Ill. KERANGKA PEMlKlRAN DAN HlPOTESlS
|
|
- Ivan Tedja
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Ill. KERANGKA PEMlKlRAN DAN HlPOTESlS 3.1. Pengaruh Kesehatan Terhadap Kualitas Dan Produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) Produktivitas, pemerataan, keseimbangan dan pemberdayaan merupakan empat ha1 pokok yang menjamin tercapainya tujuan pembangunan Surnber Daya Manusia yang berkualitas. Konsep pembangunan kualitas SDM ini rnemiliki dua sisi yang harus seimbang, sisi pertama adalah peningkatan kapabilitas fisik penduduk seperti derajat kesehatan, tingkat pendidikan dan ketrampilan, sedangkan sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas tersebut untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, sosial dan ekonomi. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa pembangunan SDM yang berkualitas mencakup sisi produksi rnaupun distribusi dari berbagai komoditi dan pemanfaatan kemampuan manusia. Seperti tercantum dalam UU RI. No 23 tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif. Status kesehatan dapat dikelompokkan menjadi dua kondisi yaitu : gangguan kesehatan (fisik, psikis, sosial) dan hilangnya waktu produktif (berapa lama waktu produktif yang hilang karena seseorang atau kelompok penduduk mengalami sakit, cacat atau mati) (Anwar, S.A. 2001). Beberapa peneliti yang melakukan penelitian tentang keterkaitan antara derajat kesehatan dan tingkat produktivitas tenaga kerja di bidang pertanian sepakat bahwa derajat kesehatan yang baik akan merangsang keinginan untuk meningkatkan produktivitas dan mendorong terjadinya peningkatan kreatifitas. Oleh karena itu, derajat kesehatan masyarakat yang diukur dari Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi komponen dasar dari indikator-indikator lndeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
2 merupakan ukuran tingkat kualitas SDM. Dengan dernikian, irnplikasi kebijakan di bidang kesehatan menjadi lebih jelas, bahwa bila jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat diperluas rnaka kernungkinan besar hasil (output) akan bertambah besar dan perekonornian suatu wilayah akan bertarnbah baik. Dalam ha1 ini, aspek pemerataan dan pelayanan yang kornprehensif mernegang peranan penting Penyediaan Dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Hendrik L.Blum dalarn Notoatrnodjo (1997) rnengatakan bahwa derajat kesehatan individu rnaupun rnasyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yang saling berinteraksi yaitu faktor perilaku, pelayanan kesehatan, lingkungan dan faktor keturunan. lnteraksi antara faktor perilaku dengan pelayanan kesehatan rnerniliki pengaruh langsung yang terbesar, mencakup rnasalah ketersediaan sarana dan jenis pelayanan kesehatan serta perilaku pemanfaatannya. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk penyediaan jasa untuk publik yang sebagian besar pengelolaannya rnasih dikuasai oleh Pemerintah. Di sebagian besar wilayah di Indonesia khususnya di tingkat Kecamatan, sarana pelayanan kesehatan rnasyarakat yang tersedia hanyalah sarana yang dirniliki oleh Pemerintah yaitu Puskesrnas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Oleh karena biaya-biaya penyediaan atau investasi pelayanan kesehatan tersebut hanya ditanggung oleh pernerintah dan sebagian kecil masyarakat yang sakit, dirnana kernarnpuan pemerintah cenderung rnenurun dan pola belanja kesehatan rnasyarakat rnasih bersifat out of pocket, rnaka pernbiayaan pelayanan kesehatan rnenjadi sernakin berat bagi Pernerintah. Kondisi diatas rnenyebabkan terbatasnya ketersediaan sarana dan jenis pelayanan kesehatan rnasyarakat sehingga penyebarannya rnenjadi terbatas dan tidak merata. Disamping itu, rnahalnya biaya kesehatan rnenjadi sangat
3 terasa bagi konsumen atau pasien karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan pada saat itu juga (pada waktu sakit). Hal ini menjadi salah satu kendala yang membatasi akses kepada sarana pelayanan kesehatan sehingga tingkat pemanfaatannya menjadi rendah. Untuk menurunkan biaya kesehatan sekaligus memenuhi tuntutan peningkatan kualitas pelayanan maka periu dikembangkan alternatif pola pembiayaan kesehatan dengan lebih memanfaatkan potensi masyarakat yang didukung oleh kebijakan pemerintah. Bentuk atau pola pembiayaan masyarakat yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah sistem pembayaran pra-upaya yang dapat melibatkan seluruh masyarakat dalam pembiayaan kesehatan. Hal ini disertai dengan dikembangkannya paradigma baru bahwa kesehatan adalah merupakan suatu bentuk investasi pada human capital Sistem Pembayaran Pra-upaya Sistem pembayaran pra-upaya merupakan suatu bentuk pola pembiayaan kesehatan oleh masyarakat yang dapat melibatkan seluruh masyarakat atau lebih banyak penduduk (tidak hanya yang sakit) sehingga memungkinkan terjadinya subsidi silang baik secara horisontal (antara penduduk yang beresiko rendah dengan yang beresiko tinggi pada satu level kemampuan ekonomi) maupun secara vertikal ( antara penduduk dengan kemampuan ekonomi yang berbeda). Dengan sistem pembayaran pra-upaya ini, maka tujuan normatif pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembagunan nasional yaitu equity (pemerataan), quality (kualitas), efficiency (efisiensi) dan sustainability (keberlanjutan) dalam rangka menjamin terwujudnya peningkatan kualitas SDM, diharapkan dapat dicapai (Gani, 1998). Dalarn pelaksanaannya di Indonesia,
4 sistem pembayaran pra-upaya ini dikenal dengan bentuk kelembagaan JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). Secara Nasional, pelaksanaan dan pengembangan JPKM didasari oleh UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan selanjutnya diatur secara lebih rinci dalam Peraturan Menteri Kesehatan serta bentuk aturan lainnya. Dengan diberlakukannya Desentralisasi dan Otonomi Daerah termasuk di bidang kesehatan, maka Daerah lebih memiliki peluang untuk mengembangkan dan memodifikasi pelaksanaan JPKM sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Peluang yang diberikan antara lain dalam pemilihan para pelaku yang akan dilibatkan dalam kelembagaan JPKM seperti pemilihan pihak ketiga yang akan bertindak sebagai Badan Penyelenggara maupun pemilihan sarana pelayanan kesehatan yang akan dikontrak sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan. Disamping peluang untuk menentukan besarnya premi dan bentuk kelembagaan mencakup kaidah 1 aturan-aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang dapat memperlancar pelaksanaan JPKM di lapangan. Selain itu, faktor pendukung lainnya adalah adanya jumlah penduduk yang relatif besar (padat) sebagai potensi pangsa pasar. Sedangkan faktor atau kondisi yang sementara ini masih menjadi kendala pengembangan JPKM adalah sistem pembayaran pra-upaya merupakan suatu konsep pembiayaan kesehatan oleh masyarakat yang relatif masih baru di Indonesia. Sehingga membutuhkan waktu untuk lebih mengenalkan dan memasyarakatkan sistem ini. Demikian pula dengan bentuk kelembagaan Iinstitusi JPKM yang pada tahap awal ini masih belum mantap dalam arti masih terus berkembang untuk mencari pola yang paling sesuai dengan kondisi setempat baik kondisi geografi, demografi, sosial budaya dan ekonomi masyarakat.
5 3.4. Para Pelaku JPKM Berdasarkan kerangka pernikiran di atas, rnaka dalarn penelitian ini akan dikaji beberapa ha1 yang berkaitan dengan para pelaku yang terlibat dalarn pelaksanaan dan pengernbangan sistern pernbayaran pra-upaya terrnasuk polapola institusi atau kelernbagaan JPKM Pernerintah Pemerintah, khususnya Pernerintah Daerah Kabupaten rnernegang peranan sangat penting untuk terlaksana dan berkernbangnya JPKM terutarna pada tahap awal dalarn pengarnbilan kebijakan dan keputusan. Sebagai penentu kebijakan, Pernda berdasarkan beberapa pertirnbangan berperan rnenentukan pihak-pihak yang akan dilibatkan dalarn kelernbagaan JPKM. Pertirnbangan ini terrnasuk konsekuensi dari kebijakan tersebut seperti rnisalnya pernberian subsidi untuk operasional Bapel. Selanjutnya, aalam pelaksanaan kelernbagaan JPKM, Pernda bertindak sebagai Badan Pembina yang dapat rnengawasi dan rnengarahkan jalannya kelernbagaan JPKM Masyarakat Kajian terhadap rnasyarakat sebagai potensi pangsa pasar pengernbangan JPKM rnencakup faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pilihan rnaupun tingkat kesediaan rnernbayar (willingness to pay) terhadap sistern pernbayaran pra-upaya. Menurut Kusurnosuwidho dalarn Neti (1999) perrnintaan konsurnen akan suatu barang atau jasa tergantung pada faktor-faktor : a. Harga dari barang atau jasa itu sendiri b. Harga dari barang lain yaitu barang substitusi (pengganti) atau barang kornplementer (pelengkap) dari barang atau jasa tersebut. c. Pendapatan rurnah tangga atau konsurnen sebagai kendalalpernbatas dari jurnlah dan jenis barang atau jasa yang dirninta
6 d. Seleralpreferensi individu tentang peningkatanlpenurunan tingkat kesejahteraannya. e. Jumlah dan komposisi penduduk. Sedangkan jika dilihat dari aspek kesehatan, secara epidemiologi faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan dan permintaan pelayanan kesehatan adalah : umur, jenis kelamin, faktor genetiklketurunan, struktur dan besar keluarga, kelas sosial yang mencakup tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan bahkan dalam beberapa kasus lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi. (Notoatmodjo, 1097) Sarana Pelayanan Kesehatan Dalam kelembagaan JPKM, sarana pelayanan kesehatan tertentu dapat dipilih sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK). Dimana sebagai PPK, sarana pelayanan kesehatan tersebut terikat kontrak untuk memberikan pelayanan kesehatan tertentu kepada sejumlah masyarakat tertentu atau peserta dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan atau kontrak yang telah ditandatangani. Dalam JPKM pemilihan atau penentuan sarana pelayanan kesehatan ini didasarkan antara lain pada aspek jangkauan wilayah, pilihanl permintaan masyarakat dan jenis pelayanan yang mampu disediakan Kelem bagaan Beberapa ha1 yang dikaji dari kelembagaan JPKM adalah kaidahl aturanaturan dalam hubungan antar pelaku, mekanisme operasional dan transaksi yang terjadi di dalamnya. Sehingga akan dapat diperoleh gambaran tentang peran atau kontribusi kelembagaan ini dalam peningkatan efisiensi pembiayaan kesehatan yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan, pemerataan penyediaan dan pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan masyarakat.
7 Kualitas SDM (Human Capital) Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia : - UHH: 65 th (terendah di ASEAN) - AKB: 0,043 (tertinggi di ASEAN) Ketersediaan (supply) sarana dan jenis pelayanan kesehatan masyarakat terbatas dan tidak merata. Pemanfaatan (demand) Sarana Pelayanan Kesehatan oleh masyarakat rnasih rendah, hanya berorientasi kuratif. Tingginya biaya kesehatan, karena : I - Kemampuan subsidi pemerintah cenderung menurun. - Sistem pembiayaan kesehatan oleh masyarakat secara "out of pocket" I Pendukung : -Desentralisasi & Otonomi Daerah -Potensi jumlah penduduk Kendala : -Konsep baru -1nstitusi belum mantap -, Sistem Pembayaran Tujuan Pra-U paya efficiency dan x - sustainability Pemerintah Masyarakat Sarana Pelayanan Kesehatan L Kelem bagaan Kebijakan pembayaran Komitmenl Willingness Gambar 6. Bagan Alur Kerangka Penelitian Sarana yg dikontrak ),( 2,",","ZuJ Paket Pelayanan Mekanisme kerja I~ransaksi ekonomi I I
8 3.5. Hipotesis Untuk lebih mengarahkan penelitian ini sesuai dengan tujuan dan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga pilihan masyarakat terhadap sistem pembayaran pra-upaya dipengaruhi oleh faktor-faktor pendapatan perkapita, umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, adanya anggota keluarga yang masih berusia Balita, persepsi tingkat resiko sakit dan adanya harapan untuk memperoleh pelayanan yang lebih baik. 2. Diduga tingkat W P peserta JPKM dipengaruhi oleh faktor-faktor pendapatan perkapita, umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga yang menjadi peserta, adanya anggota keiuarga yang masih berusia Balita, persepsi tingkat resiko sakit, sikap terhadap pelayanan kesehatan dan cara pembayaran premi. 3. Diduga pelaksanaan bentuk kelembagaan JPKM dapat meningkatkdn efisiensi dan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan kesehatan melalui kaidah-kaidah 1 aturan-aturan yang dikembangkan didalamnya.
Keunggulan komparatif (comparative advantage) suatu wilayah terdiri dari. sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), kapital serta ilmu
I. PENDAHULUAN 1.l. Latar Belakang Keunggulan komparatif (comparative advantage) suatu wilayah terdiri dari sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), kapital serta ilmu pengetahuan dan teknologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki
I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Surnberdaya rnanusia rnerupakan faktor utarna dalarn rnenentukan berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki oleh seorang Pirnpinan
Lebih terperinciOLEH : ROHMl KHOlRlYATl
ANALISIS KESEDlAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY) SECARA PRA-UPAYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT Dl KABUPATEN LOMBOK BARAT OLEH : ROHMl KHOlRlYATl PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN 8.1. Kesirnpulan 1. Pola konsurnsi dan pengeluaran rata-rata rumahtangga di wilayah KT1 memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola pembangunan ekonomi sentralistik yang telah berlangsung selama lebih dari 32 tahun telah rnernberikan darnpak yang luas bagi pernbangunan ekonomi nasional, khususnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar negeri rnernpunyai peranan yang sangat penting. Pada periode tahun 1974-1981 surnber utarna pernbangunan
Lebih terperinciTerjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap. tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun metropolitan. Krisis ekonorni tersebut
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang
BAB l PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang rnenarik untuk diamati rneskipun dalam kondisi krisis beberapa tanun terakhir ini. Tingginya populasi masyarakat
Lebih terperinciKetahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan
PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan rnerupakan kebutuhan dasar rnanusia agar dapat hidup dan beraktivitas. Kondisi terpenuhinya kebutuhan ini dikenal dengan istilah ketahanan pangan. Undang-undang No. 7
Lebih terperinciPENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha
L PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalarn usaha rnernbangkitkan sektor perekonornian rnenghadapi krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha dari seluruh lapisan rnasyarakat,
Lebih terperinciBesamya jurnlah penduduk, kondisi geografis dan pendapatan. bagi usaha penjualan kendaraan roda dua khususnya sepeda motor. PT.
1. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Besamya jurnlah penduduk, kondisi geografis dan pendapatan perkapita masyarakat Indonesia merupakan potensi pasar yang sangat baik bagi usaha penjualan kendaraan roda
Lebih terperinciKondisi persaingan pada saat ini telah membawa perubahan pada. konsumsi (consumer good), kondisi persaingan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi persaingan pada saat ini telah membawa perubahan pada semua aspek dalam berusaha. Demikian juga dalam bisnis produk konsumsi (consumer good), kondisi persaingan
Lebih terperinciPDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonorni dan rnoneter telah mernberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perturnbuhan perekonornian Indonesia yang ditunjukkan dengan rnenurunnya Produk Dornestik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi memiliki kedudukan yang khusus dalam perekonomian Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis X yang kuat dalam UUD 1945, dan dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Perturnbuhan rnulai rnenunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perbankan Indonesia Indonesia Pasca Krisis Kondisi perekonornian Indonesia pasca krisis ekonorni rnasih belurn sepenuhnya pulih. Perturnbuhan rnulai rnenunjukkan
Lebih terperinci11. TINJAUAN PUSTAKA
11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Manajemen Keuangan Daerah Pada dasarnya tujuan utarna pengelolaan keuangan daerah terdiri dari: (1) tanggungjawab, (2) memenuhi kewajiban keuangan. (3) kejujuran,
Lebih terperinciKERANGKA PEMlKlRAN. Jenis pengeluaran rumahtangga dapat dibagi menjadi dua kelompok besar
KERANGKA PEMlKlRAN Jenis pengeluaran rumahtangga dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pengeluaran pangan dan non pangan. Secara naluri setiap individu keluarga lebih dahulu rnernanfaatkan setiap
Lebih terperincimemegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di yang baik dan benar akan mampu mengeliminasi
A. Latar Belakang Benih merupakan salah satu faktor produksi pertanian yang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di tingkat lahan (on-fam) maupun di luar lahan (off-farm). Penggunaan
Lebih terperinciDalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen terhadap produk olahan perikanan yang berrnutu, dewasa ini rnuncul industri pengolahan perikanan yang rnengalarni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mernasuki abad 21, aparatur Pernerintah Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta rnenghadapi banyak tantangan yang tidak dapat dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak
Lebih terperinciANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA
ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA
ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperincidirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang berjalan dewasa ini di berbagai dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat
Lebih terperinciKelapa sawit termasuk salah satu komoditi andalan lndonesia di. sektor lndustri Agribisnis, karena kelapa sawit merupakan bahan baku
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit termasuk salah satu komoditi andalan lndonesia di sektor lndustri Agribisnis, karena kelapa sawit merupakan bahan baku minyak nabati untuk memenuhi konsurnsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang lndustri perbankan, khususnya bank urnurn, rnerupakan pusat dari sistern keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan dana, rnernbantu
Lebih terperinciDilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia, tetapi seiring dsngan perkembangannya tanaman kelapa sawit ini rnarnpu tumbuh dan berkernbang dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernbangunan daerah rnerupakan bagian dari pernbangunan nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. Produk kecantikan pada saat ini telah berkembang sedemikian rupa,
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk kecantikan pada saat ini telah berkembang sedemikian rupa, seiring dengan perubahan pola hidup dan peningkatan pendapatan masyarakat serta tingkat pendidikan
Lebih terperinciII. KERANGKA PEMlKlRAN
II. KERANGKA PEMlKlRAN 2.1. Konsepsi Pengembangan tp-padi 300 Ketersediaan sumberdaya air dan lahan pertanian potensial sernakin langka. Kecenderungan ini akan berakibat berkurangnya ketersediaan pangan
Lebih terperinciVI. KESEDIAAN MEMBAYAR SECARA PRA-UPAYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
VI. KESEDIAAN MEMBAYAR SECARA PRA-UPAYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 6.1. Analisis Pilihan Sistem Pembayaran Pelayanan Kesehatan 6.1.1. Karakteristik Sampel Penelitian Dengan dikembangkannya
Lebih terperinciSejak krisis ekonorni rnelanda Indonesia tahun 1997 yang darnpaknya. sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasa-masa
1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sejak krisis ekonorni rnelanda ndonesia tahun 1997 yang darnpaknya sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasamasa sangat sulit dan industri perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus selalu menjaga kesehatan, yang merupakan modal utama agar dapat hidup produktif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan, pendidikan dan pendapatan setiap individu merupakan tiga faktor utama yang sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu setiap individu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Kesadaran pernerintah akan besarnya potensi kelautan Indonesia, rnenyebabkan paradigrna pernbangunan yang selarna ini kurang rnernperhatikan sektor kelautan rnulai ditinggalkan.
Lebih terperinci- Untuk lebih meningkatkan fokus perusahaan kepada hat-ha1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetisi di dunia usaha yang berlangsung ketat, menuntut perusahaan untuk memberikan tanggapan secara cepat dan tepat agar mampu bersaing dan berkembang. Salah satu cara
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta desentralisasi, dituntut adanya pelayanan publik yang cepat, tepat dan akurat. Dalam program pembangunan
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. Perdagangan internasional tidak dapat dihindari oleh rnanusia. dalarn kehidupan sehari-hari, dirnulai dari kebutuhan primer hingga
BAB l PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan internasional tidak dapat dihindari oleh rnanusia dalarn kehidupan sehari-hari, dirnulai dari kebutuhan primer hingga sekunder. Tercatat dalarn abad terakhir,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciJAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN
JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN Oleh: HENNI DJUHAENI SEMINAR JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG Januari 2007 1
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakanq. Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan
PENDAHULUAN Latar Belakanq Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia. Karena kebutuhan semakin beragarn dan saling rnendesak untuk didahulukan, rnaka individu
Lebih terperinciKesimpulan. Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun dalarn rangkaian berikut ini: (1) Karakteristik Personal: Sernua peternak, baik peternak ayarn buras
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi produktifitas. Oleh karena itu, seluruh penduduk atau masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan sangat mempengaruhi produktifitas. Oleh karena itu, seluruh penduduk atau masyarakat mendambakan supaya selalu
Lebih terperinciMENGHADAPI A MH PERSAlNGAM lnternaslonal
PENIiNGKATAN KUALITAS BERAS TAlVVAfd UNTUK MENGHADAPI A MH PERSAlNGAM lnternaslonal Prof. Yang Ghia Ling Badan Perbaikan Kualitas lndustri Pertanian Taichung, Changhua, Taiwan Lokasi geografi Taiwan terletak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Lebih terperinciKonsep JPKM dan Penyelenggaraannya. dr. Sunarto, M.Kes
Konsep JPKM dan Penyelenggaraannya dr. Sunarto, M.Kes Latar Belakang Menurut UUD 1945 pasal 28 ayat 1 bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Bank dalam Beberapa Perspektif Kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonorni rnasih belurn sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang cukup
Lebih terperinciV. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS. adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging,
V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS 5.1. Produksi dan Kebutuhan Ternak 5.1.1 Jenis dan Populasi Ternak Secara urnum jenisjenis ternak yang dikernbangkan rnasyarakat adalah ternak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalarn kehidupan ini rnanusia tidak pernah lepas dari risiko, yaitu
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalarn kehidupan ini rnanusia tidak pernah lepas dari risiko, yaitu suatu kerugian yang pemunculannya tidak pasti. Meskipun rnanusia telah berupaya untuk rnelindungi
Lebih terperinci- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai
RINGKASAN DlEN EVlTA HENDRIANA. ANALISIS PEMlLlHAN STRATEGI BERSAING PRlMKOPTl KOTAMADYA BOGOR SETELAH PENGHAPUSAN MONOPOLI TATANIAGA KEDELAI OLEH BULOG. (Dibawah Bimbingan NUNUNG NURYARTONO) Kedelai sebagai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga
PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga akhir 1998, masih bertumpu kepada pertumbuhan ekonomi, dan belum memperhatikan aspek pemerataan pendapatan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang potensinya cerah di masa depan. Dalam perdagangan dunia kakao dikenal dan dibudidayakan sudah cukup lama baik
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN
Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu
Lebih terperinciEKONOMI KESEHATAN BANDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1
EKONOMI KESEHATAN BANDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 KONSEP-KONSEPEKONOMI UNTUK EKONOMI KESEHATAN Kuliah 2 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 2 Tujuan Pembelajaran Kuiah
Lebih terperinciSektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi. hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di samping karena merupakan lahan bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia. dibandingkan dengan negara Malaysia yang sudah mencapai 25,8 kg dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang A.1. Konsumsi Daging Ayam Ras Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia baru mencapai 3,45 kg di tahun 2000 merupakan tingkat yang rendah bila dibandingkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberadaan dana pensiun pada saat ini sangat penting, tidak hanya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan dana pensiun pada saat ini sangat penting, tidak hanya oleh karyawan yang bekerja, tetapi juga menyangkut berbagai pihak. Secara mikm tujuan dari pengadaan
Lebih terperinciPembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk. merupakan perjuangan yang harus dilakukan secara besar-besaran dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Menurut Suroto (1992), pembangunan merupakan perjuangan yang harus dilakukan
Lebih terperinciPeluang untuk pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit di. lndonesia masih cukup terbuka luas hampir di semua subsistem baik pada
1. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Peluang untuk pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit di lndonesia masih cukup terbuka luas hampir di semua subsistem baik pada subsistem agribisnis hulu, on farm
Lebih terperinciMASYARAUAT KE LAS ATAS
(St~ldi Ibsus MASYARAUAT KE LAS ATAS 111; I{otaiiladya Bogor) Oleh : DEVI YULIANTI MARTIAS r A 30.0017 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1997 RINGKASAN
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Anak yang dilahirkan ke dunia diibaratkan bagai kertas putih yang rnasih
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Anak yang dilahirkan ke dunia diibaratkan bagai kertas putih yang rnasih kosong, kelak anak itu akan rnenjadi seperti apa tergantung
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 104 TAHUN 2007 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LIQUEFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 KILOGRAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESU,
Lebih terperinciMASYARAUAT KE LAS ATAS
(St~ldi Ibsus MASYARAUAT KE LAS ATAS 111; I{otaiiladya Bogor) Oleh : DEVI YULIANTI MARTIAS r A 30.0017 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1997 RINGKASAN
Lebih terperinciSlSTEM PENGEMBANGAN AGROlNDUSTRl SKALA MEClL PRODUK HORTIKULTURA SAYURAN
SlSTEM PENGEMBANGAN AGROlNDUSTRl SKALA MEClL PRODUK HORTIKULTURA SAYURAN Oleh SRI MULYATI F 30.0640 1997 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Sri Mulyati, F 30.0640. Sistern Pengernbangan
Lebih terperinciMemasuki era pasar bebas, dimana semua bangsa atau negara. batasan yang berarti. Minya setiap negara semakin bebas bergerak dan
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era pasar bebas, dimana semua bangsa atau negara semakin mendunia atau mengglobal, sehingga antar negara tidak ada lagi batasan yang berarti. Minya setiap negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 Pasal 28 H dan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat dan sejahtera adalah hak setiap warga negara. Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan sehat dan sejahtera adalah hak setiap warga negara. Pemerintah selalu berusaha untuk memenuhi hak warga negaranya. Jumlah warga negara yang terganggu kesehatannya
Lebih terperinci1. Terdapat permasalahan tata ruang yang meliputi penggunaan lahan yang
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Terdapat permasalahan tata ruang yang meliputi penggunaan lahan yang tumpang tindih (antara ladang dan kawasan hutan produksi, desa definitif di hutan produksi,
Lebih terperincipenelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan
RINGKASAN ANNA SITI NURDJANAH DASRIL. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Produksi Sektor Pertanian dalam Industrialisasi di Indonesia 1971-1990. (Di bawah bimbingan BUNGARAN SARAGIH sebagai ketua, MANGARA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Lebih terperinciDr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK
Dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK Tahun 2000, Perdebatan jaminan kesehatan daerah di DIY, sebaiknya Badan Pengelola ditingkat Pusat, Provinsi atau Kabupaten/kota. Bapel Jamkesos (jaminan kesehatan
Lebih terperinciGlobalisasi dan krisis ekonorni rnerupakan dua ha1 pokok yang banyak. mernbawa perubahan yang sangat rnendasar bagi setiap industri.
I. PENDAHULUAN 1.l.Latar Belakang Globalisasi dan krisis ekonorni rnerupakan dua ha1 pokok yang banyak mernbawa perubahan yang sangat rnendasar bagi setiap industri. Darnpak yang ditirnbulkan secara langsung
Lebih terperinciPENGARUH SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MEDIKA MULYA WONOGIRI
PENGARUH SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MEDIKA MULYA WONOGIRI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana kedokteran
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. modern tersebut rnenggeser keberadaan pasar-pasar tradisional. Keberadaan
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Persaingan retail di era globalisasi ini sernakin ketat setiap tahul1, hal ini dapat dililiat dari perkembangan industri pasar retail yang semakin lama
Lebih terperinciSTUD1 DlSTRlBUSl GULA PASlR DALAM UPAYA EFlSlENSl PEMASARAN. Dl KABUPATEN BOGOR. Oleh RITA ARIANI F
STUD1 DlSTRlBUSl GULA PASlR DALAM UPAYA EFlSlENSl PEMASARAN Dl KABUPATEN BOGOR Oleh RITA ARIANI F03495027 2000 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRi INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciSTUD1 DlSTRlBUSl GULA PASlR DALAM UPAYA EFlSlENSl PEMASARAN. Dl KABUPATEN BOGOR. Oleh RITA ARIANI F
STUD1 DlSTRlBUSl GULA PASlR DALAM UPAYA EFlSlENSl PEMASARAN Dl KABUPATEN BOGOR Oleh RITA ARIANI F03495027 2000 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRi INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciKERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF
KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN a. Pada akhir Repelita V tahun 1994, 36% dari penduduk perkotaan Indonesia yang berjumlah 67 juta, jiwa atau 24 juta jiwa, telah mendapatkan sambungan air
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELlTlAN
METODOLOGI PENELlTlAN Kerangka Pemikiran Petani dalarn pernbangunan pertanian saat ini rnerniliki peran penting, yaitu sebagai subyek dari pernbangunan pelrtanian. Dalarn penentuan kebijakankebijakan pernbangunan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pemikiran Pada dasarnya negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya
Lebih terperinci* "ideal", yaitu jalur perkembangan yang diharapkan dilalui, yang sekaligus
VI. STRATEGI PENGEMBANGAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN 6.1. Arah Perkembangan Berdasarkan kemungkinan jalur perkembangan yang telah diajukan pada Bab IV, dapat disusun jalur-jalur perkembangan KUD yang * "ideal",
Lebih terperinciSISTEM PEMBIAYAAN KES/ ASURANSI KESEHATAN
SISTEM PEMBIAYAAN KES/ ASURANSI KESEHATAN Ad. Besarnya dana yg harus disedia kan utk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelbagai upaya kes. yg diperlukan oleh perorangan, kelompok dan masyarakat 2
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah pangkal kecerdasan, produktivitas, kesejahteraan manusia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah pangkal kecerdasan, produktivitas, kesejahteraan manusia, dan juga merupakan penentu kualitas sumber daya insani. Tanpa kesehatan, penduduk suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyebabkan setiap negara harus mampu. bersaing satu dengan lainnya. Hal ini berkaitan dengan perkembangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi telah menyebabkan setiap negara harus mampu bersaing satu dengan lainnya. Hal ini berkaitan dengan perkembangan yang ada di seluruh bidang dalarn kehidupan
Lebih terperinciKedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui
Kedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui rnigrasi swakarsa, dimana struktur agraria terbentuk bersamaan dengan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang menggembirakan sejak pertengahan tahun 1997, salah satu penyebabnya karena situasi politik yang kurang rnenggembirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini, membawa dampak
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Setiap orangtua ingin memiliki anak yang cerdas. Namun cerdas dalam hal
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orangtua ingin memiliki anak yang cerdas. Namun cerdas dalam hal 1m tidak hanya pandai menghadapi soal-soal berhitung atau berbahasa saja, melainkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Dampak krisis ekonomi yang melanda negara-negara kawasan Asia. Tenggara, khususnya yang terjadi di lndonesia di pertengahan tahun 1997
L PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Dampak krisis ekonomi yang melanda negara-negara kawasan Asia Tenggara, khususnya yang terjadi di lndonesia di pertengahan tahun 1997 telah memporak-porandakan fondasi
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Titik berat pembangunan nasional dewasa ini adalah pembangunan di bidang ekonomi melalui pewujudan suatu pola pembangunan jangka panjang yang dilakukan secara bertahap.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan dalam memulihkan kondisi perekonomian rnasyarakat, bahkan secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mempertimbangkan perlunya reformasi penting dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional. Asuransi kesehatan
Lebih terperinciAgroindustri Kelapa Sawit (AGROSAWIT), yang meliputi kegiatan perkebunan kelapa sawit (perkebunan yang menghasilkan tandan buah segar atau TBS) dan
Agroindustri Kelapa Sawit (AGROSAWIT), yang meliputi kegiatan perkebunan kelapa sawit (perkebunan yang menghasilkan tandan buah segar atau TBS) dan industri pengolahan (pabrik PKS yang mengolah TBS menjadi
Lebih terperinciBAB 111. TINJAUAN PUSTAKA. Permintaan individu adalah jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli
BAB 111. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Perrnintaan Permintaan individu adalah jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli individu selama periode waktu tertentu merupakan fungsi dari atau tergantung pada harga komoditi
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Masa rernaja rnerupakan rnasa peralihan dari rnasa kanak-kanak rnenuju
BAB I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa rernaja rnerupakan rnasa peralihan dari rnasa kanak-kanak rnenuju dewasa. Pada rnasa ini rernaja rnulai rnencari identitas diri, dirnana
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain. Tempat dan Waktu Penelitian. Desain penelitian rnerupakan studi cross-sectional dengan rnenggunakan
METODE PENELITIAN Desain. Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian rnerupakan studi cross-sectional dengan rnenggunakan data primer dan data sekunder guna rnenggali inforrnasi rnengenai Penggunaan
Lebih terperinciDewasa ini lndustri kehutanan di lndonesia telah berkembang pesat. sejaian dengan era industrialisasi yang sedang berkembang, disatu sisi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini lndustri kehutanan di lndonesia telah berkembang pesat sejaian dengan era industrialisasi yang sedang berkembang, disatu sisi produk-produknya telah mampu memasuki
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIUITAS KERJA PENGRAJIN ROTAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIUITAS KERJA PENGRAJIN ROTAN (Studi Kasus Pad* Industri Kecll Rotan, Desa Curug Kulon, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang) Duma Netty Simanjuntak A. 280948
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dalam usaha mewujudkan suatu tingkat kehidupan masyarakat secara optimal. Setiap orang mempunyai
Lebih terperinci