BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu perbuatan hukum yang dapat mengakibatkan munculnya utang
|
|
- Sugiarto Sudjarwadi
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengalihan hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun merupakan suatu perbuatan hukum yang dapat mengakibatkan munculnya utang pajak (kewajiban membayar pajak). Pajak yang timbul sebagai akibat dari perbuatan hukum tersebut adalah Pajak Penghasilan (PPh), serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Mustofa 1 menjelaskan lebih lanjut mengenai PPh dan BPHTB tersebut : Dalam setiap transaksi pengalihan hak atas tanah atau Hak Milik atas Satuan Rumah Susun, dikenal adanya 2 (dua) macam pajak yang harus dibayar, yaitu : a. Pajak Penghasilan (PPh) yang harus dibayar atas nama pihak yang mengalihkan hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 48 tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan, diubah dengan PP nomor 27 tahun 1996, diubah lagi dengan PP nomor 79 tahun 1999, terakhir diubah dengan PP nomor 71 tahun 2008, b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang harus dibayar atas nama penerima/yang memperoleh hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, yang diatur dalam Undang-Undang (UU) nomor 28 tahun 2009 yaitu Undang- Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Khusus tentang BPHTB diatur dalam pasal 85 sampai pasal 93. Undang- Undang ini mulai berlaku sejak tanggal 01 Januari Mustofa, 2014, Tuntunan Pembuatan Akta-Akta PPAT, KaryaMedia, Yogyakarta, hlm.21. 1
2 2 Rangkaian proses pemungutan PPh pengalihan hak atas tanah dan BPHTB, setelah wajib pajak menunaikan kewajiban pembayaran pajak, masih terdapat suatu proses atau tahapan selanjutnya, yaitu penelitian terhadap pajak yang telah disetorkan. Penelitian terhadap pembayaran pajak pengalihan hak atas tanah tersebut biasa disebut dengan istilah validasi pajak. Mustofa 1 menjelaskan lebih lanjut mengenai validasi terhadap pembayaran PPh pengalihan hak atas tanah : Dengan keluarnya Peraturan Dirjen Pajak nomor PER-26/PJ/2010 tentang tata cara penelitian Surat Setoran Pajak atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan, Kantor Pajak meminta setiap pembayaran PPh untuk divalidasi oleh kantor pajak setempat.... Pemungutan BPHTB, dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU No. 28 Tahun 2009), telah menjadi kewenangan masing-masing Pemerintah Daerah untuk melakukan pemungutannya. Kewenangan pemungutan tersebut meliputi segala hal terkait kegiatan pemungutan BPHTB, dengan penentuan kebijakan oleh masing-masing Pemerintah Daerah,. Berdasarkan hal tersebut, maka ada atau tidaknya proses validasi terhadap pembayaran BPHTB, menjadi kewenangan masing-masing Pemerintah Daerah untuk menentukannya. Kabupaten Bantul berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun 2010 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (Perda Kabupaten Bantul No. 09 Tahun 2010) menetapkan adanya proses validasi terhadap pemungutan 1 Ibid., hlm.89.
3 3 BPHTB. Ketentuan tersebut diatur di dalam Pasal 31 ayat (1) Perda Kabupaten Bantul No. 09 Tahun Berdasarkan hal tersebut, maka di Kabupaten Bantul, ketika dilakukan proses pemungutan pajak dari pengalihan hak atas tanah, terdapat proses penelitian terhadap pajak yang dibayarkan (validasi pajak), baik yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kabupaten Bantul untuk PPh, maupun Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bantul untuk BPHTB. Berdasarkan kegiatan observasi awal (pra penelitian) yang penulis lakukan, penulis mendapatkan informasi dari rekan penulis yang pernah bekerja di Kantor Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Ignatius Bayu Aji. Informasi awal tersebut adalah, ketika proses jual beli tanah di Kabupaten Bantul yang pembuatan aktanya dibuat di hadapan PPAT Ignatius Bayu Aji, nilai transaksi sebagaimana tertuang di dalam akta peralihan yang digunakan sebagai bruto nilai pengalihan (istilah untuk PPh), atau Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP, istilah untuk BPHTB), ditolak ketika proses validasi pajak di Kabupaten Bantul. Nilai transaksi dari perbuatan hukum tersebut sesungguhnya sudah diatas Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Pajak Bumi Bangunan (PBB) tahun yang bersangkutan, sehingga penentuan jumlah bruto pengalihan atau NPOP adalah berdasarkan nilai transaksi, artinya, perhitungan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak tersebut seharusnya sudah tepat. Penulis, ketika menjalani kegiatan Pra Magang II (dua) di kantor PPAT C. H. Nuning Nugraha yang berkedudukan di Jalan Magelang Sleman, juga mendapatkan informasi dari PPAT C. H. Nuning Nugraha yang menceritakan
4 4 tentang permasalahan berkaitan dengan proses penarikan PPh pengalihan hak atas tanah dan BPHTB di Kabupaten Bantul. Berdasarkan informasi yang beliau dapatkan dari rekan PPAT Bantul, bahwa di Kabupaten Bantul ketika proses jual beli tanah terkadang bisa sampai terdapat tiga nilai transaksi. Nilai-nilai transaksi tersebut adalah, nilai transaksi yang tercantum pada akta PPAT, nilai transaksi berdasarkan hasil validasi pajak yang dilakukan KPP Pratama, serta nilai transaksi berdasarkan hasil validasi pajak yang dilakukan oleh DPPKAD. Munculnya tiga nilai transaksi yang berbeda-beda ketika proses peralihan hak atas tanah di Kabupaten Bantul, merupakan suatu fenomena yang layak untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Peraturan-peraturan atau norma-norma hukum idealnya harus sinkron antara yang satu dengan yang lain, tidak boleh saling bertentangan. Doktrin dari Lon Fuller yang dikutip oleh Sudjito 2 menjelaskan : Menurut Lon Fuller, isi hukum modern harus memenuhi delapan persyaratan moral, yaitu sebagai berikut. a. Harus ada aturan-aturan sebagai pedoman dalam pembuatan keputusan. Perlunya persyaratan tentang sifat keumuman, artinya memberikan bentuk hukum kepada otoritas berarti bahwa keputusan-keputusan otoritatif tidak dibuat atas dasar ad hoc dan atas dasar kebijakan yang bebas, tetapi atas dasar aturan-aturan yang umum. b. Aturan-aturan yang menjadi pedoman bagi otoritas tidak boleh dirahasiakan, tetapi harus diumumkan. Sering kali otoritasotoritas cenderung untuk tidak mengumumkan aturan-aturan dengan tujuan mencegah orang berdasarkan klaim-klaimnya atas aturan-aturan tersebut, sehingga aturan-aturan tersebut mengikat otoritas-otoritasnya sendiri. 2 Sudjito, 2014, Ilmu Hukum Holistik Studi Untuk Memahami Kompleksitas dan Pengaturan Pengelolaan Irigasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hlm
5 5 c. Aturan-aturan harus dibuat untuk menjadi pedoman bagi kegiatan-kegiatan di kemudian hari, artinya hukum tidak boleh berlaku surut. d. Hukum harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh rakyat. e. Aturan-aturan tidak boleh bertentangan satu sama lain. f. Aturan-aturan tidak boleh mensyaratkan perilaku yang di luar kemampuan pihak-pihak yang terkena, artinya hukum tidak boleh memerintahkan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. g. Dalam hukum harus ada ketegasan. Hukum tidak boleh diubah sewaktu-waktu. h. Harus ada konsistensi antara aturan-aturan sebagaimana yang diumumkan dengan pelaksanaan kenyataannya. Sudikno Mertokusumo 3 juga menjelaskan bahwa : Hukum itu sendiri bukanlah sekedar kumpulan atau penjumlahan peraturan-peraturan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri. Arti pentingnya suatu peraturan hukum ialah karena hubungannya yang sistematis dengan peraturan-peraturan hukum lain. Berdasarkan apa yang telah diuraikan, terdapat permasalahan berkaitan dengan kegiatan penelitian terhadap pembayaran pajak pengalihan hak atas tanah di Kabupaten Bantul. Menyikapi hal tersebut, penulis melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut, serta implikasinya terhadap akta PPAT, karena akta PPAT berkaitan erat dengan permasalahan tersebut. Hasil penelitian selanjutnya penulis gunakan sebagai bahan penulisan tesis ini, yang penulis beri judul IMPLIKASI PERBEDAAN ANTARA NILAI TRANSAKSI DALAM AKTA DENGAN NILAI TRANSAKSI BERDASARKAN PENELITIAN hlm Sudikno Mertokusumo, 2008, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
6 6 PAJAK TERHADAP AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DI KABUPATEN BANTUL. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang, penulis merumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses penelitian terhadap pembayaran pajak penghasilan pengalihan hak atas tanah dan bea perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di Kabupaten Bantul? 2. Apakah tepat pihak pemungut pajak menyatakan nilai transaksi yang tertuang di dalam akta PPAT bukan merupakan nilai sebenarnya ketika proses penelitian terhadap pembayaran pajak pengalihan hak atas tanah di Kabupaten Bantul? 3. Bagaimanakah implikasi ketika terjadi perbedaan antara nilai transaksi dalam akta dengan nilai transaksi berdasarkan penelitian pajak terhadap akta pejabat pembuat akta tanah di Kabupaten Bantul?
7 7 C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, hingga saat ini sepengetahuan penulis belum pernah ada penelitian yang persis sama dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya sekilas memang terdapat kesamaan dengan penelitian ini, akan tetapi apabila ditinjau lebih seksama, penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini. Berikut akan penulis uraikan penelitian-penelitian yang sekilas memiliki kemiripan dengan penelitian ini, beserta perbedaan antara penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian ini, yaitu : 1. Penelitian dengan judul Peran Dan Perlindungan PPAT Dalam Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian tersebut ditulis oleh Muhammad Siddiq 4 di tahun 2012 pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Berdasarkan apa yang dituangkan pada bagian intisarinya, penelitian tersebut memiliki hasil : a. PPAT sebagai pejabat umum yang membuat akta otentik tentang tanah, dalam melakukan tugasnya seringkali menerima titipan dari masyarakat untuk mengurus pembayaran BPHTB, padahal hal ini bukanlah termasuk tugas dan kewenangan PPAT. b. Untuk mempercepat proses Validasi, sebaiknya wajib pajak sendiri yang melakukan pembayaran BPHTB di Kantor Pajak. Perlindungan 4 Muhammad Siddiq, Peran Dan Perlindungan PPAT Dalam Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Tesis, Program Studi Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2012.
8 8 hukum terhadap PPAT yang melakukan pembayaran BPHTB dengan menggunakan NJOP PBB oleh karena titipan dari masyarakat terdapat dalam hukum formil. c. PPAT tidak dapat dipersalahkan oleh karena akta yang dibuat adalah partij akta, yaitu akta yang dibuat berdasarkan keterangan dari para pihak yang berkepentingan untuk itu, akan tetapi PPAT wajib berhatihati dalam setiap pembuatan akta agar tidak melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Fokus pada penelitian tersebut meneliti tentang peran dari seorang PPAT di dalam proses pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB), serta perlindungan terhadap akta PPAT berkaitan dengan proses BPHTB tersebut. Penelitian ini tidak memfokuskan pada peran PPAT di dalam pembayaran BPHTB, tetapi pada keterkaitan antara proses validasi pembayaran PPh dan BPHTB dengan akta PPAT, yang menimbulkan permasalahan bagi akta PPAT. 2. Penelitian dengan judul Peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Di Kabupaten Barito Kuala Dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan. Penelitian tersebut ditulis oleh Ida Fithriani 5 tahun 2014 pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Berdasarkan apa yang dituangkan pada bagian intisarinya, penelitian tersebut memiliki hasil : 5 Ida Fithriani, Peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Di Kabupaten Barito Kuala Dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2014.
9 9 a. Peranan PPAT di Kabupaten Barito Kuala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan berkaitan dengan kewenangannya menandatangani akta harus didahului dengan adanya bukti pembayaran pajak BPHTB. Peranan tersebut berupa bantuan yang diberikan PPAT kepada wajib pajak dengan cara menghitung, membayar dan melaporkan pajak tersebut. b. Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan adalah lambatnya proses validasi pada fungsi pelayanan Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Daerah Barito Kuala. c. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang timbul adalah menyeleksi kelengkapan dokumen sebelum divalidasi dan mensosialisasikan hambatan kepada wajib pajak agar dapat dipenuhi apa yang menjadi permintaan fungsi pelayanan serta meminta bantuan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banjarmasin dan Kantor Pertanahan Barito Kuala apabila terdapat perbedaan mengenai dokumen yang disampaikan. Penelitian tersebut memiliki kesamaan fokus penelitian dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Siddiq, yaitu memfokuskan penelitian pada peran PPAT di dalam proses pembayaran BPHTB. Penelitian ini tidak memfokuskan pada peran PPAT di dalam pembayaran BPHTB, tetapi pada keterkaitan antara proses validasi pembayaran PPh dan BPHTB dengan akta PPAT, yang menimbulkan permasalahan bagi akta PPAT. 3. Penelitian dengan judul Problematika Validasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Atas Temuan Hasil Verifikasi Lapangan Nilai Bangunan Tidak Sesuai Dengan Nilai Jual Objek Pajak Dan Nilai Perolehan Objek Pajak.
10 10 Penelitian tersebut ditulis oleh Bonus Aprianto Hernanda 6 pada tahun 2014 dan dimuat pada Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Berdasarkan apa yang dituangkan pada bagian intisarinya, penelitian tersebut memiliki hasil : a. Tindakan Dispenda Kota Surabaya terkait pemungutan BPHTB ditinjau dari penerapan Perda Kota Surabaya No. 11/2010 Tentang BPHTB belum tepat karena Dispenda Kota Surabaya belum mempersiapkan diri dalam mengambil alih atas pungutan BPHTB sehingga pelayanan menjadi kacau, kurangnya pengetahuan petugas Dispenda Kota Surabaya tentang perpajakan khususnya BPHTB dan luasnya wilayah Kota Surabaya mengakibatkan kurangnya jumlah petugas Dispenda Kota Surabaya dalam melayani proses verifikasi dan validasi BPHTB sehingga berkas verifikasi dan validasi menjadi menumpuk. b. Akibat hukum terhadap pemungutan BPHTB yang berdasarkan hasil verifikasi lapangan oleh Dispenda Kota Surabaya yang menetapkan BPHTB kurang bayar adalah proses pendaftaran hak atas tanah atau pendaftaran peralihan hak atas tanah menjadi terhambat sehingga PPAT tidak bisa menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terlambatnya pendaftaran hak atas tanah atau pendaftaran peralihan hak atas tanah di BPN melanggar ketentuan Pasal 40 ayat (1) PP 24/1997 Tentang Pendaftaran Tanah yaitu Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya akta yang bersangkutan, PPAT wajib menyampaikan akta yang dibuatnya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar. Sedangkan WP akan dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dihitung dari pajak yang kurang untuk jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak, apabila WP tidak membayar kekurangan BPHTB setelah SKPDKB dikeluarkan oleh Kepala Daerah. 6 Bonus Aprianto Hernanda, Problematika Validasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Atas Temuan Hasil Verifikasi Lapangan Nilai Bangunan Tidak Sesuai Dengan Nilai Jual Objek Pajak Dan Nilai Perolehan Objek Pajak, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Surabaya, Surabaya, 2014.
11 11 Fokus pada penelitian tersebut meneliti tentang kesiapan Pemda Kota Surabaya di dalam mengambil alih BPHTB menjadi pajak daerah, serta akibat hukum bagi semua pihak ketika proses validasi terhadap pembayaran BPHTB menyatakan wajib pajak kurang bayar. Penelitian ini tidak meneliti tentang kesiapan pemerintah daerah di dalam melakukan pemungutan BPHTB, tetapi pada keterkaitan antara proses validasi pembayaran PPh dan BPHTB dengan akta PPAT, yang menimbulkan permasalahan bagi akta PPAT. 4. Penelitian dengan judul Tinjauan Yuridis Terhadap Kewajiban Verifikasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Atas Peralihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Di Kota Pekanbaru. Penelitian tersebut ditulis oleh Erika Jenri Halasan Panjaitan 7 tahun 2015 pada Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan apa yang dituangkan pada bagian intisarinya, penelitian tersebut memiliki hasil : a. Sistem pemungutan BPHTB di Kota Pekanbaru berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan menjadi Official Assesment System karena bertentangan dengan ketentuan Pasal 98 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah juncto Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 Tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak. 7 Erika Jenri Halasan Panjaitan, Tinjauan Yuridis Terhadap Kewajiban Verifikasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB) Atas Peralihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Di Kota Pekanbaru, Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2015.
12 12 b. Sanksi perpajakan terhadap hasil verifikasi yang lebih besar dari keadaan yang sebenarnya adalah jumlah BPHTB yang terutang menjadi Kurang Bayar dan atas kekurangan bayar tersebut akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah BPHTB yang kurang bayar maksimal 24 bulan. Sedangkan sanksi perpajakan terhadap NPOP hasil verifikasi yang lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya adalah jumlah BPHTB yang terutang menjadi Lebih Bayar, atas kelebihan bayar tersebut harus dikembalikan kepada Wajib Pajak dan apabila pengembaliannya terlambat diberikan, Dispenda Pekanbaru diwajibkan memberikan imbalan bunga sebesar 2% sebulan maksimal 24 bulan. c. Hambatan yuridis dari kegiatan verifikasi untuk menentukan BPHTB terutang adalah kepastian hukum saat beralihnya hak atas tanah dan bangunan menjadi tertunda sampai dengan selesainya kegiatan verifikasi dan PPAT/Notaris menandatangani akta peralihan hak. Fokus pada penelitian tersebut meneliti tentang sistem pemungutan BPHTB yang dilakukan oleh pemerintah Kota Pekanbaru, serta hambatan terhadap peralihan hak atas tanah yang muncul akibat sistem pemungutan BPHTB tersebut. Penelitian ini memfokuskan pada keterkaitan antara proses validasi pembayaran PPh dan BPHTB dengan akta PPAT, yang menimbulkan permasalahan bagi akta PPAT. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu hukum, khususnya ilmu hukum di bidang ilmu Kenotariatan. Ilmu di Bidang Kenotariatan tersebut khususnya yang berkaitan dengan proses validasi terhadap pembayaran pajak
13 13 pengalihan hak atas tanah beserta permasalahan-permasalahan umumnya, serta tentang akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). 2. Manfaat Praktis Memberikan sumbangan pemikiran, sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk para pihak yang berwenang melakukan pemungutan pajak, agar proses validasi dari pembayaran pajak pengalihan hak atas tanah dilakukan sebagaimana mestinya, sehingga tidak menimbulkan permasalahan di dalam pelaksanaannya. Penelitian serta kajian ini juga penulis harapkan dapat menjadi semacam media untuk mengingatkan, arti penting dari akta autentik yang dibuat di hadapan pejabat umum PPAT, serta pentingnya mematuhi norma hukum demi terjaganya tatanan sistem hukum. E. Tujuan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan ini, memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut adalah : 1. Mengetahui dan menganalisis proses penelitian terhadap pembayaran pajak penghasilan pengalihan hak atas tanah dan bea perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di Kabupaten Bantul, sehingga dapat diketahui bagaimana sebenarnya proses yang tepat atau yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
14 14 2. Mengetahui dan menganalisis ketika pihak pemungut pajak menyatakan nilai transaksi yang tertuang di dalam akta PPAT bukan merupakan nilai sebenarnya saat proses penelitian terhadap pembayaran pajak pengalihan hak atas tanah di Kabupaten Bantul, berdasarkan norma hukum yang berlaku hal tersebut dikategorikan tepat atau tidak 3. Mengetahui dan menganalisis implikasi ketika terjadi perbedaan antara nilai transaksi dalam akta dengan nilai transaksi berdasarkan penelitian pajak terhadap akta pejabat pembuat akta tanah di Kabupaten Bantul
BAB I PENDAHULUAN. karena hampir sebagian besar sumber penerimaan dalam Anggaran. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini pajak merupakan sumber utama dana untuk pembangunan karena hampir sebagian besar sumber penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara Republik Indonesia yang kehidupan rakyat dan perekonomiannya sebagian besar bercorak agraris, bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang terkandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan dan sebagai sarana peran serta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional. Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia
14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dahulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari dan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup, berkembang biak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengadaan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur, pembangunanpembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, banyaknya pengadaan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur, pembangunanpembangunan dan pemekaran daerah yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, membayar pajak merupakan salah satu kewajiban dalam. mewujudkan peran sertanya dalam membiayai pembangunan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah salah satu sumber penerimaan negara. Banyak negara, termasuk Indonesia mengandalkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan negara utama. 1 Pajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi seluruh makhluk dimuka bumi. Oleh karena itu, tanah memiliki peranan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanah adalah benda yang diciptakan Tuhan sebagai tempat hidup dan berpijak bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Pancasila dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Lebih terperincialam, retribusi, sumbangan, Bea dan Cukai, laba dari BUMN dan sumber golongan yang terdiri dari pajak langsung dan pajak tidak langsung; (2) pajak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan iuran masyarakat yang diberikan kepada negara secara sukarela namun dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan 1. Pajak yang dipungut dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip
Lebih terperinciERIKA JENRI HALASAN PANJAITAN
Erika Jenri Halasan Panjaitan 1 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEWAJIBAN VERIFIKASI BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) ATAS PERALIHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA PEKANBARU ERIKA JENRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Landasan hukum terhadap eksistensi atau keberadaan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 1998
Lebih terperinciNO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap
MATRIKS PERBANDINGAN PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DAN PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pencatatan secara sistematis atas setiap bidang tanah baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pencatatan secara sistematis atas setiap bidang tanah baik mengenai data fisik maupun data yuridis dikenal dengan sebutan pendaftaran tanah. 1 Ketentuan Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hukum perdata mengenal mengenal tentang adanya alat-alat bukti. Alat bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga manusia akan meninggalkan dunia ini tanpa membawa suatu apapun juga. Dia lahir ke dunia dengan
Lebih terperinciWALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG
WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang
Lebih terperinciPERAN DAN TANGGUNG JAWAB PPAT DALAM MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN BPHTB
negara. 2 Bagi pihak yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan berlaku PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PPAT DALAM MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN BPHTB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak adalah iuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan melakukan aktifitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN
PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai suatu benda yang keberadaannya merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Hal ini dapat dilihat hampir semua aktivitas manusia berhubungan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara yang berguna untuk mendanai berbagai kegiatan di pemerintahan. Pajak bahkan memiliki peran penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya pasti akan mengalami peristiwa hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah kejadian, keadaan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembayarannya bersifat wajib untuk objek-objek tertentu. Dasar hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber penerimaan terbesar bagi negara adalah pendapatan dari sektor pajak. Pajak merupakan salah satu pungutan oleh negara yang pembayarannya bersifat
Lebih terperinciBUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 8 TAHUN 2017
SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN KABUPATEN BINTAN BUPATI BINTAN,
Lebih terperincia PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
a PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembeli dikenakan pajak yang berupa Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setiap pelaksanaan peralihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah obyek pajak.
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 23 TAHUN 2016
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAPORAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH/NOTARIS DAN KEPALA KANTOR YANG MEMBIDANGI PELAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terbagi atas daerah-daerah kabupaten
Lebih terperinciMENGENAL SEKILAS TENTANG KEBIJAKAN PEDAERAHAN PAJAK PUSAT
MENGENAL SEKILAS TENTANG KEBIJAKAN PEDAERAHAN PAJAK PUSAT Budi Lazarusli* ABSTRAK Pada tanggal 15 September 29 diundangkan undang-undang baru yakni UU No. 28 Tahun 29 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Lebih terperinciBUPATI MALANG BUPATI MALANG,
1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 52 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG, SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH DAN SURAT TAGIHAN PAJAK DAERAH
Lebih terperinciCalyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 (2014)
Problematika Validasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Atas Temuan Hasil Verifikasi Lapangan Nilai Bangunan Tidak Sesuai Dengan Nilai Jual Objek Pajak Dan Nilai Perolehan Objek Pajak Bonus Aprianto
Lebih terperinciWALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Penerimaan negara dari
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMBA TIMUR NOMOR 257.a TAHUN 2010
PERATURAN BUPATI SUMBA TIMUR NOMOR 257.a TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI
LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 3 JANUARI 2011 NOMOR : 1 TAHUN 2011 TENTANG : BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Sekretariat Daerah Kota
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN NOMOR 5/E, 2011 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kondisi pembangunan yang semakin berkembang memberikan dampak yang sangat besar bagi negara kita, khususnya dibidang ekonomi. Pembangunan ekonomi bertujuan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 107, 2012 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 107 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN PENETAPAN TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP Menimbang Mengingat : : a. bahwa pajak daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menggantikan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ketiga, sehingga dalam praktek berbangsa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN TEMPAT PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
SALINAN NOMOR 41/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN TEMPAT PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam berbagai hubungan bisnis,
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT
1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 107 TAHUN 2012
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 107 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENELITIAN DAN PEMERIKSAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
SALINAN NOMOR 4/E, 2011 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENELITIAN DAN PEMERIKSAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2)
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON
LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 9 TAHUN 2010 SERI B Menimbang : PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pentingnya tanah bagi manusia, menyebabkan tanah mempunyai nilai tinggi, dimana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Tanah merupakan salah satu sumber daya alam atas Karunia Tuhan Yang Maha Esa yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup. Pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan salah satu pemasukan tertinggi bagi negara, yang digunakan untuk pembangunan Negara dan mensejahterakan masyarakat. Menurut Undang Undang nomor 28 Tahun
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG
PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REJANG LEBONG Menimbang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 57
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 57 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENELITIAN SURAT SETORAN PAJAK DAERAH BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 8 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 8 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia ( naturlijk person) sebagai subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban sehingga dapat melakukan perbuatan hukum. Mempunyai atau menyandang hak dan kewajban
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK
PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 07 Tahun 2011 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN KOTA SAMARINDA
Lebih terperinciTENTANG PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DALAM RANGKA PEMBENTUKAN
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENELITIAN SURAT SETORAN PAJAK DAERAH BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciTENTANG` BUPATI PATI,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG` BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keteraturan merupakan kebutuhan manusia yang sangat pokok atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keteraturan merupakan kebutuhan manusia yang sangat pokok atau mendasar. Faried Ali menjelaskan :... Manusia pada hakikatnya menghendaki keteraturan baik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Landasan hukum terhadap eksistensi atau keberadaan Pejabat Pembuat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Landasan hukum terhadap eksistensi atau keberadaan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 1998
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU,
PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH LAMPUNG SELATAN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH LAMPUNG SELATAN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG SELATAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2
Lebih terperinciPROSEDUR PENGURUSAN AKTA PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
[Lampiran I] PROSEDUR PENGURUSAN AKTA PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN A. GAMBARAN UMUM Prosedur pengurusan akta pemindahan hak atas tanah dan/atau bangunan merupakan proses pengajuan pembuatan
Lebih terperinciBAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL
1 BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 3.1. PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH Secara general, pendaftaran tanah adalah suatu kegiatan administrasi yang dilakukan
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH Comment [a1]: Rancangan 2 juni 2014 BUPATI
Lebih terperinciBAB III IMPLIKASI TIDAK DITERBITKANNYA SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM MASA
70 BAB III IMPLIKASI TIDAK DITERBITKANNYA SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM MASA PAJAK TERHADAP UTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 1. Penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH
PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO
PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 126 TAHUN 2017 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 126 TAHUN 2017 TENTANG PENGENAAN 0% (NOL PERSEN) ATAS BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PEROLEHAN HAK PERTAMA KALI DENGAN
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH
WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat, karena akan selalu ada perubahan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Terlebih karena dalam
Lebih terperinciBAB II SISTEM PEMUNGUTAN BPHTB DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA TANJUNG BALAI
28 BAB II SISTEM PEMUNGUTAN BPHTB DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA TANJUNG BALAI A. Jenis-jenis Sistem Pemungutan Perpajakan Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,
PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa tanah dan bangunan merupakan sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sistem hukum. Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara hal yang sangat diperlukan adalah ditegakkannya
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang Mengingat : bahwa untuk Efektifitas dan Optimalisasi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 12
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 10 TAHUN 2011
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN
PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok akan berusaha agar tatanan kehidupan masyarakat seimbang dan menciptakan suasana tertib, damai, dan
Lebih terperinciBUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BANGLI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH
BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BANGLI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGLI, Menimbang : a. bahwa sesuai
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Daerah telah disahkan pada tanggal 15 September 2009 dan mulai berlaku secara
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah disahkan pada tanggal 15 September 2009 dan mulai berlaku secara efektif pada tanggal
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinci