BAB I PENDAHULUAN. Asuransi berasal dari bahasa belanda yaitu Verzekering atau Assurantie
|
|
- Liana Budiono
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi berasal dari bahasa belanda yaitu Verzekering atau Assurantie yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu obyek dari ancaman bahaya yang dapat menimbulkan kerugian. 1 Menurut Sula, Muhammad Syakir 2 konsep asuransi (konvensional) adalah konsep untuk mengurangi risiko peserta asuransi atau tertanggung kepada perusahaan asuransi atau penanggung melalui suatu perjanjian atau polis. Tertanggung membayar sejumlah premi sebagai tanda perikatan, dan penanggung berjanji membayar ganti rugi sekiranya terjadi suatu peristiwa yang diperjanjikan dalam polis asuransi. Definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, yang memberikan pengertian asuransi adalah sebagai berikut: Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis (tertanggung) yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertangung karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. Selain itu, penerimaan premi juga sebagai imbalan untuk memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung, atau pembayaran yang didasarkan pada 1 Abdul Kadir Muhammad, 2015, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm Muhammad Syakir Sula, 2004, Asuransi Syariah (Life And General) Konsep dan Sistem Operasional, Gema Insani, Jakarta, hlm. 295
2 2 hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya didasarkan pada hasil pengelolaan dana. 3 Secara khusus, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian juga mengatur mengenai pelaksanaan asuransi berdasarkan prinsip syariah di Indonesia. Asuransi syariah merupakan bisnis dalam mengelola risiko agar dapat diminimalisir serendah mungkin. Risiko kerugian tersebut akan terasa ringan apabila ditanggung bersama-sama oleh semua peserta asuransi. Sebaliknya, apabila risiko kerugian hanya ditanggung sendiri, maka akan terasa sangat berat bagi pemilik risiko tersebut. 4 Pengelolaan risiko dalam asuransi syariah harus didasarkan pada prinsip tolong menolong (ta awun) dengan mekanisme saling menanggung risiko (sharing of risk) antar peserta dan perusahaan asuransi syariah. Pengertian Asuransi Syariah dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian adalah sebagai berikut : Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian diantara para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi dengan cara yaitu Pertama, memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadi suatu peristiwa yang tidak pasti. Kedua, memberikan pembayaran yang didasarkan kepada meninggalnya peserta atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. 5 3 Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. 4 Wirdyaningsih, 2007, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Kencana Prenada Media, Cetakan Ke3, Jakarta, hlm Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.
3 3 Berdasarkan pengertian asuransi syariah tersebut, menunjukkan adanya perbedaan antara konsep asuransi syariah dan asuransi konvensional, dimana pengelolaan kontribusi dalam asuransi syariah didasarkan pada prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perasuransian berdasarkan pada fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah yaitu Majelis Ulama Indonesia (MUI). 6 Khusus untuk asuransi syariah telah diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah. Fatwa ini mengatur bahwa akad yang sesuai dengan prinsip syariah adalah akad yang tidak mengandung unsur penipuan (gharar), perjudian (maysir), riba, penganiayaan (zhulm), suap (risywah), barang haram dan maksiat. Selanjutnya, yang dimaksud akad adalah perjanjian tertulis yang memuat kesepakatan tertentu, beserta hak dan kewajiban para pihak sesuai prinsip syariah. 7 Akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad tijarah dan/atau akad tabarru. 8 Asuransi syariah dalam tataran praktis telah diatur melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. Peraturan ini mengatur bahwa polis asuransi dan perjanjian reasuransi dengan prinsip syariah wajib mengandung akad tijarah dan 6 Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. 7 Pasal 1 Angka 30 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. 8 Fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
4 4 akad tabarru. 9 Akad tijarah adalah akad antara peserta secara kolektif atau secara individu dan perusahaan dengan tujuan komersial. 10 Sementara akad tabarru adalah akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu peserta kepada dana tabarru untuk tujuan tolong-menolong diantara para peserta, yang tidak bersifat dan bukan untuk tujuan komersial. 11 Akad tabarru wajib memuat sekurangkurannya mengenai kesepakatan para peserta asuransi untuk saling tolong menolong, hak dan kewajiban peserta, cara dan waktu pembayaran kontribusi dan santunan atau klaim, ketentuan mengenai boleh atau tidaknya kontribusi ditarik kembali oleh peserta dalam hal terjadi pembatalan oleh peserta, ketentuan mengenai alternatif dan presentase pembagian surplus underwriting. 12 Ketentuan mengenai polis asuransi syariah juga diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi. Peraturan ini menyebutkan bahwa polis asuransi pada produk asuransi dengan prinsip syariah harus memuat ketentuan sebagai berikut : Jenis akad yang digunakan. 2. Hak dan kewajiban dan wewenang para pihak berdasarkan akad yang disepakati. 3. Besar kontribusi yang dialokasikan kedalam dana tabarru, ujrah dan dana investasi. 9 Pasal 54 Ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. 10 Pasal 1 Angka 32 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. 11 Pasal 1 Angka 31 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. 12 Pasal 56 Ayat (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. 13 Pasal 12 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi.
5 5 4. Besar, waktu dan cara pembayaran bagi hasil investasi dalam hal produk asuransi menggunakan akad mudharabah atau mudharabah musytarakah. 5. Alokasi penggunaan surplus underwriting untuk dana tabarru, dana peserta, dan dana perusahaan. 6. Pemberian qardh oleh perusahaan dalam hal dana tabarru tidak cukup untuk membayar manfaat asuransi. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap ketentuan dimaksud, maka Otoritas Jasa Keuangan dapat memerintakan perusahaan untuk memberhentikan pemasaran produk asuransi tersebut, 14 dan apabila tidak dipatuhi maka perusahaan juga dapat dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, denda, kewajiban bagi direksi untuk menjalani penilaian kemampuan dan kepatutan ulang, pembatasan kegiatan usaha dan pencabutan izin usaha. 15 Berdasarkan hal tersebut, maka seluruh perusahaan asuransi berdasarkan prinsip syariah dan perusahaan asuransi konvensional yang membuka unit syariah harus mematuhi ketentuan mengenai polis atau akad dimaksud. PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah atau yang dikenal dengan Asuransi Jasindo Syariah adalah salah satu perusahaan asuransi yang bergerak di bidang usaha asuransi kerugian dengan prinsip syariah, yang didirikan pada tanggal 27 Januari Perusahaan asuransi ini merupakan hasil Spin Off atau pemisahaan unit usaha syariah dari PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) berdasarkan Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan No. KEP-22/D.05/2016 tertanggal 30 Maret 2016 tentang Pemberian Izin Usaha di Bidang Asuransi Umum 14 Pasal 57 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi. 15 Pasal 60 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi..
6 6 dengan Prinsip Syariah kepada PT.Asuransi Jasa Indonesia Syariah. Kegiatan Asuransi Jasindo Syariah dalam bidang asuransi kerugian meliputi pertanggungan langsung seperti kebakaran, pengangkutan, kendaraan, engineering, dan kecelakaan diri. 16 PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah memiliki kantor pusat yang beralamat di Gedung Graha MR-21 Lantai 10, Jl. Menteng Raya No.21 Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Jaringan dan operasional Asuransi Jasindo Syariah melalui 40 kantor cabang, 36 kantor penjualan yang tersebar diseluruh Indonesia. Pemisahan unit syariah atau yang dikenal Spin off ini dilakukan untuk mengembangkan ekspansi asuransi syariah dan menjadi role model dalam bisnis asuransi umum syariah di Indonesia. Secara umum produk yang dimiliki untuk ditawarkan kepada konsumen Asuransi Jasindo Syariah adalah produk asuransi umum, produk bundling dan produk mikro syariah. Dalam produk mikro syariah, terdapat jenis asuransi kecelakaan diri selama dalam perjalanan wisata liburan, wisata religi, dan perjalanan Ibadah Haji (Mikro Safar). 17 Produk asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji merupakan produk asuransi unggulan dari PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah yang dinilai sangat potensial untuk ditawarkan kepada masyarakat Indonesia. 18 Produk asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji adalah produk asuransi yang memberikan manfaat perlindungan terhadap risiko kerugian perjalanan Ibadah Haji seperti kecelakaan yang mengakibatkan kematian, biaya perawatan akibat kecelakaan, 16 Company Profile, PT.Asuransi Jasa Indonesia Syariah. 17 Ibid. 18 Utomo Wahyu, Jasindo Syariah Spin off, diakses dari korporasi/jasindo-syariah-spin-off, Tanggal 13 Februari 2017.
7 7 kehilangan bagasi pribadi, kehilangan dokumen perjalanan, pembatalan perjalanan, serta santunan untuk kebongkaran atau kebakaran rumah yang ditinggalkan saat melakukan perjalanan Ibadah Haji. 19 Perbedaan asuransi kecelakaan diri pada perjalanan wisata dan asuransi kecelakaan diri pada perjalanan Ibadah Haji tentunya pada niatan peserta asuransi yang menginginkan agar Ibadah Hajinya dapat diterima dan menjadi Haji yang mabrur, dengan segala perbuatan-perbuatan yang dilakukan telah sesuai dengan perintah Al-Qur an dan As-sunnah. Sebagai salah satu bentuk asuransi, produk asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji yang ditawarkan oleh PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah harus memperhatikan ketentuan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 39/DSN-MUI/X/2002 tentang Asuransi Haji yang mengatur mengenai hukum dan mekanisme asuransi haji. Secara khusus, fatwa ini mengatur bahwa asuransi haji harus didasarkan pada prinsip syariah yang bersifat tolong-menolong (ta awuni) antara sesama jama ah haji dan tidak dibenarkan jika menggunakan sistem asuransi konvensional. 20 Akad asuransi haji adalah akad tabarru yang dilakukan antara jama ah haji sebagai pemberi dana tabarru dengan perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola dana tabarru. 21 Sifat ta awuni dan akad tabarru adalah prinsip dasar dalam asuransi syariah. Apabila dikaitkan dengan produk asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji milik Asuransi Jasindo syariah maka produk asuransi tersebut harus sesuai dengan prinsip syariah. 19 Company Profile, PT.Asuransi Jasa Indonesia Syariah. 20 Fatwa DSN MUI No.39/DSN-MUI/X/2002 tentang Asuransi Haji. 21 Ibid.
8 8 Dana tabarru merupakan kumpulan dana yang berasal dari kontribusi para peserta yang mekanisme penggunaanya sesuai dengan akad tabarru atau perjanjian asuransi syariah. 22 Peserta asuransi mempunyai hak untuk mendapatkan dana tabarru jika terjadi suatu peristiwa kerugian, sementara perusahaan asuransi sebagai pengelola dana berkewajiban membayarkan (klaim) kepada peserta asuransi. 23 Klaim adalah suatu proses dengan mana peserta asuransi dapat memperoleh hak-haknya berdasarkan perjanjian asuransi disepakati bersama antara peserta dan perusahaan asuransi. 24 Oleh karena itu, perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola dana tabarru wajib untuk melakukan penyelesaian/ pembayaran klaim secara cepat, sederhana, mudah diakses dan adil. 25 Pengaturan terhadap ketentuan yang harus dimuat dalam polis asuransi syariah sebagaimana yang disebutkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tersebut harus diterapkan dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah. Polis asuransi dimaksud harus dipastikan telah memenuhi prinsip-prinsip syariah dan ketentuan penyelesaian klaim dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji telah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Hal ini kemudian menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas dan penulis akan menganalisis bagaimana penerapan prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri 22 Pasal 1 Angka 26 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. 23 AM. Hasan Ali, 2005, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu tinjauan Analisis Historis, Teoritis dan Praktis, Cetekan kedua, Prenada Media, Jakarta, hlm Muhammad Syakir Sula, Op.Cit., hlm Pasal 36 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah.
9 9 perjalanan ibadah haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah dan bagaimana ketentuan mengenai penyelesaian klaim dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji tersebut, dalam penulisan tesis yang berjudul : Analisis Yuridis Prinsip Syariah dalam Polis Asuransi Kecelakaan Diri Perjalanan Ibadah Haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah? 2. Bagaimana ketentuan mengenai penyelesaian klaim dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji tersebut? C. Tujuan Penelitian Bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis penerapan prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah 2. Untuk menganalisis ketentuan mengenai penyelesaian klaim dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah.
10 10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum di Indonesia, terutama mengenai penerapan prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji serta dapat menjadi acuan bagi para civitas akademika untuk mempelajari keilmuan di bidang hukum asuransi khususnya asuransi syariah. 2. Manfaat Praktis Penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai penerapan prinsip syariah dalam produk asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia. Selain itu, penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai gambaran dan bahan pertimbangan bagi PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah untuk mengatasi permasalahan terkait penerapan prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran peneliti maka peneliti menemukan beberapa penelitian yang hampir serupa tetapi tidak sama dengan penelitian yang peneliti lakukan diantaranya sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Romly Cahyadin dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Penelitian ini dalam bentuk tesis yang
11 11 dilakukan pada tahun 2010 dengan judul : Analisis Perjanjian Dengan Prinsip Syariah Dalam Produk Asuransi Sehat Mubarakah Pada PT. Asuransi Syariah Mubarakah di Kantor Cabang Yogyakarta. Kemudian masalah yang diangkat dalam penelitian yaitu bagaimana bentuk penerapan prinsip-prinsip syariah dalam perjanjian polis oleh PT. Asuransi Syariah Mubarakah dalam produk Asuransi Sehat Mubarakah dan bagaimana penyelesaian terhadap proses klaim dari pihak peserta Asuransi Syariah Mubarakah. Tesis tersebut memiliki kemiripan topik dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu terkait asuransi dengan prinsip syariah, namun terdapat perbedaan yaitu dalam penelitian tesis diatas lebih menjelaskan bidang asuransi sehat mubarakah dan dalam lokasi penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara penelitian yang dilakukan penulis bertujuan untuk menganalisis prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Deasita Diah Susanti dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Penelitian ini dalam bentuk tesis yang dilakukan pada tahun 2011 dengan judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Jiwa Syariah Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga. Penelitian ini mengambil masalah yaitu apakah ketentuan asuransi yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang- Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
12 12 tentang Usaha Perasuransian juga berlaku dan digunakan dalam perjanjian asuransi jiwa dengan prinsip syariah. Bagaimana isi perjanjian asuransi jiwa syariah pada PT. Asuransi Takaful Keluarga ditinjau dari aspek ketentuan klausula baku yang diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan permasalahan hukum apa saja yang mungkin timbul dalam perjanjian asuransi jiwa syariah dan bagaimana penyelesaiannya pada PT. Asuransi Takaful Keluarga. Tesis tersebut memiliki kemiripan topik dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu terkait asuransi dengan prinsip syariah, namun terdapat perbedaan yaitu dalam penelitian tesis diatas membahas perjanjian asuransi jiwa syariah yang ditinjau dalam Pasal 18 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sementara penelitian yang penulis lakukan membahas mengenai prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Desiana Puja Astuti dari fakultas syariah dan hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian ini dalam bentuk skripsi yag dilakukan pada tahun 2010 dengan judul : Analisis Komparasi Penerapan Prinsip Syariah Tentang Mekanisme Operasional Pada Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia. Dalam penelitian ini masalah yang diangkat yaitu bagaimana penerapan prinsip syariah dalam mekanisme
13 13 operasional pada Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia dan adakah perbedaan antara Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia dalam menerapkan prinsip syariah pada mekanisme operasionalnya. Skripsi tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan, dalam penelitian skripsi diatas melakukan perbandingan pada ruang lingkup usaha asuransi jiwa syariah dengan melakukan perbandingan kegiatan operasional pada Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia. Sementara penelitian yang penulis lakukan yaitu dalam ruang lingkup usaha asuransi umum syariah khususnya mengkaji prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah.
SALINAN NOMOR 18 /PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 18 /PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum islam antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain, dalam menerima amanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan non bank yang bergerak dalam bidang usaha (bisnis) pengelolaan atau penanggulangan risiko, pada hakikatnya bertujuan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Bahwa Prinsip syariah yang di tuangkan dalam akad Dalam hal ini
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka kini sampailah pada kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dapat di tarik dari pembahasan pada bab sebelumnya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu. pembangunan, terbakarnya bangunan dan lain sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu risiko yang kerap terjadi dan menimpa kehidupan manusia adalah terkait harta benda. Adapun
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,
Lebih terperinciPRAKTIK ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH
0 PRAKTIK ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH (Studi Multi Situs pada Asuransi Bumiputera Syariah dan Asuransi Manulife
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita sebagai manusia tidak seorangpun mengetahui tentang apa yang akan terjadi di masa datang secara sempurna walaupun menggunakan berbagai alat analisis. Hal ini
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Akad/Kontrak Pada Asuaransi. Jiwa Bersama (AJB) Syariah Cabang Yogyakarta.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Akad/Kontrak Pada Asuaransi Jiwa Bersama (AJB) Syariah Cabang Yogyakarta. Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera syariah, dalam akad dijelaskan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang
52 BAB IV ANALISIS A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang syariah di Semarang Berikut ini akan dijelaskan pengelolaan dana tabarru yang terdapat pada AJB Bumiputera Unit Syariah
Lebih terperinciAsuransi Syariah. Insurance Goes To Campus. Oleh: Subchan Al Rasjid. Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013
Insurance Goes To Campus Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013 Asuransi Syariah Oleh: Subchan Al Rasjid Sharia Division Sharia - Marketing Manager PT. BNI Life Insurance Pengertian Asuransi-text
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH PRODUK UNIT LINK SYARIAH
Destri Budi Nugraheni dan Haniah Ilhami Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Jl. Socio Justicia No.1 Bulaksumur, Sleman Yogyakarta PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA DALAM AKAD WAKALAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri asuransi jiwa di Indonesia berkembang cukup pesat dan memainkan peranan yang cukup besar dalam perekonomian di Indonesia dewasa ini. Seiring dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan khususnya kehidupan ekonomi sangat besar baik itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini bahaya kerusakan dan kerugian adalah kenyataan yang harus dihadapi manusia di dunia. Sehingga kemungkinan terjadi risiko dalam kehidupan khususnya
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan timbul karna kebutuhan manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini, manusia selalu dihadapkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. syariah yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Keberadaaan prinsip indemnitas pada asuransi syariah sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Hal ini berdasarkan fatwa-fatwa yang terkait dengan asuransi syariah yaitu Fatwa
Lebih terperinciUnsur Fatwa Ketentuan dalam fatwa Implementasi di AJB tijarah tabarru
Asuransi Syariah (Ta min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru yang memberikan
Lebih terperinciLAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN
LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN PERUSAHAAN ASURANSI YANG MENYELENGGARAKAN SEBAGIAN USAHANYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2014, hlm.viii. 2 Nurul Ichsan Hasan, Pengantar Perbankan Syariah, Gaung Persada Pers Group, Cet ke-1, Jakarta, 2014, hlm.100.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Umat Islam pada zaman sekarang ini semakin bersemangat untuk merealisasikan syariat di dalam kehidupan mereka sehingga dapat sesuai dengan tuntutan al-qur an dan al-sunnah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membuat pemanfaatan lembaga keuangan baik bank maupun non bank sulit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu dihadapkan pada berbagai persoalan hidup yang di dalamnya mengandung berbagai kemungkinan risiko yang harus dihadapi, baik yang bersifat material
Lebih terperinciPT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH
PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH Always Listening, Always Understanding 10 PENGENALAN SYARIAH Syariah Syariah = Undang-undang Islam Definisi : Jalan yang lurus Sumber : Al Quran (45:18) ~ kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam
BAB I PENDAHULUAN Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam merupakan hukum yang secara empirik hidup dalam masyarakat Indonesia (the living law) sejak masuknya Islam ke Nusantara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dalam bidang jasa dan dapat dijadikan sebagai salah satu. Fatwa DSN-MUI No 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan non bank yang bergerak dalam bidang jasa dan dapat dijadikan sebagai salah satu pendorong pertumbuhan
Lebih terperinciLAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN
LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN PERUSAHAAN ASURANSI YANG MENYELENGGARAKAN SEBAGIAN USAHANYA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR. A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah
BAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah Setiap umat Islam dimanapun berada tidak ada yang tidak rindu untuk
Lebih terperinciPOLIS ASURANSI DEMAM BERDARAH SYARIAH
POLIS ASURANSI DEMAM BERDARAH SYARIAH Bahwa Peserta telah mengajukan suatu permohonan tertulis yang menjadi dasar dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Polis ini, Pengelola akan membayar santunan
Lebih terperinciLAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN
LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN PERUSAHAAN ASURANSI YANG MENYELENGGARAKAN SEBAGIAN USAHANYA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi ancaman yang sama (Alfred Manes, 1930). sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (proteksi) atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika rumusan ekonomi secara singkat sebagai ilmu tentang usaha manusia mencari kepuasan memenuhi kebutuhannya menuju kesejahteraan, maka jelas, bahwa asuransi yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami musibah, dan ia tidak memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti akan mengalami musibah, dan ia tidak memiliki sedikit pun kemampuan untuk menolak kedatangannya. Salah satu usaha yang dapat dilakukannya
Lebih terperinciBAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL
BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL DI PT ASURANSI SINAR MAS SYARIAH PEKALONGAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai akad yang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi risiko yang terjadi di masa yang
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi merupakan lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang diberikan kepada
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.337, 2014 EKONOMI. Asuransi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuransi merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran penting, karena setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian material dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah : Asuransi kerugian mempunyai sejarah yang cukup panjang di Indonesia. Riwayat perjalanan sejarah berdirinya asuransi kerugian di Indonesia sama tuanya dengan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus. masyarakat sebagai calon peserta asuransi.
BAB V PEMBAHASAN A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus Sebagai sebuah perusahaan asuransi, maka asuransi syariah menawarkan produk-produk perasuransiannya. Produk asuransi yang dimaksud di sini adalah
Lebih terperinciFATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO.53/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD TABARRU
Lampiran 1 FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO.53/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD TABARRU PADA ASURANSI SYARIAH DAN REASURANSI SYARIAH MEMUTUSKAN Menetapkan : FATWA TENTANG AKAD TABARRU PADA ASURANSI SYARIAH
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bagian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ialah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang perencanaan dan kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu di antara pengaruh kemajuan di bidang teknologi informasi, ialah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang perencanaan dan kebutuhan adanya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hakikat kehidupan manusia tidak dapat terlepaskan dari risiko. Risiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikat kehidupan manusia tidak dapat terlepaskan dari risiko. Risiko dapat terjadi pada perseorangan maupun kelompok organisasi atau perusahaan. Setiap tahap
Lebih terperinciSeminar Implementasi dan Dampak Penerapan POJK No.72/POJK.05/2016 Terhadap Industri Asuransi Syariah AKUNTANSI UJRAH.
Seminar Implementasi dan Dampak Penerapan POJK No.72/POJK.05/2016 Terhadap Industri Asuransi Syariah AKUNTANSI UJRAH M Jusuf Wibisana Ketua IAI-Kompartemen Akuntan Syariah Jakarta 16.08.2017 DISCLAIMER
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut PSAK No 108, paragraph 7, definisi asuransi syariah adalah:
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Asuransi Syariah 2.1.1 Pengertian Asuransi Syariah Menurut PSAK No 108, paragraph 7, definisi asuransi syariah adalah: Sistem menyeluruh yang pesertanya mendonasikan sebagian atau
Lebih terperinciSharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan
62 BAB IV ANALISIS FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 81/DSN- MUI/III/2011 TERHADAP MEKANISME PENGEMBALIAN DANA TABARRU BAGI PESERTA YANG BERHENTI SEBELUM MASA PEMBAYARAN BERAKHIR PADA PRODUK PRULINK SYARIAH
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Dari uraian pembahasan diatas, maka peneliti menyimpulkan dari hasil
158 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian pembahasan diatas, maka peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Asuransi Bumiputera Syariah dan Asuransi Manulife Syariah Kantor
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, definisi asuransi adalah:
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Asuransi Syariah II.1.1. Pengertian Asuransi Sesuai dengan ketetapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, definisi asuransi adalah:
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.266, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Pasar Modal. Prinsip Syariah. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5755). PERATURAN OTORITAS JASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara Republik Indonesia yaitu Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara Hukum, hal ini tertuang dalam konstitusi negara Republik Indonesia yaitu Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu, setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmengertianya akan masalah metafisis. Manusia tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusiasaat ini sudah sedemikian sarat dengan beragam ancaman dan resiko bahaya, yang dipicu sendiri oleh kelemahanya, kesalahan-kesalahanya, kealpaanya
Lebih terperinci- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /POJK.05/2017 TENTANG PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF DI BIDANG PERASURANSIAN DAN PEMBLOKIRAN KEKAYAAN PERUSAHAAN ASURANSI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku umat Islam dalam memandang kelembagaan-kelembagaan yang ada
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Konsep dasar pengasuransian Islam di Indonesia, tidak terlepas dari perilaku umat Islam dalam memandang kelembagaan-kelembagaan yang ada untuk kegiatan muamalahnya.
Lebih terperinciBAB II ASURANSI JIWA DALAM HUKUM ISLAM
BAB II ASURANSI JIWA DALAM HUKUM ISLAM A. Pengertian Asuransi Jiwa Dalam bahasa Arab, asuransi dikenal dengan istilah at-ta mi>n, penanggung disebut mu ammin, tertanggung disebut mu amman lahu atau musta
Lebih terperinciLAMPIRAN VIII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN
LAMPIRAN VIII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN PERUSAHAAN ASURANSI YANG MENYELENGGARAKAN SEBAGIAN USAHANYA
Lebih terperinciYth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat.
Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.05/2016 TENTANG SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI DAN
Lebih terperinciPENGARUH PENDAPATAN DAN BIAYA PADA LABA DI PT ASURANSI SINARMAS SYARIAH PERIODE
Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN: 2460-2159 PENGARUH PENDAPATAN DAN BIAYA PADA LABA DI PT ASURANSI SINARMAS SYARIAH PERIODE 2013-2014 1 Rini Rizal, 2 Zaini Abdul Malik, 3 Epi Fitriah 1,2,3
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penggunaan Asuransi Pembiayaan Pada Bank Syariah Mandiri Pasar
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penggunaan Asuransi Pembiayaan Pada Bank Syariah Mandiri Pasar Aur Kuning Bukittinggi Sejak berdirinya Bank Syariah Mandiri Pasar Aur Kuning bersaing dengan Bank
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : PER- 08 /BL/2011 TENTANG BENTUK DAN
Lebih terperinciAKUNTANSI ASURANSI SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.
AKUNTANSI ASURANSI SYARIAH Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Pengertian Asuransi Syariah Asuransi dalam bahasa Arab disebut At ta min yang berasal dari kata amanah yang berarti memberikan perlindungan,
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR Desentralisasi/ Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi
LAPORAN AKHIR Desentralisasi/ Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Urgensi Sertifikasi Kelembagaan Asuransi Syariah (Takaful) Dalam Rangka Perlindungan Hukum Nasabah Tahun ke 1 dari Rencana 2 Tahun Dr.
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2017 TENTANG
-1- PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2017 TENTANG PERSYARATAN KEUANGAN UNTUK MENJADI ANGGOTA, PEMANFAATAN KEUNTUNGAN OLEH ANGGOTA DAN PEMBEBANAN KERUGIAN DI ANTARA ANGGOTA PADA PERUSAHAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan bagian dari masyarakat. Dalam kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan ekonomi kontemporer, akibat dari perkembangan peradaban manusia dan iptek (ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinciAKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH
AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 11: Akuntansi Pengelola Dana Asuransi Syariah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 DEFINISI : FATWA DSN NO 21/DSN-MUI/X/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH Asuransi
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI (studi tentang ketentuan yang berlaku pada PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Surabaya) A. Analisis Hukum
Lebih terperinci2017, No tentang Kegiatan Perusahaan Efek di Berbagai Lokasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Neg
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.294, 2017 KEUANGAN OJK. Perusahaan Efek. Berbagai Lokasi. Kegiatan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6162) PERATURAN OTORITAS JASA
Lebih terperinciBAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM A. Aplikasi Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo PT Bank Syariah Bukopin
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga
91 BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga Bandar Lampung Harta Hak milik dalam arti sebenarnya tidak hanya sekedar aset biasa, akan tetapi memiliki arti yang sangat
Lebih terperinciANALISIS YURIDIS AKAD TABARRU DAN AKAD TIJARAH DALAM PRODUK UNIT LINK SYARIAH *
215 ANALISIS YURIDIS AKAD TABARRU DAN AKAD TIJARAH DALAM PRODUK UNIT LINK SYARIAH * Destri Budi Nugraheni ** Departemen Hukum Islam Fakulatas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Jalan Sosio Yustisia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jadi wajar jika terjadinya sesuatu di masa datang hanya dapat direkayasa semata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kita sebagai manusia tak seorang pun mengetahui tentang apa yang akan terjadi di masa datang secara sempurna walaupun menggunakan berbagai alat analisis. Hal
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga. Apabila
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa industri perasuransian yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia pada kenyataannya adalah makhluk hidup yang tidak bisa hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus berinteraksi dan
Lebih terperinci-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN
No.293, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Manajer Investasi. Prinsip Syariah. Penerapan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5983) PERATURAN
Lebih terperinci01. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah.
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 108 AKUNTANSI TRANSAKSI ASURANSI SYARIAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus dibaca dalam kaitannya
Lebih terperinciLAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN
LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN PERUSAHAAN ASURANSI YANG MENYELENGGARAKAN SEBAGIAN USAHANYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggembirakan. Perbankan Syariah mampu tumbuh +/- 37% sehingga total
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Indonesia dalam buku Outlook Perbankan Syariah 2013, menjelaskan perkembangan perbankan syariah sampai dengan bulan Oktober 2012 cukup menggembirakan. Perbankan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2016 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT SYARIAH BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2016 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT SYARIAH BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa
No.137, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Efek. Syariah. Kriteria. Penerbitan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6083) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
Lebih terperinci) **+*&,'**- *** *.'/ %$!. 01&2*3+*&41&**5$ (+2 Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yan
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2000 Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI AH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa dalam menyongsong
Lebih terperinci- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.04/2017 TENTANG KEGIATAN PERUSAHAAN EFEK DI BERBAGAI LOKASI
- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.04/2017 TENTANG KEGIATAN PERUSAHAAN EFEK DI BERBAGAI LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERAGUN ASET SYARIAH
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERAGUN ASET SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kaitan dengan Muamalah, sebenarnya syariat Islam cukup terbuka dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kaitan dengan Muamalah, sebenarnya syariat Islam cukup terbuka dan mudah dipahami atau dalam bahasa yang sederhana dapat dikatakan semuanya boleh, kecuali yang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20 /POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERAGUN ASET SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPedoman Umum Asuransi Syariah
Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pedoman Umum Asuransi Syariah Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan selanjutnya disebut UU Perbankan menyatakan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2017 KEUANGAN OJK. Pemeliharaan Dokumen. Wali Amanat. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6075) PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciASURANSI SYARIAH A. Pengertian Asuransi
ASURANSI SYARIAH A. Pengertian Asuransi Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance, yang dalam bahasa Indonesia telah menjadi bahasa populer dan diadopsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan
Lebih terperinciKata Kunci : Asuransi Sosial, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
A. ABSTRAK Novia Eka Wati. 11220070. 2015. Asuransi Ketenagakerjaan dalam UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS) Sebagai Standarisasi Asuransi Ketenagakerjaan Tinjaun Hukum
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Pada bagian ini penulis akan menyajikan kesesuaian praktik akad asuransi
140 BAB V PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan menyajikan kesesuaian praktik akad asuransi syariah pada Asuransi Bumiputera Syariah dan Asuransi Manulife Syariah Kantor Unit Pemasaran Tulungagung dengan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016
Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK YANG
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAFTAR EFEK SYARIAH
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAFTAR EFEK SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENSIUN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENSIUN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci