BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Lahan Kering Desa Kebondowo Karakteristik lahan merupakan sifat lahan Djaenudin dkk (2003). Dalam budidaya menyesuaikan jenis tanaman dengan karakteristik lahan merupakan salah satu kuci utama untuk mendapatkan hasil yang optimal. Maka dari itu perlu dilakukan pengukuran untuk mengetahui bagaimana karakteristik lahan kering di Desa Kebondowo. Data ini digunakan untuk mengetahui kelas kesesuaian dan faktor pembatas di lahan kering Desa Kebondowo khususnya untuk budidaya Jahe (Zingiber officinale). Jenis data yang digunakan adalah suhu udara, elevasi, curah hujan, kelembaban, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, KTK, ph H 2 O, C-Organik, salinitas kelerengan, batuan permukaan. Penilaian karakteristik dilakukan berdasarkan data hasil analisis pada titik sampel yang telah ditentukan. Data tersebut dieksterpolasi dengan menggunakan Arcview 3.2 sehingga dapat membentuk peta. Data yang diperoleh ditampilkan pada tabel

2 Tabel 4.1. Karakteristik Lahan Pertanian Desa Kebondowo di 18 Titik Observasi Komponen Temperatur Temperatur rerata ( 0 Ketersediaan Bahaya Penyiapan C) Media Perakaran Resistensi hara Toksisitas Oksigen Erosi Lahan Curah Bahan Kedalaman KTK C Batuan Sampel Temperatur Elevasi Kelembaban ph Salinitas Lereng rerata ( 0 Hujan Drainase Tekstur Kasar Tanah liat Organik permukaan C) (mdpl) (%) H2O (ds/m) (%) (mm/thn) (%) (cm) (Cmol) (%) (%) Baik Liat < < 40 < Baik Liat < < Baik Liat < < Baik Liat < < Baik Liat < < Agak baik Liat < < Baik Liat < < Baik Liat < < Baik Liat < < Baik Liat < < Baik Liat < < Baik Liat < < Baik Liat < < Baik Liat < < Baik Liat < < Baik Liat < < Baik Liat < < Baik Liat < < 5 Sumber: Analisis Primer,

3 4.2 Kelas Kesesuaian Lahan Kering Desa Kebondowo Untuk Budidaya Jahe Penentuan kelas kesesuaian jahe dilakukan berdasarkan data analisis primer yang kemudian di Matching kan dengan kriteria kesesuaian lahan, dengan menggunakan Software yakni ArcView 3.2. dengan ekstensi ModelBuilder. Hasil kelas kesesuaian Jahe pada wilayah Desa Kebondowo menunjukan bahwa Jahe masuk dalam kelas kesesuaian S1, dan S2, seperti pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.2. Tabel 4.2 Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Jahe di Desa Kebondowo Kelas Kesesuaian Lahan N S1 S2 Luas Lahan (ha) 121, , ,333 Sumber: Analisis Primer, 2016 Gambar 4.1. Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Jahe di Desa Kebondowo Berdasarkan hasil pemetaan wilayah lahan kering Desa Kebondowo terbagi menjadi 3 kriteria kelas kesesuaian yakni N dengan luas wilayah yang merupakan daerah rawa/ sawah, kemudian kriteria kelas kesesuaian S1 dengan luas wilayah 208,510 ha, dan terakhir kriteria kelas 3

4 kesesuaian S2 dengan luas wilayah 215,333 ha. Menurut Djaenudin dkk (2003) Kelas kesesuaian S1 masuk dalam kriteria kelas sangat sesuai untuk budidaya tamanan jahe, sedangkan S2 masuk dalam kriteria kelas cukup sesuai untuk budidaya tanaman jahe, untuk kelas kesesuaian N masuk dalam kriteria kelas tidak sesuai untuk budidaya tanaman jahe. Menurut deskripsi varietas tanaman jahe Balittro (2011) memiliki jumlah rata-rata produksi mencapai 3 12 ton/ha syarat panen lebih dari 9 bulan. Dengan menerapkan pola tanam tumpang sari pada lahan S1 dan S2, petani dapat memiliki presentase keberhasilan target produksi antara 60% - 80%. Sehingga potensi hasil produksi yang diperoleh jika membudidayakan jahe pada lahan yang memiliki kesesuaian S1 dan S2 berkisar antara 7 10 ton/ha. 4

5 4.3 Faktor Pembatas Budidaya Tanaman Jahe Faktor pembatas merupakan sesuatu dalam karakteristik lahan yang dapat membatasi atau menjadi penghambat pada suatu penentuan kesesuaian, hal ini dapat berasal karakteristik fisika tanah, kimia tanah, dan keadaan geografis wilayah setempat. Rekomendasi budidaya yang diberikan berlandaskan hasil dari faktor faktor pembatas yang diketahui. Skor faktor pembatas diperoleh dari pengolahan data antara skor kelas dengan presentase luas wilayah dimana pemberian skor dilakukan dengan range 1 4, skor 1 untuk bukan kelas faktor pembatas, skor 2 untuk kelas faktor pembatas ringan, skor 3 untuk kelas faktor pembatas berat dan skor 4 untuk kelas faktor pembatas sangat berat. Tabel 4.3. Peringkat Faktor Pembatas Karakteristik Lahan di Desa Kebondowo No Komponen Luas Wilayah % Skor BP P1 P2 P3 Pembatas Peringkat 1 Kelerengan 28,745 18,425 42,671 10,159 0, Curah Hujan , ph H 2 O 94,383 5, , KTK 94, , Drainase ,183 6 C-Organik ,183 7 Suhu ,183 8 Tekstur ,183 9 Bahan Kasar , Batuan Permukaan , EC , Solum , Kelembaban ,183 Sumber: Analisis Primer, 2016 Berdasarkan Tabel 4.3 terdapat 5 jenis faktor yang membatasi untuk kesesuaian tanaman Jahe (Zingiber officinale) di Desa Kebondowo yaitu: Kelerengan, Curah Hujan, Drainase, Kapasitas Tukar Kation, ph H2O. Pada Desa Kebondowo kelerengan menjadi faktor pembatas pertama. Berdasarkan Djainudin dkk., (2003), terdapat 5 kelas kelerengan, sehingga penentuan faktor pembatas kelerengan dilakukan berdasarkan ketentuan tersebut. Nilai kelas kelerengan ditentukan berdasarkan hasil interpolasi peta kontur Desa kebondowo yang kemudian direklasifikasi ulang menjadi 5 kelas 5

6 sehingga dapat diketahui wilayah persebaran berdasarkan kelas kelerengan (Gambar 4.3). Menurut Permentan (2006), kategori kelas kelerengan S1 dan S2 merupakan wilayah yang sangat dan cukup sesuai untuk dipergunakan sebagai lahan pertanian. Kategori kelas kelerengan S3 menurut aturan penggunaan lahan adalah untuk tanaman kehutanan hal ini bertujuan untuk meminimalisir pengolahan lahan yang berlebih serta tetap mejaga kelestarian hutan lindung. Sedangkan kategori kelas kelerengan N sangat tidak sesuai, menurut aturan pemerintah pada wilayah ini tidak dimungkinkan untuk dilakukan pengolahan lahan ataupun pemukiman sehingga aturan penggunaan lahannya adalah hutan lindung/ konservasi. Gambar 4.2. Peta Kelerengan di Desa Kebondowo Hasil analisis faktor pembatas, memiliki menunjukan bahwa Desa Kebondowo memiliki persentase kelerengan yang beragam seperti pada Gambar 4.3. Terdapat 29,1% dari wilayah dengan luas 122,157 ha masuk dalam kriteria kelerengan < 8% (landai). kriteria kelerengan 8% - 15% (bergelombang) dengan persentase 18% dari seluruh wilayah memiliki luas 78,3 ha, kemudian 42,7% dari wilayah dengan luas 181,337 ha masuk dalam kriteria kelerengan 25% - 40% (berbukit) dan 6

7 sisanya 10,2% dengan luas wilayah 43,174 ha masuk dalam kriteria kelerengan < 40% (bergunung). Sebaran data curah hujan di Desa Kebondowo tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan cakupan wilayah Desa Kebondowo tidak terlalu luas sehingga tidak terjadi perbedaan curah hujan antar dusun. Dalam peringkat faktor pembatas curah hujan terdapat di urutan ke 2 dengan skor 0,37% sebagai faktor pembatas untuk tanaman jahe seperti pada Tabel 4.3. Gambar 4.3. Peta curah hujan di Desa Kebondowo Curah hujan sangat mempengaruhi pertumbuhan. Menurut Lesmana, (2008) jahe sangat membutuhkan curah hujan tinggi, bila kebutuhan air tidak terpenuhi maka tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Untuk wilayah Desa Kebondowo curah hujan masuk dalam kelas kesesuaian S2 disebabkan rata rata curah hujan tahunan untuk Desa Kebondowo sebanyak mm/thn sedangkan untuk syarat kelas S1 adalah mm/thn (Djainudin dkk., 2003). Faktor pembatas ketiga adalah kapasitas tukar kation (KTK) dengan persentase 0,193%. KTK memiliki hubungan yang sangat erat dengan kesuburan. Menurut Hardjowigeno (1987), tanah dengan KTK tinggi mampu 7

8 menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik bila dibandingkan dengan tanah dengan KTK rendah. Gambar 4.4. Peta KTK di Desa Kebondowo Berdasarkan hasil analisis 95% dari wilayah Desa Kebondowo dengan luas 516,586 ha masuk dalam kriteria kelas kesesuaian S1. Sedangkan sisanya 5% dengan luas 29 ha masuk dalam kelas kesesuaian S2 untuk tanaman Jahe (Zingiber officinale). Status ph H 2 O tanah masuk pada urutan peringkat keempat sebagai faktor pembatas pada lahan tegalan Desa Kebondowo. Menurut Djaenudin dkk, (2003) syarat kelas kesesuaian untuk tanaman jahe adalah 5 7. Pengaruh ph yang rendah menyebabkan konsentrasi alumunium yang cukup tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan. Hal ini disebabkan terhambatnya ketersediaan fosfat dan proses penyerapan besi yang berdampak keracunan pada metabolisme pertumbuhan (Fahrudin, 2009). 8

9 Gambar 4.5. Peta ph H 2 O di Desa Kebondowo Berdasarkan hasil analisis 94% dari wilayah dengan luas 514,94 ha masuk dalam kelas kesesuaian S1. Sisanya sebanyak 6% dengan luas 30,646 ha masuk dalam kelas kesesuaian S2 dengan syarat kondisi ph tanah < 5. Menurut Sarwono (1987), ph mempengaruhi penyerapan unsur hara dalam tanah. Pada umumnya tanaman mudah menyerap unsur hara pada ph netral dikarenakan pada ph tersebut unsur hara lebih mudah terlarut dalam air sehingga mampu diserap oleh tanaman. 4.4 Status Unsur Hara Tanah Unsur hara esensial merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman, dan fungsinya bagi tanaman tidak dapat tergantikan oleh unsur lain. Dan unsur unsur tersebut harus dalam kondisi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman yang dibudidayakan (Sarwono, 1987). Beberapa unsur hara yang digunakan dalam jumlah yang relatif besar sering disebut dengan unsur hara makro, antara lain: Karbon, Oksigen, Hidrogen, Nitrogen, Fosfor, Kalium, Kalsium, Magnesium dan Sulfur. Sebagian diantaranya dapat diperoleh dari udara dan air tetapi sebagian lainnya berasal dari dalam tanah (Buckman dan Brady, 1982). 9

10 Peran unsur hara bagi pertumbuhan tanaman jahe merupakan hal yang sangat mendasar. Kelas kesesuaian lahan perlu diimbangi dengan ketersediaan hara sehingga dapat memenuhi target produksi sesuai dengan deskripsi varietas tanaman jahe. Status hara tanah di Desa Kebondowo tergolong sangat rendah (Tabel 4.4). Sebanyak 99% dari wilayah Desa Kebondowo memiliki kriteria Nitrogen sangat rendah. Dan untuk hara Phospor dan Kalium seluruh wilayah masuk pada kriteria sangat rendah. Walaupun sifat tanah ph H 2 O dan KTK dalam kesesuaian jahe saat ini dianggap sebagai faktor pembatas ringan berdasarkan standart Djaenudin dkk., (2003), untuk jangka panjang diperlukan upaya meningkatkan guna meminimalisir potensi defisiensi pada sifat tersebut. Tabel 4.4. Tingkat Kesuburan Tanah Desa Kebondowo Berdasarkan Kriteria Sifat Kimia Tanah (menurut Sarwono, 1987) Sifat Tanah Hasil Pengukuran Kriteria ph H 2 O 4,87 5,515 Masam 5,515 5,729 Agak Masam KTK (me/100g) 0,015 16,861 Sangat Rendah 16,861 33,707 Sedang 33,707 67,399 Sangat Tinggi Nitrogen (%) 0,01 1,107 Sangat Rendah 1,107 0,14 Rendah Fosfor (mg/100 g) 0,01 0,02 Sangat Rendah Kalium (mg/100 g) 0,01 0,02 Sangat Rendah Sumber: Analisis Primer, 2017 Kaitan ketersediaan unsur hara dengan lahan kering di Desa kebondowo adalah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman yang dibudidayakan. Jika lahan tidak mampu menyediakan atau pun mungkin tersedia tetapi tidak dapat diserap akibat belum terfiksasi secara sempurna, tanaman yang dibudidayakan pun akan mengalami defisiensi hara. Kondisi tersebut terjadi ketika tanaman tetap tumbuh tetapi tidak mencapai pertumbuhan yang optimal. Akibat dari defisiensi hara N tanaman akan menjadi kerdil, daun akan menguning dan gugur karena tidak terbentuknya klorofil secara sempurna. Jika mengalami defiensi P terhambatnya pembelahan sel yang akan mempengaruhi pembentukan bunga, buah, biji, serta pertumbuhan akar. Jika defisiensi K terjadi maka akan mempengaruhi proses fotosintesis pada tanaman, 10

11 dikarenakan daun tua yang seharusnya bekerja optimal melakukan fotosintesis terhambat akibat daun muda mengambil unsur K pada daun-daun tersebut. Sehingga daun daun tua akan mulai kuning kecokelatan yang memberi dampak terhambatnya proses fotosintesis (Sarwono, 1987). Peran KTK dalam reaksi kimia tanah adalah sebagai momen terjadinya pertukaran antara ion hidrogen yang digantikan dengan ion ion lain. Peran ph dalam proses KTK adalah sebagai penyeimbang karna tersebut membutuhkan kalsium tinggi dan ketika ph mulai normal unsur hara akan lebih mudah difiksasi dan diserap oleh tanaman (Sarwono, 1987 dan Buckman dan Brady, 1982). 4.5 Rekomendasi Budidaya Komponen yang menjadi faktor pembatas budidaya jahe pada lahan dengan kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marjinal) masih dapat diperbaiki sehingga lahan tersebut menjadi sangat sesuai (kelas S1) untuk budidaya jahe. Faktor pembatas dalam budidaya jahe di lahan kelas S2 dan S3 adalah kelerengan, curah hujan, drainase, ph tanah, dan KTK tanah Upaya Peningkatan Kelas Kesesuaian Lahan Dari Segi Fisik Memanipulasi kondisi lahan yang memiliki nilai faktor pembatas berat sangat mungkin dilakukan. Rekomendasi yang diberikan untuk meningkatkan kelas kesesuaian lahan menjadi S1 (sangat sesuai) adalah menggunakan teknologi konservasi. Definisi konservasi adalah semua perlakuan secara kimia, fisika, dan biologi terhadap lahan dalam bentuk pembuatan model lahan, penanaman vegetasi dan perbaikan hara yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan, pengendalian erosi, serta manungkatkan kelas kemampuan lahan (Permentan, 2006). Menurut Permentan dan karsyno (2006 dan 2010), terdapat berbagai macam cara teknologi konservasi yang dapat digunakan pada lahan kering untuk meningkatkan kemampuan lahan. Salah satu tekknologi konservasi yang sering digunakan adalahn pembentukan teras bangku atau teras tangga, dibuat dengan cara memotong kelerengan kemudian ditimbun dan diratakan membentuk pola seperti tangga atau seperti bangku sesuai dengan kondisi 11

12 lahan. Pada zona yang memiliki tingkat kelerengan yang tinggi (S3) penerapan metode ini dapat mengurangi aliran permukaan dan bisa digunakan sebagai wilayah pertanaman keras untuk mengurangi resiko longsor. Selain itu juga dapat meminimalisir hilangnya kandungan hara yang larut dalam air. Untuk zona wilayah yang memiliki tingkat kelerengan sedang (S2) penggunaan teras dapat memanipulasi kelerengan sebagai faktor pembatas sehingga dapat masuk menjadi kelas kesesuaian S1. Menggunakan metode pola tanam budidaya lorong (alley cropping), sistem yang digunakan adalah tanaman sekunder ditanam diantara lorong pada barisan tanaman. Sehingga lahan yang tersisa dapat termanfaatkan secara maksimal. Pada wilayah yang memiliki kelerengan tinggi dapat menggunakan pola tanam mengikuti kontur (contour farming), sistem yang digunakan adalah menanam langsung mengikuti garis kontur pada area lahan baik yang memiliki tingkat kelerengan tinggi S3 maupun sedang S2. Tetapi rekomendasi yang diberikan untuk zona wilayah yang memiliki tingkat kelerengan S3 adalah tetap membudidayakan tanaman kayu keras untuk meminimalisir resiko potensi longsor dan erosi. Sedangkan pada zona wilayah S2 dapat memaksimalkan penggunaan lahan dengan menggunakan jahe sebagai tanaman sela. Pembuatan rorak dan sumur, merupakan lubang penampungan atau resapan air sedangkan sumur adalah lubang yang sengaja digali sebagai wadah untuk menampur air tanah. Selama ini warga setempat hanya mengandalkan hujan untuk memenuhi kebutuhan air. Pembuatan sumur dan rorak merupakan langkah strategis untuk mengatasi kebutuhan air pada lahan. Hal ini adalah upaya untuk mengatasi kondisi curah hujan yang kurang hanya mm/thn untuk memenuhi kebutuhan tanaman jahe di Desa Kebondowo Upaya Peningkatan Kelas Kesesuaian Lahan Dari Segi Kimia Jahe (Zingiber officinale) termasuk tanaman yang membutuhkan unsur hara yang tinggi (Yusron, 2005). Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa status unsur hara makro esensial, terutama N, P, dan K, di Desa Kebondowo masih sangat rendah. Metode yang efisien untuk mengatasi 12

13 permasalahan hara tersebut adalah pemberian pupuk secara langsung. Jenis pupuk yang digunakan dapat berasal dari bahan organik ataupun anorganik dalam bentuk padatan maupun cair. Menurut standar kebutuhan hara tanaman jahe BPTP (2012), lahan kering Desa Kebondowo membutuhkan N dalam bentuk urea sebanyak 400 kg/ha, untuk unsur K dalam bentuk KCl sebanyak 300 kg/ha dan membutuhkan fosfor dalam bentuk SP-36 sebanyak 300 kg/ha. Akan tetapi, pemberian pupuk anorganik semata secara terus menerus tidak akan memberikan keseimbangan bagi unsur-unsur lainya. Pengaruh kelebihan pupuk anorganik dapat menyebabkan penurunan ph selain itu pemberian pupuk secara berkelanjutan dapat berpotensi mengubah struktur secara fisika, kimiawi dan biologis (Khairunisa 2015). Kaitan peran bahan organik secara fisika terhadap kondisi tanah adalah sebagai granulator yang menyebabkan keadaan gembur pada tanah sehingga tanah memiliki kapasitas menahan air tanah. Secara kimia, bahan organik merupakan sumber pokok utama unsur fosfor dan sulfur serta sedikit menyumbang kandungan nitrogen. Secara biologis bahan organik merupakan sumber utama dalam penyedia makanan bagi mikroorganisme dalam tanah (Sarwono, 1987 dan Buckman dan Brady, 1982). Oleh karena itu, peningkatan ketersediaan hara di lahan juga dapat diimbangi dengan pemberian bahan organik. Penambahan bahan organik meningkatkan ion negatif (kation) di dalam tanah sehingga dapat memperbaiki status KTK tanah. diiringi dengan pemberian kapur disebabkan pengaruh kapur yang menetralkan tanah asam akan mengaktifkan ion kasium sehingga dengan aksi massanya dapat menukarkan hidrogen dan kation lain (Buckman dan Brady, 1982). Bahan organik juga dapat meningkatkan ph tanah. Peningkatan ph terjadi karena adanya dekomposisi tingkat lanjut dimana bahan organik yang telah termineralisasi melepaskan mineralnya yang berupa kation-kation basa (Atmojo, 2003). Pemberian bahan organik juga dapat membantu memperbaiki drainase yang buruk. Bahan organik dapat meningkatkan pori makro tanah dan menekan pori mikro sehingga tanah memiliki laju perkolasi yang lebih baik (Atmojo, 2003). Meminimalisir genangan di lahan akan berdampak pada berkurangnya potensi penyakit layu 13

14 bakteri (Pribadi, 2013). Menurut Latifah, dkk (2008) pemberian bahan organik 30 ton/ha dapat berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan dan hasil jahe. Pengaruh pemberian kapur dan dolomit mampu mempercepat dan meningkatkan kualitas hasil proses dokomposisi sehingga sangat tepat digabungkan pada saat pemberian bahan organik. Menurut Sukarman dan Melati (2011), pemberian dengan dosis 1-3 ton/ha kapur atau 0,5-2 ton/ha dolomit dapat meningkatkan kondisi ph tanah yang rendah. Pemenuhan kebutuhan hara dengan menggunakan organik maupun anorganik diharapkan dapat memperbaiki kesuburan hara di Desa Kebondowo. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain dari faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tepatnya pada koordinat 7 19 20.87-7

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Jepara terdiri dari 16 desa, 8 desa merupakan daerah pantai dan 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah 40 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah Data iklim yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data keadaan wilayah penelitian. Kecamatan Imogiri memiliki satu tipe iklim di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian akan dilaksanakan pada Desember 2015 - Februari 2016. Dilaksanakan pada : 1) Lahan pertanian di sekitar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH 4. Phosphor (P) Unsur Fosfor (P) dlm tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan & mineral 2 di dlm tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pd ph

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Survei tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta (Tamtomo,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tutupan Lahan dan Vegetasi Terdapat 6 jenis tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ada dalam Tabel 4. Arsyad (2010) mengelompokkan penggunaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi (Sofyan dkk., 2007).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi (Sofyan dkk., 2007). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Sawah Sawah adalah lahan pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet 57 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet Sektor pekebunan dan pertanian menjadi salah satu pilihan mata pencarian masyarakat yang bermukim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Tanah Andisol Andisol merupakan tanah yang mempunyai sifat tanah andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya, sebagaimana menurut Soil Survey Staff (2010) : 1. Didalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta

Lebih terperinci

Ilmu Tanah dan Tanaman

Ilmu Tanah dan Tanaman Ilmu Tanah dan Tanaman Pupuk dan Kesuburan Pendahuluan Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan kepada tanah dengan tujuan memperbaiki sifat fisis, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Sifat fisis tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gadingsari, Desa Gadingharjo, Desa Srigading dan Desa Murtigading. Wilayah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gadingsari, Desa Gadingharjo, Desa Srigading dan Desa Murtigading. Wilayah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi dan Wilayah Studi Kecamatan Sanden secara administratif terdiri dari 4 desa meliputi Desa Gadingsari, Desa Gadingharjo, Desa Srigading dan Desa Murtigading.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. 17 IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. Penelitian dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat TINJAUN PUSTAKA Sifat sifat Kimia Tanah Tanah memiliki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik dan biologi tanah dapat dilihat secara kasat mata dan diteliti dengan warna tanah, tekstur

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

Daftar Isi. III. Pengelolaan Tanah Masam Pengertian Tanah Masam Kendala Tanah Masam Mengatasi Kendala Tanah Masam 84

Daftar Isi. III. Pengelolaan Tanah Masam Pengertian Tanah Masam Kendala Tanah Masam Mengatasi Kendala Tanah Masam 84 Daftar Isi Kata Pengantar Daftar isi Daftar Tabel Daftar Gambar I. Pendahuluan 1 1.1.Pentingnya Unsur Hara Untuk Tanaman 6 1.2.Hubungan Jenis Tanah Dengan Unsur Hara 8 1.3.Hubungan Unsur Hara Dengan Kesehatan

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung memiliki peranan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, 12 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai Maret 2017. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, Kecamatan

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Sukagalih terletak di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Desa tersebut merupakan salah satu wilayah penghasil budidaya sayuran organik

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai sumber daya alam sangat penting dalam meyediakan sebahagian besar kebutuhan hidup manusia, terutama pangan. Pada saat ini kebutuhan akan pangan tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan pangan juga akan meningkat, namun tidak diiringi dengan peningkatan produktivitas tanah. Hal tersebut

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah Oleh: A. Madjid Rohim 1), A. Napoleon 1), Momon Sodik Imanuddin 1), dan Silvia Rossa 2), 1) Dosen Jurusan Tanah dan Program Studi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Manis Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman yang dipanen muda dan banyak diusahakan di daerah tropis. Jagung manis atau yang sering

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.2 (2015) 001-004 http://www... Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal Endang

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C) Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C) Bln/Thn 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Total Rataan Jan 25.9 23.3 24.0 24.4 24.7

Lebih terperinci

Munawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru

Munawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru Munawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru Tujuan Instruksional Khusus Pada Akhir Perkuliahan Mhs memahami konsep dasar Kimia Tanah dlm hub.nya dg Kes.ling.,dan Kes.Masy.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci