BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menjadi sebuah realita yang ada di tengah-tengah masyarakat

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat di dunia hidup dalam kemiskinan. Kemiskinan menjadi sebuah realita yang ada di tengah-tengah masyarakat baik bagi negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Menurut Bank Dunia, pada tahun 2010, 12,5% penduduk Asia Timur dan Pasifik hidup dibawah garis kemiskinan. Pada saat ini seluruh negara anggota PBB bersama-sama memerangi kemiskinan melaui program MDGs (Millenium Development Goals) yang dimulai pada tahun 2000 dan berakhir pada tahun Program MDGs memiliki delapan target, termasuk didalamnya mengurangi separuh jumlah masyarakat miskin. Tabel 1.1 Perbandingan Angka Kemiskinan di Dunia Menurut Garis Kemiskinan $1,25 per hari Pada Tahun 2010 (% Populasi) No Wilayah Persentase 1 Asia Timur dan Pasifik 12,5% 2 Eropa dan Asia Tengah 0,7% 3 Amerika Latin dan Kep.Karibia 5,5% 4 Timur Tengah dan Afrika Utara 2,4% 5 Afrika Selatan 31,0% 5 Afrika Sub-Sahara 48,5% Sumber : Bank Dunia Kemiskinan bersifat multidimensional yang mencakup aspek-aspek kehidupan manusia, seperti ekonomi, pangan, pendidikan, kesehatan, pengangguran, dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah kemiskinan 1

2 secara eksplisit. Dalam arti yang luas, masalah kemiskinan dapat berarti miskin pendapatan atau konsumsi, keterbelakangan pembangunan manusia, masyarakat yang terkucilkan, kesejahteraan yang buruk, minimnya kapabilitas dan fungsi, kerentanan, mata pencarian yang tidak berkelanjutan, kurangnya kebutuhan dasar, dan kerentanan (Maxwell, 1999). Menurut PBB, kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk mendapatkan pilihan dan kesempatan yang menjadikan kemiskinan suatu pelanggaran terhadap kemanusiaan. Secara ekonomi kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan individu atau sekelompok orang (Tajjudin, 1993). Kemiskinan membatasi individu, rumah tangga atau masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan makan dan pakaian, pendidikan yang layak, pelayanan kesehatan, memiliki lahan atau rumah, dan pekerjaan. Seseorang atau kelompok mengalami kemiskinan ketika mereka tidak mampu memenuhi tingkat kesejahteraan ekonomi atau kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Kemiskinan pada umumnya melanda negara-negara berkembang. Menurut Bank Dunia, 21 persen penduduk di negara berkembang hidup dibawah garis kemiskinan atau $ 1,25 perhari pada tahun Negara Indonesia sebagai negara berkembang saat ini masih berupaya mengurangi kemiskinan. Kemiskinan sudah lama menjadi masalah yang cukup kompleks di Indonesia. Kemiskinan di Indonesia pada saat ini sudah mengalami penurunan akan tetapi angka kemiskinan masih cukup tinggi. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), 11,66 persen penduduk indonesia masih hidup berada 2

3 di bawah garis kemiskinan Rp 259, 520,- per kapita per bulan pada September Gambar 1.1 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Kota dan Desa Tahun (% Populasi) Penduduk Miskin Kota Penduduk Miskin Desa Sumber : BPS diolah Pada gambar 1.1 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk miskin di Indonesia terkonsentrasi di daerah pedesaan. Daerah pedesaan menjadi area pembangunan yang terakhir dalam konsep ekonomi (Sugema, 2010). Masyarakat miskin di pedesaan semakin terpuruk dalam kemiskinan akibat dampak ketidakmerataan pendistribusian hasil-hasil pembangunan dan juga sikap mental penduduknya yang mengalami kemiskinan secara alamiah dan kultural (Puji, 2006). Penduduk miskin di Indonesia mengalami peningkatan di tahun , hal ini disebabkan krisis yang melanda Asia Tenggara. Peningkatan jumlah penduduk miskin yang paling banyak terjadi di wilayah pedesaan pada tahun 2000 dan di perkotaan pada tahun Pada tahun 2006, kembali terjadi peningkatan persentase penduduk miskin baik di kota maupun di desa. 3

4 Harga minyak dunia yang naik mengakibatkan peningkatan harga-harga kebutuhan pokok sehingga meningkatkan persentase jumlah penduduk miskin di Indonesia. Gambar 1.2 Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun (Persen) Sumber : BPS diolah Laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia ditunjukkan oleh gambar 1.2. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami peningkatan yang besar sejak tahun 2001 hingga tahun Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Indonesia mencapai 5,45 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar pada tahun 2009, pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi berada pada tingkat 6,06 persen lalu jatuh menjadi 4,55 persen pada tahun Pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan tersebut diakibatkan oleh krisis keuangan global yang menyebabkan turunnya sektor ekspor dan impor. Pertumbuhan ekonomi kembali menunjukkan perbaikan pada tahun 2010 dan kembali turun pada tahun 2012 akibat turunnya produksi sektor pertanian akibat siklus musiman. 4

5 Masalah kemiskinan di Indonesia tidak semata-mata hanya diselesaikan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pemerataan pendapatan, peningkatan pendidikan, mengurangi jumlah pengangguran, dan pengendalian inflasi juga dapat menjadi kunci pengentasan kemiskinan. Program-program pengentasan kemiskinan belum secara optimal dilaksankan oleh pemerintah pusat dan daerah. Kebijakan yang dikeluarkan belum mampu memutuskan rantai kemiskinan. Upaya pengentasan kemiskinan memerlukan strategi yang terpadu, terintegrasi, dan sinergis agar tepat sasaran dan optimal dalam menyelesaikan permasalahan kemiskinan. Negara Indonesia adalah negara kepulauan, setiap wilayah memiliki karakteristiknya masing-masing. Karakteristik masing-masing wilayah inilah yang membentuk pola pembangunan di Negara Indonesia. Keanekaragaman karakteristik berpengaruh pada kemampuan wilayah untuk tumbuh yang menyebabkan beberapa wilayah mengalami pertumbuhan dengan cepat sementara lainnya bertumbuh dengan lambat. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Provinsi di Pulau Jawa Tahun (Persen) No Provinsi DKI Jakarta 5,95 6,44 6,23 5,02 6,50 6,73 6,53 2 Jawa Barat 6,02 6,48 6,21 4,19 6,20 6,48 6,21 3 Jawa Tengah 5,33 5,59 5,61 5,14 5,84 6,03 6,34 4 DI, Yogyakarta 3,70 4,31 5,03 4,43 4,88 5,17 5,32 5 Jawa Timur 5,80 6,11 5,94 5,01 6,68 7,22 7,27 6 Banten 5,57 6,04 5,77 4,71 6,11 6,39 6,15 Sumber : BPS diolah Pada tabel 1.2 menunjukkan perbedaan pertumbuhan ekonomi menurut provinsi di Pulau Jawa. Seluruh provinsi di pulau jawa mengalami 5

6 peningkatan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2006 hingga tahun Pertumbuhan ekonomi provinsi Banten memiliki rata-rata 5,82 persen, DKI jakarta sebesar 6,20 persen, provinsi Jawa Barat sebesar 5,97, provinsi Jawa Tengah sebesar 5,70, provinsi DI Yogyakarta sebesar 4,69, dan provinsi Jawa Timur sebesar 6,29. Provinsi Banten termasuk salah satu provinsi baru di Indonesia. Undangundang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2000 adalah dasar pembentukan provinsi Banten dan menjadi provinsi ke-28 di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Provinsi Banten adalah provinsi baru hasil dari pemekaran Provinsi Jawa Barat. Provinsi Banten terletak di sebelah paling barat pulau jawa sekaligus berbatasan langsung dengan ibu kota negara DKI Jakarta. Provinsi Banten juga memiliki pelabuhan merak yang menjadi penghubung antara pulau jawa dan sumatra. Kawasan industri Krakatau Steel berada di kota Cilegon Provinsi Banten. Berdasarkan keunggulan strategis tersebut Provinsi Banten memiliki pertumbuhan yang cepat dari tahun ke tahun. Tabel 1.3 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi Baru di Indonesia Tahun (Persen) No Provinsi Papua Banten Kep. Bangka Gorontalo Kep. Riau Sulawesi Barat Sumber : BPS diolah Tabel 1.3 di atas menunjukkan persentase jumlah penduduk miskin menurut provinsi baru di Indonesia. Persentase penduduk miskin di Provinsi 6

7 Banten pada tahun 2007 sampai tahun 2012 mengalami penurunan. Di antara provinsi-provinsi baru dalam tabel 1.3, Provinsi Banten memiliki rata-rata persentase jumlah penduduk pada tahun paling kecil yaitu 7,35 persen, lalu diikuti oeleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 7,85 persen, Provinsi Kepulauan Riau 8,14 persen, Provinsi Sulawesi Barat 15,29 persen, Provinsi Gorontalo 22,75 persen, dan terakhir Provinsi Papua dengan rata-rata persentase penduduk miskin 35,88 persen. Gambar 1.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Banten Tahun (000) Jumlah Penduduk Miskin Sumber : BPS diolah Perkembangna jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten ditunjukkan pada gambar 1.3. Jumlah penduduk miskin di provinsi Banten terus mengalami penurunan. Penduduk miskin di provinsi Banten berjumlah 786,7 ribu orang pada tahun 2002, sedangkan pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin di provinsi Banten menjadi 648,2 ribu orang. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2003 sampai tahun 2006 mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan efek tidak langsung krisis keuangan yang terjadi di Amerika 7

8 Serikat dan efek kenaikan harga bahan bakar minyak di Indonesia. Pemerintah daerah Provinsi Banten terus menekan angka kemiskinan dengan menjalankan program-program pengentasan kemiskinan. Para ekonom percaya bahwa pembangunan ekonomi menguntungkan hampir seluruh penduduk di suatu negara dan juga membantu mengurangi kemiskinan. Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sadono, 1985:13). Menurut definisi tersebut maka pembangunan ekonomi memiliki tiga sifat penitng yaitu, suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang berkelanjutan, usaha untuk menaikan tingkat pendapatan per kapita, dan kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat. Strategi pembangunan ekonomi yang diinginkan adalah tidak hanya mempersoalkan yang menyangkut akselerasi pertumbuhan ekonomi saja, akan tetapi juga membahas masalah-masalah yang langsung menyangkut perbaikan standar kehidupan bagi mereka yang tergolong dalam segmen paling besar dalam populasi (Todaro, 1983:212). Tujuan pembangunan harus dapat berfokus terhadap pertumbuhan pendapatan masyarakat miskin dan pemerataan pendapatan. Tujuan pembangunan menjadi lebih bijaksana apabila dapat memahami dan menguasai problema-problema yang diderita oleh masyarakat setiap hari. Perekonomian yang kuat pada sebuah negara 8

9 berkembang tidak akan berarti apa-apa ketika sebagain besar penduduknya kesulitan untuk bertahan hidup (Shah, 2011). Kemiskinan tidak boleh dilepaskan dari proses pengambilan kebijakan. Ravallion (2013), kemiskinan sangat berpengaruh kuat dalam pengambilan kebijakan, Keberhasilan dalam mengurangi kemiskinan dipandang sebagai kesuksesan dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang baik tidak lepas dari berkurangnya tingkat kemiskinan. Provinsi Banten sebagai provinsi baru menunjukan pertumbuhan ekonomi yang baik dan penurunan jumlah kemiskinan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penelitian ini berjudul Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan, Pendidikan, Pengangguran, Pendidikan, dan Inflasi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Banten Tahun B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten? 2. Bagaimana pengaruh ketimpangan pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten? 3. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten? 4. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten? 9

10 5. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten? C. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten. 2. Menganalisis pengaruh ketimpangan pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten. 3. Menganalisis pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten. 4. Menganalisis pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten. 5. Menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Banten. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Pengambil Kebijakan Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah sebagai pemegang kepentingan agar dapat mengambil kebijakan yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan 2. Ilmu Pengetahuan 10

11 Manfaat khusus bagi ilmu pengetahuan dapat melengkapi kajian mengenai permaslahan kemiskinan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Serta dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian lanjutan. 11