BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada lahan persawahan di UPT Balai Benih Induk
|
|
- Agus Widjaja
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lahan persawahan di UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung Morawa Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian + 20 meter di atas permukaan laut, mulai bulan November 2016 sampai dengan Maret Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit padi varietas (Mekongga, Situ Bagendit, Inpari 32, Inpari 30) sebagai bahan tanam, pupuk NPK, SS, Urea sebagai bahan penambah unsur hara pada tanah, pestisida sebagai bahan pengendali hama, aquades untuk perlakuan perendaman benih. Alat yang digunakan dalam penelitian ini traktor digunakan untuk mengolah tanah dan membersihkan lahan penelitian, tali plastik digunakan sebagai pembatas setiap plot percobaan, meteran untuk mengukur luas lahan yang digunakan dalam penelitian, timbangan analitik untuk menimbang bahan pendukung penelitian, spidol/pensil sebagai alat tulis, kamera sebagai alat dokumentasi, dan sejumlah alat-alat yang digunakan dalam membantu proses penelitian. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Faktor I : Sistem Tanam Jajar Legowo yang terdiri atas 3 taraf, yaitu : L 0 = Kontrol (10 x 25 cm) L1 = 2:1 (10 x 25 cm)
2 L 2 = 4:1 (10 x 25 cm) Faktor II : Varietas Padi yang terdiri atas 4 jenis, yaitu : V 1 V V V = Varietas Mekongga = Varietas Situ Bagendit = Varietas Inpari 32 = Varietas Inpari 30 Jumlah ulangan (Blok) Jumlah plot : 3 ulangan : 36 plot Jumlah tanaman/plot L 0 L L 1 2 : 20 tanaman : 20 tanaman : 44 tanaman Jumlah sampel/plot Jumlah sampel seluruhnya Jumlah tanaman seluruhnya Ukuran plot : 5 tanaman : 180 tanaman : tanaman : 40 cm x 75 cm 70 cm x 75 cm 110 cm x 75 cm Jarak antar plot Jarak antar blok : 50 cm : 50 cm Model Linear Adatif dari Rancangan di atas adalah: Y ij = μ + ρ i + α j + β k + (αβ) jk + ε i= 1,2,3 j= 1,2,3 k= 1,2,3,4 ijk
3 Keterangan: Y ijk : Nilai pengamatan pengaruh blok ke-i, sistem tanam legowo ke-j dan varietas padi sawah ke-k μ ρ i : Nilai tengah : Pengaruh blok ke-i α j : Pengaruh sistem tanam legowo ke-j β k (αβ) jk : Pengaruh varietas padi sawah ke-k : Pengaruh interaksi sistem tanam legowo pada taraf ke-j dan varietas padi sawah ke-k ε ijk : Pengaruh galat pada blok ke-i, sistem tanam legowo pada taraf ke-j dan varietas padi sawah pada taraf ke-k Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%
4 PELAKSANAAN PENELITIAN Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan menggunakan alat hand traktor dengan kedalaman 20 cm, untuk mengubah tekstur tanah sampai berlumpur dengan alat bajak dan garu. Saluran air masuk dan air keluar diatur sedemikian rupa sehingga sistem pengairan berjalan baik dan lancar. Saat penggaruan tanah usahakan kondisi lahan dalam keadaan tergenang agar memudahkan pembentukan tanah yang berlumpur dan permukaan tanah yang merata. Pembibitan Benih direndam dengan air, tiriskan, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam di dalam goni selama 1 malam hingga benih berkecambah serentak. Lahan untuk tempat pembibitan terlebih dahulu diolah dengan cara mencangkul hingga tanah menjadi lumpur halus dan tidak terdapat lagi bongkahan batu. Kemudian dibuat petak pembibitan dengan ukuran 1,6 m x 0,4 m (± 10% dari total luas lahan yang akan ditanam). Benih yang sudah diperam kemudian disebar merata pada tempat pembibitan yang telah dipersiapkan dengan keadaan merata dan tidak terlalu rapat. Penanaman Penanaman dilakukan ketika umur benih 2 minggu setelah semai untuk cara tanam tegel dan legowo. Pencabutan bibit dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak merusak akar. Bibit yang dicabut dengan persemaian langsung ditanam ke lubang tanam dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 1 tanaman per lubang pertanaman. Tujuan pemindahan bibit dengan umur yang muda agar bibit yang akan cepat kembali pulih dan beradaptasi, akar lebih kuat dan dalam,
5 tanaman akan menghasilkan., anakan yang lebih banyak, anakan yang lebih banyak akan lebih tahan rebah dan tanaman akan lebih tahan kekeringan. Pemeliharaan Tanaman Pemberian air irigasi Penggenangan air dilakukan setelah kodisi lahan sudah tampak mengering saat tanaman berumur 3 HST dan hari berikutnya tidak diari kembali sampai lahan kembali menjadi kering. Penggenangan ini juga dilakukan pada fase anakan maksimal, pada fase pembentukan dan pengisian malai dengan kedalaman air 10 cm dan dilakukan 10 hari sebelum panen. Penyulaman Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan pada tanaman padi yang tidak tumbuh normal atau mati. Penyiangan Penyiangan dilakukan setiap minggu secara manual yaitu mencabut gulma dengan tangan, ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perebutan unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pemupukan Pemberian pupuk dilakukan sebanyak 2 kali yakni pemupukan awal diberikan pada umur padi 14 HST yaitu urea (40 cm x 75 cm = 9 g, 70 cm x 75 cm = 15,75 g, 110 cm x 75 cm = 24,75 g) ; NPK ( 40 cm x 75 cm = 6 g, 70 cm x 75 cm = 10,5 g, 110 cm x 75 cm = 16,5 g) ; SS ( 40 cm x 75 cm = 2,25 g ; 70 cm x 75 cm = 3,93 g ; 110 cm x 75 cm = 6,18 g) ; Furadan = 1 kg. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 27 HST dengan pupuk dan dosis yang sama tanpa menggunakan furadan.
6 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan insektisida dan fungisida. Insektisida yang digunakan adalah Bestox 50 EC dan Hamasid 25 EC sebanyak 250 ml untuk tanaman padi. Fungisida yang digunakan yaitu Victory Mix 8/64 WP sebanyak 400 g dan Fitokarb 50 WP sebanyak 250 g. Penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan 10 hari sekali atau melihat gejala yang timbul akibat serangan hama dan penyakit dilapangan. Panen Pemanenan dilakukan pada saat 85% bulir telah menguning atau setelah tanaman berumur hari (33-36 hari setelah berbunga) bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau. Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan tinggi tanaman diukur mulai tanaman berumur 2 MST dan diambil sampai akhir masa vegetatif, dengan interval waktu 1 minggu. Tanaman diukur mulai pangkal batang (permukaan tanah) hingga ujung daun tertinggi setelah diluruskan, diukur dengan menggunakan meteran. Pada setiap pengambilan tinggi tanaman diberi tanda pada pacak sampel. Jumlah anakan per rumpun (anakan) Jumlah anakan dihitung dengan menghitung jumlah seluruh batang tanaman sampel. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST sampai akhir masa vegetatif dengan interval waktu 1 minggu.
7 Jumlah malai per rumpun (tangkai) Jumlah malai per rumpun dapat dihitung pada saat tanaman mengeluarkan malai secara keseluruhan pada anakan. Penghitungan malai dilakukan pada saat malai telah keluar penuh pada saat pemanenan. Jumlah gabah bernas per plot (bulir) Jumlah biji bernas per plot dihitung pada saat panen dengan cara menghitung jumlah biji bernas tiap malai dalam satu rumpun setiap tanaman sampel. Persentase gabah hampa per rumpun (%) Dihitung persentase gabah hampa per rumpun dengan rumus : % gabah hampa per rumpun = Jumlah gabah hampa per rumpun Bobot per 1000 gabah kering (g) Jumlah gabah total per rumpun x 100% Bobot per 1000 gabah kering dihitung dengan cara menimbang 1000 gabah bernas yang dikeringkan selama satu hari dari setiap rumpun tanaman sampel. Bobot gabah bruto kering per sampel (g) Bobot gabah bruto kering dihitung dengan cara menimbang hasil gabah bernas yang dikeringkan selama satu hari dari setiap rumpun tanaman sampel.
8 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tinggi tanaman Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 7 MST dan 8 MST berpengaruh nyata tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST. Pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan (MST). Pada tabel 1 dari uji hasil uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap tinggi tanaman (cm) umur 7 MST dan 8 MST. Pada 7 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L 2 (4:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 1 (2:1) sedangkan pada umur 8 MST, L 2 (4:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 1 (2:1). Tabel 1 menunjukkan tinggi tanaman (cm) padi tertinggi diperoleh pada sistem tanam legowo 4:1 (L2) pada umur 7 MST (88,9 cm) & 8 MST (92,95 cm) sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L 0 ) pada umur 7 MST (75,37 cm) & 8 MST (77,92 cm). Tinggi tanaman padi umur 2-8 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 1.
9 Tabel 1. Tinggi tanaman padi (cm) umur 2-8 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Umur Sistem Varietas Rataan (MST) Tanam V1 V2 V3 V cm L 0 (Kontrol) 19,33 19,39 18,67 19,89 19,32 L 1 (2:1) 18,06 19,80 20,33 19,74 19,48 L 2 (4:1) 17,13 20,87 22,83 20,29 20,28 Rataan 18,18 20,02 20,61 19,97 3 L 0 (Kontrol) 44,18 48,41 48,61 47,21 47,10 L 1 (2:1) 48,74 48,53 43,53 49,41 47,55 L 2 (4:1) 50,30 47,43 43,17 52,33 48,31 Rataan 47,74 48,12 45,10 49,65 4 L 0 (Kontrol) 56,07 64,35 60,91 60,51 60,46 L 1 (2:1) 63,66 60,69 55,17 63,51 60,76 L 2 (4:1) 64,56 61,27 57,13 65,79 62,19 Rataan 61,43 62,10 57,74 63,27 5 L 0 (Kontrol) 64,40 60,00 63,13 63,67 62,80 L 1 (2:1) 61,30 66,53 62,87 62,93 63,41 L 2 (4:1) 63,07 64,47 63,13 68,13 64,70 Rataan 62,92 63,67 63,04 64,91 6 L 0 (Kontrol) 68,40 70,33 70,00 71,47 70,05 L 1 (2:1) 77,40 79,33 75,87 72,80 76,35 L 2 (4:1) 72,93 77,40 77,07 83,13 77,63 Rataan 72,91 75,69 74,31 75,80 7 L 0 (Kontrol) 71,20 76,00 74,33 79,93 75,37b L 1 (2:1) 89,73 88,20 83,33 80,33 85,4ab L 2 (4:1) 83,27 90,00 86,87 95,47 88,9a Rataan 81,40 84,73 81,51 85,24 8 L 0 (Kontrol) 74,13 79,20 77,47 80,87 77,92b L 1 (2:1) 92,93 90,13 87,47 84,00 88,63a L 2 (4:1) 87,80 93,20 88,73 102,07 92,95a Rataan 84,96 87,51 84,56 88,98 Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) berdasarkan uji jarak Duncan. Jumlah anakan Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 6 MST, 7 MST dan 8 MST berpengaruh nyata tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST dan 5 MST. Pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan (MST).
10 Jumlah anakan padi umur 2-8 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah anakan padi (anakan) umur 2-8 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Umur Varietas (MST) Sistem Rataan V1 V2 V3 V4 Tanam anakan L 0 (Kontrol) 4,40 4,20 8,07 5,87 5,63 L 1 (2:1) 4,20 5,13 6,07 4,27 4,92 L 2 (4:1) 5,27 5,87 7,20 6,33 6,17 Rataan 4,62 5,07 7,11 5,49 3 L 0 (Kontrol) 12,60 13,13 15,87 14,40 14,00 L 1 (2:1) 16,93 14,93 13,67 14,20 14,93 L 2 (4:1) 13,47 14,20 15,07 15,80 14,63 Rataan 14,33 14,09 14,87 14,80 4 L 0 (Kontrol) 15,00 16,00 19,53 18,27 17,20 L 1 (2:1) 19,80 21,47 16,80 19,27 19,33 L 2 (4:1) 16,67 17,87 20,67 18,40 18,40 Rataan 17,16 18,44 19,00 18,64 5 L 0 (Kontrol) 16,13 16,47 20,07 18,73 17,85 L 1 (2:1) 20,53 21,80 17,13 19,73 19,80 L 2 (4:1) 17,00 18,33 21,07 19,07 18,87 Rataan 17,89 18,87 19,42 19,18 6 L 0 (Kontrol) 18,80 17,73 21,53 22,33 20,10b L 1 (2:1) 22,67 28,33 21,67 23,67 24,08a L 2 (4:1) 19,67 21,93 24,87 22,00 22,12ab Rataan 20,38 22,67 22,69 22,67 7 L 0 (Kontrol) 17,47 18,40 21,53 20,07 19,37b L 1 (2:1) 27,20 24,87 23,13 22,53 24,43a L 2 (4:1) 20,07 23,53 24,07 25,47 23,28a Rataan 21,58 22,27 22,91 22,69 8 L 0 (Kontrol) 17,47 18,40 21,53 20,07 19,37b L 1 (2:1) 27,20 24,87 23,13 22,53 24,43a L 2 (4:1) 20,07 23,53 24,07 25,47 23,28a Rataan 21,58 22,27 22,91 22,69 Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) berdasarkan uji jarak Duncan. Pada tabel 2 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah anakan (anakan) umur 6 MST, 7 MST dan 8 MST. Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L 1
11 (2:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 2 (4:1) sedangkan pada umur 7 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan L 1 (2:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 2 (4:1) dan pada umur 8 MST dapat dilihat bahwa L 1 (2:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 2 (4:1). Tabel 2 menunjukkan anakan padi (anakan) terbanyak diperoleh pada sistem tanam legowo 2:1 (L1) pada umur 6 MST (24 anakan), 7 MST (24 anakan) & 8 MST (24 anakan) sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L 0 ) pada umur 6 MST (20 anakan), 7 MST (19 anakan) dan 8 MST (19 anakan). Jumlah malai per rumpun Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 3 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah malai per rumpun (tangkai) umur 17 MST. Pada umur 17 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L 1 (2:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 2 (4:1). Tabel 3. Jumlah malai per rumpun padi umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Sistem Varietas Rataan Tanam V1 V2 V3 V tangkai L 0 (Kontrol) 5,33 5,00 5,00 5,00 5,08b L 1 (2:1) 8,00 7,00 6,67 6,33 7,00a L 2 (4:1) 6,33 6,67 6,67 7,67 6,83a Rataan 6,56 6,22 6,11 6,33
12 Tabel 3 menunjukkan jumlah malai per rumpun (tangkai) terbanyak diperoleh pada sistem tanam jajar legowo 2:1 (L 1 ) sebanyak 7 tangkai malai sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L 0 ) sebanyak 5 tangkai malai. Jumlah gabah bernas per plot Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 4 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah gabah bernas per plot (bulir) umur 17 MST. Pada umur 17 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan L 2 (4:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 1 (2:1). Jumlah gabah bernas per plot umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah gabah bernas per plot umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Sistem Varietas Rataan Tanam V1 V2 V3 V bulir L 0 (Kontrol) 114,20 110,53 106,53 118,67 112,48b L 1 (2:1) 138,20 127,47 130,13 119,33 128,78a L 2 (4:1) 119,60 135,87 126,33 145,47 131,82a Rataan 124,00 124,62 121,00 127,82 Tabel 4 menunjukkan jumlah gabah bernas per plot (bulir) terbanyak diperoleh pada sistem tanam jajar legowo 4:1 (L 2 ) sebanyak 132 bulir sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L 0 ) sebanyak 112 bulir.
13 Persentase gabah hampa per sampel Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada perlakuan sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 5 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap persentase gabah bernas per plot (%). Persentase gabah hampa per sampel umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase gabah hampa per sampel umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Sistem Varietas Rataan Tanam V1 V2 V3 V % L 0 (Kontrol) 0,08 0,10 0,11 0,11 0,10 L 1 (2:1) 0,10 0,11 0,13 0,07 0,10 L 2 (4:1) 0,10 0,12 0,16 0,12 0,13 Rataan 0,09 0,11 0,13 0,10 Bobot per 1000 gabah kering Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada perlakuan sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas berpengaruh nyata. Pada tabel 6 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap bobot per 1000 gabah kering (g). Bobot per 1000 gabah kering umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 6.
14 Tabel 6. Bobot per 1000 gabah kering umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Sistem Varietas Rataan Tanam V1 V2 V3 V g L 0 (Kontrol) 16,72 15,42 15,24 16,22 15,90 L 1 (2:1) 18,07 17,53 18,24 15,39 17,31 L 2 (4:1) 16,08 18,63 18,45 19,38 18,14 Rataan 16,96 17,19 17,31 17,00 Bobot gabah bruto kering per sampel Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 7 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap bobot gabah bruto kering per sampel (g) umur 17 MST. Pada umur 17 MST dapat dilihat bahwa pada perlakuan L 2 (4:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 1 (2:1). Bobot gabah bruto kering per sampel umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Bobot gabah bruto kering per sampel umur 17 MST pada sistem tanam dan beberapa varietas Sistem Varietas Tanam V1 V2 V3 V4 Rataan g L 0 (Kontrol) 114,00 120,67 140,00 123,00 124,42b L 1 (2:1) 177,33 161,33 153,33 176,00 167,00a L 2 (4:1) 206,47 198,00 213,73 230,00 212,05a Rataan 165,93 160,00 169,02 176,33 Tabel 7 menunjukkan bobot gabah bruto kering per sampel (g) terbanyak diperoleh pada sistem tanam jajar legowo 4:1 (L 2 ) sebanyak 212,05 g sedangkan terendah pada sistem tanam kontrol (L 0 ) sebanyak 124,42 g.
15 Pembahasan Dari penelitian diperoleh bahwa sistem tanam nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai per sampel, jumlah gabah bernas per plot, bobot gabah netto kering per sampel, bobot gabah netto kering per plot Hal ini dikarenakan sistem tanam yang digunakan berpengaruh terhadap kualitas padi dikarenakan seluruh barisan padi berada di pinggir maka penyinaran akan optimal, mudah dalam pemeliharaan tanaman padi. Sedangkan pada sistem tanam legowo berpengaruh untuk menghasilkan produktifitas gabah yang sejalan dengan pertumbuhan tinggi tanaman padi menyebabkan tanaman mempunyai potensi untuk berproduksi lebih tinggi dan sistem tanam legowo memudahkan dalam pengaturan air, menghemat penggunaan pupuk. Meskipun penyerapan hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih kokoh sehingga mampu meminimalkan resiko kerebahan. Hal ini sesuai dengan literatur itu Departemen Pertanian (2014) yang menyatakan sistem tanam legowo memanipulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Seperti yang diketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak. Dari penelitian diperoleh bahwa perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah bernas per plot, persentase gabah hampa per rumpun, bobot per 1000 gabah kering, bobot gabah netto kering per sampel, bobot gabah netto kering per plot. Padi yang mudah terserang hama dan penyakit
16 tanaman (HPT) salah satunya hama wereng batang coklat dengan menimbulkan gejala daun terpuntir, batang tanaman berwarna kuning, gabah hampa, anakan bercabang banyak dan kerdil. Hal ini didukung dengan iklim dan tanah yang mendukung untuk pertumbuhan hama wereng batang coklat. Hal ini sesuai dengan literatur Balai Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian (2009) yang menyatakan penggerek batang yang rentan kerusakan dari pembibitan sampai pembentukan malai dan gejala kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan anakan coati yang disebut sundep pada tanaman stadia vegetatif, beluk (malai hampa) pada tanaman stadia generatif, penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campesti-is pv oryzae dengan gejala penyakit berupa bercak berwarna kuning sampai putih berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi daun Dari penelitian yang telah dilaksanakan, perlakuan interaksi sistem tanam legowo dan varietas padi sawah tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah bernas per plot, persentase gabah hampa per rumpun, bobot per 1000 gabah kering, bobot gabah netto kering per sampel, bobot gabah netto kering per plot. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbas (2015) yang menyatakan bahwa dengan kata lain, pengaruh sistem tanam konsisten pada semua varietas yang dicobakan. Demikian pula sebaliknya, pengaruh varietas juga konsisten pada semua sistem tanam yang dicobakan. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, Pada tabel 1 dari uji hasil uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap tinggi tanaman (cm) umur 7 MST dan 8 MST tetapi tidak
17 berpengaruh nyata pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST. Pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan (MST). Hal ini sesuai dengan literatur Saeroji (2013) menyatakan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo akan memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat menghadap ke arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, pada tabel 2 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah anakan (anakan) umur 6 MST, 7 MST dan 8 MST tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 2 MST, 3 MST, 4 MST dan 5 MST. Pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan (MST). Hal ini diduga karena jarak tanam menunjukkan perbedaan, jika jarak tanam yang dipakai semakin rapat, maka akan menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan literatur Husna (2010) yang menyatakan bahwa jumlah anakan akan maksimal apabila tanaman memiliki sifat genetik yang baik ditambah dengan keadaan lingkungan yang menguntungkan atau sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, jumlah anakan maksimum juga ditentukan oleh jarak tanam, sebab jarak tanam menentukan radiasi matahari, hara mineral serta budidaya tanaman itu sendiri. Jarak tanam yang lebar persaingan sinar matahari dan unsur hara sangat sedikit dibanding dengan jarak tanam yang rapat. Dengan kerapatan yang tinggi
18 akan terjadi persaingan terhadap penyerapan nutrisi dan cahaya matahari sehingga daun-daun tidak mengembang tetapi ruas-ruas batang beberapa kali lebih panjang. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa sistem tanam pada umur 17 MST berpengaruh nyata sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Pada tabel 3 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah malai per rumpun (tangkai) umur 17 MST. Pada umur 17 MST dapat dilihat bahwa perlakuan L 1 (2:1) berbeda nyata dengan L 0 (Kontrol) tetapi tidak berbeda nyata dengan L 2 (4:1). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aribawa (2012) yang menyatakan bahwa sistem tanam legowo 2:1 akan menjadikan semua rumpun tanaman berada pada bagian pinggir, dengan kata lain seolah-olah semua rumpun tanaman berada di pinggir galengan sehingga semua tanaman mendapat efek samping dimana tanaman yang mendapat efek samping panjang malainya lebih panjang dari tanaman yang tidak mendapat efek samping. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sistem tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan produktif. Hal ini terlihat dari masing-masing perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata. Anakan produktif yang dihasilkan merupakan gambaran dari jumlah anakan maksimum yang dihasilkan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan literatur Kuswara dan Alik (2003) yang menyatakan bahwa jumlah anakan maksimum akan berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil produksi. Anakan produktif merupakan anakan yang berkembang lebih lanjut dan menghasilkan malai. Pada tanaman padi potensi
19 pembentukan anakan produktif terlihat dari jumlah anakan, tetapi tidak selamanya demikian karena pembentukan anakan dipengaruhi oleh lingkungannya. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada tabel 4 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap jumlah gabah bernas per plot (bulir) umur 17 MST sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan pada masa awal penanaman sampai fase pertumbuhan banyak tanaman yang hidup sehingga kompetisi antar tanaman baik dalam unsur hara maupun kondisi suhu lapangan yang sangat tinggi sehingga menyebabkan proses fotosintesis meningkat. yang menyebabkan pembagian hasil fotosintesis untuk pengisian bulirmalai menjadi lebih efisien. Hal ini sesuai dengan literatur Husna (2010) yang menyatakan bahwa perlakuan sistem tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase biji berisi, karena pada proses fase generatif tanaman pengisian biji tidak mengalami hambatan. Hal ini disebabkan karena hama penyakit yang mengganggu tanaman sedikit, pengaruh pemeliharaan yang intensif. Selain itu penanaman dilakukan pada musim tanam besar. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada tabel 7 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap bobot gabah bruto kering per sampel (g) umur 17 MST sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan pada masa awal penanaman sampai fase pertumbuhan banyak tanaman yang hidup sehingga kompetisi antar tanaman baik dalam unsur hara maupun cahaya tidak terlalu tinggi yang menyebabkan
20 pembagian hasil fotosintesis untuk pengisian bulir malai menjadi lebih efisien. Hal ini sesuai dengan literatur Diraatmaja (2002) yang menyatakan bahwa dengan prinsip dasar menjadikan semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir dan diantara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan menyebabkan sinar matahari lebih banyak masuk ke petakan sawah dan membuka peluang terjadinya pengaruh samping (border effect) yang sama besar untuk setiap tanaman, sehingga tanaman tumbuh lebih baik, bulir yang dihasilkan lebih berisi (bernas) yang pada akhirnya hasilnya pun lebih tinggi. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pada tabel 8 dari uji ganda Duncan dapat dilihat bahwa faktor sistem tanam berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap bobot gabah bruto kering per plot (g) umur 17 MST sedangkan pada perlakuan varietas dan interaksi antara sistem tanam dan varietas tidak berpengaruh nyata. Hal ini sesuai dengan literatur Saeroji (2013) yang menyatakan bahwa lajur barisan tanaman dibuat menghadap ke arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum, dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari untuk dapat melakukan proses fotosintesis. Berdasarkan perlakuan sistem tanam legowo, varietas padi sawah dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pada parameter persentase gabah hampa per rumpun dan bobot per 1000 gabah kering. Hal ini dikarenakan pada gabah hampa yang sudah terserang hama penggerek batang dengan memutihnya gabah hampa dan batangnya sudah kering. Sedangkan pada parameter bobot per
21 1000 gabah kering, gabah kering tersebut tidak mencapai 1000 gabah kering. Hal ini dikarenakan kondisi iklim yang mendukung untuk berkembangbiaknya hama penggerek batang, didukung dengan jarak tanam pada barisan pinggir yang kurang lebar dan seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum. Hal ini sesuai dengan literatur Saeroji (2013) yang menyatakan bahwa lajur barisan tanaman dibuat menghadap ke arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum, dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari untuk dapat melakukan proses fotosintesis.
22 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perlakuan sistem tanam nyata meningkatkan produktivitas padi sawah dimana pada sistem tanam jajar legowo 4:1 (L2) lebih tinggi dibandingkan sistem tanam jajar legowo 2:1 (L 1 ) dan sistem tanam kontrol (L 0 ). 2. Pada perlakuan varietas berpengaruh tidak nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi sawah. 3. Interaksi sistem tanam dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah. Saran Untuk mendapatkan produksi padi sawah (Oryza sativa L.) yang optimal dianjurkan mengenali varietas yang akan digunakan dan sistem tanam.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat
10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian
10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian
III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,
18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu
14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU
16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawahkecamatan medan baru dengan ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat 3.331810 LU dan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pembenihan padi Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru. Waktu penelitian dilakukan selama ± 4 bulan dimulai dari bulan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciBAHAN METODE PENELITIAN
BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan
9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru yang dibawahi oleh Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau. Penelitian ini dimulai pada
Lebih terperinciCiparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak
Lebih terperinciKK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan
13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciLampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan
Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian dari bulan Maret sampai bulan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada
27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105 13 45,5 105 13 48,0 BT dan 05 21 19,6 05 21 19,7 LS, dengan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.
21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan
Lebih terperinciII. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan
II. Materi dan Metode 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan Januari-Mei 2013.
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada
Lebih terperinciTATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas
III. TATA CARA PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 November
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau selama 4 bulan di mulai dari
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.
Lebih terperinciPenelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus sampai November 2014 di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai
III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau Jl. H.R. Soebrantas No.155
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan
Lebih terperinciI. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan
I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat
18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf
Lebih terperinciI. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,
I. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, pada bulan
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU
PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai
Lebih terperinci1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan
PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR PADI SAWAH (Oryza sativa L) PADA TIGA JUMLAH BARIS CARA TANAM LEGOWO A. Harijanto Soeparman 1) dan Agus Nurdin 2) 1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl.
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa (Laboratorium Pemuliaan dan Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei. Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru.
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei 2013 di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan
10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium
Lebih terperinciDENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT
DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di
Lebih terperinciPercobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda
Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada bulan Januari
Lebih terperinciPT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI
PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan
Lebih terperinciPENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT
PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Kartini,
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang
Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Padi, Varietas Inpari 13, Pupuk, Jajar Legowo
SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DENGAN KOMBINASI DOSIS PUPUK PHONSKA DAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13 Rizan Harun 1), Nelson Pomalingo 2), Fauzan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan
III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, dengan ketinggian 60 m dpl, jenis tanah Podsolik
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara
Lebih terperinciI. MATERI DAN METODE. OT1 = Tanpa Olah Tanah OT2 =Olah Tanah Maksimum Faktor kedua :Mulsa (M)
I. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, dan dilakukan pada bulan Februari-April
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat
Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dilahan Pertanian, Fakultas Pertanian, Medan, dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut, yang di mulai
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Agustus 2009 di Kebun Karet Rakyat di Desa Sebapo, Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi penelitian yang digunakan merupakan milik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.
6 TINJAUAN PUSTAKA Padi Sawah Padi (Oryza sativa L.) berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumput-rumputan (Gramineae) yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat
Lebih terperinciSISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH
SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Desa Moutong Kecamatan Tilong Kabila Kab. Bone Bolango dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan laut. 3.2. Bahan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Lebih terperinciOleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)
Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas
16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut Sei
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Kelurahan
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Kelurahan Simpang
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan dilahan pertanian yang beralamat di Jl. Sukajadi, Desa Tarai Mangun, Kecamatan Tambang, Kampar. Penelitian ini dilakukan bulan
Lebih terperinciI. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian
I. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, pada bulan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Efektivitas Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Upaya
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Efektivitas Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Upaya Pengendalian Wereng Batang Cokelat dan Walang Sangit pada Tanaman Padi dilaksanakan pada bulan Juli
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di
III. BAHAN DAN MATODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011 di lahan sawah yang berlokasi di Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Elevasi/GPS
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,
20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian
Lebih terperinciPersyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang
PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas
Lebih terperinciTEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau
TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia Latar Belakang Perubahan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155
Lebih terperinci