BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Inge Lesmono
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KERANGKA TEORI NEOREALISME Neorealisme percaya bahwa struktur sistem internasional bersifat anarki, yang berarti tidak ada kekuasaan di atas kekuasaan dan pemerintah di atas pemerintahan. Struktur sistem internasional ini membentuk kebijakan luar negeri suatu negara, tidak aneh jika negara yang mempunyai power yang lebih banyak memiliki pengaruh yang lebih besar (Waltz, 1979). Neorealisme berbeda dengan perspektif realisme yang berfokus pada sifat alamiah dasar manusia. Para pemikir realisme klasik, kekuasaan merupakan objek utama sehingga perlu diutamakan dan dimaksimalkan oleh suatu negara atau individu. Meskipun dalam realisme klasik, sumber daya ekonomi dan teknologi juga dianggap sebagai salah satu elemen dari kekuasaan suatu negara, namun kekuatan militerlah yang tetap menjadi elemen terpenting bagi pembentukan kekuasaan sebuah negara. Neorealisme menyetujui beberapa hal yang sama, bahwa kekuatan militer adalah penting dalam kekuasaan. Namun, bagi neorealisme, kekuasaan dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Maka, kekuasaan menjadi instrumen yang menuntun serta membatasi sesuatu hal kepada negaranegara lain. Daripada kekusaan itu sendiri, lebih difokuskan pada kemampuan penggunaan kekuasaan sebagai pertahanan negara (Baylis, 2012). Neorealisme dapat dipahami lebih lanjut dengan beberapa konsep atau asumsi dasar, sebagai berikut: I. Sistem internasional bersifat anarki. Keadaan anarki bukan berarti kekacauan. Keadaan anarki berarti tidak ada otoritas pusat yang mengatur tindakan negara-negara lain. II. III. IV. Sistem internasional menjadi faktor penting dalam menentukan perlakuan aktor. Negara yang memiliki kedaulatan berusaha untuk meningkatkan kekuatan militer untuk melindungi dirinya dan meluaskan kekuatan nasional. Negara adalah aktor yang rasional maka selalu mengejar strategi yang meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungan. 9
2 V. Ciri yang dapat ditemukan di sistem internasional adalah bahwa ketidakpastian menyebabkan kurangnya kepercayaan. Ketidaktauan atas motivasi dari negara lain membuat negara saling mengawasi satu dengan yang lain. VI. VII. Ketidaktauan tersebut kadang kala dapat menyebabkan kekeliruan dalam mengambil kebijakan nasional. Sebab negara-negara ingin mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan maka kelangsungan hidup negara menjadi motivasi yang paling dasar atas perlakuan suatu negara. Neorealisme percaya bahwa kekuatan merupakan sebuah alat untuk mencapai pertahanan negara (survival), dalam hal ini terbagi menjadi dua pemahaman yakni defensive structural realism dan offensive structural realism. Offensive structural realism beranggapan bahwa diperlukan peningkatan kekuatan supaya meraih posisi hegemoni dalam sistem internasional. Dengan menjadi hegemon, negara dapat memastikan posisi amannya untuk bertahan dalam sistem yang anarki. Menurut Mearsheimer dari bukunya yang berjudul Offensive structural realism mengandung 5 anggapan sebagai asumsi dasarnya, kebanyakan pemikir neorealis menyetujui asumsi dasar tersebut, 5 asumsi dasar realisme ofensif adalah yang berikut di bawah ini, (Mearsheimer, 2007) 1. Sistem internasional adalah anarki. 2. Negara yang memiliki Great Power pastinya memiliki kekuatan militer yang agresif. 3. Negara manapun tidak dapat memperkirakan sepenuhnya maksud dan keinginan oposisi. 4. Sasaran negara yang memiliki Great Power adalah kelangsung hidup negara itu sendiri. 5. Negara adalah aktor rasional. Jika, 5 asumsi tersebut bersatu, negara yang memiliki Great Power mendapat 10
3 motivasi yang kuat untuk bertindak dan berpikir agresif terhadap oposisi. Dalam kondisi anarki demikian, masing-masing negara tidak dapat memahami sepenuhnya maksud masingmasing sehingga timbul kecurigaan terhadap negara yang memiliki kemampuan ofensif. Sebagai akibat, negara berusaha untuk mengekspansi kekuatan negaranya serta memberikan kerugian terhadap negara yang berpotensial menjadi musuh atau saingan untuk menurunkan kekuatannya. Inti dalam hal ini, negara yang memiliki Great Power bertindak agresif (Mearsheimer, 2007). Tindakan-tindakan yang bercenderung mengekspansi kekuatan negara akan berakhir, setelah negara tersebut menjadi hegemon. Sehingga, hendaknya negara-negara yang memiliki Great Power selalu ingin menjadi satu-satunya hegemon di dunia namun hal tersebut tidak akan dapat tercapai kecuali negara memiliki kekuasaan nuklir yang mutlak yang negaranegara lain tidak dapat menerkam. Akan tetapi, objek utama negara-negara yang memiliki Great Power, tetap saja menjadi hegemon, terutama hegemon di regionalnya. Setelah menjadi hegemon di regionalnya, mereka mengintervensi di wilayah lain supaya menjaga Balance of Power, dengan kata lain berefek sebagai Offshore Balancer (Mearsheimer, 2007) Sedangkan, Defensive structural realism beranggapan bahwa memaksimalkan kekuatan dengan menyerang dapat merugikan atau membahayakan keamanan suatu negara. Dengan pengembangan kekuatan secara agresif dianggap kurang bijak, karena akan membuat sistem internasional menghukumnya. Pemahaman ini memandang kekuatan sebagai alat untuk bertahan dari ancaman yang muncul dalam sistem internasional yang anarki. (Waltz, 1979) Para pemikir defensif realis yang merujuk pada pemikiran Waltz beranggapan bahwa negara-negara yang memiliki Great Power yang tujuan akhirnya memaksimalkan keamanan (security maximize), lebih berfokus menjaga Balance of Power saat itu daripada mengejar ekspansi kekuatan negaranya. Waltz mengatakan bahwa perhatian yang paling utama dari negara-negara adalah menjaga status quo terhadap posisi negara dalam sistem internasional. (Waltz, 1979) Setelah itu, para pemikir defensif realis utama menuruti pandangan yang demikian (Grieco 1988). Negara-negara yang memiliki Great Power malah harus berhati-hati merekrut kekuatan yang terlalu banyak, oleh karena mekanisme Balance of Power yang berefek di sistem internasional. Provokasi seperti mengejar kekuasaan hegemoni, merupakan bunuh diri bagi suatu negara. Karena bukan hanya satu negara saja yang mengejar hal 11
4 tersebut namun negara-negara lainpun mengejar hegemoni tersebut (security dilemma) (Waltz, 1979) sehingga negara-negara dapat menjadi semakin kuat namun di sisi lain dapat menempatkan mereka di zona yang lebih berbahaya (Glaser, 1997). Penelitian ini berfokus menggunakan perspektif defensive stuctural realism dalam mengkaji relevansi pentingnya wajib militer di Korea Selatan sebagai bentuk pertahanan negara. Konsep deterrence menjelaskan lebih lanjut bahwa lebih mudah untuk bertahan untuk mencegah terjadinya kehilangan yang lebih besar. Dalam hal ini, negara melakukan aliansi dengan negara lain serta penangkisan serangan dan penguatan kekuatan militer bertujuan untuk melindungi situasi damai yang ada (Waltz, 1979) Konsep Keseimbangan Kekuatan (Balance of Power) Masih berkaitan dengan asumsi neorealisme, berdasar asumsi ketiga, bahwa negara tak dapat memastikan intensi dari negara lain, membawa negara- negara dalam kecemasan memprediksi siapakah lawan yang sesungguhnya mengancam mereka. Hal ini yang menghantarkan kepada pengertian security dilemma, yang menjelaskan bahwa tiap langkah great power dalam meningkatkan keamanan mereka mengurangi keamanan dari negara lain. Sifat zero sum game tersebutlah yang membuat negara saling menyeimbangkan posisi power nya, sehingga mau tidak mau harus saling menyerang atau berkompetisi untuk mendapatkan posisi aman. Hal tersebut dijuluki dengan istilah Balance of Power (Paul, 2004). Dalam melakukan penyeimbangan kekuatan terdapat lima tipe yang dapat dilakukan, antara lain: a. Internal Balancing ialah penyeimbangan kekuatan dengan cara menambah kemampuan internal yang dimiliki negara, seperti memperkuat pembangunan ekonomi, menambah cadangan senjata, dan lain sebagainya. b. External Balancing ialah penyeimbangan kekuatan dengan cara mencari kekuatan di luar negara. Disini aliansi merupakan alat kunci bagi negara untuk menjamin keamanannya. (aliansi perdagangan maupun keamanan tanpa mengajak lawan) 12
5 c. Bandwagoning ialah membangun ikatan dengan Power dominan saat ini, dan menunggu saat yang tepat di masa depan. d. Buck-Passing ialah free ride atau bertindak sebagai pengikut sehingga dengan cara cepat dapat meraih keuntungan (ekonomi maupun ketahanan) walau tak mendapat power besar. e. Appeasement ialah membuat konsesi seraya membangun diri untuk berlari melejit. Melalui konsep keseimbangan kekuatan ini, dapat dijelaskan bagaimanan Korea Selatan menyiapkan diri dalam keseimbangan kekuatan dengan Korea Utara. Korea Utara dalam tujuan meningkatkan kekuatan secara maksimal dan Korea Selatan dalam tujuan meningkatkan pertahanan secara maksimal, kedua negara ini saling membalancing kekuatan masing-masing dalam tujuan yang berbeda. Korea Selatan melakukan kerjasama militer dengan AS agar menahan Korea Utara dalam menyerang Korea Selatan, dan sistem wajib militer menjadi fondasi dalam pertahanan nasional Korea Selatan, dalam kerjasama dengan pasukan AS. Berdasarkan perspektif neorealisme dapat dilihat bahwa Korea Selatan menyadari situasi sistem internasional yang anarki. Situasi ini menimbulkan beberapa ancaman bagi Korea Selatan, salah satunya ancaman yang datang dari status perang di antara Korea Selatan dan Korea Utara yang masih belum usai, hal ini selalu menjadi ancaman bagi Korea Selatan. Maka untuk bertahan, Korea Selatan meningkatkan kekuatannya sebagai cara untuk melindungi diri. Wajib militer dapat menjadi strategi bagi Korea Selatan untuk meminimalkan resiko dan memaksimalkan pertahanan negara dibidang militer dan juga dilihat dari segi balance of power, Korea Selatan menjalin hubungan kerjasama militer dengan AS untuk mempertahankan status quo dan balance of power. 2.2 Penelitian Terdahulu Judul : 북한핵위협대두이후한국의바람직한군사력증강방향 (terjemahan judul : Langkah yang baik untuk diambil oleh Korea Selatan untuk meningkatkan kekuatan militer pasca gencarnya ancaman nuklir Korea Utara) Penulis : Park Hwee-Rak Tahun terbit :
6 Dalam penelitian ini, dibahas mengenai langkah apa saja yang relevan untuk dilakukan Korea Selatan untuk menghadapi konflik ataupun ancaman yang dibawa dari Korea Utara ataupun aktor-aktor eksternal lain. Pertama-tama Park menjelaskan mengenai standar penguatan kekuatan militer sebab negara sulit untuk membedakan siapa itu musuh dan siapa yang berpotensial menjadi musuh sehingga negara harus menyiapkan setiap situasi dan kemungkinan. Menurutnya, Asumsi tersebut harus diterapkan di situasi Korea Selatan. Kedua, dilanjutkan dengan self-defense dan aliansi. Park menekankan pentingnya self-defense dan aliansinya dengan Amerika Serikat, ia menjelaskan mengenai korelasi diantara ekonomi dan kekuatan nasional suatu negara dan membahas lebih jauh lagi mengenai strategi-strategi yang dapat meningkatkan self-defense. Kesadaran masyarakat Korea Selatan mengenai keamanan nasional timbul setelah kondisi ekonomi nasional mulai stabil. Park melanjutkan pembahasan dengan menerjemahkan situasi yang Korea Selatan alami secara realis seperti yang terlihat dari alasan Korea Selatan beraliansi dengan Amerika Serikat. Park, dalam penulisannya, berusaha untuk menyusun ancaman-ancaman yang paling gencar. Ia mendefinisikan bahwa ancaman terbesar bagi Korea Selatan adalah Korea Utara. Ia membagi ancaman dari Korut sebagai dua, yaitu ancaman konvensional dan ancaman nuklir. Selama ini, Korea Selatan menaruh semua konsentrasi untuk melawan ancaman regular warfare, yaitu ancaman konvensional. Sebab pada tahun 1950 pun, Korea Utara mencetuskan perang dengan Korea Selatan, dan saat ini pun statusnya adalah status pemberhentian perang dengan perjanjian yang dibuat di pararel ke 38 di antara Korea Utara dan Korea Selatan sehingga Park menggunakan perbandingan kekuatan militer antar Korea Selatan dan Korea Utara dalam segi jumlah pasukan aktif, cadangan militer, jumlah senjata yang dimiliki masing-masing dan kualitas senjata yang saling berbeda. Ancaman yang paling menakutkan adalah ancaman nuklir. Park membahas mengenai situasi Asia Timur, sebab negara-negara seperti Cina dan Jepang juga adalah salah satu elemen penting dalam situasi yang Korea Selatan hadapi. Park memprediksi Cina dan Jepang juga kapanpun dapat menjadi musuh bagi Korea Selatan. Ia menggunakan perbandingan kekuatan militer Korea Selatan dengan Jepang juga. Sebab, Jepang juga mempunyai riwayat yang ganas dan potensi yang terlihat dari pengembangan kekuatan militer yang terus-menerus dilakukan. Park berusaha untuk menaruh contoh persiapan yang paling pantas untuk melawan serangan nuklir dari Korea Utara. 14
7 Judul : Implementasi kerjasama pertahanan keamanan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009 Penulis : Isna Hartati Tahun terbit : 2013 Penelitian ini dimulai dari pembahasan mengenai kerjasama diantara Korea Selatan dan Amerika Serikat terhadap ancaman nuklir Korea Utara yang membahayakan keamanan semenanjung Korea. Dalam hal ini, Amerika menempatkan pasukannya sebanyak puluhan ribu di tanah Korea Selatan dan juga menyiapkan lima sistem yang berfungsi dalam menangkal serangan rudal, kapal induk bertenaga nuklir dimiliki oleh Armada ketujuh yang berada di wilayah Jepang, pesawat yang terdiri dari F/A-18E/F Super hornet, F/A-18A/C Hornet, pesawat pengintai udara E-2c Hawkeye serta pesawat anti-kapal selam P3-C, dsb, untuk melindungi keamanan di wilayah semenanjung Korea. Dalam penelitian ini, difokuskan untuk melihat kemampuan rudal Korea Utara dan bagaimana kerjasama antara Korea Selatan dan Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman Korea Utara, lebih spesifik lagi tentang masuknya Korea Selatan ke dalam PSI (Proliferation Security Initiative) pada 26 Mei 2009 yang diajukan oleh Amerika Serikat. Penulis berusaha untuk menjelaskan kekuatan militer Korea Selatan dan detailnya bantuan militer AS serta bentuk-bentuk kegiatan PSI tersebut. Kedua penelitian sebelumnya sama-sama membahas mengenai pertahanan Korea Selatan dalam menghadapi Korea Utara. Dimana, penulis sebelumnya, menjelaskan bahaya nuklir dan rencana untuk peningkatan pertahanan di Korea yang berfokus pada kerjasama dengan negara lain. Namun dari kedua tulisan diatas mereka tidak membahas mengenai wajib militer yang ada di Korea Selatan padahal wajib militer ini merupakan salah satu alat pertahanan Korea Selatan. Untuk itu penulis akan meneliti mengenai sistem wajib militer Korea Selatan. Meneliti sistem wajib militer ini dirasa penulis merupakan hal yang relevan, dikarenakan militer merupakan salah satu alat pertahanan Korea Selatan saat ini. Untuk itu kebijakan mengenai sistem didalamnya sangat penting untuk dipelajari. Nantinya penulis akan meneliti mengapa sistem wajib militer di Korea Selatan menjadi sangat penting dan masih dipertahankan hingga saat ini, apa saja faktor yang melatar belakangi dan apakah sistem ini akan mencegah ancaman dari negara lain khususnya Korea Utara. 15
8 2.3 Kerangka Berpikir Wajib militer Korea Defensive Structural Realism Selatan Faktor-faktor Pendorong Sistem Wajib Militer Korea Selatan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Wajib Militer Korea Selatan Tetap Dipertahankan Keterangan Kerangka Berpikir: Korea Selatan memiliki sistem wajib militer yang masih tetap dipertahankan sampai saat ini, penelitian ini akan dianalisis menggunakan teori Defensive Structural Realism. Nantinya penulis akan menjelaskan faktor-faktor yang mendorong kemunculan sistem wajib 16
9 militer Korea Selatan. kemudian, penulis akan menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sistem wajib militer Korea Selatan tetap dipertahankan yang dianalisis melalui neorelism. 17
Realisme dan Neorealisme I. Summary
Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki
Lebih terperinciPERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM
PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posisi Laut Cina Selatan sebagai jalur perairan utama dalam kebanyakan ekspedisi laut, yang juga berada diantara negara-negara destinasi perdagangan, dan terlebih lagi
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperincidalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan
BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperinciMODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL
MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di negara-negara Afrika Utara dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Fenomena Arab Spring merupakan sebuah fenomena yang memunculkan pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di negara-negara Afrika Utara dan Timur Tengah. Fenomena
Lebih terperinciREALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni
REALISM Theoretical Intrepretations of World Politics By Dewi Triwahyuni Theory in Brief REALISM & NEOREALISM Key Actors View of the individual View of the state View of the international system Beliefs
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciKemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat
Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan
Lebih terperinciSumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.
Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan
Lebih terperinciDIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan
BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciPendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer
Pendahuluan A. Latar Belakang Pakistan merupakan salah satu negara yang terletak diwilayah Asia Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer (650 mi) dengan Laut Arab dan Teluk Oman
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara. tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Timur merupakan wilayah yang sejak lama penuh dengan dinamika dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara seperti Republik
Lebih terperinciKONTROVERSI KEBANGKITAN CINA DALAM DUNIA INTERNASIONAL: DEFENSIF ATAU OFENSIF?
Makalah Akhir Individu untuk Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional 1 Binar Sari Suryandari 1006664685 KONTROVERSI KEBANGKITAN CINA DALAM DUNIA INTERNASIONAL: DEFENSIF ATAU OFENSIF? DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia
BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar
Lebih terperincidalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap
BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dominan di Korea, oleh karena itu, penelitian ini berusaha menganalisis kepentingan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Judul penelitian ini adalah kepentingan Amerika Serikat dalam reunifikasi di Semenanjung Korea. Amerika Serikat adalah salah satu faktor eksternal yang dominan
Lebih terperinci1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME
1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperinciNATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)
NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats
Lebih terperinciKebijakan Jepang terhadap Uji Coba Senjata oleh Korea Utara
Kebijakan Jepang terhadap Uji Coba Senjata oleh Korea Utara Sandyka Kurniawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Ilmu Hubungan Internasional, Yogyakarta, Indonesia sandykakur@gmail.com Abstract This
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 B. Buzan & O. Waever, Regions and Powers: The Structure of International Security, Cambridge University
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan pemilihan judul Tesis ini akan menjelaskan tentang kompleksitas keamanan di kawasan Asia Timur dan implikasinya terhadap peningkatan kekuatan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan Jepang menyerah kepada sekutu. sendiri, pemerintahan Jepang yang dibawah Supreme Commander for the Allied
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa menjelang hingga Perang Dunia II kekuatan militer Jepang telah memperlihatkan kekuatannya dengan dibuktikan menduduki sebagian besar Tiongkok dan Semenanjung
Lebih terperinciPENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA
ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2017, 5(4) 1331-1338 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE
Lebih terperinciDOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Tinjauan Umum Teori Kepentingan Nasional Teori National Interest Versi Hans J. Morgenthau Teori National Interest Versi Donald Nuchterlin
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer
BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.
Lebih terperinciPengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni
Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam
Lebih terperinciPertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme. Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP
Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP Mengapa teori menjadi penting? Teori adalah pernyataan yang dibuat untuk menjawab pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asia Timur sejak lama merupakan bagian dunia yang penuh dinamika.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Asia Timur sejak lama merupakan bagian dunia yang penuh dinamika. Ketika dunia masih diliputi Perang Dingin, Asia Timur dalam penilaian strategis AS sama pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Abad 21 merupakan abad kebangkitan Asia. Kesuksesan pembangunan yang terjadi di negeri-negeri di kawasan tersebut dalam beberapa dekade terakhir menjadi alasan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di
Lebih terperincisanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.
BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Laut Cina Selatan merupakan sengketa laut yang menjadi prioritas utama negara - negara dikawasan Asia Tenggara dan Association of South East Asia Nations (ASEAN) saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah sebuah Negara baru bekas pecahan dari Uni Soviet. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu setelah pada tanggal 25
Lebih terperinciMenuju Dunia Bebas Senjata Nuklir: Deterrence, Nuclear Taboo, dan Traktat Nonproliferasi Nuklir
Menuju Dunia Bebas Senjata Nuklir: Deterrence, Nuclear Taboo, dan Traktat Nonproliferasi Nuklir Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hubungan Internasional Dosen: Dr. Arry
Lebih terperinciENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT
ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? By: Dewi Triwahyuni 1 Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? Sejak 1920an, adanya pergerakan negara totaliter di
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B
BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan
Lebih terperinciUU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)
Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rencana Amerika Serikat (AS) untuk membuat sistem pertahanan rudal di
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana Amerika Serikat (AS) untuk membuat sistem pertahanan rudal di Polandia tercapai. Pada tanggal 8 Juli 2008, Menteri luar negeri AS Condolizza Rice dan Menteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG Kawasan Asia Timur merupakan kawasan di mana sedang terjadi sebuah pergeseran kekuatan (power shift) yang menjadi ciri utama dari sebuah tata regional yang
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperincivariable yang nyata di dalam tubuh SAARC. India sebagai pivotal power di kawasan memang sudah melakukan beberapa upaya untuk mendukung integrasi
BAB IV KESIMPULAN Skripsi ini berusaha untuk menjawab dua pertanyaan masalah, yaitu mengapa kohesivitas regional di dalam SAARC sampai saat ini masih cenderung lemah dan juga apa saja yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan
BAB IV PENUTUP Kesimpulan Perkembangan senjata nuklir sejak dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki hingga saat ini telah mempengaruhi politik luar negeri antara negara-negara di dunia. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di
Lebih terperinciLingkungan Strategis XXI
Lingkungan Strategis XXI Balance of Power ARMS Trade Strategic Environment Force Deployment RMA Unipolar Moment-Concert of Power Differentiation of Distribution of Power Imperial Overstretch Limit of Innovation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan mengadakan latihan gabungan dengan Amerika Serikat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada bulan november tahun 2010, tepatnya tanggal 23 november 2010, Korea Selatan mengadakan latihan gabungan dengan Amerika Serikat diperbatasan Korea Utara yang masih
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. dengan Uni Soviet, dimana pada saat Perang Dingin terjadi perang ideologi antara
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) merupakan negara yang berada di Asia Timur yang berdiri pada tahun 1949 1. Pada masa perang dingin, Cina bersekutu dengan Uni Soviet,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kedaulatan suatu negara dapat dilihat dari sejauh mana negara tersebut memiliki hubungan bilateral dengan negara lainnya untuk menjalin kerjasama
Lebih terperinciUNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Negara Bangsa Dalam Politik Luar Negeri Teori-Teori Level Negara Bangsa Dalam Politik
Lebih terperinciAMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA
AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si. Saran Bacaan: Eugene R. Wittkopf, The Future of American Foreign Policy,, Second Edition (New York: St. Matin s Press, 1992).
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001, p. 115. 1 Taik-young Hamm, Arming the Two Koreas, State, Capital, and Military Power, Routledge, New York,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satu hal terpenting yang perlu disorot dari kawasan Asia Timur adalah ketegangan politik antara kelima negara. Letak permasalahan utamanya terdapat pada perkembangan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.
BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara
Lebih terperinciPENGANTAR KAJIAN STRATEGIS
PENGANTAR KAJIAN STRATEGIS Penulis : Anak Agung Banyu Perwita; Afrimadona; Bantarto Bandoro; Beni Sukadis; Fredy BL Tobing; Kusnadi Kardi; Prasojo; Yugolastarob Komeini Editor : AA Banyu Perwita Bantarto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun multilateral antar negara biasanya mengalami suatu kondisi dinamika pasangsurut yang disebabkan
Lebih terperinciTabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak
PERANG ASIMETRIS (Disarikan dari Nugraha, A & Loy, N 2013, Pembangunan Kependudukan untuk Memperkuat Ketahanan Nasional dalam Menghadapi Ancaman Asymmetric War, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan,
Lebih terperinciUAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI
UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI 44312098 1. Perkembangan hubungan luar negeri antara Tiongkok- Korea Selatan semakin hari semakin membaik, hal ini terbukti dengan adanya pertemuan dua petinggi Negara Tiongkok-
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Kesimpulan
BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai
Lebih terperinciDUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)
Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KERJASAMA PERTAHANAN KEAMANAN ANTARA AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN DALAM KERANGKA PROLIFERATION SECURITY INITIATIVE (PSI) 2009
ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 231-246 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 IMPLEMENTASI KERJASAMA PERTAHANAN KEAMANAN ANTARA AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan
BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada
Lebih terperinciturut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan
Lebih terperincinegara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk
BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah
Lebih terperinciBAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN
www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang
Lebih terperinciAncaman Terhadap Ketahanan Nasional
Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional
Lebih terperinciMUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG
MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
Lebih terperinciPengembangan Teknologi dan Kekuatan Militer sebagai Strategi Pertahanan di Negara-Negara Kawasan Asia Timur *Andi Meganingratna
Pengembangan Teknologi dan Kekuatan Militer sebagai Strategi Pertahanan di Negara-Negara Kawasan Asia Timur *Andi Meganingratna Abstrak Adanya berbagai dinamika dalam keamanan regional mendorong negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (narkoba) merupakan salah satu bentuk tindak kejahatan transnasional. Amerika Serikat, menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat
Lebih terperinciUnipolaritas Damai? Menggugat Justifikasi Dominasi AS
Tangguh 0706291426 Dept. Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia 1 Unipolaritas Damai? Menggugat Justifikasi Dominasi AS Review Mata Kuliah Hubungan Luar Negeri dan Keamanan Amerika William
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA. Pengaruh Modernisasi Militer China Terhadap Kebijakan Amerika Serikat di Asia Pasifik TESIS. Aldrin Erwinsyah
UNIVERSITAS INDONESIA Pengaruh Modernisasi Militer China Terhadap Kebijakan Amerika Serikat di Asia Pasifik TESIS Aldrin Erwinsyah 0906589740 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM PASCA SARJANA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis
Lebih terperinciRESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciSignifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si
Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy
Lebih terperinciLomba Senjata China Versus Amerika Serikat
Lomba Senjata China Versus Amerika Serikat Hanya dalam masa satu generasi saja, kini Negeri Tirai Bambu telah bertransformasi dari negeri agraris terbesar menjadi negeri yang memiliki kekuatan industri
Lebih terperinci