Executive Summary LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN DISTRIBUSI TENAGA KESEHATAN DI DAERAH PERBATASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Executive Summary LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN DISTRIBUSI TENAGA KESEHATAN DI DAERAH PERBATASAN"

Transkripsi

1 Executive Summary LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN DISTRIBUSI TENAGA KESEHATAN DI DAERAH PERBATASAN (Studi di Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara dan Kota Jayapura Provinsi Papua) Oleh: Tri Rini Puji Lestari BADAN KEAHLIAN DPR RI JAKARTA 2017

2 I. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan di daerah perbatasan masih sangat memprihatinkan. Program jaminan kesehatan nasional yang diluncurkan pemerintah pusat, belum dimanfaatkan masyarakat secara optimal. Ketersediaan tenaga kesehatan di daerah perbatasan kurang berkembang dibanding daerah lain maupun dalam skala nasional. Hal ini dikarenakan di daerah perbatasan memiliki keterbatasan dalam pemenuhan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan termasuk tenaga kesehatan. 1 Kondisi ini tidak sejalan dengan ketentuan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 22 yang intinya menyatakan bahwa pendayagunaan tenaga kesehatan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat di dalam negeri dan luar negeri dengan memperhatikan aspek pemerataan, pemanfaatan, dan pengembangan. Ketersediaan tenaga kesehatan pada dasarnya sangat penting bagi pembangunan kesehatan yang lebih baik. Karena tenaga kesehatan berperan sebagai penggerak dan memberikan pelayanan dalam pembangunan kesehatan. Sehingga dapat mempercepat capaian tujuan pembangunan kesehatan. Hal ini sejalan dengan hasil laporan Bappenas (2005), bahwa keterbatasan ketersediaan tenaga kesehatan berdampak pada kualitas dan aksesbilitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sehingga, secara mikro operasional tidak jarang muncul persepsi di masyarakat bahwa rendahnya kualitas pelayanan di suatu fasilitas kesehatan karena sikap dan prilaku tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Sedangkan sikap dan perilaku tenaga kesehatan berhubungan erat dengan beban kerja dan ketersediaan sarana dan prasarana yang tersedia dalam memberikan pelayanan kesehatan tersebut. 2 Menurut BPSDM Kesehatan, secara umum pertumbuhan, jumlah, dan distribusi tenaga kesehatan masih belum cukup memenuhi tuntutan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan produk tenaga kesehatan juga masih tidak berimbang, produksi antar jenis tenaga kesehatan yang satu dengan lainnya dan pertumbuhan jumlah tenaga kesehatan cenderung masih berkumpul pada daerah yang memiliki kapasitas ekonomi kuat dan padat penduduk. Sedangkan di daerah dengan kapasitas ekonomi rendah dan memiliki sedikit penduduk kurang diminati. Berdasarkan data BPSDM Kesehatan tahun 2016, keberadaan tenaga kesehatan lebih banyak berada di pulau jawa, yaitu Jawa Barat ( orang), Jawa Timur ( orang), dan Jawa Tengah ( ) orang. Sedangkan provinsi dengan jumlah tenaga kesehatan paling sedikit adalah provinsi-provinsi yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal, terdepan, dan terluar/perbatasan seperti, Kalimantan Utara (3.148 orang), Papua Barat (4.693 orang) dan Sulawesi Barat (5.202 orang). 3 Kepadatan penduduk yang berbeda antar daerah karena perbedaan geografis, menjadi tantangan dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang merata termasuk 1 Karolin. Layanan Kesehatan Perbatasan Masih Memprihatinkan. Online. diakses 25 Maret Riyadi, Dedi M. Masykur, dkk Laporan Kajian Kebijakan Perencanaan Tenaga Kesehatan. Jakarta: Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 3 ibid 1

3 penyediaan tenaga kesehatan. Demikian juga dengan penyediaan tenaga kesehatan yang kompeten di daerah perbatasan. Jumlah tenaga kesehatan di provinsi yang memiliki daerah perbatasan, menurut BPSDM Kesehatan tahun 2016, paling banyak ada di provinsi Nusa Tenggara Timur ( orang), Papua ( orang), Aceh (4.087 orang), dan paling sedikit di provinsi Kalimantan Utara (1.328 orang). Kurangnya minat tenaga kesehatan untuk bekerja di daerah perbatasan mempunyai andil yang cukup besar terhadap semakin rumitnya permasalahan berkaitan dengan pemerataan tenaga kesehatan di Indonesia. Kondisi ini merupakan tantangan serius pada pengembangan kesehatan dan percepatan pencapaian pembangunan kesehatan. 4 Beberapa studi terkait distribusi tenaga kesehatan sudah pernah dilakukan antara lain: penelitian yang dilakukan oleh Herman dan Mubasysyir pada tahun 2008, tentang Evaluasi Kebijakan Penempatan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Sangat Terpencil Di Kabupaten Button. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan penempatan tenaga kesehatan belum dapat mengatasi kekurangan tenaga kesehatan di puskesmas sangat terpencil. Sedangkan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menganalisis dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan distribusi tenaga kesehatan baik di rumah sakit maupun puskesmas di daerah perbatasan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah masih kurangnya distribusi tenaga kesehatan di daerah perbatasan. Beberapa pertanyaan yang akan digali lebih lanjut adalah: a. Bagaimana pelaksanaan distribusi tenaga kesehatan di daerah perbatasan selama ini? b. Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam mengatasi permasalahan distribusi tenaga kesehatan di daerah perbatasan? II. TUJUAN DAN MANFAAT Secara umum penelitian ini ditujukan untuk menggali berbagai data dan informasi terkait pelaksanaan kebijakan distribusi tenaga kesehatan dan upaya untuk mengatasi masalah distribusi tenaga kesehatan di daerah perbatasan. Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan informasi dan menganalisis beberapa hal terkait: a. Pelaksanaan distribusi tenaga kesehatan di daerah perbatasan selama ini. b. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mengatasi permasalahan distribusi tenaga kesehatan di daerah perbatasan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi terhadap kajian dan wacana mengenai distribusi tenaga kesehatan. Selain itu hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi implementasi Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga kesehatan. 4 Pusat Data Dan Informasi Data dan Informasi, Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: Kemenkes. 2

4 III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode untuk mendapatkan data dan informasi secara komprehensif tentang distribusi tenaga kesehatan di daerah perbatasan di Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara dan Kota Jayapura Provinsi Papua. Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang dan perilaku yang diamati. 5 Analisis pada penelitian ini menggunakan teknik analisis yang menggunakan poin kunci yaitu reduksi data dan intepretasi. Analisis penelitian ini akan dilakukan melalui kedua proses tersebut sehingga ditemukan jawaban dari permasalahan yang ingin dicari dari penelitian. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Distribusi Tenaga Kesehatan Kebijakan terkait upaya pemenuhan tenaga kesehatan tertuang dalam RPJMN sebagai arah dalam pembangunan kesehatan. Adapun institusi yang bertanggung jawab melaksanakan pemenuhan tenaga kesehatan adalah Badan Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan (BPPSDMK). Secara khusus kebijakan pengadaan sumber daya manusia kesehatan (SDMK) didasarkan pada Peraturan Menkes Nomor 33 Tahun 2015 tentang pedoman penyusunan perencanaan kebutuhan SDMK dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang pedoman pemerintah daerah disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan hukum. Pengadaan tenaga kesehatan tahun dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Perencanaan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi masyarakat harus disusun secara menyeluruh, baik untuk fasilitas kesehatan milik pemerintah secara lintas sektor termasuk pemerintah daerah dan swasta, serta mengantisipasi keadaan darurat kesehatan dan pasar bebas di era globalisasi. Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan jenis pelayanan yang dibutuhkan, sarana kesehatan, serta jenis dan jumlah yang sesuai. Perencanaan nasional tenaga kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan ada empat metoda yang digunakan yaitu: 1). Health Need Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada pada masyarakat; 2). Health Service Demand, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas permintaan akibat beban pelayanan kesehatan; 3). Health Service Target Method yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan, misalnya puskesmas, dan rumah sakit; dan 4). Ratios Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan pada standar/rasio terhadap nilai tertentu. 6 5 Arif Sumantri, 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Kencana. 6 Kementerian Kesehatan, 2011, Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun , Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 3

5 2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan digunakan untuk membentuk keahlian dan keterampilan tenaga kesehatan di bidang-bidang teknologi yang strategis serta mengantisipasi timbulnya kesenjangan keahlian sebagai akibat kemajuan teknologi. Dalam upaya pengembangan sistem pendidikan tenaga kesehatan, maka perlu perpaduan antara Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Kesehatan. Sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas, jenjang pendidikan dibidang kesehatan yang diperlukan untuk profesi tenaga kesehatan minimal lulusan D3 sedangkan jenjang pendidikan dibidang kesehatan yang lulusannya di bawah D3 disebut asisten tenaga kesehatan. Dengan demikian, kewenangannyapun akan semakin jelas pembedaannya. Sebagai contoh kewenangan antara tukang gigi dengan dokter gigi mudah dibedakan. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan ditujukan untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas, berdaya saing tinggi, serta profesional, yaitu tenaga kesehatan yang mengikuti perkembangan IPTEK, menerapkan nilai-nilai moral dan etika profesi yang tinggi. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan ditingkatkan melalui pengembangan standar pendidikan tenaga kesehatan guna memenuhi daya saing baik secara nasional maupun internasional.penambahan jumlah institusi pendidikan juga diperlukan sesuai kebutuhannya. 3. Pendayagunaan tenaga kesehatan merupakan upaya pemerataan, pembinaan, dan pengawasan tenaga kesehatan melalui penempatan tenaga kesehatan dengan cara pengangkatan sebagai PNS, anggota TNI/Polri, Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja, atau penugasan khusus (melalui seleksi untuk dokter pasca internsip, residen senior, pascapendidikan spesialis dengan ikatan dinas dan tenaga kesehatan lainnya yang diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan). Dalam rangka pemerataan dan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, setiap lulusan dari perguruan tinggi Pemerintah harus mengikuti seleksi penempatan. Namun demikian, seleksi penempatan ini dapat juga diikuti oleh tenaga kesehatan lulusan perguruan tinggi selain Pemerintah. Peningkatan pendayagunaan tenaga kesehatan diupayakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan kesehatan di semua lini, dari daerah sampai pusat secara lintas sektor, termasuk swasta, serta memenuhi kebutuhan pasar dalam menghadapi pasar bebas di era globalisasi. Pendayagunaan tenaga kesehatan di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan daerah bermasalah kesehatan (DBK), perlu mendapat perhatian khusus. Pendayagunaan tenaga kesehatan untuk manajemen kesehatan, institusi pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, institusi penelitian dan pengembangan kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, juga perlu mendapatkan perhatian yang memadai. Dalam rangka penghargaan Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang bertugas di Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), maka mereka berhak 4

6 mendapatkan kenaikan pangkat istimewa dan perlindungan dalam pelaksanaan tugas. Sedangkan, dalam keadaan khusus dapat diberlakukan ketentuan wajib kerja dan pola ikatan dinas pada tenaga kesehatan yang memenuhi kualifikasi akademik dan potensi serta mendapatkan fasilitas dan tunjangan khusus. Pengembangan tenaga kesehatan termasuk peningkatan karirnya dilakukan melalui peningkatan motivasi tenaga kesehatan untuk mengembangkan diri dan memermudah tenaga kesehatan memperoleh akses terhadap pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan. Peningkatan pelatihan tenaga kesehatan dilakukan melalui pengembangan standar pelatihan tenaga kesehatan guna memenuhi standar kompetensi yang diharapkan oleh pelayanan kesehatan kepada seluruh penduduk Indonesia. Peningkatan pelatihan tenaga ksehatan juga dilakukan melalui akreditasi institusi pelatihan tenaga kesehatan, serta sertifikasi tenaga pelatih. 4. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan sesuai kompetensi yang diharapkan dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia. Pembinaan dan pengawasan praktik profesi tenaga kesehatan dilakukan melalui sertifikasi, registrasi, uji kompetensi, dan pemberian lisensi. Uji kompetensi ditujukan untuk menjaga dan menjamin mutu tenaga kesehatan dan dilakukan pada masa akhir pendidikan vokasi dan profesi. Standar kompetensi disusun oleh organisasi profesi dan Konsil dengan disahkan oleh Kemenkes. Pembinaan dan pengawasan juga dilakukan untuk memastikan terpenuhinya kesejahteraan dan kesempatan yang seluas-luasnya peningkatan dan pengembangan karir tenaga kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes No. 81/Menkes/SK/I/2004 tentang pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit, terutama dengan mengacu pada metode perhitungan tenaga kesehatan berdasarkan pendekatan rasio terhadap nilai tertentu, ditetapkan sasaran strategis ketersediaan tenaga kesehatan Dalam prakteknya di Kementerian Kesehatan lebih banyak menggunakan Ratios Method dengan proses perhitungan sebagai berikut 7 : Menentukan/memperkirakan rasio terhadap suatu nilai, misalnya rasio tenaga kesehatan dengan penduduk, dengan jumlah tempat tidur RS, dengan Puskesmas, Membuat proyeksi nilai tersebut kedalam sasaran/ target tertentu, Menghitung perkiraan, yaitu dengan cara membagi nilai proyeksi dengan rasio. Contoh, ratio tenaga kesehatan: tempat tidur di RS, di Indonesia, misalnya 1:5000, di India 1: 2000, di Amerika 1:500 (Suseno, 2005). 7 Bappenas, 2005, Laporan Kebijakan Perencanaan Tenaga Kesehatan, Jakarta: Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 5

7 Sasaran yang akan dicapai pada RPJMN adalah meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan. Untuk mencapai itu ada 3 indikator kinerja program (IKP) yaitu: 1). Jumlah tertentu puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan, 2) persentase tertentu rumah sakit kabupaten/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang, serta 3). Jumlah tertentu SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya (kumulatif). Kesemua monitoring tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah tenaga kesehatan yang terakreditasi, prosentase program studi/institusi Poltekes yang terakreditasi baik, kebijakan terkait norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK), data dan informasi, serta jumlah tenaga kesehatan yang melaksanakan internship. Selain itu dalam pelaksanaannya sebagaimana terlampir dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah mengenai pembagian urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah usat dan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota di BPPSDMK dari 34 provinsi ada 5 pembimbing wilayah. B. Pelaksanaan Distribusi Tenaga Kesehatan Pelaksanaan perencanaan tenaga kerja kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, dilakukan berdasarkan PMK No.81/Menkes/SK/I/2004. Guna menganalisis implementasi dari kebijakan pengadaan tenaga kesehatan, dilakukan analisis situasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi proses perencanaan, serta masalah dan tantangan yang dihadapi, sehingga bisa diambil suatu tindakan untuk memperbaiki situasi saat ini. Di era pemerintahan Presiden Jokowi Dodo seperti sekarang ini (yang tertuang dalam RPJMN III tahun ) distribusi tenaga kesehatan lebih difokuskan pada daerah tertinggal, perbatasan/terpencil dan kepulauan (DTPK) mengingat aksibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di DTPK masih sangat terbatas karena ketersediaan tenaga kesehatan yang terbatas. Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara dan Kota Jayapura Provinsi Papua merupakan contoh dua daerah perbatasan. Secara umum pengadaan tenaga kesehatan di dua daerah tersebut dilakukan melalui perekrutan yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat (melalui BPSDMK) dan pemerintah daerah dalam hal ini dinas kesehatan kabupaten Nunukan (melalui BKD). Mekanisme pengadaan tenaga kesehatan menggunakan metode analisis jabatan (ANJAB) dan analisis beban kerja (ABK) serta standar ketenagaan minimal. Namun demikian, menurut informan dari dinas kesehatan, tidak jarang formasi jenis profesi tenaga kesehatan yang diterima tidak sesuai dengan yang diajukan oleh dinas kesehatan kabupaten. Selain itu, pihak Dinas kesehatan Kabupaten/Kota juga memiliki otoritas yang terbatas dalam merencanakan dan mengelola tenaga kesehatan, akibatnya distribusi tenaga kesehatan tidak merata. Mutasi tenaga kesehatan lebih banyak ke tempat yang dikehendaki (umumnya di perkotaan) terkadang terjadi diluar kontrol pihak dinas 6

8 kesehatan karena tenaga kesehatan tersebut sudah berbekal surat rekomendasi ( surat sakti ) dari pejabat pemerintah yang berpengaruh tanpa menginfokan ke pihak Dinas Kesehatan terlebih dahulu. Kebijakan pemberlakuan moratorium pegawai negeri sipil (PNS) menjadi hambatan tersendiri bagi pemerindah daerah dalam penyediaan tenaga kesehatan, mengingat anggaran pemerintah daerah sangat terbatas. Akibatnya, pemerintah daerah hanya dapat melakukan perekrutan untuk tenaga kesehatan honorer. Seperti yang dialami di Kabupaten Nunukan dan di Kota Jayapura, dimana jenis tenaga kesehatan hasil perekrutan dari pemerintah pusat masih belum memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di kabupaten Nunukan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan ketersediaan tenaga kesehatan yang berkualitas, selama ini pemerintah daerah kabupaten Nunukan telah berupaya menyekolahkan putra putri kabupaten nunukan dari SMA ke Akademi Perawat dan Akademi Kebidanan; pemerintah daerah juga telah menyekolahkan dokter umum yang ada menjadi dokter spesialis; pengangkatan tenaga honorer melalui dinas kesehatan kabupaten nunukan menjadi PNS; dan pengangkatan CPNS melalui kantor BPPSDMK sebagai penyuplay. Ketersediaan tenaga kesehatan non PNS di kabupaten Nunukan terdiri dari tenaga kesehatan yang berasal dari program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS), Nusantara sehat (NS), Internsif, tenaga honor/kontrak. Berdasarkan rekap data kepegawaian Dinkes Kabupaten Nunukan tahun 2017 jumlah tenaga kesehatan dengan status PNS yang tersebar di 16 puskesmas terdiri dari dokter umum sebanyak 42 orang, dokter gigi 42 orang, sarjana farmasi 3 orang, D3 farmasi 12 orang, sarjana kesehatan masarakat 33 orang, kesehatan lingkungan 13 orang, perawat 122 orang, bidan 101 orang, gizi 11 orang. Tahun 2015 di Kota Jayapura bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hanya sebagian kecil saja terdiri dari PTT daerah, tenaga kontrak, tenaga nusantara sehat, tenaga sukarela, dan kader kesehatan. Jumlah personil Dinas Kesehatan Kota Jayapura yaitu: 1). Kantor Dinas Kesehatan (struktural berjumlah 88 orang yang meliputi 42 orang dan dukungan manajemen 46 orang). 2). Tenaga Fungsional Puskesmas dan Pustu berjumlah 499 orang. 3). Untuk tenaga non PNS seperti PTT berjumlah 12 orang, tenaga Nusantara Sehat 12 orang dan magang 50 orang yang ditempatkan pada Dinas dan 12 puskesmas serta kader kesehatan sebanyak 950 orang yang terdapat di 195 Posyandu dan 14 Kampung Siaga Aktif di Kota Jayapura. Penyebaran tenaga kesehatan Kota Jayapura baik struktural, manajerial, dan fungsional. Jika dilihat dari tingkat pendidikan tenaga kesehatan, sebagian besar tenaga kesehatan yang ada di Kota Jayapura berpendidikan diploma tiga (56,1%),. Ketersediaan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan di Kabupaten Nunukan dan Kota Jayapura masih belum memadai karena masih ada beberapa puskesmas yang kekurangan tenaga kesehatan terutama puskesmas di wilayah terpencil dan sangat terpencil. 7

9 Terkait Program Nusantara Sehat, selama ini program tersebut sudah cukup membantu dalam upaya pemenuhan tenaga kesehatan. Program nusantara sehat sudah berjalan sejak tahun 2015 dengan total jumlah peserta hingga tahun 2017 sebanyak 1769 orang yang tersebar di 251 puskesmas, 91 kabupaten, dan 28 provinsi. Jenis profesi pada program nusantara sehat adalah dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian. Namun karena sifat dari program tersebut yang tidak permanen, maka ketika masa berlaku program tersebut di suatu puskesmas, pihak puskesmas kembali dihadapkan pada kondisi kekurangan tenaga kesehatan. C. Faktor yang Perlu Diperhatikan Kedepan Undang-undang nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 22 telah mengamanatkan yang intinya bahwa pendayagunaan tenaga kesehatan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat di dalam negeri dan luar negeri dengan memperhatikan aspek pemerataan, pemanfaatan, dan pengembangan. Pelaksanaan distribusi tenaga kesehatan sebagaimana diuraikan diatas menghadapi kendala dalam mengindentifikasi saat kegiatan perencanaan dan pengelolaan tenaga kesehatan di daerah, yaitu: - Belum adanya integrasi yang baik dalam sistem perencanaan dan prosedur distribusi tenaga kesehatan. - Kurangnya kapasitas unit perencana SDMK di semua tingkat dalam hal distribusi/alokasi tenaga kesehatan. - Komunikasi masih kurang baik antar unit perencanaan dan penyedia pelayanan kesehatan serta beberapa sektor terkait lainnya, serta adanya perbedaan pemahaman, informasi dan pengetahuan tentang distribusi tenaga kesehatan. - Kurangnya dukungan dari pemerintah daerah dan perencanaan yang masih belum terintegrasi di tingkat administrasi pemerintah. Untuk menhadapi hal tersebut ada beberapa Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemenuhan tenaga kesehatan yaitu dengan mengupayakan terpenuhinya faktor akses, attractiveness, altruiem, dan amenity. Faktor akses sangat dipengaruhi oleh kondisi geografi, transportasi, dan keterjangkauan masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor attractiveness dipengaruhi oleh insentif jenjang karir, dan kepastian status kepegawaian. Faktor altruism dipengaruhi oleh kondisi jiwa pengabdian dari tenaga kesehatan itu sendiri, kemuliaan, kebanggaan dan tantangan, serta pengakuan dari lingkungan terdekat. Sedangkan faktor amenity dapat dipengaruhi oleh kondisi keamanan suatu wilayah, fasilitas pendukung yang tersedia, komunikasi antar stake holder di daerah, dan kondisi sosial budaya setempat. 8

10 Sedangkan untuk meningkatkan jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan ada beberapa faktor-faktor yang perlu dilakukan antara lain 8 : a. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan berbasis Tim (Team Based). b. Peningkatan distribusi tenaga yang terintegrasi, mengikat dan lokal spesifik. c. Pengembangan insentif baik material dan non material untuk tenaga kesehatan dan SDM Kesehatan. d. Peningkatan produksi SDM Kesehatan yang bermutu. e. Penerapan mekanisme registrasi dan lisensi tenaga dengan uji kompetensi pada seluruh tenaga kesehatan. f. Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan. g. Pengendalian peserta pendidikan dan hasil pendidikan. h. Peningkatan pendidikan dan pelatihan jarak jauh. i. Peningkatan pelatihan yang berbasis kompetensi dan persyaratan jabatan. Pengembangan D. PENUTUP A. Kesimpulan Arah pembangunan kesehatan yang tertuang dalam RPJMN III tahun ditujukan untuk mencapai akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Arah kebijakan pemerintah terkait pendistribusian tenaga kesehatan adalah meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan khususnya di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK). Kebijakan distribusi tenaga kesehatan dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Menkes Nomor 33 Tahun 2015 tentang pedoman penyusunan perencanaan kebutuhan SDMK dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang pedoman pemerintah daerah disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan hukum. Pelaksanaan distribusi tenaga kesehatan diawali dengan metode analisis jabatan (ANJAB) dan analisis beban kerja (ABK) serta standar ketenagaan minimal untuk mengetahui tingkat kebutuhan tenaga kesehatan disuatu daerah. Berdasarkan hasil analisis tersebut kemudian formasi kebutuhan tenaga kesehatan diusulkan ke BPSDMK untuk perekrutan dari pemerintah tingkat pusat dan BKD untuk perekrutan dari pemerintah daerah. Distribusi tenaga kesehatan di Kabupaten Nunukan dan Kota Jayapura masih belum merata dan tidak jarang, formasi jenis profesi tenaga kesehatan yang diterima tidak sesuai dengan yang diusulkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Akibatnya ada 8 Kementerian Kesehatan, 2015, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun , Jakarta: Kementerian Kesehatan. 9

11 beberapa jenis profesi tenaga kesehatan yang kurang atau tidak tersedia di fasilitas kesehatan. Misalnya di Kabupaten Nunukan, sampai saat ini sebagian besar puskesmas tidak mempunyai tenaga S1 Farmasi dan analis kesehatan. Demikian juga di kota Jayapura dari segi pendidikan masih banyak yang belum berpendidikan D3. B. Saran Penerapan kebijakan distribusi tenaga kesehatan hendaknya disesuaikan dengan kondisi sosio geografis sehingga peluang untuk diterapkannya suatu kebijakan semakin besar. Hendaknya penempatan tenaga kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi puskesmas atas profesi dan pendidikan tenaga kesehatan. Sesuai dengan peran puskesmas yang lebih banyak melakukan upaya promotif dan preventif, maka hendaknya perlu diperbanyak pengadaan tenaga kesehatan masyarakat diidang promosi kesehatan, kesehatan dingkungan/sanitasi, dan surveilams. Kegiatan pelatihan untuk semua tenaga kesehatan dan sesuai dengan profesinya, perlu segera dilakukan. s 10

DUKUNGAN DAN PERAN BADAN PPSDM KESEHATAN DALAM PENINGKATAN MUTU PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT

DUKUNGAN DAN PERAN BADAN PPSDM KESEHATAN DALAM PENINGKATAN MUTU PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT 1 www.iakmi.or.id DUKUNGAN DAN PERAN BADAN PPSDM KESEHATAN DALAM PENINGKATAN MUTU PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT Yuti Suhartati, SKp, M.Kes Kepala Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Badan Pengembangan

Lebih terperinci

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 Tantangan Pembangunan Kesehatan Derajat kesehatan rakyat yg setinggitingginya

Lebih terperinci

Untuk menunjang proses pembangunan kesehatan, pemerintah & pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan, baik dalam Jumlah, Jenis dan

Untuk menunjang proses pembangunan kesehatan, pemerintah & pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan Tenaga Kesehatan, baik dalam Jumlah, Jenis dan Materi ini disampaikan pada : Pertemuan Pengelola Program Sumber Daya Manusia Kesehatan Oleh : Dr.dr.H. Rachmat Latief, Sp.PD.,., KPTI., M. Kes,, FINASIM Hotel Aryaduta Makassar, 14 sd 15 Juni 2017 Untuk

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target program kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program,

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN. Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2013

PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN. Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2013 PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2013 1. LANDASAN HUKUM LANDASAN HUKUM Undang-undang No. 17 Tahun 2007

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS/PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG NUSANTARA SEHAT

SEKILAS TENTANG NUSANTARA SEHAT Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Akan diresmikan Program Program Nusantara Sehat. Program ini bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan jumlah, sebaran, komposisi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1862, 2015 KEMENKES. Tenaga Kesehatan. Penugasana Khusus. Perubahan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN SAM MEDIKO LEGAL

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN SAM MEDIKO LEGAL STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN SAM MEDIKO LEGAL Disampaikan pada Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Operasional Program (RAKORPOP) 30 November 2015 PERATURAN PER UU DASAR PERTIMBANGAN ROADMAP

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN SDMK

KEBUTUHAN DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN SDMK KEBUTUHAN DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN SDMK Disajikan Pada : Lokakarya Nasional Pengembangan dan Pemberdayaan SDMK Tahun 2014 Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK Kerangka

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.165, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Tenaga Kesehatan. Penugasan. Khusus. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENUGASAN KHUSUS TENAGA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-SUBSPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS-SUBSPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBERIAN BEASISWA BAGI TENAGA KESEHATAN PASCA PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

HASIL KAJIAN INSENTIF TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DAN SELF ASSESSMENT TIM NUSANTARA SEHAT BATCH 1 DAN 2

HASIL KAJIAN INSENTIF TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DAN SELF ASSESSMENT TIM NUSANTARA SEHAT BATCH 1 DAN 2 HASIL KAJIAN INSENTIF TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DAN SELF ASSESSMENT TIM NUSANTARA SEHAT BATCH 1 DAN 2 Oleh: Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK LATAR BELAKANG Kekurangan Tenaga Kesehatan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KESEHATAN ADALAH HAK ASASI MANUSIA DAN INVESTASI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN BANGSA VISI KEMENTERIAN KESEHATAN

LATAR BELAKANG KESEHATAN ADALAH HAK ASASI MANUSIA DAN INVESTASI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN BANGSA VISI KEMENTERIAN KESEHATAN LATAR BELAKANG KESEHATAN ADALAH HAK ASASI MANUSIA DAN INVESTASI KEBERHASILAN PEMBANGUNAN BANGSA VISI KEMENTERIAN KESEHATAN MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN SALAH SATU STRATEGI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

UPAYA PEMENUHAN JUMLAH, JENIS DAN KUALIFIKASI TENAGA KESEHATANDI FASYANKES MELALUI PERENCANAAN

UPAYA PEMENUHAN JUMLAH, JENIS DAN KUALIFIKASI TENAGA KESEHATANDI FASYANKES MELALUI PERENCANAAN UPAYA PEMENUHAN JUMLAH, JENIS DAN KUALIFIKASI TENAGA KESEHATANDI FASYANKES MELALUI PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDMK Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK Batam, 16 Oktober 2012 SUPPLY SIDE

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2 MOR SP DIPA-24.12-/2 DS3612-4187-984-7 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PROGRAM DOKTER LAYANAN PRIMER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PROGRAM DOKTER LAYANAN PRIMER PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PROGRAM DOKTER LAYANAN PRIMER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (SDMK) DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (SDMK) DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (SDMK) DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN Peningkatan Kualifikasi SDM Kesehatan POKOPK BAHASAN 1) KETENAGAAN DI BANTEN DAN TANTANGAN SDM KESEHATAN KEDEPAN 2) PERAN DAN TANGGUNG

Lebih terperinci

PERAN TENAGA KESEHATAN VOKASIONAL DALAM PENGUATAN PELAYANAN PRIMER DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERAN TENAGA KESEHATAN VOKASIONAL DALAM PENGUATAN PELAYANAN PRIMER DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERAN TENAGA KESEHATAN VOKASIONAL DALAM PENGUATAN PELAYANAN PRIMER DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Disampaikan dalam Pertemuan Koordinasi Nasional Pengembangan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298) I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN KATA PENGANTAR Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan

Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan PRA RAKERKESNAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PALANGKARAYA, 17 FEBRUARI 2016 Pemenuhan, Pemerataan, Retensi dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Untuk Mendukug Primary Health Care dan Pelayanan Kesehatan Rumah

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan penting

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem No.13, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Dokter Spesialis. Wajib Kerja. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Rancangan 5 September 2011 RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2011 2025

Rancangan 5 September 2011 RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2011 2025 Rancangan 5 September 2011 RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2011 2025 JAKARTA, 2011 DAFTAR ISI Sambutan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat...... Sambutan Menteri Dalam Negeri...

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

PENYELENGGARAAN PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN 15 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN PENYELENGGARAAN PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA 1 st INDONESIAN PUBLIC HEALTH STUDENT SUMMIT (IPHSS) FKM UI DEPOK 15 JULI 2011 1 UUD 1945 SETIAP ORANG BERHAK MEMPERTAHANKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.298, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 dalam Kemenkes (2015) adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN BERBASIS TIM (TEAM BASED) DALAM MENDUKUNG PROGRAM NUSANTARA SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa negara menjamin hak setiap

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN SDM KESEHATAN

PENINGKATAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN SDM KESEHATAN PENINGKATAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN SDM KESEHATAN Oleh : Yuti Suhartati Kepala Pusat Peningkatan Mutu SDMK Pertemuan Koordinasi Nasional Pengembangan Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Pada Poltekkes

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM NUSANTARA SEHAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM NUSANTARA SEHAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM NUSANTARA SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN ` RUU Tentang Pendidikan Kedokteran RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN KOMISI X DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2012 1 RUU Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, juga diperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan IPTEK, serta

Lebih terperinci

PENGUATAN MANAJEMEN SDM KESEHATAN DALAM PEMBAGIAN KEWENANGAN PUSAT - DAERAH OLEH: KEPALA BADAN PPSDM KESEHATAN

PENGUATAN MANAJEMEN SDM KESEHATAN DALAM PEMBAGIAN KEWENANGAN PUSAT - DAERAH OLEH: KEPALA BADAN PPSDM KESEHATAN PENGUATAN MANAJEMEN SDM KESEHATAN DALAM PEMBAGIAN KEWENANGAN PUSAT - DAERAH OLEH: KEPALA BADAN PPSDM KESEHATAN JAKARTA, 5 APRIL 2016 1 KERANGKA PENYAJIAN: 1) ANALISA SITUASI DAN TANTANGAN SDM KESEHATAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Program Percepatan Pendidikan Diploma III Bidang Kesehatan. Kepala Pusdik SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan

Rencana Pelaksanaan Program Percepatan Pendidikan Diploma III Bidang Kesehatan. Kepala Pusdik SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Rencana Pelaksanaan Program Percepatan Pendidikan Diploma III Bidang Kesehatan Kepala Pusdik SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Latar Belakang 1. UU 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan mengatur kualifikasi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012 1 LANDASAN HUKUM PPSDM-K UUD 1945 UU 29/2004 PRAK.DOK UU 322004 PEM.DA. UU 17/2007 RPJP-N UU 36/2009

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM INTERNSIP DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM INTERNSIP DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM INTERNSIP DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ADINKES PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2014 Page 1

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2014 Page 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2014 Page 1 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya manusia

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP BAB I PENDAHULUAN 2013, No.164 14 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP PEDOMAN PENGANGKATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.298, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH I. UMUM Memasuki milenium ketiga, Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1000, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Tugas Belajar. Kesehatan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN KETERANGAN BELAJAR, IZIN BELAJAR, TUGAS BELAJAR, SURAT KETERANGAN TANDA LAPOR TELAH MEMILIKI

Lebih terperinci

ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN TAHUN Oleh: Kepala Badan PPSDM Kesehatan

ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN TAHUN Oleh: Kepala Badan PPSDM Kesehatan ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN TAHUN 2015-2019 Oleh: Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 20 Juni 2014 Jakarta, 22 April 2015 Goals Pemerintah (Nawa Cita)

Lebih terperinci

Rapat Kerja Kesehatan Nasional Regional Timur Makassar, 9 12 Maret 2015

Rapat Kerja Kesehatan Nasional Regional Timur Makassar, 9 12 Maret 2015 Rapat Kerja Kesehatan Nasional Regional Timur Makassar, 9 12 Maret 2015 1 GAMBARAN KEADAAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA 1. Jumlah masih kurang, dari 9.655 Puskesmas (Data 2014): 804 puskesmas tanpa dokter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persebaran tenaga kesehatan di wilayah-wilayah Indonesia masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Persebaran tenaga kesehatan di wilayah-wilayah Indonesia masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persebaran tenaga kesehatan di wilayah-wilayah Indonesia masih menjadi permasalahan yang utama. Kekurangan tenaga kesehatan/dokter di daerah yang sulit merupakan hal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS/PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1877, 2014 KEMENKES. Jabatan Fungsional. Pembinaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN NOMOR : DM.01.03/I/V.3/4382/2013

SURAT EDARAN NOMOR : DM.01.03/I/V.3/4382/2013 Yang terhormat, 1. Inspektur Jenderal Kemenkes 2. Sekretaris Jenderal Kemenkes 3. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemenkes 4. Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes 5. Direktur

Lebih terperinci

WORKSHOP ANALISA JABATAN DAN ANALISA BEBAN KERJA TINGKAT KABUPATEN

WORKSHOP ANALISA JABATAN DAN ANALISA BEBAN KERJA TINGKAT KABUPATEN WORKSHOP ANALISA JABATAN DAN ANALISA BEBAN KERJA TINGKAT KABUPATEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

SUBSISTEM SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

SUBSISTEM SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN SUBSISTEM SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN Oleh: Dian Kusuma,, SKM, MPH Kuliah: Sistem dan Manajemen Kesehatan Palembang,, Indonesia 2007 Apa MASALAH MASALAH yang Anda ketahui tentang sumber daya manusia

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN JAKARTA, APRIL 2018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN JAKARTA, APRIL 2018 KEMENTERIAN SEKRETARIAT BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA JAKARTA, APRIL 2018 KEMENTERIAN Apa itu Informasi Kesehatan? Apa itu SDM Kesehatan? Apa itu Informasi SDM Kesehatan? Apa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa pengelolaan kesehatan diselenggarakan secara bersama dan berjenjang antara pemerintah pusat,

Lebih terperinci

No Pengaturan mengenai program Internsip diperlukan untuk menjamin penyelenggaraan program Internsip yang bermutu. Mengingat program Internsip

No Pengaturan mengenai program Internsip diperlukan untuk menjamin penyelenggaraan program Internsip yang bermutu. Mengingat program Internsip TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6171 PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. Peraturan Pelaksanaan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 303) PENJELASAN

Lebih terperinci

KAJIAN STANDAR KEBUTUHAN SDM KESEHATAN DI FASYANKES

KAJIAN STANDAR KEBUTUHAN SDM KESEHATAN DI FASYANKES KAJIAN STANDAR KEBUTUHAN SDM KESEHATAN DI FASYANKES Disajikan Pada : Lokakarya Nasional Pengembangan dan Pemberdayaan SDMK Tahun 2014 KA. PUSRENGUN SDM KESEHATAN PENDAHULUAN ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

RENCANA KEBUTUHAN DAN PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN TERKAIT UU NAKES. Oleh : Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK

RENCANA KEBUTUHAN DAN PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN TERKAIT UU NAKES. Oleh : Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK RENCANA KEBUTUHAN DAN PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN TERKAIT UU NAKES Oleh : Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK Pertemuan Pengelola Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Yogyakarta, 2 Oktober

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh : BADAN PPSDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN. Jakarta 12 Maret Materi 1. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Disampaikan Oleh : BADAN PPSDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN. Jakarta 12 Maret Materi 1. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGELOLAAN PENDIDIKAN TINGGI BIDANG KESEHATAN DI DAERAH Disampaikan Oleh : BADAN PPSDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN Jakarta 12 Maret 2014 1 Materi 1. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi hak

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan. Disampaikan 0leh : Kepala Pusat Pendidikan SDM Kesehatan

Penyelenggaraan Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan. Disampaikan 0leh : Kepala Pusat Pendidikan SDM Kesehatan Penyelenggaraan Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan Disampaikan 0leh : Kepala Pusat Pendidikan SDM Kesehatan OUTLINE Pendahuluan Program Yang Dikembangkan Pendidikan Formal setelah RPL Peta

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.12-0/AG/2014 DS 4316-8012-2670-5502 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS

LAPORAN AKUNTABILITAS Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan L LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN DAN JABATAN FUNGSIONAL NONKESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2015-2019 KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN PUSAT PENDIDIKAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS 1. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1277/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG TENAGA AKUPUNKTUR MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1277/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG TENAGA AKUPUNKTUR MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1277/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG TENAGA AKUPUNKTUR MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996

Lebih terperinci

Dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK 1

Dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK 1 Dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK 1 STRATEGI RENSTRA KEMKES 2010-2014 Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan

Lebih terperinci

Oleh SUHARDJONO, SE. MM. BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Oleh SUHARDJONO, SE. MM. BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI Oleh SUHARDJONO, SE. MM. BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI Disajikan Pada Semiloka Revisi PP38/2007 Tentang Pembagian Urusan Hotel Saphir Yogyakarta,

Lebih terperinci

No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian 1 Jumlah Dokumen Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria PPSDM Kesehatan 20 Dokumen 21 Dokumen 105%

No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian 1 Jumlah Dokumen Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria PPSDM Kesehatan 20 Dokumen 21 Dokumen 105% S ekretariat Badan PPSDM Kesehatan merupakan unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan, serta mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

b. bahwa upaya pemerataan dokter spesialis dilakukan melalui wajib kerja dokter spesialis

b. bahwa upaya pemerataan dokter spesialis dilakukan melalui wajib kerja dokter spesialis PERATURAN PRESIDEN REPIJBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2OI7 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat a. bahwa dalam rangka peningkatan akses dan

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

b. Tantangan Eksternal 1) Kelembagaan : Dukungan sektor lain terhadap bidang kesehatan masih belum optimal karena masih ada anggapan bahwa

b. Tantangan Eksternal 1) Kelembagaan : Dukungan sektor lain terhadap bidang kesehatan masih belum optimal karena masih ada anggapan bahwa E. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan 1. Peluang dan Tantangan Eksternal a. Peluang Eksternal 1) Kelembagaan : Adanya perubahan regulasi otonomi daerah memungkinkan untuk mengevaluasi kelembagaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 156/Menkes/SK/I/2010

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 156/Menkes/SK/I/2010 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 156/Menkes/SK/I/2010 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF BAGI TENAGA KESEHATAN DALAM RANGKA PENUGASAN KHUSUS DI PUSKESMAS DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan menerapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan menerapkan program internship bagi lulusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg

2017, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tingg No.226, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Wajib Kerja Dokter Spesialis. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN & PEMBERDAYAAN SDMK

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN & PEMBERDAYAAN SDMK KEBIJAKAN PENGEMBANGAN & PEMBERDAYAAN SDMK OLEH : Dr. dr. H. RACHMAT LATIEF, SpPD-KPTI, M. Kes, FINASIM Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel Disampaikan pada PERTEMUAN PEMUTAKHIRAN DATA SDMK TINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Word Health Organization (WHO) telah mengeluarkan Global Policy Recommendation-increasing Acces to Health workers in Remote and Rural Areas Through Improves Retention

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

GUBERNUR SULAWESI TENGGARA GUBERNUR SULAWESI TENGGARA SAMBUTAN GUBERNUR PADA ACARA RAPAT KERJA KESEHATAN PROPINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 YTH. WAKIL GUBERNUR SULAWESI TENGGARA YTH. KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN - 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS BELAJAR SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA

PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA DR. BAMBANG GIATNO RAHARDJO, MPH KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI PERTEMUAN NASIONAL LINTAS PROGRAM DAN LINTAS

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \0 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEBUTUHAN PEGAWAI DAN FORMASI APARATUR SIPIL NEGARA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Lebih terperinci