BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 A. Usahatani Padi Sawah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Shinta (2011:1), bahwa ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efesien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumberdaya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manejemen. Dilanjutkan oleh Abdulrachman et al., (2012:16), bahwa dalam pelaku usahatani padi yaitu petani padi sawah yang langsung menangani dan melakukan pekarjaan budidaya padi. Bagi petani pemilik lahan sawah yang bertindak sebagai menejer dan tidak secara langsung mengelolah pekerjaan budidaya padi. Ditambahkan oleh Rahim dan Hastuti (2007:158), bahwa usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelolah input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien dan untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat. Usahatani adalah suatu organisasi produksi dimana petani sebagai usahawan yang mengorganisir lahan atau tanah, tenaga kerja dan modal yang ditunjukan pada produksi dalam lapangan pertanian, bisa berdasarkan pada pencaharian pendapatan maupun tidak. Sebagai usahawan dimana petani berhadapan dengan berbagai permasalahan yang segera diputuskan. Salah satu permasalahan tersebut adalah apa yang harus ditanam petani agar nantinya usaha yang dilakukan tersebut dapat memberikan hasil yang menguntungkan, dengan kata lain hasil tersebut sesuai dengan yang diharapkan ( Shinta, 2011:75). Ditambahkan oleh Soekartawi et al., (2011:81), mengatakan bahwa apabila penghasilan baersih usahatani ditambah pendapatan rumah tangga yang berasal dari luar usahatani, seperti upah dalam bentuk uang atau benda, maka diperoleh penghasilan keluarga (family earnings). Menurut Sumarto et al., (2007) dalam Abdulrachman et al., (2012:4), dari hasil penelitiannya bahwa teknis budidaya padi sawah ternyata sangat beragam dari segi 1

2 prosedur tata urut pekerjaan. Ditambahkan oleh Shinta (2011:161), bahwa pemilihan cabang usahatani perlu dipertimbangkan berdasarkan sumbangan yang di harapkan (pendapatan bersih) harus lebih besar dari biaya yang diluangkan. Suatu cabang usaha dipertimbangkan dalam perencanaan usahatani selama sumbangan yang diharapkan terhadap pendapatan bersih usahatani melebihi biaya yang diluangkan sumberdaya yang mereka gunakan. Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, waktu, pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya, maka disiplin induknya ialah ilmu ekonomi (Soekartawi et al., 2011:9). Dilanjutkan oleh Rahim dan Hastuti (2007:161), bahwa dalam pengeluaran usahatani sama artinya dengan biaya usahatani. Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan, dan peternak) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. B. Pendapatan Usahatani Menurut Rahim dan Hastuti (2007:166), pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Ditambahkan oleh Soekartawi (2006:57), bahwa pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Dilanjutkan oleh Shinta (2011:176), pengetahuan tentang hubungan antara resiko dengan pendapatan merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan usahatani. Pendapatan petani akan berbeda apabila lingkungan petani berbeda. Pendapatan petani yang didataran rendah yang umumnya menanam padi tidak sama dengan pedapatan petani yang di dataran tinggi yang umumnya menanam palawija sebagai sumber utama pendapatan (Soekartawi et a., 2011:7). Ditambahkan oleh Rahim dan Hastuti (2007:170), bahwa sumber pendapatan masyarakat petani berasal dari berbagai kegiatan yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi industri, 2

3 pengrajin, dan jasa angkutan. Menurut Soekartawi et al., (2011:78), pendapatan kotor usahatani (gross farm incame) adalah didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Ditambahkan Rahim dan Hastuti (2007:172), bahwa hasil pendapatan yang dikeluarkan/dikonsumsi untuk rumah tangga petani biasanya untuk usaha pertanian atau usahatani. Besar pengeluaran rumah tangga petani untuk dikonsumsi dipengaruhi besar pendapatan. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman, yang diinvestasikan kedalam usahatani (Soekartawi et al., 2011:80). Ditambahkan oleh Rahim dan Hastuti (2007:173), pendapatan rumah tangga petani rendah yang ditunjukan untuk pengeluaran, baik pangan maupun non pangan harus senantiasa dipenuhi untuk mendorong penduduk dalam bertahan hidup dengan memanfaatkan berbagai peluang yang ada di lingkungan sekitar. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual (Shinta, 2011:83). Ditambahkan oleh Rahim dan Hastuti (2007:165), bahwa penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dilanjutkan oleh Soekartawi (2006:54), bahwa penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Menurut Soekartawi (2006:56), biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap diartikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit, misalnya pajak (tax). Sedangkan biaya tidak tetap yaitu merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh, misalnya biaya untuk saprodi atau sarana produksi komoditas pertanian. Ditambahkan oleh Rahim Dan Hastuti (2012:162), bahwa rumus yang dapat 3

4 digunakan untuk menghitung biaya total. Total biaya atau total cost (TC) adalah jumlah biaya dari biaya tetap atau fixed cost (FC) dan biaya tidak tetap atau variable cost (VC). C. Sistem Tanam Legowo Menurut Abdulracrahman et al., (2012:4), sistem tanam legowo adalah pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau empat ) baris tanaman padi dan satu baris kosong. Istilah legowo diambil dari bahasa Jawa, yaitu berasal dari kata lego berarti luas dowo berarti memanjang. Ditambahkan oleh Suriaperman et al., (1990) dalam Lalla et al., (2012:256), mengatakan bahwa sistem tanam legowo merupakan rekayasa teknologi yang ditunjukan untuk memperbaiki produktivitas usahatani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegal menjadi tanaman jajar legowo. Diantara kelompok barisan tanaman terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan. Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per/ha sebanyak rumpun/ha, serta akan meningkatkan populasi 33.31%. Dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapatkan tanaman sisipan. Sedangkan legowo 4:1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanam sisipan. Populasi tanaman mencapai rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60% (Abdulracrahman et al., 2012:16). Ditambahkan oleh Azwir (2008:104), bahwa perbandingan jumlah populasi tanaman antara sistem tanam legowo 2:1 dengan legowo 4:1. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Jumlah Populasi Antara Legowo 2:1 dan Legowo 4:1. Sistem Tanam Jumlah Populasi Tambah Populasi Taman Persentase (rumpun ha -1 ) (rumpun ha -1 ) Legowo 2: % Legowo 4: % Sumber : Azwir (2008) Berdasarkan hasil penelitian Azwir (2008) menujunkan bahwa jumlah populasi 4

5 untuk legowo 2:1 berjumlah /rumpun sedangkan jumlah populasi untuk legowo 4:1 berjumlah /rumpun. Hubungan antara faktor internal petani dengan tingkat adopsi teknologi jajar legowo 2:1 menujukan hubungan yang tidak nyata pada beberapa variabel. Hal ini dikarenakan kegiatan usahatani dilakukan secara turun temurun sehingga petani cenderung untuk melakukan kegiatannya berdasarkan pengalamannya sehingga sulit untuk mengadopsi teknologi baru (Lalla et al., (2012:261). Ditambahkan oleh Abdulrachman (2012:5), mengatakan bahwa pada penerapannya perlu diperhatikan tingkat kesuburan tanah pada areal tanam. Jika tergolong subur, maka disarankan untuk menerapkan pola tanaman sisipan hanya pada baris pinggir kiri dan kanan (legowo 4:1 tipe 1). Sedangkan, pada areal yang kurang subur semua barisan disisipkan tanaman (legowo 4:1 tipe 2). Menurut Syamsiah et al., (2004) dalam Azwir (2008:102), bahwa sistem tanam legowo adalah salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi sawah dengan jalan menata populasi tanaman menjadi lebih tinggi % dibandingkan dengan sistem tanam biasa. Jika sistem tanam biasa yang dilakukan petani jarak tanam 20x20 cm atau 25x25 cm dengan jumlah populasi tanam per ha hanya Sedangkan dengan sistem tanam legowo 2:1 jumlah populasi tanam per ha mencapai rumpun, legowo 4:1 sebanyak rumpun dan legowo 6:1 menjadi rumpun/ha. Ditambahkan oleh Abdulrachman et al., (2012:5), mengatakan bahwa sistem tanam legowo kemudian berkembang untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tanam tegal melalui penambahan populasi. Selain itu, dapat mempermudah pada saat pengendalian hama, penyakit, gulma, dan juga pemupukan. Hubungan yang nyata antara tingkat adopsi teknologi legowo 2:1 terhadap peningkatan produksi usahatani karena dengan sistem tanam ini tanaman padi mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan sinar matahari, karena semua tanaman berada dipinggir. Hama tanaman, utamanya tikus berkurang karena 5

6 kondisi lahan yang relatif terbuka (Lalla et al., 2012:263). Dilanjutkan oleh Sembiring (2012), dalam Abdulracrahman et al., (2012:16), mengatakan bahwa sistem tanam legowo merupakan Pengelolaan Tanaman Terpadu ( PTT) pada padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem tanam lainnya memiliki keuntungan sebagai berikut: 1. Terdapat ruang terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk kesetiap rumpun tanaman padi, sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman. 2. Sistem tanaman berbaris ini memberi kemudahan petani dalam pengelolaan usahataninya seperti pemupukan susulan, penyiangan, pelaksaan pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan). Disamping itu juga lebih mudah dalam mengendalikan hama tikus. 3. Meningkatkan jumlah tanam pada kedua bagian pinggir untuk setiap sistem legowo, sehingga berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman akibat peningkatkan populasi. 4. Sistem tanam berbasis ini juga berpeluang bagi pengembangan sistem produksi padi - ikan (mina padi) atau parlebek (kombinasi padi, ikan, dan bebek). 5. Meningkatkan produktivitas padi hingga mencapai 10-15%. D. Penelitian Terdahulu Suparwoto (2010), melakukan penelitiannya di Desa Sungai Dua, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin Sumatra Selatan. Judul Penelitian Penerapan Sistem Tanam Legowo Pada Usaha Tani Padi Untuk Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Petani. Tujuan penelitian untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas padi melalui terobosan teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi usahatani padi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara eksperimen dengan salah satu alternatif teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi adalah penerapan sistem tanam legowo. 6

7 Hasil penelitian ini menujukan bahwa padi dengan sistem tanam legowo memberikan beberapa keuntungan diantaranya: peningkatan produksi secara nyata sebesar 25,7-26,9% dan pendapatan sebesar Rp Rp /Ha dibandingkan dengan sistem tanam tegel biasa di lahan rawa lebak dan lahan sawah irigasi. Teknologi ini secara ekonomi cukup menguntungkan yang diindikasikan oleh nilai B/C ratio lebih besar dari satu dan layak untuk disebarluaskan. Supriyanto (2007), telah melakukan penelitian di Desa Pejangkaran Kecamatan Batang Kabupaten Batang, dengan judul Pengaruh Sistem Tanam Legowo dan Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh sistem tanam legowo dan konsentrasi pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan dan produksi padi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan percobaan yang digunakan adalah Split Plot Design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanam legowo berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun, bobot gabah kering per petak dan berpengaruh sangat nyata terhadap panjang malai. Konsentrasi pupuk pelengkap cair berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai, bobot gabah kering per petak, bobot 1000 butir gabah, panjang malai, jumlah gabah hampa per rumpun, bobot gabah kering per rumpun. Azwir (2006), telah melakukan penelitian dilahan sawah dataran tinggi di Koto Gaek, Solok Sumatera Barat, Judul Penelitian Pengaruh Sistem Tanam Legowo dan Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi. Tujuan penelitian adalah melihat peningkatkan pertumbuhan dan hasil padi sawah dataran tinggi dengan cara penataan populasi tanaman dan pemberian pupuk fosfat (P) dengan teknologi P-stater yang lebih efektif dan efisien. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan melihat hasil padi sawah dataran tinggi dengan cara penataan populasi tanaman dan pemberian pupuk fosfat (P) dengan teknologi P-stater. Hasil penelitian diperoleh bahwa dalam teknologi shafter disamping meningkatkan populasi tanam padi per satuan luas, juga dapat mengurangi 7

8 penggunaan pupuk fospat (P) sebanyak 80% yaitu dari 100 kg menjadi 20 kg Sp36 per hektar. Aplikasi teknologi shafter pada padi dataran tinggi sangat mempengaruhi nyata pada pertumbuhan dan hasil yang lebih dengan kisaran hasil 5,08-6,39 ton GKP ha-1 sementara cara tanam biasa jarak tanam 20 x 20 cm hanya memperoleh 4,69 ton GKP ha-1. Secara berurut peningkatan hasil yang dicapai dengan cara tanam shafter adalah masing-masing 35,6, 21,02, 12,8 dan 8,3% untuk shafter 2: 1, 4:1, 6:1 dan 8:1 dibanding dengan hasil gabah yang diperoleh dengan cara petani. Saihani (2011), melakukan penelitian di Kecamatan Sungai Tabukan, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Propinsi Kalimantan Selatan, Judul Penelitian Analisis Finansial Usahatani Padi Ciherang Pada Sistem Tanam Jajar Legowo. Tujuan penelitian untuk menentukan ongkos penghasilan, tanda terima, pendapatan, keuntungan dalam kelayakan dan titik imfas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan analisis kuantitatif. Hasil penelitian diperoleh bahwa padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo di Kecamatan Sungai Tabukan untuk satu kali musim tanam, biaya total rata - rata petani responden untuk satu kali musim tanam adalah sebesar Rp ,3/usahatani. Penerimaan rata-rata diperoleh sebesar Rp /usahatani dan pendapatan rata-rata usahatani adalah Rp ,33/ usahatani. Keuntungan rata-rata petani adalah sebesar Rp ,69/usahatani, keuntungan yang didapatkan per kg oleh petani responden adalah sebesar Rp 342,66/usahatani. Kelayakan rata- rata petani pada usahatani padi Ciherang yang diterima petani sebesar 1,12/usahatani, jadi usahatani pada sistem tanam jajar legowo layak diusahakan. Titik impas ( Break Event Point) pada usahatani padi Ciherang selama musim tanam tercapai pada volume produksi sebesar 1.253,83 kg, sedangkan menurut hasil penjualan atau penerimaan tercapai pada Rp ,93. Lalla et al., (2012), melakukan penelitian di Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, Judul Penelitian Adopsi Petani Padi Sawah Terhadap Sistem Tanam jajar Legowo 2:1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi sistem tanam jajar legowo 2:1 pada petani padi sawah, hubungan faktor internal dan eksternal petani terhadap tingkat adopsi teknologi sistem tanam 8

9 jajar legowo 2:1 pada petani padi, dan hubungan tingkat adopsi teknologi sistem tanam jajar legowo 2:1 terhadap peningkatan produktivitas usahatani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar petani memiliki tingkat adopsi tehadap sistem tanam jajar legowo 2:1 yang rendah. Faktor internal petani menunjukkan hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi teknologi sistem jajar legowo 2:1 meliputi motivasi mengikuti teknologi jajar legowo 2:1, tingkat keuntungan relatif, tingkat kerumitan dan tingkat kemudahan untuk dicoba, sedangkan umur, lama pendidikan, pengalaman berusaha tani, luas lahan, frekuensi mengunjungi informasi, dan pandangan petani terhadap sifat-sifat inovasi yang meliputi tingkat kesesuaian dan kemudahan untuk melihat hasilnya tidak menunjukkan hubungan yang nyata. Faktor eksternal petani, yakni tingkat ketersediaan sumber informasi dan intensitas penyuluhan tidak memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi teknologi jajar legowo 2:1. Tingkat adopsi teknologi jajar legowo 2:1 menunjukkan hubungan yang nyata terhadap peningkatan produktivitas usahatani. E. Kerangka Pikir Teoritis Dalam menjalankan usahatani, petani sawah biasanya menerapkan sistem tanam tegal 20x20 cm. Namun perlu adanya usaha untuk meningkatkan produksi tanaman padi sawah yang berkaitan dengan peningkatan populasi tanaman, oleh karena itu dilakukan penerapan teknologi sistem tanam baru yaitu sistem tanam legowo. Sistem tanam legowo merupakan suatu sistem tanam dalam budidaya padi sawah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi sawah melalui pengaturan jarak tanam. Penerapan sistem tanam legowo dapat mempermudah dalam pemeliharaan seperti pada penyiangan, pemupukan, serta penanggulangan hama dan penyakit lebih baik. Jika penerapan sistem tanam legowo dilakukan secara baik hal ini dapat memberikan pendapatan dan keuntungan bagi petani. 9

10 Sistem tanam legowo merupakan suatu sistem tanam pada padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian diselingi satu barisan kosong. Sistem tanam legowo terdiri dari legowo 2:1 dan 4:1. Legowo 2:1 yaitu suatu tanaman terdapat dua baris tanaman padi kemudian diselingi oleh barisan kosong, sedangkan sistem tanam legowo 4:1 yaitu suatu tanaman yang terdapat empat baris tanaman padi dan diselingi oleh baris kosong. Pengenalan dan penggunaan sistem tanam legowo tersebut disamping untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal juga untuk meningkatkan hasil dan pendapatan petani padi sawah. Sistem tanam legowo dalam usahatani padi sawah memiliki beberapa input produksi diantaranya bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Input produksi ini menjadi komponen biaya produksi dalam pengelolaan usahatani padi sawah. Input dan output dari usahatani mencakup biaya dan hasil biaya pada usaha pertanian umumnya adalah biaya produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Penerimaan usahatani adalah jumlah produksi yang diterima oleh petani pada satu musim tanam yang belum dikurangi dengan biaya. Biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Misalnya biaya untuk sarana produksi, meliputi bibit, pupuk, obat-obatan sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan. Sedangkan biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, misalnya pajak lahan. Untuk mengetahui pendapatan dari usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo, maka pendapatan usahatani padi sawah diperoleh dari penerimaan usahatani padi sawah dikurangi dengan biaya produksi untuk mengetahui selisih pendapatan dalam satu musim tanam dan kelayakan usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo di Kecamatan Dungalio akan menentukan peluang pengembangan sistem tanam legowo, yaitu dengan menganalisis apakah layak atau tidak untuk diusahakan di Kecamatan Dungaliyo. Oleh karena itu, untuk 10

11 menganalisis kelayakan usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo dengan metode analisis R/C. Analisis R/C ini membandingkan nilai penerimaan ( Revenue) dengan total biaya produksi ( Cost) dengan menggunakan kriteria, bila nilai R/C >1, maka usahatani ini layak, bila nilai R/C = 1, maka usahatani ini berada pada titik impas dan bila nilai R/C < 1, maka usahatani ini tidak layak. Agar lebih jelas kerangka pikir penelitian di sajikan pada Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis Legowo 2:1 Sistem Tanaman Legowo Legowo 4:1 Penerimaan Biaya Tetap Struktur Biaya Biaya Tidak Tetap Pendapatan Kelayakan Keterangan: Input Proses Hasil Gambar 1. Kerangka Pikir Teoritis. 11

12 F. Hipotesis Berdasarkan teori diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu 1. Diduga penerapan sistem tanam legowo pada usahatani padi sawah hal ini dapat meningkatkan pendapatan petani di Kecamatan Dungaliyo. 2. Diduga bahwa sistem tanam legowo layak dikembangkan di Kecamatan Dungaliyo karena dapat memberikan keuntungannya. 12

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jurnal Jurnal Perspektif Perspektif Pembiayaan Pembiayaan dan Pembangunan dan Pembangunan Daerah Daerah Vol. 2. Vol. 2, 2 Oktober-Desember. 1, Juli - September 2014 2014 ISSN: 2338-4603 Penerapan Sistem

Lebih terperinci

KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH

KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH Salah satu komponen teknologi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah yaitu dianjurkan untuk mengatur jarak tanaman dan populasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH Oleh : Drh. Saiful Helmy Pendahuluan Dalam rangka mendukung Upaya Khusus Pajale Babe yang digalakkan pemerintah Jokowi, berbagai usaha dilakukan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO ISBN : 978-602-1276-01-3 SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAMBI BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Padi Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia.

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya. Kemampuan sektor pertanian dapat ditunjukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengenalan Varietas Padi Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak tahun 1930an. Varietas yang dilepas mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi. Tanaman pangan juga dapat dikatakan sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Padi (Oriza sativa) BAB II TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan tanaman pokok di sawah karena merupakan tanaman pokok. Tanaman penghasil makanan pokok hampir sebagian penduduk dunia ini merupakan tanaman

Lebih terperinci

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani I. Pendahuluan Setiap kegiatan pada proses produksi dalam usahatani menimbulkan pengorbanan hasil yg diperoleh Korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Alam Indonesia sangat kaya akan aneka tanaman yang cocok dibonsaikan. Bahan bonsai sebaiknya berupa

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Padi Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi I. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi Padi merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia, karena sebagai sumber energi dan karbohidrat bagi mereka. Selain itu, padi juga merupakan tanaman yang paling penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Abstrak

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Abstrak Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Uns Ke 41 Tahun 2017 "Peranan SDM Pertanian dan Perkebunan dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional" Tingkat Penerapan Teknologi Sistem Tanam Padi Jajar Legowo

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Pendekatan Teori 1. Sistem Tanam Jajar legowo Menurut Badan Litbang Pertanian (2013), sistem tanam jajar legowo adalah pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan utama di Indonesia, karena sebagian besar dari penduduk Indonesia mengkomsumsi beras sebagai bahan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Deskripsi Umum Wilayah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara Geografis Wilayah Kecamatan Dungaliyo, merupakan salah satu Wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulahenti, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI (Oriza sativa L) DAN TERNAK ITIK PETELUR (Studi Kasus di Kelompok Mukti Tani Desa Banjarsari Kecamatan Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ai Indah Perwati, Dedi

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH Andi Ishak, Bunaiyah Honorita, dan Yesmawati Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jumlah areal penanaman padi makin menyempit. Selain itu, pengendalian hama

I. PENDAHULUAN. jumlah areal penanaman padi makin menyempit. Selain itu, pengendalian hama 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas padi di Indonesia mengalami penurunan disebabkan oleh jumlah areal penanaman padi makin menyempit. Selain itu, pengendalian hama dan penyakit masih terkendala

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

22 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman ISSN

22 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman ISSN 22 ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PADI CIHERANG PADA SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KECAMATAN SUNGAI TABUKAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA PROPINSI KALIMANTAN SELATAN (Financial Analysis Of Ciherang Rice Farming

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran Definisi opersional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR PADI SAWAH (Oryza sativa L) PADA TIGA JUMLAH BARIS CARA TANAM LEGOWO A. Harijanto Soeparman 1) dan Agus Nurdin 2) 1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Lahan Sawah Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI. Abstrak

PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI. Abstrak PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI Oleh : Eka Adi Supriyanto,1), Syakiroh Jazilah 1) Wisnu Anggoro 2) 1) Dosen Tetap Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efisiensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soeharjo dan Patong (1973:135-137) kemungkinan ada pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan, karena itu analisa pendapatan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

SKRIPSI KASEH LESTARI

SKRIPSI KASEH LESTARI HUBUNGAN MATERI DAN MEDIA PENYULUHAN DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SAWAH SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI DESA BEREMBANG KECAMATAN SEKERNAN KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI KASEH LESTARI PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Lebih terperinci

Abstrak

Abstrak Peningkatan Produktivitas dan Finansial Petani Padi Sawah dengan Penerapan Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) (Studi Kasus di Desa Kandai I Kec. Dompu Kab. Dompu) Yuliana Susanti, Hiryana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan 1 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan memperhatikan tiap-tiap gejala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kelapa Dalam Kelapa adalah jenis tanaman yang termasuk genus cocos dengan nama spesies cocos mucifer L. Tanaman kelapa dalam memiliki akar serabut dengan bentuk batang

Lebih terperinci

Nila Suryati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas ABSTRAK

Nila Suryati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas ABSTRAK SOCIETA III - : 69 74, Desember 04 ISSN 30-480 ANALISIS KOMPARASI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI LAHAN IRIGASI TEKNIS DENGAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TEGEL DI KABUPATEN MUSI RAWAS Nila

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI Endjang Sujitno, Kurnia, dan Taemi Fahmi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Jalan Kayuambon No. 80 Lembang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Tinjauan Pustaka Ubi kayu atau Manihot esculenta termasuk familia Euphorbiaceae, genus Manihot yang terdiri dari 100 spesies. Ada dua tipe tanaman ubi kayu yaitu tegak (bercabang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui minat petani terhadap komponen

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Asmarhansyah 1) dan N. Yuliani 2)

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Ilmu usaha tani merupakan proses menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pertanian untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usahatani Kacang Panjang Usahatani adalah mengorganisasikan (mengelola) asset dan acara dalam pertanian, atau lebih tepatnya adalah kegiatan mengorganisasiakan sarana produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey. Dalam penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA ABSTRAK PENDAHULUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA ABSTRAK PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Produktivitas Padi Sawah di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja Eddy Makruf, Yulie Oktavia dan Wawan Eka Putra

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Pendapatan Petani Suatu kegiatan perekonomian yang bergerak dalam sektor apapun, penentuan Dengan efisiensi biaya produksi maka akan mencapai

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INDEK PERTANAMAN (IP-400) DALAM RANGKA KEMANDIRAN PANGAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INDEK PERTANAMAN (IP-400) DALAM RANGKA KEMANDIRAN PANGAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INDEK PERTANAMAN (IP-400) DALAM RANGKA KEMANDIRAN PANGAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Subagiyo, Sutardi dan Nugroho Siswanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbedabeda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dipenuhi. Pangan dapat berasal dari hewan dan tumbuhan. Tanaman pangan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dipenuhi. Pangan dapat berasal dari hewan dan tumbuhan. Tanaman pangan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Pangan Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi. Pangan dapat berasal dari hewan dan tumbuhan. Tanaman pangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh rangkaian program pertanian Indonesia pada masa Orde Baru diarahkan kepada swasembada beras. Cara utama untuk mencapai tujuan itu adalah dengan pemakaian varietas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih,

Lebih terperinci

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha.

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Padi Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub Divisi Kelas Keluarga Genus : Spermatophyte : Angiospermae : Monotyledonae

Lebih terperinci

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik.

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik. 29 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yaitu survey rumah tangga petani yang mendapat BLP Organik dan

Lebih terperinci

BAB II. KERANGKA TEORITIS

BAB II. KERANGKA TEORITIS 2.1. Pendapatan Petani Tembakau 2.1.1. Pendapatan Usahatani BAB II. KERANGKA TEORITIS Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode. Pendapatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Penerapan Agroekologi Pertanian agroekologi atau pertanian ramah lingkungan saat ini mulai banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 1 FEBRUARI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 1 FEBRUARI 2017 ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI PADI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DENGAN SISTEM TEGEL DI KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Comperative Analysis of Jajar Legowo Rice Farming Planting System

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sistem Tanam Jajar Legowo Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari kata lego (lega) dan dowo (panjang) yang secara

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan Kecamatan Telaga

Lebih terperinci