BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Seperti karakteristik matematika dijelaskan oleh Wardhani (2010) bahwa matematika menjadi pelayan ilmu karena dengan matematika suatu ilmu dapat berkembang pesat melebihi perkiraan manusia. Ruseffendi (dalam Septiani, 2010) bahwa matematika bukan hanya alat bantu untuk matematika itu sendiri, tetapi banyak konsep yang sangat diperlukan oleh ilmu lainya seperti kimia, fisika, biologi, teknik, dan farmasi. Melihat begitu pentingnya matematika tidak heran jika matematika dipelajari secara luas dan mendasar sejak jenjang pendidikan sekolah dasar. Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pembelajaran matematika (Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi) bahwa mata pembelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran matematika karena tujuan mata pembelajaran matematika di sekolah sesuai dengan standar isi yaitu agar siswa mampu : 1. memahami konsep matematika; 2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat; 3. memecahkan masalah; 4. mengkomunikasikan gagasan dengan simbol; 5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Tujuan diberikanya matematika seperti yang telah diuraikan oleh Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dalam standar isi, oleh karena itu diperlukan mengajar dan belajar untuk memperkaya informasi, mengembangkan kemampuan mental siswa dan melatih mereka untuk menjadi inovatif. Tujuan tersebut dapat tercapai melalui kegiatan pembelajaran yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan secara luas pendapatnya, menguji ide-ide mereka dengan memberikan tepat sumber, membangkitkan minat dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika di sekolah seharusnya disesuaikan dengan tujuan yang telah diuraikan di atas agar dapat mencapai hasil belajar matematika yang baik dan maksimal. Menurut Erman (2001) dalam 1

2 2 pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimilki dari sekumpulan objek. Siswa melakukan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh yang kemudian diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Hasil observasi yang dilakukan pada 29 Januari 2014 di kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga pembelajaran matematika masih berpusat pada guru dan siswa cenderung pasif. Misalnya dalam proses pembelajaran guru langsung memberikan rumus tanpa melibatkan siswa memperoleh informasi secara luas, tanpa mengajak siswa untuk berdiskusi untuk membangun sebuah konsep. Pembelajaran seperti itu membuat siswa kurang aktif atau pasif, siswa terlihat kurang antusias, dan sebagian siswa sibuk main sendiri. Hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan diberikanya mata pembelajaran matematika sekolah yang sudah dijelaskan oleh Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dalam standar isi. Ternyata pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya sekedar menyampaikan informasi, tidak melibatkan siswa memperoleh informasi. Proses pembelajaran yang seperti itu mengakibatkan kurang optimalnya hasil belajar matematika siswa. Data menunjukan rata-rata hasil belajar matematika siswa hanya mencapai 64,6 belum memenuhi KKM yaitu 70. Jadi disini yang dibutuhkan adalah sebuah model pembelajaran yang inovatif, membuat siswa aktif belajar mencari informasi secara individu maupun belajar bersama kelompok, agar dalam proses pembelajaran siswa tidak lagi menerima konsep atau informasi dari guru akan tetapi membangun sebuah konsep. Model pembelajaran matematika yang sebaiknya digunakan adalah model Learning Cycle. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa (pebelajar) dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Model Learning Cycle meliputi tahapantahapan atau fase seperti yang diuraikan oleh Rodger W, dkk (2006) dalam The BSCS 5E Instructional Model: Origins, Effectiveness, and Applications berikut: The Biological ScienceCurriculum Study (BSCS), headed sby Bybee in1993, developed a constructivist study methodcalled The 5 E Learning Cycle, which are thestages of (1) Engagement, (2) Exploration, (3)Explanation, (4) Elaboration and (5) Evaluation.. BSCS yang dikepalai oleh Bybee pada 1993, mengembangkan sebuah metode pembelajaaran yang kontruktivis yang

3 disebut Learning Cycle 5E, yang meliputi tahapan : (1) pembangkitan minat; (2) eksplorasi; (3) penjelasan; (4) penerapan konsep; (5)evaluasi. Pembelajaran matematika dengan model Learning Cycle yang meliputi fase enggagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation menuntut siswa belajar harus melewati lima fase tersebut. Fase-fase yang ada dalam Learning Cycle mendukung apa yang dibutuhkan siswa yaitu bagaimana siswa belajar menerima konsep-konsep. Model Learning Cycle dengan lima fase pembelajaran akan lebih bermakna, karena pembelajaranya disesuaikan dimana siswa mengetahui pengetahuan sebelumnya supaya tidak ada miskonsepsi atau salah pengertian konsep dengan apa yang akan dipelajari, bekerja secara koopertif, membandingkan ide-ide dengan pengetahuan sebelumnya, mendorong guru harus menghubungkan gagasan baru dengan apa yang sudah dipahami siswa, membangun pengetahuan baru dan mengaplikasikan pengetahuan baru tersebut dalam situasi yang berbeda. Menurut Fajaroh (2008), model Learning Cycle memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: 1) Merangsang kembali siswa untuk mengingat kembali materi pembelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya; 2) memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan menambah rasa keingintahuan; 3) melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen; 4) melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari; 5) memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari. Pembelajaran metematika dengan model Learning Cycle akan melatih siswa bagaimana siswa aktif, membangun sebuah konsep, berpikir kritis, dan meningkatkan keingintahuan siswa seperti yang dikemukakan oleh Fajaroh. Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan sekolah menengah tentang implementasi model Learning Cycle dalam pembelajaran sains menunjukkan bahwa kualitas proses dan hasil belajar siswa membaik. Ahmed. O. Qarareh (2012) meneliti tentang The Effect of Using the Learning Cycle Method in Teaching Science on the Educational Achievement of the Sixth Graders. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil penelitianya menggunakan siklus belajar (Learning Cycle) mencerminkan bahwa ada efek yang lebih besar pada prestasi akademik. Para peneliti merekomendasikan bahwa siklus belajar harus digunakan dalam ilmu mengajar. Suastika, Utami, dan Meriana (2011) meneliti tentang Implementasi Model Pembelajaran Siklus (Learning Cycle) Pada Pembelajaran Fisika Materi Dinamika Partikel Di Kelas X Semester 1 Sma 3

4 4 Negeri 1 Palangka Raya Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitianya menunjukan bahwa pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan learning cycle dari tiga kali pertemuan sebesar 47,67 termasuk dalam kategori baik. Ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara individu terdapat 30 orang siswa yang tuntas dan 10 orang siswa tidak tuntas. Berdasarkan uraian pembahasan di atas dan observasi yang telah dilakukan di SMP Pangudi Luhur Salatiga dan didukung oleh penelitianpenelitan tentang model Learning Cycle, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh model Learning Cycle terhadap hasil belajar matematika siswa di SMP Pangudi Luhur Salatiga. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang pengaruh model Learning Cycle terhadap hasil belajar matematika pada materi bangun datarpada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Peneliti berharap hasil belajar siswa dapat membaik setelah diterapkanya model Learning Cycle. B. Indentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang didapat, maka dapat diindentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII B 64,6 dan kelas VII A 69,0. 2. Metode pembelajaran yang diterapkan guru metode ceramah dan drill. 3. Proses pembelajaran didominasi oleh siswa-siswa tertentu, sedangkan siswa yang berkemampuan kurang cenderung pasif. 4. Belum diterapkanya model Learning Cycle pada pembelajaran matematika. C. Pembatasan Masalah Menghindari kesalahpahaman tentang penafsiran dari judul di atas, maka peneliti memberikan pembatasan masalah yaitu : 1. Penelitian ini hanya melihat pengaruh model Learning Cycle terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/ Penelitian hanya dilakukan di SMP Pangudi Luhur Salatiga Semester Genapa Tahun Pelajaran 2013/ Penelitian dilakukan pada materi bangun datar segi empat.

5 5 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh model Learning Cycle terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi bangun datar kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model Learning Cycle terhadap hasil belajar matematika pada materi bangun datar siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014? F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan langsung dalam pembelajaran matematika di SMP dengan menggunakan model Learning Cycle. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis bagi : 2.1 Bagi siswa yaitu penerapan model Learning Cycle dalam pembelajaran matematika, dapat memperbaiki hasil belajar matematika siswa, meningkatkan keaktifan siswa, meningkatkan minat belajar matematika siswa, karena model Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang melibatkan secara aktif dalam mencapai kompetensi-kompetensi yang sudah ditentukan. 2.2 Bagi guru yaitu agar menerapkan model Learning Cycle, karena dapat memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. 2.3 Bagi sekolah yaitu memberikan informasi tambahan dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model Learning Cycle. Meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga dapat memperbaiki kualitas pembelajaran. 2.4 Bagi peneliti selanjutnya yaitu hasil penelitian dapat dijadikan referensi peneliti selanjutnya mengenai penerapan model Learning Cycle.

6 6