BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan adalah seperangkat alat maserasi, neraca analitik (Shimadzu AUY-220), lemari pemanas, oven (Memmert), viskometer (Brookfield DV-E), ph stick, eksikator, autoklaf (LD 2X - 40S dan All American no 25X), colony counter CS5, mortir, stamper, inkubator (Memmert), kertas perkamen, kertas cakram dan alat-alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium kimia. Bahan yang digunakan adalah daun sirih merah yang diambil dari Kelurahan Bantarsoka Kecamatan Purwokerto Barat, etanol 96% teknis (Bratachem), kalium hidroksida (Bratachem), natrium metil selulosa (Bratachem), asam stearat (Bratachem), butil hidroksi toluen (Bratachem), aquadest, minyak zaitun (Bratachem), media agar (Difco), Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa yang diperoleh dari Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto. B. Formula Tabel I formula sabun mandi cair Bahan Kontrol Formula Kontrol Negatif I II Ekstrak Minyak Zaitun 30 ml 30 ml 30 ml - KOH 16 ml 16 ml 16 ml - Na CMC 0,5 g 0,5 g 0.5 g - BHT 1 g 1 g 1 g - Ekstrak daun sirih merah - 3,13 g 6,25 g 50 g Asam Stearat 0,5 g 0,5 g 0,5 g - Parfum Qs Qs Qs - Aquadest Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml 15

2 16 C. Jalan penelitian 1. Pengambilan dan determinasi sirih merah Sirih merah diambil daun yang masih segar serta telah berumur minimal 1 bulan, pada tanaman yang telah berusia minimal 4 bulan pada saat tanaman mempunyai daun lembar. Daun yang diambil harus cukup tua, bersih, dan warnanya mengkilap karena pada saat itu kadar bahan aktifnya sudah tinggi. Pengambilan dilakukan pada pagi hari dan cara pemetikannya dimulai dari bagian bawah menuju atas. Sebelum digunakan dilakukan determinasi terlebih dahulu. Determinasi tanaman dilakukan di laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi universitas Soedirman (UNSOED). 2. Pembuatan ekstrak daun sirih merah Setelah dipetik, daun di sortir dan direndam dalam air untuk menghilangkan kotoran dan debu yang menempel, kemudian dibilas hingga bersih dan ditiriskan. Selanjutnya daun dirajang dengan pisau yang tajam, steril dan bersih dengan lebar irisan 1 cm. Lalu dikeringkan daun sirih merah dikeringkan dan dibuat menjadi serbuk. Serbuk yang diperoleh lalu diekstraksi dengan metode maserasi. Adapun cara kerja ekstraksi dengan metode maserasi adalah 200 g serbuk simplisia sirih merah dimasukan ke dalam maserator, lalu ditambah dengan penyari 96% sebanyak 1500 L dan diaduk. Maserasi dilakukan selama 5 hari dalam maserator tertutup dan dilakukan pengadukan setiap hari (pengadukan selama 30 menit setiap hari pada jam yang sama selama 5 hari). Maserat yang diperoleh, lalu disaring dan maserat dienapkan selama 2 hari. Kemudian maserat dipisahkan dari endapan dengan hatihati. Maserat diuapkan dalam cawan porselen di atas penangas air lalu diperoleh ektsrak kental dan ditimbang (Depkes RI, 2000).

3 17 3. Uji kualitas ekstrak daun sirih merah a. Organoleptik Pada uji ini cara kerjanya yaitu dilihat dari warna, bau, dan bentuk dari ekstrak daun sirih merah. b. Susut Pengeringan Ekstrak kental sebanyak 1 g dimasukkan ke dalam oven, lalu dikeluarkan dan didinginkan di dalam eksikator. Kemudian timbang dan pemanasan diulangi selama 30 menit sampai bobot konstan. Setelah itu dihitung susut pengeringannya. Susut pengeringan = Bobot awal bobot akhir x 100 % Bobot awal (Depkes RI, 2000). c. Uji Kelengketan Ekstrak kental sebanyak 1 mg dioleskan pada sebuah plat kaca, lalu kedua plat ditempelkan sampai plat menyatu. Kemudian ditekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit setelah itu beban itu dilepas, lalu diberi beban pelepasan 80 gr untuk pengujian. Waktu yang dibutuhkan oleh kedua plat itu memisah dicatat dan dilakukan replikasi 3 kali (Trilestari, 2002). 4. Pembuatan sabun mandi cair Minyak zaitun sebanyak 30 ml dimasukkan ke dalam gelas kimia, lalu ditambahkan dengan kalium hidroksida 40 % sebanyak 16 ml sedikit demi sedikit sambil terus dipanaskan pada suhu 50 C hingga terbentuk sabun pasta. Setelah itu sabun pasta ditambahkan dengan ± 25 ml aquadest dan ditambah dengan natrium karboksi metil seluosa yang telah dikembangkan dalam aquadest panas, lalu diaduk hingga homogen. Kemudian tambahkan asam stearat, diaduk hingga homogen. Setelah itu ditambah dengan butil hidroksi toluen, lalu diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan ekstrak daun sirih merah dan diaduk sampai homogen. Sebelum dimasukkan ke dalam wadah, sabun mandi cair ditambah parfum (Subagio, 2007).

4 18 5. Uji kualitas sabun mandi cair a. Organoleptik Pada uji ini cara kerjanya yaitu dilihat dari warna, bau, dan bentuk dari ekstrak sirih merah. b. ph Pengukuran ph menggunakan alat ph stick. ph stick dicelupkan ke dalam sediaan sabun cair dan didiamkan sesaat sampai warna yang ditimbulkan sesuai dengan warna pada alat. Pengukurannya dilakukan pada suhu ruang selama 4 minggu setiap 1 minggu sekali (Jufri dkk, 2006). c. Viskositas Pengukuran dilakukan dengan viskometer. Pengamatan viskositas dilakukan selama 1 bulan pada minggu 1 dan minggu ke 4 (Afidah, 2008). d. Bobot Jenis Sampel sabun cair dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian diukur dengan suhu 25 C, lalu hasilnya diamati (Jufri, 2004). e. Uji kestabilan Sampel sabun mandi cair diuji kestabilannya dengan cara penyimpanan pada suhu kamar (27 C), suhu rendah (4 C) dan diamati creaming, bau, warna. Pengamatan kestabilan dilakukan selama 1 bulan setiap 1 minggu sekali (Jufri dkk, 2006). f. Uji homogenitas Sampel sabun mandi cair dioleskan pada plat kaca, diraba, dan digosokkan pada massa sampel harus menunjukan susunan homogen yaitu tidak terasa adanya bahan padat pada plat kaca (Trilestari, 2002).

5 19 6. Uji aktivitas anti bakteri sabun mandi cair ekstrak daun sirih merah terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif a. Sterilisasi Alat Alat yang disterilkan antara lain adalah gelas piala, tabung reaksi, erlenmeyer, penjepit dan spatula. Alat alat disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 C selama 30 menit dengan mengatur tekanan sebesar 15 dyne / cm3 (1 atm). Alat alat yang akan disterilkan dicuci bersih terlebih dahulu, kemudian dikeringkan dan dibungkus dengan kertas (Pelezar, 1988) b. Pembuatan medium Medium yang digunakan adalah media agar (nutrien agar). Pembuatan media agar (nutrien agar) adalah mencairkan nutrien agar dalam penangas air pada suhu ± 50 C. Medium agar dituangkan ke dalam cawan petri yang steril, lalu disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 C dan tekanan 1 psi selama 30 menit (Margianto, 2007). c. Peremajaan Biakan Murni Untuk meremajakan piaraan caranya yaitu dengan memindahkan bibit dari koloni yang lama kepada medium yang baru. Setelah tanaman baru itu dibiarkan tumbuh beberapa jam dalam temperature biasa (25-27 C), koloni baru ini baru dimasukan dalam lemari es, untuk diperbaharui 2 atau 3 bulan lagi (Dwijoseputro, 1998:37). d. Perhitungan Jumlah Koloni Pembuatan kultur bakteri harus memenuhi standar Mc Farlan (10 8 CFU/mL), sehingga pengenceran suspensi bakteri harus dilakukan beberapa kali. Pengenceran dilakukan dengan aquadestilata berturutturut 10-1 sampai Kemudian diambil 1 ml larutan tersebut ditambahkan bersama nutrien agar 12 ml lalu dimasukan ke dalam cawan petri dan biarkan mengeras, kemudian inkubasi pada suhu 37 C selama jam.

6 20 Lempengan yang dapat digunakan dalam perhitungan bakteri ialah lempengan yang mengandung koloni. Jumlah bakteri permilimeter ialah jumlah koloni dikalikan faktor pengenceran (Lay, 1994:49). e. Uji Aktifitas Antibakteri Media yang digunakan dibuat dengan cara menuangkan sebanyak 12 ml media nutrien agar yang sudah dicairkan ke dalam cawan petri, lalu ditambahkan dengan 0,1 ml suspensi bakteri. Selanjutnya biakan media dihomogenkan dengan digoyang membentuk arah angka delapan. Setelah mengeras media ini digunakan untuk uji zona hambat bakteri. Tabel 2 Perlakuan Uji Aktivitas Antibakteri No Perlakuan Keterangan 1 Perlakuan satu Formula I sabun mandi cair yang diencerkan dengan aquadest sampai konsentrasi 10 %. 2 Perlakuan dua Formula II sabun mandi cair yang diencerkan dengan aquadest sampai konsentrasi 10 %. 3 Perlakuan tiga Perlakuan tiga : Formula I sabun mandi cair tanpa pengenceran. 4 Perlakuan empat Perlakuan empat : Formula II sabun mandi cair tanpa pengenceran. 5 Perlakuan lima Kontrol positif berupa sabun mandi cair merk X yang diencerkan dengan aquadest sampai konsentrasi 10 %. 6 Perlakuan enam Kontrol negatif berupa sabun mandi cair non ekstrak tanpa pengenceran. 7 Perlakuan tujuh Perlakuan tujuh : Kontrol negatif berupa sabun mandi cair non ekstrak yang diencerkan dengan aquadest sampai konsentrasi 10 % 8 Perlakuan delapan Perlakuan delapan : Kontrol ekstrak konsentrasi 50 % yang diencerkan dengan larutan Na. CMC sampai konsentrasi 10 9 Perlakuan sembilan Pelarut ekstrak berupa larutan Na. CMC. 10 Perlakuan sepuluh Kontrol positif berupa sabun mandi cair merk X tanpa pengenceran. Metode yang digunakan adalah difusi agar dengan menggunakan kertas saring. Kertas saring di rendam dalam masing-masing perlakuan selama 15 menit, tujuannya agar zat aktif terserap pada kertas saring secara merata. Setelah itu kertas saring diambil dan ditiriskan selama kurang lebih 5 menit. Kertas saring yang sudah direndam dengan sampel ditaruh di atas media agar, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu

7 21 37 C. Daerah hambat dapat diukur dengan melihat diameter daerah bening pada masing-masing sampel disekitar kertas saring dengan menggunakan jangka sorong. 7. Analisis Data Berdasarkan data hasil evaluasi sifat uji kualitas ekstrak yang meliputi organoleptis, uji susut pengeringan, dan uji kelengketan serta sebagian uji kualitas sabun mandi cair antara lain organoleptis, uji ph, uji bobot jenis, uji kestabilan dan uji homogenitas, analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Sedangkan data yang diperoleh dari hasil uji viskositas dan uji aktivitas antibakteri dianalisis dengan uji anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Bila nilai signifikansi < nilai alfa, maka ada perbedaan yang signifikan dan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil).