Bab 3 Perkembangan Inflasi Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 3 Perkembangan Inflasi Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan"

Transkripsi

1 NOVEMBER 2017

2 Daftar Isi Contents Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vii Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah Analisis PDRB Sisi Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor dan Impor Analisis PDRB Sisi Penawaran Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor Konstruksi Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Transportasi dan Pergudangan Sektor Lainnya BOKS 1 : Optimalisasi Pengelolaan Potensi Energi Listrik di Lampung Bab 2 Keuangan Pemerintah APBD Provinsi Lampung Anggaran Pendapatan Provinsi Lampung Realisasi Pendapatan Provinsi Lampung Anggaran Belanja Provinsi Lampung Realisasi Belanja Provinsi Lampung Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung Penerimaan Belanja i

3 Bab 3 Perkembangan Inflasi Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi Pengendalian Inflasi Inflasi Kota-Kota di Provinsi Lampung Inflasi Kota Bandar Lampung Inflasi Kota Metro Inflasi Kota-Kota di Sumatera Arah Perkembangan Inflasi Tahunan Bab 4 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan & UMKM Asesmen Sektor Rumah Tangga Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Kinerja Keuangan Rumah Tangga Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan Kredit Perbankan pada Sektor Rumah Tangga Asesmen Sektor Korporasi Kinerja Korporasi Eksposure Perbankan pada Sektor Korporasi Asesmen Institusi Keuangan Bank Umum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Syariah Perkembangan Kredit UMKM Bab 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal Penyediaan Uang Layak Edar Perkembangan Temuan Uang Palsu Perkembangan Sistem Pembayaran ii

4 Perkembangan Transaksi RTGS Perkembangan Transaksi Kliring Pengembangan Elektronifikasi dan Akses Keuangan Bab 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan Nilai Tukar Petani Bab 7 Prospek Perekonomian Daerah Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Rekomendasi Lampiran Daftar Istilah iii

5 Daftar Tabel Contents Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vii Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah Analisis PDRB Sisi Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor dan Impor Analisis PDRB Sisi Penawaran Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor Konstruksi Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Transportasi dan Pergudangan Sektor Lainnya BOKS 1 : Optimalisasi Pengelolaan Potensi Energi Listrik di Lampung Bab 2 Keuangan Pemerintah APBD Provinsi Lampung Anggaran Pendapatan Provinsi Lampung Realisasi Pendapatan Provinsi Lampung Anggaran Belanja Provinsi Lampung Realisasi Belanja Provinsi Lampung Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung Penerimaan Belanja iv

6 Bab 3 Perkembangan Inflasi Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi Pengendalian Inflasi Inflasi Kota-Kota di Provinsi Lampung Inflasi Kota Bandar Lampung Inflasi Kota Metro Inflasi Kota-Kota di Sumatera Arah Perkembangan Inflasi Tahunan Bab 4 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan & UMKM Asesmen Sektor Rumah Tangga Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Kinerja Keuangan Rumah Tangga Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan Kredit Perbankan pada Sektor Rumah Tangga Asesmen Sektor Korporasi Kinerja Korporasi Eksposure Perbankan pada Sektor Korporasi Asesmen Institusi Keuangan Bank Umum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Syariah Perkembangan Kredit UMKM Bab 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal Penyediaan Uang Layak Edar Perkembangan Temuan Uang Palsu Perkembangan Sistem Pembayaran v

7 Perkembangan Transaksi RTGS Perkembangan Transaksi Kliring Pengembangan Elektronifikasi dan Akses Keuangan Bab 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan Nilai Tukar Petani Bab 7 Prospek Perekonomian Daerah Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Rekomendasi Lampiran Daftar Istilah vi

8 Daftar Grafik Contents Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... vii Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah Analisis PDRB Sisi Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor dan Impor Analisis PDRB Sisi Penawaran Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor Konstruksi Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Transportasi dan Pergudangan Sektor Lainnya BOKS 1 : Optimalisasi Pengelolaan Potensi Energi Listrik di Lampung Bab 2 Keuangan Pemerintah APBD Provinsi Lampung Anggaran Pendapatan Provinsi Lampung Realisasi Pendapatan Provinsi Lampung Anggaran Belanja Provinsi Lampung Realisasi Belanja Provinsi Lampung Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung Penerimaan Belanja vii

9 Bab 3 Perkembangan Inflasi Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi Pengendalian Inflasi Inflasi Kota-Kota di Provinsi Lampung Inflasi Kota Bandar Lampung Inflasi Kota Metro Inflasi Kota-Kota di Sumatera Arah Perkembangan Inflasi Tahunan Bab 4 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan & UMKM Asesmen Sektor Rumah Tangga Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Kinerja Keuangan Rumah Tangga Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan Kredit Perbankan pada Sektor Rumah Tangga Asesmen Sektor Korporasi Kinerja Korporasi Eksposure Perbankan pada Sektor Korporasi Asesmen Institusi Keuangan Bank Umum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Syariah Perkembangan Kredit UMKM Bab 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal Penyediaan Uang Layak Edar Perkembangan Temuan Uang Palsu Perkembangan Sistem Pembayaran viii

10 Perkembangan Transaksi RTGS Perkembangan Transaksi Kliring Pengembangan Elektronifikasi dan Akses Keuangan Bab 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan Nilai Tukar Petani Bab 7 Prospek Perekonomian Daerah Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Rekomendasi Lampiran Daftar Istilah ix

11 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Lampung Periode Oktober 2017 akhirnya dapat diselesaikan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2004 bahwa Bank Indonesia memiliki tujuan yang difokuskan pada pencapaian dan pemeliharaan kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia secara periodik melakukan asesmen terhadap perkembangan ekonomi di daerah, sumber-sumber tekanan inflasi, risiko dan prospeknya serta rekomendasi kebijakan yang perlu ditempuh Pemerintah Daerah. Seiring dengan penerapan otonomi daerah sejak 1999, asesmen ekonomi regional semakin berperan dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya untuk menstabilkan harga. Perhatian terhadap perkembangan ekonomi daerah semakin kuat di era pemerintahan Presiden Joko Widodo yang dicerminkan oleh realisasi anggaran desa yang meningkat cukup signifikan dalam 3 tahun terakhir. Perkembangan ini merupakan sesuatu yang diharapkan banyak pihak bahwa aktivitas ekonomi tidak lagi terpusat pada suatu daerah tertentu, melainkan tersebar di berbagai daerah, sehingga disparitas antar daerah semakin mengecil. Terkait dengan hal tersebut di atas, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung melakukan kajian serta memberikan asesmen terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan regional Lampung secara menyeluruh dan dituangkan dalam publikasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Lampung. Diskusi dan evaluasi terhadap perkembangan ekonomi daerah Lampung dilakukan dengan berbagai pihak terutama para pembina kepentingan di daerah seperti sektor dan dinas Pemerintah Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, serta dengan para akademisi dari Universitas Lampung dan Perguruan Tinggi di Lampung. Di tengah proses pemulihan ekonomi nasional yang tidak secepat perkiraan, perekonomian Lampung di triwulan III 2017 mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan III 2017 yakni 5,21% (yoy), didorong pertumbuhan investasi yang jauh di atas rata rata historis periode yang sama dalam 5 tahun terakhir, serta membaiknya realisasi belanja Pemerintah Daerah. Di sisi produksi, kinerja perekonomian Lampung pada triwulan-iii 2017 ditopang meningkatnya kinerja sektor Konstruksi yang tumbuh double digit, serta pertumbuhan pesat sektor industri pengolahan. Namun perlu menjadi catatan, tingginya kinerja ekonomi tersebut kurang didukung oleh kinerja beberapa sumber pertumbuhan utama Lampung seperti konsumsi rumah tangga, sehingga menimbulkan risiko terkait keberlanjutan kinerja sumber pertumbuhan utama Lampung tersebut pada periode mendatang. Dari sisi produksi, perekonomian Lampung triwulan III 2017 ditopang oleh sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Lampung masih di atas pertumbuhan ekonomi Sumatera dan nasional yang masing-masing sebesar 4,43% (yoy) dan 5,06% (yoy). Dari sisi perkembangan harga-harga, Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 4,91% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 3,86% (yoy). Penahan laju inflasi terbesar pada triwulan III 2017 berasal dari kelompok volatile food sebagai fokus pengawasan dari Tim Kerja Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Selain itu, kelompok administered price juga terus mengalami koreksi pasca Hari Besar Keagamaan (HBKN) Idul Fitri Meskipun demikian, di saat yang sama terdapat peningkatan harga pada kelompok inti (core) akibat kenaikan biaya pendidikan di Kota Bandar Lampung di seluruh tingkatan. x

12 Sementara itu, kinerja korporasi yang membaik ditandai dengan meningkatnya penjualan domestik dan ekspor yang stabil meski terdapat kecenderungan perlambatan konsumsi masyarakat seiring terlewatinya libur hari raya dan liburan sekolah pada pertengahan tahun. Kinerja perbankan yang tercatat membaik serta indikator intermediasi perbankan yang masih cukup terjaga turut menopang ketahanan sistem keuangan di Provinsi Lampung. Meskipun demikian, seiring pemulihan ekonomi domestik yang masih rentan membawa dampak kecenderungan peningkatan NPL kredit sektor rumah tangga dan optimisme masyakarat yang melemah terhadap kondisi ekonomi kedepan perlu mendapat perhatian. Selain itu, indikasi perbaikan harga komoditas yang belum stabil menjadi risiko penahan kinerja korporasi kedepan. Memasuki triwulan IV 2017, kegiatan ekonomi di Provinsi Lampung diperkirakan akan tumbuh sedikt lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III 2017 yang didorong dengan motor pertumbuhan masih akan bersumber dari konsumsi rumah tangga menjelang libur akhir tahun dan investasi yang didukung rendahnya laju inflasi serta akselerasi proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor Lampung diperkirakan akan mengalami pertumbuhan seiring perbaikan harga komoditas ekspor seperti batu bara dan minyak kelapa sawit. Sementara itu, secara sektoral, meningkatnya kinerja sektor perdagangan besar dan eceran, membaiknya sektor pertanian, serta masih tingginya kinerja sektor konstruksi, diperkirakan menjadi pendorong ekonomi Lampung pada triwulan IV Selain itu pertumbuhan sektor perdagangan, sektor transportasi serta sektor penyedia akomodasi dan makan minum diprediksikan meningkat, sejalan dengan peningkatan volume arus perjalanan dan konsumsi masyarakat pada hari raya Natal dan tahun baru serta libur tahun ajaran baru anak sekolah. Dari sisi perkembangan harga-harga, inflasi IHK Provinsi Lampung dipredikasi masih cukup terkendali seiring cukup terkendalinya tekanan inflasi pangan. Meskipun demikian, ke depan risiko inflasi tetap perlu dikelola dengan baik perkembangan tekanan inflasi terutama yang berasal dari gejolak harga pangan perlu diwaspadai. Upaya stabilisasi harga pangan antara lain dengan memperkuat koordinasi dan kerjasama perdagangan antar daerah, mendorong Pemerintah Daerah memperkuat cadangan pangan sebagai antisipasi gangguan produksi dan distribusi terkait perubahan cuaca, serta sosialisasi dan monitoring implementasi HET perlu dilanjutkan. Disamping itu, masyarakat perlu didukung untuk dapat merencanakan liburan akhir tahun dengan baik, agar mengurangi lonjakan permintaan di akhir tahun. Dalam kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, PLN Wilayah Lampung, ESDM Provinsi Lampung, Bulog Provinsi Lampung dan semua penyedia data yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Kami menyadari bahwa hasil kajian ekonomi yang disajikan dalam buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kami juga mengharapkan kiranya kerjasama yang baik selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhirnya, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya kepada kita semua. Bandar Lampung, Oktober 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI LAMPUNG Noviarsano Manullang Deputi Direktur xi

13 A. Inflasi dan PDRB Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung Indikator I II III IV I II III Indeks Harga Konsumen (IHK) Bandar 129,05 130,62 124,20 124,26 125,16 127,31 Lampung Metro 131,84 131,63 133,06 134,08 135,01 136,59 Gabungan 125,32 125,34 126,32 128,31 129,93 131,50 Laju Inflasi (yoy) Bandar 3,90 5,12 5,37 3,21 2,41 2,75 Lampung Metro 4,83 2,84 2,79 2,92 2,40 3,77 Gabungan 5,28 3,15 2,47 2,78 3,68 4,91 PDRB - Harga ,71 Konstan (Miliar Rp) , , , , , , , ,87 Pertanian, ,87 Kehutanan, & Perikanan , , , , , , , ,68 Pertambangan & 3.358, , , , , , , , ,56 Penggalian Industri , , , , , , , , ,04 Pengolahan Pengadaan 99,26 203,87 60,26 61,17 61,68 68,80 269,49 80,25 93,71 Listrik, Gas Pengadaan Air 200,67 50,83 51,51 52,74 52,75 207,84 53,19 55,60 56,80 Konstruksi , , , , , , , , ,57 Perdagangan Besar & Eceran dan Reparasi Mobil & Sepeda , , , , , , , , ,12 Transportasi & 2.851, , , , , , , , ,14 Pergudangan Penyediaan 776,01 Akomodasi dan Makan Minum 2.632,96 671,33 697,26 721,42 723, ,17 719,78 767,63 Informasi & 2.609, , , , , , , , ,43 Komunikasi Jasa Keuangan 4.143, , , , , , , , ,36 Real Estate 5.966, , , , , , , , ,57 Jasa Perusahaan 285,14 72,40 73,35 76,45 75,19 297,39 76,29 78,25 80,65 Administrasi 1.736,76 Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 6.423, , , , , , , ,10 Jasa Pendidikan 5.361, , , , , , , , ,69 Jasa Kesehatan 533,19 dan Kegiatan Sosial 1.902,99 491,88 501,00 511,88 516, ,87 520,54 527,18 Jasa Lainnya 1.716,92 433,06 442,72 456,22 461, ,40 462,39 489,31 498,75 Pertumbuhan PDRB (yoy) 5,13 5,06 5,21 5,26 5,01 5,15 5,13 5,03 5,21 Nilai Ekspor Non Migas (Juta USD) 3.864,61 740,65 600,72 261, , , ,66 867,65 981,28 Volume Ekspor (Ribu Ton) , , ,63 898, , , , , ,85 Nilai Impor 1.122,10 260,71 355,76 123,21 328, ,17 264,25 361,54 331,49 xii

14 Indikator 2015 (Juta USD) Volume Impor (Ribu Ton) B. Sistem Pembayaran I II III IV I II III 2.193,55 479,17 698,88 176,95 538, ,41 492,52 566,40 647,48 Indikator Makro IV I II III IV I II III Posisi Kas Gabungan (Triliun Rp) 1,92 2,63 3,31 4,22 3,50 3,90 3,05 3,32 Inflow (Triliun Rp) 2,08 2,75 1,19 3,38 2,16 2,59 1,94 3,73 Outflow (Triliun Rp) 1,74 0,96 4,86 2,06 1,81 1,74 5,87 1,47 Pemusnahan Uang (Triliun Rp) 0,46 1,22 1,44 0,73 0,93 0,90 0,46 1,12 Nominal Transaksi RTGS (Triliun Rp) 2,54 4,08 5,08 6,43 7,61 6,22 8,32 6,83 Volume Transaksi RTGS (Lembar) Rata-Rata Harian Nominal ,54 66,96 80,71 107,19 120, Transaksi RTGS (Triliun Rp) Rata-Rata Harian Volume Transaksi RTGS (Lembar) Volume Kliring Kredit (Lembar) Nominal Kliring Kredit (Triliun Rp) 2,62 4,92 6,93 4,62 4,65 4,21 4,15 4,42 Rata-Rata Harian Volume Kliring Kredit (Lembar) Rata-Rata Harian Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp) 41,55 80,66 109,96 72,21 73,83 67,89 71,56 74,94 Volume Kliring Debet (Lembar) Nominal Kliring Debet (Triliun Rp) 7,20 6,44 6,73 6,70 6,57 6,10 4,55 5,03 Rata-Rata Harian Volume Kliring Debet (Lembar) Rata-Rata Harian Nominal Kliring Debet (Miliar Rp) 114,23 105,60 106,76 104,71 104,33 98,34 78,51 85,17 Volume Kliring Pengembalian (Lembar) Nominal Kliring Pengembalian (Triliun Rp) 0,21 0,15 0,16 0,16 0,15 0,14 0,15 0,10 Rata-Rata Harian Volume Kliring Pengembalian (Lembar) Rata-Rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Miliar 3,39 2,44 2,55 2,43 2,42 2,30 2,56 1,76 Rp) Volume Tolakan Cek/BG Kosong (Lembar) Volume Tolakan Cek/BG Kosong (Triliun Rp) 0,17 0,11 0,12 0,12 0,12 0,11 0,10 0,08 Rata-Rata Harian Volume Cek/BG Kosong (Lembar) Rata-Rata Harian Volume Cek/BG Kosong (Miliar Rp) 2,66 1,80 1,89 1,88 1,85 1,71 1,72 1,31 xiii

15 C. Perbankan Indikator Perbankan IV I II III IV I II III Bank Umum Total Aset (Triliun Rp) 52,41 51,86 53,48 53,62 54,24 56,23 60,85 61,42 DPK (Triliun Rp) 33,09 32,53 33,63 34,04 34,88 36,20 38,26 38,18 Giro 7,90 7,29 6,92 6,82 5,01 7,60 8,04 7,49 Tabungan 16,90 16,46 17,92 18,35 20,79 19,47 20,78 21,07 Deposito 8,29 8,78 8,79 8,88 9,09 9,50 9,43 9,24 Kredit (Triliun Rp) - 50,58 52,67 52,93 56,11 57,00 57,52 47,76 50,75 Berdasarkan Lokasi Proyek Modal Kerja 24,78 24,69 26,81 27,91 27,87 24,26 25,22 24,77 Investasi 13,19 13,70 14,39 13,95 14,16 10,49 11,84 12,12 Konsumsi 14,70 14,54 14,90 15,13 15,49 13,01 13,70 13,68 LDR 138,00 134,13 135,93 135,84 137,48 131,95 132,64 132,48 Kredit UMKM (Triliun Rp) 13,92 14,64 15,53 15,18 15,62 17,04 15,80 15,83 Kredit Mikro (<Rp50 Juta) (Triliun Rp) 4,64 5,12 5,43 5,28 5,35 5,39 5,66 5,43 Modal Kerja 2,90 3,51 3,84 3,74 3,86 3,88 4,09 3,84 Investasi 0,34 0,42 0,45 0,45 0,46 0,47 0,48 0,45 Konsumsi 1,40 1,18 1,14 1,10 1,03 1,05 1,09 1,14 Kredit Kecil (Rp50 Juta < X < Rp500 juta) (Triliun Rp) 13,51 14,62 15,06 15,11 15,44 15,60 15,60 15,06 Modal Kerja 3,66 3,82 3,90 3,82 3,88 3,90 3,90 3,90 Investasi 1,35 1,23 1,23 1,21 1,18 1,09 1,09 1,23 Konsumsi 8,50 9,56 9,92 10,08 10,38 10,60 10,60 9,92 Kredit Menengah (Rp500jt < X < Rp5m) (Triliun Rp) 7,02 7,42 7,61 7,59 7,67 7,68 7,68 7,61 Modal Kerja 4,75 5,10 5,25 5,22 5,23 5,19 5,19 5,25 Investasi 1,25 1,20 1,19 1,17 1,15 1,18 1,18 1,19 Konsumsi 1,01 1,12 1,17 1,20 1,29 1,31 1,31 1,17 Total Kredit MKM (Triliun Rp) 25,17 27,15 28,10 27,99 28,45 28,68 29,23 29,35 NPL MKM Gross (%) 3,25 2,95 3,20 3,23 2,76 2,74 2,69 2,43 BPR Total Aset (Trilun Rp) 8,71 9,10 9,49 9,84 10,53 10,51 10,92 11,33 Dana Pihak Ketiga 5,56 4,23 4,74 4,68 4,87 5,13 5,41 (Triliun Rp) 5,38 Tabungan 0,73 0,76 0,74 0,78 0,86 0,87 0,88 0,97 Simpanan Berjangka 3,49 3,98 3,94 4,08 4,28 4,68 4,53 4,41 Kredit (Triliun Rp) - 8,40 6,93 7,21 7,42 7,40 7,65 7,95 8,15 Berdasarkan Lokasi Proyek Modal Kerja 0,82 0,79 0,83 0,80 0,78 0,79 0,81 0,82 Investasi 0,18 0,17 0,18 0,19 0,20 0,23 0,23 0,23 Konsumsi 5,93 6,26 6,42 6,41 6,67 6,94 7,11 7,33 Kredit UMKM (Milyar Rp) 1.029,84 997, , , , , , ,93 Rasio NPL Gross (%) 1,46 1,60 1,62 1,73 1,46 1,63 1,72 1,65 LDR (%) 172,59 160,48 167,19 161,08 157,46 156,19 159,51 157,91 xiv

16 Ringkasan Eksekutif Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan III 2017 mencapai 5,21% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Nasional, dan diperkirakan masih akan meningkat pada triwulan IV Pertumbuhan Ekonomi Di tengah fase konsolidasi perekonomian nasional yang masih berjalan, ekonomi Lampung mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan III 2017 yakni 5,21% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera dan nasional yang masing-masing 4,43% (yoy) dan 5,06% (yoy). Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Lampung tersebut di atas pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Nasional yang masing-masing sebesar 4,43% (yoy) dan 5,06% (yoy). Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung terutama didorong oleh pertumbuhan investasi yang mampu tumbuh di atas rata-rata historisnya selama 5 (lima) tahun terakhir, serta membaiknya realisasi belanja pemerintah daerah. Namun demikian, konsumsi rumah tangga mulai mengalami perlambatan pertumbuhan bahkan tercatat paling rendah selama 3 (tiga) tahun terakhir. Di sisi penawaran, motor penggerak perekonomian Lampung bersumber dari sektor Industri Pengolahan, sektor Konstruksi dan sektor Perdagangan Besar- Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor. Memasuki triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi Lampung diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi, dengan motor pertumbuhan masih akan bersumber dari konsumsi rumah tangga menjelang libur akhir tahun dan investasi yang didukung rendahnya laju inflasi serta akselerasi proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor Lampung diperkirakan akan mengalami pertumbuhan seiring perbaikan harga komoditas ekspor seperti batu bara dan minyak kelapa sawit. Sementara itu, secara sektoral, meningkatnya kinerja sektor perdagangan besar dan eceran, membaiknya sektor pertanian, serta masih tingginya kinerja sektor konstruksi, diperkirakan menjadi pendorong ekonomi Lampung pada triwulan IV Selain itu pertumbuhan sektor perdagangan, sektor transportasi serta sektor penyedia akomodasi dan makan minum diprediksikan meningkat, sejalan dengan peningkatan volume arus perjalanan dan konsumsi masyarakat pada hari raya Natal dan tahun baru serta libur tahun ajaran baru anak sekolah. Realisasi anggaran belanja pada triwulan III tahun 2017 relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Keuangan Pemerintah Anggaran belanja fiskal pemerintah di provinsi Lampung untuk tahun 2017 tercatat mencapai Rp30,72 triliun, yang mencakup APBD Provinsi Lampung (pangsa 25,76%), APBD Kabupaten/Kota (73,29%), dan APBN instansi vertikal (0,94%). Komposisi belanja pegawai masih mendominasi, khususnya pada anggaran belanja Kabupaten/kota. Meskipun demikian, komitmen pemerintah daerah pada pengeluaran yang bersifat produktif semakin tinggi tercermin pada meningkatnya pangsa anggaran belanja modal. xv

17 Sampai dengan triwulan III 2017, realisasi anggaran belanja Pemerintah Provinsi relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan rendahnya realisasi belanja modal dan belanja bagi hasil sehingga berdampak pada belum optimalnya belanja Pemerintah Kabupaten/Kota. Sementara itu, ketergantungan fiskal Provinsi Lampung terhadap Pemerintah Pusat tercatat semakin tinggi dan berimplikasi pada terbatasnya diskresi Pemerintah Daerah dalam melakukan inovasi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi daerah. Inflasi IHK Provinsi LampungTriwulan III 2017 sebesar 3,86% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya akibat koreksi yang terjadi pada kelompok volatile food dan administered prices. Inflasi Secara tahunan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 4,91% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 3,86% (yoy). Penahan laju inflasi terbesar pada triwulan III 2017 berasal dari kelompok volatile food sebagai fokus pengawasan dari Tim Kerja Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Selain itu, kelompok administered price juga terus mengalami koreksi pasca Hari Besar Keagamaan (HBKN) Idul Fitri Meskipun demikian, di saat yang sama terdapat peningkatan harga pada kelompok inti (core) akibat kenaikan biaya pendidikan di Kota Bandar Lampung di seluruh tingkatan. Berdasarkan kota perhitungan IHK, inflasi IHK kota Metro tercatat lebih rendah dibandingkan kota Bandar Lampung, dan rata-rata inflasi kota-kota perhitungan IHK di Sumatera. Adapun secara nasional, inflasi IHK Provinsi Lampung tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi IHK Nasional yang mencapai 4,09% (yoy). Tantangan pengendalian inflasi Provinsi Lampung kedepan masih cukup besar diantaranya bersumber dari inflasi kelompok volatile foods dan kelompok administered prices. Ditengah kondisi pemulihan ekonomi domestik, kinerja sektor korporasi sebagai salah satu penopang stabilitas keuangan Provinsi Lampung masih cukup terjaga, namun ketahanan sektor rumah tangga perlu mendapat perhatian seiring melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditengah tekanan inflasi yang cukup terkendali. Stabilitas Keuangan Daerah dan Pengembangan UMKM Ditengah proses pemulihan kondisi perekonomian domestik yang berjalan tidak secepat perkiraan, kinerja sektor korporasi sebagai salah satu penopang stabilitas keuangan Provinsi Lampung masih cukup terjaga. Meski demikian, belum stabilnya perbaikan harga komoditas ekspor utama masih menjadi faktor penahan kinerja korporasi ke depan. Di sisi lain, ketahanan sektor rumah tangga perlu mendapat perhatian seiring melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditengah inflasi yang cukup terkendali. Domestic demand yang stagnan, pergeseran pola konsumsi masyarakat dan indeks penghasilan saat ini yang masih sangat terpengaruh pendapatan dari sektor pertanian dan perkebunan menjadi faktor risiko kerentanan sektor rumah tangga ke depan. Kinerja perbankan di provinsi Lampung pada triwulan laporan tercatat cukup stabil meskipun pelaksanaan fungsi intermediasi belum cukup kuat, yang tercermin dari pertumbuhan DPK dan Kredit bank umum yang melambat, dengan risiko kredit yang xvi

18 meningkat meskipun masih terjaga di bawah threshold 5%. Di sisi lain, dukungan perbankan terhadap UMKM di Provinsi Lampung tercatat meningkat ditandai dengan lebih tingginya pertumbuhan kredit UMKM pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian peningkatan dukungan kredit tersebut belum diiringi dengan perbaikan risiko kredit yang masih yang perlu mendapat perhatian. Sistem pembayaran pada triwulan III 2017 tercatat mengalami peningkatan baik tunai dan non tunai sejalan dengan masih baiknya pertumbuhan ekonomi. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran & Pengelolaan Uang Rupiah Sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung yang diperkirakan lebih baik di triwulan III 2017, transaksi pembayaran non tunai baik melalui kliring maupun RTGS juga cenderung mengalami peningkatan. Begitu juga untuk penggunaan uang elektronik yang tercatat meningkat signifikan untuk aktivitas pembayaran. Perkembangan tersebut sejalan dengan upaya KPw BI provinsi Lampung memperkenalkan Gerakan Nasional Non Tunai untuk memperluas edukasi terkait elektronifikasi dan keuangan inklusif kepada masyarakat. Terkait hal ini, persiapan implementasi elektronifikasi pembayaran Jalan Tol Trans Sumatera (JJTS) juga diupayakan melalui koordinasi dengan BUJT dan Perbankan. Selain itu, dalam rangka implementasi clean money policy dan meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat, dilakukan peningkatan intensitas kas keliling, perluasan kerjasama penukaran uang dengan Perbankan, dan edukasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah. Kesejahteraan masyarakat di Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 diperkirakan stabil namun berpotensi menurun seiring dengan kondisi ketenagakerjaan yang terkontraksi Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 mengalami penurunan seiring dengan turunnya jumlah penduduk yang siap bekerja dan berusia kerja (angkatan kerja) dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Sementara itu, pertumbuhan pengangguran juga tercatat mengalami penurunan di triwulan III 2017 yang mengindikasikan terjadi peningkatan peralihan aktivitas pada kelompok angkatan kerja menjadi bukan angkatan kerja utamanya untuk mengurus rumah tangga. Sementara itu, kesejahteraan petani yang tercemin dari Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat sedikit meningkat dari 104,28 pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 105,00 pada periode laporan, didorong relatif tingginya pertumbuhan indeks yang diterima (It) dibandingkan indeks yang dibayarkan (Ib) petani. Sebagian sektor tercatat mengalami peningkatan NTP yaitu sektor Padi & Palawija, Peternakan dan Perikanan Budidaya, sedangkan sektor Perkebunan, Hortikultura dan Perikanan Tangkap mengalami penurunan NTP, hal mana menunjukkan relatif rentannya petani Lampung terhadap perubahan pasar komoditas. Ditengah kondisi tersebut, jumlah penduduk miskin di Provinsi xvii

19 Lampung telah menunjukkan kecenderungan turun, namun ratarata persentase penduduk miskin Lampung selama 3 tahun terakhir masih tergolong tinggi dan berada diatas rata-rata persentase penduduk miskin nasional. Oleh karena itu upaya pengentasan kemiskinan yang telah dijalankan terutama di wilayah pedesaan perlu diperkuat dan disinergikan dengan upaya mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi harga komoditas yang diproduksi. Prospek pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh cukup tinggi dan berpeluang melebihi pertumbuhan triwulan sebelumnya Prospek Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,1%-5,5% (yoy) dengan risiko deviasi yang relatif berimbang sehingga berpotensi melebihi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Konsumsi pemerintah dan investasi khususnya investasi bangunan diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan, meskipun terdapat risiko penundaan belanja terkait pelaksanaan pilkada. Sementara konsumsi swasta dan net ekspor diperkirakan tumbuh stabil dengan potensi bias keatas, ditengah perkiraan apresiasi harga komoditas yang terbatas dan berkurangnya produksi komoditas utama perkebunan, namun peluang membaiknya permintaan ekspor masih ada demikian pula dengan perbaikan permintaan domestik terkait persiapan pilkada. Secara sektoral, siklus peningkatan produksi sektor pertanian khususnya tanaman pangan, serta realisasi pembangunan infrastruktur diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Lampung pada tahun 2018 diperkirakan akan sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Prospek inflasi triwulan I 2018 diperkirakan masih tetap terjaga pada kisaran 3,5%±1% (yoy), dengan risiko kenaikan terutama bersumber dari volatile food Inflasi Prospek inflasi triwulan I dan keseluruhan tahun 2018 diperkirakan dapat terkendali pada kisaran 3,5%±1% (yoy), seiring kecenderungan menurunnya tekanan inflasi IHK sejak semester II 2017 yang didukung langkah progresif pemerintah untuk mengendalikan harga komoditas volatile. Faktor risiko yang diperkirakan dapat meningkatkan tekanan inflasi pada triwulan I berasal dari kelompok volatile food sejalan dengan tingginya intensitas hujan, sebaliknya siklus peningkatan produksi tanaman pangan berpotensi menimbulkan koreksi harga. Kondisi ini perlu diantisipasi TPID dengan fokus pada upaya menjaga stabilitas harga bahan makanan guna mempertahankan daya beli rumah tangga. xviii

20 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah Di tengah fase konsolidasi perekonomian nasional yang masih berjalan, ekonomi Lampung mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan III 2017 yakni 5,21% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera dan nasional yang masing-masing 4,43% (yoy) dan 5,06% (yoy). Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Lampung tersebut di atas pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Nasional yang masing-masing sebesar 4,43% (yoy) dan 5,06% (yoy). Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung terutama didorong oleh pertumbuhan investasi yang mampu tumbuh di atas rata-rata historisnya selama 5 (lima) tahun terakhir, serta membaiknya realisasi belanja pemerintah daerah. Namun demikian, tingginya kinerja ekonomi triwulan laporan kurang didukung oleh kinerja beberapa sumber pertumbuhan utama Lampung seperti konsumsi rumah tangga yang mengalami perlambatan pertumbuhan bahkan tercatat paling rendah selama 3 (tiga) tahun terakhir Di sisi penawaran, motor penggerak perekonomian Lampung bersumber dari sektor Industri Pengolahan, sektor Konstruksi dan sektor Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor yang masing-masing memberikan andil sebesar 1,33%, 1,28%, dan 0,73%. Memasuki triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi Lampung diperkirakan masih akan tumbuh cukup baik, dengan motor pertumbuhan masih akan bersumber dari konsumsi rumah tangga menjelang libur akhir tahun dan investasi yang didukung rendahnya laju inflasi serta akselerasi proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor Lampung diperkirakan akan mengalami pertumbuhan seiring perbaikan harga komoditas ekspor seperti batu bara dan minyak kelapa sawit. Sementara itu, secara sektoral, meningkatnya kinerja sektor perdagangan besar dan eceran, membaiknya sektor pertanian, serta masih tingginya kinerja di sektor konstruksi diperkirakan menjadi pendorong ekonomi Lampung pada triwulan III Selain itu pertumbuhan sektor perdagangan, sektor transportasi serta sektor penyedia akomodasi dan makan minum diprediksikan meningkat, sejalan dengan peningkatan volume arus perjalanan dan konsumsi masyarakat pada hari raya Natal dan tahun baru serta libur tahun ajaran baru anak sekolah Analisis PDRB Sisi Permintaan Di tengah fase konsolidasi perekonomian nasional yang masih berjalan, ekonomi Lampung mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan III 2017 yakni 5,21% (yoy) (Grafik 1.1), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera dan nasional yang masing-masing 4,43% (yoy) dan 5,06% (yoy) (Grafik 1.2). Dibandingkan triwulan II 2017 dengan pertumbuhan 5,03% (yoy), ekonomi Lampung pada triwulan laporan tercatat meningkat terutama didorong oleh pertumbuhan investasi yang mampu tumbuh di atas rata-rata historisnya selama 5 (lima) tahun terakhir, serta membaiknya realisasi belanja pemerintah daerah. Grafik 1.1. PDRB Provinsi Lampung Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Lampung, Sumatera dan Nasional (%yoy) 1 Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah

21 Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung - Sisi Permintaan (% yoy) Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Dilihat dari struktur ekonomi Provinsi Lampung, konsumsi rumah tangga masih mendominasi dengan pangsa 55,56%, yang diikuti oleh ekspor, impor dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB)/investasi dengan peranan masing-masing 39,46%, 33,93%, dan 28,85% dari total pengeluaran ekonomi di Provinsi Lampung. Dilihat dari sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi, perbaikan kinerja investasi dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang meningkat dibandingkan triwulan II 2017, yakni masingmasing tumbuh 14,18% (yoy) dan 6,38% (yoy) dan mampu memberikan andil masing-masing 4,03% dan 0,49% terhadap pertumbuhan ekonomi (Tabel 1.1). Namun tingginya kinerja ekonomi triwulan laporan kurang didukung oleh kinerja beberapa sumber pertumbuhan utama Lampung seperti konsumsi rumah tangga yang mengalami perlambatan pertumbuhan bahkan tercatat paling rendah selama 3 (tiga) tahun terakhir yakni 4,11% (yoy), dan memberikan kontribusi sebesar 2,38%. Belum meningkatnya pertumbuhan ekonomi di sektor utama juga terlihat dari laju pertumbuhannya dimana pertumbuhan tertinggi terdapat pada pertumbuhan perubahan inventori sebesar 19,26% (yoy), selain itu dari sisi eksternal, sumber pertumbuhan dari kinerja ekspor dan impor tercatat mengalami perlambatan dengan sumbangan masing-masing 2,25% dan 4,06%. Pertumbuhan ekspor yang belum dapat mengimbangi pertumbuhan impor dipicu oleh tingginya impor barang modal sebagai bahan baku industri pengolahan makanan yang menjadi salah satu industri unggulan di Lampung. Memasuki triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi Lampung diperkirakan masih akan tumbuh cukup baik, dengan motor pertumbuhan masih akan bersumber dari konsumsi rumah tangga menjelang libur akhir tahun dan investasi yang didukung rendahnya laju inflasi serta akselerasi proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta, meskipun perlu diwaspadai pula risiko penahan pertumbuhan investasi mengingat investor cenderung wait and see menjelang pilkada. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor Lampung diperkirakan akan mengalami pertumbuhan seiring perbaikan harga komoditas ekspor seperti batu bara dan minyak kelapa sawit, meskipun pertumbuhan ekspor diperkirakan tidak setinggi perbaikan kinerja impor yang diperkirakan meningkat didorong oleh naiknya impor barang modal dan bahan baku seiring percepatan proyek infrastruktur. Untuk keseluruhan tahun 2017, perekonomian Lampung diperkirakan tumbuh sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2016, ditopang oleh kinerja ekspor luar negeri seiring membaiknya harga komoditas unggulan Lampung serta membaiknya perekonomian negara tujuan ekspor. Pertumbuhan yang lebih tinggi sedikit tertahan oleh rendahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebagai dampak lanjutan tekanan inflasi administered prices yang terjadi di awal tahun sampai dengan pertengahan tahun meskipun tekanan inflasi volatile food masih cukup terkendali. 2

22 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Rumah Tangga yang memiliki pangsa terbesar yakni 55,56% terhadap perekonomian Lampung secara tahunan tumbuh melambat dan tercatat di bawah rata-rata historis pertumbuhannya pada periode yang sama selama 3 (tiga) tahun terakhir 5,97% (yoy). Perlambatan pertumbuhan antara lain dipengaruhi pergeseran Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang pada tahun 2016 jatuh pada triwulan III, sedangkan di tahun 2017 jatuh pada triwulan II sehingga memengaruhi pola konsumsi masyarakat. Kondisi tersebut juga tercermin dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan laporan yang menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.3). Perubahan pola konsumsi rumah tangga juga tercermin dari turunnya volume konsumsi barang/jasa dari 109,4 pada triwulan II menjadi 104,7 di triwulan III 2017, meskipun indeks pendapatan rumah tangga yang meningkat dari 103,4 menjadi 105,3 (Grafik 1.4.). Hasil survei Bank Indonesia terkait kegiatan Konsumsi Rumah Tangga menunjukkan indikasi bahwa optimisme konsumen Lampung masih kuat yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.5). Namun hal yang menjadi perhatian adalah terdapat indikasi berubahnya preferensi konsumsi antara lain cenderung memprioritaskan alokasi pendapatan untuk simpanan dan menunda konsumsi beberapa jenis barang tahan lama (durable goods) (Grafik 1.6) yang mengindikasikan tertahannya ekspansi konsumsi rumah tangga. Sementara itu, dukungan sumber pembiayaan juga tercatat belum mengalami perubahan berarti sejak triwulan-ii 2017, ditandai pertumbuhan kredit konsumsi perbankan mengalami perlambatan dan hanya mencapai 10,55% (yoy). Grafik 1.3. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1.4. Komponen Indeks Tendensi Konsumen Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Grafik 1.5. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.6. Preferensi Alokasi Pendapatan Konsumen Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Sementara itu, penggunaan listrik rumah tangga oleh masyarakat pada triwulan III 2017 cenderung stabil sedikit meningkat menjadi 612,74 juta KwH dari triwulan sebelumnya 608,82 juta KwH (Grafik 3

23 1.8). Peningkatan konsumsi listrik terjadi seiring peningkatan jumlah rumah tangga di Provinsi Lampung yang mendapatkan pelayanan listrik dari PLN sebanyak rumah tangga sehingga jumlah keseluruhan rumah tangga yang menerima pelayanan listrik sampai dengan triwulan laporan adalah sebanyak 1,829 juta rumah tangga. Grafik 1.7. Kredit Konsumsi Grafik 1.8. Konsumsi Listrik Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber:PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Distribusi Lampung Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, data indikator kredit konsumsi juga menunjukkan perlambatan, yakni tercatat sebesar Rp21,30 triliun atau tumbuh 10,55% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,55% (yoy) (Grafik 1.7.). Grafik 1.9. Volume Impor Barang Konsumsi Grafik Pangsa Komoditas Impor Barang Konsumsi Barang Semi Tahan Lama; 2,79% Makanan Olahan; 93,89% Barang Tidak Tahan Lama; 1,63% Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Perlambatan konsumsi rumah tangga juga tercermin pada turunnya pertumbuhan volume impor barang konsumsi yang tercatat sebesar 3,40% (yoy), turun sangat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami peningkatan mencapai 826,78% (yoy) (Grafik 1.9.). Berdasarkan pangsanya, impor barang konsumsi masih didominasi impor makanan olahan yang mencapai 93,89%, meskipun mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya dengan pangsa 96,24%, diikuti oleh impor barang semi tahan lama dengan kontribusi 2,79% (Grafik 1.10.). Grafik Perkembangan Ekspektasi Konsumen 6 Bulan Mendatang Sumber: Survei Konsumen KPw BI Provinsi Lampung 4

24 Memasuki triwulan IV 2017, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2017 didukung perbaikan harga komoditas utama, dan faktor panen komoditas pangan yang diperkirakan akan mendorong perbaikan kegiatan usaha masyakarat, meskipun akan sedikit tertahan oleh pertumbuhan penjualan domestik yang cenderung stagnan sejak triwulan II 2016 meskipun dari sisi produksi masih terus meningkat. Kondisi ini jika tidak dikelola dengan baik diperkirakan akan meningkatkan biaya perusahaan dan membawa dampak tertahannya pertumbuhan pendapatan serta menyebabkan terbatasnya daya beli (disposable income) rumah tangga. Hal yang menjadi perhatian adalah turunnya ekspektasi penghasilan konsumen 6 bulan mendatang, persepsi ketersediaan tenaga kerja (Grafik 1.12.) serta pengeluaran untuk barang tahan lama yang cenderung menurun dan meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk menyimpan uangnya berpotensi menahan ekspansi konsumsi rumah tangga triwulan mendatang Konsumsi Pemerintah Berbeda dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tumbuh melambat, konsumsi pemerintah tercatat tumbuh cukup tinggi sebesar 6,38% (yoy) setelah mengalami kontraksi sebesar - 6,80% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Membaiknya kinerja konsumsi pemerintah didukung adanya pencairan gaji ke-13 Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta penyaluran bantuan sosial, yang diikuti belanja Badan Layanan Umum (BLU) dan belanja barang yang tinggi oleh pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Meskipun realisasi anggaran Belanja Daerah Provinsi Lampung sampai dengan triwulan III 2017 menunjukkan pencapaian sebesar Rp3.545,45 miliar atau baru mencapai 44,80% dari rencana anggaran 2017, namun pertumbuhan konsumsi pemerintah yang lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 dipengaruhi oleh realisasi Belanja Bantuan Sosial yang telah mencapai 92,22%, diikuti oleh Belanja Hibah, Belanja Pegawai, dan Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota yang masing-masing mencapai 77,29%, 69,91%, dan 68,88%. Realisasi pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi juga tercermin dari pertumbuhan giro pemerintah daerah di BPD yang tercatat tumbuh 12,26%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat 20,10% (yoy) (Grafik 1.13). Pada triwulan IV 2017, pengeluaran konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan tumbuh meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan III Hal ini antara lain tercermin dari tercermin dari posisi giro pemerintah daerah yang mengalami peningkatan pada bulan Oktober 2017 (Grafik 1.14). Penyerapan anggaran pemerintah khususnya belanja operasional untuk proyek infrastruktur yang menjadi prioritas utama pemerintah daerah diperkirakan akan memacu pertumbuhan konsumsi pemerintah, meskipun nominal realisasi anggaran diperkiarakan akan sedikit tertahan sebagai dampak persiapan pemerintah daerah untuk pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang direncanakan akan dilaksanakan pada pertengahan tahun Grafik Giro Pemerintah di BPD Triwulanan Grafik Perkembangan Giro Pemerintah Bulanan Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia 5

25 Investasi Kinerja Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tercatat tumbuh signifikan sebesar 14,18% (yoy), jauh di atas rata-rata historisnya dalam 5 tahun terakhir sebesar 4,47% (yoy). Pertumbuhan tersebut juga menunjukkan pola yang berbeda dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, karena ekspansi yang lebih tinggi dari triwulan II 2017 sebesar 11,82% (yoy). Peningkatan kinerja investasi terutama pada pada sektor investasi bangunan sejalan dengan pesatnya pembangunan proyek strategis pemerintah seperti infrastruktur jalan tol dan jalan layang, serta pembangunan properti bersubsidi oleh swasta. Kinerja investasi yang tinggi juga didukung oleh penyaluran kredit investasi perbankan yang tercatat tumbuh cukup tinggi yakni 23,53% (yoy) per September Grafik Porsi Investasi Bangunan dan Non Bangunan Grafik Kredit Bank Umum berdasarkan Penggunaan Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Berdasarkan jenis investasinya, meningkatnya investasi pada triwulan laporan terutama didorong oleh pertumbuhan penanaman modal asing (PMA) yang pada triwulan laporan tercatat sebesar US$ juta atau tumbuh hampir tiga kali lipat dari triwulan II Penanaman modal asing terbesar pada triwulan laporan terutama berada pada sektor listrik, gas dan air (62,90%), diikuti oleh sektor industri makanan (25,45). Sementara itu, penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 3,09 triliun atau tumbuh 71,47% (qtq). Tidak jauh berbeda dengan PMA, penanaman modal dalam negeri terbesar pada triwulan laporan berada pada sektor listrik, gas dan air (85,41%) diikuti oleh sektor konstruksi (11,49%) dan listrik, gas dan air (11,89%) (Grafik dan 1.18.). Grafik Porsi Pangsa Investasi PMA Tw II 2017 Grafik Porsi Pangsa Investasi PMDN Tw II 2017 Sumber: BKPM Sumber: BKPM 6

26 Meningkatnya investasi pada triwulan ini juga ditunjukkan dari hasil liaison 1 yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung yang menyatakan bahwa investasi yang dilakukan (kontak liaison) sebagian besar berupa investasi lanjutan dari tahun sebelumnya baik berupa bangunan maupun non bangunan, disamping melakukan perawatan dan pemeliharaan rutin mesin produksi. Kegiatan investasi dengan skala besar terjadi di subsektor industri Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan - Peternakan & Hasil-hasilnya sementara di subsektor lainnya hanya melakukan perawatan, peremajaan alat dan mesin serta renovasi untuk kegiatan operasional (Tabel 1.2.). Tabel 1.2. Daftar Kegiatan Investasi Berdasarkan Sektor Ekonomi Sektor Produk Bentuk Investasi Jagung, Padi, Cabai, dan Sayuran Pemeliharaan lahan dan perawatan alat produksi Ayam Petelur Pemeliharaan rutin kandang dan alat produksi Sapi perawatan dan pemeliharaan kandang serta mesin Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan - Peternakan & Hasilhasilnya Nanas Kalengan 1. Pemeliharaan dan perawatan mesin maupun lahan 2. Pembangunan gudang dan pembuatan pabrik gula 3. Membuka lahan baru di Kalimantan Perdagangan Hotel dan Restoran - Perdagangan Besar dan Eceran Ayam Petelur, Ikan Patin, Sayur Mayur (Cabai, Terong, Timun, Gambas, Paria) Hotel & Restoran 1. Penambahan kandang serta bibit ayam sejumlah ekor 2. Bangunan untuk usaha retail 1. Perawatan dan pemeliharaan rutin 2. Perluasan bangunan hotel dan pembangunan ballroom, satu blok bangunan kamar, lobby hotel, dan fasilitas penunjang lain seperti fitness centre Kopi Perawatan mesin rutin Kendaraan Roda Dua (Motor) pemeliharaan aset kantor 1 Liaison merupakan wawancara mendalam mengenai perkembangan usaha selama satu tahun dengan responden meliputi perusahaan, 1. Perawatan rutin mesin produksi. asosiasi, dan Jasa-jasa lembaga pemerintahan Percetakan 2. Pembelian unit mesin cutting laser. Kinerja investasi pada triwulan IV 2017 diperkirakan masih akan tumbuh seiring dengan perkiraan peningkatan produksi serta percepatan proyek infrastruktur yang masih berjalan di Lampung. Optimisme ini juga didukung oleh hasil liaison yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Lampung khususnya di subsektor perkebunan, pertanian dan peternakan. Meskipun demikian, dibandingkan triwulan III 2017, kinerja investasi diperkirakan akan cenderung tumbuh lebih lambat yang ditengarai dipengaruhi investor yang cenderung wait and see menjelang Pilkada Upaya-upaya pemerintah daerah meningkatan persepsi positif investor untuk mengakselerasi investasi di Propinsi Lampung terus dilakukan, salah satunya melalui Forum Investasi Lampung (FOILA) yang diharapkan dapat mengelola dan memelihara iklim investasi di Lampung menjadi lebih baik Ekspor dan Impor Dari sisi eksternal, perkembangan yang belum terlalu menggembirakan tercermin dari kinerja ekspor dalam PDRB 2 yang tercatat tumbuh melambat yakni hanya mencapai 5,63% (yoy), belum mampu 7

27 mengimbangi impor yang tumbuh 11,42% (yoy). Hal ini terutama dipengaruhi tingginya impor barang modal untuk bahan makanan yang menjadi salah satu industri unggulan di Lampung, yakni gula dan kembang gula. Grafik Perkembangan Ekspor Luar Negeri Grafik Pangsa Kelompok Ekspor Non Migas Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Grafik Negara Tujuan Ekspor Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Capaian kinerja ekspor luar negeri Provinsi Lampung yang pada triwulan laporan tumbuh sebesar 237,79% Pengertian (yoy) ekspor atau dan impor mencapai dalam konteks US$ PDRB 981,26 adalah juta mencakup (Grafik perdagangan 1.19.), tercatat barang dan jasa sedikit antar melambat negara dan antar dibandingkan provinsi triwulan II 2017, yang antara lain dipengaruhi oleh proses pemulihan ekonomi di negara tujuan ekspor utama dan masih fluktuatifnya perbaikan harga komoditas ekspor utama. Tidak banyak berubah dari triwulan sebelumnya, pada triwulan laporan ekspor berupa lemak dan minyak hewan/nabati (CPO) menjadi salah satu komoditas ekspor terbesar dengan pangsa 34,29%, diikuti dengan komoditas kopi, teh dan rempah-rempah (20,93%) (Grafik 1.20.). Sementara itu, negara tujuan ekspor terbesar Provinsi Lampung pada triwulan laporan adalah Tiongkok (17,13%), India (16,46%) dan Belanda (10,22%) (Grafik 1.21.). Sementara itu, meskipun kinerja impor Provinsi Lampung tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan kinerja ekspor yakni mencapai 11,42% (yoy), namun pertumbuhannya tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 16,50% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kinerja impor Lampung pada triwulan laporan terutama didorong oleh turunnya pertumbuhan impor antar daerah yang sebelumnya mencapai 20,98% (yoy) menjadi 14,19% (yoy). Sejalan dengan perlambatan impor antar daerah, kinerja impor luar negeri Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 juga tercatat melambat atau hanya mampu tumbuh 4,70% (yoy) (Grafik 1.22.). 8

28 Komoditas impor ke Provinsi Lampung mayoritas berupa Gula dan Kembang Gula (57,61%), Binatang Hidup (14,71%), Biji-bijian berminyak (8,93%) serta ampas/sisa industri makanan (6,68%) (Grafik 1.23.). Sementara itu, negara pemasok barang impor terbesar ke Provinsi Lampung adalah Saudi Arabia (17,85%), Australia (16,16%), dan Kuwait (9,32%) (Grafik 1.24.). Grafik Perkembangan Impor Luar Negeri Grafik Pangsa Kelompok Impor Non Migas Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Grafik Negara Asal Impor Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Memasuki triwulan IV 2017, kinerja ekspor Lampung diperkirakan akan tumbuh meningkat, tercermin dari meningkatnya ekspor luar negeri di Bulan Oktober (Grafik 1.25.), diperkirakan peningkatan ekspor akan didorong oleh peningkatan ekspor CPO seiring dengan membaiknya harga CPO (Grafik 1.26) yang ditengarai dipengaruhi pula oleh kebijakan penerapan program biodiesel Tiongkok yang menciptakan kebutuhan minyak kelapa sawit (CPO) mencapai 9 juta ton. Hal ini juga ditunjukkan dari pangsa ekspor yang didominasi oleh CPO yang mencapai 57,61%. Perkiraan membaiknya kinerja ekspor pada triwulan IV 2017 juga diperkuat oleh membaiknya beberapa harga komoditas lainnya, antara lain harga batubara yang tercatat sebesar US$ 55,81/Mt, mulai meningkat jika dibandingkan dengan harga Juni yang tercatat US$ 52,41/Mt (Grafik 1.27.). Namun demikian, kinerja ekspor diperkirakan akan sedikit tertahan oleh pemulihan ekonomi negara tujuan ekspor yang masih berlangsung, khususnya ketidakpastian terkait arah kebijakan Amerika Serikat dan Eropa. Selain itu, terdapat potensi turunnya ekspor salah satu komoditas unggulan Lampung yakni Kopi Robusta karena perbaikan harga komoditas yang belum stabil dan cenderung turun. 9

29 Grafik Tracking Perkembangan Ekspor Luar Negeri Grafik Perkembangan Harga CPO Internasional Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: Bloomberg Grafik Perkembangan Harga Batu Bara Internasional Grafik Tracking Perkembangan Impor Luar Negeri Sumber: Bloomberg Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Memasuki triwulan IV 2017, kinerja impor Lampung diperkirakan akan sedikit tertahan diperkirakan seiring turunnya permintaan domestik. Hal ini juga ditunjukkan dari data impor pada bulan Oktober 2017 yang tercatat mengalami penurunan yakni tercatat US$ 185,82 USD, turun cukup signifikan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.28.). Melambatnya pertumbuhan impor diperkirakan seiring dengan turunnya permintaan domestik dan perkiraan melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan. 10

30 1.2. Analisis PDRB Sisi Penawaran Motor penggerak perekonomian Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 bersumber dari sektor Industri Pengolahan, sektor Konstruksi, dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Hal tersebut ditunjukkan dari sumber pertumbuhannya dimana 3 sektor utama tersebut menjadi sektor penyumbang ekonomi terbesar pada triwulan ini. Sektor industri pengolahan menjadi kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan III 2017 dengan sumbangan sebesar 1,33%. Sejalan dengan hal tersebut, sektor konstruksi tumbuh lebih dari 2 kali lipat dari rata rata historisnya selama 3 tahun terakhir dengan memberikan andil sebesar 1,28% terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung. Sementara itu, walaupun sedikit melambat dibadingkan triwulan sebelumnya, sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor masih memberikan andil yang cukup tinggi, yakni sebesar 0,73% (Grafik 1.29.). Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung - Sisi Penawaran (% yoy) Lapangan Usaha Tw III 2016 (qtq) Tw II 2017 (qtq) Tw III 2017 (qtq) Tw III 2016 (yoy) Tw II 2017 (yoy) Tw III 2017 (yoy) Andil Tw III 2017 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,69 5,29 1,20 5,32 0,64 0,15 0,05 B Pertambangan dan Penggalian 2,13-3,75 3,42 5,70 3,21 4,51 0,26 C Industri Pengolahan 1,96 6,21 4,36 3,22 5,28 7,76 1,33 D Pengadaan Listrik, Gas 1,20 16,77 5,92 23,13 39,96 46,49 0,06 E Pengadaan Air 2,40 4,53 2,17 5,12 7,94 7,69 0,01 F Konstruksi 14,36 1,13 17,55 5,41 11,13 14,23 1,28 G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4,50 5,84 2,36 6,11 8,52 6,31 0,73 H Transportasi dan Pergudangan 9,15 4,32 1,14 5,93 10,45 2,34 0,12 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,47 6,65 1,09 5,70 10,09 7,57 0,10 J Informasi dan Komunikasi 1,90 4,84 0,42 11,37 12,68 11,05 0,47 K Jasa Keuangan 1,59 2,62 1,06 9,15 4,97 4,42 0,09 L Real Estate 3,90 2,73 1,16 9,77 7,26 4,43 0,13 M,N Jasa Perusahaan 4,22 2,57 3,07 5,31 6,68 5,50 0,01 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib -5,48 7,12 3,99-5,80-0,01 10,01 0,29 P Jasa Pendidikan 1,13 0,51 3,01 6,77 4,67 6,62 0,17 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,17 1,28 1,14 6,62 5,23 4,16 0,04 R,S,T,U Jasa lainnya 3,05 5,82 1,93 4,82 10,52 9,32 0,08 PDRB 3,35 4,29 3,52 5,26 5,03 5,21 5,21 Meningkat Melambat Moderat Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Dilihat dari pangsanya, porsi terbesar PDRB Lampung pada triwulan laporan masih didominasi oleh tiga sektor utama Provinsi Lampung yaitu sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, sektor Industri Pengolahan, dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan porsi masing-masing sebesar 31,46%, 18,60% dan 11,17% (Grafik 1.30.). Memasuki triwulan IV 2017, kegiatan ekonomi di Provinsi Lampung diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III 2017 yang ditopang oleh pertumbuhan di sektor perdagangan besar dan eceran, membaiknya sektor pertanian, serta masih tingginya kinerja di sektor konstruksi. Selain itu pertumbuhan di sektor transportasi dan pergudangan, sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, serta sektor penyedia akomodasi dan makan minum diprediksikan meningkat, sejalan dengan peningkatan volume arus perjalanan dan konsumsi masyarakat pada hari raya Natal dan tahun baru serta libur tahun ajaran baru anak sekolah. 11

31 Grafik Sumber Pertumbuhan PDRB Lap. Usaha Tw-III 2017 Grafik Pangsa PDRB Lap. Usaha Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Kinerja lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan tercatat mengalami kontraksi dari 0,64% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 0,15% (yoy) pada triwulan III Secara garis besar, melambatnya pertumbuhan di sektor pertanian tersebut disebabkan oleh penurunan hasil panen musim gadu pada petani padi akibat kondisi cuaca dan serangan hama pada beberapa wilayah seperti Kabupaten Lampung Tengah, Pesawaran, Lampung Selatan, Tulang Bawang Barat, dsb. Permasalahan ini juga terkonfirmasi oleh hasil liaison pada Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) komoditas jagung dan padi yang menyatakan bahwa terjadi penurunan hasil produksi pertanian pada komoditas jagung sebesar -50% (yoy) dan pada komoditas padi sebesar -80% (yoy) di triwulan 12

32 III 2017 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 akibat serangan hama dan penyakit terutama hama wereng dan tikus. Selain serangan hama, faktor cuaca yang tidak menentu menjadi salah satu faktor penghambat mengingat pengairan sawah dan ladang jagung sangat bergantung pada curah hujan. Adapun curah hujan di Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 masih berada pada level menengah dengan rata-rata curah hujan mm dengan variasi sifat hujan berada di tiga level yakni bawah normal, normal dan atas normal. No Unit Kerja Sumber: BULOG Provinsi Lampung Tabel 1.4. Realisasi Penyerapan Beras Oleh BULOG Target 2016 (ton) 2016/ November %Realisasi thd. Target (Nov. 2016) Realisasi (Ton) Target 2017 (ton) 2017/ November %Realisasi thd. Target (Nov. 2017) 1 DIVRE LAMPUNG , ,58 2 KANSILOG MENGGALA , ,41 3 KANSILOG KALIANDA , ,69 4 SUBDIVRE LAMPUNG TENGAH , ,87 5 SUBDIVRE LAMPUNG UTARA , ,6 JUMLAH , ,52 Menurunnya kinerja sektor pertanian di triwulan ini juga terkonfirmasi dari indikator realisasi penyerapan beras oleh BULOG yang sampai dengan November 2017 baru menyerap 60,52% beras dari target 2017 atau sebanyak 87,23 ribu ton dari target sebesar 144 ribu ton, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun Dari beberapa cabang BULOG, Sub Divre Lampung Utara mencatatkan realisasi penyerapan beras paling rendah yakni sebesar 7,7 ribu ton atau 43,6% dari target. Di samping itu, kelangkaan pupuk bersubsidi masih ditemukan di beberapa tempat di Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 sehingga menyebabkan perkembangan tanaman menjadi kurang maksimal dan hasil panen cenderung merugi. Keterlambatan distribusi pupuk bersubsidi ini diindikasikan akibat berlangsungnya momen HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Idul Fitri, meskipun saat ini telah diterapkan metode daring (online) dalam distribusi pupuk bersubsidi sesuai dengan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 99 tahun 2016 tentang pola distribusi pupuk bersubsidi sektor pertanian di Provinsi Lampung. Meskipun Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III 2017 mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 104,28 menjadi 105,00 (Grafik 1.32.), beberapa indikator di dalamnya seperti NTP-Perkebunan Rakyat dan NTP Holtikultura masih mengalami penurunan. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh indeks yang diterima petani turun lebih dalam dari pada indeks yang dibayarkan oleh petani. Selain NTP, kinerja sektor pertanian yang menurun juga tercermin dari dukungan pembiayaan di sektor ini. Kredit sektor pertanian tercatat tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 6,61% (yoy), menurun dari triwulan II 2017 yang pertumbuhannya sebesar 8,32% (Grafik 1.31.). Secara nominal, dukungan pembiayaan sektor pertanian pada triwulan II 2017 adalah sebesar Rp9,08 triliun. 13

33 Grafik Kredit Sektor Pertanian Grafik Nilai Tukar Petani Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Grafik Perkembangan Harga Karet Dunia Sumber: Bloomberg Pada sektor perkebunan, kontraksi juga terkonfirmasi dari kontak liaison yang menyatakan bahwa penjualan karet jenis SIR 20 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu akibat menurunnya produksi. Keterbatasan bahan baku akibat cuaca yang kurang mendukung dan berkurangnya lahan perkebunan menjadi faktor turunnya hasil produksi. Musim kemarau yang terjadi pada beberapa wilayah di Provinsi Lampung berimbas pada tanaman karet yang mengalami musim rontok daun sehingga produksi getah pada bagian sayatan batang karet berkurang. Selain itu, tren harga karet dunia yang turun juga menjadi faktor yang menghambat sektor perkebunan dapat tumbuh lebih tinggi lagi (Grafik 1.33.). Meskipun kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan belum cukup baik dibandingkan triwulan sebelumnya, namun sektor tersebut dapat tetap tumbuh lebih tinggi di triwulan IV 2017 didukung oleh upaya pemerintah yang memprioritaskan Upaya Khusus (UPSUS) tahun 2017 untuk meningkatkan produksi jagung, setelah sebelumnya UPSUS padi. Dengan adanya upaya tersebut, diperkirakan kinerja sektor pertanian tahun 2017 tetap akan memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung. Meningkatnya kinerja di sektor pertanian diperkirakan juga didorong oleh pembangunan dan perbaikan infrastruktur pertanian seperti irigasi, waduk dan bendungan di tahun Selain itu, BULOG merencanakan untuk melakukan Operasi Pasar Cadangan Beras Pemerintah (OP CBP) di triwulan IV 2017 sehingga hasil panen petani dapat terserap lebih tinggi dan kestabilan harga dapat tercapai Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor Industri Pengolahan di Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan rata rata pertumbuhan 3 tahun sebelumnya, yakni dari 5,28% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 7,76% (yoy) pada periode laporan. Dari sisi pembiayaan, dukungan perbankan terhadap pembiayaan sektor industri pengolahan juga tercatat tumbuh sehingga 14

34 meningkatkan laju pertumbuhan di sektor industri pengolahan. Hal tersebut terlihat dari penyaluran kredit di sektor industri yang pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 8,79% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,62% (yoy) (Grafik 1.34.). Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan tersebut tercermin dari konsumsi listrik segmen industri pada triwulan III 2017 yang tumbuh dari 3,23% (yoy) menjadi 10,43% (yoy) (Grafik 1.35.). Penjualan listrik tersebut utamanya berasal dari konsumsi industri besar dimana sejalan dengan hal tersebut, Provinsi Lampung di triwulan III 2017 tercatat sebagai provinsi dengan pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) tertinggi di Indonesia dengan kenaikan sebesar 22,52% (yoy). Pergerakan pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang ini diantaranya dipengaruhi oleh pertumbuhan Industri Makanan yang kembali mengalami peningkatan dari sebesar 19,52% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 20,91% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 1.36.). Selain itu, industri mikro dan kecil juga mencatatkan pertumbuhan yang meningkat jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yakni sebesar 1,74% (yoy) di triwulan II 2017 menjadi 3,65% (yoy) di triwulan III Perkembangan tersebut sejalan dengan hasil liaison pada kontak industri makanan (pengolahan nanas) yang mengkonfirmasi peningkatan volume penjualan di triwulan III 2017 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya hasil produksi dan tinginya permintaan konsumen dari luar negeri untuk ekspor. Grafik Kredit Sektor Industri Grafik Penjualan Listrik Industri Sumber: Bloomberg Grafik Produksi Industri Manufaktur Sumber: PT PLN Grafik Pertumbuhan Ekspor Industri Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Peningkatan kegiatan industri pengolahan yang terjadi pada triwulan laporan juga mendorong pertumbuhan ekspor industri. Pada triwulan III 2017 ekspor industri Provinsi Lampung tercatat tumbuh tinggi, hampir dua kali lipat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yakni sebesar 52,69% (yoy) (Grafik 1.37.). Komoditas unggulan yang mengalami peningkatan ekspor diantaranya (i) makanan dan minuman (ISIC 15 Manufacture of Food Products and Beverages), (ii) produk kertas 15

35 (21 - Manufacture Of Paper And Paper Products), (iii) kimia dan produk kimia (24 - Manufacture Of Chemicals And Chemical Products), (iv) produk kayu (20 - Manufacture Of Wood And Of Products Of Wood) dan tekstil (17 - Manufacture Of Textiles). Komoditas makanan dan minuman sebagai penopang ekspor industri pengolahan terbesar di Provinsi Lampung mengalami pertumbuhan yang pesat sebesar 60,88% (yoy) di triwulan III 2017, didukung oleh peningkatan ekspor ke India dan Tiongkok sebesar 48,4% (yoy) dan 39,2% (yoy). Selain itu, komoditas kertas dan kimia yang juga memiliki andil ekspor cukup besar di Provinsi Lampung masing masing mengalami pertumbuhan ekspor sebesar 15,44% (yoy) dan 17,89% (yoy) di triwulan III Pada industri pengolahan kertas, juga terjadi pertumbuhan ekspor ke Tiongkok sebesar 78% (yoy) dan India sebesar 24,76% (yoy). Sedangkan pada industri pengolahan kimia dan produk kimia, peningkatan tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan ekspor ke negara Belanda (84,04%;yoy) dan India (57,92%;yoy). Perkembangan yang baik dari sisi ekspor industri ini ternyata mampu memberikan dampak yang cukup baik pula bagi perkembangan sektor industri, yang mana pada triwulan laporan tumbuh dan mampu memberikan sumbangan pertumbuhan PDRB Lampung yang paling tinggi, yakni sebesar 1,33%. Grafik Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor Industri Memasuki triwulan IV 2017, sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh tidak secepat triwulan III Hal ini terindikasi dari penurunan indeks prakiraan kegiatan dunia usaha SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung yang menurun dari triwulan sebelumnya, yakni dari 5,18% menjadi 0,79% SBT (Saldo Bersih Tertimbang) (Grafik 1.38.). Selain itu, indikasi penurunan tercermin dari purchasing index negara mitra dagang Sumber: SKDU Bank Indonesia Provinsi Lampung seperti Tiongkok dan India. Di bulan Oktober 2017, PMI (Purchasing Manager Index) Tiongkok tumbuh dibawah proyeksi, yakni sebesar 51,6, turun dari bulan September 2017 sebesar 52,4. Stagnasi juga terjadi di negara India, dimana terjadi penurunan PMI dari 51,2 di bulan September 2017 menjadi 50,3 di bulan Oktober 2017 seiring dengan penerapan reformasi pajak GST (Good and Service Tax) Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor pada triwulan laporan tumbuh sebesar 6,31% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 8,52% (yoy), walaupun masih berada pada posisi yang cukup tinggi dan berada di atas rata rata historisnya selama 3 tahun. Sedikit melambatnya lapangan usaha perdagangan seiring dengan berlalunya momen Hari Besar Keagamaan Nasional Idul Fitri dan menurunnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan III Hal ini juga terkonfirmasi dari penurunan pertumbuhan volume ekspor kopi, teh dan rempah rempah sebagai komoditas unggulan Provinsi Lampung dari 143,77% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 25,28% (yoy). Meskipun demikian, secara volume ekspor komoditas komoditas kopi, teh dan rempah rempah di triwulan III 2017 tercatat paling tinggi sepanjang tahun 2017 sebesar 114,89 ribu ton (Grafik 1.39.). Sejalan dengan hal tersebut, ekspor gula dan kembang gula juga tercatat tumbuh melambat yakni menjadi -29,41% (yoy) pada triwulan laporan atau sebesar 107,7 ribu ton (Grafik 1.40.), meskipun secara volume ekspor tercatat paling tinggi di sepanjang tahun Selain itu, impor barang 16

36 konsumsi di triwulan III 2017 juga tercatat mengalami penurunan menjadi sebesar 3,40% (yoy). Dari sisi pembiayaan, pelambatan aktivitas di sektor perdagangan sejalan dengan penurunan pertumbuhan di sisi penyaluran kredit. Kredit sektor perdagangan pada triwulan III 2017 tercatat melambat dari 5,53% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi -2,67% (yoy) pada triwulan laporan. Secara nominal, pembiayaan di sektor perdagangan juga tercatat menurun dari 15,09 triliun menjadi sebesar Rp14,48 triliun di triwulan III 2017 (Grafik 1.40.). Grafik Volume Ekspor Kopi, Teh dan Rempah - Rempah Grafik Volume Ekspor Gula dan Kembang Gula Sumber: HS (Harmonized System) Grafik Kredit Sektor Perdagangan Sumber: HS (Harmonized System) Grafik Impor Barang Konsumsi Sumber: Bloomberg Sumber: BEC Perlambatan yang lebih dalam pada pertumbuhan lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor di triwulan III 2017 ini dapat tertahan oleh pertumbuhan perdagangan otomotif seiring dengan berlangsungnya tren positif penjualan motor, mobil dan truk. Di triwulan III 2017 terjadi peningkatan penjualan motor sebesar 32,01% (yoy), dan mobil sebesar 38,83% (yoy). Pertumbuhan ini terkonfirmasi dari hasil liaison KPw Bank Indonesia Provinsi Lampung pada kontak sub sektor perdagangan otomotif yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan penjualan di sepanjang tahun 2017 baik di Lampung maupun secara nasional didorong oleh penjualan kendaraan commercial vehicle. Akselerasi pembangunan jalan tol juga menjadi salah satu faktor yang meningkatkan kebutuhan kendaraan angkutan. Grafik Kredit Sektor Perdagangan Grafik Kredit Sektor Perdagangan Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg 17

37 Memasuki triwulan IV 2017, sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi dari triwulan III 2017 seiring dengan berlangsungnya Hari Besar Keagamaan Nasional (Natal dan liburan akhir tahun) yang jatuh pada akhir tahun Hal ini akan mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga yang berpengaruh pada pertumbuhan sektor perdagangan. Selain itu, indikasi peningkatan pertumbuhan terkonfirmasi dari perkiraan indeks kegiatan dunia usaha di sektor perdagangan yang pada triwulan IV 2017 diperkirakan sebesar 7,45% (Grafik 1.45.). Selain itu, berlanjutnya pembangunan infrastruktur dan kinerja ekspor yang diperkirakan akan terus mengalami perbaikan pada triwulan IV 2016 turut mendorong aktivitas di sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor. Grafik Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor Perdagangan Sektor Konstruksi Sumber: SKDU Bank Indonesia Pertumbuhan sektor konstruksi pada triwulan III 2017 tercatat meningkat dari sebesar 11,13% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 14,23% (yoy), tumbuh lebih dari 2 kali lipat dibandingkan rata-rata historisnya. Membaiknya kinerja lapangan usaha ini didorong oleh peningkatan permintaan domestik sejalan dengan akselerasi kinerja investasi dan konsumsi pemerintah. Peningkatan kinerja pada sektor konstruksi ini juga terkonfirmasi dari data konsumsi semen yang pada triwulan III 2017 tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 11,38% (yoy) menjadi 19,41% (yoy) (Grafik 1.46.). Hal ini sejalan dengan berlangsungnya berbagai pembangunan infrastruktur di Provinsi Lampung antara lain: Jalan tol Trans Sumatera (a.l Ruas tol Bakauheni Terbanggi Besar sepanjang 140,7 km, ruas tol Terbanggi Besar Pematang Panggang Kayu Agung sepanjang 185 km), jalan layang (ruas Teuku Umar Z.A. Pagar Alam, ruas Jl. Teuku Cik Dtiro Jl. Pramuka, ruas Jl. Pramuka Terminal Rajabasa), Bendungan Way Sekampung di Kabupaten Pringsewu, properti bersubsidi dan infrastruktur lainnya sesuai dengan Peraturan Presiden no. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN). Dari sisi pembiayaan, akselerasi kinerja konstruksi di triwulan III 2017 turut ditopang oleh peningkatan kredit di sektor konstruksi. Penyaluran kredit di sektor tersebut tercatat tumbuh di angka positif sebesar 1,14% (yoy) atau Rp miliar, setelah sebelumnya pada triwulan I dan triwulan II 2017 tercatat mengalami pertumbuhan yang negatif yakni masing masing sebesar - 13,23% (yoy) dan -13,60% (yoy) (Grafik 1.47.). Selain itu, dari sisi kredit perumahan, terjadi peningkatan kredit kepemilikan rumah (KPR) dari 13,60% (yoy) menjadi 17,09% (yoy) pada periode laporan didorong oleh peningkatan kredit kepemilikan rumah khususnya pada tipe besar (> tipe 70) (Grafik 1.48.). 18

38 Grafik Penjualan Semen Grafik Kredit Sektor Konstruksi Sumber: Kemenperin dan Kemendag Sumber: Bloomberg Grafik Perkembangan KPR Sumber: LBU Bank Indonesia Memasuki triwulan IV 2017, kinerja di sektor konstruksi diperkirakan masih tumbuh positif, namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan adanya penurunan perkiraan tenaga kerja pada sektor konstruksi yakni dari 0,74% menjadi 0,00% SBT pada triwulan IV Selain itu, berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, terdapat indikasi penurunan pembangunan properti di triwulan IV 2017 pada tipe rumah menengah dan besar dibandingkan triwulan sebelumnya, walaupun pada tipe rumah kecil tetap diperkirakan tumbuh positif. Beberapa hal yang menjadi faktor penurunan pembangunan properti tersebut antara lain karena biaya administrasi kepemilikan rumah yang masih cukup tinggi dan membebani para pembeli. Selain itu, masih sulitnya proses pengajuan KPR kepada perbankan juga menjadi salah satu faktor yang menghambat sektor konstruksi untuk dapat tumbuh lebih tinggi lagi. Grafik Perkiraan Tenaga Kerja Kegiatan Usaha Sektor Konstruksi Grafik Perkiraan Pembangunan Properti Tw-IV 2017 Sumber: SKDU Bank Indonesia Sumber: SHPR Bank Indonesia 19

39 Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Pertambangan dan Penggalian pada triwulan laporan tumbuh sebesar 4,51% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,21% (yoy). Masih tumbuhnya kinerja sektor pertambangan dan penggalian didorong oleh meningkatnya kinerja di sub sektor pertambangan seiring dengan meningkatnya produksi batu bara untuk kegiatan ekspor. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari peningkatan ekspor batu bara dari sebesar 73,5 Juta US$ pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 74,6 Juta US$ pada triwulan III 2017, meskipun pertumbuhannya tercatat melambat akibat pada triwulan II 2016 terjadi kontraksi yang cukup dalam pada ekspor batu bara (base effect) (Grafik 1.51.). Pertumbuhan ini pun sejalan dengan tren harga batubara yang terus meningkat sampai dengan triwulan III 2017 (Grafik 1.49.). Selain itu, pertumbuhan ekspor batu bara utamanya didorong oleh peningkatan ekspor ke Tiongkok yang menjadikan Indonesia berada di urutan kedua sebagai mitra impor batu bara Tiongkok dengan pangsa 17,87% setelah Australia. Grafik Ekspor Batubara Grafik Harga Batubara Sumber: SITC Sumber: Bloomberg Dari sisi pembiayaan, masih baiknya kinerja di sektor pertambangan didukung oleh penyaluran kredit di sektor pertambangan yang mengalami pertumbuhan sebesar 16,60% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 6,53% (yoy) (Grafik 1.53.). Grafik Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor Pertambangan Memasuki triwulan IV 2017, pertumbuhan di sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan masih terus berlanjut dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut tercermin dari hasil SKDU yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Lampung dimana indeks kegiatan usaha di sektor pertambangan pada triwulan IV 2017 diperkirakan tumbuh 1,46% SBT (Grafik 1.54.), lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya kinerja di sektor pertambangan dan penggalian didorong Sumber: SKDU Bank Indonesia oleh peningkatan subsektor pertambangan seiring dengan membaiknya harga batubara dan meningkatnya subsektor penggalian seiring dengan pembangunan proyek infrastruktur strategis Pemerintah yang akan terus diakselerasi. 20

40 Sektor Transportasi dan Pergudangan Sektor transportasi dan pergudangan pada triwulan laporan tercatat tumbuh melambat menjadi sebesar 2,34% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,45% (yoy). Melambatnya kinerja di sektor transportasi dan pergudangan terkonfirmasi dari data bongkar muat di pelabuhan. Pada triwulan laporan, arus bongkar muat di pelabuhan menunjukkan penurunan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Arus bongkar barang tercatat sebesar 58,03% (yoy) di periode laporan, lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 99,63% (yoy). Begitu juga dengan arus muat di pelabuhan yang tercatat negatif sebesar -5,44% (yoy) pada triwulan III 2017 dari triwulan sebelumnya yang tumbuh cukup signifikan sebesar 44,8% (yoy) (Grafik 1.55.). Grafik Arus Barang Melalui Pelabuhan Grafik Arus Barang Melalui Kereta Api Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Menurunnya aktivitas di sektor transportasi dan pergudangan juga ditunjukkan dari pertumbuhan pada arus barang dan penumpang melalui angkutan kereta api. Arus barang melalui kereta api pada triwulan laporan tumbuh melambat menjadi sebesar 22,09% (yoy) (Grafik 1.56.), lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 28,24% (yoy). Sama halnya dengan arus barang, pertumbuhan arus penumpang yang menggunakan kereta api juga mencatatkan penurunan, yakni sebesar 3,23% (yoy) pada triwulan III 2017 (Grafik 1.57.). Meskipun secara volume terjadi peningkatan penumpang kereta api jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, perlambatan pertumbuhan secara tahunan diindikasikan karena Hari Besar Keagamaan Nasional Idul Fitri tahun 2016 jatuh pada triwulan III 2016, sedangkan di tahun 2017 perayaan ini jatuh pada triwulan II Sejalan dengan tren arus penumpang kereta api, pertumbuhan jumlah penumpang angkutan laut secara tahunan juga menunjukkan penurunan, yakni sebesar 2,36% (yoy) pada triwulan III 2017, setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh cukup tinggi sebesar 15,91% (yoy) (Grafik 1.58.). Namun demikian, tekanan pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan yang lebih dalam dapat tertahan oleh peningkatan jumlah penumpang angkutan udara seiring dengan pembukaan beberapa rute baru di Bandara Radin Inten II, diantaranya adalah Lampung Batam, Lampung Surabaya, Lampung Solo, Lampung Lubuk Linggau dan Lampung Padang via Jambi. Grafik Jumlah Penumpang Kereta Api Grafik Jumlah Penumpang Angkutan Laut Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah 21

41 Grafik Jumlah Penumpang Angkutan Udara Grafik Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha Sektor Pengangkutan Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: SKDU Bank Indonesia Memasuki triwulan IV 2017, kinerja di sektor transportasi dan pergudangan diperkirakan akan tumbuh lebih baik dari triwulan sebelumnya. Akselerasi pembangunan dan perbaikan infrastruktur yang dilakukan di Provinsi Lampung juga diperkirakan turut mendorong kinerja di sektor transportasi dan pergudangan. Di samping itu, berlangsungnya hari raya Natal dan tahun baru serta libur anak sekolah pada triwulan IV 2017 diperkirakan akan mendorong aktivitas di subsektor transportasi. Hal ini sejalan dengan hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di Provinsi Lampung dimana perkiraan kegiatan usaha sektor pengangkutan akan meningkat pada triwulan IV 2017 (Grafik 1.60) Sektor Lainnya Kinerja sektor Pengadaan Listrik dan Gas pada triwulan III 2017 tercatat terus tumbuh lebih tinggi sebesar 46,48% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga sudah tumbuh cukup tinggi, yakni sebesar 39,96% (yoy). Tingginya pertumbuhan lapangan usaha pengadaan listrik dan gas tersebut sejalan dengan data PLN Provinsi Lampung yang menunjukkan bahwa total penjualan listrik pada triwulan laporan tumbuh sebesar 5,14% (yoy) atau sebesar juta KwH, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,17% (yoy) atau sebesar 994 juta KwH (Grafik 1.61.). Selain itu, pertumbuhan yang tinggi pada lapangan usaha pengadaan listrik dan gas tersebut didorong oleh berlangsungnya proyek pemasangan pipa yang berasal dari PGN floating storage dan regasification unit (RSFU) Lampung pada rumah tangga dan pipa distribusi dan direncanakan selesai pada Desember 2017, disamping meningkatkan kebutuhan gas pada industri seiring dengan peningkatan pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Lampung. Grafik Total Penjualan Listrik Grafik Jumlah Pelanggan Terhadap Konsumsi Listrik Sumber: PLN Prov. Lampung Sumber: PLN Prov. Lampung Di samping itu, kinerja sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang dan Air masih tumbuh positif walaupun terjadi sedikit perlambatan dari sebesar 7,94% (yoy) menjadi 22

42 sebesar 7,69% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan rata rata historisnya selama 3 tahun kebelakang. Masih tingginya kinerja di sektor pengadaan air tercermin dari total penjualan PDAM yang tumbuh sebesar 8,54% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,61% (yoy) (Grafik 1.63.). Sementara itu, pertumbuhan jumlah pelanggan secara tahunan juga tumbuh lebih tinggi, yakni dari 2,92% (yoy) menjadi 3,75% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.64.). Tercatat bahwa jumlah total penjualan air pada triwulan II 2017 sebesar 11,51 juta kilo liter dan jumlah pelanggan PDAM sebanyak 42,12 ribu pelanggan. Berdasarkan hasil liaison, kenaikan sektor pengadaan air bersih ini didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat terhadap air bersih sejalan dengan penambahan jumlah perumahan serta pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih. Grafik Total Penjualan PDAM Grafik Jumlah Pelanggan PDAM Sumber: PDAM Way Rilau Sumber: PDAM Way Rilau Memasuki triwulan IV 2017, sektor pengadaan listrik, gas, dan air diperkirakan masih tumbuh namun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dimana diperkirakan terjadi sedikit perlambatan pada pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih (Grafik 1.65). Pertumbuhan di sektor pengadaan listrik, gas dan air diperkirakan didukung oleh permintaan masyarakat untuk pemenuhan kegiatan usaha seiring dengan terus meningkatnya jumlah restoran dan hotel baru di Provinsi Lampung serta masih tumbuhnya konsumsi rumah tangga pada triwulan IV Grafik Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor Listrik, Gas dan Air Ber Sumber: SKDU Bank Indonesia 23

43 BOKS 1 : Optimalisasi Pengelolaan Potensi Energi Listrik di Lampung Tren konsumsi energi di Provinsi Lampung terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dalam 5 (lima) tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan penjualan listrik Provinsi Lampung mencapai 7,65% (yoy). Sampai dengan bulan Juli 2017, pertumbuhan penjualan listrik tercatat sebesar 5,50% (yoy) dan diperkirakan terus meningkat ke depannya. Dilihat dari volume penggunaannya, listrik di Provinsi Lampung sebagian besar (>50%) didominasi oleh golongan rumah tangga dan diikuti oleh sektor industri. Dari sisi pertumbuhannya, penggunaan listrik industri tumbuh cukup pesat dibandingkan penggunaan golongan lainnya yang relatif lebih rendah. Dalam 5 (lima) tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan mencapai 13,53% (yoy), dan sampai dengan bulan Juli 2017, pertumbuhan tercatat sebesar 12,89% (yoy). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan sektor industri di Provinsi Lampung pada triwulan II 2017 yang tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. No Kab./Kota Kecamatan Desa Rasio Rasio Desa Elektrifikasi Berlistrik 1 Metro ,53 100,00 2 Bandar Lampung ,75 100,00 3 Tulang Bawang Barat ,50 97,70 4 Lampung Selatan ,04 100,00 5 Lampung Utara ,96 100,00 6 Tulang Bawang ,10 88,00 7 Pringsewu ,05 98,50 8 Lampung Timur ,53 100,00 9 Lampung Tengah ,45 99,00 10 Pesawaran ,95 98,60 11 Way Kanan ,33 100,00 12 Tanggamus ,31 95,30 13 Lampung Barat ,23 88,00 24

44 No Kab./Kota Kecamatan Desa Rasio Rasio Desa Elektrifikasi Berlistrik 14 Mesuji ,70 73,30 15 Pesisir Barat ,03 78,00 Total ,15 95,76 Secara keseluruhan, Rasio Elektrifikasi (RE) di Provinsi Lampung sampai dengan bulan Maret 2017 adalah sebesar 84,15%. Rasio Elektrifikasi tertinggi berada di Kota Metro, yakni sebesar 122,53%, diikuti oleh Kota Bandar Lampung, Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan Kabupaten Lampung Selatan yang masing-masing sebesar 115,75%, 97,5%, dan 96,04%. Sementara itu, Rasio Desa Berlistrik di Provinsi Lampung sudah mencapai 95,76%, yakni dari desa yang ada, desa sudah termasuk ke dalam desa berlistrik. Desa yang sudah 100% berlistrik berada di Kabupaten Way Kanan, Lampung Utara, Lampung Timur, Lampung Selatan, Kota Bandar Lampung, dan Metro. Meskipun Rasio Desa Berlistrik di Provinsi Lampung sudah tergolong tinggi, namun masih terdapat beberapa hal yang patut untuk dicermati, antara lain : 1. Walaupun rasio elektrifikasinya sudah 100%, masih terdapat dusun di suatu desa yang belum terjangkau dari sumber listrik tersebut dikarenakan letaknya yang jauh dari gardu listrik. 2. Masih terdapat desa yang sudah mendapatkan sumber listrik namun dengan daya yang rendah atau tidak stabil. Kedua hal tersebut patut untuk dipertimbangkan oleh Pemerintah Pusat khususnya proyek MW yang sampai dengan saat ini sedang dikembangkan oleh PLN dan IPP (swasta). Secara keseluruhan, total kapasitas pembangkit listrik di Provinsi Lampung adalah sebesar 991,1 MW, yang terdiri dari 2 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) berkapasitas 178 MW, 2 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 474 MW, 2 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) berkapasitas 165 MW, 1 Pembangkit Listrik Tenaga Air berkapasitas 118 MW, dan 1 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berkapasitas 56 MW. Namun demikian, daya mampu secara netto yang dapat dikeluarkan oleh keseluruhan pembangkit lebih rendah dari total kapasitasnya, yakni sebesar 821,9 MW. 25

45 Pasokan kelistrikan di Provinsi Lampung terus mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir. Dibandingkan tahun 2014, pasokan kelistrikan di bulan Juni 2017 sudah meningkat cukup tinggi, yakni sebesar 14,45%. Dalam perkembangannya, sumber pembangkit listrik di Provinsi Lampung juga terus mengalami perubahan. Pada tahun 2014, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mendominasi sumber pembangkit listrik di Provinsi Lampung, yakni mencapai 47,17%. Namun demikian, sampai dengan tahun 2017 sumber pembangkit tenaga uap tersebut mengalami penurunan, baik secara nominal maupun persentase. Berbeda halnya dengan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas (PLTP), kedua sumber pembangkit listrik tersebut terus mengalami peningkatan. Dibandingkan tahun 2014, pada bulan Juni 2017 kedua sumber pembangkit listrik tersebut masing-masing meningkat sebesar 590,63% dan 80,19%. Berdasarkan perkembangan terakhir, pada bulan Juli 2017, pasokan kelistrikan di Provinsi Lampung mencapai 984 MW, yang berasal dari Provinsi Lampung sebesar 634 MW dan transfer dari Provinsi Sumatera Selatan yang sebesar 350 MW. Pasokan kelistrikan di Provinsi Lampung terus mengalami perbaikan di tahun 2017, dimana sampai dengan bulan Juni 2017 tidak terdapat defisit listrik. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang masih terdapat defisit, khususnya di tahun 2016 yang defisit pasokan listrik mencapai -25,30 MW. Defisit tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan tahun 2015 dan

46 Walaupun sudah tidak mengalami defisit pasokan kelistrikan, selama tahun 2017 (s.d. bulan Juni) tercatat masih terdapat hari abnormal, yakni sebanyak 22 hari. Hal ini bisa saja terjadi yang diakibatkan oleh adanya gangguan tertentu ataupun pemeliharaan yang mengharuskan adanya pemadaman sesaat. Seharusnya, hal tersebut bisa diatasi jika Provinsi Lampung memiliki cadangan pasokan listrik sebagai back up plan jika terjadi halhal yang tidak diinginkan. Berdasarkan FGD yang dilakukan dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) Provinsi Lampung, cadangan pasokan listrik yang terbilang aman ialah sekitar 30% dari penggunaan. Selain itu, mengacu pada International Energy Agency (IEA), persentase cadangan energi yang disarankan ialah sebesar 20% - 35%. Berdasarkan data dari PLN, beban puncak tertinggi selama tahun 2017 ada pada malam hari, yakni sebesar 948,3 MW, sedangkan untuk beban puncak pada pagi dan siang hari masing-masing 699,2 MW dan 745 MW. Jika dibandingkan dengan data bulan Juli yang menunjukkan bahwa pasokan listrik Provinsi Lampung secara total sebesar 984 MW, tentunya hal tersebut menunjukkan bahwa Provinsi Lampung tidak memiliki cadangan listrik yang cukup atau sebesar 30% dari penggunaan. Hal ini tentunya akan memberikan dampak pemadaman jika sewaktu-waktu terjadi kerusakan tertentu atau aktivitas pemeliharaan/perbaikan. RASIO ELEKTRIFIKASI Sampai dengan bulan Maret 2017, rasio desa berlistrik di Provinsi Lampung sudah mencapai 95,76%. Meskipun demikian, masih terdapat dusun dalam suatu desa yang tidak terjangkau listrik karena letaknya yang sedikit jauh dari gardu listrik. Kalaupun desa yang letaknya jauh tersebut mendapatkan pasokan listrik, daya yang dihasilkan juga tidak stabil. Mengacu pada kondisi tersebut, seharusnya perhitungan rasio elektrifikasi tidak dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan kondisi kelistrikan di Indonesia. Walaupun total rumah tangga yang berlistrik sudah cukup tinggi secara persentase, namun dari sisi penggunaannya masih sangat kecil. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengemukakan bahwa konsumsi listrik negara maju mencapai watt per kapita. Sementara itu, di Indonesia walaupun rasio elektrifikasi tergolong tinggi, namun rata-rata konsumsi listriknya hanya sebesar 900 watt per kapita. 27

47 Dibandingkan dengan negara Malaysia, Singapore, dan Thailand, rata-rata konsumsi listrik per kapita Indonesia masih sangat jauh di bawah konsumsi tiga negara tersebut. Sehingga patut menjadi perhatian, walaupun rasio eletrifikasi Indonesia sudah tergolong tinggi, namun konsumsi per kapitanya masih sangat rendah dibandingkan negara berkembang lainnya. OPTIMALISASI ENERGI MENGGUNAKAN PANAS BUMI Indonesia dikenal sebagai negara dengan potensi panas bumi yang sangat besar yang tersebar di sepanjang jalur gunung api. Hal ini sekaligus menjadi tantangan dalam pengembangan sumber energi panas bumi yang memiliki karakteristik bersih, ramah lingkungan, dan sustainable. Geothermal atau panas bumi merupakan salah satu dari sumber energi terbarukan yang bisa menyediakan listrik secara berkelanjutan dengan dampak negatif kecil terhadap lingkungan. Salah satu indikator dari dampak kerusakan terhadap lingkungan yang sangat kecil adalah tingkat emisi gas rumah kaca yang sangat kecil. Tingkat CO2 yang dihasilkan dari PLTP jauh lebih kecil (mendekati nol) dibandingkan dengan pembangkit listrik yang bersumber dari energi batubara, minyak atau gas, sehingga pengembangannya diharapkan dapat berkontribusi mengurangi dampak global warming. Pemanfaatan panas bumi dibedakan menjadi dua kriteria yaitu pemanfaatan tidak langsung berupa pembangkit listrik (indirect use) dan pemanfaatan langsung (direct use). Kewenangan penyelenggaraan panas bumi untuk pemanfaatan tidak langsung dilakukan oleh pemerintah karena sifatnya yang strategis dan membutuhkan penanganan yang terpusat dan terintegrasi. Sedangkan untuk pemanfaatan panas bumi secara langsung, seperti untuk wisata, agrobisnis (budidaya jamur, gula aren, pengeringan kopra, dll), industri dan kegiatan lain, penyelenggaraanya dapat dilakukan oleh daerah. Di bawah ini adalah skema penggunaan direct heat use yang dapat digunakan dari energi panas bumi : 28

48 Dengan optimalisasi pemanfaatan panas bumi secara langsung (direct use) tentunya hal tersebut dapat membantu perekonomian daerah. Di Provinsi Lampung, hal tersebut dapat membantu petani kopi dalam pelaksanaan proses pengeringan biji kopi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kopi merupakan salah satu komoditas utama dari Provinsi Lampung. Sehingga dengan adanya pemanfaatan energi panas bumi yang saat ini sudah ada secara direct use, diharapkan pada akhirnya dapat meningkatkan kapasitas produksi petani kopi di Provinsi Lampung, baik dari sisi waktu pengeringan, jumlah produksi, maupun kualitas biji kopi yang dikeringkan. 29

49 Bab 2 Keuangan Pemerintah Anggaran belanja fiskal pemerintah di provinsi Lampung untuk tahun 2017 mencapai Rp30,72 triliun yang meliputi belanja APBD Provinsi Lampung sebesar Rp7,91 triliun (pangsa 25,76%), APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung sebesar Rp22,52 triliun (pangsa 73,29%), dan APBN sebesar Rp0,3 triliun (pangsa 0,94%). Komposisi belanja pegawai masih mendominasi pada tahun 2017, khususnya pada anggaran belanja Kab/kota. Meskipun demikian, komitmen pemerintah daerah terhadap pengeluaran yang bersifat produktif semakin tinggi yang ditunjukkan dengan meningkatnya pangsa anggaran belanja modal. Sampai dengan triwulan III 2017, realisasi anggaran belanja Pemerintah Provinsi relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan rendahnya realisasi belanja modal dan belanja bagi hasil sehingga berdampak pada belum optimalnya belanja Pemerintah Kabupaten/Kota. Sementara itu, ketergantungan fiskal Provinsi Lampung terhadap Pemerintah Pusat tercatat semakin tinggi dan berimplikasi pada terbatasnya diskresi Pemerintah Daerah dalam melakukan inovasi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi daerah APBD Provinsi Lampung Sehubungan dengan telah dilakukannya revisi anggaran, dukungan APBD Provinsi Lampung untuk tahun 2017 mencapai Rp7,73 triliun untuk anggaran pendapatan dan Rp7,91 triliun untuk anggaran belanja. Anggaran pendapatan tersebut tercatat meningkat 32,60%, sedangkan anggaran belanja meningkat 33,73% dibandingkan tahun Proyeksi kekurangan anggaran yang terjadi meningkat dari Rp92,51 miliar di tahun 2016 menjadi Rp189,31 miliar pada tahun Hal ini mengindikasikan strategi pengelolaan fiskal daerah yang digunakan lebih ekspansif lagi dibandingkan tahun sebelumnya (Grafik 2.1.). Grafik 2.1. Perkembangan APBD Provinsi Lampung Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah Sampai dengan triwulan III 2017, perkembangan keuangan daerah Provinsi Lampung dalam data realisasi APBD menunjukkan persentase penyerapan anggaran belanja yang baru mencapai Rp3,55 triliun atau 44,80% dari anggaran belanja Realisasi belanja ini lebih kecil dibandingkan persentase penyerapan anggaran pada periode yang sama tahun 2016 yang mencapai 58,14%. Hal ini disebabkan oleh rendahnya realisasi belanja modal dan belanja bagi hasil kepada pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa. Terkait dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 50/PMK.07/2017 tentang pengelolaan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) yang mengatur 30

50 penyaluran TKDD berdasarkan kinerja penyerapan dan capaian atas penggunaan TKDD yang disalurkan pada tahun sebelumnya, penting untuk SKPD terkait agar menjaga kinerjanya mengingat Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik, Dana Alokasi Khusus Nonfisik, Dana Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus serta Dana Desa disalurkan berdasarkan kinerja tahun sebelumnya. Tidak berbeda dengan anggaran belanja, persentase penyerapan anggaran pendapatan pada triwulan III 2017 juga tercatat lebih rendah yakni hanya mencapai 51,11% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 61,35%. Meski secara persentase tercatat lebih rendah, namun secara nominal realisasinya tercatat lebih tinggi, sejalan dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yang lebih tinggi, masing-masing sebesar Rp1.505,82 miliar dan Rp2435,28 miliar. Tabel 2.1. Struktur APBD Provinsi Lampung No Uraian APBD-P 2016 Dalam Miliar Rp Realisasi s.d. Tw III 2016 Realisasi s.d. Tw III 2017 APBD-P 2017 Rupiah % Rupiah % 1 Pendapatan 5, , , , a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2, , , , b. Dana Perimbangan 3, , , , c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , , Belanja Daerah 5, , , , a. Belanja Operasi 3, , , , b. Belanja Modal 1, , c. Belanja Tidak Terduga d. Transfer 1, , Surplus/Defisit (92.51) (144.02) (189.31) (98.73) Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah Anggaran Pendapatan Provinsi Lampung Untuk keseluruhan tahun 2017, anggaran pendapatan daerah Provinsi Lampung terutama ditopang oleh transfer Dana Perimbangan yang naik signifikan hingga 52,47%, khususnya didorong oleh peningkatan pada Dana Alokasi Umum (DAU) yang meningkat dari Rp1.082,37 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp1.946,18 miliar pada tahun 2017 (Tabel 2.2.). No Uraian APBD-P 2016 APBD-P 2017 % Perubahan (yoy) 1 Pendapatan 5, , a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2, , Pajak Daerah 2, , Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah b. Dana Perimbangan 3, , Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum (DAU) 1, , Dana Alokasi Khusus (DAK) 1, , c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah Tabel 2.2. Struktur Pendapatan APBD Provinsi Lampung Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang pada umumnya menjadi pendorong utama pertumbuhan keuangan daerah, pada tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 12,45% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, rasio Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi Lampung tercatat menurun dari yang sebelumnya sebesar 47,03% menjadi 39,88% pada tahun Selain itu, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, DOF Provinsi Lampung menunjukkan tren yang menurun (Grafik 2.2.). Hal ini menunjukkan bahwa, dari sisi pendapatan, Provinsi Lampung semakin bergantung kepada Pemerintah Pusat. Dalam 6 tahun terakhir, Pajak Daerah sebagai komponen 31

51 terbesar dalam PAD pertumbuhan target penerimaannya mengalami tren penurunan. Meski target penerimaan Pajak Daerah tahun 2017 tumbuh sebesar 13,50% (yoy), namun angka tersebut berada di bawah angka rata-rata dalam 6 tahun terakhir yang mencapai 20,31%. Grafik 2.2. Perkembangan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) Provinsi Lampung Realisasi Pendapatan Provinsi Lampung Perkembangan keuangan daerah Provinsi Lampung sampai dengan triwulan III 2017 menunjukkan telah terjadi realisasi pendapatan sebesar Rp3.948,60 miliar atau mencapai 51,11% dari rencana anggaran tahun Pencapaian ini relatif lebih rendah dibandingkan pencapaian anggaran pada periode yang sama tahun 2016 yang mencapai 61,35%, kendati terdapat peningkatan pencapaian realisasi dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang pada periode laporan realisasinya mencapai 48,88% dari yang ditargetkan. Tabel 2.3. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Lampung Dalam Miliar Rp No Uraian APBD-P 2016 Realisasi s.d. Tw III 2016 Realisasi s.d. Tw III 2017 APBD-P 2017 Rupiah % Rupiah % 1 Pendapatan 5, , , , a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2, , , , Pajak Daerah 2, , , , Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah b. Dana Perimbangan 3, , , , Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum (DAU) 1, , , Dana Alokasi Khusus (DAK) 1, , , c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , , Hibah Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus , , Bantuan Keuangan dari Prov. Atau Pemda Lainnya Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah Adapun komponen pendapatan dengan persentase realisasi tertinggi pada triwulan III 2017 adalah Dana Perimbangan yang mencapai 52,93%. Tingginya realisasi ini disebabkan adanya realisasi anggaran pendapatan yang bersumber Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang masing-masing telah mencapai 61,20% dan 56,25% pada periode laporan. 32

52 Anggaran Belanja Provinsi Lampung Anggaran belanja Pemerintah Provinsi Lampung tahun 2017 terdiri dari anggaran Belanja Operasi, Belanja Modal, Belanja Tidak Terduga, dan Transfer dengan total anggaran mencapai Rp7.914,43 miliar atau meningkat sebesar 33,73% dibandingkan dengan tahun 2016 (Tabel 2.4.). Dilihat dari pangsanya, anggaran belanja didominasi oleh Belanja Pegawai, Belanja Modal, Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Hibah. Dibandingkan tahun 2016, baik secara nominal maupun persentase, peningkatan terbesar terjadi pada anggaran Belanja Pegawai, yang meningkat sebesar 107,41% menjadi Rp1.83,79 miliar. Kemudian, diikuti oleh peningkatan Belanja Modal sebesar 49,12% menjadi Rp1.678,49 miliar serta Belanja Barang dan Jasa yang juga meningkat sebesar 37,07%. Tabel 2.4. Struktur Belanja APBD Provinsi Lampung No Uraian APBD-P 2016 APBD-P 2017 % Perubahan (yoy) 2 Belanja Daerah 5, , a. Belanja Operasi 3, , Belanja Pegawai , Belanja Barang dan Jasa 1, , Belanja Hibah 1, , Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota b. Belanja Modal 1, , c. Belanja Tidak Terduga d. Transfer 1, , Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota & Pem Desa 1, , Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah Grafik 2.3. Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Lampung Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah Sejalan dengan pertumbuhan yang terjadi pada total anggaran belanja Provinsi Lampung, komponen Belanja Modal juga mengalami pertumbuhan pangsa, dari 19% menjadi 21,2% di tahun 2017 (Grafik 2.3.). Dengan meningkatnya pangsa Belanja Modal, diharapkan hal tersebut dapat mendorong kegiatan pembangunan yang bersifat produktif, terutama pembangunan infrastruktur dan konektifitas yang menjadi salah satu kunci peningkatan daya saing dan insentif untuk mendorong investasi ke Lampung. Selain itu, juga terdapat shifting anggaran yang cukup signifikan pada tahun 2017 khususnya pada anggaran belanja Pegawai dari pangsa sebelumnya sebesar 14,9% menjadi 23,2%. 33

53 Realisasi Belanja Provinsi Lampung Realisasi anggaran Belanja Daerah Provinsi Lampung sampai dengan triwulan III 2017 menunjukkan pencapaian sebesar Rp3.545,45 miliar atau mencapai 44,80% dari rencana anggaran Penyerapan anggaran ini tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan pencapaian anggaran pada periode yang sama tahun 2016 yang mencapai 58,14%. Tabel 2.5. Realisasi Belanja APBD Provinsi Lampung Dalam Miliar Rp No Uraian APBD-P 2016 Realisasi s.d. Tw III 2016 Realisasi s.d. Tw III 2017 APBD-P 2017 Rupiah % Rupiah % 2 Belanja Daerah 5, , , , a. Belanja Operasi 3, , , , Belanja Pegawai , , Belanja Barang dan Jasa 1, , Belanja Hibah 1, , , , Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota b. Belanja Modal 1, , c. Belanja Tidak Terduga d. Transfer 1, , Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota & Pem Desa 1, , Sumber: Biro Keuangan Provinsi Lampung, diolah Adapun komponen belanja dengan persentase realisasi tertinggi pada triwulan III 2017 adalah Belanja Bantuan Sosial yang telah mencapai 92,22%, diikuti oleh Belanja Hibah, Belanja Pegawai, dan Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov./Kab./Kota yang masing-masing sebesar 77,29%, 69,91%, dan 68,88%. Di sisi lain, penyerapan anggaran Belanja Modal dan Belanja Barang & Jasa, masing-masing baru mencapai 26,43% dan 35,41%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, kedua anggaran Belanja tersebut juga tergolong lebih rendah. Kondisi tersebut sejalan dengan realisasi giro Pemerintah Daerah pada triwulan III 2017 yang masih cenderung meningkat walaupun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pada periode laporan, giro Pemda meningkat sebesar 12,26% (yoy) (Grafik 2.4.). Grafik 2.4. Realisasi Giro Pemda 2.2. Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Grafik 2.5. Pangsa Anggaran Belanja Kab/Kota 2017 Grafik 2.6. Realisasi Belanja per Kab/Kota Tw-III

54 Grafik 2.7. Struktur Belanja APBD Kab/Kota 2017 Dari 15 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung, total anggaran belanja pada tahun 2017 yang tercatat pada aplikasi Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi Anggaran (TEPRA) ialah sebesar Rp22,52 triliun atau meningkat sebesar 27,63% dibandingkan anggaran belanja tahun 2016 (hanya tercatat untuk 14 Kabupaten/Kota) yang sebesar Rp17,64 triliun. Adapun anggaran belanja tertinggi dimiliki oleh Kota Bandar Lampung dengan pangsa mencapai 12,27%, diikuti oleh Kabupaten Lampung Tengah (10,65%), Kabupaten Lampung Timur (9,21%) dan Kabupaten Lampung Selatan (8,79%). Di sisi lain, Kabupaten/Kota dengan pangsa belanja terendah adalah Kabupaten Mesuji (3,40%), Kabupaten Pesisir Barat (3,66%), dan Kota Metro (4,17%). Berdasarkan strukturnya, anggaran belanja Kabupaten/Kota pada tahun 2017 didominasi oleh anggaran Belanja Pegawai yang sebesar 45%, diikuti oleh Belanja Modal (24%), Belanja Barang/Jasa (17%), dan Belanja Non Pegawai (14%). Sampai dengan triwulan III tahun 2017, realisasi belanja APBD dari 15 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang tercatat di aplikasi TEPRA mencapai 54,13% terhadap total anggaran. Angka realisasi ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang ditargetkan sampai dengan triwulan III Sampai dengan triwulan III 2017, terdapat 9 (sembilan) Kabupaten/Kota yang realisasi belanjanya di bawah rata-rata seluruh Kabupaten/Kota, yakni Bandar Lampung, Lampung Timur, Lampung Selatan, Lampung Utara, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Metro, Pesisir Barat, dan Mesuji. Perlu dilakukan belanja Pemerintah Daerah yang lebih ekspansif lagi khususnya bagi Kab/Kota dengan total anggaran belanja yang besar seperti Bandar Lampung, Lampung Tengah, dan Lampung Timur. Secara persentase, realisasi tertinggi dicapai oleh Tanggamus, sedangkan secara nominal dicapai oleh Lampung Tengah yang sebesar Rp 1.474,59 miliar Penerimaan dan Belanja Negara di Provinsi Lampung Penerimaan Berdasarkan Laporan Arus Kas Masuk, jumlah Penerimaan Negara di Provinsi Lampung sampai dengan triwulan III 2017 mencapai Rp6.074 miliar. Komponen Penerimaan Perpajakan masih menjadi sumber penerimaan utama di Provinsi Lampung, yaitu sebesar Rp5.416 miliar atau mencapai 89,17% dari keselurahan total penerimaan. Sementara itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak hanya mencapai Rp658 miliar atau 10,83%. Diliihat secara lebih detail lagi, komponen Penerimaan Perpajakan yang didominasi oleh penerimaan dalam negeri, utamanya berasal dari Penerimaan Pajak Penghasilan khususnya dari kelompok non 35

55 migas untuk PPh 21, pasal PPh 25/29 Badan, dan PPh Final yang masing-masing sebesar Rp611,84 miliar, Rp417,27 miliar, dan Rp535,65 miliar. Diikuti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang bersumber dari pendapatan PPN Belanja Tabel 2.6. Laporan Arus Kas Masuk di Provinsi Lampung Laporan Arus Kas Masuk Tw-III 2017 (Miliar Rp) Pendapatan Negara & Hibah 6,074 Penerimaan Perpajakan 5,416 - Pendapatan Pajak Dalam Negeri 4,370 - Pendapatan Pajak Perdagangan Intl. 1,046 Penerimaan Negara Bukan Pajak Penerimaan Sumber Daya Alam - - Pendapatan Bukan Pajak Lainnya Pendapatan Badan Layanan Umum 364 Sumber: Dirjen Perbendaharaan Prov. Lampung, diolah Laporan Arus Kas Keluar Pemerintah Provinsi Lampung sampai dengan triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp289,62 miliar. Komponen penyumbang tertinggi adalah Belanja Badan Layanan Umum (BLU) yang sebesar Rp117,98 miliar atau 40,74% dari keseluruhan total Belanja Negara di Provinsi Lampung, yang utamanya digunakan untuk gaji dan tunjangan. Diikuti oleh Belanja Barang yang sebesar Rp105,04 miliar (36,27%). Tabel 2.7. Laporan Arus Kas Keluar di Provinsi Lampung Laporan Arus Kas Keluar Tw-III 2017 (Miliar Rp) Belanja Belanja Gaji & Tunjangan 0.30 Belanja Barang Belanja Jasa 9.72 Belanja Pemeliharaan Belanja Perjalanan Belanja Badan Layanan Umum (BLU) Belanja Barang Untuk Pemda/Masyarakat 0.20 Sumber: Dirjen Perbendaharaan Prov. Lampung, diolah 36

56 Bab 3 Perkembangan Inflasi Secara tahunan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 4,91% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 3,86% (yoy). Penahan laju inflasi terbesar pada triwulan III 2017 berasal dari kelompok volatile food sebagai fokus pengawasan dari Tim Kerja Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Selain itu, kelompok administered price juga terus mengalami koreksi pasca Hari Besar Keagamaan (HBKN) Idul Fitri Meskipun demikian, di saat yang sama terdapat peningkatan harga pada kelompok inti (core) akibat kenaikan biaya pendidikan di Kota Bandar Lampung di seluruh tingkatan. Berdasarkan kota perhitungan IHK, inflasi IHK kota Metro tercatat lebih rendah dibandingkan kota Bandar Lampung, dan rata-rata inflasi kota-kota perhitungan IHK di Sumatera. Adapun secara nasional, inflasi IHK Provinsi Lampung tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi IHK Nasional yang mencapai 4,09% (yoy). Tantangan pengendalian inflasi Provinsi Lampung kedepan masih cukup besar diantaranya bersumber dari inflasi kelompok volatile foods dan kelompok administered prices Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Rata-rata inflasi bulanan Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 3.1.). Secara garis besar, menurunnya tekanan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh koreksi harga pangan terutama pada komoditas bawang merah dan bawang putih serta koreksi harga pada kelompok administered price utamanya tarif angkutan antar kota dan udara pasca HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasiona) Idul Fitri Grafik 3.1. Inflasi Bulanan Lampung & Nasional Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah Pada bulan Juli 2017, Provinsi Lampung tercatat mengalami deflasi sebesar -0,99% (mtm), menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 0,53% (mtm). Angka tersebut juga tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata historis periode yang sama selama tiga tahun terakhir sebesar 0,90% (mtm). Terjadinya deflasi pada bulan Juli 2017 utamanya disebabkan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok administered prices sebesar -0,81% (mtm), termasuk kelompok volatile food sebesar -0,64% (mtm). Di sisi lain, tekanan inflasi pada kelompok inti (core) mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya meskipun masih relatif terjaga yakni sebesar 0,47% (mtm). Berdasarkan kelompok penyumbang inflasi, penurunan tekanan inflasi paling 37

57 besar dipengaruhi oleh kelompok transport dan komunikasi, diikuti oleh kelompok bahan makanan (Grafik 3.2.). Deflasi yang cukup dalam tercatat pada kelompok harga yang ditetapkan oleh Pemerintah (administered price) dipicu oleh koreksi tarif angkutan antar kota pasca Lebaran dengan sumbangan deflasi yang cukup besar yakni -0,23%. Namun demikian, penurunan tarif angkutan antar kota tersebut tidak diikuti oleh moda transportasi lainnya. Tarif angkutan udara tercatat mengalami inflasi pada periode laporan dengan sumbangan inflasi sebesar 0,06%. Hal tersebut sebagai dampak dari tingginya permintaan masyarakat pada periode arus balik lebaran. Hal ini juga berlaku pada kelompok volatile food yang mengalami penurunan tekanan inflasi jauh lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 0,45% (mtm). Menurunnya tekanan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh koreksi harga pada beberapa komoditas pangan utama, yakni bawang putih, cabai merah, dan bawang merah yang memberikan sumbangan deflasi masing-masing sebesar -0,17%, -0,17%, dan -0,03%. Hal tersebut dikarenakan kondisi pasokan yang surplus pada bulan Juli 2017 dan diperkirakan masih berlanjut hingga bulan berikutnya. Sementara itu, tekanan inflasi dari kelompok inti (core) tercatat masih relatif terjaga yakni sebesar 0,47% (mtm). Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,05% (mtm). Inflasi yang terjadi pada periode laporan lebih didorong oleh kenaikan tarif tukang bukan mandor yang dipengaruhi oleh tingginya permintaan renovasi rumah menjelang periode Lebaran serta tarif bimbingan belajar seiring dengan mulai masuknya tahun ajaran baru anak sekolah. Keduanya memiliki sumbangan inflasi masing-masing sebesar 0,05%. Dilihat dari sisi permintaan, tekanan inflasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya juga terkonfirmasi dari survei konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Lampung. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indek Ekspektasi Konsumen (IEK), serta Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, dimana masing-masing mengalami kenaikan sebesar 5,85%, 9,33%, dan 1,91%. Grafik 3.2. Sumbangan Inflasi Bulanan Jul-17 Tabel 3.1. Lima Komoditas Inflasi & Deflasi Jul-17 Komoditas % Andil Komoditas % Andil Angkutan Udara 0,06 Angkutan Antar Kota -0,23 Bimbingan Belajar 0,05 Bawang Putih -0,17 Tukang Bukan Mandor 0,05 Cabai Merah -0,17 Telur Ayam Ras 0,04 Bawang Merah -0,03 Tomat Sayur 0,04 Jengkol -0,01 Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Agustus 2017 di Provinsi Lampung tercatat mengalami deflasi sebesar -0,38% (mtm), lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang juga tercatat deflasi sebesar -0,09% (mtm). Angka tersebut juga jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata historis periode yang sama selama 3 (tiga) tahun terakhir yang tercatat inflasi sebesar 0,32% (mtm). Terjadinya deflasi pada bulan Agustus 2017 utamanya disebabkan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok volatile food sebesar -1,21% (mtm). Sebagaimana pola bulanan inflasi pangan di Agustus yang cenderung rendah dan menurun, deflasi IHK pada periode laporan tercatat cukup dalam karena pada saat yang sama kelompok administered prices (AP) juga mengalami deflasi sebesar -0,57% 38

58 (mtm). Sementara itu, pada kelompok inflasi inti (core), tercatat inflasi yang relatif stabil sebesar 0,08% (mtm). Terus berlangsungnya deflasi pada kelompok AP terutama disebabkan oleh koreksi tarif angkutan antar kota pasca lebaran yang mendekati tarif terendah sebelum periode lebaran dengan sumbangan 0,09%. Sejalan dengan itu, tarif angkutan udara juga mengalami penurunan sehingga memberikan sumbangan deflasi 0,04%. Deflasi lebih dalam pada kelompok AP sedikit tertahan karena kenaikan harga rokok yang memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,03%. Selain itu, kembali menurunnya tekanan inflasi pada kelompok volatile food terutama disebabkan oleh koreksi harga pada beberapa komoditas pangan utama, yakni bawang merah dan bawang putih. Kedua komoditas tersebut masing-masing memberikan sumbangan deflasi sebesar -0,12% dan -0,05%. Penurunan harga bawang merah terjadi tidak hanya di Lampung, karena panen raya terjadi di hampir seluruh sentra bawang merah, baik di Jawa Barat (a.l. Indramayu dan Cirebon), hingga Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan koreksi harga bawang putih ditengarai karena penerapan Harga Eceran Tertinggi (HET) bawang putih oleh Kementerian Perdagangan sebesar maksimal Rp /kg. Meskipun inflasi pangan pada bulan ini tercatat lebih terkendali, namun masih terdapat beberapa komoditas pangan yang harganya meningkat yakni komoditas cabai merah dan beberapa komoditas buah-buahan. Inflasi yang terjadi pada periode laporan lebih didorong oleh kenaikan harga rokok kretek filter seiring dengan rencana kenaikan tarif cukai rokok yang mulai diberlakukan per 1 Januari 2018 serta kenaikan biaya pendidikan, khususunya Sekolah Menengah Atas (SMA) yang menyumbang inflasi sebesar 0,02%. Sementara itu, tekanan inflasi dari kelompok inti (core) tercatat masih relatif terjaga yakni sebesar 0,08% (mtm). Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 0,47% (mtm), meskipun komoditas cumi cumi dan garam masing masing memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,02% dan 0,01%. Dilihat dari sisi permintaan, tekanan inflasi yang relatif terjaga dan menurun dari bulan sebelumnya juga terkonfirmasi dari survei konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Lampung. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, yakni dari 128,08% menjadi 124,17%. Grafik 3.3. Sumbangan Inflasi Bulanan Ags-17 Tabel 3.2. Lima Komoditas Inflasi & Deflasi Ags-17 Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah Komoditas % Andil Komoditas % Andil Rokok Kretek Filter 0,03 Bawang Merah -0,14 Cumi - Cumi 0,02 Angkutan Antar Kota -0,11 Sekolah Menengah Atas 0,02 Bawang Putih -0,06 Cabai Merah 0,02 Angkutan Udara -0,04 Garam 0,01 Tempe -0,04 Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan September 2017 di Provinsi Lampung tercatat sebesar 0,23% (mtm), lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata historis periode yang sama selama 3 (tiga) tahun terakhir yang tercatat inflasi sebesar 0,15% (mtm). Secara umum, terjadinya inflasi pada bulan September 2017 utamanya disebabkan oleh inflasi yang terjadi pada kelompok inti (core) sebesar 0,63% (mtm) dan kelompok administered prices yang tercatat mengalami inflasi setelah 2 bulan berturut-turut mengalami deflasi pasca hari raya idul fitri, yakni sebesar 0,21% (mtm). Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi dapat diredam oleh deflasi yang terjadi pada kelompok volatile food sebesar -0,69% (mtm). 39

59 Meningkatnya tekanan inflasi kelompok inti (core) pada bulan September 2017 didorong oleh kenaikan biaya pendidikan hampir di semua jenjang, dengan kenaikan terbesar di tingkat SMP, dilanjutkan dengan SD, SMP dan TK dengan sumbangan masing masing 0,15%, 0,08%, 0,07% dan 0,03%. Selain itu, kelompok administered price juga mengalami inflasi sebesar 0,21% (mtm) setelah 2 bulan berturut-turut mengalami deflasi. Terjadinya inflasi pada kelompok administered prices tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara seiring dengan adanya periode long weekend Hari Raya Idul Adha di awal bulan September 2017 dan memberikan sumbangan inflasi IHK Provinsi Lampung sebesar 0,02%. Selain itu, kenaikan harga bahan bakar rumah tangga juga tercatat mengalami inflasi yang antara lain disebabkan oleh kelangkaan LPG 3 Kg. Namun demikian, tekanan inflasi yang lebih tinggi dapat diredam oleh kelompok volatile food yang kembali mengalami deflasi pada bulan September 2017, yakni sebesar -0,69% (mtm). Kembali terkoreksinya harga pangan terutama disebabkan oleh sejumlah komoditas pangan utama yang masih memberikan andil deflasi, yakni bawang merah dan bawang putih, masing-masing sebesar -0,07%, tomat sayur sebesar -0,05%, serta cabai rawit dan telur ayam ras masing-masing sebesar -0,01%. Hal yang patut dicermati ialah masih terdapat komoditas pangan yang mengalami inflasi, yakni komoditas beras. Meskipun Harga Eceran Tertinggi (HET) telah diterapkan pada komoditas tersebut per 1 September 2017, namun sampai dengan periode laporan masih memberikan sumbangan inflasi, yakni sebesar 0,02%. Grafik 3.4. Sumbangan Inflasi Bulanan Sep-17 Tabel 3.3. Lima Komoditas Inflasi & Deflasi Sep-17 Komoditas % Andil Komoditas % Andil Sekolah Menengah Pertama 0,15 Bawang Merah -0,07 Sekolah Dasar 0,08 Bawang Putih -0,07 Sekolah Menengah Atas 0,07 Tomat Sayur -0,05 Taman Kanak-Kanak 0,03 Cung Kediro -0,03 Beras 0,02 Kangkung -0,01 Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah No Kelompok Tabel 3.4. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang & Jasa (% mtm) Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep 1 Bahan Makanan 2,02 1,02-0,61-0,23 0,42 1,56 0,47 0,51 0,10-0,60-1,97 2,59 0,42-0,68-1,23-0,69 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 0,45 0,21 0,89 0,27 0,02 0,19 0,13 0,32 0,68 0,02-0,13 0,21 0,01 0,54 0,13 0,02 3 Perumahan 0,10 0,14 0,27 0,07 1,37 0,06 1,42 0,64 1,09 0,38 1,13 0,81 1,08 0,21-0,01 0,15 4 Sandang 0,83 0,11 0,73 0,34-0,38-0,27 0,18-0,02-0,10 0,31 0,25 0,21 0,35 0,04 0,15 0,30 5 Jasa Kesehatan 0,27-0,09 0,54-0,04 0,36 0,12-0,02 1,69 0,01 0,31 0,04-0,26-0,06 0,43 0,14-0,21 6 Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga 0,01-0,12 0,66 3,02 0,08-0,02 0,01-0,15 0,00-0,06 0,01-0,07 0,01 1,07 0,59 4,75 7 Transport & Komunikasi 0,56 1,09-1,17 0,27 0,20 0,20 0,61 2,76 0,78-0,39-0,03 0,11 0,89-1,13-1,00 0,06 Umum 0,73 0,50 0,00 0,28 0,49 0,46 0,61 0,82 0,54-0,10-0,21 0,88 0,53-0,09-0,38 0,23 Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah Inflasi Tahunan Secara tahunan, tekanan inflasi di Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 (September 2017) tercatat sebesar 3,85% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Juni 2017) yang sebesar 4,91% (yoy). Namun demikian, jika dibandingkan dengan inflasi nasional dan 40

60 rata rata inflasi Provinsi Lainnya di Sumatra sebesar masing - masing 3,72% (yoy) dan 3,63% (yoy), inflasi tahunan TW-III di Provinsi Lampung masih tercatat lebih tinggi (Grafik 3.5.). Grafik 3.5. Inflasi Tahunan Lampung & Nasional Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah Tabel 3.5. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang & Jasa (% yoy) No Kelompok I II III IV I II III IV I II III 1 Bahan Makanan 8,55 12,03 11,86 8,33 10,44 5,90 3,39 4,03 2,64 3,68 0,83 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 8,08 9,38 8,76 6,69 6,18 4,55 4,67 3,61 3,75 2,84 2,14 3 Perumahan 7,44 7,14 6,28 3,48 2,04 1,53 1,27 3,34 5,36 8,78 8,64 4 Sandang 2,05 3,16 4,01 4,47 2,66 3,57 3,57 2,96 2,44 1,73 1,02 5 Jasa Kesehatan 6,40 11,12 10,39 10,30 9,54 4,25 3,76 1,98 3,16 2,63 2,58 6 Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga 9,02 8,78 4,28 5,00 4,96 4,73 7,39 3,94 3,35 3,38 6,29 7 Transport & Komunikasi 1,97 3,78 4,97-4,22 1,96-1,04-2,45-1,56 3,15 5,40 3,05 Umum 6,64 8,17 7,70 4,34 5,29 3,15 2,47 2,78 3,67 4,91 3,85 Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah Secara tahunan, menurunnya tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari menurunnya hargaharga komoditas pada kelompok bahan makanan utamanya pada komoditas pangan utama seperti bawang merah dan bawang putih serta pada kelompok transpor dan komunikasi yakni angkutan antar kota seiring dengan koreksi harga yang terjadi pasca HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Idul Fitri Namun demikian, sejalan dengan masuknya tahun ajaran baru, tekanan inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yakni biaya sekolah di berbagai tingkat mengalami peningkatan Disagregasi Inflasi Kelompok volatile food dan administeres price merupakan pendorong utama deflasi di Provinsi Lampung pada triwulan III 2017, seiring dengan koreksi harga pasca HKBN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Harga barang dan jasa secara umum di Provinsi Lampung mengalami penurunan dari 4,91% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 3,85% (yoy) pada triwulan III Menurunnya inflasi pada triwulan III 2017 terutama bersumber dari menurunnya inflasi pada kelompok volatile food (0,95%; yoy) dan administered prices (6,84%; yoy). Sementara itu, tekanan inflasi kelompok inti (core) mengalami peningkatan (4,17%; yoy). 41

61 Grafik 3.6. Inflasi Tahunan Menurut Sumber Penyebab Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah Non Fundamental Volatile Food Kelompok volatile food (VF) pada triwulan III 2017 mengalami inflasi sebesar 0,95% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2017 sebesar 1,19% (yoy). Penurunan inflasi tersebut terutama didorong oleh deflasi bawang merah, bawang putih dan tomat sayur yang masing masing mencatat deflasi sebesar --0,07% (yoy), -0,07% (yoy) dan -0,05% (yoy). Penurunan harga di beberapa komoditas ini antara lain dipengaruhi berlangsungnya panen raya yang terjadi di beberapa lokasi baik di Lampung maupun di Pulau Jawa (a.l. Brebes untuk bawang merah) sehingga terjadi peningkatan suplai. Grafik 3.7. Perkembangan Inflasi Volatile Food Sejalan dengan hasil survei pemantauan harga (SPH) yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Lampung, pasokan yang meningkat karena musim panen menyebabkan terjadinya oversupply menjadi faktor utama penurunan harga beberapa komoditas volatile food di triwulan III 2017 khususnya pada kelompok bumbu bumbuan, yakni bawang merah, bawang putih, cabai merah dan cabai rawit. Meskipun demikian, masuknya musim penghujan di penghujung tahun diperkirakan dapat meningkatkan tekanan inflasi pada komoditas cabai yang rentan terhadap cuaca. Grafik 3.8. Perkembangan Harga Beras Sumber: BPS Prov. Lampung, diolah Grafik 3.9. Perkembangan Harga Bumbu-Bumbuan Sumber: SPH Bank Indonesia Sumber: SPH Bank Indonesia 42

62 Grafik Perkembangan Harga Sayur-Sayuran Grafik Perkembangan Harga Daging & Telur Sumber: SPH Bank Indonesia Sumber: SPH Bank Indonesia Administered Prices Inflasi administered prices (AP) pada triwulan III 2017 mengalami penurunan dari 8,82% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 6,84% (yoy) pada triwulan laporan. Grafik Perkembangan Inflasi Administered Prices Sumber: BPS Provinsi Lampung,diolah Dilihat dari perkembangannya, tekanan inflasi AP pada triwulan III 2017 menunjukkan penurunan sejalan dengan koreksi harga angkutan antar kota dan angkutan udara pasca HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Idul Fitri 2017 yang jatuh pada triwulan II Namun demikian, harga angkutan udara pada bulan Juli 2017 tercatat masih tinggi seiring dengan arus balik lebaran meski terus terkoreksi di bulan Agustus dan September Selain itu, di kelompok administered price, terdapat potensi tekanan inflasi yang bersumber dari rencana kenaikan tarif cukai rokok per tangal 1 Januari Kebijakan penerapan tarif cukai baru menetapkan kenaikan tarif cukai tertinggi sebesar 13,46% untuk jenis hasil tembakau Sigaret Putih Mesin (SPM) dan kenaikan tarif cukai terendah sebesar 0% (tidak mengalami kenaikan) untuk hasil tembakau Sigaret Kretek Tangan (SKT) golongan IIIB, dengan kenaikan rata-rata tertimbang 10,54%. Hal ini menyebabkan harga jual eceran (HJE) rokok di masyarakat pun menjadi ikut naik, bahkan sebelum kenaikan tarif ini mulai resmi ditetapkan, tercermin dari sumbangan inflasi tertinggi di bulan Agustus 2017 yakni komoditas rokok kretek filter sebesar 0,03%. Grafik Perkembangan Harga BBM Grafik Perkembangan Harga BBM Rumah Tangga 43

63 Grafik Perkembangan Tarif Angkutan Grafik Perkembangan Harga Rokok Fundamental/Inti Berbeda halnya dengan inflasi IHK yang mengalami penurunan, tekanan inflasi kelompok inti (core) secara tahunan mengalami peningkatan dari 4,04% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 4,17% (yoy) pada triwulan III Grafik Perkembangan Inflasi Inti (Core) Grafik Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Sumber: BPS Prov. Lampung,diolah Tingginya inflasi pada kelompok inti (core) yang bersifat fundamental utamanya terjadi karena kenaikan pada kelompok core non-tradable yang bersumber dari biaya pendidikan. Kenaikan pada biaya pendidikan termasuk pada tingkat TK, SD, SMP dan SMA akibat adanya pembayaran uang pangkal di tahun ajaran baru 2017/2018. Sejalan dengan hal tersebut, kenaikan harga juga terjadi pada tarif bimbingan belajar di bulan Juli Selain itu, kenaikan biaya pendidikan di tingkat SMA diindikasikan terjadi seiring dengan pengambilalihan wewenang SMA/SMK dari Kabupaten/Kota ke tingkat Provinsi per Januari 2017 sesuai dengan Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan kondisi pendapatan daerah di Provinsi yang lebih terbatas dari Kabupaten/Kota, alokasi subsidi pendidikan di tingkat SMA/SMK menjadi berkurang sehingga berdampak pada peningkatan biaya sekolah Ekspektasi Inflasi Sumber: SK Bank Indonesia Prov. Lampung Arah ekspektasi inflasi masyarakat yang pada triwulan sebelumnya memiliki tendensi yang meningkat, kembali menurun pada triwulan III Berdasarkan survei konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung pada triwulan III 2017, indeks ekspektasi konsumen terhadap barang dan jasa 3 bulan kedepan tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Indeks perubahan harga 3 bulan yang akan datang mengalami penurunan dari 181,5 pada triwulan II 2017 menjadi 168,5 pada triwulan III Selanjutnya, indeks perkiraan pengeluaran 3 bulan yang akan datang juga menurun dari 173,5 44

64 menjadi 155,0 pada triwulan III 2017 (Grafik 3.19). Menurunnya ekspektasi konsumen terhadap inflasi didorong oleh kondsi pasokan bahan pangan yang tetap terjaga seiring dengan masuknya masa panen beberapa komoditas seperti bawang merah dan bawang putih yang menyebabkan surplus pada pasokan pangan. Selain itu, berakhirnya tekanan inflasi yang berasal dari kelompok administered price pendidikan seiring dengan berakhirnya tahun ajaran baru turut membentuk penurunan ekspektasi konsumen terhadap perubahan harga barang dan jasa dalam 3 bulan kedepan. Grafik Ekspektasi Konsumen Terhadap Barang & Jasa 3 Bulan Ke Depan Pengendalian Inflasi Sumber: SK Bank Indonesia Prov. Lampung Dalam rangka mencapai target inflasi IHK Provinsi Lampung sebesar 4±1% tahun 2017 beberapa upaya pengendalian inflasi telah ditempuh tim TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota di Lampung selama triwulan III Upaya-upaya dimaksud meliputi: Pertama, Penguatan kelembagaan antar pihak pihak yang terlibat dalam TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) melalui koordinasi dan kerjasama antar TPID Kabupaten/Kota. Dalam hal ini telah diadakan beberapa rapat koordinasi dan rapat teknis di triwulan III 2017 diantaranya adalah: 1) Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) TPID se-sumatera yang dilaksanakan pada Senin, 17 Juli 2017 di Jakarta dengan tema Pengendalian Inflasi Sumatera Melalui Pemenuhan Pasokan Antar Wilayah. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala KPw Bank Indonesia dan TPID seluruh Sumatera. 2) Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) TPID Tahun 2017 yang dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Juli 2017 di Jakarta dengan tema Mempercepat Pembenahan Efisiensi Tata Niaga Pangan Melalui Penguatan Infrastruktur dan Pemanfaatan Teknologi Digital untuk Kesejahteraan Rakyat. Kegiatan ini mempertemukan Menteri, Kepala Instansi Pemerintahan dan Kepala Daerah dalam rangka koordinasi dan pemberian apresiasi pada TPID yang telah berhasil melakukan pembenahan terkait pengendalian inflasi di wilayahnya. Pada kesempatan ini, salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yakni Kabupaten Way Kanan, berhasil mendapatkan penghargaan sebagai TPID Pendatang Baru Berprestasi. 3) Rapat Teknis Pembahasan Laporan TPID dengan Biro Ekonomi Sekretariat Daerah Provinsi Lampung dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait serta pembahasan mengenai rencana penentuan program usulan TPID Provinsi Lampung di bulan Juli Kedua, mendorong percepatan penyelesaian isu dan permasalahan (debottlenecking) terkait pengendalian inflasi daerah serta penguatan rantai produksi melalui beberapa hal diantaranya adalah: 45

65 1) Penyelesaian masalah pada pilot project penyaluran BPNT (Bantuan Pangan Non-Tunai) di Kota Bandar Lampung, utamanya terkait perbaikan data KPM (Keluarga Penerima Manfaat) yang berhak menerima bantuan non-tunai senilai Rp ,00 melalui kartu kombo yang dapat ditukarkan dengan komoditas beras dan gula. Telah dilaksanakan berbagai sosialisasi dan rapat teknis guna menyelesaikan berbagai masalah yang masih menghambat tersalurkanya bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Jika penyaluran BPNT telah berjalan dengan baik, maka tekanan inflasi pada 2 komoditas tersebut (beras dan gula) dapat ikut berkurang. 2) Koordinasi penyelesaian permasalahan terkait dengan penetapan HET (Harga Eceran Tertinggi) beras yang melibatkan BULOG, Dinas Perdagangan serta OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait. 3) Melakukan upaya dalam peningkatan produksi dan produktivitas bahan pangan strategis yaitu dengan cara perluasan tambah tanam padi, rehab irigasi, cetak sawah, pembuatan embung, pra-sertifikasi kepemilikan lahan sawah, optimalisasi lahan rawa/gambut, pemberian bantuan alsintan dan pemberian pupuk bersubsidi. 4) Melakukan pemantauan kondisi pasokan dan perkembangan harga kelompok bumbubumbuan di Provinsi Lampung untuk menjaga harga tetap stabil. Ketiga, dalam konteks penguatan monitoring sekaligus pengendalian ekspektasi publik, KPwDN provinsi Lampung secara berkala menyampaikan surat mengenai asesmen dan rekomendasi kebijakan kepada Gubernur Lampung terkait perkembangan inflasi terkini. Secara bersamaan, asesmen dimaksud juga dimuat di media massa lokal dalam rangka menjaga ekspektasi masyarakat terhadap inflasi daerah. Keempat, implementasi program program yang sebelumnya telah disusun dalam Roadmap TPID Provinsi Lampung Tahun berdasarkan kesepakatan tim TPID dan disetujui oleh Pemerintah Provinsi Lampung. Sesuai dengan identifikasi permasalahan, beberapa rencana umum program TPID pada tahun adalah sebagai berikut: Permasalahan PASOKAN HARGA DISEMINASI/SISTEM INFORMASI ORGANISASI INFRASTRUKTUR & DISTRIBUSI INFRASTRUKTUR & DISTRIBUSI Sumber: TPID Prov. Lampung Peran TPID Solusi Jangka Menengah ( ) Membangun terminal agribisnis antar daerah Pemberian insentif khusus bagi pelaku pertanian, peternakan & perikanan Pengembangan desa/kawasan mandiri pangan Mendorong tiap Kab/Kota untuk mengimplementasikan kerjasama antar Kab/Kota Fasilitasi pembentukan pasar modern yang sinergis dengan program revitalisasi pasar tradisional Pusat informasi pasokan, stok, distribusi dan harga pangan yang terintegrasi & terbuka (opendata) Menginisiasi PIHPS di tiap 15 Kab/Kota Optimalisasi pemanfaatan sistem SRG (Sistem Resi Gudang) dengan pendekatan kelompok / koperasi Pembentukan cold chain dari produsen hingga konsumen Rehabilitasi jalan sebagai jalur distribusi utama Bersinergi dengan distributor/produsen utama komoditas bahan pangan strategis Pembentukan cold chain dari produsen hingga konsumen Rehabilitasi jalan sebagai jalur distribusi utama Bersinergi dengan distributor/produsen utama komoditas bahan pangan strategis 46

66 3.3. Inflasi Kota-Kota di Provinsi Lampung Inflasi Kota Bandar Lampung Pada Juli 2017, harga barang dan jasa secara umum di Kota Bandar Lampung mengalami deflasi sebesar -0,09% (mtm), lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 0,54% (mtm). Secara tahunan, inflasi di Kota Bandar Lampung tercatat sebesar 4,47% (yoy) atau secara kumulatif sebesar 2,51% (ytd). Deflasi yang terjadi di Kota Bandar Lampung terutama bersumber dari penurunan pada kelompok harga yang ditetapkan pemerintah (administered prices) akibat koreksi pada tarif angkutan antar kota pasca Lebaran dengan sumbangan deflasi sebesar -0,25% termasuk pada kelompok pangan atau volatile food yakni pada komoditas cabai merah, bawang putih dan bawang merah dengan sumbangan deflasi masing masing sebesar -0,19%, -0,15% dan -0,04%. Selain karena koreksi harga pasca HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Idul Fitri 2017, penurunan di komoditas pangan tersebut diindikasikan karena penurunan permintaan pasca lebaran yang mengakibatkan kondisi pasokan surplus pada bulan Juli Penurunan harga barang dan jasa di Kota Bandar Lampung berlanjut cukup dalam di bulan Agustus 2017 tercermin dari deflasi sebesar -0,42% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi Kota Bandar Lampung pada bulan Agustus 2017 sebesar 4,14% (yoy) atau secara kumulatif sebesar 2,07% (ytd). Terjadinya deflasi pada bulan Agustus 2017 terutama disebabkan oleh kembali menurunnya inflasi pada kelompok volatile food (VF) dan administered price (AP) akibat terus terkoreksinya harga pasca lebaran. Bawang merah dan bawang putih menjadi komoditas penyumbang deflasi terbesar pada kelompok VF. Sedangkan pada kelompok AP, terus berlangsungnya deflasi terutama disebabkan oleh koreksi tarif angkutan antar kota pasca lebaran yang mendekati tarif terendah sebelum periode lebaran dan juga tarif angkutan udara. Setelah mengalami deflasi 3 bulan berturut-turut, pada bulan September 2017, Kota Bandar Lampung mencatat inflasi IHK sebesar 0,25% (mtm). Secara tahunan inflasi Kota Bandar Lampung pada triwulan III 2017 sebesar 4,09% (yoy) atau secara kumulatif sebesar 2,33% (ytd) sehingga menepatkan Kota Bandar Lampung berada di peringkat ke-22 dari 82 kota perhitungan inflasi tertingi di Indonesia. Inflasi Kota Bandar Lampung tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Sumatra sebesar 3,90% (yoy) dan inflasi Nasional sebesar 3,72% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi utamanya dipicu oleh kenaikan biaya pendidikan terutama tingkat SMP yang mencapai double digit (20,17%) dengan sumbangan 0,17%. Selain itu kenaikan terjadi di tingkat lain termasuk SD, SMA dan TK yang masing masing memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,09%, 0,08% dan 0,03%. Hal ini menjadikan biaya pendidikan secara keseluruhan memberikan sumbangan terhadap inflasi Kota Bandar Lampung sebesar 0,36%. Disamping biaya pendidikan, tarif angkutan udara juga turut menyumbang inflasi yang terjadi di Kota Bandar Lampung bulan September 2017 dengan sumbangan sebesar 0,02%. Hal ini terjadi akibat berlangsungnya HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Idul Adha dan Tahun Baru Hijriah di Bulan September 2017 yang menyebabkan permintaan masyarakat terhadap angkutan udara meningkat. Grafik Inflasi Bulanan Kota Bandar Lampung Grafik Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung 47

67 Inflasi Kota Metro Sejalan dengan deflasi yang terjadi di Kota Bandar Lampung, Kota Metro pada bulan Juli 2017 juga mencatatkan deflasi sebesar -0,07% (mtm), ditengah kondisi harga nasional yang justru mengalami inflasi sebesar 0,22% (mtm). Secara tahunan, inflasi Kota Metro pada bulan Juli 2017 adalah sebesar 3,39% (yoy) atau secara kumulatif sebesar 1,80% (ytd). Sejalan dengan Kota Bandar Lampung, deflasi yang terjadi di Kota Metro ini utamanya bersumber dari sumbangan deflasi kelompok bahan makanan seiring dengan koreksi harga pasca HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Idul Fitri 2017 diantaranya bawang putih, jeruk dan cabai merah yang masing - masing memberikan sumbangan deflasi sebesar -0,28%, -0,09% dan -0,02%. Selain itu, koreksi harga juga terjadi pada kelompok AP khususnya pada tarif angkutan antar kota pasca lebaran yang memberikan sumbangan deflasi sebesar -0,09%. Grafik Inflasi Bulanan Kota Metro Grafik Inflasi Tahunan Kota Metro Harga Barang dan Jasa di Kota Metro pada bulan Agustus 2017 tercatat kembali mengalami deflasi yang lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yakni sebesar -0,13% (mtm). Meskipun demkian, angka tersebut tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan deflasi yang terjadi di Kota Bandar Lampung maupun Provinsi Lampung yang masing masing mencatatkan deflasi sebesar -0,42% (mtm) dan -0,38% (mtm). Secara tahunan, deflasi Kota Metro pada bulan Agustus 2017 sebesar 2,60% (yoy) atau secara kumulatif sebesar 1,66% (ytd). Sejalan dengan deflasi yang terjadi di Kota Bandar Lampung, terjadinya deflasi di Kota Metro utamanya disebabkan oleh koreksi harga pada kelompok bahan VF dan AP yang terus berlanjut pasca HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Idul Fitri Pada akhir triwulan III 2017, sejalan dengan Kota Bandar Lampung, terjadi peningkatan harga yang tercermin dari inflasi Kota Metro bulan September 2017 sebesar 0,10% (mtm). Secara spasial, Kota Metro berada di peringkat ke-38 dari 82 kota perhitungan inflasi tertinggi di Indonesia, lebih baik dari peringkat Kota Bandar Lampung. Dilihat secara tahunan, inflasi Kota Metro pada bulan September 2017 sebesar 2,55% (yoy), atau secara kumulatif tercatat sebesar 1,77% (ytd). Peningkatan tekanan inflasi yang terjadi di Kota Metro utamanya dipengaruhi oleh kenaikan harga pada bahan bakar rumah tangga (LPG) yang memberikan sumbangan inflasi sebesar -0,13%. Kenaikan harga LPG yang tercatat pada bulan September 2017, utamanya pada tabung 3 kg, diindikasikan karena kelangkaan yang terjadi di tingkat pengecer pasca Hari Raya Idul Adha. Selain itu, terjadi kenaikan harga beras seiring dengan kelangkaan yang terjadi pasca penetapan HET (Harge Eceran Tertinggi) beras dengan batas Rp untuk kualitas medium dan Rp untuk kualitas super. 48

68 3.4. Inflasi Kota-Kota di Sumatera Secara umum laju inflasi tahunan kota-kota di Sumatera pada triwulan III 2017 tercatat mengalami penurunan jika dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan sebelumnya. Inflasi Sumatera pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,63% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,65% (yoy). Inflasi Sumatera tersebut juga tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi Nasional sebesar 3,72% (yoy). Grafik Inflasi Tahunan Kota-Kota di Sumatera Sumber: BPS Prov. Lampung,diolah Dari 23 kota inflasi di Sumatera (SBH 2012), terdapat 11 kota yang memiliki inflasi di atas inflasi Nasional dan 12 kokta yang memiiki inflasi di bawah inflasi Nasional. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang tercatat mengalami inflasi di atas Nasional dengan inflasi tahunan sebesar 4,09% (yoy). Tiga kota dengan inflasi tertinggi di Sumatera dan berada di atas Nasional adalah Pekanbaru (5,22% yoy), Dumai (4,99% yoy), dan Pematang Siantar (4,16% yoy). Sementara itu, Kota Bukittinggi menduduki peringkat pertama kota dengan inflasi terendah di Sumatera (1,13% yoy) yang juga berada di bawah tingkat inflasi Nasional (Grafik 3.24) Arah Perkembangan Inflasi Tahunan 2017 Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Oktober 2017 di Provinsi Lampung tercatat sebesar 0,13% (mtm), atau secara tahunan sebesar 3,47% (yoy). Laju inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya maupun rata-rata historis inflasi bulan Oktober dalam 3 tahun terakhir sebesar 0,44% (mtm) (Grafik 3.25). Namun demikian laju inflasi ini tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi IHK di Nasional yang tercatat sebesar 0,01% (mtm). Secara kumulatif sejak awal tahun 2017, inflasi IHK Lampung masih terjaga pada tingkat yang terkendali yaitu sebesar 2,38% (ytd). Namun demikian, mencermati perkembangan inflasi nasional yang tercatat lebih rendah yaitu 0,01% (mtm), Lampung masih perlu mewaspadai fluktuasi harga bahan pangan (volatile food) yang di bulan ini mencatatkan inflasi cukup tinggi (0,46%; mtm). Grafik Realisasi Inflasi vs Nilai Historis Inflasi 5 Tahun Terkahir Grafik Realisasi Inflasi Juli Provinsi Lampung Sumber: BPS Prov. Lampung,diolah Sumber: BPS Prov. Lampung,diolah 49

69 Terjadinya inflasi di bulan Oktober 2017 utamanya disebabkan oleh kenaikan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan (volatile food) yang tercatat inflasi sebesar 0,46% (mtm). Terjadi peningkatan yang cukup tajam di kelompok VF mengingat pada bulan sebelumnya kelompok ini tercatat deflasi sebesar 0,69% (mtm). Kenaikan tersebut utamanya disebabkan oleh gejolak harga beras dan cabai merah antara lain karena penerapan HET (Harga Eceran Tertinggi) beras yang belum berjalan optimal di tengah siklus terbatasnya hasil panen kedua komoditas di awal musim penghujan. Di tengah kenaikan harga pada kelompok VF, inflasi kelompok administered prices (AP) dan kelompok inti (core) masing-masing mengalami perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 0,02% (mtm). Inflasi kelompok administered prices dipengaruhi oleh kenaikan harga pada komoditas rokok filter dan tarif angkutan udara, meski masih tergolong cukup terkendali. Sementara itu tekanan inflasi kelompok inti relatif terbatas dibandingkan bulan lalu. Beberapa komoditas seperti cung kediro dan komoditas sub kelompok kesehatan tercatat mengalami deflasi, sedangkan tekanan kenaikan harga yang relatif tinggi tercatat pada komoditas besi beton. Kedepan, perkembangan tekanan inflasi terutama yang berasal dari gejolak harga pangan perlu diwaspadai. Upaya stabilisasi harga pangan antara lain dengan memperkuat koordinasi dan kerjasama perdagangan antar daerah, mendorong Pemerintah Daerah memperkuat cadangan pangan sebagai antisipasi gangguan produksi dan distribusi terkait perubahan cuaca, serta sosialisasi dan monitoring implementasi HET perlu dilanjutkan. Disamping itu, masyarakat perlu didukung untuk dapat merencanakan liburan akhir tahun dengan baik, agar mengurangi lonjakan permintaan di akhir tahun. Mencermati perkembangan inflasi di bulan Oktober 2017, peningkatan risiko tekanan inflasi yang bersumber dari gejolak harga pangan tetap perlu diwaspadai, diantaranya bersumber dari: Pertama, faktor cuaca yang masih mengalami peralihan musim akan cenderung mempengaruhi pasokan dari komoditas hortikultura yang rentan terhadap cuaca. Kedua, curah hujan yang tinggi berpotensi terhadap penurunan kualitas dan kuantitas produksi, yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada harga komoditas serta kelancaran transportasi di jalur distribusi pemasaran. Ketiga, risiko semakin meningkatnya harga beras akibat masih adanya inkonsistensi penerapan HET khususnya dalam penyediaan beras kualitas medium dan premium, dan hasil panen musim kering yang cenderung rendah dibandingkan periode lainnya. Keempat, potensi kenaikan tarif angkutan udara menjelang libur akhir tahun, disamping rencana kenaikan cukai rokok. Mengingat masih terdapat beberapa risiko yang dapat menyebabkan gejolak harga dan mendorong kenaikan harga lebih tinggi, TPID bersama dengan SATGAS Pangan perlu melanjutkan upaya stabilisasi harga di Provinsi Lampung yang antara lain ditempuh melalui: Pertama, memperkuat koordinasi dan implementasi kerjasama perdagangan antar daerah maupun Kabupaten/Kota dalam rangka memenuhi 4K (ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif); Kedua, menjajaki aplikasi teknologi paska panen seperti pengawetan cabai dan bawang sebagaimana mulai diterapkan di provinsi lain seperti di DKI Jakarta dengan Controlled Atmosphere Storage (CAS) untuk memperpanjang masa edar dan memperkuat stok produk pertanian dan hortikultura yang mudah terpengaruh cuaca; Ketiga, memperkuat cadangan pangan di daerah penghasil komoditas yang volatile sebagai antisipasi gangguan cuaca dan distribusi; Keempat, mengantisipasi gejolak harga beras dengan melakukan sosialisasi HET dan efisiensi produksi di tingkat hulu. Kelima, terkait dengan faktor seasonal meningkatnya inflasi bersamaan dengan libur akhir tahun, masyarakat perlu didorong untuk merencanakan liburan dengan lebih baik antara lain dengan memastikan periode ujian dan liburan sekolah lebih dini, dan melakukan pemesanan tiket pesawat udara lebih awal, sehingga dapat mengurangi lonjakan permintaan di akhir tahun. 50

70 Bab 4 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan & UMKM Ditengah proses pemulihan kondisi perekonomian domestik yang berjalan tidak secepat perkiaraan, kinerja sektor korporasi sebagai salah satu penopang stabilitas keuangan Provinsi Lampung masih cukup terjaga di tengah proses konsolidasi perekonomian global yang masih berlangsung. Meski cukup terjaga, belum stabilnya perbaikan harga komoditas ekspor utama masih menjadi faktor penahan kinerja korporasi ke depan. Di sisi lain, ketahanan sektor rumah tangga perlu mendapat perhatian seiring melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditengah tekanan inflasi yang cukup terkendali. Domestic demand yang stagnan, pergeseran pola konsumsi masyarakat dan indeks penghasilan saat ini yang masih sangat terpengaruh pendapatan dari sektor pertanian dan perkebunan menjadi faktor risiko kerentanan sektor rumah tangga ke depan. Kinerja perbankan Provinsi Lampung pada triwulan laporan tercatat cukup stabil, meskipun fungsi intermediasi perbankan belum cukup kuat, yang tercermin dari pertumbuhan DPK dan Kredit bank umum yang tercatat melambat, dengan risiko kredit yang meningkat meskipun masih terjaga di bawah threshold 5%. Di sisi lain, dukungan perbankan terhadap UMKM di Provinsi Lampung tercatat meningkat ditandai dengan lebih tingginya pertumbuhan kredit UMKM pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian peningkatan dukungan kredit tersebut belum diiringi dengan perbaikan risiko kredit yang masih yang perlu mendapat perhatian Asesmen Sektor Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan penopang perekonomian Lampung dengan pangsa mencapai 55,56% dari PDRB Lampung dan memberikan andil 2,38% terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan III Meskipun pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan laporan tercatat cukup baik yakni 5,21% (yoy) dan bahkan tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh melambat yakni hanya mencapai 4,11% (yoy) ditengah cukup terkendalinya tekanan inflasi sampai dengan September 2017 yang tercatat 2,25% (ytd) Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tumbuh 4,11% (yoy), atau tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan II 2017 (Grafik 4.1.). Hasil survei KPw BI Provinsi Lampung terkait kegiatan konsumsi rumah tangga menunjukkan bahwa meskipun keyakinan konsumen masih berada pada level yang optimis (Grafik 4.2.), namun indeks konsumsi barang tahan lama tercatat stabil cenderung mengalami penurunan (Grafik 4.3). Pergeseran Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang pada tahun 2016 jatuh pada triwulan III, sedangkan di tahun 2017 jatuh pada triwulan II cukup berpengaruh pada perubahan pola konsumsi masyarakat sehingga menyebabkan pertumbuhan konsumsi yang tidak cukup kuat pada triwulan laporan. Yang perlu diwaspadai adalah melemahnya optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi 6 bulan mendatang cenderung melemah meskipun masih pada level optimis (Grafik 4.4.). Sejalan dengan perubahan pola konsumsi, preferensi konsumen untuk membeli barang tahan lama seperti properti dalam 12 bulan mendatang juga terindikasi mengalami penurunan sedangkan preferensi untuk menabung mengalami 51

71 peningkatan (Grafik 4.5.), antara lain disebabkan kurangnya keyakinan konsumen bahwa tekanan inflasi akan mereda pada 12 bulan kedepan. Grafik 4.1. Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Grafik 4.2. Indeks Keyakinan Konsumen Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 4.3. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Grafik 4.4. Indeks Ekspektasi Konsumen 6 Bulan Mendatang Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 4.5. Preferensi Investasi Konsumen Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Kinerja Keuangan Rumah Tangga Pada triwulan III 2017, alokasi keuangan rumah tangga tertinggi masih digunakan untuk konsumsi yakni 58,2% (Grafik 4.6.). Dari sisi komponen alokasinya, porsi konsumsi rumah tangga tercatat meningkat dibandingkan porsi pengeluaran pada triwulan sebelumnya sejalan dengan preferensi menabung lebih tinggi dibandingkan triwulan II Kesadaran rumah tangga untuk membayar pinjaman tercatat cukup stabil meskipun terdapat kecenderungan penurunan porsi sehingga kinerja 52

72 rasio Non-Performing Loan (NPL) rumah tangga di Provinsi Lampung tercatat tidak mengalami perubahan dari triwulan sebelumnya yakni tetap sebesar 2,92%. Grafik 4.6. Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga Sumber: Survei Konsumen Bank Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Lampung tidak banyak mengalami perubahan dari triwulan II 2017, yakni masih didominasi sektor rumah tangga yang tercermin dari pangsa DPK perseorangan yang mencapai 76,66% (Grafik 4.7.). Dominasi sektor rumah tangga pada fasilitas tabungan mencapai 96,11% dari total keseluruhan tabungan. Sementara itu, porsi DPK dalam bentuk deposito oleh nasabah perseorangan juga tercatat meningkat, yakni mencapai 83,08%. Dari sisi pertumbuhan, DPK perseorangan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 13,55% (yoy), meskipun tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, namun masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK non-perseorangan yang juga mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 10,36% (yoy) (Grafik 4.8.). Sejalan dengan telah berlalunya pola konsumsi rumah tangga pada hari raya yang jatuh pada pertengan tahun 2017, preferensi nasabah perseorangan untuk menyimpan dana pada tabungan tercatat meningkat dari 15,05% pada triwulan II 2017 menjadi 16,03% (Grafik 4.10.). Grafik 4.7. Komposisi DPK Perbankan Grafik 4.8. Pertumbuhan DPK Perbankan Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia 53

73 Grafik 4.9. Komposisi DPK Perseorangan Grafik Pertumbuhan DPK Perseorangan Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia Kredit Perbankan pada Sektor Rumah Tangga Dari sisi pertumbuhannya, kinerja kredit sektor rumah tangga pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 5,45% (yoy) atau tumbuh sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh 4,68% (yoy). Dari sisi komposisi kredit perbankan, rumah tangga di Provinsi Lampung masih mendominasi penyaluran kredit yang terlihat dari pangsa kredit perseorangan yang mencapai 56,20% dibandingkan keseluruhan kredit yang disalurkan pada triwulan II 2017 (Grafik 4.11.). Meskipun konsumsi rumah tangga tercatat melambat, kredit perseorangan pada triwulan laporan masih didominasi untuk kegiatan konsumsi (48,07%), sedangkan sisanya digunakan untuk kegiatan produktif seperti untuk modal kerja dan investasi masing-masing sebesar 44,29% dan 7,64% (Grafik 4.12.). Dilihat dari komponennya, pertumbuhan kredit konsumsi rumah tangga perbankan Lampung pada triwulan III 2017 relatif stabil dan cenderung mengalami penurunan konsumsi yang berorientasi jangka pendek seperti kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) maupun multiguna. Di sisi lain, pertumbuhan kredit KPR rumah tangga yang masih tercatat relatif tinggi (17%, yoy) dapat menjadi indikasi awal akan membaiknya permintaan kredit sektor rumah tangga di Lampung. Memperhatikan kondisi ekonomi Lampung yang masih didominasi komoditas serta terdapat potensi tekanan harga yang bersumber dari kelompok administered prices, menjadi salah satu faktor risiko kerentanan kredit sektor rumah tangga kedepan. Grafik Komposisi Kredit Perbankan Grafik Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia 54

74 Grafik Komposisi Kredit Konsumsi Perseorangan Grafik Pertumbuhan Kredit Konsumsi Perseorangan Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia Dari sisi risiko kreditnya, ditengah perbaikan kondisi makroekonomi domestik, risiko kredit pada kredit rumah tangga masih menunjukkan kinerja yang cukup stabil dan masih di bawah threshold 5%, yakni 2,92%. Meskipun demikian, perkiraan turunnya pendapatan konsumen berdasarkan hasil survei konsumen KPw BI Provinsi Lampung berpotensi menekan daya beli masyakarat dan menurunkan kemampuan rumah tangga untuk melunasi kewajiban kreditnya, meningkatkan potensi risiko kredit rumah tangga Asesmen Sektor Korporasi Kinerja Korporasi Omzet Penjualan Kinerja korporasi di Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 dipengaruhi perkembangan eksternal dan domestik. Di sisi eksternal, masih berjalan lambatnya pemulihan ekonomi dan persaingan usaha mempengaruhi kinerja ekspor ke negara tujuan ekspor utama dan perbaikan harga komoditas ekspor yang masih berfluktuatif. Sedangkan di sisi internal, permintaan domestik relatif terbatas dan masih tingginya ketergantungan terhadap komoditas impor berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi Lampung. Berdasarkan hasil liaison atau wawancara dengan pelaku usaha di beberapa sektor di Lampung, penjualan domestik selama triwulan III-2017 tercatat mengalami sedikit peningkatan. Hal ini tercermin dari likert scale penjualan domestik triwulan III-2017 yang berada pada level 0,11 atau tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan domestik pada triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu yang pada masing-masing periode mencapai level 0,00 dan -0,13. Peningkatan penjualan domestik selama periode laporan ini dapat menjadi salah satu indikator potensi perbaikan konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2017 (6,22%;yoy), dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga PDRB pada triwulan II-2017 (6,09%;yoy) dan triwulan III-2016 (5,54%;yoy). 55

75 Grafik Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha dan Indeks Keyakinan Konsumen Sumber: SKDU dan SK Bank Indonesia Penjualan domestik yang meningkat pada triwulan III-2017 sejalan dengan optimisme dunia usaha. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan perkiraan kegiatan usaha di triwulan III-2017 tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari rata-rata persentase Saldo Bersih Tertimbang (SBT) perkiraan kegiatan dunia usaha pada triwulan III-2017 (49,05%) yang tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (42,46%) dan periode yang sama tahun lalu (8,50%) (Grafik 4.15). Di samping itu, meningkatnya penjualan domestik sejalan dengan optimisme konsumen yang masih cukup kuat. Peningkatan penjualan domestik pada triwulan III-2017 terkonfirmasi oleh sub sektor jasa percetakan, sub sektor peternakan dan hasilhasilnya, sub sektor perdagangan besar dan eceran. Pada triwulan III-2017, penjualan produk subsektor jasa percetakan mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Penjualan mengalami peningkatan sebesar 35% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi tersebut terjadi sehubungan dengan meningkatnya pesanan konsumen sehubungan dengan banyaknya frekuensi hajatan yang dilaksanakan setelah HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Idul Fitri dan Idul Adha. Meningkatnya penjualan jasa percetakan di perusahaan terjadi karena kualitas serta harga jual yang bersaing dibandingkan dengan perusahaan lain. Di samping itu, perusahaan mengungkapkan tidak banyak pesaing bisnis dalam subsektor ini. Penjualan produk dari kontak sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, juga terpantau meningkat. Volume penjualan kontak mengalami peningkatan sebesar 10% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2016, sehubungan dengan perbaikan permintaan pada HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu, kontak melakukan ekspansi usaha ke sub sektor lain diantaranya subsektor perikanan pada komoditas patin dan subsektor tanaman bahan pangan berupa cabai, terong, mentimun, gambas dan paria. Penjualan produk kontak pada subsektor perikanan juga mengalami peningkatan dikarenakan perusahaan melakukan ekspansi lahan produksi. Di samping itu, nilai penjualan naik hingga 8,3%. Sedangkan, pada usaha bertanam sayur mayor, perusahaan bermitra dengan 5 Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dimana lahan garapan merupakan milik petani namun perusahaan berkontribusi dengan memberikan modal kerja. 56

76 Kontak pada subsektor perdagangan besar dan eceran komoditas kopi juga mengungkapkan terjadi peningkatan penjualan di Tahun 2017 jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Kontak menyatakan peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri seperti China, Jepang, Australia, Rusia, Malaysia, USA dan Cassablanca. Perusahaan memenuhi permintaan pasar melalui pengumpulan biji kopi yang diperoleh dari beberapa pengumpul (70%) dan petani kopi (30%) yang berlokasi di wilayah Lampung Lampung Barat, Way Kanan, Tanggamus dan Lampung Utara) dan Sumatera Bagian Selatan (Pagar Alam) serta Bengkulu (Curup), dengan komposisi masing-masing sebesar 50%. Dari keseluruhan kopi yang diterima dari pemasok, 20% produk berada dalam kondisi siap ekspor dan 80% berupa kopi asalan yang masih membutuhkan proses lanjutan sebelum diekspor. Proses lanjutan tersebut akan disesuaikan dengan kualitas produk (grade kopi) yang diinginkan konsumen. Adapun kopi asalan yang telah dikeringkan dan disortir akan menghasilkan 4 jenis produk yaitu: kulit, abu, gelondongan, dan biji kopi (produk utama). Keempat jenis bagian kopi tersebut memiliki sasaran penjualan tersendiri. Di sisi lain, penjualan hasil produksi pertanian utamanya jagung dari kontak yang tergabung dalam Gapoktan (Gabungan Kelompok Petani) tercatat mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini selaras dengan penurunan hasil produksi pertanian yang diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit terutama hama wereng dan tikus, dengan penurunan mencapai 50%. Kontak menyatakan bahwa produksi jagung di tahun ini mengalami gagal panen sebesar 50% dan padi sebesar 80% akibat serangan hama. Meskipun sudah ditangani, serangan hama berdampak signifikan terhadap hasil pertanian. Selain serangan hama, faktor cuaca yang tidak menentu dan tidak tepat prediksi yaitu kurangnya curah hujan semakin memperburuk keadaan mengingat pengairan ladang jagung sangat bergantung pada curah hujan. Kontak menyatakan bahwa selain fokus utama bertani jagung, petani saat ini banyak beralih pada budidaya sayuran seperti terong, terong lalap, kacang panjang, kacang-kacangan, kembang kol, dan cabai dimana penanaman dilakukan dengan sistem tumpang sari. Selain penjualan pada hasil produksi pertanian yang turun dibandingkan periode tahun lalu, penjualan pada komoditas sapi juga tercatat mengalami penurunan sekitar 20% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu. Hingga akhir tahun 2017 perusahaan fokus untuk menekan kerugian yang dialami. Kebijakan pemerintah 1:5 dimana setiap lima sapi impor bakalan harus diikuti dengan satu sapi impor indukan, dirasa cukup memberatkan perusahaan, namun untuk mengimbanginya, kontak mengelola breeding di daerah Lampung Tengah dan Probolinggo. Selain faktor kebijakan pemerintah, kenaikan harga sapi bakalan di Australia sebesar 15% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menyebabkan pendapatan perusahaan menurun. Peningkatan harga sapi bakalan di Australia tersebut tidak diiringi dengan peningkatan harga sapi di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh regulasi pemerintah Indonesia untuk tetap menjaga stabilisasi harga dan menurunnya daya beli masyarakat dalam 6 bulan terakhir sehingga permintaan menurun. Kontak pada subsektor perdagangan kendaraan roda dua juga mengungkapkan terjadi penurunan penjualan selama tahun 2017 sebesar 5% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kondisi tersebut menurut kontak sudah terjadi selama 4 tahun terakhir. Kontak mengungkapkan akibat rendahnya daya beli saat ini, konsumen cenderung menurunkan standar hidup mereka, salah satunya membeli barang-barang dengan kualitas yang lebih rendah dibandingkan yang biasa mereka beli. Selain itu kendaraan juga merupakan kebutuhan yang masih bisa ditunda. 57

77 Disamping itu, penurunan penjualan yang terjadi salah satunya disebabkan oleh menurunnya harga beberapa komoditas seperti kopi, lada, singkong dan karet. Hal ini menyebabkan penjualan motor di beberapa daerah mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Adapun porsi penjualan di Bandar Lampung lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Lampung. Perusahaan berharap penjualan di akhir tahun 2017 mengalami peningkatan mengingat adanya hari raya Natal dan bonus akhir tahun perusahaan. Biaya Biaya-biaya yang dikeluarkan korporasi kontak liaison selama triwulan III-2017 tercatat cenderung meningkat dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, sebagaimana tercermin dari likert scale biaya bahan baku, biaya energi, dan upah tenaga kerja yang masing-masing sebesar 1,40; 1,60; dan 1,60. Secara umum, biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan mengalami peningkatan normal setiap tahunnya. Contact mengungkapkan biaya-biaya tersebut juga mempengaruhi besarnya harga dan kegiatan operasional perusahaan. Rata-rata pangsa biaya bahan baku korporasi kontak liaison sangat bervariasi mulai dari 40%-90% dari total biaya. Sebagian besar contact menyatakan bahwa beban biaya terbesar dialokasikan untuk pembelian bahan baku produksi. Pada contact subsektor peternakan sapi, komposisi biaya terbesar yang harus dikeluarkan perusahaan adalah biaya bahan baku berupa pembelian sapi bakalan yang diperoleh secara impor dari Australia dan bahan baku pakan berupa jagung pipil kering dengan pangsa sebesar 90%. Pada subsektor jasa percetakan, alokasi biaya untuk bahan baku sebesar 49% dimana bahan baku diperoleh dari dua supplier yang ada di Lampung dan di Jakarta. Saat ini bahan baku lebih banyak dibeli dari supplier Jakarta dengan tingkat harga ditambah biaya transportasi yang tetap lebih rendah dibandingkan dengan harga beli dari supplier Lampung. Dalam berproduksi, kontak perkebunan nanas mengungkapkan bahwa komposisi biaya terbesar yang harus dikeluarkan perusahaan adalah biaya bahan baku sebesar 60-70%. Sedangkan untuk produksi nanas kaleng masih tetap sama dengan tahun sebelumnya yaitu biaya bahan baku buah mencapai 39%. Selanjutnya pada subsektor perhotelan, dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan, biaya bahan baku menyumbang pangsa mencapai 40% dimana bahan baku terutama merupakan bahan makanan dan minuman serta peralatan habis pakai lainnya. Pada subsektor peternakan dan perikanan, sebanyak 70% merupakan biaya pembelian bibit ayam, pakan dan obatobatan. Bibit ayam Lohman dibeli dari importir resmi bibit ayam petelur, sedangkan perusahaan melakukan pembelian pakan ternak ayam petelur di perusahaan pengolahan pakan ternak dengan sistem pembayaran tempo. Sementara itu untuk pakan ikan patin perusahan mengolah sendiri pakan ternak yang berasal dari limbah ayam, yaitu telur rusak dan ayam mati ditambah dengan probiotik. Sedangkan pada subsektor peternakan ayam lainnya, biaya terbesarnya adalah biaya bahan baku dengan pangsa sebesar 50% dari total biaya. Dari kelompok biaya energi, contact mengungkapkan alokasi yang dikeluarkan tidak terlalu besar yakni mulai dari 2%-25% dari total biaya pada triwulan III Secara umum, terjadi peningkatan alokasi biaya energi jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan terjadinya penyesuaian tarif listrik pada golongan mampu R1/900VA. Pada contact subsektor perdagangan kopi, 25% biaya dialokasikan untuk biaya energi (listrik dan solar). Perusahaan masih menggunakan tenaga listrik dan solar untuk kebutuhan kantor dan gudang 58

78 dimana sebagai alternatif energi, perusahaan pernah mencoba menggunakan batubara, namun ternyata energi batubara tersebut tidak cocok sebagai bahan bakar kopi. Selanjutnya pada subsektor perhotelan, perusahaan mengeluarkan 17% biaya untuk energi, perawatan, dan promosi. Sumber energi utama yang digunakan perusahaan adalah listrik dari PLN yang didukung oleh solar untuk genset berkapasitas 500 KWH. Di samping itu, kontak menggunakan alternatif heat pump dan energi matahari yang menggantikan penggunaan listrik PLN di beberapa lokasi. Penggunaan energi listrik paling besar adalah pada AC (air conditioner), yang diikuti oleh lampu penerangan. Biaya energi berupa air PDAM stabil sehubungan dengan telah aktifnya penggunaan air bawah tanah untuk menyiram taman. Sekarang air PDAM hanya untuk mengaliri kamar-kamar, sehingga biaya rata-rata sebesar Rp15 juta/bulan. Pada kontak subsektor perkebunan nanas, biaya energi menghabiskan 5% dari alokasi keseluruhan dimana perusahaan menggunakan energi batubara yang diproduksi sendiri untuk menghidupi semua lini perusahaan mulai dari lahan, pabrik maupun kantor sedangkan energi berupa solar digunakan untuk bahan bakar kendaraan traktor dan truk. Biaya tenaga kerja menjadi biaya terbesar kedua setelah biaya bahan baku dengan pangsa yang bervariasi mulai dari 5%-49% dari total biaya. Berdasarkan likert scale, beban biaya ini mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan triwulan lalu. Peningkatan tersebut sejalan dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP). Meskipun naik, perkembangan tahunan UMP Lampung masih menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari pertumbuhan UMP sebesar 8,25% pada tahun 2017 yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2016 dengan pertumbuhan sebesar 11,51%. Sebagian besar kontak menetapkan tingkat upah sesuai dengan UMP Lampung, kecuali pada pekerja lepas harian dimana berdasarkan kontak di subsektor pertanian tingkat upah berkisar antara Rp Rp per hari kerja. Grafik Perkembangan Biaya Operasional Korporasi Biaya tenaga kerja menjadi biaya terbesar kedua setelah biaya bahan baku dengan pangsa yang bervariasi mulai dari 2%-41% dari total biaya. Berdasarkan likert scale, beban biaya ini meningkat dibandingkan dengan triwulan lalu. Peningkatan tersebut sejalan dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP). Meskipun naik, perkembangan tahunan UMP Lampung masih menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari pertumbuhan UMP sebesar 8,25% pada tahun 2017 yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2016 dengan pertumbuhan sebesar 11,51%. 59

79 Eksposure Perbankan pada Sektor Korporasi Sejalan dengan pertumbuhan kredit perbankan yang cenderung melambat pada triwulan III 2017, kredit korporasi di Provinsi Lampung pada triwulan laporan tercatat tumbuh 14,02% (yoy), atau tercatat lebih rendah dibandingkan dari triwulan sebelumnya yang hanya mampu tumbuh 20,25% (yoy) (Grafik 4.17.). Dari sisi kredit, komposisi penyaluran kredit korporasi di Provinsi Lampung didominasi oleh sektor pertanian (27,3%) diikuti sektor pertambangan (22,5%), serta sektor industri pengolahan (12,3%) sebagai sektor utama penggerak ekonomi di Provinsi Lampung. Turunnya permintaan kredit korporasi juga terkonfirmasi dari hasil liaison, dimana secara umum korporasi tetap memanfaatkan pembiayaan perbankan sebagai sumber pembiayaan baik untuk modal kerja maupun investasi, dengan pangsa mulai dari 10%, lebih rendah dibandingkan triwulan II Berdasarkan data perbankan, suku bunga kredit secara total menurun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni dari 12,68% menjadi 11,91%. Kondisi tersebut terjadi baik pada suku bunga kredit modal kerja maupun investasi, masing-masing menjadi sebesar 12,21% dan 10,23%, dimana sebagian kontak menggunakan suku bunga tersebut dalam pembiayaan kegiatan usaha yang dijalankan. Grafik Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik Pertumbuhan Kredit Konsumsi Korporasi Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia 4.3. Asesmen Institusi Keuangan Bank Umum Secara umum, indikator utama kinerja Bank Umum di Lampung pada triwulan III 2017 menunjukkan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan risiko kredit yang masih berada dalam threshold yang ditetapkan. Aset bank umum pada triwulan laporan tumbuh 14,55% (yoy) atau mencapai Rp61,43 triliun, meningkat jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu maupun triwulan sebelumnya. Rasio kredit bermasalah/non-performing loan (NPL) tercatat 2,43% atau masih terjaga dibawah threshold 5%, meskipun tercatat sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini cenderung turunnya preferensi masyarakat untuk menyelesaikan kewajiban membayar cicilan/pinjaman pada triwulan laporan seiring peningkatan total kredit bank umum. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit tercatat tumbuh meskipun mengalami perlambatan, masing-masing 12,16% (yoy) dan 9,39% (yoy) (Grafik ). Kedepan, perlu dicermati tantangan kondisi perekonomian nasional dan global yang masih ditengah proses pemulihan, serta persepsi masyarakat akan penurunan penghasilan konsumen 6 bulan mendatang yang berpotensi meningkatkan risiko kredit perbankan di Lampung. 60

80 Tabel 4.1. Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Lampung Sumber: LBU Bank Indonesia Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit Bank Umum di Provinsi Lampung masih terkonsentrasi untuk kredit modal kerja, dengan pangsa yang mencapai 48,97% dari keseluruhan penyaluran kredit Bank Umum, meskipun kredit modal kerja bank umum mengalami perlambatan pertumbuhan (5,95% yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit terbesar dicapai oleh kredit investasi yang mencapai 27,74% (yoy), sejalan dengan membaiknya kinerja investasi pada triwulan III 2017 yang mampu tumbuh diatas 14% sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi Lampung (Grafik 4.20.). Sedangkan secara sektoral, kredit terbesar disalurkan kepada sektor perdagangan dengan pangsa mencapai 28,89% diikuti oleh sektor lainnya (konsumtif) sebesar 27% dan sektor pertanian yang mencapai 17,83% dari total penyaluran kredit bank umum di Lampung. Selanjutnya dilihat dari pertumbuhannya, sektor ekonomi dengan pertumbuhan kredit bank umum tertinggi dicatat oleh sektor listrik yang tumbuh 23,20% (yoy) sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan sektoral listrik, air dan gas yang mendukung pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan laporan. Pertumbuhan kredit terbesar lainnya diikuti oleh sektor pertambangan 19,04% (yoy), dan sektor industri pengolahan yang meningkat menjadi 8,80%(yoy). Sementara itu, kredit pada sektor utama Lampung lainnya mengalami perlambatan pertumbuhan yakni pertanian, yang tumbuh 6,43% (yoy) bahkan kredit sektor perdagangan terkontraksi mencapai -3,06%(yoy) (Grafik 4.21.). 61

81 Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum pada Sektor Ekonomi Utama Lampung Grafik Non-Performing Loan (NPL) Bank Umum Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia Sementara itu, dari sisi risiko kredit secara umum cukup terjaga yang tercermin dari rasio NPL bank umum dibawah 5% meskipun cenderung mengalami peningkatan risiko kredit dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 4.22). Peningkatan DPK bank umum yang cukup tinggi yakni sebesar 13,87% (yoy) namun belum mampu menutup pertumbuhan kredit berdampak pada funding gap yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum yang tercatat cukup tinggi diatas threshold yakni 132,5% (Grafik dan Grafik 4.25.). Terdapat potensi risiko likuiditas bank umum yang perlu dicermati yang tercermin dari penghimpunan deposito bank umum di Provinsi Lampung yang didominasi deposito jangka pendek yakni deposito dengan jangka waktu <12 bulan dengan pangsa 78,80% dengan porsi yang meningkat dibandingkan triwulan II Meningkatnya dominasi simpanan dengan durasi yang pendek meningkatkan risiko likuiditas perbankan pada periode laporan. Seluruh komponen DPK bank umum mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan berjalan dibandingkan triwulan sebelumnya. Dilihat dari masing-masing komponennya, pertumbuhan terbesar tercatat oleh tabungan yang tumbuh 14,86% (yoy), diikuti oleh giro yang tumbuh 11,51% (yoy) dan deposito tumbuh 7,08% (yoy) (Grafik 4.24.). Grafik Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Grafik Pertumbuhan Komponen DPK Bank Umum Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: LBU Bank Indonesia 62

82 Grafik Pertumbuhan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Sumber: LBU Bank Indonesia Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan III 2017, pertumbuhan aset BPR mencapai Rp10,93 triliun atau tumbuh 15,15% (yoy) atau cenderung stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,14% (yoy) (Grafik 4.26.). Sedikit berbeda dengan pertumbuhan aset yang cenderung stabil, penyaluran kredit oleh BPR di Lampung mengalami pertumbuha dari 10,37% (yoy) menjadi 12,10% (yoy) pada triwulan laporan, dengan nominal mencapai Rp8,79 triliun (Grafik 4.27.). Grafik Pertumbuhan Aset BPR Grafik Penyaluran Kredit BPR Sumber: LBPR Bank Indonesia Sumber: LBPR Bank Indonesia Grafik Pertumbuhan Kredit BPR Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik Penyaluran Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi Sumber: LBPR Bank Indonesia Sumber: LBPR Bank Indonesia 63

83 Tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya, penyaluran kredit BPR berdasarkan jenis penggunaan masih terkonsentrasi untuk kredit konsumsi, yang pangsanya mencapai 86,65% dari keseluruhan penyaluran kredit BPR. Dari sisi penyaluran kredit berdasarkan sektoral, sedikit berbeda dengan sektor terbesar yang dibiayai bank umum, penyaluran kredit BPR didominasi oleh sektor perdagangan yang mencapai 4,87% diikuti oleh sektor angkutan dan pertanian yang masingmasing sebesar 2,99% dan 1,79% dari penyaluran kredit BPR (Grafik 4.29.). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan yang cukup tinggi dicapai oleh kredit investasi yang tumbuh meningkat 47,64% (yoy). Kredit konsumsi dan kredit modal kerja mencatat pertumbuhan yang stabil pada triwulan laporan, yakni masing-masing 11,89% (yoy) dan 4,51% (yoy). Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BPR tercatat meningkat menjadi sebesar Rp5,6 triliun, (yoy) meskipun pertumbuhan DPK tercatat melambat menjadi 14,4% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 4.30.). Perlambatan pertumbuhan DPK terutama didorong perlambatan pertumbuhan tabungan yang hanya mampu tumbuh 12,02% (yoy) demikian pula pertumbuhan deposito BPR yang sedikit mengalami perlambatan pertumbuhan mencapai 14,79% (yoy) (Grafik4.31.). Grafik Penghimpunan DPK BPR Grafik Pertumbuhan DPK BPR Berdasarkan Jenis Simpanan Sumber: LBPR Bank Indonesia Sumber: LBPR Bank Indonesia Grafik Pertumbuhan LDR dan NPL BPR Sumber: LBU Bank Indonesia Kondisi likuiditas BPR pada triwulan III 2017 masih berada di atas threshold 157,91% dengan fungsi intermediasi yang lebih optimal dibandingkan triwulan II Meskipun demikian, Rasio LDR diatas 100% mengindikasikan BPR menggunakan sumber dana lain selain DPK untuk membiayai penyaluran kreditnya, seperti modal sendiri. Sementara itu, risiko kredit BPR tercatat mengalami penurunan tercermin turunnya dari NPL kredit BPR Provinsi Lampung yang sedikit mengalami penurunan dari 1,72% menjadi 1,7% (Grafik 4.32). 64

84 Bank Syariah Tabel 4.2. Indikator Kinerja Bank Syariah Secara umum, indikator kinerja utama Bank Syariah (Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) di Provinsi Lampung relatif terjaga yang tercermin antara lain dari dukungan pertumbuhan pembiayaan yang mampu tumbuh masing-masing sebesar 17,98% (yoy), meskipun di sisi lain, senada dengan yang terjadi pada pertumbuhan DPK Bank Umum, pertumbuhan DPK Bank Syariah juga mengalami perlambatan pertumbuhan sejak awal 2017, yang mencapai 21,93% (yoy) (Tabel 4.2.). Grafik Fungsi Intermediasi Bank Syariah Grafik Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah Sumber: Bank Indonesia Grafik Penghimpunan Dana Bank Syariah Sumber: Bank Indonesia Grafik Non-Performing Financing Bank Syariah Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Fungsi Intermediasi bank syariah di Provinsi Lampung masih terjaga baik yang tercermin dari rasio FDR yang terkendali dan cukup stabil yakni 114,59% (yoy) seiring peningkatan demand pembiayaan bank syariah yang lebih besar dibandingkan peningkatan DPK. Peningkatan pembiayaan bank syariah pada triwulan laporan mencapai 17,98% (yoy) terutama dipengaruhi oleh peningkatan pembiayaan 65

85 investasi yang mencapai 41,18% (yoy), sesuai pertumbuhan investasi yang meningkat cukup signifikan di Provinsi Lampung pada triwulan III Sementara itu, DPK bank syariah pada triwulan III 2017 mengalami perlambatan pertumbuhan 21,93% (yoy). Risiko kredit yang tercermin dari kualitas penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah di Provinsi Lampung tercatat meningkat dilihat dari Rasio Non Performing Financing (NPF) sebesar 3,87%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,78% (Grafik 4.36.) Perkembangan Kredit UMKM Grafik Perkembangan Kredit UMKM Grafik Pangsa Kredit UMKM Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Grafik NPL Kredit UMKM Sumber: Bank Indonesia Peran perbankan dalam kredit UMKM di Lampung pada triwulan III 2017 tercatat meningkat dengan peningkatan pertumbuhan yang mencapai 3,86% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,83% (yoy) (Grafik 4.37.). Hal ini mencerminkan dukungan perbankan terhadap pertumbuhan UMKM di Provinsi Lampung membaik. Selain itu, pangsa kredit UMKM terhadap kredit perbankan di Lampung tercatat cukup stabil cenderung meningkat mencapai 31,2% (Grafik 4.38.). Di sisi lain, pertumbuhan kredit UMKM belum diiringi dengan membaiknya kualitas kredit UMKM yang tercermin dari meningkatnya NPL yakni dari 3,99% pada triwulan sebelumnya, menjadi 4,07% pada triwulan laporan (Grafik 4.39.). Untuk itu ke depan, upaya meningkatkan keberhasilan UMKM perlu untuk terus dipacu dan dikelola agar tumbuh membaik dan berdampak pula pada turunnya risiko kredit UMKM. 66

86 BOKS 2 : Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai Alternatif Sumber Energi Pembangunan Nasional yang Kompetitif dalam Jangka Panjang Permintaan pasokan energi listrik untuk menunjang kegiatan perekonomian di Provinsi Lampung semakin meningkat tiap tahun. Berbagai upaya pemenuhan pasokan energi perlu didukung alternatif sumber energi baru terbarukan yang memiliki daya berkelanjutan dan tidak mudah habis. Provinsi Lampung sata ini memiliki potensi energi baru dan terbarukan yang sangat beragam dan dapat dikembangkan sebagai sumber energi, antara lain biomassa, biogas, bioetanol, tenaga air (mikro hidro), tenaga surya, panas bumi, dan tenaga angin. 1. Potensi Biomassa No Kabupaten/Kota Panen (Ton) Padi Tebu Kelapa Sawit 1 Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Pesawaran Bandar Lampung Mesuji Tulang Bawang Barat Metro Pringsewu Pesisir Barat Total Provinsi Lampung memiliki hasil padi, tebu, dan kelapa sawit yang cukup potensial untuk dijadikan sebagai sumber energi terbarukan. Hasil padi, tebu, dan kelapa sawit tersebut masing-masing sebanyak ton, ton, dan ton. Untuk padi, sebagian besar dihasilkan di daerah Kabupaten Lampung Tengah, yakni sebesar ton, diikuti oleh Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Selatan masing-masing sebesar ton dan ton. Sementara itu, untuk penghasil tebu hampir merata di 3 daerah, yakni Kabupaten Way Kanan, Lampung Utara, dan Lampung Tengah. Sedangkan untuk kelapa sawit, Kabupaten Mesuji merupakan penghasil terbesar, yakni ton, diikuti oleh Kabupaten Lampung Tengah dan Tulang Bawang. 67

87 2. Potensi Biogas No Kabupaten/Kota Potensi Biogas (Ekor) Sapi Kerbau Kambing Domba Unggas Babi 1 Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Pesawaran Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Bandar Lampung Mesuji Pringsewu T. Bawang Barat Metro Pesisir Barat Total Provinsi Lampung memiliki bermacam-macam sumber potensi biogas yang berasal dari sapi, kerbau, kambing, domba, unggas, dan babi yang masing-masing berjumlah sebanyak , , , , , dan ekor. Kabupaten yang memiliki jumlah sapi terbanyak adalah Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, sedangkan untuk kerbau kebanyakan ada di Kabupaten Lampung Tengah dan Tulang Bawang. Untuk kambing dan domba, kebanyakan masing-masing berada di Kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Timur. Begitu juga untuk unggas yang ±50% terpusat di Kabupaten Lampung Selatan. Sementara itu, untuk babi tidak semua daerah memiliki, sebagian besar ada di Kabupaten Lampung Tengah. 3. Potensi Bioetanol Provinsi Lampung menghasilkan Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, dan Tebu masingmasing sebanyak , , , dan Ton. Kabupaten penghasil Jagung terbesar berada di Kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Timur, masing-masing sebanyak dan Ton. Untuk ubi kayu, sebagian besar terkonsentrasi di daerah Kabupaten Lampung Utara, Lampung Timur, dan Lampung Tengah. Begitu juga dengan ubi jalar yang sebagian besar ada di ketiga daerah tersebut. Sementara itu, penghasil tebu di Provinsi Lampung hanya berada di Kabupaten Way Kanan, Lampung Utara, Lampung tengah, dan sebagian kecil di Tulang Bawang. 68

88 No Potensi Bioetanol (Ton) Kabupaten/Kota Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Tebu 1 Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Pesawaran Bandar Lampung Mesuji T. Bawang Barat Metro Pringsewu Pesisir Barat Total Potensi Tenaga Air (Mikrohidro) No Lokasi Kapasitas I. Mesuji - T. Bawang 2.284,1 Mw 1 Besai/Umpu 7,5 Mw 2 Giham Pungkau 16,0 Mw 3 Giham Airingkik 80,0 Mw 4 Tangkas 1,6 Mw 5 Campang Limau 1,0 Mw 6 Sinar Mulia 978 Mw 7 Way Abung 600 Mw 69

89 8 Way Umpu 600 Mw II. Seputih - Sekampung 39,2 Mw 1 Bumiayu 39,2 Mw III. Semangka 27.9 Mw 1 Manula I 5,7 Mw 2 Manula II 8,4 Mw 3 Simpang Lunik I 6,1 Mw 4 Simpang Lunik II 3,8 Mw 5 Simpang Lunik III 3,9 Mw Potensi tenaga air di Provinsi Lampung bisa dibilang cukup besar, secara total kapasitas yang dapat dihasilkan ialah sebesar 2.351,2 Mw. Sebagian besar berada di daerah Mesuji - Tulang Bawang. Sementara itu, sisanya ada di daerah Seputih - Sekampung dan di daerah Semangka, masing-masing sebesar 39,2 Mw dan 27,9 Mw. 5. Potensi Tenaga Surya Indonesia merupakan negara tropis yang diuntungkan karena terpapar oleh sinar matahari dalam waktu yang cukup panjang sepanjang tahun (rata-rata 6,5 jam/hari tergantung cuaca pada hari tesebut). Pemanfaatan energi listrik tenaga surya sudah dikenal secara baik dan dipergunakan oleh masyarakat umum, karena mudahnya instalasi dan perawatannya. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup besar. Berdasarkan data intensitas radiasi matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, untuk Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 KwH/m 2 dengan variasi bulanan sekitar 10%. Berdasarkan hasil penelitian oleh P3TKEBTKE, Provinsi Lampung memiliki kelas intensitas antara s.d KwH/m 2 /hari. 70

90 6. Potensi Panas Bumi No Lokasi Kecamatan Kab/Kota 1 Way Umpu Sumber Daya (Mw) Potensi Cadangan (Mw) Total Potensi (Mw) Banjit Way Kanan Spekulasi : Purunan Belalau Lampung Barat Spekulasi : Bacingot Belalau Lampung Barat Spekulasi : Suoh - Suoh - Lampung Sekincau Sekincau Barat Spekulasi : 430 Terduga : Fajar Way Lampung Bulan Tenong Barat Spekulasi : Danau Lampung Sukau Ranau Barat Hipotetik : 185 Terduga : Natar Natar Lampung Selatan Spekulasi : Ulu Belu Ulu Belu Tanggamus Hipotetik : 300 Terbukti : Sukamaju Tlk. Betung Bandar Barat Lampung Spekulasi : Way Ratai Padang Cermin Pesawaran Hipotetik : 194 Terduga : Gn. Rajabasa Kalianda Lampung Selatan Spekulasi : 182 Terduga : Total Provinsi Lampung memiliki potensi panas bumi yang tersebar di beberapa daerah, yakni di Kabupaten Way Kanan, Lampung Barat, Lampung Selatan, Tanggamus, Pesawaran, dan Kota Bandar Lampung. Total keseluruhan potensi panas bumi yang ada yakni sebesar Mw, yang terdiri dari sumber daya sebesar Mw dan cadangan panas bumi sebesar 876 Mw. 7. Potensi Tenaga Angin 71

91 Berdasarkan pengukuran kecepatan angin yang telah dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung pada 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Lampung Timur, didapat kecepatan angin masing-masing sebesar : 3,22 m/s, 2,84 m/s, 2,51 m/s dan 2,57 m/s. Berdasarkan Peta Potensi Angin yang merupakan hasil Penelitian dari P3TKEBTKE ESDM RI memperlihatkan bahwa kecepatan angin di Provinsi Lampung berkisar antara 2,5 m/s s.d. 3,5 m/s. Hasil tersebut menandakan bahawa Provinsi Lampung cukup memiliki potensi tenaga angin sebagai sumber EBT. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kendala utama dalam pengembangan EBT, antara lain : 1. Mahalnya penerapan teknologi pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) karena sebagian besar berasal dari luar negeri. 2. Masih terbatasnya institusi yang mengaplikasikan teknologi EBT. 3. Peran akademisi belum terimplementasikan secara konkrit dalam penemuan teknologi EBT secara lokal. 4. Untuk saat ini biaya produksi EBT lebih mahal dibandingkan bahan bakar fosil, mengingat adanya subsidi layanan umum bagi Pertamina maupun PLN. 5. Harga BBM lebih murah dibandingkan dengan harga EBT yang harga dasar produksinya lebih mahal. Ke depan, tantangan pengembangan EBT perlu diatasi dengan mengoptimalkan peran akademisi dan pengelolaan sumber daya energi yang lebih baik agar potensi EBT dapat digunakan sebagai salah satu alternatif solusi ketahanan sumber energi yang dapat mendukung pembangunan dan perekonomian daerah. 72

92 Bab 5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung yang diperkirakan lebih baik di triwulan III 2017, transaksi pembayaran non tunai baik melalui kliring maupun RTGS juga cenderung mengalami peningkatan. Begitu juga untuk penggunaan uang elektronik yang tercatat meningkat signifikan untuk aktivitas pembayaran. KPw BI Provinsi Lampung senantiasa terus mendorong clean money policy dan meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat melalui peningkatan intensitas kas keliling, perluasan kerjasama penukaran uang dengan Perbankan, serta edukasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah. Tercermin dari peningkatan soil level yang lebih baik untuk pecahan kecil (UPK) maupun pecahan besar (UPB). Dalam rangka persiapan implementasi elektronifikasi pembayaran Jalan Tol Trans Sumatera (JJTS), KPw BI Provinsi Lampung terus melakukan koordinasi dengan pihak BUJT dan Perbankan, termasuk terus berupaya memperkenalkan Gerakan Nasional Non Tunai untuk memperluas edukasi terkait elektronifikasi dan keuangan inklusif kepada masyarakat di Provinsi Lampung Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran Tunai Pemantauan transaksi sistem pembayaran tunai dapat dilakukan melalui beberapa indikator, antara lain jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke Perbankan (outflow) serta pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dan penyediaan Uang Layak Edar Perkembangan Aliran Uang Kartal Sesuai dengan pola musimannya, arus uang di Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 tercatat mengalami net inflow. Hal ini berbeda dengan triwulan sebelumnya, dimana terdapat peningkatan aktifitas perekonomian seiring dengan periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), sehingga arus uang tercatat mengalami net outflow sebesar Rp3,93 triliun, dan bahkan yang terbesar dalam periode 3 tahun terakhir. Pada triwulan III 2017, arus inflow di Provinsi Lampung tercatat sebesar Rp4,82 triliun. Jumlah tersebut tercatat meningkat sebesar 42,66% (yoy) (Grafik 5.1.). Sementara itu, untuk arus outflow, tercatat pada periode laporan hanya sebesar Rp2,00 triliun, jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, serta secara tahunan juga tercatat menurun, yakni sebesar -3,00% (yoy) (Grafik 5.2.). Dengan kondisi tersebut, net inflow yang terjadi di Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 tercatat sebesar Rp2,82 triliun. Jumlah net inflow tersebut tercatat yang tertinggi selama 3 tahun terakhir. Grafik 5.1. Aliran Uang Kartal Inflow Grafik 5.2. Aliran Uang Kartal Outflow 73

93 Grafik 5.3. Perkembangan Perkasan Triwulanan Penyediaan Uang Layak Edar Dalam rangka memenuhi kebutuhan uang dan peningkatan kualitas uang beredar di masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Lampung secara berkala terus melakukan penarikan uang lusuh. KPw BI Provinsi Lampung memiliki program Peduli Uang Lusuh dalam rangka memfasilitasi masyarakat untuk menukarkan uang lusuhnya yang dilaksanakan bersamaan dengan gerakan peduli koin. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap penggunaan uang koin sebagai alat pembayaran yang sah untuk meningkatkan efektifitas uang koin. Grafik 5.4. Penarikan Uang Lusuh Grafik 5.5. Layanan Penukaran Grafik 5.6. Kas Keliling Grafik 5.7. Kas Titipan Jumlah penarikan uang lusuh pada triwulan III 2017 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari senilai Rp456,89 miliar menjadi Rp1.557,12 miliar. Dilihat 74

94 dari proporsinya terhadap inflow, persentase penarikan uang lusuh juga mengalami peningkatan dari 23,48% pada triwulan II 2017 menjadi 32,28% pada triwulan laporan (Grafik 5.4.). Meningkatnya penarikan uang lusuh pada triwulan III 2017 tersebut sejalan dengan kegiatan pelayanan kas pada tahun 2017 yang secara umum meningkat dibandingkan dengan tahun Baik itu kegiatan layanan penukaran, kas keliling, maupun kas titipan, yang secara jumlah ketiganya mengalami peningkatan di tahun Saat ini sudah terdapat 2 kas titipan di Provinsi Lampung, yaitu di Kotabumi Lampung Utara dan Liwa Kabupaten Lampung Barat. Ke depan diharapkan, pembukaan kas titipan juga menjangkau Provinsi Lampung di bagian timur. Selain itu, dalam rangka meningkatkan kualitas uang beredar, KPw BI Provinsi Lampung juga melakukan upaya-upaya lainnya seperti peningkatan edukasi uang Rupiah kepada masyarakat, fokus pada daerah dengan perputaran uang yang tinggi, termasuk meningkatkan manajemen SDM kasir dan PAM untuk mendukung penambahan frekuensi kas keliling. Sebagai dampak dari implementasi strategi peningkatan kualitas uang beredar tersebut, terlihat dari hasil survei soil level pada semester I 2017 yang menunjukkan peningkatan baik untuk pecahan kecil maupun pecahan besar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, serta berada diatas batas minimal soil level yang ditetapkan (Grafik 5.8.). Grafik 5.8. Hasil Survei Soil Level Perkembangan Temuan Uang Palsu Grafik 5.9. Temuan Uang Palsu Grafik Temuan Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Kendati pada triwulan III 2017 temuan uang palsu sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, namun secara umum temuan uang palsu pada tahun 2017 jumlahnya menurun jika 75

95 dibandingkan dengan tahun 2016 yang terlihat dari rata-rata triwulanan yang lebih rendah di tahun 2017 (Grafik 5.8.). Secara komposisi, dalam 4 tahun terakhir pecahan besar masih mendominasi peredaran uang palsu yang ditemukan dan bahkan sampai dengan periode laporan. Pada triwulan III 2017, telah ditemukan uang palsu sebanyak 931 lembar, sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 784 lembar. Temuan uang palsu untuk pecahan Rp ,- tercatat sebanyak 404 lembar, Rp50.000,- sebanyak 511 lembar, sedangkan sisanya uang pecahan Rp20.000,- dan Rp5.000,- (Grafik 5.9.). Menurunnya peredaran jumlah uang palsu pada tahun 2017 tersebut dibandingkan dengan tahun sebelumnya tidak terlepas dari upaya KPw BI Provinsi Lampung dalam mengantisipasi peredaran uang palsu, yang antara lain melalui pemberian edukasi/sosialiasi bagi masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah (CIKUR), bekerja sama dengan pihak aparatur negara dalam penegakan da pencegahan uang palsu, termasuk mendorong pihak Perbankan agar terus berkontribusi dalam pelaporan temuan uang palsu Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan Transaksi RTGS Transaksi pembayaran non tunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) dari Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 secara nominal tercatat tumbuh sebesar 6,26% (yoy), kendati masih lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan laju ekonomi pada triwulan III 2017 yang diperkirakan masih cukup baik. Sementara itu, secara volume, transaksi RTGS menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari lembar menjadi lembar. Grafik Nilai Transaksi RTGS Grafik Volume Transaksi RTGS Selain peningkatan teknologi dan jaringan komunikasi, peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran juga dalam hal meningkatkan perlindungan nasabah melalui penerapan kewajiban maksimal proses dana transfer nasabah. Pihak bank diwajibkan untuk memproses dana transfer nasabah paling lama 1 jam setelah bank penerima memperoleh dana di sistem BI-RTGS. Ketentuan yang mengatur mengenai hal tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No. 17/30/DPSP tanggal 13 November 2015 tentang Penyelenggaraan Settlemen Dana Seketika Melalui Sistem BI RTGS. 76

96 Perkembangan Transaksi Kliring Sejalan dengan masih tingginya transaksi RTGS di triwulan III 2017, transaksi pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik untuk kliring debet maupun kliring kredit. Secara triwulanan, nominal kliring debet tercatat meningkat sebesar 10,36% (qtq) menjadi Rp5,03 triliun. Sedangkan nominal kliring kredit pada periode laporan tercatat meningkat sebesar 6,54% (qtq) menjadi Rp4,42 triliun. Grafik Perkembangan Transaksi Kliring Tabel 5.1. Perputaran Cek & Bilyet Giro Kosong Periode Lembar Nominal (Rp Miliar) Rata-Rata Per Hari Lembar Nominal (Rp Miliar) I 4, II 3, III 3, IV 3, I 3, II 3, III 2, IV 2, I 2, II 3, III 1, Peredaran cek dan bilyet giro kosong di Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 tercatat mengalami penurunan baik dari jumlah warkat maupun nominalnya. Cek dan bilyet giro (BG) kosong yang dikliringkan pada triwulan laporan tercatat sebanyak lembar dengan nominal sebesar Rp52,61 miliar. Baik jumlah warkat maupun nominal keduanya mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 57,74%(qtq) dan 47,23%(qtq) Pengembangan Elektronifikasi dan Akses Keuangan Sejalan dengan perkembangan tren digitalisasi masyarakat Indonesia dan dunia internasional, elektronifikasi menjadi penting dalam mendorong perekonomian yang lebih efisien, disamping mendorong good governance yang lebih baik dalam pengelolaan keuangan oleh masyarakat khususnya lembaga pemerintah. Grafik Penggunaan Kartu Kredit Grafik Pangsa Transaksi Uang Elektronik 77

97 Grafik Pangsa Transaksi Pembayaran di Sumatera Grafik Jumlah Agen & Unit LKD Gencarnya sosialisasi dan implementasi Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Lampung, tercermin dari perkembangan transaksi non tunai (elektronifikasi) yang juga menunjukkan peningkatan sampai dengan triwulan III Sejalan dengan terus bertambahnya jumlah agen Layanan Keuangan Digital (LKD), pengguna uang elektronik LKD juga cenderung meningkat sampai dengan bulan Agustus Hal yang sama juga terjadi pada pengguna kartu kredit di Provinsi Lampung meski pertumbuhannya tidak begitu tinggi. Berikut data sebaran agen LKD yang ada di Provinsi Lampung per Juli 2017 : Grafik Data Agen LKD per Juli 2017 Dilihat berdasarkan pangsa transaksi uang elektronik, tercatat terdapat peningkatan yang cukup signifikan pada triwulan III 2017 khususnya untuk aktivitas pembayaran, meningkat dari yang tadinya hanya berkisar ±1%, pada periode laporan menjadi 13,16%. Kondisi tersebut memang tidak terlepas dari upaya-upaya sosialisasi GNNT yang telah dilakukan. Kemudian, dilihat secara spasial khususnya untuk transaksi pembayaran, Provinsi Lampung mendominasi pangsa transaksi tersebut se- Sumatera. Terlihat bahwa pangsa Provinsi Lampung mencapai lebih dari setengahnya, yakni 65%, diikuti oleh Provinsi Sumut, Aceh, dan Kepulauan Riau (Grafik 5.16.) Perkembangan Elektronifikasi Jalan Tol Sesuai dengan Peraturan Presiden No.117/2015 jo No.100/2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera, ruas Bakauheni-Terbanggi Besar merupakan salah satu dari 4 ruas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang pembangunannya diprioritaskan dalam rangka persiapan Asian Games 2018, yang dimulai sejak April 2015 dan ditargetkan akan selesai pada Juli Pembangunan tol ruas Bakauheni-Terbanggi Besar meliputi 4 paket/segmen pembangunan, yakni : (I) Bakauheni- Sidomulyo, (II) Sidomulyo-Kotabaru, (III) Kotabaru-Metro, dan (IV) Metro-Terbanggi Besar yang keempatnya secara total sepanjang 140 KM. Berdasarkan data per 22 September 2017, progres penyelesaian pembebasan lahan secara rata-rata keseluhan telah mencapai 91,08% sedangkan progres konstruksi telah mencapai 46,5%. 78

98 Tabel 5.2. Rincian Penyelesaian per Segmen Progres Segmen I Segmen II Segmen III Segmen IV Konstruksi 56,35% 41,81% 42,67% 40,31% Lahan 96,02% 90,18% 92,20% 88,93% Adapun jumlah exit tol di ruas Bakauheni-Terbanggi Besar direncanakan sebanyak 10 titik yang masing-masing terletak di Bakauheni Selatan/Port ASDP, Bakauheni Utara, Kalianda, Sidomulyo, Lematang, Kotabaru, Natar, Tegineneng, Gunung Sugih dan Terbanggi Besar, dengan total jumlah gardu tol di seluruh titik tersebut sebanyak 22 gardu tol. Terkait dengan jumlah kebutuhan uang elektronik di ruas tol Bakauheni-Terbanggi Besar tersebut, berdasarkan estimasi jumlah kendaraan pelintas Bakauheni-Terbanggi Besar pada tahun 2018 diperkirakan jumlahnya mencapai kendaraan/hari. Dalam kaitannya dengan implementasi elektronifikasi pembayaran, KPw BI Provinsi Lampung telah melakukan koordinasi dengan beberapa Bank Umum penerbit uang elektronik, yakni PT Bank Mandiri (Persero), Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Ketersediaan uang elektronik di 2 bank tersebut diperkirakan akan mencukupi kebutuhan mendatang dan sudah terdapat rencana penambahan pencetakan kartu mengingat telah terjadi lonjakan permintaan dalam beberapa bulan terakhir. Adapun detail ketersediaan uang elektronik tersebut sebagai berikut : BRI Lampung memiliki stok Brizzi sebanyak kartu dan akan dilakukan penambahan sebanyak kartu. Bank Mandiri Lampung memiliki stok ±300 kartu e-money di setiap kantor cabang. Meskipun demikian, memang masih terdapat beberapa isu terkait implementasi elektronifikasi pembayaran jalan tol tersebut, antara lain sebagai berikut : Tabel 5.3. Isu & Concern Implementasi Elektronifikasi Tol Isu Usulan Solusi Permasalahan Pengguna Uang Elektronik Masih Relatif Rendah Perolehan Uang Elektronik Masih Terbatas 1. Peningkatan awareness pembayaran non tunai jalan tol 2. Sosialisasi & edukiasi penggunaan uang elektronil di jalan tol 3. Perlunya pemahaman fungsi GTO dan Gardu Hybrid 4. Promosi discount tarif tol 1. Kemudahan memperoleh fasilitas top up 2. Penyediaan fasilitas top up di seluruh gardu tol untuk menghindari penumpukan kendaraan 3. Peningkatan promosi uang elektronik Pemanfaatan Uang Elektronik Masih Terbatas Infrastruktur Elektronifikasi Jalan Tol Masih Terbatas Regulasi Elektronik Jalan Tol Belum Ada 1. Peningkatan penyediaan fasilitas GTO dan Gardu Hybrid 2. Percepatan penerapan transaksi elektronik secara multi - issuer 1. Perlunya standarisasi sarana transaksi elektronik jalan tol 2. Implementasi Secure Access Modul (SAM) 3. Pentahapan integrasi ruas tol 4. Integrasi sistem & informasi pembayaran BUJT dan bank Percepatan penerbitan regulasi tentang kewajiban pembayaran non tunai di jalan tol 79

99 Bab 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 mengalami penurunan seiring dengan turunnya jumlah penduduk yang siap bekerja dan berusia kerja (angkatan kerja) dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Sementara itu, pertumbuhan pengangguran juga tercatat mengalami penurunan di triwulan III 2017 yang mengindikasikan terjadi peningkatan peralihan aktivitas pada kelompok angkatan kerja menjadi bukan angkatan kerja utamanya untuk mengurus rumah tangga Sementara itu, kesejahteraan petani yang tercemin dari Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat mengalami peningkatan dari sebesar 104,28 pada triwulan II 2017 menjadi sebesar 105,00 pada triwulan III Hal ini didorong oleh indeks yang diterima petani (It) tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani (Ib). Secara sektoral, terdapat 3 sektor yang mengalami peningkatan NTP, yaitu sektor Padi & Palawija, Perikanan Budidaya serta Peternakan. Sedangkan sektor Perkebunan, Hortikultura dan Perikanan Tangkap mengalami penurunan NTP. Kedepan, kesejahteraan petani masih rentan apabila ketergantungan Lampung terhadap ekonomi yang berbasis komoditas masih tinggi mengingat harga komoditas yang cenderung berfluktuasi. Di lain sisi, meskipun kondisi NTP tercatat masih cukup baik serta jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung menunjukkan tren yang menurun, rata-rata persentase penduduk miskin di Provinsi Lampung selama 3 tahun terakhir tergolong cukup tinggi dan berada diatas rata-rata persentase penduduk miskin nasional. Upaya pengentasan kemiskinan yang telah dijalankan di Provinsi Lampung perlu untuk terus ditingkatkan terutama pada daerah pedesaan Ketenagakerjaan 3 Jumlah penduduk yang siap bekerja dan berusia kerja (angkatan kerja) periode Agustus 2017 di Provinsi Lampung menurun dari sebesar 4,27 juta pada Februari 2017 menjadi sebesar 4,07 juta pada periode laporan, atau mengalami kontraksi sebesar -1,19% (yoy). Dari angkatan kerja tersebut, sebanyak 95,67% atau 3,89 juta orang merupakan penduduk yang sedang bekerja, sedangkan sisanya sebanyak 4,33% atau sebanyak 176,3 ribu orang merupakan penduduk yang menganggur. Sejalan dengan hal tersebut, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di bulan Agustus 2017 terkoreksi menjadi 67,8% dari sebesar 71,6% pada bulan Februari Penurunan ini pun terkonfirmasi oleh hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Bank Indonesia Provinsi Lampung mengenai realisasi tenaga kerja di triwulan III 2017 yang mengalami kontraksi menjadi sebesar - 2,25% (yoy) dari sebesar 6,30% (yoy) pada triwulan II 2017 (Grafik 6.6). Jika dilihat dari dekomposisi angkatan kerja, dapat diindikasikan terjadi peningkatan peralihan aktivitas pada kelompok angkatan kerja menjadi bukan angkatan kerja utamanya untuk mengurus rumah tangga (9,8%;yoy) dan sekolah (0,59%;yoy). Sementara itu, terjadi penurunan pertumbuhan pengangguran di triwulan III 2017 sebesar -7,35% (yoy) yang turut mendorong penurunan angka pengangguran terbuka (TPT) dari -2,42% (yoy) pada bulan Februari 2017 menjadi sebesar -6,27% (yoy) pada bulan Agustus Tingkat pengangguran di Provinsi Lampung (4,33%) ini pun tercatat lebih rendah dari pada nasional sebesar 5,50%. Menurunnya angka TPT merupakan salah satu ukuran keberhasilan dalam menangani masalah 80

100 ketenagakerjaan sehingga hal ini diharapkan dapat menjaga keyakinan masyarakat maupun pelaku bisnis terhadap perekonomian di Provinsi Lampung. Tabel 6.1 Dekomposisi Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung Indikator Feb Aug Feb Aug Feb Aug Penduduk Usia Kerja (15+) (ribu) 5.805, , , , , ,7 Angkatan Kerja (ribu) 4.060, , , , , ,5 Bekerja 3.921, , , , , ,2 Pengangguran 139,5 196,9 183,5 190,3 189,1 176,3 Bukan Angkatan Kerja (ribu) 1.744, , , , , ,2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) % 70,0 65,6 68,6 69,6 71,6 67,8 Tingkat Partisipasi Terbuka (TPT) % 3,4 5,1 4,5 4,6 4,4 4,3 Pekerja Tidak Penuh (ribu) 1.411, , , , , ,4 Setengah Penganggur 321,3 297,4 370,9 282,4 326,4 408,7 Pekerja Paruh Waktu 1.089, , ,6 997, , ,7 Sumber: BPS Provinsi Lampung Secara sektoral struktur pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan III 2017 masih ditopang oleh sektor pertanian dengan pangsa terhadap PDRB sebesar 31,46%, sektor industri pengolahan dengan pangsa mencapai 18,60% dan sektor perdagangan dengan pangsa mencapai 11,17%. Searah dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, distribusi tenaga kerja di Provinsi Lampung masih didominasi oleh penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sebesar 45,94% diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 19,43% dan sektor jasa kemasyarakatam, sosial & perorangan sebesar 13,13%. No 1 Tabel 6.2 Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung Lap. Pekerjaan Utama Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, & Perikanan Feb Aug Feb Aug Feb Aug Porsi (%) % yoy 1.847, , , , , ,0 45,94 (5,69) 2 Pertambangan & Penggalian 36,4 28,9 20,8 17,3 21,1 23,8 0,61 37,57 3 Industri 372,6 331,4 375,4 331,0 302,2 306,1 7,86 (7,52) 4 Listrik, Gas, & Air Minum 4,3 5,8 9,7 4,9 8,0 10,6 0,27 116,33 5 Konstruksi 206,6 222,9 181,2 220,1 177,3 243,4 6,25 10,59 6 Perdagangan, Rumah Makan, & Jasa 724,3 Akomodasi 685,6 750,6 753,2 799,9 756,9 19,43 0,49 7 Transportasi, Pergudangan, & 148,0 Komunikasi 123,4 138,9 130,3 183,0 185,5 4,76 42,36 Lembaga Keuangan, Real Estate, 8 Usaha Persewaan, & Jasa 59,3 67,3 51,9 44,8 68,6 1,76 32,18 Perusahaan 55,1 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial & 521,7 Perorangan 409,0 451,6 524,6 575,5 511,4 13,13 (2,52) Total 3.921, , , , , ,2 100,01-0,89 Sumber: BPS Provinsi Lampung Grafik 6.1 Share Tenaga Kerja Grafik 6.2 Pertumbuhan Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah 81

101 Grafik 6.3 Porsi Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Grafik 6.4 TPAK Menurut Tingkat Pendidikan Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Grafik 6.5 Tingkat Pengangguran di Provinsi Lampung Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Grafik 6.6 Hasil SKDU Realisasi dan Perkiraan Tenaga Kerja Berdasarkan status pekerjaan utama, belum terjadi banyak perubahan pada kondisi tenaga kerja di Provinsi Lampung dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana sektor informal masih mendominasi peyerapan tenaga keja dengan pangsa 70,29% (Grafik 6.3), jauh lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja sektor formal yang hanya mencapai 29,71% dari keseluruhan tenaga kerja di Provinsi Lampung. Selaras dengan status pekerjaan utama yang didominasi oleh sektor informal, tingkat pendidikan yang diselesaikan oleh pekerja di Provinsi Lampung sebagian besar hanya menyelesaikan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebesar 44,57% dari total TPAK di Provinsi Lampung (Grafik 6.4), walaupun secara tahunan jumlahnya mengalami penurunan. Sementara itu, pada tingkat pendidikan SMA, terjadi peningkatan proporsi pekerja dari 23,3% pada Febrari 2017 menjadi 23,95% pada Agustus Hal ini mengindikasikan adanya perbaikan kualitas tenaga kerja di Provinsi Lampung. Upaya perbaikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) terus dilakukan melalui pelatihan kompetensi tenaga kerja dengan melibatkan kerja sama antara dunia pendidikan dengan dunia kerja Nilai Tukar Petani Tingkat daya beli petani di pedesaan pada triwulan III 2017 terindikasi mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. NTP pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 105,00, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 yang sebesar 104,28. Hal ini didorong oleh indeks yang diterima 82

102 petani (It) tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani (Ib) (Grafik 6.7.). Secara sektoral, terdapat 3 sektor yang mengalami peningkatan NTP, yaitu sektor Padi & Palawija, Perikanan Budidaya serta Peternakan. Sedangkan sektor Perkebunan, Hortikultura dan Perikanan Tangkap mengalami penurunan NTP (Grafik 6.8.). Grafik 6.7. NTP Provinsi Lampung dan Komponen Penyusunnya Grafik 6.8. NTP per Sub Sektor Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Sumber: BPS Provinsi Lampung, diolah Indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Lampung pada triwulan laporan tercatat sebesar 131,70, lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 130,02 dan jika dibandingkan periode yang sama tahun 2016 (127,5). Petani yang mengalami peningkatan It tertinggi adalah petani dari sub sektor padi dan palawija yaitu sebesar 3,92% (qtq), diikuti oleh petani dari sub sektor perikanan & budidaya dan peternakan yang masing-masing meningkat sebesar 0,89% (qtq) dan 0,78% (qtq) (Grafik 6.9). Sementara itu, Indeks harga yang dibayarkan petani (Ib) juga mengalami peningkatan (0,60% qtq) di semua sektor dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni sebesar 125,43. Sedangkan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, angka tersebut tercatat lebih tinggi sebesar 2,33% (yoy). Peningkatan indeks yang dibayarkan petani tertinggi tercatat dialami oleh sektor perkebunan sebesar 0,79% (qtq), diikut oleh sub sektor perikanan tangkap sebesar 0,65% (qtq) dan sub sektor holtikultura sebesar 0,57% (qtq) (Grafik 6.10). Grafik 6.9. Indeks yang Diterima per Sub Sektor Grafik Indeks yang Dibayar per Sub Sektor Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah 83

103 Grafik NTP Juni 2017 Provinsi di Sumatera Bila dibandingkan dengan petani di provinsi lain di Sumatera, NTP Provinsi Lampung periode September 2017 (105,00) masih menjadi yang tertinggi sesuai dengan pola historisnya pada triwulan II 2017 dan berada diatas Nasional yang sebesar 102, Kemiskinan1 1 Sumber: BPS, diolah Meskipun kondisi Nilai Tukar Petani tercatat masih cukup baik dan bahkan tertinggi dibandingkan Provinsi lainnya di Sumatera, persentase penduduk miskin Provinsi Lampung selama 5 tahun terakhir tergolong tinggi (13,69%) dan berada diatas rata-rata persentase nasional. Jumlah penduduk miskin Provinsi Lampung pada Maret 2017 tercatat sebanyak 1,13 juta jiwa atau 13,69% dari total jumlah penduduk Lampung, atau tercatat mengalami penurunan -3,2% (yoy) jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 1,17 juta jiwa. Berdasarkan komposisinya, sampai dengan Maret 2017, penduduk miskin di Provinsi Lampung utamanya berada di daerah pedesaan dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dengan pangsa sebesar 79,83%, sedangkan sisanya berada di daerah perkotaan. Dengan tren yang menurun, mengindikasikan bahwa program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Lampung berdampak positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung Namun demikian, dari 10 (sepuluh) provinsi di Sumatera, persentase penduduk miskin Provinsi Lampung merupakan yang tertinggi ke-3 setelah Provinsi Aceh (16,89%) dan Provinsi Bengkulu (16,43%). Hal ini patut diwaspadai mengingat tingkat kemiskinan di Lampung masih tercatat lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan nasional yang sebesar 10,64% (Grafik 6.8). Grafik Persentase Penduduk Miskin di Sumatera dibandingkan Nasional Grafik Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan dan Pedesaan di Lampung Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah 1 Belum terdapat udate dari BPS untuk Indikator Kemiskinan di Bulan September

104 Grafik Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota Penurunan jumlah penduduk miskin terjadi baik di perkotaan maupun di pedesaan. Jumlah penduduk miskin kota di Provinsi Lampung pada Maret 2017 mencapai 228,3 ribu jiwa, atau mengalami penurunan -2,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 233,4 ribu jiwa. Demikian halnya dengan pedesaan, jumlah penduduk miskin di wilayah pedesaan pada Maret 2017 tercatat sebanyak 903,4 ribu jiwa atau mengalami penurunan -3,5% (yoy) dibandingkan posisi data Maret 2016 yang mencapai 912,3 ribu jiwa (Grafik 6.13). Adapun persentase penduduk miskin ditemukan di Kabupaten Lampung Utara sebesar 22,92%, diikuti oleh Kabupaten Pesawaran sebesar 17,31% serta Kabupaten Lampung Timur sebesar 16,98% (Grafik 6.14). Di lain sisi, dilihat dari pergerakan garis kemiskinan pada periode September 2016 sampai dengan Maret 2017, garis kemiskinan Provinsi Lampung tercatat meningkat 4,42% dari sebelumnya Rp per kapita/bulan menjadi Rp per kapita/bulan. BPS mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai pengeluaran kebutuhan minimum yang harus dikeluarkan oleh satu individu. Individu dikategorikan miskin apabila berada dalam rata-rata garis kemiskinan. Kenaikan garis kemiskinan dapat mempengaruhi angka kemiskinan karena secara langsung meningkatkan ambang nilai kemiskinan. Dengan meningkatnya garis kemiskinan daerah, apabila tidak terjadi peningkatan pendapatan maka jumlah penduduk yang tergolong penduduk miskin akan meningkat. Kenaikan garis kemiskinan dapat mempengaruhi angka kemiskinan karena secara langsung meningkatkan ambang nilai kemiskinan. Tidak banyak berubah dari tahun-tahun sebelumnya, stabilitas harga makanan merupakan hal yang penting karena penduduk sebagian besar menghabiskan pendapatannya pada kelompok ini. Adapun komoditas beras memiliki dengan sumbangan terhadap garis kemiskinan terbesar di kota sebesar 25,45%, dan desa 30,85%, diikuti oleh rokok kretek filter dengan sumbangan 18,73% terhadap garis kemiskinan kota dan 14,16% terhadap garis kemiskinan desa. Sedangkan komoditi non makanan yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap garis kemiskinan adalah perumahan, listrik dan bensin. Periode Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Persentase Penduduk Miskin Perkotaan Pedesaan Total Perkotaan Pedesaan Total Mar Mar Mar Mar Mar Rata Sumber: BPS, diolah Tabel 6.3. Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Lampung Koefisien gini sebagai indikator yang menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh pada Maret 2017 menunjukkan adanya penurunan kesenjangan pendapatan antara masyarakat kaya dan miskin di Provinsi Lampung maupun Nasional jika dibandingkan dengan 85

105 periode yang sama pada tahun 2016 (Grafik 6.16). Adapun berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen, didapatkan gambaran mengenai pengelompokkan pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing masing daerah dimana masih terdapat 5 kabupaten yang tergolong kategori Daerah Relatif Tertinggal yaitu Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan Kabupaten Pesisir Barat (Grafik 6.15) sehingga diperlukan penanganan percepatan pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat utamanya pada kabupaten dimaksud. Grafik Mapping Daerah Berdasarkan Tiologi Klassen Grafik Koefisien Gini Lampung dan Nasional Dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, jumlah dan persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung menunjukkan tren yang menurun, mengindikasikan bahwa program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Lampung berdampak positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung. Upaya pemerintah Provinsi Lampung dalam menanggulangi kemiskinan diantaranya berbasis individu, keluarga dan rumah tangga melalui bantuan beasiswa miskin dan BPJS kesehatan untuk meringankan beban pengeluaran kebutuhan mendasar. Selain itu, bantuan berbasis komunitas diantaranya melalui pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan program Gerakan Membangun Desa (Gerbang Desa) Saburai untuk mengentaskan desa tertinggal melalui peningkatan kerjasama dan peran aktif masyarakat dalam berbagai bidang pembangunan dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong. Sebagai prgram yang berkelanjutan sejak tahun 2015, Gerbang Desa Saburai pada tahun 2017 ditargetkan untuk dapat membangun 250 desa di 13 kabupaten, yakni di Tanggamus sebanyak 53 desa, Lampung Utara 35 desa, Pesisir Barat 29 desa, Mesuji 21 desa, Pesawaran 20 desa, Way Kanan 19 desa, Lampung Barat 18 desa, Tulang Bawang 15 desa, Tulang Bawang Barat dan Lampung Selatan 12 desa, Lampung Tengah 7 desa, serta Pringsewu dan Lampung Timur masing-masing 5 dan 4 desa. Selain itu, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota di Indonesia yang terpilih sebagai pilot project dalam menjalankan penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai (BPNT) Rastra dan Program Keluarga Harapan (PKH) kepada sejumlah KPM (Keluarga Penerima Manfaat). Hal yang penting untuk dicermati yaitu sebagian besar bantuan yang diberikan kepada masyarakat miskin merupakan bantuan langsung, bukan pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat miskin tidak mempunyai tambahan ketrampilan dan terbiasa untuk menerima bantuan. Untuk itu, 86

106 diperlukan peningkatan pemberdayaan masyarakat miskin di Provinsi Lampung untuk dapat meningkatkan akses masyarakat dimaksud terhadap lapangan usaha. Di samping itu, meski jumlah penduduk miskin mengalami penurunan, pedesaan memiliki jumlah dan persentase penduduk miskin yang lebih tinggi atau mencapai 79,83% dari total penduduk miskin di Provinsi Lampung, sedangkan selebihnya yakni 20,17% berada di perkotaan (Grafik 6.13), sehingga upaya pengentasan kemiskinan yang telah dijalankan di Provinsi Lampung perlu untuk terus ditingkatkan terutama berfokus pada daerah pedesaan. 87

107 Bab 7 Prospek Perekonomian Daerah Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,1%-5,5% (yoy) dengan risiko deviasi yang relatif berimbang sehingga berpotensi melebihi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Konsumsi pemerintah dan investasi khususnya investasi bangunan diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan, meskipun terdapat risiko penundaan belanja terkait pelaksanaan pilkada. Sementara konsumsi swasta dan net ekspor diperkirakan tumbuh stabil dengan potensi bias keatas, ditengah perkiraan apresiasi harga komoditas yang terbatas dan berkurangnya produksi komoditas utama perkebunan, namun peluang membaiknya permintaan ekspor masih ada demikian pula dengan perbaikan permintaan domestik terkait persiapan pilkada. Secara sektoral, siklus peningkatan produksi sektor pertanian khususnya tanaman pangan, serta realisasi pembangunan infrastruktur diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Lampung pada tahun 2018 diperkirakan akan sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Prospek inflasi triwulan I dan keseluruhan tahun 2018 diperkirakan dapat terkendali pada kisaran 3,5%±1% (yoy), seiring kecenderungan menurunnya tekanan inflasi IHK sejak semester II 2017 yang didukung langkah progresif pemerintah untuk mengendalikan harga komoditas volatile. Faktor risiko yang diperkirakan dapat meningkatkan tekanan inflasi pada triwulan I berasal dari kelompok volatile food sejalan dengan tingginya intensitas hujan, sebaliknya siklus peningkatan produksi tanaman pangan berpotensi menimbulkan koreksi harga. Kondisi ini perlu diantisipasi TPID dengan fokus pada upaya menjaga stabilitas harga bahan makanan guna mempertahankan daya beli rumah tangga Pertumbuhan Ekonomi Struktur ekonomi Lampung dari sisi produksi memiliki keterkaitan cukup tinggi dengan siklus produksi maupun dinamika perdagangan komoditas terutama komoditas pertanian. Jika pertumbuhan ekonomi pada awal tahun 2017 didorong oleh apresiasi harga komoditas, kontribusi perdagangan komoditas terhadap pertumbuhan triwulan I 2018 diperkirakan berkurang, seiring tren harga komoditas yang cenderung stabil atau termoderasi sejak semester kedua Pada periode laporan, harga spot maupun futures komoditas ekspor utama Lampung yaitu CPO masih bergerak dibawah harga rata-rata triwulan I 2017 yang mencapai lebih dari USD700/metric tons. Update terkini beberapa lembaga internasional secara umum mengindikasikan pergerakan indeks harga komoditas ataupun harga komoditas tertentu (diantaranya palm oil dan batubara) di tahun 2018 akan termoderasi dan tidak tumbuh signifikan sebagaimana diawal tahun Faktor eksternal yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Lampung memasuki tahun 2018 antara lain, pertama, outlook jangka pendek pertumbuhan ekonomi global diperkirakan meningkat sejalan dengan membaiknya permintaan domestik negara maju dan pertumbuhan ekonomi China dan beberapa negara berkembang yang diatas ekspektasi. Dalam WEO update IMF bulan Oktober 2017, proyeksi pertumbuhan output global direvisi naik 0,1% dari proyeksi sebelumnya yakni masing-masing menjadi sebesar 3,6% di tahun 2017 dan 3,7% untuk tahun 2018 (grafik 7.2.). Kedua, perkembangan Purchasing Manager Index (PMI) negara tujuan utama ekspor Lampung secara umum masih positif mendukung permintaan ekspor. PMI manufaktur Amerika Serikat dan PMI composit Eropa masih menunjukkan pertumbuhan produksi yang kuat pada Oktober 2017, dengan PMI manufaktur Belanda menunjukkan penguatan yang signifikan, sedangkan PMI composit Tiongkok mengindikasikan pertumbuhan produksi yang stabil. Adapun PMI manufaktur India belum menunjukkan penguatan produksi yang berarti. Meski demikian, kecenderungan 88

108 stagnasi produksi India yang berlangsung sejak triwulan II diperkirakan hanya sementara. Proyeksi pertumbuhan PDB India tahun 2018 tetap berada diatas tahun 2017, bahkan juga diatas realisasi tahun 2016 yang tergolong cukup tinggi (7,1%, yoy). Faktor ketiga, sejalan dengan bias keatas proyeksi pertumbuhan global, kemungkinan pengetatan moneter kelompok negara maju semakin besar. Meski demikian, normalisasi kebijakan yang akan dilakukan diperkirakan masih relatif moderat, sehingga diharapkan dapat diantisipasi pasar dan tidak meningkatkan risiko tekanan aliran modal keluar khususnya di negara berkembang. Keempat, disamping normalisasi kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi permintaan global, kebijakan perdagangan yang bersifat restriktif juga menentukan perkembangan perdagangan internasional. Laporan monitoring WTO-OECD-UNCTAD (Trade Reports on G20 Trade and Investment Measures, November 2017) menunjukkan rata-rata kebijakan restriktif anggota G20 turun 50% dalam 6 bulan terakhir, hal mana dipandang sebagai perkembangan positif. Namun demikian, risiko idiosyncratic dari restriksi oleh negara tertentu tetap harus dicermati. Salah satunya terkait kemungkinan kebijakan pembatasan impor batubara, yang merupakan penyumbang utama ekspor Lampung, oleh negara importir terbesar yaitu Tiongkok yang konsumsinya diperkirakan mencapai setengah dari produksi batubara dunia. Sebagai catatan, faktor kelima yaitu ekses perubahan iklim diharapkan tidak banyak mengganggu suplai komoditas pertanian di pasar global. Peluang terjadinya La Nina di bumi belahan utara pada musim dingin 2017 hingga awal 2018 cukup tinggi (berkisar 65-75%), namun diperkirakan masih pada intensitas lemah atau relatif sama dengan yang terjadi pada musim serupa tahun lalu. Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Lampung (yoy) Grafik 7.2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Sumber: Bank Indonesia Sementara dari sisi domestik, secara umum pertumbuhan ekonomi Lampung masih bergantung pada kinerja konsumsi swasta dan investasi. Namun pada triwulan I 2018, pendorong utama ekspansi ekonomi Lampung diperkirakan berasal dari investasi dan konsumsi pemerintah, sedangkan kinerja konsumsi dan ekspor (net) cenderung stabil. Secara sektoral, diantara tiga sektor utama (terbesar) diperkirakan kinerja sektor pertanian yang akan menjadi penopang pertumbuhan seiring dengan perbaikan produksi sub sektor tanaman pangan. Pengeluaran konsumsi swasta yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan IV 2017 diperkirakan dapat tumbuh relatif stabil di awal tahun Perkiraan tersebut didasarkan pada sejumlah kondisi diantaranya adanya penyesuaian konsumsi dengan disposible income yang diperkirakan sedikit membaik. Kondisi tersebut sejalan dengan perkiraan meningkatnya angka partisipasi kerja, yang diikuti penurunan rasio pekerja kategori setengah pengangguran khususnya di wilayah pedesaan dibandingkan posisi per Survey Ketenagakerjaan BPS Agustus 2017, seiring meningkatnya kebutuhan produksi dan panen padi termasuk pengolahan gabah. 89

109 Perkembangan harga komoditas diperkirakan juga mendukung kestabilan daya beli, dengan arah pergerakan harga komoditas utama seperti kelapa sawit yang masih membaik, dan kopi yang relatif stabil. Terdapat downside risk koreksi harga gabah bersamaan dengan meningkatnya panen yang dapat menurunkan income petani. Namun faktor membaiknya saving petani seiring kenaikan Nilai Tukar Petani 3 bulan berturut-turut hingga Oktober 2017, serta efektivitas langkah pengendalian harga beras oleh pemerintah diharapkan dapat menahan ekses penurunan harga dimaksud. Stabilitas daya beli penduduk secara umum juga didukung oleh membaiknya tabungan masyarakat seiring investasi yang tumbuh signifikan sepanjang tahun Indikasinya antara lain pertumbuhan DPK yang tercatat sebesar 13,01% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan periode yang sama tahun 2017 sebesar 4,86% (yoy). Grafik 7.3. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang Sumber: Bank Indonesia Sementara itu hasil Survey Konsumen KPw BI provinsi Lampung mengindikasikan kepercayaan rumah tangga untuk meningkatkan konsumsi memasuki tahun 2018, meskipun masih dalam tataran optimistis namun mulai menunjukkan tanda pelemahan. Indeks Ekspektasi Konsumen tercatat 4 bulan berturut-turut menunjukkan penurunan, dengan indeks rata-rata 129,0% pada triwulan IV (Grafik 7.3.), sehingga memunculkan kemungkinan bias kebawah (downward bias) pertumbuhan konsumsi kedepan. Jika dicermati, perlambatan pertumbuhan konsumsi swasta pada triwulan III 2017 terjadi pada pengeluaran makanan dan minuman non restoran yang tumbuh sebesar 2,0% (yoy) padahal secara historis seharusnya relatif stabil di kisaran 5% (yoy). Namun perlambatan yang terjadi sedikit terkompensasi oleh pesatnya pertumbuhan konsumsi restoran dan hotel yang mencapai 9,4% (yoy). Peningkatan konsumsi restoran dan hotel, diduga turut didukung beroperasinya layanan transportasi digital sejak pertengahan triwulan II 2017 yang mungkin berdampak atau menjadi indikasi awal perubahan pola konsumsi ke arah produk berbasis life style. Berbeda dari konsumsi pangan, konsumsi durable goods khususnya rumah dan peralatan rumah tangga tercatat masih tumbuh tinggi sebesar 6,1% (yoy). Kondisi serupa juga terjadi pada penjualan kendaraan bermotor. Sejak awal tahun hingga September 2017, penjualan motor tumbuh 6,4% dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun Penjualan mobil dan truk bahkan masih tumbuh 10,0% dalam periode yang sama. Hasil Survey Konsumen triwulan IV masih memperlihatkan optimisme tinggi dimaksud, tercermin dari proporsi konsumen yang berkeyakinan akan membeli/membangun rumah dalam 12 (dua belas) bulan kedepan relatif terjaga yaitu rata-rata sebesar 42,5% sedikit diatas triwulan III 2017 sebesar 39,0%. Relatif kuatnya keyakinan konsumen melakukan pembelian durable goods khususnya properti juga didukung oleh perkembangan penyaluran KPR perbankan hingga Oktober 2017 yang masih tumbuh tinggi sebesar 17,5% (yoy). 90

110 Meski demikian, secara historis pertumbuhan konsumsi durable goods pada triwulan I cenderung tertahan setelah melewati periode puncak konsumsi pada akhir tahun. Proyeksi pertumbuhan konsumsi swasta pada triwulan I 2018 juga perlu memperhitungkan faktor pelaksanaan Pilkada serentak Meskipun pelaksanaannya baru di bulan Juni, namun dampak berupa peningkatan konsumsi khususnya pada konsumsi LNPRT berpotensi terjadi sejak beberapa bulan sebelumnya. Dampak Pilkada serentak termasuk persiapan Pilpres diperkirakan akan turut menopang pertumbuhan konsumsi sepanjang tahun Hal ini didasari antara lain oleh asumsi berkurangnya kemungkinan adanya kebijakan kontraktif (kurang populis) seperti kenaikan harga komoditas administered pada periode tersebut. Selain itu, pemerintah juga telah menetapkan kenaikan (3,65%, yoy) anggaran penanggulangan kemiskinan dan dukungan masyarakat berpendapatan rendah (MBR). Realisasi anggaran tersebut diantaranya melalui program keluarga harapan (PKH) dengan sasaran penerima bertambah 4 juta keluarga (nasional) dari tahun 2017, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk warga miskin, dan program bantuan pangan termasuk pemberian beras sejahtera (rastra) yang realisasinya pada tahun 2017 di Lampung masih tersendat. Program tersebut juga didukung optimalisasi penggunaan dana desa yang pada tahun 2018 selain difokuskan penyalurannya pada desa tertinggal dan desa dengan proporsi penduduk miskin tinggi, penggunaannya diarahkan untuk kegiatan padat karya guna memastikan penduduk miskin memiliki pekerjaan dan penghasilan (temporer), dan tahapan pencairannya kemungkinan dipercepat ke semester I. Implementasi kebijakan tersebut diharapkan dapat menjaga daya beli kelompok MBR dan kembali menurunkan angka pengangguran Lampung yang antara Februari- Agustus 2017 lalu telah berkurang 6,79%. Berdasarkan indikasi-indikasi tersebut, pengeluaran konsumsi swasta Lampung pada triwulan I diperkirakan tumbuh antara 5,3%-5,7% (yoy), dan dalam kisaran 5,5%-5,9% (yoy) untuk keseluruhan tahun Konsumsi pemerintah pada triwulan I 2018 diperkirakan akan tumbuh relatif tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkiraan tersebut didasari perkembangan historis konsumsi pemerintah setiap awal tahun yang meskipun dari segi nilai konsumsi (harga konstan) relatif rendah, namun dari segi laju pertumbuhan mencerminkan ekspektasi kenaikan atau perubahan standar pengeluaran APBD baru, dalam kondisi likuiditas keuangan daerah yang memadai. Perkembangan dana pemerintah di perbankan daerah secara siklikal meningkat antara bulan Januari-Mei bersamaan dengan masuknya dana transfer dan penerimaan pajak, namun sebagian pengeluaran masih dalam tahap persiapan atau pengadaan. Meski demikian, sebagaimana halnya konsumsi rumah tangga, peluang akselerasi realisasi belanja pemerintah sejak awal tahun cukup terbuka terkait adanya persiapan pilkada serentak. Meskipun demikian, terdapat downside risk terkait pengelolaan anggaran pemerintah daerah. Kebijakan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) bersifat dinamis sesuai Peraturan Memteri Keuangan (PMK) no. 50 tahun 2017, dalam arti penyalurannya selain menyesuaikan realisasi penerimaan dalam negeri (PDN neto) pemerintah pusat (untuk DAU), dan menyesuaikan capaian kinerja penggunaan dana termasuk kesesuaian prioritasnya. Target penurunan defisit APBN 2018 menjadi 2,19% PDB dari perkiraan defisit APBN 2017 sekitar 2,6% PDB mengindikasikan tekad pemerintah pusat untuk meningkatkan disiplin penggunaan anggaran. Selain itu kontestasi pilkada yang berlangsung cukup panjang hingga satu semester dapat menimbulkan keterlambatan realisasi anggaran (misalnya belanja barang dan jasa) terkait tingkat pemenuhan kriteria penarikan anggaran dalam PMK dimaksud. Sebagai gambaran, realisasi belanja APBD di Lampung pada semester I 2017 diperkirakan baru sekitar 40%, sementara DAK (fisik) tahun 2016 di Lampung yang ditunda 91

111 alokasinya sampai disahkannya APBN-P 2017 (Agustus 2017) karena belum memenuhi persyaratan penyaluran mencapai 16,32%. Memperhatikan kondisi tersebut, konsumsi pemerintah pada triwulan I 2018 dan keseluruhan tahun 2018 diperkirakan akan tumbuh di kisaran 7,9%-8,3% (yoy), dan untuk keseluruhan tahun 2018 mencapai 8,1%-8,5% (yoy), dengan memperhitungkan juga base effect dari pertumbuhan konsumsi pemerintah tahun 2017 yang relatif rendah. Investasi pada triwulan I 2018 diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi didukung oleh pembangunan infrastruktur strategis seperti Jalan Tol Trans Sumatera, bendungan Way Sekampung (masuk tahap konstruksi), serta perluasan jaringan transmisi listrik 150KV dan jaringan gas kota. Investasi bangunan juga masih didukung oleh pembangunan rumah bersubsidi antara lain melalui program bedah rumah (BSPS) yang ditargetkan pemerintah daerah meningkat sekitar 60% pada tahun 2018, disamping penyediaan rumah oleh developer memanfaatkan fasilitas FLPP atau subsidi selisih bunga yang diharapkan memenuhi target yang sama dengan tahun 2017 (hasil Liaison). Sementara itu, proyeksi investasi swasta yang relatif diuntungkan oleh apresiasi harga komoditas di tahun 2017 diperkirakan tetap stabil. Optimisme korporasi Lampung terhadap perkembangan kegiatan usahanya masih dalam tren positif sejak triwulan IV 2016, meskipun di triwulan IV 2017 sedikit terkoreksi (hasil SKDU). Dalam hal ini sebagian perusahaan tercatat memiliki rencana menaikkan investasi di tahun 2018, beberapa dalam bentuk pembangunan outlet/fasilitas baru, dan umumnya dalam bentuk pemeliharaan mesin dan fasilitas usaha (hasil Liaison). Perkiraan tersebut juga didukung perkembangan impor barang modal non alat angkut yang hingga triwulan III 2017 masih tumbuh terbatas, sementara impor barang modal berupa alat angkutan industri justru tumbuh tinggi (151,8% dari akumulasi impor periode yang sama tahun lalu). Perkiraan investasi Lampung yang masih prospektif juga diindikasikan oleh pertumbuhan PMDN yang tetap tinggi (3,5 kali dari akumulasi PMDN hingga triwulan III tahun lalu). Pertumbuhan PMA meskipun lebih rendah dan cenderung stabil, namun diharapkan akan membaik dengan menguatnya fokus pemerintah menarik investasi seiring rating investment grade yang telah diperoleh. Dari segi pembiayaan, dukungan kredit investasi perbankan juga masih dalam tren meningkat dengan tumbuh double digit selama 6 bulan terakhir. Per Oktober 2017, pertumbuhan kredit investasi yang dialokasikan ke Lampung mencapai 14,0% (yoy), jauh diatas laju pertumbuhan seluruh jenis kredit di Lampung maupun nasional. Disamping itu, belanja investasi pemerintah daerah juga berpotensi mengalami kenaikan dengan dukungan alokasi DAK infrastruktur yang meningkat 10,7% (yoy) menjadi Rp2,36 triliun, dan alokasi Dana Desa yang meningkat 6,8% menjadi Rp2,09 triliun, yang secara umum lebih dari 40% juga dialokasikan untuk pembangunan fisik. Meskipun demikian, downside risk pertumbuhan investasi perlu yang diperhitungkan kemungkinannya bersumber antara lain dari perkembangan proses pilkada yang mempengaruhi investor untuk memilih bersikap wait and see untuk merealisasikan investasi. Selain itu, proses penyesuaian kembali fokus dan alokasi belanja pemerintah daerah khususnya paska pergantian kepala daerah juga berpotensi memperlambat akselerasi belanja infrastruktur mengingat realisasi 40%-50% anggaran infrastruktur biasanya baru efektif dapat dilakukan sekitar pertengahan triwulan III. Dengan perkembangan tersebut, investasi di triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,7%-8,1% (yoy), namun untuk keseluruhan tahun 2018 diperkirakan akan sedikit melambat dalam kisaran 6,7%-7,1%(yoy). Terkait ekspor, berlanjutnya tren perbaikan kinerja perdagangan dunia mendorong IMF kembali menaikkan proyeksi pertumbuhan volume perdagangan dunia masing-masing sebesar 0,2% untuk 92

112 tahun 2017 dan 0,1% untuk tahun 2018 (WEO update Oktober 2017) (Tabel 7.1.). Untuk tahun 2018, diperkirakan permintaan (impor) negara maju diperkirakan sedikit mengalami koreksi mengarah pada tren jangka menengah-panjangnya, namun permintaan negara berkembang diperkirakan tetap tumbuh signifikan, disokong antara lain oleh perbaikan kinerja ekonomi India. Sejalan dengan hal tersebut peluang pertumbuhan ekspor Lampung tetap terbuka, namun mengingat signifikansi ekspor ke negara maju yang masih cukup besar kemungkinan akan sulit mencapai kinerja setinggi tahun Diantara tiga komoditas utama ekspor Lampung, ekspor CPO pada triwulan I 2018 diperkirakan masih tumbuh cukup signifikan seiring dengan perkiraan kenaikan harga. Harga futures CPO pengiriman Maret 2018 di bursa Malaysia tercatat sebesar RM2845, diatas rata-rata harga spot Oktober RM2736. Kenaikan tersebut didasari ekspektasi penurunan stok CPO paska periode puncak panen kelapa sawit di triwulan IV (hasil liaison). Sejalan dengan hal tersebut harga CPO pada musim diperkirakan tetap meningkat meski tidak setinggi tahun 2017, terutama didukung oleh suplai yang relatif terjaga ditengah suplai produk substitusi (soybean oil) yang sedikit terkoreksi (Commodity Market Outlook October 2017, World Bank). Pertumbuhan ekspor kopi secara musiman diperkirakan relatif terbatas terkait faktor curah hujan tinggi yang menurunkan kualitas dan produksi kopi, termasuk produksi Vietnam sebagai eksportir robusta utama. Kenaikan harga kopi pada triwulan I diperkirakan relatif terbatas mengingat tingginya apresiasi harga pada awal 2017 lalu (base effect), namun secara tahunan masih berpotensi meningkat ditunjang antara lain oleh kenaikan permintaan konsumsi domestik yang diproyeksikan akan mencapai 3,4 juta bags (satuan 60 Kg). Tabel 7.1 Perkembangan Pertumbuhan Harga Komoditas, Volume Perdagangan Dunia, dan Harga Konsumen Sumber: WEO IMF Oktober 2017 Sementara itu pertumbuhan ekspor batubara triwulan I secara musiman diperkirakan akan melambat mengingat relatif tingginya intensitas gangguan cuaca. Arah perdagangan batubara di pasar internasional juga masih diliputi ketidakpastian terkait kemungkinan Tiongkok dan juga India menerapkan pembatasan impor dalam rangka pengembangan energi ramah lingkungan. Secara fundamental, peluang apresiasi harga batubara yang tinggi sebagaimana tahun 2017 diperkirakan relatif rendah, konsisten dengan perkiraan harga BBM di pasar internasional yang stabil atau sedikit melemah pada tahun Kenaikan ekspor komoditas utama Lampung yang lain seperti lada, karet, dan gula pada musim penghujan diperkirakan juga terkoreksi. Adapun ekspor komoditas olahan buah dan kayu diperkirakan masih tumbuh positif, demikian pula halnya dengan kinerja ekspor (antar daerah) untuk pasar domestik. Berdasarkan kondisi tersebut, diperkirakan kinerja ekspor Lampung pada triwulan I 2018 dan keseluruhan tahun 2018 akan tumbuh relatif melambat dibandingkan tahun 2017 yaitu pada kisaran 5,1%-5,5% (yoy). 93

113 Pertumbuhan impor termasuk impor antar daerah, diperkirakan masih akan didukung impor barang modal seiring realisasi pembangunan infrastruktur seperti jalan tol dan jaringan listrik. Sementara impor bahan makanan dan bahan baku industri diperkirakan baru akan menguat menjelang akhir triwulan I terkait upaya antisipasi kenaikan permintaan konsumen di triwulan II. Oleh karena itu, impor pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh sedikit melambat di kisaran 6,0%-6,4% (yoy), sedangkan untuk keseluruhan tahun 2018 pertumbuhan impor diharapkan akan melampaui ekspor yaitu mencapai kisaran 6,5%-6,9% (yoy) seiring langkah akselerasi pembangunan infrastruktur yang didorong oleh pemerintah. Secara sektoral, penggerak ekonomi Lampung masih bertumpu pada 3 (tiga) sektor utama yakni sektor Pertanian, sektor Industri Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Selain 3 sektor utama tersebut, sektor konstruksi juga diperkirakan turut menjadi motor penggerak ekonomi Lampung selama tahun Sektor pertanian, perikanan dan kehutanan pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara seasonal, produksi tanaman pangan khususnya padi di triwulan I akan meningkat. Hal ini didasari antara lain faktor musim penghujan yang diperkirakan masih tergolong normal setidaknya hingga Januari Pelaksanaan tanam musim hujan hingga sejak September hingga awal November (Sistem Informasi Monitoring Pertanaman Padi) diperkirakan masih relatif sesuai dengan perkiraan Kalender Tanam sebesar 82 ribu ha. Selain itu, kinerja sub sektor tanaman pangan pada 2018 masih ditargetkan meningkat oleh pemerintah daerah, tercermin antara lain kenaikan target produksi beras tahun 2018 sebesar 3,1% menjadi 4,46 juta ton GKG, sehingga dukungan terkait penyediaan pupuk dan alsintan, pencegahan hama, mitigasi gangguan cuaca, ataupun fasilitasi lainnya tetap menjadi prioritas pemerintah. Adapun kinerja subsektor perkebunan diperkirakan sedikit melambat, sejalan dengan siklus penurunan produksi sejumlah komoditi utama yaitu kopi, lada, karet dan kelapa sawit pada musim penghujan. Hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia triwulan III juga menunjukkan indikasi perlambatan dimaksud dengan nilai SBT perkiraan kegiatan usaha sub sektor perkebunan 4,14% atau turun dari triwulan sebelumnya sebesar 8,29%. Penurunan produksi karet diperkirakan juga dipengaruhi tren koreksi harga internasional yang masih berlanjut hingga November Berdasarkan prakiraan tersebut, dan memperhitungkan relatif rendahnya pertumbuhan tahun 2017, pertumbuhan sektor Pertanian triwulan I 2018 diperkirakan dapat mencapai 3,1%-3,5% (yoy) dan untuk tahun 2018 mencapai 2,7%-3,1% (yoy) atau meningkat dibandingkan tahun Sektor industri pengolahan pada triwulan I dan keseluruhan tahun 2018 diperkirakan tumbuh moderat dibandingkan level yang dicapai secara historis (rata-rata 5 tahun). Hal ini sejalan dengan kondisi permintaan ekspor yang diperkirakan cenderung stabil dengan terbatasnya potensi apresiasi harga, maupun pertumbuhan permintaan domestik atas produk industri yang cenderung lebih terbatas pada triwulan I. Hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia triwulan III, juga mengindikasikan berkurangnya keyakinan pelaku industri ditandai nilai SBT perkiraan kegiatan usaha yang terkoreksi menjadi 0,79%. Meskipun demikian, pelaku sektor industri terus menunjukkan ekspektasi positif (peningkatan) penyerapan tenaga kerja (SBT perkiraan tenaga kerja 2,44%). Selain itu serapan (volume) impor bahan baku industri juga masih tumbuh stabil. Faktor positif lainnya adalah berkurangnya tekanan kenaikan biaya input, seiring inflasi yang relatif stabil sejak awal semester II tahun Selain itu, angka penjualan listrik industri juga terus menunjukkan peningkatan dengan pertumbuhan 10,43% (yoy) per triwulan III Dengan gambaran tersebut maka pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan I 2018 diperkirakan termoderasi pada 94

114 level 2,6%-3,0% (yoy), adapun pertumbuhan sepanjang tahun 2018 diharapkan mencapai kisaran 3,8%-4,2% (yoy). Grafik 7.4. Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha Sektor Perdagangan (besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor) pada triwulan I 2018 diperkirakan akan tumbuh relatif moderat dibandingkan triwulan sebelumnya ketika permintaan domestik secara historis tergolong tinggi. Kinerja sektor ini juga akan dipengaruhi pertumbuhan permintaan ekspor yang diperkirakan termoderasi sepanjang tahun Meski demikian, kemungkinan kenaikan (upside risk) permintaan domestik seiring persiapan pilkada serentak, ekspansi fiskal pemerintah dan membaiknya kondisi ketenagakerjaan dapat menjadi faktor pendorong pertumbuhan. Perkembangan indikator sektor perdagangan, diantaranya hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha, masih memperlihatkan keyakinan pelaku usaha yang tinggi dengan SBT perkiraan kegiatan usaha 7,45%, terus membaik sejak triwulan IV tahun Selain itu perdagangan kendaraan bermotor juga melanjutkan tren meningkat, diantaranya penjualan mobil dan truk yang masih tumbuh 10,0% (ytd) atau unit sejak awal tahun 2017 terutama ditopang oleh permintaan kendaraan niaga yang relatif tinggi. Dengan gambaran tersebut, diperkirakan kinerja sektor perdagangan akan sedikit melambat pada triwulan I dengan laju pertumbuhan 3,7%- 4,1% (yoy) dan di sepanjang tahun 2018 dengan kisaran pertumbuhan 6,4%-6,8% (yoy). Selain ketiga sektor utama tersebut, pertumbuhan ekonomi Lampung hingga akhir tahun 2018 masih akan didorong oleh kinerja tinggi sektor konstruksi, didukung oleh akselerasi pembangunan infrastruktur strategis maupun belanja infrastruktur pemerintah. Sektor lainnya yang berpotensi tumbuh tinggi adalah sektor transportasi dan pergudangan, serta sektor informasi dan komunikasi. Dalam Survey Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia, pelaku usaha sektor transportasi dan komunikasi masih menunjukkan keyakinan perbaikan usaha kedepan, tercermin dari SBT perkiraan kegiatan usaha yang mencapai 5,18%, terus meningkat sejak awal tahun. Berdasarkan asesmen terhadap komponen PDRB tersebut, ekonomi Lampung pada triwulan I 2018 dan pada keseluruhan tahun 2017 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,1% - 5,5% (yoy), dengan potensi bias keatas beberapa basis poin dari level pertumbuhan ekonomi tahun 2017 yang diproyeksikan sebesar ±5,17% (yoy). 95

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi...

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 1 Visi, Misi, dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang NTT (38) 832-364 / 827-916 ; fax : [38] 822-13 www.bi.go.id Daftar Isi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Periode November 2016

Periode November 2016 i Periode November ii Periode November 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Periode Februari 2018

Periode Februari 2018 i Periode Februari 2018 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally left blank ii Periode Februari 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Menyongsong Pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang Berkualitas Februari 2017 Untuk

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 2017 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV 2015 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci