BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penimbangan Berat Badan dan Pengukuran Gula Darah Penimbangan berat badan selama penelitian memperlihatkan bahwa berat badan tikus kelompok diabetes memiliki rataan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non-diabetes di awal penelitian namun pada 2 minggu terakhir terdapat penurunan berat badan kelompok diabetes. Pada periode tersebut rataan berat badan tikus non-diabetes tetap pada posisi puncak pertumbuhan, sehingga nilai berat badan kedua kolompok berada pada nilai yang sama. Hal demikian sangat mungkin terkait dengan kondisi klinis diabetes yang diketahui pada periode tertentu dapat menyebabkan penurunan berat badan. Hasil penimbangan berat badan selama penelitian ditunjukkan pada Gambar Berat Badan (g) DB nondb Penimbangan ke Gambar 5. Pertumbuhan Berat Badan Tikus Model Diabetes dan Non-Diabetes. Keterangan : DB : Tikus Kelompok Diabetes, NonDB : Tikus Kelompok Non Diabetes Hasil pengukuran kadar gula darah tikus model diabetes secara umum menunjukkan rataan yang mempunyai pola menurun pada akhir penelitan yang terlihat pada Gambar 6. Pada pengukuran terakhir gula darah tikus model diabetes mencapai nilai di bawah 200 mg/dl. Data demikian mengindikasikan bahwa Sambiloto mempunyai efek hipoglikemik yang cukup kuat. Pengukuran gula darah pada kelompok non-diabetes setelah pemberian Sambiloto selama 4 minggu menunjukkan bahwa nilai rataannya tetap pada kisaran 100 mg/dl, walaupun ada kecenderungan menurun pada periode akhir penelitian.

2 39 Kadar Gula Darah (mg/dl) DB nondb Sampling ke Gambar 6. Nilai Kadar Gula Darah Rata-rata Tikus Model Diabetes dan Non- Diabetes. Keterangan : DB : Tikus Kelompok Diabetes, NonDB : Tikus Kelompok Non Diabetes Ragam respon tikus model diabetes setelah pemberian sambiloto dari setiap periode sampling dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8. Gambar 7 dapat ditunjukkan adanya ragam respon individu yang tidak dapat dilihat dari sampel per waktu pengorbanan. Nilai gula darah per waktu pengorbanan menunjukkan adanya keragaman yang langsung menurun (DB5), ada pula yang meningkat dan berfluktuasi pada pemeriksaan minggu berikutnya. Pada model diabetes yang menunjukkan nilai gula darah diatas 250 mg/dl secara umum menunjukkan penurunan nilai gula darah setelah pemberian sambiloto, namun sampel diabetes pada minggu ke-7 (DB7) justru menunjukkan peningkatan pada minggu ke 3 pasca akhir pemberian Sambiloto. 600 Kadar Gula Darah (mg/dl) DB8 DB7 DB6 DB Minggu ke Gambar 7. Nilai Kadar Gula Darah per Waktu Sampling Tikus Model Diabetes dengan Nilai Kadar Gula Darah Tinggi. Keterangan : DB 5 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-5, DB 6 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke- 6, DB 7 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-7, DB 8 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-8

3 40 Keragaman respon terhadap pemberian Sambiloto selama 4 minggu juga ditemukan pada tikus model diabetes yang menunjukkan nilai kadar gula darah di bawah 150 mg/dl, dapat ditunjukkan pada Gambar 8. Tikus sampel diabetes pada minggu ke-5 (DB5) menunjukkan nilai kadar gula yang meningkat tajam (350 mg/dl) pada minggu pertama pasca pemberian sambiloto, sementara tikus yang lain mendekati nilai 100 mg/dl. Kadar Gula Darah (mg/dl) Minggu ke DBr8 DBr7 DBr6 DBr5 Gambar 8. Nilai Kadar Gula Darah Per Waktu Sampling Tikus Model Diabetes dengan Nilai Kadar Gula Darah Awal Rendah Keterangan : DB 5 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-5, DB 6 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke- 6, DB 7 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-7, DB 8 : Sampel Tikus Diabetes pada Minggu ke-8 Adanya keragaman respon dari individu mendorong dilakukannya evaluasi histomorfologi terhadap organ urogenital berdasar nilai kadar gula darah saat pengorbanan. 4.2 Hasil pengamatan histologis ginjal tikus model diabetes setelah pemberian seduhan sambiloto. Hasil pengamatan mikroskopis ginjal dengan metoda parafin dan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) secara kualitatif disajikan pada tabel 3. Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil pengamatan ginjal pada tikus model diabetes memperlihatkan adanya perubahan morfologi. Hasil yang didapat mengindikasikan adanya perubahan yang mengarah pada degenerasi.

4 41 Tabel 3 Hasil Pengamatan Mikrokopis Jaringan Ginjal Kelompok Hemaktosilin-eosin Kapiler-kapiler glomerulus tampak jelas dan di dalam ruang Non-diabetes Bowman tidak ditemukan adanya perubahan Tidak ditemukan perubahan pada tubuli Pembendungan Gula darah tinggi Ditemukan perubahan pada glomerulus berupa degenerasi, penebalan dinding kapiler glomerulus sehingga lumen kapiler tidak terlihat. Ditemukan perubahan pada tubuli berupa degenerasi dan hilangnya batas antar sel. Perluasan ruang Bowman Adanya endapan protein Pembendungan. Gula darah rendah Ditemukan perubahan pada glomerulus berupa degenerasi. Ditemukan degenerasi tubuli. Perluasan ruang Bowman Endapan protein Pembendungan Ginjal merupakan organ tubuh yang berperan penting untuk ekskresi sebagian besar hasil metabolisme melalui urin, mengatur konsentrasi unsur-unsur yang terdapat dalam cairan tubuh serta membuang banyak toksik dan zat asing lainnya (Guyton 1996). Pengamatan mikromorfologi ginjal tikus kelompok nondiabetes secara umum menunjukkan keberadaan kapiler-kapiler glomerulus yang tampak jelas dan tidak ditemukan adanya perubahan pada ruang Bowman, sedangkan pada bagian lain terlihat adanya pembuluh darah yang berisi eritrosit. Gambaran demikian secara patologis dapat berarti kongesti (pembendungan) bila ditemukan adanya perubahan morfologi se-sel di sekitarnya. Sebagaimana disampaikan Ressang (1984), kongesti adalah keadaan yang menggambarkan

5 42 adanya darah secara berlebihan di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu. Pengamatan lebih jauh pada daerah yang mengalami kongesti tidak ditemukan adanya perubahan yang mengindikasikan adanya edema atau perubahan patologis lainnya. Gambaran pembuluh darah yang berisi eritrosit ditemukan baik pada kelompok non-diabetes maupun model diabetes sehingga gambaran ini lebih menggambarkan adanya ketidaksempurnaan pengeluaran darah saat pengorbanan daripada menggambarkan adanya kongesti. Hasil pengamatan ginjal tikus kelompok non-diabetes dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Gambaran histomorfologi ginjal tikus model non-diabetes. Berdasarkan hasil pengamatan histomorfologi jaringan ginjal tikus model diabetes terlihat adanya degenerasi pada daerah korteks. Pada tikus model diabetes dengan kadar gula darah yang masih tinggi setelah pemberian Sambiloto, di bagian korteks menunjukan adanya beberapa perubahan pada glomerulus dan tubulus, perubahan yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 10. Pada glomerulus dapat ditemukan adanya inti sel yang mengecil, dan ada yang membesar, ruang Bowman meluas, dinding kapiler menebal (lumen kapiler tidak jelas). Perubahan yang ditemukan pada tubulus adalah adanya ukuran sel yang berubah, batas antar sel menjadi tidak jelas, dapat ditemukan endapan protein di sitoplasma. Hasil pengamatan dari kelompok model diabetes gula darah tinggi secara umum dapat ditemukan perubahan mulai dari degenerasi hingga nekrosa.

6 43 Gambar 10. Gambaran histomorfologi ginjal tikus model diabetes dengan kadar gula darah yang masih tinggi. Ditemukan adanya perluasan ruang Bowman (panah biru), degenerasi glomerulus (panah merah muda), degenerasi tubuli (panah merah), batas antar sel hilang (panah hijau), endapan protein (panah kuning). Ginjal pada tikus kelompok model diabetes dengan kadar gula darah rendah (mendekati normal) dapat dilihat pada gambar 11, secara umum menunjukan adanya penurunan tingkat kerusakan dan secara histologis sudah mendekati gambaran pada kelompok non-diabetes, walaupun masih ditemukan adanya perluasan ruang Bowman, degenerasi maupun nekrosa. Gambar 11. Gambaran histomorfologi ginjal tikus kelompok gula darah rendah. Ditemukan adanya perluasan ruang Bowman (panah biru), degenerasi glomerulus (panah merah muda), degenerasi tubuli (panah merah), batas sel hilang (panah hijau), endapan protein (panah kuning). Degenerasi merupakan perubahan morfologi dan penurunan fungsi sel yang bersifat sementara yang disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme, anoksia, iskemia dan akibat senyawa-senyawa toksik. Berbagai kondisi tersebut menyebabkan berkurangnya energi sel sehingga merusak sel secara tidak langsung (Jubb et al. 1993), hal ini berkaitan dengan salah satu gejala klinis yang dapat

7 44 dilihat pada tikus diabetes yaitu lemah atau lesu. Glomerulus sebagai filter darah pada dasarnya akan menghasilkan filtrat yang bebas protein. Adanya akumulasi massa protein berwarna eosinofilik di mesangium maupun dalam ruang Bowman menunjukkan adanya peningkatan permeabilitas kapiler sehingga molekul protein yang berukuran besar dapat menembus filter. Menurut Carlthon dan McGavin (1995), bila epitel tubulus mengalami degenerasi dan kematian sel maka protein yang lolos tidak mampu untuk diserap kembali secara maksimal sehingga tertimbun di dalam lumen. Keberadaan endapan dapat mengindikasikan tingkat kerusakan, seperti dinyatakan Ressang (1984) bahwa kerusakan glomerulus cenderung diikuti oleh kerusakan epitel tubulus berupa degenerasi ataupun adanya endapan protein dalam sitoplasma maupun lumen tubulus. Keberadaan protein dalam tubulus dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus, sehingga protein yang berukuran besar pun dapat lolos serta adanya gangguan fungsi enzim lisosom epitel tubuli yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat merusak (Glayster 1986). Kerusakan tubuli yang semakin parah akan mempengaruhi fungsi tubuli sebagai tempat reabsorbsi. Hal ini mengakibatkan selektifitas tubuli menurun sehingga akan mempengaruhi homeostatis pada tubuh. Lebih dari itu kehilangan kemampuan filtrasi ini juga tidak mampu menahan gula sehingga pada kasus diabetes ditemukan glukosuria. Peningkatan glukosa darah dapat dipahami sebagai akibat penurunan produksi insulin yang berfungsi sebagai transport glukosa ke dalam sel secara aktif (transport aktif). Berkurangnya kemampuan sel dalam memanfaatkan insulin sangat mungkin juga menjadi penyebab kerusakan jaringan glomerulus dan tubulus ginjal tikus model diabetes. 4.3 Hasil pengamatan histologis vesika urinaria tikus model diabetes setelah pemberian sambiloto. Pengamatan histomorfologi vesika urinaria dengan metode parafin dilakukan dengan mengamati bentuk morfologi struktur jaringan vesika urinaria tikus yang diwarnai dengan pewarnaan hemaktosilin-eosin (HE). Hasil pengamatan terhadap vesika urinaria secara kualitatif disajikan dalam tabel 4.

8 45 Tabel 4 Hasil Pengamatan Mikroskopis Jaringan Vesika Urinaria Kelompok Hemaktosilin-eosin Non-diabetes Sel epitel transisional tampak teratur dan jelas dengan ukuran yang seragam. Tidak ditemukan perubahan. Gula darah tinggi Ditemukan perubahan pada epitel berupa degenerasi hingga nekrosa. Ditemukan hiperemi Gula darah rendah Sel epitel transisional mulai teratur mendekati gambaran kelompok non-diabetes. Secara umum tidak ditemukan perubahan. Ditemukan hiperemi Vesika urinaria (kandung kemih), merupakan organ muscular berongga yang ukuran dan posisinya bervariasi tergantung pada jumlah urin yang ada di dalamnya (Frandson 1992). Gambaran mikromorfologi vesika urinaria tikus kelompok non-diabetes secara umum menunjukkan sel epitel transisional (peralihan) tampak teratur dan jelas dengan ukuran yang seragam. Hasil pengamatan histomorfologis vesika urinaria pada kelompok non-diabetes menunjukkan tidak terlihat adanya perubahan patologis. Hasil pengamatan kelompok non-diabetes disajikan pada Gambar 12. Gambar 12. Gambaran histomorfologi vesika urinaria tikus kelompok non-diabetes. Dapat dilihat sel epitel transisional yang teratur (panah biru).

9 46 Pengamatan pada tikus model diabetes dengan gula darah yang tinggi, yaitu Gambar 13 menunjukkan adanya perubahan pada epitel peralihan berupa inti sel yang membesar dan mengecil. Hasil pengamatan dari model diabetes ini secara umum dapat ditemukan perubahan yang lebih mengarah pada degenerasi epitel transisional (peralihan). Pada kelompok ini dapat dilihat adanya pembuluh darah yang berisi eritrosit. Gambaran demikian secara patologis dapat berarti hiperemi, namun pada pengamatan lebih lanjut daerah yang ditemukan adanya hiperemi tidak ditemukan perubahan yang mengindikasikan adanya edema atau perubahan patologis lainnya sehingga gambaran pembuluh darah yang berisi eritrosit yang juga ditemukan pada kelompok gula darah rendah lebih menggambarkan ketidaksempurnaan pengambilan darah saat pengorbanan. Degenerasi epitel ditandai dengan adanya perubahan ukuran sel-sel epitel peralihan sehingga terjadi perubahan ukuran sel dengan beberapa inti yang membesar. Degenerasi dapat disebabkan oleh infeksi, demam, keracunan (intoksikasi), suhu yang rendah/tinggi, anoksia, gizi buruk dan gangguan sirkulasi. Ketika degenerasi menjadi menetap (irreversible), akan terjadi kematian sel (apoptosis atau nekrosa). Nekrosa melibatkan sekelompok sel hingga pada sebagian jaringan dapat ditemukan sejumlah sel radang. Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun, aktivitas mikroorganisme, defisiensi pakan dan kadangkadang gangguan metabolisme termasuk hipoksia. Nekrosa ini ditandai dengan inti mengecil atau warna inti terlihat tidak jelas atau tidak terjadi sama sekali seolah-olah menghilang (kariolisis) namun hal ini terjadi dalam jumlah sedikit.

10 47 Gambar 13. Gambaran histomorfologi vesika urinaria tikus kelompok gula darah tinggi. Dapat dilihat adanya degenerasi sel epitel peralihan (panah merah), hiperemi (panah kuning). Gambaran vesika urinaria pada tikus kelompok gula darah yang rendah mendekati non-diabetes pada Gambar 14 secara umum menunjukkan sel epitel transisional (peralihan) mulai teratur dan jelas mendekati gambaran vesika urinaria tikus kelompok non-diabetes serta tidak ditemukan adanya perubahan patologis. Gambar 14. Gambaran histomorfologi vesika urinaria tikus kelompok gula rendah. Dapat dilihat sel epitel transisional yang masih teratus (panah biru). 4.4 Hasil pengamatan histologis testis tikus model diabetes setelah pemberian seduhan sambiloto Gambaran mikromorfologi terhadap potongan jaringan testis tikus menunjukkan adanya penurunan sebaran spermatozoa. Hasil pengamatan histomorfologi disajikan pada tabel 5.

11 48 Tabel 5 Hasil Pengamatan Mikroskopis Jaringan Testis Kelompok Hemaktosilin-eosin Non-diabetes Ukuran sel-sel spermatogonium seragam pada setiap tubulus dan jumlahnya banyak. Terdapat kelengkapan dari susunan komponen sel-sel (terdapat spermatogonium, spermatosit primer, spermatid hingga spermatozoa). Jumlah spermatozoa banyak hingga memenuhi setiap tubulus. Secara anatomis, bagian spermatozoa lengkap. Gula darah tinggi Spermatogonia berkurang dalam jumlah banyak pada setiap tubulus seminiferi. Komponen sel-sel tidak lengkap, pada banyak tubulus seminiferi tidak terdapat spermatosit primer Sebaran spermatozoa sedikit sekali. Secara anatomis, bagian spermatozoa lengkap. Gula darah rendah Ukuran dan jumlah spermatogonium berkurang tetapi masih mendekati kelompok non-diabetes. Komponen sel-sel tidak selengkap kelompok non-diabetes pada beberapa tubulus tidak terdapat spermatosit primer Jumlah spermatozoa berkurang tetapi mulai mendekati kelompok non-diabetes. Secara anatomis, bagian spermatozoa lengkap. Gambaran mikromorfologis testis tikus model non-diabetes pada gambar 15 secara umum menunjukkan keteraturan dan kelengkapan susunan komponen sel-sel pada tubuli seminiferi. Keberadaan spermatogonium, spermatosit primer, spermatid hingga spermatozoa tersusun mengisi berurutan mulai dari bagian basal sampai lumen tubuli seminiferi. Spermatogonia merupakan sel pertama dalam proses spermatogenesis. Hasil pengamatan di bawah mikroskop, sel ini terlihat bersinggungan dengan membran basal dari tubulus. Bagian basal merupakan sel

12 49 peritubular dan spermatogonia yang secara bebas mudah dicapai oleh darah yang mengandung nutrisi maupun toksikan (Foster 1988). Spermatogonia berbentuk bulat dengan nukleus gelap, besar, bundar dan butir-butir kromatin halus dengan ukuran yang tidak tetap (Lu 1995). Pada kelompok ini setiap tubulus seminiferi dipenuhi dengan spermatozoa yang jumlahnya sangat banyak. Secara anatomis, bagian dari spermatozoa lengkap yaitu terdapat kepala dan ekor. Gambar 15. Gambaran histomorfologi tubuli seminiferus tikus model non-diabetes. Dapat dilihat keteraturan dan kelengkapan komponen sel-el pada tubuli seminiferi yaitu spermatogonia (panah hijau), spermatosit (panah biru), spermatid (panah merah), spermatozoa (panah merah muda). Testis pada tikus model diabetes yang masih menunjukan kadar gula darah tinggi pada saat pengambilan sampel organ pada pengamatan mikroskopik ditemukan beberapa perubahan, yaitu penurunan jumlah spermatogonium, komponen sel-sel tidak lengkap yaitu tidak terdapat spermatosit primer pada sebagian besar tubuli. Spermatosit primer terlihat lebih besar dari spermatogonia dan merupakan sel yang terbesar diantara sel-sel lainnya di dalam tubuli seminiferi. Sel ini terletak lebih kearah lumen tubuli (lebih sentral) daripada spermatogonia (Banks 1993). Sebaran spermatozoa pada tubulus seminiferi sedikit sekali (menjauhi gambaran kelompok non-diabetes). Hasil pengamatan testis kelompok gula darah tinggi disajikan pada Gambar 16.

13 50 Gambar 16. Gambaran histomorfologi testis tikus kelompok gula darah tinggi. Dapat ditemukan penurunan jumlah spermatogonia (panah hijau), spermatozoa (panah merah muda). Penurunan distribusi spermatozoa sangat berkaitan dengan keadaan hiperglikemia yang dapat menyebabkan terjadinya impotensi sementara atau bahkan menetap akibat komplikasi berupa neuropati diabetik sehingga menyebabkan produksi spermatozoa menurun (Dalimarta 1998). Testis pada tikus kelompok gula darah yang rendah pada Gambar 17 ditemukan adanya sel spermatogonium yang mengecil dan jumlahnya tidak sebanyak pada kelompok non-diabetes serta terjadi penurunan spermatozoa. Secara umum pada kelompok ini mengindikasikan adanya gambaran histologis yang menuju perbaikan dan secara keseluruhan mendekati gambaran pada kelompok non-diabetes. Gambar 17. Gambaran histomorfologi testis tikus model diabetes dengan kadar gula darah rendah. Ditemukan adanya penurunan jumlah spermatogonia (panah hijau), spermatozoa (panah merah muda).

14 Hasil pengamatan histologis epididimis tikus model diabetes setelah pemberian seduhan sambiloto. Epididimis merupakan saluran reproduksi yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses spermatogenesis. Hasil pengamatan jaringan testis disajikan pada tabel 6. Tabel 6 Hasil Pengamatan Mikroskopis Jaringan Epididimis Kelompok Hemaktosilin-eosin Non-diabetes Sebaran spermatozoa penuh pada setiap tubuli. Tidak ditemukan perubahan. Gula darah tinggi Sebaran spermatozoa berkurang dalam jumlah banyak bahkan terdapat tubulus yang kosong. Gula darah rendah Sebaran spermatozoa tidak sepenuh pada non-diabetes. Gambaran mikromorfologi epididimis tikus kelompok non-diabetes secara umum menunjukkan pada setiap tubulus dipenuhi oleh spermatozoa serta tidak ditemukan adanya perubahan baik pada epitel tubulus maupun pada jaringan intertubuli. Pengamatan epididimis tikus kelompok non-diabetes dapat ditunjukkan pada Gambar 18. Gambaran epididimis kelompok diabetes dengan gula darah tinggi menunjukkan terjadinya penurunan sebaran spermatozoa dalam jumlah banyak yang menjauhi gambaran non-diabetes, bahkan terdapat banyak tubulus yang kosong, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 19. Hal ini berkaitan dengan penurunan jumlah spermatozoa yang diproduksi dari testis. Pada kelompok gula darah rendah yang ditunjukkan pada Gambar 20, setiap tubulus mulai dipenuhi oleh spermatozoa walaupun sebaran spermatozoa tidak sebanyak kelompok non-diabetes.

15 52 Gambar 18. Gambaran histomorfologi epididimis tikus kelompok non-diabetes. Ditemukan spermatozoa dalam jumlah banyak (panah biru). Gambar 19. Gambaran histomorfologi epididimis tikus kelompok gula darah tinggi. Terjadi penurunan sebaran spermatozoa dalam jumlah banyak (panah biru). Gambar 20. Gambaran histomorfologi epididimis tikus kelompok gula darah rendah. Terjadi penurunan spermatozoa namun sudah mulai mendekati nondiabetes (panah biru).

16 53 Evaluasi pada tikus model diabetes pasca pemberian sambiloto memberikan perbaikan kadar gula darah selaras dengan perbaikan gambaran histologis pada organ ginjal, vesika urinaria, testis dan epididimis. Efek terapeutik sambiloto selama satu bulan dapat ditemukan pada selang waktu yang berbeda.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran gula darah tikus model selama penelitian Penimbangan berat badan menunjukkan bahwa pada awal penelitian berat badan tikus

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil. Jumlah Penurunan Glomerulus Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus musculus L.) setelah diberi perlakuan pajanan medan listrik tegangan

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Evaluasi dataperforman Ayam Dari hasil penelitian didapatkan rataan bobot badan ayam pada masing-masing kelompok perlakuan, data tersebut dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rhodamine B sebagai racun 2.1.1 Definisi Racun Racun ialah zat yang bekerja dalam tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Subjek penelitian ini adalah anak yang diperoleh dari induk tikus Rattus norvegicus galur Sprague-dawley yang telah diinduksi hipoksia iskemik pada usia kehamilan 7

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer berupa gambaran histologi ginjal dan kadar kreatinin hewan coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Ekskresi Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Pengertian & Fungsi Proses Ekskresi Penegrtian : Proses pengeluaran zat-zat sisa hasil

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1 . Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal. Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... Berdasarkan pada gambar di atas yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Mikroanatomi Hati Ikan Tagih Hasil penelitian pengaruh subletal merkuri klorida (HgCl 2 ) menggunakan konsentrasi 0,02 ppm; 0,04 ppm; dan 0,08 ppm; selama 28 hari

Lebih terperinci

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME Hasil pengamatan pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning

Lebih terperinci

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan) Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan) Diabetes merupakan penyakit yang mempengaruhi kemampuan tubuh anda untuk memproduksi atau menggunakan insulin. Yaitu, hormon yang bekerja untuk mengubah

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2 1. Fungsi sistem ekskresi adalah... Membuang zat sisa pencernaan Mengeluarkan enzim dan hormon Membuang zat sisa metabolisme tubuh Mengeluarkan

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Diameter Tubulus Seminiferus Hasil pengukuran diameter tubulus seminiferus pada gonad ikan lele jantan setelah dipelihara selama 30 hari disajikan pada Gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerusakan Hati Ikan Mas Hati merupakan salah satu organ yang paling banyak mengalami kerusakan. Menurut Carlton (1995) dalam Permana (2009) ada dua alasan yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas merupakan salah satu masalah penting bagi setiap orang. Infertilitas pada pria berkaitan erat dengan spermatogenesis. Proses ini dipengaruhi oleh dua faktor

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik Bobot Badan Tikus Ekstrak rumput kebar yang diberikan pada tikus dapat meningkatkan bobot badan. Pertambahan bobot badan tikus normal yang diberi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Rhodamine B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Pewarna

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Rhodamine B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Pewarna BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rhodamine B Rhodamine B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Pewarna ini terbuat dari dietillaminophenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 ekor mencit strain DDY yang terdiri dari 30 mencit jantan dan 30 mencit betina.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Persea americana Mill.

TINJAUAN PUSTAKA Persea americana Mill. 3 TINJAUAN PUSTAKA Persea americana Mill. Alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur dan Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), dan pookat

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM UROGENITALIA

BAB VII SISTEM UROGENITALIA BAB VII SISTEM UROGENITALIA Sistem urogenital terdiri dari dua system, yaitu system urinaria (systema uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. struktur parenkhim masih normal. Corpusculum renalis malpighi disusun oleh komponen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. struktur parenkhim masih normal. Corpusculum renalis malpighi disusun oleh komponen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan pada Parenkhim Ginjal 4.1.1 Perubahan pada Copusculum Malphigi Ginjal Gambaran kualitatif corpusculum malphigi ginjal pada kelompok tikus normal tanpa

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA TIM PENELITI : 1. NI WAYAN SUDATRI, S.Si., M.Si, 2. IRIANI SEYAWATI, S.Si.,M.Si. 3.

Lebih terperinci

Sistem Reproduksi Pria meliputi: A. Organ-organ Reproduksi Pria B. Spermatogenesis, dan C. Hormon pada pria Organ Reproduksi Dalam Testis Saluran Pengeluaran Epididimis Vas Deferens Saluran Ejakulasi Urethra

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan fitokimia merupakan suatu metode kimia untuk mengetahui kandungan kimia suatu simplisia, ekstrak ataupun fraksi senyawa metabolit suatu tanaman herbal. Hasil penapisan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Jumlah dan Bobot Folikel Kuning Telur Puyuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi terhadap kualitas semen dimaksudkan untuk menentukan kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen tersebut diproses lebih

Lebih terperinci

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI 5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI Pengukuran parameter reproduksi akan menjadi usaha yang sangat berguna untuk mengetahui keadaan kelamin, kematangan alat kelamin dan beberapa besar potensi produksi dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual, sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Straight,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

STRUKTUR HISTOLOGIS ORGAN HEPAR DAN REN MENCIT (Mus musculus L) JANTAN SETELAH PERLAKUAN DENGAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L)

STRUKTUR HISTOLOGIS ORGAN HEPAR DAN REN MENCIT (Mus musculus L) JANTAN SETELAH PERLAKUAN DENGAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) BIOSCIENTIAE Volume 1, Nomor 1, Januari 2004 Halaman 23-30 STRUKTUR HISTOLOGIS ORGAN HEPAR DAN REN MENCIT (Mus musculus L) JANTAN SETELAH PERLAKUAN DENGAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) Rusmiati

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Gizi, Farmakologi, Histologi dan Patologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Gizi, Farmakologi, Histologi dan Patologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Anatomi. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Gizi, Farmakologi, Histologi dan Patologi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Entok (Cairina moschata) Entok (Cairina moschata) merupakan unggas air yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Entok lokal memiliki warna bulu yang beragam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium, dengan rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan uji sebagai sampel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa negara berkembang seperti Indonesia memiliki kepadatan penduduk yang cukup besar sehingga aktivitas maupun pola hidup menjadi sangat beraneka ragam. Salah satu

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Indikator Pencapaian: MATERI IX SISTEM EKSKRESI Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Materi Mahluk hidup dalam hidupnya melakukan metabolisme. Metabolisme ini selain

Lebih terperinci

Pengamatan Histopatologi Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan dan Kondisi Fisik Hewan Coba

Pengamatan Histopatologi Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan dan Kondisi Fisik Hewan Coba larutan alkohol dengan konsentrasi bertingkat. Hasilnya diberi permount mounting medium dan ditutup dengan kaca penutup (Hastuti 2008). Pengamatan Histopatologi Pengamatan histopatologi dilakukan dengan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal 1. Mekanisme Filtrasi Ginjal Glomerulus adalah bagian kecil dari ginjal yang mempunyai fungsi sebagai saringan yang setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung

Lebih terperinci

Penentuan Kandungan Logam Berat HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Kandungan Logam Berat HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Kandungan Logam erat Penentuan kandungan logam-logam berat pada sampel green coke dilakukan dengan menggunakan metode uji TCLP (Testing Characteristic Leaching Procedure) yang mengacu pada US

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 18 HSI DN MBHSN Hasil 1. Histologi testis Gambaran histologi testis musang luak tersusun atas tubuli seminiferi yang dipisahkan oleh jaringan interstitial. Terdapat tiga komponen penyusun tubuli seminiferi

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus (DM) Oleh Dr. Sri Utami, B.R. MS

Diabetes Mellitus (DM) Oleh Dr. Sri Utami, B.R. MS Diabetes Mellitus (DM) Oleh Dr. Sri Utami, B.R. MS Penyakit DM Kelainan kronik mengenai metabolisme karbohidrat, lemak dan protein Gambaran khas DM: Gangguan atau kekurangan respon sekresi insulin, merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada hewan uji tikus putih yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala diabetes sering kali tidak terlihat secara jelas di awalnya. Kadang kita baru sadar atau terindikasi diabetes ketika sudah mengalami komplikasi diabetes.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisis Urinalisis merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. Urinalisis berasal dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1. Lingkup Tempat Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolitik yang disebabkan oleh defisiensi insulin yang dapat bersifat relatif absolut. Insulin adalah hormon yang dihasilkan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi 1 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi pelatihan fisik berlebih selama 35 hari berupa latihan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1 1. Organ ekskresi pada manusia yang berfungsi mengubah amonia menjadi urea adalah... Paru-paru Hati Kulit Ginjal Kunci Jawaban : B Pembahasan:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan pengamatan. Proses

Lebih terperinci

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidup manusia secara langsung atau tidak terpapar bahan kimia. Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari diketahui berbahaya. Bahaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Histologi Pankreas Tikus (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan Hasil penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Infertilitas merupakan masalah yang memiliki angka kejadian yang cukup besar di Indonesia. Penyebab infertilitas pria dipengaruhi oleh banyak faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ribuan jenis tumbuhan yang diduga berkhasiat obat, sejak lama secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu dari tumbuhan berkhasiat obat ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat, menyebabkan kebutuhan akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani berkualitas yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan I. PENDAHULUAN Infertilitas merupakan suatu masalah yang dapat mempengaruhi pria dan wanita di seluruh dunia. Kurang lebih 10% dari pasangan suami istri (pasutri) pernah mengalami masalah infertilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latihan fisik merupakan pergerakan tubuh yang dilakukan oleh otot dengan terencana dan berulang yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi dengan tujuan untuk memperbaiki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba 6 dengan etanol absolut selama 2 menit, kemudian dengan etanol 95% dan 80% masing-masing selama 1 menit, dan dicuci dengan air mengalir. Kemudian preparat direndam dalam pewarnaan Mayer s Haemotoxylin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan hewan akutik yang memilki tulang belakang (vertebrata) yang berhabitat di dalam perairan. Ikan bernapas dengan insang, bergerak dan menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai hasil alam yang berlimpah dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan. Salah satu dari hasil alam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada sampel yang telah dibagi menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BAWANG TIWAI TERHADAP HISPATOLOGI GINJAL MENCIT ABSTRACT

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BAWANG TIWAI TERHADAP HISPATOLOGI GINJAL MENCIT ABSTRACT PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BAWANG TIWAI TERHADAP HISPATOLOGI GINJAL MENCIT Yurika Sastyarina Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda Kalimantan Timur Tel/Fax. : (0541) 73949, email :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan 1. Definisi Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama sampai terakhir.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit secara epidemiologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan bahan pemanis di dalam bahan makanan dan minuman sudah dimulai sejak berabad-abad yang lalu. Bahan pemanis alami yang sangat umum digunakan adalah

Lebih terperinci

DETEKSI SENYAWA MUKOPOLISAKARIDA PADA TUBULUS SEMINIFERUS DAN DUKTUS EPIDIDIMIS DALAM TESTIS TIKUS Rattus norvegicus DENGAN PEWARNAAN HISTOKIMIA

DETEKSI SENYAWA MUKOPOLISAKARIDA PADA TUBULUS SEMINIFERUS DAN DUKTUS EPIDIDIMIS DALAM TESTIS TIKUS Rattus norvegicus DENGAN PEWARNAAN HISTOKIMIA DETEKSI SENYAWA MUKOPOLISAKARIDA PADA TUBULUS SEMINIFERUS DAN DUKTUS EPIDIDIMIS DALAM TESTIS TIKUS Rattus norvegicus DENGAN PEWARNAAN HISTOKIMIA Adrien Jems Akiles Unitly, Dece Elisabeth Sahertian Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritis 1. Darah Darah adalah suatu komponen esensial makhluk hidup,mulai dari binatang primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi semua

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan tempat asalnya. Itik Cihateup berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. 73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... Energi kimia menjadi energi gerak Energi cahaya menjadi energi potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperurisemia merupakan keadaan meningkatnya kadar asam urat dalam darah di atas normal ( 7,0 mg/dl) (Hidayat 2009). Hiperurisemia bisa terjadi karena peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan coba yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat sekarang sudah mulai menyadari pentingnya nilai kesehatan, hal ini terjadi seiring dengan banyaknya penyakit mematikan yang menyerang usia muda, usia produktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus didefinisikan sebagai serangkaian gangguan dimana tubuh tidak mampu mengatur pengolahan atau metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang berfungsi serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri tekstil selain menghasilkan suatu produk juga menghasilkan produk sampingan berupa air limbah, yang sering kali mencemari lingkungan terutama perairan.

Lebih terperinci

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns Pendahuluan Ginjal mempertahankan komposisi dan volume cairan supaya tetap konstan Ginjal terletak retroperitoneal Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat. 3 TINJAUAN PUSTAKA Alpukat Tanaman alpukat berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18, namun secara resmi antara tahun 1920-1930 (Anonim 2009). Kata

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - Desember Hewan coba

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - Desember Hewan coba BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - Desember 2016. Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit Mus musculus yang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup sehat merupakan suatu tuntutan bagi manusia untuk selalu tetap aktif menjalani kehidupan normal sehari-hari. Setiap aktivitas memerlukan energi, yang tercukupi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang berfungsi dalam proses penyaringan dan pembersihan darah. Ginjal menjalankan fungsi vital sebagai pengatur

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah

Lebih terperinci

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi - - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl1ekskresi Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara

Lebih terperinci