III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kelangsungan Hidup Mortalitas ikan mas (ekor) pasca uji tantang pada kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan C disajikan pada Gambar 1. Grafik mortalitas ikan mas pasca uji tantang menunjukkan hasil bahwa ikan mulai mengalami kematian pada hari ke-23 untuk perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif. Kematian pada kontrol negatif diduga stres pasca penyuntikkan karena untuk perlakuan kontrol negatif tidak terjadi kematian lagi sampai akhir pemeliharaan. Pada hari ke-25, pada kontrol positif dan perlakuan C mengalami kematian ikan yang cukup tinggi yaitu masing-masing sebanyak 6 dan 4 ekor. Untuk perlakuan kontrol positif, kematian ikan terus terjadi sampai hari ke-34. Pada perlakuan A dan B, kematian ikan tidak terjadi lagi mulai pada hari ke-27 sampai akhir pemeliharaan. Jumlah Ikan yang Mati (ekor) Hari Ke- Gambar 1. Grafik Mortalitas (ekor) Ikan Mas Cyprinus carpio 9

2 Rata-rata kelangsungan hidup (%) ikan mas pada kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan C disajikan pada Gambar 2. Tingkat kelangsungan hidup ikan mas dihitung mulai hari ke-22 pemeliharaan atau selama 14 hari pasca infeksi KHV. Nilai kelangsungan hidup ikan mas pada berbagai perlakuan pasca penyuntikan KHV menunjukkan bahwa kontrol positif mengalami kematian yang paling tinggi yaitu sebesar %. Nilai kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol negatif yaitu sebesar 95,8%. Pada perlakuan A dan B didapat nilai kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol negatif yaitu masing-masing sebesar 91,7% dan 83,8%. Namun, berbeda nyata dengan perlakuan kontrol positif dan perlakuan C dengan nilai kelangsungan hidup masing-masing sebesar % dan 62.5%. Untuk perlakuan kontrol positif berbeda nyata dengan perlakuan C. Penambahan ekstrak bawang putih pada pakan diduga dapat meningkatkan ketahanan tubuh ikan mas terhadap infeksi KHV. Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup ikan selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 4. Kelangsungan Hidup (%) ,8 91,7 83,8 62,5 c a c c b Perlakuan Gambar 2. Kelangsungan Hidup (%) Ikan Mas Cyprinus carpio Selama 14 hari Pasca Uji Tantang 1

3 Respons Makan Selama Pemeliharaan Penurunan nafsu makan terjadi saat awal pemberian ekstrak bawang putih dalam pakan. Nafsu makan cenderung kembali normal pada hari ke-5 pemberian pakan dengan penambahan ekstrak bawang putih, hal ini diduga ikan sudah terbiasa dengan pakan yang telah diberi ekstrak bawang putih sehingga nafsu makan kembali normal. Penurunan nafsu makan juga terjadi pasca uji tantang, hal ini dikarenakan ikan mengalami stres akibat penyuntikkan. Untuk perlakuan kontrol negatif, nafsu makan kembali normal pada hari ke-24, sedangkan untuk perlakuan kontrol positif, penurunan nafsu makan terus terjadi sampai hari ke-34 akibat adanya rinfeksi KHV. Respons makan ikan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran Gejala Klinis Gejala klinis pada ikan mas pasca infeksi KHV dapat dilihat pada Tabel 1. Gejala klinis ikan mas yang terserang KHV umumnya pergerakannya menjadi lemah dan terjadi penurunan nafsu makan. Dilihat dari tabel gejala klinis di atas, kondisi fisik ikan yang mati akibat serangan KHV memiliki ciri-ciri kulit melepuh, luka pada daging, tubuh kesat dan insang berwarna pucat (kecoklatan) serta terdapat partikel putih pada insang. Kondisi fisik pada perlakuan kontrol positif mengalami luka pada daging yang cukup parah jika dibandingkan luka pada ikan perlakuan yang diberi ekstrak bawang putih pada pakannya. Luka yang terdapat pada perlakuan A dan B lebih cepat sembuh jika dibandingkan perlakuan kontrol positif yang penyembuhan lukanya sangat lambat dan akhirnya menyebabkan kematian. Gambar gejala klinis pada ikan yang terserang KHV dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 1. Gejala Klinis Pada Ikan Mas Pasca Infeksi KHV Kelainan Perlakuan Sisik/Kulit Luka Insang K- normal tidak ada luka merah/normal K+ kesat dan melepuh luka besar dan dalam merah pucat dan pada daging ada bintik putih A normal tidak ada luka merah/normal B kesat luka kecil merah/normal C kesat dan melepuh luka sedang merah pucat 11

4 3.1.4 Gambaran Darah Pengamatan gambaran darah yang dilakukan meliputi jumlah eritrosit, hemoglobin, hematokrit, leukosit, dan diferensial leukosit yang meliputi monosit, neutofil, limfosit dan trombosit Eritrosit Rata-rata jumlah eritrosit (sel/mm 3 ) ikan mas pada kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan C disajikan pada Gambar 3. Terjadi peningkatan jumlah eritrosit pada hari ke-25 untuk semua perlakuan. Tingginya jumlah eritrosit pasca infeksi diduga menandakan ikan dalam keadaan stres akibat penyuntikkan pada hari ke-22. Jumlah eritrosit menurun mulai dari hari ke-27, kembali normal dan stabil pada hari ke-29 sampai hari ke-32. Jumlah eritrosit pada hari ke-22 sampai hari ke-32 untuk semua perlakuan secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 95%. Jumlah eritrosit tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol positif hari ke-25 yaitu sebesat 1,47x1 6 sel/mm 3. Analisis statistik jumlah eritrosit ikan selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 4. Jumlah Eritrosit (sel/mm3) Hari Ke- Gambar 3. Grafik Jumah Eritrosit (sel/mm 3 ) Ikan Mas Cyprinus carpio 12

5 Hemoglobin Rata-rata kadar hemoglobin (g%) ikan mas pada kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan C disajikan pada Gambar 4. Terjadi penurunan kadar hemoglobin pada semua perlakuan pada hari ke-25 pasca infeksi KHV dan penurunan terus terjadi sampai hari ke-27 untuk perlakuan kontrol positif dan perlakuan A. Pada hari ke-27 sampai hari ke-32, kadar hemoglobin cenderung meningkat untuk semua perlakuan. Pada perlakuan kontrol negatif, memiliki kadar hemoglobin yang relatif stabil karena tidak diinfeksi KHV. Pada hari ke-27, kadar hemoglobin perlakuan kontrol negatif berbeda nyata dengan perlakuan kontrol positif, A, B dan C. Pada hari ke-29 dan 32, kadar hemoglobin perlakuan kontrol positif berbeda nyata dengan perlakuan A yang juga berbeda nyata dengan perlakuan C. Kadar hemoglobin tertinggi terdapat pada hari ke-32 pada perlakuan perlakuan A yaitu sebesar 9,4%. Sedangkan kadar hemoglobin terendah terdapat pada perlakuan B pada hari ke-27 yaitu sebesar 3,8%. Analisis statistik kadar hemoglobin darah ikan selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 4. Kadar Hb (%) Hari Ke- Gambar 4. Grafik Kadar Hemoglobin (g%) Ikan Mas Cyprinus carpio 13

6 Hematokrit Rata-rata kadar hematokrit (%) ikan mas pada kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan C disajikan pada Gambar 5. Terjadi peningkatan kadar hematokrit pada hari ke-25 pasca penyuntikan untuk semua perlakuan dan terjadi penurunan kadar hematokrit pada hari ke-27 sampai hari ke-32 untuk semua perlakuan,namun tidak terjadi penurunan yang signifikan pada perlakuan kontrol positif. Peningkatan kadar hematokrit yang signifikan terjadi pada saat setelah uji tantang dilakukan. Kadar hematokrit tertinggi terdapat pada perlakuan A pada hari ke-27 yaitu sebesar 32%, sedangkan kadar hematokrit terendah terdapat pada perlakuan kontrol positif pada hari ke-22 yaitu sebesar 18%. Pada hari ke-22, perlakuan kontrol negatif, kontrol positif dan perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan C. Pada hari ke-29 dan 32, perlakuan kontrol positif berbeda nyata dengan perlakuan C. Untuk hari ke-25 dan 27 semua perlakuan secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 95%. Analisis statistik kadar hematokrit darah ikan selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 4. Kadar Hematokrit (%) Hari Ke- Gambar 5. Grafik Kadar Hematokrit (%) Ikan Mas Cyprinus carpio 14

7 Leukosit Rata-rata jumlah leukosit ikan mas pada kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan C disajikan pada Gambar 6. Terjadi peningkatan jumlah leukosit pada semua perlakuan kecuali perlakuan kontrol positif pada hari ke-25 pasca penyuntikan. Peningkatan jumlah leukosit terus meningkat dari hari ke-25 sampai hari ke-32 kecuali untuk perlakuan kontrol negatif yang mengalami penurunan jumlah leukosit. Pada hari ke-25 dan 27, jumlah leukosit perlakuan kontrol positif berbeda nyata dengan perlakuan A, B dan C. Pada hari ke-25, perlakuan kontrol negatif berbeda nyata dengan perlakuan A, B dan C. Pada hari ke-22 dan 29 semua perlakuan secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 95%. Jumlah leukosit tertinggi terdapat pada perlakuan A pada hari ke-32 yaitu sebesar 11,6x1 5 sel/mm 3 dan jumlah leukosit terendah terdapat pada perlakuan C pada hari ke-22 yaitu sebesar 3,65x1 5 sel/mm 3. Analisis statistik jumlah leukosit darah ikan selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 4. Jumlah Leukosit (sel/mm3) Hari Ke- Gambar 6. Grafik Jumah Leukosit (sel/mm 3 ) Ikan Mas Cyprinus carpio 15

8 Diferensial Leukosit Pengamatan diferensial leukosit meliputi monosit, neutrofil, limfosit dan trombosit. Monosit Rata-rata presentase monosit ikan mas pada kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan C disajikan pada Gambar 7. Secara grafik terjadi peningkatan presentase monosit pada hari hari ke-25 sampai hari ke- 29 pada semua perlakuan kecuali pada perlakuan kontrol positif yang mengalami penurunan presentase monosit mulai dari hari ke-25 sampai hari ke-29 dan meningkat pada hari ke-32. Jumlah monosit tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol negatif pada hari ke-29 yaitu sebesar 35%, sedangkan jumlah monosit terendah terdapat pada perlakuan A pada hari ke-22 yaitu sebesar 13%. Pada hari ke-22 sampai hari ke-32 semua perlakuan secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 95%. Analisis statistik jumlah monosit darah ikan selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 4. Jumlah Monosit (%) Hari Ke- Gambar 7. Grafik Jumah Monosit (%) Ikan Mas Cyprinus carpio 16

9 Neutrofil Rata-rata presentase neutrofil ikan mas pada kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan C disajikan pada Gambar 8. Presentase neutrofil secara grafik cenderung tidak stabil. Jumlah neutrofil tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol positif pada hari ke-27 yaitu sebesar 11%, sedangkan jumlah monosit terendah terdapat pada perlakuan C pada hari ke-22 yaitu sebesar 5%. Pada hari ke-22, presentase neutrofil perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan C. Pada hari ke-25 sampai hari ke-32 semua perlakuan secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 95%. Analisis statistik jumlah neutrofil darah ikan selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran Jumlah Neutrofil (%) Hari Ke- Gambar 8. Grafik Jumah Neutrofil (%) Ikan Mas Cyprinus carpio 17

10 Limfosit Rata-rata presentase limfosit ikan mas pada kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan C disajikan pada Gambar 9. Dari hari ke- 22 sampai hari ke-32 pasca penyuntikkan, nilai presentase limfosit cenderung stabil pada semua perlakuan kecuali perlakuan C yang menurun drastis pada hari ke-29 dan meningkat kembali pada hari ke-32. Pada hari ke-22 sampai hari ke-32 semua perlakuan secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 95. Analisis statistik jumlah limfosit darah ikan selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 4. Jumlah Limfosit (%) Hari Ke- Gambar 9. Grafik Jumah Limfosit (%) Ikan Mas Cyprinus carpio 18

11 Trombosit Rata-rata presentase trombosit ikan mas pada kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan C disajikan pada Gambar 1. Pasca penyuntikkan, pada semua perlakuan secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 95%. Jumlah trombosit rata-rata mengalami peningkatan pada hari ke-25 dan cenderung menurun seiring dengan proses penyembuhan luka dan kembali meningkat pada hari ke-29. Jumlah trombosit tertinggi sebesar 8,2 % terdapat pada perlakuan A hari ke-25, dan jumlah trombosit terendah sebesar 1,6% terdapat pada perlakuan C pada hari ke-27 dan 29. Analisis statistik jumlah trombosit darah ikan selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 4. Jumlah Trombosit (%) Hari Ke- Gambar 1. Grafik Jumah Trombosit (%) Ikan Mas Cyprinus carpio 19

12 3.1.5 Kualitas Air Parameter kualitas air yang diukur pada penelitian ini adalah suhu. Suhu merupakan faktor utama pemicu terjadinya serangan KHV dibandingkan dengan parameter kualitas air lainnya (OATA 21). Kisaran suhu media selama penelitian disajikan pada Tabel 2. Suhu media selama pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 2. Kisaran Suhu Media Selama Pemeliharaan Perlakuan Suhu ( C) K- 23, - 27, K+ 23, 28, A 23,5 29,5 B 23, 3, C 23, 29, 3.2 Pembahasan Penurunan nafsu makan terjadi saat awal pemberian ekstrak bawang putih dalam pakan, hal ini diduga disebabkan oleh bau menyengat dari alisin yang merupakan komponen utama hasil degradasi secara enzimatis dari alliin yang tidak stabil dan sangat reaktif (Block, 1992). Nafsu makan cenderung kembali normal pada hari ke-5 pemberian pakan dengan penambahan ekstrak bawang putih. Penurunan nafsu makan juga terjadi pasca uji tantang, hal ini diduga akibat stres saat penyuntikkan. Untuk perlakuan kontrol negatif, nafsu makan kembali normal pada hari ke-24, sedangkan untuk perlakuan kontrol positif, penurunan nafsu makan terus terjadi sampai hari ke-34 yang diduga akibat adanya infeksi KHV pada tubuh ikan mas. Untuk perlakuan A, B dan C, penurunan nafsu makan akibat penyuntikkan terjadi sampai hari ke- 27 dan kembali normal sampai akhir pemeliharaan. Senyawa alisin pada bawang putih berfungsi sebagai antimikroba spektrum luas. Alisin mampu melawan infeksi yang disebabkan oleh parasit, bakteri, jamur, atau virus. Selain itu juga, adanya Scordinin dan vitamin C yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (Syamsiah, 26) sehingga kelangsungan hidup ikan menjadi meningkat. 2

13 Gejala klinis ikan mas yang terserang KHV umumnya pergerakannya menjadi lemah dan terjadi penurunan nafsu makan. Kondisi fisik ikan yang mati akibat serangan KHV memiliki ciri-ciri kulit melepuh, luka pada daging, tubuh kesat dan insang berwarna pucat (kecoklatan) serta terdapat partikel putih pada insang. Kondisi fisik pada perlakuan kontrol positif mengalami luka pada daging yang cukup parah jika dibandingkan luka pada ikan perlakuan yang diberi ekstrak bawang putih pada pakannya. Luka yang terdapat pada perlakuan A dan B lebih cepat sembuh jika dibandingkan perlakuan kontrol positif yang penyembuhan lukanya sangat lambat dan akhirnya menyebabkan kematian. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak bawang putih dapat meningkatkan jumlah trombosit sehingga penyembuhan luka dapat terjadi lebih cepat. Nilai kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol negatif sebesar 95,8%, perlakuan A yaitu sebesar 91,7% dan perlakuan B sebesar 83,8%. Penambahan ekstrak bawang putih pada pakan diduga dapat meningkatkan ketahanan tubuh ikan mas terhadap infeksi KHV. Pemberian ekstrak bawang putih 5 gram/kg pakan selama 21 hari diduga dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan mas terhadap serangan KHV, hal ini didukung dengan tingginya nilai kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif dan berbeda nyata dengan kontrol positif yaitu sebesar %. Sedangkan untuk pemberian ekstrak bawang putih 5 gram/kg pakan selama 7 hari belum bisa meningkatkan ketahanan tubuh ikan mas terhadap serangan KHV, yang dilihat dari rendahnya nilai kelangsungan hidup ikan mas pada perlakuan C yaitu sebesar 62,5%. Ikan yang bisa melewati masa-masa kritis terinfeksi KHV dan masih bertahan akan menjadi carrier atau resistant. Ikan yang bersifat carrier, apabila sewaktu-waktu terjadi penurunan kondisi tubuh (Davenport, 21) dan terjadi fluktuasi suhu (OATA, 21), akan terjangkit KHV lagi. Pada perlakuan 7 hari diduga bahanbahan yang terkandung di dalam bawang putih belum terserap secara maksimal karena terlalu sedikit yang masuk ke dalam tubuh dilihat dari respons makan saat pertama kali diberikan pakan dengan penambahan ekstrak bawang putih sangat rendah. Parameter darah merupakan salah satu indikator adanya perubahan kondisi pada kesehatan ikan, baik karena faktor infeksi maupun akibat faktor non infeksi 21

14 seperti nutrisi, lingkungan dan genetik. Menurut Amlacher (197), darah akan mengalami perubahan khususnya apabila terkena penyakit. Pengamatan gambaran darah ikan selama penelitian meliputi jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah leukosit dan diferensial leukosit yang meliputi monosit, neutrofil, limfosit dan trombosit. Jumlah eritrosit normal pada ikan mas Cyprinus carpio adalah 1,43x1 6 sel/mm 3 dengan diameter 7-36 µm (Sjafei et al., 1989). Pada Gambar 3, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang cukup signifikan untuk semua perlakuan yaitu mencapai 1,47x1 6 sel/mm 3 yang nilainya diatas batas normal. Tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres (Nabib dan Pasaribu, 1989). Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi PBS maupun KHV sehingga produksi lendir di insang berlebih dan terjadi kerusakan pada insang sehingga sulit dalam mengambil oksigen serta patogenitas KHV mulai menyerang pada ikan. Jumlah eritrosit mulai menurun pada hari ke-27 dan kembali normal pada akhir pemeliharaan. Walaupun terjadi hemoragi pada insang, namun hal ini tidak terlalu mempengaruhi jumlah eritrosit dalam darah ikan. Hemoglobin berfungsi mengikat oksigen yang kemudian akan digunakan untuk proses katabolisme sehingga dihasilkan energi (Larger et al., 1977). Hemoglobin merupakan karakteristik dari eritrosit, warna lebih merah dalam darah segar disebabkan adanya hemoglobin dalam sel darah merah. Secara fisiologis, hemoglobin menentukan tingkat ketahanan tubuh ikan dikarenakan hubungannya yang erat dengan adanya daya ikat oksigen oleh darah. Kadar hemoglobin dalam darah berkorelasi kuat dengan nilai hematokrit. Semakin rendah jumlah sel-sel darah merah maka semakin rendah pula kadar hemoglobin dalam darah (Lagler et al., 1977). Ikan yang terserang KHV mengalami produksi lendir yang berlebih dan nekrosis di insang sehingga ikan menjadi stres karena pengambilan oksigen pada ikan menjadi terganggu. Kadar hemoglobin menurun pada hari ke-25 untuk semua perlakuan, hal ini diduga ikan mengalami stres akibat penyuntikkan pada hari ke-22. Kadar hemoglobin yang menurun disebabkan karena kadar oksigen dalam darah menurun. Bastiawan,dkk (21) mengatakan bahwa rendahnya kadar hemoglobin menyebabkan laju metabolisme menurun dan energi yang dihasilkan menjadi rendah. Hal ini yang membuat ikan 22

15 menjadi lemah dan tidak memiliki nafsu makan serta terlihat diam di dasar atau menggantung di bawah permukaan air. Hematokrit merupakan perbandingan antara sel darah merah dan plasma darah. Kadar hematokrit dan kadar hemoglobin mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sel darah merah terhitung (Bond, 1979) dan nilainya selalu berubah tergantung pada faktor nutrisi dan umurnya (Randall, 197). Pada hari ke-25, kadar hematokrit cenderung meningkat, hal ini disebabkan oleh fluktuasi suhu yang cukup drastis pada hari tersebut, hal ini sesuai dengan pernyataan Jawad et al., (24) dalam Marthen (25) bahwa peningkatan kadar hematokrit ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu perubahan parameter lingkungan terutama suhu perairan dan keadaan fisiologi ikan. Mulai hari ke-27 sampai hari ke-32, terjadi penurunan kadar hematokrit yang diduga bahwa ikan sudah terinfeksi KHV yang menyebabkan sel darah putih sudah menyebar ke bagian-bagian infeksi, hal ini sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa menurunnya kadar hematokrit dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui apakah pakan memiliki kandungan protein yang rendah, defisiensi vitamin, atau ikan terkena infeksi (Wedemeyer dan Yasutake, 1977). Leukosit merupakan salah satu komponen darah yang berfungsi sebagai pertahanan non spesifik serta akan melokalisasi dan mengeliminir patogen melalui proses fagositosis (Anderson, 1992). Peningkatan jumlah leukosit pada hari ke-25 dikarenakan ikan sudah terinfeksi KHV dan pada hari tersebut terjadi fluktuasi suhu yang cukup drastis yaitu antara C. Suhu pertumbuhan optimal untuk KHV berkisar antara C (OATA, 21). Kisaran suhu pada semua perlakuan merupakan kisaran suhu optimal virus sehingga dapat memicu peningkatan leukosit di daerah infeksi untuk melawan virus. Peningkatan jumlah leukosit pada perlakuan A, B, C membuktikan bahwa KHV bersifat patogen pada ikan mas. Peningkatan jumlah leukosit mengindikasikan bahwa daya tahan ikan juga meningkat. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah leukosit pada perlakuan A, B dan C lebih cepat jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Jumlah leukosit pada perlakuan A, B dan C terus meningkat sampai akhir pemeliharaan, hal ini disebabkan karena ikan dapat mempertahankan diri dari kondisi buruk akibat infeksi. Pada hari ke-32 untuk perlakuan kontrol negatif terjadi penurunan 23

16 jumlah leukosit. Hal ini di duga injeksi PBS tidak menimbulkan infeksi sehingga pertahanan tubuh tidak merespons sebagai ancaman (Davenport, 21). Pemberian ekstrak bawang putih selama 21 hari diduga dapat meningkatkan jumlah leukosit dalam darah lebih cepat ketika ada infeksi sehingga dapat meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi KHV. Pengamatan diferensial meliputi monosit, neutrofil, limfosit dan trombosit. Jumlah monosit ikan yang diberi perlakuan lebih rendah jika dibandingkan kontrol. Rendahnya jumlah monosit pada perlakuan A, B dan C diduga karena monosit sudah mulai masuk ke dalam jaringan dan berdiferensiasi menjadi sel makrofag untuk memfagosit patogen (Nabib dan Pasaribu, 1989). Sedangkan untuk perlakuan kontrol negatif, terjadi peningkatan jumlah monosit pada hari ke- 29, hal ini diduga monosit tetap berada dalam darah karena tidak terdapat infeksi dalam tubuh ikan. Monosit dalam darah berumur pendek sehingga terjadi fluktuasi jumlah monosit (Puspitaningtyas, 26). Diallyl disulfida dalam bawang putih mampu menguraikan protein pada sel yang rusak sehingga protein tersebut mudah dicerna oleh tubuh (Syamsiah, 26) dan mampu meningkatkan kekebalan non-spesifik melalui aktivitas fagositosis dan merangsang aktifitas sel yang berperan dalam respons imunitas (Puspitaningtyas, 26). Neutrofil merupakan sel yang paling pertama dalam melakukan aktivitas fagositik ketika terdapat antigen yang masuk, namun umurnya pendek (Tizard, 1988). Jumlah neutrofil pada semua perlakuan masih berada dalam kisaran normal. Diduga neutrofil kurang memberikan pengaruh yang disebabkan infeksi KHV. Menurunnya jumlah neutrofil dalam darah disebabkan neutrofil sudah melakukan aktivitas fagositik di dalam sel dan neurofil dapat memfagositosit 5-2 bakteri sebelum neutrofil tersebut mati (Guyton and Hall, 1997). Penambahan ekstrak bawang putih pada pakan diduga tidak berpengaruh terhadap jumlah neutrofil ikan. Limfosit adalah sel penghasil antibodi yang berbentuk bundar dengan sejumlah kecil sitoplasma tidak bergranula dan inti sel hampir memenuhi seluruh sel. Menurut Fujaya (22), kekurangan limfosit dapat menurunkan konsentrasi antibodi dan dapat meningkatkan serangan penyakit. Presentase nilai limfosit ditemukan lebih tinggi daripada presentase nilai monosit, neutrofil dan trombosit 24

17 dari awal hingga akhir pengamatan. Limfosit tidak berfisat fagositik namun memegang peranan penting dalam pembentukan antibodi. Limfosit yang bersikulasi dalam darah dan jaringan berasal dari timus dan organ limfoid perifer seperti ginjal dan limfa, sehingga kerusakan organ penghasilnya ini akan menghambat pembentukan limfosit (Fujaya, 22). Hal ini yang diduga menyebabkan jumlah limfosit dalam darah ikan perlakuan rendah, dilihat dari organ ginjal yang diduga rusak karena terlihat lebih pucat jika dibandingkan ginjal ikan sebelum diinfeksi KHV. Penambahan ekstrak bawang putih pada pakan diduga tidak berpengaruh terhadap jumlah limfosit ikan karena nilainya cukup stabil dari awal penyuntikkan sampai akhir pemeliharaan. Trombosit merupakan sel yang mengeluarkan trombloplastin yaitu enzim yang membuat polimer dan fibrinogen yang berperan dalam proses pembekuan darah. Trombosit berfungsi untuk proses pembekuan darah guna mencegah terjadinya pendarahan (hemorhagi dan tukak) lebih lanjut (Angka, 24). Keberadaan trombosit dalam darah cukup lama, yaitu trombosit akan diganti kirakira 1 hari setelah diproduksi (Guyton and Hall, 1997). Untuk perlakuan A dan C terjadi peningkatan jumlah trombosit pada hari ke-25, sedangkan untuk perlakuan B jumlah trombosit meningkat pada hari ke-27, hal ini diduga trombosit mulai diproduksi dalam darah akibat adanya infeksi KHV. Jumlah trombosit menurun seiring dengan proses penyembuhan luka, hal ini terlihat dari menurunnya jumlah trombosit pada hari berikutnya. Pada perlakuan kontrol positif, jumlah trombosit relatif stabil dari awal infeksi sampai akhir pemeliharaan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih dapat meningkatkan jumlah trombosit lebih cepat sehingga penyembuhan luka juga berlangsung lebih cepat. Untuk kontrol negatif terjadi penurunan jumlah trombosit dan relatif stabil, hal ini dikarenakan tidak ada luka yang serius pada tubuh ikan, sehingga darah tidak memproduksi trombosit lebih banyak untuk proses penyembuhan luka. Kualitas air merupakan salah satu parameter yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisme akuatik yang ada didalamnya. Dalam keadaan kualitas air yang tidak optimum, ikan akan mudah stres dan terserang penyakit bahkan pada kisaran nilai tertentu, dapat menyebabkan kematian pada ikan. Suhu memiliki peranan penting dalam mengendalikan 25

18 kondisi ekosistem perairan. Perubahan suhu dapat berpengaruh terhadap seluruh komponen yang berada didalamnya. Dalam penelitian ini, saat perlakuan pakan ikan dipelihara dengan menggunakan heater agar suhu tetap stabil yaitu 27 o C. Namun, saat uji tantang heater tidak digunakan dan ikan dibiarkan dengan kondisi fluktuasi suhu yang cukup drastis setiap harinya. Suhu pasca uji tantang berkisar antara o C yang merupakan suhu optimal virus KHV. Untuk perlakuan kontrol negatif, perubahan suhu tidak mempengaruhi kondisi ikan karena tidak di infeksi KHV, sedangkan untuk perlakuan kontrol positif ikan mengalami kematian 1% karena infeksi KHV sudah menyerang tubuh ikan tersebut dan ikan tidak memiliki ketahanan tubuh yang cukup kuat untuk melawan serangan KHV. Untuk perlakuan A dan B, ikan mengalami kematian akibat infeksi KHV sebesar ±1%. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak bawang putih pada pakan dapat meningkatkan ketahanan tubuh ikan mas saat ada serangan KHV di dalam tubuhnya. 26

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR

Lebih terperinci

POTENSI EKSTRAK BAWANG PUTIH Allium sativum UNTUK MENGINAKTIFASI KOI HERPESVIRUS (KHV) PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

POTENSI EKSTRAK BAWANG PUTIH Allium sativum UNTUK MENGINAKTIFASI KOI HERPESVIRUS (KHV) PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 147 154 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 147 POTENSI EKSTRAK BAWANG PUTIH Allium sativum UNTUK MENGINAKTIFASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan

Lebih terperinci

PEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat

PEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat PEMBAEIASAN Penambahan Spirulina platensis dalam pakan ikan sebanyak 296, 4% dan 6% baik secara kontinyu maupun diskontinyu dapat meningkatkan respon kekebalan ikan patin. Peningkatan ini dapat dilihat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui 41 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Uji LD-50 Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui kepadatan bakteri yang akan digunakan pada tahap uji in vitro dan uji in vivo. Hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele merupakan salah satu jenis ikan unggulan budidaya ikan air tawar. Lele masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. Lele masamo diperoleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Antibodi pada Mukus Ikan. Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Antibodi pada Mukus Ikan. Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh 21 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Antibodi pada Mukus Ikan Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh tidak dapat disajikan pada laporan ini karena sampai saat ini masih dilakukan

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Lele masamo Klasifikasi lele menurut Saanin, (1984) yaitu : Phylum: Subphylum: Class : Subclass: Ordo: Subordo: Family: Genus: Spesies: Chordata Vertebrata Pisces Telostei

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias sp.) merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidaya secara intensif hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan ikan lele dumbo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Ayam Kedu dan Status Nutrisi Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di Kabupaten Temanggung. Ayam Kedu merupakan ayam lokal Indonesia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat populer di masyarakat. Selain dagingnya yang enak, ikan mas juga memiliki nilai jual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu komoditas ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi dan dapat dipelihara pada padat penebaran tinggi. Ikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis pada ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila meliputi kerusakan jaringan tubuh dan perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Nilem yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila 4.1.1 Kerusakan Tubuh Berdasarkan hasil pengamatan, gejala klinis yang pertama kali terlihat setelah ikan diinfeksikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil yang diperoleh berupa data identifikasi bakteri uji, data uji LD 50, data uji in vitro, dan data uji in vivo. Data hasil uji in vivo antara lain persentase akumulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan patin siam (P. hypophthalmus) merupakan salah satu komoditas ikan konsumsi air tawar yang bernilai ekonomis penting karena beberapa kelebihan yang dimiliki seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi

Lebih terperinci

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo Taksonomi Dan Morfologi. Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah :

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo Taksonomi Dan Morfologi. Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo 2.1.1. Taksonomi Dan Morfologi Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah : Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas 2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia :

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Lapangan, Departemen Budidaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Perikanan di Pckanbaru Di daerah Pekanbaru, terutama di daerah yang berdekatan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA Perikanan di Pckanbaru Di daerah Pekanbaru, terutama di daerah yang berdekatan dengan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perikanan di Pckanbaru Di daerah Pekanbaru, terutama di daerah yang berdekatan dengan sumbcrdaya perairan scpcrti daerah sekitar sungai dan danau, kebanyakan masyarakat melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.

Lebih terperinci

Gambar 9a-d. Gejala Klinis Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)

Gambar 9a-d. Gejala Klinis Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas sebagai ikan uji yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dilakukan dengan mengamati kerusakan

Lebih terperinci

GAMBARAN DARAH IKAN II (SDP, AF DAN DL)

GAMBARAN DARAH IKAN II (SDP, AF DAN DL) Laporan Praktikum ke-3 Hari/Tanggal : Jumat/ 17 Maret 2017 m.k Manajemen Kesehatan Kelompok : VII Organisme Akuatik Asisten : Niar Suryani GAMBARAN DARAH IKAN II (SDP, AF DAN DL) Disusun oleh: Nuralim

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Darah Gambaran darah merupakan salah satu parameter yang menjadi indikasi adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi (mikroorganisme)

Lebih terperinci

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L.) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Ikan air tawar yang bernilai ekonomis cukup penting ini sudah sangat dikenal luas oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang

Lebih terperinci

Makalah Sistem Hematologi

Makalah Sistem Hematologi Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta KESEHATAN IKAN Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta Penyakit adalah Akumulasi dari fenomena-fenomena abnormalitas yang muncul pada organisme (bentuk tubuh, fungsi organ tubuh, produksi lendir,

Lebih terperinci

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri A 2 lup biakan bakteri padat Inkubasi+shaker (suhu kamar, 18-24 jam) a b b b 0.1 ml 0.1 ml 0.1ml 1:10-1

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Uji Serum (Rapid Test) Pada Ikan Mas Yang Diberikan Pelet Berimunoglobulin-Y Anti KHV Dengan Dosis rendah Ig-Y 5% (w/w) Ikan Mas yang diberikan pelet berimunoglobulin-y anti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. (Cr 3+ ). Faktor suhu menggunakan 2 level suhu media yaitu T i (suhu 20±2

III. METODOLOGI. (Cr 3+ ). Faktor suhu menggunakan 2 level suhu media yaitu T i (suhu 20±2 III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei hingga November 2006 di Laboratorium Kesehatan Ikan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Sintasan Sintasan pada penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yakni setelah 30 hari perlakuan sinbiotik dan setelah uji tantang dengan IMNV selama 12 hari. Nilai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut (Saanin, 1984 dalam Mones, 2008):

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut (Saanin, 1984 dalam Mones, 2008): II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut (Saanin, 1984 dalam Mones, 2008): Kingdom Filum Sub-filum Kelas Ordo Sub-ordo Famili Sub-famili Genus Spesies

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data KKP menunjukkan bahwa produksi ikan mas pada tahun 2010 mencapai 282.695 ton, dengan persentasi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH Allium sativum TERHADAP KETAHANAN TUBUH IKAN MAS Cyprinus carpio YANG DIINFEKSI KOI HERPES VIRUS (KHV)

EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH Allium sativum TERHADAP KETAHANAN TUBUH IKAN MAS Cyprinus carpio YANG DIINFEKSI KOI HERPES VIRUS (KHV) Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 139 150 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 139 EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH Allium sativum TERHADAP

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol 30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam

Lebih terperinci

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FISIOLOGI HEWAN I. April 2008 DARAH DAN SIRKULASI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FISIOLOGI HEWAN I. April 2008 DARAH DAN SIRKULASI FISIOLOGI HEWAN I April 2008 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN DARAH DAN SIRKULASI Darah Darah dan hemolymph, cairan sirkulasi pada sistem sirkulasi terbuka dan tertutup, adalah cairan kompleks berisi banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aeromonas salmonicida 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi A. salmonicida A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak motil, tidak membentuk spora,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4.1 Hasil IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Uji Akut Uji akut dilakukan pada konsentrasi timbal sebesar 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm dan 160 ppm serta perlakuan kontrol negatif. Respon ikan uji terhadap deretan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. 50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tumbuhan uji yang digunakan adalah pegagan dan beluntas. Tumbuhan uji diperoleh dalam bentuk bahan yang sudah dikeringkan. Simplisia pegagan dan beluntas yang diperoleh

Lebih terperinci

IMUNOGENISITAS KOMBINASI VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DAN VITAMIN C PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) ABSTRAK

IMUNOGENISITAS KOMBINASI VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DAN VITAMIN C PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 2 Februari 2015 ISSN: 2302-3600 IMUNOGENISITAS KOMBINASI VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DAN VITAMIN C PADA IKAN MAS (Cyprinus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012).

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani dari ikan mengalami peningkatan pesat di tiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat konsumsi ikan nasional

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda Hasil pengamatan secara mikroskopis yang dilakukan terhadap 90 ekor sampel ikan nila (Oreochromis nilotica),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH Mata Kuliah : Pengembangan Media Pembelajaran Pokok Bahasan : Sistem Peredaran Darah Sasaran : Pemahaman siswa akan materi sistem peredaran darah menjadi lebih baik. Kompetensi

Lebih terperinci

PENGARUH KITOSAN DALAM MENINGKATKAN RESPON IMUN NON-SPESIFIK PADA IKAN PATIN SIAM Pangasius hypophthalmus YANG DI INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila

PENGARUH KITOSAN DALAM MENINGKATKAN RESPON IMUN NON-SPESIFIK PADA IKAN PATIN SIAM Pangasius hypophthalmus YANG DI INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PENGARUH KITOSAN DALAM MENINGKATKAN RESPON IMUN NON-SPESIFIK PADA IKAN PATIN SIAM Pangasius hypophthalmus YANG DI INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat Mencapai

Lebih terperinci

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan Kelangsugan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Nilem Pada penelitian yang dilakukan selama 30 hari pemeliharaan, terjadi kematian 2 ekor ikan dari total 225 ekor ikan yang digunakan.

Lebih terperinci

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN ORGAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus VIKA YUNIAR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN IMMUNOSTIMULAN UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PADA IKAN MAS. Abstrak

PEMANFAATAN IMMUNOSTIMULAN UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PADA IKAN MAS. Abstrak PEMANFAATAN IMMUNOSTIMULAN UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PADA IKAN MAS E. Mudjiutami, Ciptoroso, Z. Zainun, Sumarjo, Rahmat Abstrak Koi Herpes Virus (KHV) merupakan penyakit virus yang menyerang ikan mas

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Identitas Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Cirebon Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Program/Semester : XI IPA/1 Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan tawes (Barbonymus gonionotus) termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai ekonomis yang cukup

Lebih terperinci