BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang dari tanggal 3 Juni 3 Juli 2013 yang bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan perilaku cuci tangan ibu dengan diare pada bayi usia 1-12 bulan di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang. B. Karakteristik Responden Karakteristik responden meliputi umur ibu, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga. a. Umur Ibu Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang (n= 33) Variabel Frekuensi Persentase Mean Minimal SD (n) (%) Median Maximal < th , th > 30 th Total Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan hasil bahwa umur responden sebagian besar berumur < tahun sebanyak 13 orang (39,4%), disusul umur tahun sebanyak 12 orang (36,4%), dan umur > 30 tahun sebanyak 8 orang (24,2%). Hasil dari 33 orang dengan rata-rata umur responden adalah umur 27,21 tahun, umur minimum 18 bulan, nilai umur maksimum 37 tahun, nilai median 28, dengan nilai Standar Deviasi (SD) 5,

2 28 b. Tingkat Pendidikan Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang (n= 33) Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%) Pendidikan Dasar (SD - SMP) Pendidikan Menengah (SMA) Pendidikan Atas (DII/PT) Total Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa pendidikan pada penelitian ini yang diambil adalah pendidikan dasar (SD-SMP) ibu di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang sebanyak 33 orang. c. Status Pekerjaan Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang (n= 33) Status Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%) Buruh Petani Tidak Bekerja Pedagang Total Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan status pekerjaan ibu di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang sebagian besar ibu rumah tangga sebanyak 15 orang (45,5%), dan terendah pedagang sebanyak 2 orang (6,1%).

3 29 d. Pendapatan Keluarga Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendapatan di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang (n= 33) Pendapatan Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%) Mean Median Minimal Maximal SD < Rp 810 Ribu > Rp 810 Ribu Total UMR Kabupaten Batang Tahun 2012 Rp 810 ribu Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan pendapatan keluarga di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang sebagian besar memiliki pendapatan > Rp 810 ribu sebanyak 23 orang (69,7%), sedangkan pendapatan rata rata juta, disusul nilai pendapatan minimal 250 ribu dan maksimum 3,5 juta rupiah, dengan nilai SD C. Karakteristik Balita 1. Umur Bayi Usia 1-12 Bulan Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Bayi Usia 1-12 Bulan di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang (n= 33) Umur Bayi Frekuensi Persentase Mean Minimal SD (n) (%) Median Maximal 1-5 bulan ,42 3 2, Bulan Total ,0 12 Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan hasil bahwa umur responden sebagian besar berusia 6-12 bulan sebanyak 23 orang (69,7%) sedangkan rata-rata umur responden adalah umur 7,42 bulan, umur minimum 3 bulan, nilai umur maksimum 12 bulan, dengan nilai Standar Deviasi (SD) 2,356.

4 30 2. Jenis Kelamin Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi Usia 1-12 Bulan di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang (n= 33) Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) Laki Laki Perempuan Total Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang diketahui sebagian besar perempuan sebanyak 19 orang (57,6%) dan laki laki sebanyak 14 orang (42,4%). 3. Status Gizi Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi Bayi Usia 1-12 Bulan Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang (n= 33) Status Gizi Frekuensi (n) Persentase (%) Gizi baik Gizi Kurang Gizi Buruk 0 0 Total Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi bayi usia 1-12 bulan di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang diketahui bahwa status gizi tertinggi pada status gizi baik sebanyak 28 orang (84,8%), dan disusul pada status gizi kurang sebanyak 5 orang (15,2%).

5 31 4. Perilaku Cuci Tangan Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Cuci Tangan Pada Ibu di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang (n= 33) Prilaku Cuci Tangan Baik (> Median =24) Tidak Baik (< Median = 24) Frekuensi (n) Persentase (%) Mean Median Minimal Maximal SD ,0 2, ,0 31,0 Total Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan prilaku cuci tangan ibu di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang sebagian besar memiliki perilaku cuci tangan yang > median sebanyak 19 orang (57,6%) dan nilai rata rata nilai prilaku cuci tangan yaitu 48.09, nilai minimal 40 dan maksimal 62, dengan nilai Standar Deviasi (SD) 2, Diare Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Diare Bayi Usia 1-12 Bulan di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang (n= 33) Terjadinya Diare Frekuensi (n) Persentase (%) Tidak Diare Diare Total Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan diare pada bayi usia 1-12 bulan di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang diketahui bahwa yang mengalami tidak diare sebanyak 18 orang (54,%) dan yang diare sebanyak 15 orang (45,4%).

6 32 D. Hasil Analisa Bivariat 1. Hubungan Status Gizi Dengan Diare Pada Bayi Usia 1-12 Bulan di desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang Tabel Hubungan Status Gizi Dengan Diare Pada Bayi Usia 1-12 Bulan di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang (n=33) Status Gizi Diare Tidak Diare Diare Total p Value Baik % 35.7% 100.0% Kurang Baik p = 0,013.0% 100.0% 100.0% Total % 45.5% 100.0% Berdasarkan hasil uji hubungan antara status gizi bayi usia 1-12 bulan dengan diare pada bayi usia 1-12 bulan di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang menunjukkan hasil bahwa status gizi yang baik yang tidak diare sebanyak 18 orang (64,3%), yang diare sebanyak 10 orang (35,7%), sedangkan status gizi yang kurang baik yang tidak diare tidak ada dan yang diare sebanyak 5 orang (100%). Berdasarkan analisis data dari Fisher's Exact Test didapatkan hasil p 0,013 ( < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status gizi bayi usia 1-12 bulan dengan diare pada balita di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang.

7 33 2. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Ibu dengan Diare Pada Bayi Usia 1-12 Bulan di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang Tabel Hubungan Perilaku Cuci Tangan Ibu dengan Diare Pada Bayi Usia 1-12 di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang (n= 33) Prilaku Cuci Tangan Ibu Diare Tidak Diare Diare Total p Value Baik (> Median =24) Tidak Baik (< Median = 24) 36.4% 21.2% 57.6% % 24.2% 42.4% Total % 45.5% 100.0% p = 0,304 Berdasarkan hasil uji hubungan antara perilaku cuci tangan ibu dengan diare pada bayi usia 1-12 bulan di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang menunjukkan hasil bahwa perilaku cuci tangan baik yang tidak diare sebanyak 12 orang (36,4%), yang diare sebanyak 7 orang (21,2%), sedangkan yang tidak baik yang diare 6 orang (18,2%) dan tidak diare sebanyak 8 orang (24,2%). Berdasarkan analisis data Pearson Chi-Square didapatkan hasil p 0,304 ( > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara prilaku cuci tangan ibu dengan diare pada bayi usia 1-12 bulan di Desa Gondang Kecamatan Batang. E. Pembahasan 1. Univariat a. Status gizi bayi usia 1-12 tahun Hasil penelitian dari status gizi bayi usia 1-12 bulan sebagian besar status gizi baik sebanyak 28 orang (84,8%). Pada bayi usia 1-12 bulan sangat rentan terjadi gangguan status gizi misalnya sang anak terkena infeksi misalnya penyakit diare, dimana status gizi yang kurang atau malnutrisi merupakan predisposisi penyakit yang nyata.

8 34 Terjadinya kurang gizi merupakan salah satu gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder, dimana faktor primer adalah susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas contohnya penyediaan pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan di konsumsi. Pengaruh lingkungan dan fasilitas bayi berpengaruh juga dalam pemenuhan kebutuhan bayi (Almatsier 2002). Hsil penelitian sejenis yang tentang diare yang dilakuan oleh Ike (2007), diketahui bahwa ada hubungan status gizi dengan diare dengan nilai p value 0,012, dimana memiliki hubungan yang erat. Penyakit diare merupakan manifestasi dari gangguan pencernaan yang dialami sebagian bayi, hal ini dimungkinkan bahwa penyakit diare yang dialami responden dapat berpengaruh pada status gizi yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. b. Perilaku cuci tangan Hasil dari prilaku cuci tangan sebagian besar perilaku cuci tangan yang > median (baik) sebanyak 19 orang (57,6%), dengan nilai rata rata 23,93. Hal ini terjadi akibat dari kebiasaan ibu bayi yang berhubungan dengan kebersihan merupakan bagian yang penting dalam penularan kuman penyakit misalnya kuman diare yaitu kebiasaan mencuci tangan. Membiasakan diri dengan mencuci tangan dapat memutuskan penularan penyakit diare. Dengan membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan dan minuman telah terbukti mempunyai dampak penurunan kejadian diare (Depkes, 2000). Kebiasaan mencuci tangan di masyarakat sebagian besar tidak mengunakan air mengalir berkisar 62% dan sebagian besar mengunakan air mengalir, hal ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya frekuensi terjadinya diare pada balita, Ibu balita yang

9 35 mempunyai kebiasaan cuci tangan dengan sabun merupakan suatu langkah yang penting untuk mencegah timbulnya penyakit atau preventif. Tindakan ini lebih efektif dan murah dibandingkan dengan tindakan kuratif atau pengobatan. Masih rendahnya kebiasaan masyarakat mencuci tangan dengan sabun. Indikasi ini dapat dilihat antara lain pada masih tingginya tingkat penyakit diare, tifus, dan cacing terutama pada anak-anak (Anonim, 2011). Perilaku cuci tangan yang dilakukan responden sejenis dengan penelitian yang dilakukan oleh Firdaus (2008), dimana perilaku cuci tangan ibu berpengaruh pada frekuensi terjadinya diare pada bayi, dimana kebiasaan cuci tangan ibu dapat menjadi tolak ukur tingkat hygiene sanitasi makanan yang dikonsumsi balita, hal ini akan berdampak pada status kesehatan bayi dan tentunya akan terhindar dari penyakit diare. c. Terjadinya diare Terjadinya diare pada bayi sebagian besar tidak diare sebanyak 18 orang (54,5%), dimana peneliti dalam mencari status gizi anak dengan melakukan penimbangan. Hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa bayi usia 1-12 bulan di desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang tidak mengalami diare. Faktor yang mempengaruhi terjadinya diarepada bayi salah satunya kurangnya kesadaran ibu tentang kebersihan dirinya terutama perilaku melakukan perilaku cuci tangan serta kurangnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan keluarga. Terjadinya diare merupakan salah satu penyait yang banyak di derita oleh bayi, dimana diare muncul bersamaan dengan masa pengenalan makanan bayi serta faktor lain yang mempengaruhi. Sebaliknya apabila seorang ibu memiliki bayi sebaiknya lebih ekstra menjaga makanan dan secara disiplin dalam melakukan perilaku cuci tangan setelah buang air besar akan memutuskan mata

10 36 rantai penyebab terjadinya penyakit terutama diare, sehingga anggota keluarga hidup dalam lingkungan yang sehat. 2. Bivariat a. Hubungan Status Gizi Dengan Diare Pada Bayi Usia 1-12 Bulan Di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang Hasil penelitian status gizi bayi usia 1-12 tahun sebagian besar memiliki status gizi yang baik sebanyak 28 orang (84,8%), sedangkan hasil analisis data dari Pearson Chi-Square didapatkan hasil p 0,013 ( < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status gizi bayi usia 1-12 bulan dengan diare pada bayi usia 1-12 bulan di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang. Diare yang terjadi pada bayi merupakan statu kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal lebih dari 3 kali serta perubahan dalam isi konsistensinya (Burnner & Suddarth, 2002). Diare dapat disebabkan oleh infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi) makanan, dan faktor psikologis yaitu (Widjaja, 2001). Hasil penelitian ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Kalista (2006), dimana menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak usia 6-12 tahun di Puskesmas Kedungmundu Semarang dengan hasil bahwa ASI tidak eksklusif sebanyak 39 anak (78,0) dengan kejadian diare sebanyak 35 anak (70,0%). Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi makanan, penyimpanan dan penggunaan makanan. Status gizidibedakan dalam status gizi buruk, kurang baik dan lebih ( Sunita, 2002). Hal ini jika terjadi diare akan berpengaruh juga pada penurunan berat badan yang selanjutnya akan mempengaruhi status gizi bayi. Status gizi bayi dapat dipengaruhi oleh faktor risiko yang signifikan dalam menyebabkan penyakit diare pada bayi, rendahnya status gizi pada bayi merupakan faktor risiko yang rentan untuk menyebabkan

11 37 penyakit diare. Untuk aspek pemberian ASI eksklusif yag tidak benar dapat berpengaruh pada kondisi status gizi, yang berdampak pada diare pada bayi. Kurangnya aspek imunisasi memiliki risiko terkena penyakit diare pada bayi. Faktor yang mempengaruh status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung (Supariasa, 2002), meliputi (1) Konsumsi makanan, (2) penyakit infeksi, (3) Pola asuh gizi, (4) Jarak kelahiran yang terlalu dekat, dimana jarak kelahiran akan mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga, (5) sanitasi lingkungan, dimana sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya, (6) pelayanan kesehatan yang diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status gizi anak sehingga terhindar dari kematian dini dan mutu fisik yang rendah, (7) stabilitas rumah tangga, dimana berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis dibandingkan dengan yang kurang harmonis. Berdasarkan hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan menjaga status gizi yang baik selama pertumbuhan dan perkembangan bayi, maka akan berdampak pada status Gizo yang baik yang dapat menghindari bayi dari penyakit diare. b. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Ibu dengan Diare Pada Bayi Usia 1-12 Bulan Di Desa Gondang Kecamatan Subah Kabupaten Batang Hasil penelitian berdasarkan perilaku cuci tangan pada ibu balita didapatkan hasil dari Pearson Chi-Square didapatkan hasil 0,304 ( > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku cuci tangan ibu dengan diare pada bayi usia 1-12 bulan di Desa Gondang Kecamatan Batang. Hasil penelitian sejenis tentang hubungan rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun p

12 , diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan air bersih (P value = 0,000) dengan kejadian diare, dan tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun (P value = 0,304) dengan kejadian diare. Tujuan dari mencuci tangan adalah untuk menghalansi transmisi patogen-patogen kuman dengan cepat dan efektif. Kebiasaan ibu untuk cuci tangan makan penting dilakukan oleh ibu yang memiliki bayi, agar penularan kuman diare tidak menyebar atau tidak terjadi, untuk itu perlu adanya perubahan dari kebiasaan tidak mencuci tangan menjadi mencuci tangan dapat memutuskan penularan (Nadesul, 2006). Faktor yang berhubungan dengan hidup sehat dimana sebagian besar berpangkal dari tangan. Tangan yang tidak bersih sangat mungkin tercemar kuman dan membawa makanan ke dalam rongga mulut tetapi dengan mencuci tangan pakai sabun setiap sebelum makan dapat mencegah masuknya kuman dari tangan. untuk itu biasakanlah selalu melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun secara baik dan benar menggunakan air bersih mengalir. Hal ini diwujudkan dengan membiasakan diri berperilaku higienis melalui perilaku cuci tangan dengan mengunakan sabun (Nadesul (2006). Kebiasaan mencuci tangan di masyarakat sebagian besar tidak mengunakan air mengalir berkisar 62% dan sebagian besar mengunakan air mengalir, hal ini salah satu penyebab meningkatnya frekuensi terjadinya diare pada balita, Ibu balita yang mempunyai kebiasaan cuci tangan dengan sabun merupakan suatu langkah yang penting untuk mencegah timbulnya penyakit atau preventif. F. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu dalam perolehan data terkendala masih ada responden yang pada saat dilakukan penelitian, kurang maksimal dalam

13 39 memberikan jawaban, sehingga kondisi ini mempengaruhi hasil jawaban yang diberikan oleh responden yang menyebabkan hasilnya kurang maksimal. Pendekatan pada penelitian ini dengan cara cross sectional, sehingga dimugkinkan ada kelemahan hubungan antara variabel bebas dan terikat, sehingga tidak dapat dievaluasi sepenuhnya secara bersamaan. G. Implikasi Keperawatan Hasil penelitian ini menyatakan ada hubungan sehingga perlu dilakukan evaluasi dalam keperawatan anak, sedangkan dampak dari hasil penelitian ini dapat dirasakan olehbayi usia 1-12 bulan yang membutuhkan peran orang tua selama masa pertumbuhan dan perkembangan.