VI. PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Peningkatan Harga Jual Pepaya Dengan Kenaikan Jumlah Petani Pepaya California

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Peningkatan Harga Jual Pepaya Dengan Kenaikan Jumlah Petani Pepaya California"

Transkripsi

1 VI. PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Peningkatan Harga Jual Pepaya Dengan Kenaikan Jumlah Petani Pepaya California Usahatani pepaya California di Desa Cikopo Mayak dimulai pada awal tahun Dimulai dengan melihat keberhasilan seorang petani di desa lain yang telah terlebih dahulu melakukan usahatani pepaya California. Selain itu banyaknya para pedagang pengumpul atau tengkulak yang terus mencari pepaya California ke Desa Cikopo Mayak membuat para petani memiliki peluang untuk mengembangkan usahatani pepaya California. Faktor lain yang membuat petani melakukan usahatani pepaya California adalah kemudahan dalam melakukan usahatani pepaya California, karena mereka beranggapan walaupun dengan teknik pemeliharaan yang minimal tetapi apabila tidak ada serangan hama dan penyakit maka tanaman pepaya California sudah dipastikan akan berproduksi. Diawali dengan modal yang seadanya tanpa adanya dana pinjaman, pada awal tahun 2006 terdapat delapan orang petani yang melakukan usahatani pepaya California. Informasi cara melakukan usahatani pepaya California mereka dapatkan dari petani yang telah terlebih dahulu melakukan usahatani pepaya California dan juga para pedagang pengumpul atau tengkulak. Hasil panen yang selalu ada dan juga penerimaan dari usahatani pepaya California yang mereka dapatkan cukup besar membuat para petani tersebut menjadikannya sebagai pendapatan utama. Dari tahun ke tahun harga pepaya California yang diberikan pedagang tengkulak terus meningkat walaupun peningkatannya tidak terlalu besar. Bedasarkan hasil wawancara dengan petani, peningkatan harga pepaya California tidak terlalu mempengaruhi penduduk sekitar untuk melakukan usahatani pepaya California tersebut. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan modal yang dimiliki oleh para penduduk dan juga keterbatasan lahan yang akan dipergunakan untuk melakukan usahatani pepaya California. Sehingga dari tahun ke tahun peningkatan jumlah petani tidak sebanyak pada saat awal pertama kali pepaya California dikenal di Di Desa 39

2 Cikopo Mayak. Pengaruh peningkatan harga pepaya terhadap jumlah petani di Desa Cikopo Mayak dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hubungan Peningkatan Harga Jual Pepaya Dengan Penambahan Jumlah Petani Pepaya California di Desa Cikopo Mayak No Tahun Harga Jual Pepaya per kg (Rp) Jumlah Petani Penambahan Jumlah Petani Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat peningkatan harga jual pepaya California mempengaruhi peningkatan jumlah petani untuk melakukan usahatani pepaya California. Seperti yang terlihat pada tahun 2007 pada harga pepaya Rp ada lima orang petani baru yang tertarik untuk melakukan usahatani pepaya California dan pada saat harga jual pepaya California mencapai Rp terdapat penambahan petani baru sebanyak enam orang. Berdasarkan hasil wawancara hal ini dikarenakan para petani tersebut melihat keberhasilan petani-petani yang terlebih dahulu melakukan usahatani pepaya California, sehingga mereka merasakan bahwa usahatani pepaya California menarik untuk dikembangkan dan dijadikan sebagai suatu mata pencaharian. Setelah dilakukan uji korelasi (Lampiran 1) pada output satu dan dua antara variabel harga jual pepaya dengan variabel penambahan jumlah petani didapatkan hasil bahwa antara harga jual pepaya dengan penambahan jumlah petani memiliki hubungan yang signifikan dan terdapat suatu korelasi yang kuat. Hal ini dikarenakan nilai p= 0,006 atau p< 0,005 dan nilai r= 0,57. Pada output ketiga dan keempat variabel independen yg masuk adalah harga pepaya dengan variabel terikat jumlah petani. Nilai R=0,571 dan R Square=0,372, menunjukkan bahwa 0,372 atau 37,2 persen jumlah petani dipengaruhi oleh variabel harga pepaya. Sementara sisanya dipengaruhi oleh sebab-sebab lain. 40

3 Bila dihubungkan dengan teori penawaran, antara peningkatan harga pepaya dengan penambahan jumlah petani terdapat sebuah hubungan. Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai kurva tempat kedudukan hubungan antara jumlah barang atau komoditas yang ditawarkan pada berbagai tingkat harga. Kurva penwaran memiliki slope yang positif dimana ketika harga suatu barang naik maka barang yang ditawarkan juga akan meningkat. Hal ini seperti yang terjadi antara peningkatan harga pepaya dengan penambahan jumlah petani. Pada saat harga pepaya meningkat, mengakibatkan petani menjadi tertarik untuk melakukan kegiatan usahatani yang serupa karena dapat meningkatkan pendapatan para petani tersebut. Tetapi apabila yang terjadi sebaliknya, pada saat harga pepaya yang ditawarkan rendah dan menurun maka tidak akan terjadi penambahan jumlah petani dikarenakan petani menganggap apabila melakukan kegiatan usahatani pepaya California para petani tidak akan memperoleh keuntungan. 6.2 Keragaan Usahatani Pepaya California Di Desa Cikopo Mayak Desa Cikopo Mayak merupakan salah satu desa di Kecamatan Jasinga yang penduduknya melakukan usahatani pepaya California. Desa Cikopo Mayak sendiri merupakan desa sentra yang menghasilkan produksi terbesar diantara desa lainnya. Kegiatan usahatani ini sudah dimulai sejak tahun 2006 dan hingga saat ini kegiatan usahatani pepaya California ini telah dijadikan sebagai sumber utama mata pencaharian para petani. Di Desa Cikopo Mayak terdapat 22 orang petani yang melakukan usahatani pepaya California. Adapun yang melatar belakangi para petani memilih usahatani pepaya California adalah para petani melihat bahwa pepaya California memiliki peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Luas lahan yang diperuntukkan untuk melakukan usahatani pepaya California sangat beragam antara 0,25 ha- 1 ha. Status kepemilikan lahan adalah lahan milik sendiri dan lahan sewa. Dalam melakukan usahatani pepaya California para petani menggunakan pola penanaman baik secara tumpangsari maupun monokultur. Untuk 41

4 pola tanam tumpangsari, petani melakukan tumpangsari dengan tanaman terong, kacang-kacangan dan talas. Pada saat awal mula dilakukannya penanaman pepaya California sebagian besar petani membeli bibit ke salah seorang petani yang telah terlebih dahulu melakukan usahatani pepaya California yang terletak di desa lain. Melihat keberhasilan petani tersebut dalam melakukan usahatani pepaya California membuat para petani di Desa Cikopo Mayak menjadi tertarik untuk melakukan usahatani pepaya California. Selain ada juga petani yang membeli bibit di toko-toko pertanian yang terletak di Kota Bogor dan ada juga petani yang membeli bibit di kantor Biotrop. Alasan petani membeli bibit ditempat yang berbeda-beda adalah petani yang membeli bibit dari petani lain dikarenakan mereka melihat keberhasilan petani tersebut dalam melakukan usahatani pepaya California, sehingga mereka percaya bahwa bibit yang dihasilkan oleh petani tersebut akan memberikan hasil yang mereka harapkan. Sedangkan petani yang memilih membeli bibit di toko pertanian dikarenakan harga jual yang lebih rendah dibanding bila membeli di petani lain yakni sebesar Rp dan Rp bila membeli di petani lain. Adapun alasan petani yang membeli bibit di kantor Biotrop adalah petani tersebut mendapatkan jaminan bahwa bibit yang dibeli adalah bibit asli dan berkualitas, selain itu petani tersebut mendapatkan penyuluhan langsung mengenai tata cara melakukan budidaya pepaya California yang baik. Tanaman pepaya mulai dapat menghasilkan setelah umur tanaman 7-8 bulan. Tanaman yang telah berumur lebih dari empat tahun harus dilakukan peremajaan dengan cara mengganti semua tanaman pepaya tersebut. Hal ini dikarenakan pada saat tanaman telah berumur lebih dari empat tahun pertumbuhan cenderung menurun yang akan mempengaruhi produktivitas dan juga kesuburan tanah akan menurun. Dalam melakukan usahatani pepaya California, petani di Desa Cikopo Mayak melakukan serangkaian kegiatan budidaya yang dapat mempengaruhi keberhasilan tumbuhnya tanaman pepaya California tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah : 42

5 a. Persiapan lahan Sebelum melakukan penanaman lahan terlebih dahulu dipersiapkan dengan cara diolah dan dibersihkan dari semak belukar, rumput dan gulma-gulma. Dalam melakukan persiapan lahan peralatan yang digunakan petani adalah cangkul, kored dan golok. Setelah tanah bersih, tanah digemburkan kembali dengan menggunakan cangkul. Selanjutnya lahan penanaman dibuat bedengan. Panjang bedengan tergantung dari luas lahan yang dimiliki oleh para petani, sedangkan lebar bedengan 2,5 m karena jarak tanaman yang digunakan oleh para petani adalah 2,5 m x 2,5 m. Diatas bedengan dibuat lubang tanam yang berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Kegiatan persiapan lahan dilakukan selama enam hari tergantung dari luas lahan yang dimiliki oleh para petani. Berdasarkan hasil wawancara kegiatan persiapan lahan dilakukan pada akhir musim kemarau yaitu antara bulan September dan Oktober, hal ini bertujuan agar pada saat awal musim hujan lahan sudah siap untuk dilakukan penanaman. b. Penanaman Waktu tanam harus diatur agar tanaman dapat berbunga bertepatan dengan awal musim hujan.. Untuk petani yang menggunakan biji maka pada saat penanaman setiap lubang tanam dibenamkan 5-6 biji sedalam 1 cm dan sebagai tanda tempat biji ditanam dipasang ajir di dekat lubang tanam. Sedangkan untuk petani yang yang menggunakan bibit semaian pada saat melakukan penanaman kantong plastik dilepaskan dengan hati-hati agar tanah tidak pecah. Bagian leher batang ditanam sejajar dengan permukaan lahan. c. Seleksi pohon sempurna Kegiatan seleksi pohon sempurna bertujuan untuk agar penyerbukan atau produksi buah dapat terjamin, dapat menghasilkan bentuk buah yang menarik dan bijinya dapat digunakan untuk benih. Seleksi pohon sempurna dilakukan dengan cara melihat bentuk bunga pertama di setiap pohon dan dilakukan pada saat tanaman telah berbunga. Bunga pertama keluar pada saat tanaman berumur empat bulan. Jika bunga pertama bunga jantan maka menandakan pohon sempurna dan pohon inilah yang akan dipertahankan untuk dipelihara. Pada saat melakukan 43

6 seleksi pohon sempurna, petani hanya mencabut pohon yang tidak memiliki bunga sempurna. Pencabutan pohon dilakukan dengan cara hati-hati agar tanaman tidak rusak. d. Pemupukan Produktivitas tanaman pepaya sangat tergantung pada kondisi pertumbuhannya. Untuk menjamin pertumbuhan tanaman pepaya agar tetap baik adalah dengan cara mencukupi kebutuhan unsur hara. Para petani di Desa Cikopo Mayak melakukan kegiatan pemupukan pertama kali pada saat kegiatan persiapan lahan. Pupuk yang digunakan adalah campuran dari pupuk kandang sebanyak 25 kg dan pupuk kimia (SP, Za dan KCL) yang seluruhnya berdosis 400 gram untuk setiap lubang tanam. Campuran pupuk tersebut dimasukkan kedalam lubang tanam. Pemupukan berikutnya dilakukan pada saat tanaman telah berumur tiga bulan. Dosis yang digunakan sama seperti pada saat pertama kali melakukan pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk tersebut disekitar tanaman, pada saat pencangkulan dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar tanaman. Antara satu petani dengan petani yang lain penggunaan pupuk berbeda-beda. Ada beberapa petani yang lebih banyak menggunakan pupuk kandang daripada pupuk kimia. Mereka menganggap penggunaan pupuk kandang dapat membuat tanaman menjadi lebih subur, selain itu harga pupuk kandang relative lebih murah dari pupuk kimia dan petani juga dapat membuatnya sendiri. Pada saat pemeliharaan kegiatan pemupukan dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun dengan dosis 25 kg pupuk kandang dan 400 gram campuran pupuk kimia untuk setiap lubang tanam. Dari hasil wawancara tidak semua petani melakukan pemupukan dua kali dalam satu tahun, hal ini dikarenakan keterbatasan biaya yang dimiliki oleh para petani. e. Pemeliharaan Tanaman Akar tanaman pepaya memiliki sifat yang tidak dapat bersaing dengan akar rerumputan dan tanaman lain. Oleh karena itu tanaman pepaya harus terhindar dari rerumputan dan jenis-jenis gulma. Dalam kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan oleh para petani di Desa Cikopo Mayak adalah : 44

7 1. Penyiangan Penyiangan dilakukan secara rutin satu bulan sekali. Dalam kegiatan penyiangan bertujuan untuk menghilangkan rerumputan dan gulma. Kegiatan penyiangan dilakukan dengan cara menggunakan peralatan arit. Setelah lahan bersih, rerumputan dan gulma tersebut dibakar oleh para petani. Rerumputan akan tumbuh dengan sangat cepat apabila telah memasuki musim hujan. 2. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman pepaya memiliki musuh yang sangat banyak, baik yang ditimbulkan oleh hama maupun penyakit. Akibat dari serangan hama dan penyakit tersebut dapat menurunkan hasil produksi. Masalah hama dan penyakit yang selalu dihadapi oleh para petani di Desa Cikopo Mayak adalah : 1. Penyakit buah antraknosa Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporiodes. Gejala serangan penyakit ini tampak pada buah menjelang masak yang berupa bulatan-bulatan kecil berwarna gelap. Bila buah telah masak maka bulatan-bulatan tadi akan semakin membesar dan busuk cekung ke arah dalam buah. Penyakit ini sering menyerang tanaman pada saat musim kemarau. Para petani mengendalikannya dengan cara menyemprotkan fungisida jenis Konfidon dengan dosis yang digunakan sebanyak 250 gram. Apabila intensitas serangan sudah parah maka tanaman yang terserang akan dicabut karena pepaya yang dihasilkan sudah tidak dapat dikonsumsi. 2. Thrips tabaci Lind Merupakan hama yang merusak daun pepaya sehingga daun menjadi berbintik-bintik halus berwarna keperakan. Ketika tingkat intensitas serangan tinggi, bintik-bintik tersebut menjadi bercak kering dan akhirnya daun-daun tersebut akan mati. Serangan hama ini terjadi pada saat pergantian musim atau pancaroba. Untuk mengendalikannya petani menggunakan insektisida jenis Biton dengan dosis sebanyak 250 gram dan disemprotkan kedaun yang terserang hama. 45

8 3. Penyakit karena virus Tanaman pepaya yang terkena virus gejalanya akan tampak pada daun, buah dan batang. Pertumbuhan daun akan terhambat dan apabila intensitas serangan semakin tinggi daun-daun akan gugur dan tajuk hanya akan tinggal tunas-tunas pucuk yang pertumbuhannya melemah. Pada saat virus menyerang tanaman pepaya para petani, maka para petani akan segera memusnahkan tanaman tersebut agar tidak menularkan ketanaman lainnya. f. Pemanenan Tanaman pepaya sudah dapat dilakukan kegiatan panen pada saat tanaman berumur 7-8 bulan. Kegiatan panen di Desa Cikopo Mayak dilakukan sepenuhnya oleh tengkulak yang akan membeli hasil panen para petani tersebut. Seluruh kegiatan dari pemetikan buah pepaya, pencucian buah pepaya hingga pengangkutan seluruhnya dilakukan oleh tengkulak. Hal ini dikarenakan petani akan menghemat pengeluaran sehingga hasil yang didapat pada saat panen merupakan hasil bersih dari produk yang dihasilkan. 6.3 Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Pepaya California di Desa Cikopo Mayak Analisis Biaya Usahatani Pepaya California di Desa Cikopo Mayak Dalam melakukan usahatani pepaya California terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan oleh para petani yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Dari delapan petani yang memulai usahatani pepaya California pada tahun 2006, para petani tersebut mengeluarkan biaya yang berbeda antar petani tergantung dari luas lahan yang dimilikinya. Bahkan antar petani yang memiliki luas lahan yang sama, biaya yang dikeluarkan tidak selalu sama. Untuk biaya variabel digunakan para petani untuk membeli sarana produksi yang digunakan dalam melakukan usahatani pepaya California seperti bibit, pupuk kandang, pupuk kimia, peralatan dan obat-obatan. Biaya variabel juga dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja. 46

9 Berdasarkan hasil wawancara, bibit yang digunakan para petani berasal dari tempat yang berbeda. Bibit-bibit tersebut berasal dari petani yang telah terlebih dahulu melakukan usahatani pepaya California, kantor pertanian Biotrop dan toko pertanian yang ada di Kota Bogor. Harga untuk masing-masing tempat berbeda-beda, untuk bibit yang dibeli di Petani sebesar Rp per bibit, untuk harga di kantor Biotrop seharga Rp 300 per benih dan untuk harga di toko pertanian sebesar Rp per bibit. Kebutuhan bibit untuk setiap petani akan berbeda tergantung terhadap luas lahan yang dimiliki oleh masing-masing petani. Untuk petani yang memiliki luas lahan 1 ha membutuhkan 1000 buah bibit atau 5000 benih, sedangkan untuk luas lahan 0,5 ha petani membutuhkan 500 buah bibit atau 2500 benih dan untuk petani yang memiliki luas lahan 0,25 ha membutuhkan 250 bibit atau 1250 benih. Untuk pemupukan menggunakan pupuk kandang dan pupuk kimia (SP, Za dan KCL). Adapun dosis yang digunakan adalah 25 kilogram untuk setiap pohon dan campuran SP, Za dan KCL sebanyak 400 gram. Intensitas pemupukan yang dilakukan akan berbeda setiap petani tergantung kepada dana yang dimiliki oleh setiap petani. Untuk obat-obatan petani menggunakan jenis konfidon dan biton dengan dosis yang digunakan sebanyak 250 gram setiap pemakaian dalam kurun waktu pemeliharan satu bulan sekali. Apabila intensitas serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman sedang tinggi maka dosis yang digunakan akan ditingkatkan. Sehingga biaya yang dikeluarkan akan meningkat. Berikut ini dalam Tabel 13, disajikan kebutuhan sarana produksi yang terdiri dari pupuk, obat-obatan dan bibit yang dibutuhkan oleh petani dengan luas lahan 1 ha. 47

10 Tabel 13. Kebutuhan Sarana Produksi Usahatani Pepaya California Luas Lahan 1 Ha per Satu Proses Produksi Tanaman (empat tahun) di Desa Cikopo Mayak KKebutuhan Tahun Jumlah Harga (Rp) Jumla h Harga (Rp) Jumlah Harga (Rp) Jumlah Harga (Rp) 1. Bibit 1000 buah Kebutuhan Pupuk -Pupuk Kandang -Pupuk Kimia 40 Ton 80 Kg Ton 80 Kg Ton 80 Kg Obatobatan 250 gram gram gram Total Total Biaya 4 tahun Berdasarkan Tabel 13 kebutuhan sarana produksi para petani dengan luas lahan 1 ha meliputi bibit, pupuk dan obat-obatan. Adapun total biaya yang dikeluarkan setiap petani dengan luas lahan 1 ha untuk satu proses produksi (empat tahun) adalah sebesar Rp Kebutuhan untuk bibit hanya dibutuhkan pada tahun pertama. Petani dengan luas lahan 1 ha membutuhkan bibit sebanyak 1000 bibit. Untuk kebutuhan pupuk dalam satu tahun membutuhkan pupuk kandang sebanyak 40 Ton dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp , dimana setiap tanaman membutuhkan sebanyak 20 kg pupuk kandang. Sedangkan untuk pupuk kimia para petani dalam satu tahun membutukan 80 Kg dan setiap tanaman diberikan sebanyak 400 gram. Intensitas pemupukan yang dilakukan oleh para petani sebanyak dua kali dalam satu tahun. Para petani hanya melakukan pemupukan dari tahun pertama hingga tahun ketiga. Pada tahun keempat petani tidak melakukan pemupuka, hal ini dikarenakan pada tahun keempat tanaman akan dilakukan peremajaan sehingga petani berpendapat bahwa tanaman sudah tidak perlu dilakukan pemupukan. Untuk kebutuhan obat-obatan petani hanya membutuhkan sebanyak 250 gram dalam satu tahun. Sama seperti pemberian pupuk, pemberian obat-obatan juga hanya diberikan pada tahun pertama hingga tahun ketiga. Kebutuhan untuk obatobatan akan meningkat apabila intensitas serangan hama dan penyakit meningkat. 48

11 Biaya tetap yang dikeluarkan untuk usahatani pepaya California yang tidak tergantung kepada besarnya produksi diperuntukkan oleh para petani untuk biaya sewa lahan, biaya pajak lahan dan biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam usahatani pepaya California. Untuk para petani dengan luas lahan 1 ha biaya tetap diperuntukkan untuk biaya pajak lahan dan penyusutan peralatan. Biaya pajak lahan dikarenakan lahan yang digunakan merupakan lahan milik para petani sendiri. Para petani setiap tahunnya harus membayar biaya pajak lahan sebesar Rp Sedangkan biaya penyusutan peralatan setiap tahunnya petani harus mengeluarkan biaya sebesar Rp Berikut adalah Tabel 14 yang menyajikan mengenai biaya tetap yang dikeluarkan oleh tiap petani. Tabel 14. Biaya Tetap Usahatani Pepaya California Luas Lahan 1 ha per Satu Proses Produksi Tanaman (empat tahun) di Desa Cikopo Mayak Petani Keterangan Biaya (Rp) Total Biaya (Rp) 1 -Pajak Lahan (Rp x 4 tahun) -Penyusutan Peralatan (Rp x 4 tahun Pajak Lahan (Rp x 4 tahun) -Penyusutan Peralatan (Rp x 4 tahun 3 -Pajak Lahan (Rp x 4 tahun) -Penyusutan Peralatan (Rp x 4 tahun Jumlah Jenis peralatan yang dimiliki oleh para petani dalam melakukan usahatani pepaya California adalah cangkul, sprayer dan arit. Cangkul digunakan untuk mencangkul tanah pada saat akan melakukan pemeliharaan pemupukan. Sprayer digunakan untuk penyemprotan pada saat kegiatan pemeliharaan perlindungan dari hama dan penyakit. Arit digunakan menyiangi rerumputan dan gulma pada saat kegiatan pemeliharaan penyiangan tanaman. Perhitungan penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, dimana peralatan yang telah melewati umur teknis tidak dapat digunakan lagi. Dalam perhitungan penyusutan peralatan diasumsikan 49

12 peralatan-peralatan tersebut tidak memiliki nilai sisa. Penyusutan peralatan yang digunakan dalam usahatani pepaya California dapat dilihat dalam Tabel 15. Tabel 15. Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Pepaya California per Satu Proses Produksi Tanaman (empat tahun) di Desa Cikopo Mayak No Jenis Peralatan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga Umur Teknis (Tahun) Biaya Penyusutan buah buah 3 2 buah Jumlah Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani pepaya California di Desa Cikopo Mayak dilakukan oleh tenaga kerja borongan dan harian tanpa menggunakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Untuk tenaga kerja borongan digunakan pada saat kegiatan persiapan lahan dan penanaman. Sedangkan untuk tenaga kerja harian digunakan untuk kegiatan pemeliharaan seperti pemupukan dan penyiangan yang dibutuhkan setiap satu bulan sekali. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari penduduk daerah setempat. Adapun upah yang diterima oleh tenaga kerja adalah sebesar Rp per hari dengan jam kerja dari jam pagi hingga pukul siang. Petani yang memiliki luas lahan 1 Ha untuk kegiatan persiapan lahan membutuhkan enam orang tenaga kerja laki-laki dengan hari penggunaan tenaga kerja selama 10 HOK (Hari Orang Kerja). Pada saat penanaman petani membutuhkan tiga orang selama tujuh HOK. Untuk kegiatan pemeliharaan, untuk kegiatan penyiangan hanya dilakukan setiap satu bulan sekali dan petani hanya membutuhkan tiga tenaga kerja selama satu HOK. Sedangkan untuk pemupukan dilakukan sehari setelah dilakukan penyiangan dan para petani membutuhkan tiga tenaga kerja selama satu HOK. Untuk pemupukan hanya dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun. Adapun total biaya yang dikeluarkan petani yang diperuntukkan untuk penggunaan 50

13 tenaga kerja adalah sebesar Rp dalam satu proses produksi (4 tahun). Penggunaan tenaga kerja untuk luas lahan 1 Ha dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Pepaya California Luas Lahan 1 ha per Satu Proses Produksi Tanaman (empat tahun) di Desa Cikopo Mayak No Kegiatan E Tenaga Kerja E Laki- Laki Perempua n Jam Kerja Per Hari E Hari Pengguna an Tenaga Kerja Upah Tenaga Kerja (Rp) Jumlah (Rp) 1 Persiapan HOK Lahan 2 Penanaman HOK Pemeliharaan - Penyiangan dan HPT (Per bulan) - Pemupukan Jumlah biaya Pemeliharaan untuk 4 tahun - Penyiangan dan HPT - Pemupukan HOK 1 HOK Jumlah Total biaya yang dikeluarkan para petani selama satu proses produksi didapatkan dari penjumlahan antara biaya variabel dan biaya tetap. Total biaya yang dikeluarkan para petani dengan luas lahan 1 ha dalam satu proses produksi adalah sebesar Rp dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh para petani adalah sebesar Rp Antar petani dengan luas lahan 1 ha mengeluarkan biaya yang sama hal ini dikarenakan besarnya pengeluaran biaya baik untuk biaya tetap ataupun biaya variabel jumlahnya sama. Total biaya yang dikeluarkan para petani luas lahan 1 ha dapat dilihat dalam Tabel

14 Tabel 17. Total Biaya Usahatani Pepaya California Luas Lahan 1 Ha per Satu Proses Produksi Tanaman (empat tahun) di Desa Cikopo Mayak No Petani Biaya Variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Total (Rp) Jumlah Rata-rata Seperti para petani dengan luas lahan 1 ha, petani dengan luas lahan 0,5 ha juga mengeluarkan biaya dengan peruntukkan yang sama seperti petani dengan luas lahan 1 ha. Yang membedakan hanyalah jumlah input yang dikeluarkan. Kebutuhan sarana produksi untuk para petani dengan luas lahan 0,5 ha dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Kebutuhan Sarana Produksi Usahatani Pepaya California Luas Lahan 0,5 Ha per Satu Proses Produksi Tanaman (empat tahun) di Desa Cikopo Mayak KKebutuhan Tahun Jumlah Harga (Rp) Jumlah Harga (Rp) Jumlah Harga (Rp) Jumlah Harga (Rp) 1. Bibit 500 buah Kebutuhan Pupuk -Pupuk Kandang -Pupuk Kimia 20Ton 40 Kg Ton 80 Kg Ton 80 Kg Obatobatan 200 gram gram gram Total Total Biaya 4 tahun Para petani dengal luas lahan 0,5 ha dalam satu proses produksi (empat tahun) mengeluarkan biaya yang diperuntukkan untuk kebutuhan sarana produksi sebesar Rp Pengeluaran biaya untuk kebutuhan bibit hanya dilakukan pada tahun pertama yaitu sebesar Rp Untuk kebutuhan pupuk pada tahun pertama pemupukan hanya dilakukan satu kali sehingga pada tahun pertama hanya 52

15 membutuhkan sebanyak 20 ton pupuk kandang dan 40 kg pupuk kimia. Tetapi pada tahun kedua dan ketiga petani melakukan pemupukan sebanyak dua kali dalam satu tahun, sehingga pupuk yang dibutuhkan sebanyak 40 ton pupuk kandang dan 80 kg pupuk kimia. Untuk obat-obatan dari tahun pertama hingga ketiga dosis yang dibutuhkan sama yaitu sebanyak 200 gram dengan harga Rp , tetapi pemberian dosis akan meningkat apabila intensitas serangan hama dan penyakit tinggi. Pada tahun keempat para petani juga tidak melakukan kegiatan pemupukan dan pemberian obat-obatan, hal ini dikarenakan pada tahun keempat para petani tersebut juga akan melakukan peremajaan tanaman. Dalam melakukan kegiatan usahatani pepaya California, para petani dengan luas lahan 0,5 juga menggunakan tenaga kerja borongan dan harian yang berasal dari penduduk sekitar Desa Cikopo Mayak. Para petani tidak menggunakan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK). Sama halnya dengan petani luas lahan 1 ha, tenaga kerja borongan hanya digunakan pada saat kegiatan persiapan lahan dan penanaman saja, selanjutnya kegiatan pemeliharaan petani menggunakan tenaga kerja harian. Jam kerja yang berlaku adalah dari jam pagi hingga pukul siang. Adapun upah yang diterima oleh tenaga kerja adalah sebesar Rp per HOK. Untuk penggunaan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Pepaya California Luas Lahan 0,5 ha per Satu Proses Produksi di Desa Cikopo Mayak No Kegiatan E Tenaga Kerja E Jam E Hari Upah Jumlah Kerja Penggunaan Tenaga (Rp) Laki- Laki Perempuan Per Hari Tenaga Kerja Kerja (Rp) 1 Persiapan Lahan HOK Penanaman HOK Pemeliharaan - Penyiangan dan HPT (Per bulan) - Pemupukan HOK Jumlah Pemeliharaan untuk 4 tahun - Penyiangan dan HPT - Pemupukan biaya HOK Jumlah

16 Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat kebutuhan tenaga kerja untuk petani dengan luas lahan 0,5 Ha total biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan tenaga kerja selama satu proses produksi (empat tahun) sebesar Rp Untuk kegiatan persiapan lahan dibutuhkan empat tenaga kerja selama lima HOK. Pada saat penanaman para petani membutuhkan tenaga kerja sebanyak tiga orang selama 3 HOK. Untuk pemeliharaan dibutuhkan dua tenaga kerja selama dua HOK, baik untuk penyiangan maupun pemupukan. Dalam kegiatan usahatani pepaya California, para petani dengan luas lahan 0,5 ha juga mengeluarkan biaya tetap, dimana biaya ini akan terus dikeluarkan karena biaya ini tidak tergantung dari besarnya produksi yang dihasilkan oleh petani. Adapun biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani dengan luas lahan 0,5 ha diperuntukkan untuk biaya sewa lahan, biaya pajak lahan dan biaya penyusutan peralatan. Untuk besarnya biaya tetap yang dikeluarkan oleh para petani dapat dilihat dalam Tabel 20. Tabel 20. Biaya Tetap Untuk Usahatani Pepaya California Luas Lahan 0,5 ha per Satu Proses Produksi di Desa Cikopo Mayak Petani Keterangan Biaya (Rp) Total Biaya (Rp) 1 -Sewa Lahan (Rp x 4 tahun) -Penyusutan Peralatan (Rp x 4 tahun) Sewa Lahan (Rp x 4 tahun) -Penyusutan Peralatan (Rp x 4 tahun) Pajak Lahan (Rp x 4 tahun) -Penyusutan Peralatan (Rp x 4 tahun Jumlah Pada Tabel 20 menunjukkan total biaya tetap yang dikeluarkan oleh para petani luas lahan 0,5 ha sebesar Rp Petani yang status lahannya sewa mengeluarkan biaya tetap yang lebih tinggi karena harus membayar biaya sewa lahan 54

17 sebesar Rp per tahun, sehingga petani yang membayar sewa lahan dalam satu proses produksi mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp Untuk petani yang tidak membayar sewa lahan biaya tetap yang dikeluarkan dalam satu proses produksi hanya sebesar Rp Setelah melakukan perhitungan biaya tetap dan biaya variabel untuk petani dengan luas lahan 0,5 ha, akan didapat biaya total yang dikeluarkan oleh para petani selama satu proses produksi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Total Biaya Usahatani Pepaya California Luas Lahan 0,5 Ha per Satu Proses Produksi Tanaman (empat tahun) di Desa Cikopo Mayak No Petani Biaya Variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Total (Rp) Jumlah Rata-rata Rata-rata biaya dalam konversi 1 Ha Berdasarkan Tabel 21, total biaya yang dikeluarkan selama satu proses produksi untuk para petani luas lahan 0,5 ha adalah sebesar Rp dimana rata-rata biaya total yang dikeluarkan oleh setiap petani adalah sebesar Rp Apabila dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan para petani dengan luas lahan 1 ha, setelah dilakukan konversi kedalam 1 ha petani dengan luas lahan 0,5 ha mengeluarkan biaya total yang lebih rendah yaitu sebesar Rp dimana petani dengan luas lahan 1 ha mengeluarkan biaya total sebesar Rp dalam satu proses produksi. Perbedaan ini terletak pada biaya yang diperuntukkan untuk kebutuhan pupuk. Petani luas lahan 0,5 ha pada tahun pertama pemberian pupuk hanya dilakukan satu kali dalam satu tahun, sedangkan petani luas lahan 1 ha pada tahun pertama pemberian pupuk dilakukan sebanyak dua kali. Berdasarkan hasil wawancara petani luas lahan 0,5 ha pada tahun pertama pemberian pupuk hanya satu kali dikarenakan petani belum memiliki dana tambahan untuk 55

18 membeli pupuk kembali karena pada tahun pertama para petani belum menerima pemasukan dari usahatani pepaya California tersebut. Para petani dengan luas lahan 0,25 ha dalam melakukan kegiatan usahatani pepaya California juga membutuhkan sarana produksi seperti para petani dengan luas lahan 1 ha dan 0,5 ha. Pada tahun pertama petani mengeluarkan biaya untuk kebutuhan sarana produksi bibit, pupuk dan obat-obatan. Bibit yang dibutuhkan oleh petani luas lahan 0,25 ha adalah sebanyak 250 bibit. Pembelian kebutuhan pupuk pada tahun pertama hanya diperuntukkan untuk satu kali pemakaian. Pada tahun kedua hingga ketiga petani hanya mengeluarkan biaya untuk pupuk dan obat-obatan saja. Sama seperti di tahun pertama pemeberian pupuk di tahun kedua dan ketiga hanya satu kali. Pada tahun keempat petani luas lahan 0,25 ha juga tidak mengeluarkan biaya untuk pupuk dan obat-obatan, karena pada tahun keempat para petani juga akan melakukan peremajaan tanaman. Total biaya yang dikeluarkan oleh para petani dengan luas lahan 0,25 ha dalam satu proses produksi adalah sebesar Rp Adapun kebutuhan sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani luas lahan 0,25 ha dalam satu proses produksi dapat dilihat dalam Tabel 22. Tabel 22. Kebutuhan Sarana Produksi Usahatani Pepaya California Luas Lahan 0,25 Ha per Satu Proses Produksi Tanaman (empat tahun) di Desa Cikopo Mayak KKebutuhan Tahun Jumlah Harga (Rp) Jumlah Harga (Rp) Jumlah Harga (Rp) Jumlah Harga (Rp) 1. Bibit 250 buah Kebutuhan Pupuk -Pupuk Kandang -Pupuk Kimia 20Ton 40 Kg Ton 40 Kg Ton 40 Kg Obatobatan 100 gram gram gram Total Total Biaya tahun 56

19 Dalam kegiatan usahatani pepaya California, para petani luas lahan 0,25 ha menggunakan tenaga kerja borongan dan harian. Jumlah tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit bila dibandingkan dengan petani luas lahan 1 ha dan 0,25 ha. Selain itu penggunaan HOK juga lebih singkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Pepaya California Luas Lahan 0,25 ha per Satu Proses Produksi di Desa Cikopo Mayak No Kegiatan Ε Tenaga Kerja E E Hari Upah Jumlah Jam Penggunaan Tenaga (Rp) Laki- Perempuan Kerja Tenaga Kerja Laki Per Hari Kerja (Rp) 1 Persiapan HOK Lahan 2 Penanaman HOK Pemeliharaan - Penyiangan HOK dan HPT (Per bulan) - Pemupukan Jumlah biaya Pemeliharaan untuk 4 tahun - Penyiangan dan HPT - Pemupukan HOK Jumlah Pada Tabel 23 dapat dilihat pada saat persiapan lahan petani hanya membutuhkan tiga tenaga kerja selama lima HOK, penanaman satu tenaga kerja selama dua HOK dan pemeliharaan satu tenaga kerja selama satu HOK baik untuk penyiangan maupun pemupukan. Adapun total biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani luas lahan 0,25 ha dalam satu proses produksi adalah sebesar Rp Selain mengeluarkan biaya variabel, para petani juga mengeluarkan biaya tetap yang diperuntukkan untuk biaya penyusutan peralatan dan biaya pajak lahan. Keseluruhan petani dengan luas lahan 0,25 ha status kepemilikan lahannya adalah 57

20 milik sendiri sehingga setiap tahunnya para petani harus mengeluarkan biaya pajak lahan sebear Rp per tahunnya. Adapun total biaya tetap dari keseluruhan petani dengan luas lahan 0,25 ha dalam satu proses periode adalah sebesar Rp dimana setiap petani mengeluarkan biaya sebesar Rp Untuk total biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani luas lahan 0,25 ha dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Biaya Tetap Usahatani Pepaya California Luas Lahan 0,25 ha per Satu Proses Produksi di Desa Cikopo Mayak No Petani Keterangan Biaya (Rp) Total Biaya (Rp) 1 1 -Pajak Lahan (Rp x 4 tahun) -Penyusutan Peralatan (Rp x 4 tahun Pajak Lahan (Rp x 4 tahun) -Penyusutan Peralatan (Rp x 4 tahun Jumlah Total biaya yang harus dikeluarkan oleh petani luas lahan 0,25 ha dalam satu proses produksi didapatkan dari penjumlahan antara biaya variabel dengan biaya tetap. Adapun total biaya yang dikeluarkan oleh petani luas lahan 0,25 ha dalam satu proses periode disajikan dalam Tabel 25. Tabel 25. Total Biaya Usahatani Pepaya California Luas Lahan 0,25 Ha per Satu Proses Produksi Tanaman (empat tahun) di Desa Cikopo Mayak No Petani Biaya Variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Total (Rp) Jumlah Rata-rata Rata-rata biaya konversi 1 Ha

21 Pada Tabel 25 dapat terlihat bahwa biaya total yang dikeluarkan oleh keseluruhan petani luas lahan 0,25 ha adalah sebesar Rp dimana rata-rata yang dikeluarkan oleh tiap petani adalah sebesar Rp Apabila biaya total tersebut dikonversi dalam 1 ha, maka total biaya yang dikeluarkan oleh petani 0,25 ha akan lebih rendah dari petani luas lahan 1 ha dan 0,5 ha. Petani luas lahan 0,25 ha mengeluarkan biaya total sebesar Rp , petani 1 ha mengeluarkan biaya total sebesar Rp dan petani luas lahan 0,5 ha mengeluarkan biaya total sebesar Rp Adapun perbedaan ini terletak dari biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pupuk. Petani luas lahan 0,25 ha dari tahun pertama hingga tahun ketiga hanya mengeluarkan biaya pemupukan yang diperuntukkan untuk satu kali pemupukan Analisis Pendapatan Usahatani Pepaya California di Desa Cikopo Mayak Penerimaan usahatani adalah perkalian antara total produk dengan harga pasar yang berlaku (Soekartawi, 1986). Penerimaan usahatani pepaya California yang diterima petani diperoleh dari hasil penjualan pepaya yang dihasilkan selama satu kali proses produksi. Berdasarkan hasil wawancara, pepaya California dalam satu minggu dapat dipanen sebanyak dua kali, sehingga dalam satu bulan pepaya California dapat dipanen sebanyak delapan kali. Dalam satu kali panen antara petani menghasilkan jumlah produksi yang berbeda-beda. Walaupun luas lahan yang dimiliki sama tetapi produksi yang dihasilkan tidak selalu sama. Untuk petani yang yang memiliki luas lahan 1 ha dalam satu minggu dapat menghasilkan antara 4-6 kwintal, petani yang memiliki luas lahan 0,5 ha dalam satu minggu dapat menghasilkan antara 2-3,5 kwintal dan petani yang memiliki luas lahan 0,25 ha dalam satu minggu dapat menghasilkan antara 0,8-1,7 kwintal. Para petani dapat melakukan panen pada bulan Oktober hingga Juni. Pada bulan Juli produksi yang dihasilkan tidak seperti biasanya, para petani hanya mendapatkan setengah dari produksi pada saat bulan-bulan biasa. Hal ini dikarenakan bulan Juli sudah memasuki musim kemarau, sehingga tanaman pepaya California 59

22 tidak mendapatkan air sesuai dengan kebutuhannya. Pada bulan Agustus dan Sepetember tanaman pepaya California para petani tidak berproduksi sama sekali, hal ini dikarenakan tidak adanya cadangan air sama sekali. Desa Cikopo Mayak memiliki tipe tanah yang tadah hujan sehingga pada musim kemarau petani akan sangat kekurangan air. Pada saat menjual hasil panen, para petani menjualnya kesatu pedagang pengumpul atau tengkulak. Petani tidak melakukan grading, karena pedagang pengumpul tersebut bersedia membeli seluruh hasil panen para petani tanpa melihat kualitas pepaya California dengan harga yang sama yaitu Rp per kilogram. Penerimaan yang diperoleh petani untuk luas lahan 1 ha, 0,5 ha dan 0,25 ha dalam usahatani pepaya California dalam satu proses produksi di Desa Cikopo Mayak dapat dilihat pada Tabel 26, Tabel 27 dan Tabel 28. Tabel 26. Penerimaan Usahatani Pepaya California Luas Lahan 1 ha per Satu Proses Produksi di Desa Cikopo Mayak No Petani Jumlah Produksi (kw) Harga per Kg (Rp) Penerimaan (Rp) 1 1 Bulan Oktober-Juni - 6 kw per minggu - 24 kw per bulan kw per 9 bulan kw per 4 tahun Bulan Juli - 3 kw per minggu - 12 kw per bulan juli kw per 4 kali bulan Juli 2 2 Bulan Oktober-Juni - 4,7 kw per minggu - 18,8 kw per bulan - 169,2 kw per 9 bulan - 676,8 kw per 4 tahun Bulan Juli - 2 kw per minggu - 8 kw per bulan juli - 32 kw per 4 kali bulan Juli Bulan Oktober-Juni - 5 kw per minggu - 20 kw per bulan kw per 9 bulan kw per 4 tahun Bulan Juli - 2 kw per minggu - 4 kw per bulan juli - 16 kw per 4 kali bulan Juli Jumlah Rata-rata

23 Berdasarkan Tabel 26 total penerimaan yang didapatkan dari petani dengan luas lahan 1 ha dalam satu proses produksi adalah sebesar Rp dengan jumlah rata-rata yang diterima oleh tiap petani adalah sebesar Rp Perbedaan penerimaan yang didapat oleh tiap petani dipengaruhi oleh hasil produksi yang dihasilkan oleh tiap petani. Hasil produksi tertinggi dihasilkan oleh petani 1 dengan total produksi dalam satu proses produksi adalah sebesar 912 kw dan hasil produksi terendah dihasilkan oleh petani 2 dengan total produksi yang dihasilkan sebesar 708,8 kw. Dengan kesamaan dalam teknik pemeliharaan dan luas lahan yang dimiliki jumlah produksi yang dihasilkan setiap petani dapat berbeda. Berdasarkan hasil wawancara perbedaan jumlah produksi tersebut dipengaruhi oleh asal bibit dan lokasi lahan yang digunakan. Petani 1 yang memiliki total produksi tertinngi menggunakan bibit yang berasal dari kantor Biotrop dan lokasi lahan yang digunakan dekat dengan persawahan sehingga kebutuhan akan air tercukupi. Sedangkan petani 2 dengan jumlah produksi terendah menggunakan bibit yang berasal dari petani lain dan lokasi lahan yang digunakan jauh dari sumber air sehingga kebutuhan air tidak tercukupi. Untuk total penerimaan yang dihasilkan oleh para petani dengan luas lahan 0,5 ha dalam satu proses produksi adalah sebesar Rp dengan rata-rata yang diterima oleh tiap petani adalah sebesar Rp Penerimaan tertinggi dihasilkan oleh petani 2 dengan total jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu proses periode adalah sebesar 532,8 kw dan yang terendah dihasilkan oleh petani 3 dengan total jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu proses periode adalah sebesar 304 kw. Jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani 2 dipengaruhi oleh kualitas bibit yang digunakan. Bibit yang digunkan berasal dari kantor Biotrop, selain itu lokasi lahan yang digunakan dekat dengan sumur. Sedangkan bibit yang digunakan oleh petani 3 berasal dari toko pertanian yang menurut petani memiliki kualitas yang rendah. Apabila dilakukan perbandingan dengan penerimaan petani dengan luas lahan 1 ha setelah dilakukan konversi kedalam 1 ha, petani luas lahan 0,5 ha dalam satu proses produksi mendapatkan penerimaan yang lebih besar. Petani luas lahan 0,5 ha mendapatkan penerimaan sebesar Rp sedangkan petani luas 61

24 lahan 1 ha mendapatkan penerimaan sebesar Rp Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bila petani luas lahan 0,5 ha memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani luas lahan 1 ha. Adapun penerimaan yang diterima oleh petani dengan luas lahan 0,5 ha dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Penerimaan Usahatani Pepaya California Luas Lahan 0,5 ha per Satu Proses Produksi di Desa Cikopo Mayak No Petani Jumlah Produksi (kw) Harga per Kg (Rp) Penerimaan (Rp) 1 1 Bulan Oktober-Juni - 3 kw per minggu - 12 kw per bulan kw per 9 bulan kw per 4 tahun Bulan Juli - 1,5 kw per minggu - 6 kw per bulan juli kw per 4 kali bulan Juli 2 2 Bulan Oktober-Juni - 3,5 kw per minggu - 14 kw per bulan kw per 9 bulan kw per 4 tahun Bulan Juli - 1,8 kw per minggu - 7,2 kw per bulan juli - 28,8 kw per 4 kali bulan Juli 3 3 Bulan Oktober-Juni - 2 kw per minggu - 8 kw per bulan - 72 kw per 9 bulan kw per 4 tahun Bulan Juli - 1 kw per minggu - 4 kw per bulan juli kw per 4 kali bulan Juli Jumlah Rata-rata Rata-rata penerimaan yang dikonversi dalam 1 ha Petani dengan luas lahan 0,25 ha dalam satu proses produksi rata-rata mendapatkan penerimaan sebesar Rp dengan total pnerimaan yang didapatkan dari keseluruhan petani adalah sebesar Rp Penerimaan yang diterima oleh petani dengan luas lahan 0,25 ha dapat dilihat pada Tabel

25 Tabel 28. Penerimaan Usahatani Pepaya California Luas Lahan 0,25 ha per Satu Proses Produksi di Desa Cikopo Mayak No Petani Jumlah Produksi (kw) Harga per Kg (Rp) Penerimaan (Rp) 1 1 Bulan Oktober-Juni - 1,7 kw per minggu - 6,8 kw per bulan - 61,2 kw per 9 bulan - 244,8 kw per 4 tahun Bulan Juli - 1 kw per minggu - 4 kw per bulan juli kw per 4 kali bulan Juli 2 2 Bulan Oktober-Juni - 0,8 kw per minggu - 3,2 kw per bulan - 28,8 kw per 9 bulan - 115,2 kw per 4 tahun Bulan Juli - 0,5 kw per minggu - 2 kw per bulan juli - 8 kw per 4 kali bulan Juli Jumlah Rata-rata Rata-rata penerimaan yang dikonversi dalam 1 ha Berdasarkan Tabel 87 jika dibandingkan dengan petani dengan luas lahan 1 ha dan 0,5 ha, setelah dilakukan konversi kedalam 1 ha petani luas lahan 0,25 ha menerima penerimaan yang terendah yaitu sebesar Rp Hal ini berarti produktivitas lahan yang dimiliki oleh petani luas lahan 0,25 paling rendah. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan produktivitas yang dimiliki oleh petani luas lahan 0,25 ha lebih rendah dikarenakan beberapa faktor seperti kualitas bibit yang digunakan dan intensitas pemberian pupuk. Petani 1 menggunakan bibit yang berasal dari petani lain dan petani 2 menggunakan bibit yang berasal dari toko pertanian. Selain itu intensitas pemberian pupuk yang dilakukan oleh para petani luas lahan 0,25 ha, hanya melakukan pemberian pupuk satu kali dalam satu tahun hingga tahun ketiga. Hal ini jauh dari standar yang telah ditetapkan oleh Direktur Jendral Bina Produksi Hortikultura yang menetapkan pemberian pupuk minimal dalam satu tahun sebanyak dua kali..walaupun teknik pemeliharaan yang dilakukan oleh para petani telah mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh Direktur Jendral Bina Produksi 63

26 Hortikultura produktivitas lahan yang dimiliki oleh petani luas lahan 1 ha yang lebih rendah dari petani luas lahan 0,5 ha dikarenakan beberapa hal yaitu pengaturan pola tanam, pemilihan komoditas dan serangan hama dan penyakit. Berdasarkan pegamatan di lapangan, para petani luas lahan 1 ha terdapat dua orang petani yang melakukan pola penanaman tumpangsari. Tanaman pepaya merupakan tanaman yang memiliki akar yang tidak mampu bersaing dengan akar tanaman lain. Selain bersaing dalam memperebutkan unsur hara, tanaman lain dapat dijadikan sebagai tanaman inang bagi hama yang akan menyerang tanaman pepaya (Kalie MB, 2008). Sehingga tanaman pepaya yang ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain maka produksi yang dihasilkan akan lebih rendah dan tingkat serangan hama akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman pepaya yang ditanam secara monokultur. Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas lahan yaitu pola penanaman, teknik pemeliharaan dan kualitas bibit yang digunakan.. Dari ketiga asal bibit yang digunakan para petani, bibit yang berasal dari kantor Biotrop memiliki kualitas bibit yang lebih baik dibandingkan dengan bibit yang berasal dari petani lain dan bibit yang berasal dari toko petanian. Hal ini dikarenakan bibit yang berasal dari petani lain bukan berasal dari bibit F1 tanaman pepaya California melainkan F3 sehingga hal ini sangat mempengaruhi kualitas bibit itu sendiri. Sedangkan untuk bibit yang berasal dari toko pertanian, bibit tersebut tidak sepenuhnya bibit asli tanaman pepaya California. Selisih antara penerimaan dengan total biaya disebut dengan pendapatan. Pendapatan yang diperoleh dalam usahatani pepaya California untuk petani luas lahan 1 ha, 0,5 ha dan 0,25 ha per satu proses produksi dapat dilihat pada Tabel 29 Tabel 29. Pendapatan Usahatani Pepaya California Luas Lahan 1 ha, 0,5 ha dan 0,25 ha per Satu Proses Produksi Tanaman (empat tahun) di Desa Cikopo Mayak No Luas Lahan Penerimaan (Rp) Biaya Total (Rp) Pendapatan (Rp) (ha) , ,

27 Berdasarkan Tabel 29 dapat dilihat bahwa pendapatan tertinggi per satu proses produksi diterima oleh petani yang memiliki luas lahan 0,5 ha yaitu sebesar Rp Sedangkan untuk pendapatan terendah diterima oleh petani dengan luas lahan 1 ha yaitu sebesar Rp Untuk petani dengan luas lahan 0,25 ha menerima pendapatan sebesar Rp Pendapatan yang rendah yang diterima oleh petani dengan luas lahan 1 ha dikarenakan oleh total biaya yang dikeluarkan, diantara petani dengan luas lahan 0,5 ha dan 0,25 ha petani luas lahan 1 ha mengeluarkan biaya tertinggi yaitu sebesar Rp Analisis Efisiensi Usahatani Pepaya California di Desa Cikopo Mayak Analisis efisiensi suatu usahatani dapat dilihat dari perbandingan antara nilai revenue (R) dengan cost (C) dalam satu kali proses produksi suatu usahatani. Nilai R/C rata-rata yang diperoleh dalam usahatani pepaya California per satu kali proses produksi dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Efisiensi Usahatani Pepaya California Luas Lahan 1 ha, 0,5 ha dan 0,25 ha per Satu Proses Produksi Tanaman (empat tahun) di Desa Cikopo Mayak No Luas Lahan (ha) Penerimaan (Rp) Biaya Total (Rp) R/C ,06 2 0, ,59 3 0, ,89 Berdasarkan Tabel 30 dapat dilihat kegiatan usahatani pepaya California di Desa Cikopo Mayak baik dengan luas lahan 1 ha, 0,5 ha dan 0,25 ha dikatakan efisien karena nilai efisiensi yang dihasilkan setiap luas lahan nilai R/C 1. Nilai efisiensi tertinggi terdapat di luas lahan 0,25 ha dengan nilai R/C yang dihasilkan sebesar 4,89. Hal ini menunjukkan dimana setiap Rp 1 yang dikeluarkan oleh para petani luas lahan 0,25 ha maka para petani akan memperoleh imbalan sebesar Rp 4,89. Petani dengan luas lahan 0,5 ha memperoleh nilai R/C sebesar 3,59 yang berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan maka para petani dengan luas lahan 0,5 ha akan mendapatkan imbalan sebesar Rp 3,59.dan untuk petani dengan luas lahan 0,25 65

28 ha memperoleh nilai R/C sebesar 3,06 dimana setiap Rp 1 yang dikeluarkan maka para petani luas lahan 1 ha akan mendapatkan imbalan sebesar Rp 3,06. Berdasarkan hal tersebut maka luas lahan 0,25 ha dapat dikatakan paling efisien bila dibandingkan dengan luas lahan 0,5 ha dan 1 ha. Walaupun penerimaan yang dihasilkan oleh lahan 0,25 ha paling rendah, nilai efisiensi yang dihasilkan lebih tinggi disbanding dengan luas lahan 1 ha dan 0,5 ha. Hal ini dipengaruhi oleh total biaya yang dikeluarkan oleh lahan 0,25 ha yang lebih rendah. Dari nilai R/C yang dihasilkan oleh setiap lahan mengindikasikan bahwa kegiatan usahatani pepaya California yang dilakukan petani di Desa Cikopo Mayak sangat menguntungkan. Padahal apabila dilihat dari produktivitas yang dihasilkan, produksi para petani masih jauh dari produktivitas yang seharusnya dihasilkan oleh para petani. Walaupun mengetahui hal tersebut para petani tetap melakukan usahatani pepaya California tersebut karena dapat meningkatkan pendapatan yang dimiliki oleh para petani, selain itu para petani menganggap usahatani pepaya California menjadi pendapatan utama bagi mereka. Bila dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Widianingsih (2008) mengenai Analisis Usahatani dan Pemasaran Pepaya California berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) (Kasus : Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor Jawa Barat) nilai efisiensi yang dihasilkan ditempat penelitian peneliti lebih besar bila dibandingkan dengan efisiensi yang dihasilkan di tempat penelitian Widianingsih. Di tempat penelitian peneliti di Desa Cikopo Mayak, Kecamatan Jasinga setiap luas lahan menghasilkan nilai efisiensi sebesar 3,06 untuk luas lahan 1 ha, 3,59 untuk luas lahan 0,5 ha dan 4,89 untuk luas lahan 0,25 ha. sedangkan di tempat penelitian Widianingsih di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur menghasilkan efisiensi 3,02 untuk yang menggunakan SPO dan 2,46 untuk non SPO. Perbedaan nilai efisiensi yang dihasilkan antara Desa Cikopo Mayak dengan Desa Pasirgaok disebabkan oleh harga jual yang diterima oleh para petani. Di Desa Cikopo Mayak harga jual yang diberikan tengkulak untuk pepaya para petani adalah sebesar Rp per Kg, sedangkan di Desa Pasirgaok harga jual yang ditetapkan 66

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No Pertanyaan Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Total Skor 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28 3

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya di Desa Lebak Muncang sebagian besar penduduknya adalah petani. Sebanyak

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Melon a. Agronomi tanaman melon Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia curcubitaceae atau suku timun-timunan dan termasuk

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Survei Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang termasuk dalam Kabupaten Bogor, yang secara geografis terletak antara 6.9 o 6.4 o Lintang Selatan dan 6. o.3 o

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S.

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S. PERBANDINGAN KEUNTUNGAN KRISAN POTONG DENGAN PEMANFAATAN SISTEM TUNAS DAN SISTEM TANAM AWAL DI P4S ASTUTI LESTARI PARONGPONG BANDUNG BARAT Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1. Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB 1/7 Pepaya merupakan tanaman buah-buahan yang dapat tumbuh di berbagai belahan dunia dan merupakan kelompok tanaman hortikultura

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung mulai bulan Juli September 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Para Aktor Dalam rantai nilai perdagangan kayu sengon yang berasal dari hutan rakyat, terlibat beberapa aktor (stakeholder) untuk menghasilkan suatu produk jadi

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C. KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TALAS DENGAN SISTEM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI Danty Rinjani Aristanti Permadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dantybanana91@gmail.com Suyudi

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- 22 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan jenis tanah Andosol, ketinggian tempat

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI Keragaan usahatani pada penelitian ini dijelaskan secara deskriptif. Penjelasan keragaan usahatani meliputi penggunaan input dan cara budidaya padi dengan metode

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pepaya California. Semakin tua umur seorang petani tentunya akan sangat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pepaya California. Semakin tua umur seorang petani tentunya akan sangat V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Umur mempengaruhi kinerja seseorang dalam bertani tidak terkecuali petani pepaya California. Semakin tua umur seorang petani tentunya akan sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas KOPI Panduan teknis budidaya kopi Kopi merupakan komoditas perkebunan yang paling banyak diperdagangkan. Pusat-pusat budidaya kopi ada di Amerika Latin, Amerika Tengah, Asia-pasifik dan Afrika. Sedangkan

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

Created By Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY

Created By  Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY Created By www.penyuluhthl.wordpress.com Pesan bibit cabe kopay. Hub. 081274664892 SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY I. PENGOLAHAN LAHAN Pengolahan lahan Pengolahan lahan yang sempurna merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.

Lebih terperinci

Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut

Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut Endjang Sujitno 1), Taemi Fahmi 1), dan I Djatnika 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Jln. Kayuambon

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro Utara, Kota Metro dan Laboratorium Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci