V. KEADAAN UMUM WILAYAH
|
|
- Sudirman Susanto
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1. Morfometri Waduk Cirata Waduk Cirata dibangun pada tahun 1983 terletak diantara Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur di DAS Citarum. Waduk Cirata berada pada ketinggian 200 meter dpl. Luas permukaan waduk adalah Ha dan volume rata-rata sekitar juta m 3. Kedalaman rata-rata waduk sekitar 34,9 m dan kedalaman maksimum mencapai 106 m. Karakteristik Waduk Cirata disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Karakteristik Waduk Cirata No. Uraian Keterangan 1. Lokasi pada DAS Di bagian tengah 2. Ketinggian dari muka laut (m) Selesai dibangun Volume air x 1000 m Luas permukaan (A), ha Kedalaman rata-rata (m) 34,9 7. Kedalaman maksimum (Z maks ),m Status kesuburan Mesotrophic-Eutotrophic 9. Pola pencampuran masa air Oligomictic (rare) 10. Rasio A (Z maks ) 0, Kondisi tanpa oksigen dimulai pada lapisan kedalaman (m) 9 m (anoxic, sore hari) 5 m (anoxic, pagi hari) Sumber: BPWC, Waduk Cirata terletak berurutan (cascade) diantara Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur seperti terlihat pada Gambar 5. Waduk ini dibangun dengan membendung Sungai Citarum. Secara adminitrasi waduk ini berada pada 3 (tiga) kabupaten yaitu Kabupaten Bandung Barat, Purwakarta dan Cianjur Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1).
2 82 Citarum River Cascade Sungai Citarum Waduk Saguling Rencana Rajamand Waduk Cirata Waduk Djuanda PJT II Sumber: BPWC, Gambar 5. Kaskade Sungai Citarum Berdasarkan informasi yang diterima di lapangan, kondisi waduk telah terjadi perubahan kedalaman, terutama pada musim kemarau. Hal ini mengakibatkan volume waduk berkurang hingga 30% dari keadaan normal Perkembangan KJA di Waduk Cirata Area pemanfaatan waduk untuk KJA terletak pada hampir semua kedalaman, kecuali untuk kedalaman > 80 m. Kedalaman yang paling banyak ditemukan KJA adalah pada kedalaman m seperti tersaji pada Tabel 11. Kegiatan budidaya ikan KJA di Waduk Cirata telah melebihi daya dukung dari yang diperbolehkan maksimal petak. Kegiatan perikanan ini sangat pesat perkembangannya, yang ditunjukkan oleh pertambahan jumlah KJA seperti tersaji Tabel 12 dan Gambar 6.
3 83 Tabel 11. Kisaran Kedalaman, Rasio Kedalaman, dan area Pemanfaatan KJA di Waduk Cirata Tahun 2003 Kisaran Luasan (ha) Rasio (%) Pemanfaatan KJA (ha) Kedalaman Area (ha) % , , , , , , , , , , ,3 59 3, ,6 33 2, ,1 0 0 Total Sumber: Prihadi, Tabel 12. Perkembangan Budidaya Ikan dalam KJA Waduk Cirata No. Tahun Jumlah KJA diperbolehkan (Unit) Jumlah Kolam /Petak (Unit) Jumlah Petani (RTP Jumlah Kematian Ikan (Ton) Sumber: BPWC, 2008.
4 Jumlah Jumlah yang Dianjurkan Jumlah Kolam Pemilik Jumlah Kematian Ikan Sumber: BPWC, Gambar 6. Grafik Perkembangan KJA Tahun Hasil sensus terakhir yang dilaksanakan oleh BPWC pada tanggal 2 Juli sampai dengan 23 Agustus 2007, diperoleh data jumlah KJA dengan jumlah pemilik sebanyak RTP yang tersebar dalam 3 (tiga) zona yang secara rinci tersaji pada Tabel 13 dan Tabel 14. Tabel 13. Jumlah Kepemilikan dan Pekerja di Waduk Cirata Tahun 2007 Wilayah Zona 1 Bandung Zona 2 Purwakarta Zona 3 Cianjur Jumlah Petak < > 50 Jumlah Jumlah Pekerja Pemilik Asli Pendatang Total Sumber: BPWC Tahun
5 85 Tabel 14. Jumlah KJA di Waduk Cirata Tahun 2007 Wilayah No. Nama Desa Zona 1 Bandung Zona 2 Purwakarta Zona 3 Cianjur Jumlah Petani (RTP) Jumlah KJA (Petak Keramba) 1 Margalaksana Margaluyu Nanggeleng Nyenang Bojong Mekar Jumlah Citamiang Sinar Galih Tegal datar Pasir Jambu Jumlah Bobojong Mande Cikidang Bayangbang Kertajaya Gunung Sari Kamurang Konstruksi Jaring (% Drum Busa Besi 46,66 53,34 79,08 20,92 42,44 57,94 Jumlah Total ,06 43,94 Sumber: BPWC Tahun Produksi Budidaya ikan KJA telah berkembang di waduk ini dan meningkatkan produksi ikan di wilayah ini. Produksi ikan meningkat dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2007 dan tahun 2010 terjadi penurunan produksi. Tabel 15 menyajikan data produksi KJA di Waduk Cirata.
6 86 Tabel 15. Data Produksi KJA di Waduk Cirata Periode Tahun No. Tahun Kabupaten Jumlah Purwakarta Cianjur Bandung Bandung (Ton) Barat , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,49 Jumlah , , , , ,10 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Selain produksi ikan, petani ikan KJA di Waduk Cirata setiap tahunnya mengalami kamatian massal ikan yang terjadi karena adanya up welling. Pada Tabel 16 dapat dilihat jumlah ikan yang mati dan besarnya kerugian akibat kematian ikan. Tabel 16. Data kematian Ikan akibat Up Welling di Waduk Cirata Tahun No. Tahun Jumlah Ikan yang Mati (Kg) Kerugian (Rp) Jumlah Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Akibat kegiatan budidaya ikan KJA mempengaruhi kualitas lingkungan waduk, seperti penurunan kualitas air dan peningkatan sedimentasi. Tingkat sedimentasi disajikan pada Tabel 17 dan Gambar 9.
7 87 Tabel 17. Pengukuran Sedimentasi Waduk Cirata Tahun (10 6 m 3 ) Uraian Tahun Pengukuran Desain New Jec ,32 22,64 33,96 56,60 73,58 113,20 Volume Sedimen - 0,567 10,106 11,267 25,515 14,811 80,690 Trend Akumulasi Sedimen - 0,567 10,673 21,984 47,499 62, ,000 Akumulasi Sedimen - 0,567 10,673 21,984 47,499 62, ,000 Kapasitas Total Waduk , , , , , ,00 Kapasitas Efektif Waduk ,00 790,00 789,20 789,89 781,60 787,90 Sumber: BPWC, PERKEMBANGAN SEDIMENTASI WADUK CIRATA 140 VOLUME (Juta m3) VOLUMESEDIMEN (10^6 m3) AKUMULASISEDIMEN (10^6 m3) DESAINNEW JEC1984 TRENDAKUMULASISEDIMEN (10^6 m3) Sumber: BPWC, Gambar 7. Perkembangan Sedimentasi Waduk Cirata Tahun
8 Kondisi Kualitas Air Waduk Cirata Salah satu tugas BPWC adalah melakukan pemantauan kualitas air Waduk Cirata. Setiap 4 bulan sekali diadakan pemantauan kualitas air. Uraian kondisi kualitas air Waduk Cirata diperoleh dari laporan pemantauan kualitas air Waduk Cirata Triwulan II tahun 2011 (PJB, 2011). Pengukuran yang dilakukan dibedakan atas 3 bagian yaitu pada permukaan (kedalaman 0,2 meter), kedalaman 5 meter dan dekat dasar waduk dengan lokasi pengukuran pada 6 stasiun yang dapat dilihat pada Gambar 8. Sumber: BPWC, Gambar 8. Peta Pengambilan Sampel Pengukuran Kualitas Air oleh BPWC
9 Temperatur Air Hasil Pengukuran temperatur air waduk PLTA Cirata pada Triwulan II tahun 2011 disajikan pada Tabel 18 dan Gambar 9. Rata-rata temperatur air Waduk Cirata di permukaan 29,4 0 C, pada kedalaman 5 m sebesar 28,3 0 C dan di dekat dasar 26,5 0 C. Temperatur berperan langsung dalam aktifitas dan proses metabolisme organisme, serta berpengaruh terhadap kelarutan oksigen di dalam air. Peningkatan temperatur air akan meningkatkan metabolisme, konsumsi oksigen, dan aktifitas organisme, sehingga produksi ammonia dan karbon dioksida dalam air akan meningkat. Tabel 18. Temperatur Air Waduk Cirata pada periode Triwulan II tahun 2011 No. Stasiun Temperatur air ( o C) pada kedalaman 0.2 m 5 m Dekat dasar Kedalaman air (m) Min Maks Rata-rata di waduk Sumber: BPWC, m 5 m Dekat dasar Temperatur air ( o C) Stasiun sampling Gambar 9. Temperatur Air Waduk Cirata Periode Triwulan II Tahun 2011.
10 Oksigen Terlarut (DO) Hasil pengukuran kadar oksigen terlarut air Waduk Cirata pada Triwulan II diperoleh pada permukaan (0,2 m) kadar oksigen berkisar 4.0 mg/l - 6,8 mg/l dengan rata-rata 5,5 mg/l, dan pada kedalaman 5 m berkisar dari 1,5 mg/l - 4,6 mg/l (rata-rata 2,8 mg/l); sedangkan kadar DO di dekat dasar waduk berkisar dari 1,1 mg/l - 4,6 mg/l (rata-rata 2,2 mg/l). Menurut data yang terkumpul secara umum terlihat bahwa distribusi vertikal DO di Waduk Cirata menunjukkan profil clinograde, yaitu makin ke dalam kadar DO makin rendah. Pada permukaan (0,2 m) kadar DO umumnya paling tinggi, sedangkan pada kedalaman 5 m menurun. Kadar oksigen terlarut akan menentukan kecepatan metabolisme dan respirasi, kandungan DO akan berkurang dengan naiknya temperatur. Pengukuran kadar oksigen terlaurt disajikan pada Tabel 19 dan Gambar 10. Tabel 19. Kadar Oksigen Terlarut Air Waduk Cirata pada Periode Triwulan II Tahun 2011 No. Stasiun Kadar DO pada kedalaman 0.2 m 5 m Dekat dasar Min Maks Rata-rata di waduk Sumber: BPWC, 2011.
11 m 5 m Dekat dasar Kadar O 2 terlarut Stasiun sampling Gambar 10. Kadar Oksigen Terlarut Air Waduk Cirata Periode Triwulan II Tahun Karbondioksida Kadar CO 2 bebas air Waduk Cirata pada pengukuran Triwulan II disajikan pada Tabel 20 dan Gambar 11. Di dalam waduk pada permukaan kadar CO 2 berkisar dari 0-3 mg/l, pada kedalaman 5 m rata-rata 4 mg/l dan pada kedalaman dekat dasar lebih meningkat lagi hingga mencapai rata-rata 7,2 mg/l. Adanya peningkatan kadar CO 2 pada bagian perairan yang makin dalam diperkirakan dari proses respirasi fitoplankton, zooplankton, bakteri dan kecilnya pengguna CO 2 dalam proses fotosintesis fitoplankton. Jumlah CO 2 yang besar pada bagian dasar dapat disebabkan oleh dekomposisi yang intensif bahan-bahan pencemar yang terakumulasi di dasar perairan.
12 92 Tabel 20. Kadar Karbondioksida Waduk Cirata pada Periode Triwulan II Tahun 2011 No. Stasiun Kadar CO 2 pada kedalaman 0.2 m 5 m Dekat dasar Min Maks Rata-rata di waduk Sumber: PJB BPWC, m 5 m Dekat dasar Kadar CO 2 bebas Stasiun sampling Gambar 11. Kadar Karbondioksida Air Waduk Cirata Periode Triwulan II Tahun 2011
13 Keasaman (ph) Derajat keasaman (ph) air waduk secara umum bersifat netral, pada permukaan berkisar dari 6, s.d. 8,3 (rata-rata 7,4), pada kedalaman 5 m berkisar dari 7,0 s.d 7,7 (rata-rata 7,2) sedangkan pada kedalaman dekat dasar berkisar dari 6,6 s.d. 7,3 (rata-rata 7,0). Keasaman (ph) air Waduk Cirata terdapat pada Tabel 21 dan Gambar 12. Derajat keasaman umumnya dipengaruhi oleh jumlah ion karbonat dan bikarbonat di dalam air, dan jumlah karbondioksida dari aktivitas fotosintesis algae yang tinggi pada siang hari sehingga peningkatan nilai ph bisa mencapai mendekati basa. Tabel 21. Nilai ph Air Waduk Cirata pada Periode Triwulan II tahun 2011 No. Stasiun ph air pada kedalaman Kedalaman 0.2 m 5 m Dekat dasar air (m) Min Maks Rata-rata di waduk Sumber: PJB BPWC, ph Stasiun sampling 0.2 m 5 m Dekat dasar Gambar 12. Nilai ph air Waduk Cirata Periode Triwulan II Tahun 2011
14 Hidrogen Sulfida Pada permukaan waduk pengukuran kandungan H 2 S rata-rata adalah 0,002 mg/l, sedangkan pada kedalaman 5 m adalah rata-rata 0,009 mg/l. Sedangkan pada kedalaman dekat dasar rata-rata 0,384 mg/l (Tabel 22). Kandungan H 2 S pada perairan berasal dari sumber pembentukannya, yang biasanya berasal dari respirasi anaerob senyawa-senyawa pencemar yang terakumulasi di dasar waduk. Namun demikian, kadar H 2 S juga dapat disebabkan oleh rendahnya nilai ph, dimana makin rendah keasaman air akan makin sedikit H 2 S yang terionisasi. Tabel 22. Kadar H 2 S air Waduk Cirata pada Periode Triwulan II tahun 2011 No. Stasiun Kadar H 2 S pada Kedalaman 0.2 m 5 m Dekat Dasar 2 Tt tt Tt tt Tt Tt tt tt tt tt 9 Tt tt tt Min Maks Rata-rata di waduk Sumber: PJB BPWC, m 5 m Dekat dasar Kadar H 2 S Stasiun sampling Gambar 13. Kadar H 2 S air Waduk Cirata Periode Triwulan II tahun 2011
15 Kesadahan Tingkat kesadahan air Waduk Cirata pada kedalaman 0,2 m rata-rata adalah 31 mg CaCO 3 /L, pada kedalaman 5 m adalah 35 mg CaCO 3 /L, dan dekat dasar 40 mg CaCO 3 /L. Kriteria tingkat kesadahan air waduk Cirata tergolong lunak dengan kadar CaCO 3 pada umumnya < 60 mg/l CaCO 3. Tingkat kesadahan air sangat berpengaruh terhadap toksisitas logam berat terhadap ikan karena makin rendah kesadahan air akan semakin tinggi toksisitasnya. Tabel 23. Kesadahan Air Waduk Cirata pada Periode Triwulan II Tahun 2011 No. Stasiun Kadar CaCO 3 pada kedalaman 0.2 m 5 m Dekat dasar Min Maks Rata-rata di waduk Sumber: BPWC, Kadar CaCO Stasiun sampling 0.2 m 5 m Dekat dasar Gambar 14. Kesadahan air Waduk Cirata Periode Triwulan II tahun 2011
16 Unsur Hara Dan BOD Hasil pengukuran unsur hara nitrogen (NO - 2, NO - 3, dan NH 3 -N) dan BOD pada Triwulan II. Kadar rata-rata unsur hara nitrogen pada permukaan berkisar dari 0,92 mg/l s.d. 1,63 mg/l (rata-rata 1,16 mg/l), pada kedalaman 5 m berkisar dari 1,16 mg/l s.d. 9,45 mg/l (rata-rata 2,69 mg/l) dan pada kedalaman dekat dasar berkisar dari 1,02 mg/l s.d. 1,72 mg/l (rata-rata 1,26 mg/l). Untuk BOD, pada permukaan berkisar dari 7,36 mg/l s.d 16,91 mg/l (rata-rata 10,72 mg/l) pada kedalaman 5 m berkisar dari 8,24 mg/l s.d. 14,12 mg/l (rata-rata 10,80 mg/l) dan pada kedalaman dekat dasar berkisar dari 3,97 mg/l s.d. 16,47 mg/l (rata-rata 11,03 mg/l). Berdasarkan kandungan unsur hara Nitrogen dan BOD pada setiap stratifikasi kedalaman air waduk berfluktuasi, namun pada umumnya termasuk kategori eutrofik (> 0,02 mg/l N-anorganik dan > 6,0 mg/l). Tabel 24. Unsur Hara Nitrogen dan BOD Perairan Waduk Cirata Periode Triwulan II tahun 2011 Kedalaman air 0,2 m 5 m Dekat dasar Stasiun NO 2 + NO 3 + NH 3 PO 4 BOD NO 2 + NO 3 + NH 3 PO 4 BOD NO 2 + NO 3 + NH 3 PO 4 BOD Min Maks Ratarata Sumber: PJB BPWC, 2011.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman
Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material
Lebih terperinciKonsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling
Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh perairan. Perairan ini meliputi perairan laut, payau, maupun perairan
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh berkembangnya aktivitas kolam jaring apung di Waduk Cirata terhadap kualitas air Waduk Cirata. IV.1 KERANGKA PENELITIAN
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
18 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi Umum Waduk Cirata Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Waduk Cirata terletak diantara
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI III.1 LETAK DAN KONDISI WADUK CIRATA Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk DAS Citarum. Waduk Cirata terletak diantara dua waduk lainnya, yaitu
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai. Waduk juga merupakan penampungan alami dalam pengumpulan unsur hara, bahan padatan, dan
Lebih terperinciPENENTUAN KUALITAS AIR
PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis
Lebih terperinciPERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK
PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat
Lebih terperinciBY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA
BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Perikanan Kabupaten Bandung Secara astronomi Kabupaten Bandung terletak pada 107 22-108 50 Bujur Timur dan 6 41-7 19 Lintang Selatan. Berdasarkan tofografi, wilayah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadiran allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah Asiditas dan Alkalinitas.
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk Waduk merupakan badan air tergenang yang dibuat dengan cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk dasar sungai sebelum dijadikan waduk. Terdapat
Lebih terperinciIr. H. Djuanda di bagian hilir DAS (luas permukaan air ha) selesai dibangun tahun
.. Latar belakang Waduk merupakan danau buatan dengan membendung aliran sungai, yang pada urnumnya ditujukan sebagai tempat penampungan air yang dipergunakan untuk berbagai macam keperluan seperti Pembangkt
Lebih terperinciMONITORING KUALITAS AIR DI WADUK Ir. H. DJUANDA
MONITORING KUALITAS AIR DI WADUK Ir. H. DJUANDA Siti Mariyam *) *) Teknisi Litkayasa pada Loka Riset Pemacuan Stok Ikan, Jatiluhur Teregristasi I tgl. 15/9/5; Disetujui terbit tgl. 6/1/7 PENDAHULUAN Waduk
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen Kualitas air merupakan salah satu sub sistem yang berperan dalam budidaya, karena akan mempengaruhi kehidupan komunitas biota
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambangan timah di Indonesia dimulai pada abad ke-18. Sejak tahun 1815 penambangan timah di pulau Bangka dilaksanakan oleh pemerintah Hindia Belanda dan berlanjut sampai PT.
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan
Lebih terperinciMANAJEMEN KUALITAS AIR
MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan dan berbentuk pelebaran alur atau badan atau palung sungai (PerMen LH No 28 Tahun 2009). Waduk
Lebih terperinciANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA
Analisis Kadar Nitrat dan... Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Purwakarta (Kusumaningtyas, D.I.) ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA
Lebih terperinciANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON
ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON OLEH : CAROLUS NIRAHUA NRP : 000 PROGRAM PASCASARJANA BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerusakan Hati Ikan Mas Hati merupakan salah satu organ yang paling banyak mengalami kerusakan. Menurut Carlton (1995) dalam Permana (2009) ada dua alasan yang menyebabkan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah satu unsur yang dapat mempengaruhi kualitas air yakni unsur karbon (Benefield et al., 1982).
Lebih terperinciTabel 1. Karakteristik Waduk Ir. H. Juanda (Prihadi 2004)
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Waduk Ir. H. Juanda Waduk merupakan badan perairan yang dibentuk dengan membangun dam melintasi sungai sehingga air bendungan berada di belakang dam (Ryding dan Rast
Lebih terperinciAbstract. Keywords: Koto Panjang reservoir, phosphate, lacustrine and transition
1 Vertical profiles of phosphate in the lacustrine and transition zones in the Koto Panjang Reservoir, XIII Koto Kampar Districts, Kampar Regency, Riau Province. By Sistim Wehalo 1), Asmika H. Simarmata
Lebih terperinciPENGARUH PENCAMPURAN MASSA AIR TERHADAP KETERSEDIAAN OKSIGEN TERLARUT PADA LOKASI KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA, PURWAKARTA
PENGARUH PENCAMPURAN MASSA AIR TERHADAP KETERSEDIAAN OKSIGEN TERLARUT PADA LOKASI KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA, PURWAKARTA AGUSTINA SINUHAJI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen Sumber DO di perairan
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen) 2.1.1. Sumber DO di perairan Oksigen terlarut (DO) adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut di dalam air (Wetzel 2001). DO dibutuhkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Waduk adalah genangan air dalam suatu cekungan permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun sengaja dibuat oleh manusia untuk berbagai kepentingan, yang airnya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu Berdasarkan analisis ANAVA (α=0.05) terhadap Hubungan antara kualitas fisik dan kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
37 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan perairan Waduk Cirata yang meliputi 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Bandung Barat. Terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk hidup, tidak lepas dari lingkungan sebagai sumber kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan caranya
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata
11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Waduk Cirata, Jawa Barat pada koordinat 107 o 14 15-107 o 22 03 LS dan 06 o 41 30-06 o 48 07 BT. Lokasi pengambilan sampel
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian
TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Sektor perikanan memang unik beberapa karakter yang melekat di dalamnya tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian penanganan masalah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air
Lebih terperinciANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK
ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN Jalil 1, Jurniati 2 1 FMIPA Universitas Terbuka, Makassar 2 Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata dengan tahap. Penelitian Tahap I merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui
Lebih terperinci2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen pokok dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup di bumi. Menurut Indarto (2012) : Air adalah substansi yang paling melimpah
Lebih terperinci2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eichhornia crassipes atau dikenal dengan nama eceng gondok merupakan salah satu jenis tumbuhan air yang termasuk ke dalam famili Pontederiaceae. Tumbuhan eceng gondok
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Air a. Definisi air Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia,
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.Kondisi Wilayah 4.1.1. Wilayah Administratif Kabupaten Cianjur, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Cianjur. Kabupaten
Lebih terperinciPEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017
PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 1. Latar belakang Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
. HASIL DAN PEMBAHASAN.. Hasil Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pola distribusi vertikal oksigen terlarut, fluktuasi harian oksigen terlarut, produksi primer, rincian oksigen terlarut, produksi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Waduk Cirata merupakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar di Pulau Jawa yang dibangun di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Air waduk diperoleh dari pasokan Sungai
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini
Lebih terperinciPENGARUH PERCAMPURAN BERBAGAI KOLOM AIR TERHADAP KADAR DO (Dissolved Oxygen) DI KARAMBA JARING APUNG (KJA) DI WADUK SAGULING, KABUPATEN BANDUNG
PENGARUH PERCAMPURAN BERBAGAI KOLOM AIR TERHADAP KADAR DO (Dissolved Oxygen) DI KARAMBA JARING APUNG (KJA) DI WADUK SAGULING, KABUPATEN BANDUNG ADIB NUGROHO SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Perairan Secara Fisika-Kimia Air Dari hasil pengukuran telah diperoleh data tentang parameter fisika-kimia air di perairan Waduk Cirata, antara lain: 4.1.1. Suhu (
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring dengan berkembangnya pembangunan waduk di Indonesia. Pembangunan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Waduk didefinisikan sebagai perairan menggenang atau badan air yang memiliki
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk Waduk didefinisikan sebagai perairan menggenang atau badan air yang memiliki ceruk, saluran masuk (inlet), saluran pengeluaran (outlet) dan berhubungan langsung dengan sungai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Laut Belawan Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia yang berjarak ± 24 km dari kota Medan berhadapan dengan Selat Malaka yang sangat padat lalu lintas kapalnya
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau Danau merupakan perairan tergenang yang berada di permukaan tanah, terbentuk akibat proses alami atau buatan. Danau memiliki berbagai macam fungsi, baik fungsi
Lebih terperinciProfil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.
Profil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru By: Nursaida Sitompul 1, Asmika Harnalin Simarmata 2, Madju Siagian 2 Abstract
Lebih terperinciDAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN KELEMBAGAAN USAHA KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI WADUK JATILUHUR
Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 3 No. 3, Desember 2016: 248-261 ISSN : 2355-6226 E-ISSN : 2477-0299 http://dx.doi.org/10.20957/jkebijakan.v3i3.16257 DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN KELEMBAGAAN
Lebih terperinciIma Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DALAM KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN DAN UDANG Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) DISSOLVED OXYGEN (DO) Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang
Lebih terperinciBUDIDAYA IKAN DI WADUK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) YANG BERKELANJUTAN
BUDIDAYA IKAN DI WADUK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) YANG BERKELANJUTAN I. PENDAHULUAN Saat ini budidaya ikan di waduk dengan menggunakan KJA memiliki prospek yang bagus untuk peningkatan produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Danau Danau adalah suatu badan air alami yang selalu tergenang sepanjang tahun dan mempunyai mutu air tertentu yang beragam dari satu danau ke danau yang lain serta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai
TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air
Lebih terperinciFENOMENA DAMPAK UPWELLING PADA USAHA BUDIDAYA IKAN DENGAN KJA DI DANAU DAN WADUK
FENOMENA DAMPAK UPWELLING PADA USAHA BUDIDAYA IKAN DENGAN KJA DI DANAU DAN WADUK Endi Setiadi Kartamihardja Puslit Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan Badan Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Estuari dan Debit Sungai. Tipe estuari biasanya dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Pada saat pasang, salinitas perairan akan didominasi oleh salinitas air laut karena
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Benih Ikan Lele Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (SR) tertinggi dicapai oleh perlakuan naungan plastik transparan sebesar
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 175-182 ISSN : 2088-3137 DISTRIBUSI KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd PADA KOLOM AIR DAN SEDIMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM HULU Arief Happy
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta Hasil pengamatan lapangan nitrat, amonium, fosfat, dan DO bulan Maret 2010 masing-masing disajikan pada Gambar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air yang. mencapai kedalaman > 50 cm dari permukaan tanah (Noor, 2004).
20 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Rawa Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air yang penggenangannya dapat bersifat musiman atau pun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Genangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geografi Kabupaten Bandung BAB II TINJAUAN PUSTAKA Gambar 2. Peta Kabupaten Bandung (Sumber : www.google.co.id ) Kabupaten Bandung merupakan salah satu wilayah administrasi yang berada di Provinsi
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO
LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO OLEH: RIVAL S. NAKI NIM. 631409029 1 KAJIAN HUBUNGAN ANTARA
Lebih terperinciIkan mola (Hypophthalmichthys molitrix) sebagai pengendali pertumbuhan plankton yang berlebihan di Waduk Cirata
Ikan mola (Hypophthalmichthys molitrix) sebagai pengendali pertumbuhan plankton yang berlebihan di Waduk Cirata Heti Herawati Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Abstrak Pengembangan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan
17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem
Lebih terperinciBEBAN PENCEMARAN LIMBAH PERIKANAN BUDIDAYA DAN YUTROFIKASI DI PERAIRAN WADUK PADA DAS CITARUM
BEBAN PENCEMARAN LIMBAH PERIKANAN BUDIDAYA DAN YUTROFIKASI DI PERAIRAN WADUK PADA DAS CITARUM Oleh: Yudhi Soetrisno Garno *) Abstrak Di waduk-waduk. yang ada di badan air sungai Citarum khususnya waduk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air hujan dan air permukaan yang akhirnya bermuara
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Tambak udang vannamei masyarakat Desa Poncosari, Srandakan, Bantul merupakan tambak udang milik masyarakat yang berasaskan koperasi dari kelompok tambak yang ada
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini terdiri atas 2 tahap utama, yaitu tahap akumulasi dan tahap depurasi. Tahap akumulasi dilaksanakan di lapangan dan tahap depurasi dilakukan di laboratorium. Pada
Lebih terperinciKelayakan kualitas air kolam di lokasi pariwisata Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat
Kelayakan kualitas air kolam di lokasi pariwisata Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat (Feasibility of pond water quality in tourism area of Embung Klamalu Sorong Regency, West Papua) Rut
Lebih terperinciDAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR
DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR Daur Air/H 2 O (daur/siklus hidrologi) 1. Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air 2. Uap air berasal dari air di daratan dan laut yang menguap (evaporasi) karena panas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, oleh karena itu kualitas air perlu dipertahankan sesuai dengan peruntukannya, khususnya
Lebih terperinciPENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)
PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) Rukmini Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM Banjarbaru Email rukmini_bp@yahoo.com ABSTRAK Penelitian
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek
II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis
IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kualitas Air Kualitas air merupakan parameter lingkungan yang memegang peranan penting dalam kelangsungan suatu kegiatan budidaya. Parameter kualitas air yang
Lebih terperinci