. Analisis kesesuaian wisata disajikan dalam bentuk peta kesesuaian sebagai berikut: Peta Kesesuaian Lahan Wisata Kecamatan Anyer Hasil analisis kesesuaian menunjukkan bahwa diwilayah Kecamatan Anyer diperoleh jenis kesesuaian wisata yakni sesuai bersyarat (S3). Kesesuaian sumberdaya untuk wisata dengan kategori rekreasi pantai hanya ditemukan di satu desa yaitu Desa Anyer dari tiga desa yang ada di kecamatan tersebut. Aktivitas wisata yang sesuai adalah wisata rekreasi dengan panjang pantai 618,38 m dan lebar pantai 46,81 m dari total luasan 3,038 ha serta dengan daya dukung kawasan orang/ha/kawasan. Peta kesesuaian wisata di Kecamatan Anyer disajikan pada Gambar Peta Kesesuaian Lahan Wisata Kecamatan Cinangka Sedangkan di Kecamatan Cinangka yang terdiri dari tujuh desa hanya terdapat dua desa yang sesuai bersyarat untuk wisata yaitu: 1) Desa Kamasan terdapat dua lokasi yakni Kamasan A: panjang pantai 290,52 m dengan lebar

16 110 pantai 46,91 m dan Kamasan B: panjang pantai 168,72 m dengan lebar pantai 40, 82 m, 2) Desa Karang Suraga terdapat dua lokasi yaitu Karang Suraga A: dengan panjang pantai 770,29 m dengan lebar pantai 43,03 m, Karang Suraga B: panjang pantai m dengan lebar pantai 44,89 m dari total luasan 10,945 ha, luasan tersebut memiliki daya dukung orang/ha. Peta kesesuaian wisata Kecamatan Cinangka pada Gambar 15. Dalam rangka meningkat PDRB Kabupaten Serang,Provinsi Banten maka salah satu unsur penunjangnya adalah sektor pariwisata. Teridentifikasi sekitar 13,983 ha sebagai potensi pariwisata yang dapat dikembangkan oleh pemerintah setempat. Secara administratif, potensi ini terdapat di kawasan pesisir barat Serang yakni dua Kecamatan Anyer dan Kecamatan Cinangka dengan proporsi mansing-masing sekitar ha dan ha. Model pengembangan sektor pariwisata bagi peningkatan PDRB Kabupaten Serang, Banten di fokuskan pada potensi Anyer dan Cinangka. Dengan demikian, pemodelan pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Serang Banten dibangun berdasarkan potensi Anyer dan Cinangka" ditinjau dari tiga komponen yaitu aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Namun demikian dalam kondisi tertentu di asumsikan bahwa aktivitas wisata dihitung berdasarkan seluruh potensi wilayah wisata yang terdapat di Kabupaten Serang yakni kawasan wisata yang sudah dimanfaatkan dan kawasan wisata yang akan dikembangkan berdasarkan analisis kesesuaian yang sudah dikaji.

17 16 Gambar 14 Kesesuaian Wisata di Kecamatan Anyer

18 Gambar 15 Kesesuaian Wisata di Kecamatan Cinangka

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pulau pulau kecil merupakan arah kebijakan baru nasional dibidang kelautan. Berawal dari munculnya Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN 6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN 6. Analisis Input-Output 6.. Analisis Keterkaitan Keterkaitan aktivitas antar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN 7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN Berdasarkan analisis data dan informasi yang telah dilakukan, analisis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1. Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Potensi sumberdaya lahan pesisir di Kepulauan Padaido dibedakan atas 3 tipe. Pertama adalah lahan daratan (pulau). Pada pulau-pulau berpenduduk,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teluk Bungus yang luasnya ± 17 km 2 atau 1383,86 Ha berada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Kecamatan ini merupakan kecamatan pesisir di wilayah selatan Kota Padang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang diperkirakan memiliki kurang lebih 17 504 pulau (DKP 2007), dan sebagian besar diantaranya adalah pulau-pulau kecil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 37 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kesesuaian lahan secara spasial merupakan unsur penting dalam pengembangan sumberdaya pesisir agar pemanfaatan sumberdaya di kawasan tersebut berlangsung

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sarana yang tepat dalam meningkatkan kemajuan ekonomi masyarakat baik lokal maupun global. Pariwisata mempunyai dampak dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG I.1 LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Dalam kurun lima tahun terakhir pertumbuhan perekonomian kota Bandung terus terdongkrak naik. Penyebab kondisi yang tengah dialami kota Bandung tidak hanya karena saat ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Ekowisata Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah memilikikontribusi ekonomi yang cukup penting bagi kegiatan pembangunan. Olehkarenanya, sektor ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan paradigma pengembangan wilayah dari era comparative advantage ke competitive advantage, menjadi suatu fenomena baru dalam perencanaan wilayah saat ini. Di era kompetitif,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya 1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

TEMA. menikmati alam Bali. Lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung yang ada di dalamnya. LEGAL

TEMA. menikmati alam Bali. Lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung yang ada di dalamnya. LEGAL TEMA LATAR BELAKANG Bali tidak memiliki hasil tambang, lahan pertanian yang terbatas, namun pulau Bali memiliki keindahan alam dan budaya yang sangat mempesona Untuk meningkatkan taraf hidup penduduk Bali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pakar dan praktisi yang berpendapat bahwa di milenium ketiga, industri jasa akan menjadi tumpuan banyak bangsa. John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Profil Kawasan Pesisir Barat Serang Morfologi wilayah Banten secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu dataran, perbukitan landai-sedang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut,

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai negara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan TINJAUAN PUSTAKA Danau Perairan pedalaman (inland water) diistilahkan untuk semua badan air (water body) yang ada di daratan. Air pada perairan pedalaman umumnya tawar meskipun ada beberapa badan air yang

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 13 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Santolo, Kabupaten Garut. Pantai Santolo yang menjadi objek penelitian secara administratif berada di dua

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar, 34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, pemukiman semakin lama membutuhkan lahan yang semakin luas. Terjadi persaingan yang kuat di pusat kota,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri pariwisata merupakan salah satu sarana untuk berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu tujuan wisata karena memiliki

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap pembangunan terutama di daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan ekonomi daerah erat kaitannya dengan industrialisasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di wilayah pesisir yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN KAW ASAN GILl TRAW ANGAN

TINJAUAN KAW ASAN GILl TRAW ANGAN --~~--_.~--_._---- -1 --------~--~ BAB II TINJAUAN KAW ASAN GILl TRAW ANGAN Bab ini berisi tentang uraian mengenai Kawasan Gili Trawangan sebagai lokasi hotel resort untuk wisatawan elite. Yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir dan laut merupakan daerah dengan karateristik khas dan bersifat dinamis dimana terjadi interaksi baik secara fisik, ekologi, sosial dan ekonomi, sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan pulau-pulau kecil (PPK) di Indonesia masih belum mendapatkan perhatian yang cukup besar dari pemerintah. Banyak PPK yang kurang optimal pemanfaatannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan program kerja pemerintah tentang pembangunan berkelanjutan sesuai dengan

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 114 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Aspek pengembangan suatu objek wisata diantaranya meliputi pengembangan tata

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dengan luas 1.910.931 km, Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 Pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. a. Bagian ujung sebelah timur :110 57' 33,70" B.T. b. Bagian ujung sebelah barat: ' 6,79" B.T.

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. a. Bagian ujung sebelah timur :110 57' 33,70 B.T. b. Bagian ujung sebelah barat: ' 6,79 B.T. BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Sukoharjo terletak dibagian tenggara Propinsi Jawa Tengah, lebih tepatnya pada posisi sebagai berikut: a. Bagian ujung sebelah timur :110

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci