Lampiran 1. Hasil Identifikasi Ikan Baung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1. Hasil Identifikasi Ikan Baung"

Transkripsi

1 Lampiran 1. Hasil Identifikasi Ikan Baung 36

2 Lampiran 2. Gambar Sampel yang digunakan Gambar 1. Ikan Baung Gambar 2. Penangkapan ikan baung 37

3 Lampiran 3. Gambar alat-alat yang digunakan Gambar 3. Spektrofotometer Serapan Atom hitachi Z-2000 Gambar 4. Neraca Analitik 38

4 Gambar 5. Belender Gambar 6. Tanur 39

5 Lampiran 4. Bagan Alir Proses Dekstruksi Kering Daging Ikan Baung Dicuci bersih Diblender Sampel yang telah dihaluskan Ditimbang ± 25 gram di dalam krus poioippoppporselin porselen Di panaskan di atas hot plate Diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100 o C dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500 o C dengan interval 25 o C setiap 5 menit Dilakukan selama 42 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator Dilarutkan abu dengan 5 ml HNO 3 (1:1) Dipanaskan diatas hot plate dengan suhu 100ºC selama 30 menit sampai kering Ditanur pada suhu 500ºC selama 1 jam Hasil 40

6 Lampiran 5. Bagan Alir Pembuatan Larutan Sampel Sampel yang telah didekstruksi Filtrat Larutan sampel Dilarutkan dalam 5 ml HNO 3 (1:1) Dipindahkan ke dalam labu tentukur 25 ml Dipindahkan ke dalam labu tentukur 50 ml, Dibilas krus porselin sebanyak tiga kali dengan dibiladibila aqua demineralisata dan dicukupkan dengan aqua demineralisata hingga garis tanda tanda Disaring dengan kertas saring Whatman No.42 Dibuang 5 ml larutan pertama untuk menjenuhkan kertas saring Dimasukkan ke dalam botol Dilakukan analisis kualitatif Dilakukan analisis kuantitatif dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada λ 228,8, 324,7 dan 283,3 nm untuk kadmium, tembaga dan timbal Hasil 41

7 Lampiran 6. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kadmium dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi Kadmium 1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kadmium No Konsentrasi(ng/ml) (X) Absorbansi (Y) 1 0,0000-0, ,0000 0, ,0000 0, ,000 0, ,000 0, ,000 0, Perhitungan Persamaan Garis Regresi Kadmium No. X Y XY X 2 Y ,0000-0, , ,0000 0, ,0000 0, , , ,0000 0, , , ,000 0, , , ,000 0, , , ,000 0, , , X 10 0,00408 Y 0, , , a a 0, b y ax 42

8 0, (0, ) (10) -0, Maka persamaan garis regresinya adalah Y 0, X - 0, Maka koefisien korelasi (r): r r 0,

9 Lampiran 7. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Tembaga dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi Tembaga 1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Tembaga No Konsentrasi(ng/ml) (X) Absorbansi (Y) 1 0,0000-0, ,2500 0, ,5000 0, ,7500 0, ,0000 0, ,2500 0, Perhitungan Persamaan Garis Regresi Tembaga No. X Y XY X 2 Y ,0000-0,0002 0, ,0000 0, ,2500 0,0085 0, ,0625 0, ,5000 0,0166 0,0083 0,2500 0, ,7500 0,0254 0, ,5625 0, ,0000 0,0328 0,0328 1,0000 0, ,2500 0,0403 0, ,5625 0, ,75 X 0,625 0,1234 Y 0,0206 0, ,4375 0, a a 0,03248 b y ax 44

10 0, (0,03246) (0,625) 0,0003 Maka persamaan garis regresinya adalah Y 0,03248 X + 0,0003 Maka koefisien korelasi (r): r r 0,

11 Lampiran 8. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Timbal dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi Timbal 1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Timbal No Konsentrasi(ng/ml) (X) Absorbansi (Y) 1 0,0000 0, ,000 0, ,00 0, ,00 0, ,00 0, ,00 0, Perhitungan Persamaan Garis Regresi Timbal No. X Y XY X 2 Y ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,000 0,0013 0, , ,00 0,0023 0, , ,00 0,0034 0, , ,00 0,0046 0, , ,00 0,0057 1, , X 125 0,0173 Y 0, , , a a 0, b y a x 46

12 0, (0, ) (125) 0, Maka persamaan garis regresinya adalah Y 0, X + 0, Maka koefisien korelasi (r): r r 0,

13 Lampiran 9. Hasil Analisis Kadar Kadmium, Tembaga dan Timbal dalam Sampel 1. Hasil Analisis Kadar Kadmium Sampel No Berat Sampel (g) Absorbansi (A) Konsentrasi (ng/ml) Kadar (mg/kg) Daging 1 25,0864 0, ,0099 Ikan 2 25,0547 0, ,1583 0,0091 Baung 3 25,0763 0, ,2986 0, ,0616 0, ,5971 0, ,0729 0, ,1583 0, ,0751 0, ,5792 0, Hasil Analisis Kadar Tembaga Sampel No Berat Sampel (g) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/kg) Daging 1 25,0864 0,0200 0,6065 0,6044 Ikan 2 25,0547 0,0195 0,5911 0,5898 Baung 3 25,0763 0,0193 0,5849 0, ,0616 0,0191 0,5788 0, ,0729 0,0197 0,5973 0, ,0751 0,0196 0,5942 0, Hasil Analisis Kadar Timbal Sampel No Berat Sampel (g) Absorbansi (A) Konsentrasi (ng/ml) Kadar (mg/kg) Daging 1 25,0864 0, ,32 0,1518 Ikan 2 25,0547 0, ,90 0,1475 Baung 3 25,0763 0, ,33 0, ,0616 0, ,47 0, ,0729 0, ,76 0, ,0751 0, ,62 0,

14 Lampiran 10. Contoh Perhitungan Kadar Kadmium, Tembaga dan Timbal dalam Daging Ikan Baung 1. Contoh Perhitungan Kadar Kadmium dalam Daging Ikan baung Berat sampel yang ditimbang (W) 25,0864 gram Absorbansi (Y) 0,00068 Konsentrasi (X) 10,000 Persamaan Regresi:Y 0, X 0, X 10 ng/ml Konsentrasi Kadmium 10 ng/ml Konsentrasi (ng/ml) x Volume (ml) x Faktor pengenceran Kadar Kadmium Berat Sampel (g) 10 ng/ml x 25 ml x (1) 25,0864 g 9,9 ng/g 0,0099 mg/kg 2. Contoh Perhitungan Kadar Tembaga dalam Daging Ikan Baung Berat sampel yang ditimbang (W) 25,0864 gram Absorbansi (Y) 0,0200 Konsentrasi (X) 0,6076 Persamaan Regresi: Y 0,03248 X + 0,0003 X 0,6065 µg/ml Konsentrasi Tembaga 0,6065 µg/ml Konsentrasi (µg/ml) x Volume (ml) x Faktor pengenceran Kadar Tembaga Berat Sampel (g) 0,6065µg/ml x 25 ml x (1) 25,0864 g 0,6044 µg/g 0,6044 mg/kg 3. Contoh Perhitungan Kadar Timbal dalam Daging Ikan Baung Berat sampel yang ditimbang (W) 25,0864 gram Absorbansi (Y) 0,0035 Konsentrasi (X) 152,32 Persamaan Regresi:Y 0, X + 0, X Konsentrasi Timbal 152,33 ng/ml 152,33 ng/ml 49

15 Konsentrasi (ng/ml) x Volume (ml) x Faktor pengenceran Kadar Timbal Berat Sampel (g) 152,33 ng/ml x 25 ml x (1) 25,0864 g 151,8 ng/g 0,1518 mg/kg Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar kadmium, tembaga dan timbal dengan cara yang sama terhadap semua sampel. 50

16 Lampiran 11. Perhitungan Satatistik Kadar Kadmium, Tembaga dan Timbal dalam Sampel 1. Perhitungan Statistik Kadar Kadmium dalam Daging Ikan Baung No Kadar (mg/kg) 1 0,0099 0, , ,0091-0, , ,0093 0, , ,0086-0, , ,0091-0, , ,0096 0, , Σ 0,0556 0, ,00927 SD Xi - X n , Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α 0,05, n 6, dk (n-1) 5 dari tabel distribusi t diperoleh nilat t tabel 2,5706. Data diterima jika t hitung t tabel t hitung t hitung1 ( Xi X ) SD / n 0, , / 6 0, , ,42782 (Ditolak) t hitung2 0, , ,92496 t hitung3 0, , ,16322 t hitung4 0, , ,64539 (Ditolak) t hitung5 0, , ,

17 t hitung6 0, , ,46206 Data ke-1 dan data ke-4 ditolak, untuk itu perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-1 dan data ke-4 No Kadar (mg/kg) 2 0,0091-0, , ,0093 0, , ,0091-0, , ,0096 0, , ,0371 0, , SD Xi - X n , Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α 0,05, n 4, dk (n-1) 3 dari tabel distribusi t diperoleh nilat t tabel 3,1824. Data diterima jika t hitung t tabel t hitung t hitung2 t hitung3 t hitung5 ( Xi X ) SD / n 0, , / 0, , , , ,2056 1,4389 0, , ,4389 0, t hitung6 2,6723 0, Dari hasil perhitungan di atas didapat semua t hitung < t tabel, maka semua data tersebut diterima. 52

18 Maka kadar kadmium sebenarnya dalam daging ikan baung µ X ± (t (α/2, dk) x SD / n ) 0, ± (3,1824 x 0, / 4) (0, ± 0,000375) mg/kg. 2. Perhitungan Statistik Kadar Tembaga dalam Daging Ikan Baung No Kadar (mg/kg) 1 0,6044 0,014 0, ,5898-0,0006 0, ,5831-0,0073 0, ,5773-0,0131 0, ,5955 0,0051 0, ,5924 0,002 0, Σ 3,5425 0, ,5904 SD Xi - X n ,00095 Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α 0,05, n 6, dk (n-1) 5 dari tabel distribusi t diperoleh nilat t tabel 2,5706. Data diterima jika t hitung t tabel t hitung t hitung1 t hitung2 t hitung3 ( Xi X ) SD / n 0,014 0,00095/ 0,0006 0, ,0073 0, ,1547 1,8824 0,014 0, ,6101 (Ditolak) 53

19 t hitung4 t hitung5 t hitung6 0,0131 0, ,0051 0, ,002 0, ,3780 (Ditolak) 1,3151 0,5157 Data ke-1 dan data ke-4 ditolak, untuk itu perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-1 dan data ke-4 No Kadar (mg/kg) 2 0,5898-0,0004 0, ,5831-0,0071 0, ,5955 0,0053 0, ,5924 0,0022 0, ,3608 0, ,5902 SD Xi - X n , Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α 0,05, n 4, dk (n-1) 3 dari tabel distribusi t diperoleh nilat t tabel 3,1824. Data diterima jika t hitung t tabel t hitung t hitung2 t hitung3 t hitung5 ( Xi X ) SD / n 0,0004 0, / 0,0071 0, ,0053 0, ,2691 2,009 0,0004 0, ,

20 0,0022 t hitung6 0,8339 0, Dari hasil perhitungan di atas didapat semua t hitung < t tabel, maka semua data tersebut diterima Maka kadar tembaga sebenarnya dalam daging ikan baung µ X ± (t (α/2, dk) x SD / n ) 0,5902 ± (3,1824 x 0, / 4) (0,5902 ± 0,008395) mg/kg. 3. Perhitungan Statistik Kadar Timbal dalam Daging Ikan Baung No Kadar (mg/kg) 1 0,1518-0, , ,1475-0, , ,1519-0, , ,1431-0, , ,1563 0, , ,1651 0, , Σ 0,9157 0, ,15262 SD Xi - X n , Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α 0,05, n 6, dk (n-1) 5 dari tabel distribusi t diperoleh nilat t tabel 2,5706. Data diterima jika t hitung t tabel t hitung ( Xi X ) SD / n 55

21 t hitung1 t hitung2 t hitung3 t hitung4 t hitung5 0, , / 0, , , , , , , , ,6489 0,2318 0, , ,0682 (Ditolak) 1,1851 0,2640 0,01248 t hitung6 4,0193 (Ditolak) 0, Data ke-4 dan data ke-6 ditolak, untuk itu perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-4 dan data ke-6. No Kadar (mg/kg) 1 0,1518-0, , ,1475-0, , ,1519-0, , ,1563 0, , ,6075 0, , SD Xi - X n , Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α 0,05, n 4, dk (n-1) 3 dari tabel distribusi t diperoleh nilat t tabel 3,1824. Data diterima jika t hitung t tabel t hitung t hitung1 ( Xi X ) SD / n 0, ,003503/ 4 0, , ,

22 t hitung2 t hitung3 0, , , , ,4352 0,0139 0, t hitung5 2,4631 0, Dari hasil perhitungan di atas didapat semua t hitung < t tabel, maka semua data tersebut diterima Maka kadar timbal sebenarnya dalam daging ikan baung µ X ± (t (α/2, dk) x SD / n ) 0, ± (3,1824 x 0, / 4) (0, ± 0,005717) mg/kg. 57

23 Lampiran 12. Perhitungan Uji Akurasi Kadar Kadmium, Tembaga dan Timbal dalam Sampel 1. Perhitungan uji perolehan kembali kadar kadmium dalam daging ikan baung Berat sampel rata-rata uji recovery 25,0742 g Kadar larutan standar yang ditambahkan (C * A): C * A x ml yang di tambahkan x 1,25 ml 0,00498 µg/ml 1) Berat sampel yang ditimbang (W) 25,0874 gram Absorbansi (Y) 0,00102 Konsentrasi (X) 14,770 Persamaan regresi: Y 0, X 0, X 14,769 ng/ml Konsentrasi Kadmium setelah ditambahkan larutan baku 14,769 ng/ml Kadar Kadmium (ng/g) Konsentrasi (ng/ml) x Volume (ml) x Faktor pengenceran Berat Sampel (g) 14,769 ng/ml x 25 ml x (1) 25,0874 g 14,72 ng/g 0,01472 mg/kg Kadar sampel setelah ditambahkan larutan baku: 0,01472 mg/kg Persamaan regresi: Y 0, X 0, Kadar rata-rata sampel sebelum di tambah larutan baku (C A ) 0, mg/kg 58

24 Kadar rata-rata sampel setelah di tambah larutan baku (C F ) 0,01472 mg/kg Maka % Perolehan Kembali Kadmium C F -C A x 100% C * A 2) Berat sampel yang ditimbang (W) 25,0764 gram Absorbansi (Y) 0,00104 Konsentrasi (X) 15,050 (0, ,009275) mg/kg 0,00498 mg/kg 109,33 % Persamaan regresi: Y 0, X 0, x 100% X 15,050 ng/ml Konsentrasi Kadmium setelah ditambahkan larutan baku 15,050 ng/ml Kadar Kadmium (ng/g) Konsentrasi (ng/ml) x Volume (ml) x Faktor pengenceran Berat Sampel (g) 15,050 ng/ml x 25 ml x (1) 25,0764 g 15,00 ng/g 0,01500 mg/kg Kadar sampel setelah ditambahkan larutan baku: 0,01500 mg/kg Persamaan regresi: Y 0, X 0, Kadar rata-rata sampel sebelum di tambah larutan baku (C A ) 0, mg/kg Kadar rata-rata sampel setelah di tambah larutan baku (C F ) 0,01500 mg/kg Maka % Perolehan Kembali Kadmium C F -C A x 100% C * A (0, ,009275) mg/kg 0,00498 mg/kg 114,96 % x 100% 3) Berat sampel yang ditimbang (W) 25,0589 gram 59

25 Absorbansi (Y) 0,00105 Konsentrasi (X) 15,190 Persamaan regresi: Y 0, X 0, X 15,190 ng/ml Konsentrasi Kadmium setelah ditambahkan larutan baku 15,190 ng/ml Kadar Kadmium (ng/g) Konsentrasi (ng/ml) x Volume (ml) x Faktor pengenceran Berat Sampel (g) 15,190 ng/ml x 25 ml x (1) 25,0874 g 15,15 ng/g 0,01515 mg/kg Kadar sampel setelah ditambahkan larutan baku: 0,01515 mg/kg Persamaan regresi: Y 0, X 0, Kadar rata-rata sampel sebelum di tambah larutan baku (C A ) 0, mg/kg Kadar rata-rata sampel setelah di tambah larutan baku (C F ) 0,01515 mg/kg Maka % Perolehan Kembali Kadmium C F -C A x 100% C * A (0, ,009275) mg/kg 0,00498 mg/kg 117,97 % x 100% 2. Perhitungan uji perolehan kembali kadar tembaga dalam daging ikan baung Berat sampel rata-rata uji recovery 25,0742 g Kadar larutan standar yang ditambahkan (C * A): C * A x ml yang di tambahkan x 1 ml 0,3988 µg/ml 60

26 1) Berat sampel yang ditimbang (W) 25,0874 gram Absorbansi (Y) 0,0322 Konsentrasi (X) 0,9832 Persamaan regresi: Y 0,03248X + 0,0003 X 0,9821 µg/ml Konsentrasi Tembaga setelah ditambahkan larutan baku 0,9821 µg/ml Kadar Tembaga (µg/g) Konsentrasi (µg/ml) x Volume (ml) x Faktor pengenceran Berat Sampel (g) 0,9821µg/ml x 25 ml x (1) 25,0874 g 0,9787 µg/g 0,9787 mg/kg Kadar sampel setelah ditambahkan larutan baku: 0,9787 mg/kg Persamaan regresi: Y 0,03248 X + 0,0003 Kadar rata-rata sampel sebelum di tambah larutan baku (C A ) 0,5902 mg/kg Kadar rata-rata sampel setelah di tambah larutan baku (C F ) 0,9787 mg/kg Maka % Perolehan Kembali Tembaga C F -C A x 100% C * A (0,9787-0,5902) mg/kg 0,3988 mg/kg 97,42 % 2) Berat sampel yang ditimbang (W) 25,0764 gram Absorbansi (Y) 0,0323 Konsentrasi (X) 0,9862 Persamaan regresi: Y 0,03248X + 0,0003 x 100% X 0,9852 µg/ml 61

27 Konsentrasi Tembaga setelah ditambahkan larutan baku 0,9852 mg/ml Kadar Tembaga (µg/g) Konsentrasi (µg/ml) x Volume (ml) x Faktor pengenceran Berat Sampel (g) 0,9852 µg/ml x 25 ml x (1) 25,0874 g 0,9822 µg/g 0,9822 mg/kg Kadar sampel setelah ditambahkan larutan baku: 0,9822 mg/kg Persamaan regresi: Y 0,03248 X + 0,0003 Kadar rata-rata sampel sebelum di tambah larutan baku (C A ) 0,5902 mg/kg Kadar rata-rata sampel setelah di tambah larutan baku (C F ) 0,9822 mg/kg Maka % Perolehan Kembali Tembaga C F -C A x 100% C * A (0,9822-0,5902) mg/kg 0,3988 mg/kg 98,29 % x 100% 3) Berat sampel yang ditimbang (W) 25,0589 gram Absorbansi (Y) 0,0335 Konsentrasi (X) 1,0232 Persamaan regresi: Y 0,03248X + 0,0003 X 1,0198 µg/ml Konsentrasi Tembaga setelah ditambahkan larutan baku 0,9821 µg/ml Kadar Tembaga (µg/g) Konsentrasi (µg/ml) x Volume (ml) x Faktor pengenceran Berat Sampel (g) 1,0198µg/ml x 25 ml x (1) 25,0589 g 1,0198 µg/g 1,0198 mg/kg 62

28 Kadar sampel setelah ditambahkan larutan baku: 1,0198 mg/kg Persamaan regresi: Y 0,03248 X + 0,0003 Kadar rata-rata sampel sebelum di tambah larutan baku (C A ) 0,5902 mg/kg Kadar rata-rata sampel setelah di tambah larutan baku (C F ) 1,0198 mg/kg Maka % Perolehan Kembali Tembaga C F -C A x 100% C * A (1,0198-0,5902) mg/kg 0,3988 mg/kg 107,72 % x 100% 3. Perhitungan uji perolehan kembali kadar timbal dalam daging ikan baung Berat sampel rata-rata uji recovery 25,0742 g Kadar larutan standar yang ditambahkan (C * A): C * A x ml yang di tambahkan x 0,2 ml 0,07976 µg/kg 1) Berat sampel yang ditimbang (W) 25,0874 gram Absorbansi (Y) 0,0052 Konsentrasi (X) 227,64 Persamaan regresi: Y 0, X + 0, X 222,65 ng/ml Konsentrasi Timbal setelah ditambahkan larutan baku 227,65 ng/ml Kadar Timbal (ng/g) Konsentrasi (ng/ml) x Volume (ml) x Faktor pengenceran Berat Sampel (g) 63

29 227,65 ng/ml x 25 ml x (1) 25,0874 g 226,86 ng/ml 0,22686 mg/ml Kadar sampel setelah ditambahkan larutan baku: 0,22686 mg/kg Persamaan regresi: Y 0, X + 0, Kadar rata-rata sampel sebelum di tambah larutan baku (C A ) 0, mg/kg Kadar rata-rata sampel setelah di tambah larutan baku (C F ) 0,22686 mg/kg Maka % Perolehan Kembali Timbal C F -C A x 100% C * A (0, ,151875) mg/kg 0,07976 mg/kg 94,01 % 2) Berat sampel yang ditimbang (W) 25,0764 gram Absorbansi (Y) 0,0055 Konsentrasi (X) 240,93 Persamaan regresi: Y 0, X + 0, x 100% X 240,94 ng/ml Konsentrasi Timbal setelah ditambahkan larutan baku 240,94 ng/ml Kadar Timbal (ng/g) Konsentrasi (ng/ml) Berat Sampel (g) 240,94 ng/ml x 25 ml x (1) 25,0874 g x Volume (ml) x Faktor pengenceran 240,20 ng/g 0,24020 mg/kg Kadar sampel setelah ditambahkan larutan baku: 0,24020 mg/kg Persamaan regresi: Y 0, X + 0, Kadar rata-rata sampel sebelum di tambah larutan baku (C A ) 0, mg/kg 64

30 Kadar rata-rata sampel setelah di tambah larutan baku (C F ) 0,24020 mg/kg Maka % Perolehan Kembali Timbal C F -C A x 100% C * A (0, ,151875) mg/kg 0,07976 mg/kg 110,73 % x 100% 3) Berat sampel yang ditimbang (W) 25,0589 gram Absorbansi (Y) 0,0054 Konsentrasi (X) 236,50 Persamaan regresi: Y 0, X + 0, X 236,51 ng/ml Konsentrasi Timbal setelah ditambahkan larutan baku 236,51 ng/ml Kadar Timbal (ng/g) Konsentrasi (ng/ml) x Volume (ml) x Faktor pengenceran Berat Sampel (g) 236,51ng/ml x 25 ml x (1) 25,0589 g 235,95 ng/g 0,23595 mg/kg Kadar sampel setelah ditambahkan larutan baku: 0,23595 mg/kg Persamaan regresi: Y 0, X + 0, Kadar rata-rata sampel sebelum di tambah larutan baku (C A ) 0, mg/kg Kadar rata-rata sampel setelah di tambah larutan baku (C F ) 0,23595 mg/kg Maka % Perolehan Kembali Timbal C F -C A x 100% C * A (0, ,151875) mg/kg 0,07976 mg/kg 105,41 % x 100% 65

31 Lampiran 13. Perhitungan Uji Presisi Kadar Kadmium, Tembaga dan Timbal dalam Daging Ikan Baung 1. Perhitungan Uji Presisi Kadar Kadmium SD No % Kadar Perolehan Kembali (Xi) (Xi- X ) (Xi- X ) ,33-4,76 22, ,96 0,87 0, ,97 3,88 15, ,26 38,4689 X 114,09 Xi - X n -1 38, ,38 SD RSD x _ 100% X 4,3857 x 100% 114,09 3,84% 2 2. Perhitungan Uji Presisi Kadar Tembaga SD No % Kadar Perolehan Kembali (Xi) (Xi- X ) (Xi- X ) ,42-3,72 13, ,29-2,85 8, ,72 6,58 43, ,43 65,2573 X 101,14 Xi - X n -1 65, ,71 SD RSD x _ 100% X 5,7121 x 100% 101,

32 5,64% 3. Perhitungan Uji Presisi Kadar Timbal SD No % Kadar Perolehan Kembali (Xi) (Xi- X ) (Xi- X ) ,01-9,38 87, ,73 7,34 53, ,41 2,02 4, ,15 145,9404 X 103,39 Xi - X n , ,54 SD RSD x _ 100% X 8,54 x 100% 103,39 8,24% 2 67

33 Lampiran 14. Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) Pada Kadmium, Tembaga dan Timbal 1. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi logam kadmium Y 0, X 0, Slope 0, No SB Konsentrasi (ng/ml) (X) Absorbansi (Y) Yi x10-2 Y-Yi x10-4 (Y-Yi) 2 x ,0000-0, , ,8285 0, ,0000 0, , ,0229 0, ,0000 0, , ,1743 0, ,000 0, , ,1743 0, ,000 0, , ,0771 0, ,000 0, , ,0286 0, ,000 0, , Y Yi n 2 0, x ,34298 x x SB Batas deteksi (LOD) slope 3 x 0, , ,8277 ng/ml 10 x SB Batas kuantitasi (LOQ) slope 10 x 0, , ,09235 ng/ml 68

34 2. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi logam tembaga Y 0,03248 X + 0,0003 Slope 0,03248 No Konsentrasi (µg/ml) X Absorbansi Y Yi Y-Yi (Y-Yi) 2 1 0,0000-0,0002 0,0003-0,0005 0, ,2500 0,0085 0, , , ,5000 0,0166 0, , , ,7500 0,0254 0, , , ,0000 0,0328 0, , , ,2500 0,0403 0,0409-0,0006 0, ,7500 0, SB Y Yi n 2 0, , x SB Batas deteksi (LOD) slope 3 x 0, , ,0499 µg/ml 10 x SB Batas kuantitasi (LOQ) slope 10 x 0, , ,1664 µg/ml 69

35 3. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi logam timbal Y 0, X + 0, Slope 0, No Konsentrasi (ng/ml) X Absorbansi Y Yi x 10-2 Y-Yi x 10-3 (Y-Yi) 2 x ,0000 0,0000 0, , , ,000 0,0013 0, , , ,00 0,0023 0, , , ,00 0,0034 0, , , ,00 0,0046 0, , , ,00 0,0057 0, , , ,00 0, SB Y Yi n 2 0, ,9008 x x SB Batas deteksi (LOD) slope 3 x 0, , ,1721 ng/ml 10 x SB Batas kuantitasi (LOQ) slope 10 x 0, , ,1433 ng/ml 70

36 Lampiran 15. Hasil Analisis Kadar Kadmium, Tembaga dan Timbal Setelah Penambahan Masing-masing Larutan Standar pada Sampel 1. Hasil Analisis Kadar Kadmium setelah ditambahkan larutan Standar Kadmium Sampel Daging Ikan Baung Berat Sampel (g) Fp Absorbasi (A) Konsentrasi (ng/ml) Kadar C f (mg/kg) % Perolehan Kembali 25, , ,770 0, ,33 25,0764 0, ,050 0, ,96 25,0589 0, ,190 0, ,97 2. Hasil Analisis Kadar Tembaga setelah ditambahkan larutan Standar Tembaga Sampel Daging Ikan Baung Berat Sampel (g) Fp Absorbasi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar C f (mg/kg) % Perolehan Kembali 25, ,0322 0,9832 0, ,42 25,0764 0,0323 0,9862 0, ,29 25,0589 0,0335 1,0232 1, ,72 3. Hasil Analisis Kadar Timbal setelah ditambahkan larutan Standar Timbal Sampel Daging Ikan Baung Berat Sampel (g) Fp Absorbasi (A) Konsentrasi (ng/ml) Kadar C f (mg/kg) % Perolehan Kembali 25, , ,64 0, ,01 25,0764 0, ,93 0, ,73 25,0589 0, ,50 0, ,41 71

37 Lampiran 16. Tabel Distribusi t 72

Kentang (Solanum tuberosum L.)

Kentang (Solanum tuberosum L.) Gambar 1. Kentang (Solanum tuberosum L.) Kentang (Solanum tuberosum L.) Gambar. Tanaman Kentang Tanaman Kentang Gambar 3. Hasil Analisis Kualitatif Timbal dan Kadmium Kadmium Timbal Hasil Analisa Kualitatif

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.)

Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.) Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.) 93 Lampiran. Identifikasi Tumbuhan 94 Lampiran 3. Bagan Alir Proses Pembuatan Larutan Sampel Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.) sebanyak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Sampel

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Sampel Lampiran 1. Hasil Identifikasi Sampel 50 Lampiran 2. Sampel yang digunakan Gambar 2. Daun Kumis Kucing Segar Gambar 3. Jamu Daun Kumis Kucing 51 Lampiran 3. Bagan Alir Proses Destruksi Kering Daun Kumis

Lebih terperinci

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

Gambar sekam padi setelah dihaluskan Lampiran 1. Gambar sekam padi Gambar sekam padi Gambar sekam padi setelah dihaluskan Lampiran. Adsorben sekam padi yang diabukan pada suhu suhu 500 0 C selama 5 jam dan 15 jam Gambar Sekam Padi Setelah

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015 BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Tempat danwaktupenelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Januari-April 2015 2.2Bahan-bahan 2.2.1 Sampel Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm No Menit ke- Absorbansi 1 4 0,430 5 0,431 3 6 0,433 4 7 0,434 5 8 0,435 6 9 0,436 7 10 0,437 8 11 0,438 9 1 0,439

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang. Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan. Gambar 5. Air Minum Isi Ulang

Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang. Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan. Gambar 5. Air Minum Isi Ulang Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan Gambar 5. Air Minum Isi Ulang Lampiran. Hasil Analisis Kualitatif Kalsium, Magnesium dan Timbal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel Mata air yang terletak di Gunung Sitember Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat 48 Air minum yang dialirkan menggunakan pipa besi Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

Gambar 2. Daun Tempuyung

Gambar 2. Daun Tempuyung Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Tanaman Daun Tempuyung Gambar. Daun Tempuyung 41 Lampiran 1. (Lanjutan) Gambar 3 Kapsul Ekstrak Tempuyung Gambar 4. Kemasan Kapsul 4 Lampiran 1. (Lanjutan) Gambar 5.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Gambar 6. Sayur Sawi yang dijadikan Sampel Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri a. Penetapan Bobot Tetap Cawan Kosong Dengan pernyataan bobot

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Cacing Tanah Megascolex sp. Gambar 2. Cacing Tanah Fridericia sp. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Cacing Tanah Megascolex sp. Gambar 2. Cacing Tanah Fridericia sp. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar Sampel Gambar 1. Cacing Tanah Megascolex sp. Gambar 2. Cacing Tanah Fridericia sp. Lampiran 2. Hasil Analisis Kualitatif Mineral Fosfor Gambar 3. Hasil Analisis Kualitatif dengan

Lebih terperinci

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan Lampiran 1. Flowsheet Destruksi Basah Sampel yang telah dihomogenkan Ditimbang 5 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 5 ml Didiamkan selama 4 jam Sampel + HNO 3 (p) Larutan Sampel Hasil Dipanaskan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penyiapan sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Medan pada bulan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Produk bubur bayi yang dijadikan sampel. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Produk bubur bayi yang dijadikan sampel. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar Sampel Gambar 1. Produk bubur bayi yang dijadikan sampel 35 Lampiran. Hasil Analisis Kualitatif Mineral Kalsium dan Besi Gambar. Gambar Kristal Kalsium Sulfat (Perbesaran 10x10) Gambar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Lokasi Pengambilan Sampel

Lampiran 1. Gambar Lokasi Pengambilan Sampel Lampiran 1. Gambar Lokasi Pengambilan Gambar 1. Gambar Depot Air Minum Isi Ulang Gambar.Gambar Depot Air Minum Isi Ulang Teknik Reverse Osmosis Gambar 3. Gambar air minum reverse osmosis dalam kemasan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Bobot Jenis Sampel. 1. Kalibrasi Piknometer. Piknometer Kosong = 15,302 g. Piknometer berisi Aquadest Panas.

Lampiran 1. Perhitungan Bobot Jenis Sampel. 1. Kalibrasi Piknometer. Piknometer Kosong = 15,302 g. Piknometer berisi Aquadest Panas. Lampiran 1. Perhitungan Bobot Jenis Sampel 1. Kalibrasi Piknometer Piknometer Kosong = 15,30 g Piknometer berisi Aquadest Panas NO Aquadest Panas 1 5,330 5,37 3 5,38 4 5,35 5 5,39 6 5,3 Jumlah Rata-rata

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sampel Pulna Forte Tablet

Lampiran 1. Sampel Pulna Forte Tablet Lampiran 1. Sampel Pulna Forte Tablet 50 Lampiran 2. Komposisi Tablet Pulna Forte Daftar Spesifikasi Sampel 1. Pulna Forte No. Reg : DKL 0319609209A1 ExpireDate :Agustus 2017 Komposisi : Ethambutol HCL...

Lebih terperinci

a = r = Y = 0,3538 X =2 Y = a X + b Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi Besi No. X Y XY X 2 Y 2 0,0 0,00 0,0000 0,0000 0,000 0,0992 0,5670 0,315

a = r = Y = 0,3538 X =2 Y = a X + b Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi Besi No. X Y XY X 2 Y 2 0,0 0,00 0,0000 0,0000 0,000 0,0992 0,5670 0,315 Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi Besi No. X Y XY X Y 1. 0,0 0,000 0,0000 0,00 0,0000. 1,8 0,315 0,5670 3,4 0,099 3.,1 0,369 0,7749 4,41 0,136 4.,4 0,46 1,04 5,76 0,1815 5.,7 0,478 1,906 7,9 0,85

Lebih terperinci

Lampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H

Lampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H Lampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H Gambar 1 Krim merek Klorfeson Gambar 2 Krim merek Chloramfecort-H 48 Lampiran 2. Komposisi krim Klorfeson dan Chloramfecort-H Daftar Spesifikasi krim 1. Klorfeson

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet Lampiran. Gambar Cibet (Orthetrum sp.) dan Capung (Orthetrum Sabina) sp.) (Orthetrum sabina) Capung Lampiran 3. Data Pembakuan Larutan NaOH 0,1 N Rumus normalitas larutan

Lebih terperinci

Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml

Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml Lampiran 1. Spektrum Serapan Penentuan Panjang Gelombang Analisis Spektrum serapan derivat kedua deksametason 5 mcg/ml Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml 45 Lampiran 1. (lanjutan)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sediaan tablet Celestamin, Ocuson, dan Polacel : DKL A1. Expire Date : September 2015

Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sediaan tablet Celestamin, Ocuson, dan Polacel : DKL A1. Expire Date : September 2015 Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sediaan tablet Celestamin, Ocuson, dan Polacel 1. Celestamin (Schering-plough) No. Reg : DKL 9106604510A1 Expire Date : September 2015 Komposisi : Betametason... 0,25 mg

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm. Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I)

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm. Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I) Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I) 500 ppm 500 mcg/ml Berat Natrium tetraboraks yang ditimbang 500 mcg / ml

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

Lampiran 1. Gambar Krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Lampiran 1. Gambar Krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Gambar 1. Gambar krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol 48 Lampiran 2. Komposisi krim merek X Contoh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Pseudoefedrin HCl BPFI

Lampiran 1. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Pseudoefedrin HCl BPFI Lampiran 1. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Pseudoefedrin HCl BPFI Lampiran. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Triprolidin HCl BPFI Lampiran 3. Kurva Serapan Penentuan Panjang Gelombang Analisis

Lebih terperinci

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50) Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Kloramfenikol Baku untuk Menentukan Perbandingan Fase Gerak yang Optimum Perbandingan fase gerak metanol-air (40:60) Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50) Perbandingan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Pengukuran Waktu Kerja Larutan Kuning Metanil

Lampiran 1. Data Pengukuran Waktu Kerja Larutan Kuning Metanil Lampiran 1. Data Pengukuran Waktu Kerja Larutan Kuning Metanil No. Menit ke- Serapan (A) 1 10 0,432 2 11 0,432 3 12 0,433 4 13 0,432 5 14 0,433 6 15 0,432 7 16 0,433 8 17 0,435 9 18 0,435 10 19 0,435 11

Lebih terperinci

massa = 2,296 gram Volume = gram BE Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pereaksi ml Natrium Fosfat 28 mm massa 1 M = massa 0,028 =

massa = 2,296 gram Volume = gram BE Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pereaksi ml Natrium Fosfat 28 mm massa 1 M = massa 0,028 = Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pereaksi 1. 500 ml Natrium Fosfat 28 mm M massa 1 x Mr V(liter) 0,028 massa 1 x 164 0, 5 massa 2,296 gram 2. 500 ml Amonium Molibdat 4 mm M massa 1 x Mr V(liter) massa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul

Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul 43 Lampiran 2. Komposisi Neo Antidorin Kapsul Setiap kapsul mengandung:

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sampel yang Digunakan. Gambar 4. Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris). Gambar 5. Ikan Kepala Batu (Pranesus duodecimalis)

Lampiran 1. Sampel yang Digunakan. Gambar 4. Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris). Gambar 5. Ikan Kepala Batu (Pranesus duodecimalis) Lampiran 1. Sampel yang Digunakan Gambar. Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris). Gambar 5. Ikan Kepala Batu (Pranesus duodecimalis) Lampiran.Bagan Alir Proses Destruksi Basah. Sampel yang sudah dihaluskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Alat-alat gelas pyrex - Pipet volume pyrex - Hot Plate Fisons - Oven Fisher - Botol akuades - Corong - Spatula

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran. Konsentrasi untuk pengukuran panjang gelombang digunakan 12 µg/ml

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran. Konsentrasi untuk pengukuran panjang gelombang digunakan 12 µg/ml Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran Diketahui: Nilai Absorptivitas spesifik (A 1 1 = 351b) λ= 276 nm Tebal sel (b) = 1 cm A = A 1 1 x b x c c = c = c = 0,001237 g/100ml c = 12,37 µg/ml Konsentrasi

Lebih terperinci

Jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal = 17 cm = 0,9235 = 0,9058 = 0,8529. Harga Rf untuk sampel VIII + baku pembanding = = 0,8588

Jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal = 17 cm = 0,9235 = 0,9058 = 0,8529. Harga Rf untuk sampel VIII + baku pembanding = = 0,8588 Lampiran 1. Contoh Perhitungan Harga Rf Harga Rf = jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik asal jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal Jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 33 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Kimia Bahan Makanan Fakultas Farmasi USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories. 3.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos. Konsentrasi 1665,5 mcg/ml sebagai Larutan Baku I (LB1)

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos. Konsentrasi 1665,5 mcg/ml sebagai Larutan Baku I (LB1) Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos Kadar baku Profenofos = 98,% Berat Profenofos yang ditimbang = 4,4 mg Volume larutan = 5 ml Konsentrasi Profenofos 98,% = 4,4mg 98, 6 10 mcg =

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pelarut HCl 0,1 N

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pelarut HCl 0,1 N Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pelarut HCl 0,1 N HCl pekat = 37% ~ 12 N V 1 x N 1 = V 2 x N 2 V 1 x 12 N = 1000 ml x 0,1 N V 1 = 1000 ml x 0,1 N 12 N = 8,3 ml = 8,5 ml Lampiran 2. Bagan Alir Prosedur

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data kalibrasi kalsium dengan Spektrofotometer Serapan Atom. dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r).

Lampiran 1. Data kalibrasi kalsium dengan Spektrofotometer Serapan Atom. dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r). Lampiran 1. Data kalibrasi kalsium dengan Spektrofotometer Serapan Atom dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r). NO Konsentrasi (mcg/ml) Absorbansi 1 0,0000 0,0013 2 1,0000 0,0688

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) , ,14 3.

Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) , ,14 3. Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) 1. 1000 5,1. 1003 5,14 3. 101 5, Normalitas NaOH Berat Kalium Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) Berat Ekivalen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), jalan Tangkuban Perahu No. 157 Lembang, Bandung. 3.2.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kurva Absorbansi Maksimum Kalsium

Lampiran 1. Kurva Absorbansi Maksimum Kalsium Lampiran 1. Kurva Absorbansi Maksimum Kalsium Lampiran. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Kalsium No. Konsentrasi (mcg/ml) (X) Absorbansi (Y) XY X Y 1.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

Gambar 2. Sampel B Sirup Kering

Gambar 2. Sampel B Sirup Kering Lampiran 1. Gambar Sampel A dan B Sirup Kering 1. Sampel A 2. Sampel B Gambar 1. Sampel A Sirup Kering Gambar 2. Sampel B Sirup Kering 53 Lampiran 2. Komposisi Sirup Kering Claneksi dan Clavamox DaftarSpesifikasiSampel

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), jalan Tangkuban Perahu No. 157 Lembang, Bandung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan logam Timbal pada kerupuk rambak dengan menggunakan alat Spektrofotometer serapan atom Perkin Elmer 5100 PC. A.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet Gambar 1.TabletPritacort Lampiran 2. Komposisi Tablet Pritacort Daftar spesifikasi sampel Nama sampel : Pritacort No. Reg : DKL9730904510A1 Tanggal Kadaluarsa : Mei 2017

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 36 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Kromatogram penyuntikan larutan Naa Siklamat ph dapar fosfat yang optimum pada analisis untuk mencari Dapar fosfat ph 4,5 dengan perbandingan fase gerak dapar fosfat : methanol (70:30) dan

Lebih terperinci

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Deksklorfeniramin maleat Baku untuk Mencari Perbandingan Fase Gerak larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M - Metanol yang Optimal untuk Analisis. A Perbandingan fase

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. 3.2 Alat-alat Alat alat yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel Buah Petai Padi dan Buah Petai Papan

Lampiran 1. Gambar Sampel Buah Petai Padi dan Buah Petai Papan Lampran 1. Gambar Sampel Buah Peta Pad dan Buah Peta Papan a. Gambar Buah Peta Pad b. Gambar Buah Peta Papan Lampran. Flowsheet Destruks Kerng Buah Peta Buah Peta Dblender Sampel yang telah dhaluskan Dtmbang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Plumbum (Pb)

Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Plumbum (Pb) Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Plumbum (Pb) No. 1.. 3. 4.. 6. Konsentrasi (mcg/l) 0 0 100 00 300 400 Absorbansi (A) 0,007 0,171 0,94 0,1 0,7369 0,9317 Lampiran. Contoh Perhitungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan asam klorida pekat 37% (Merck KG aa), akuadestilata, sampel hand body lotion, standar

Lebih terperinci

No Nama RT Area k Asym N (USP)

No Nama RT Area k Asym N (USP) Lampiran 1. Hasil kromatogram Penyuntikan Propranolol HCl Baku untuk Mencari Perbandingan Fase Gerak Metanol-Air dan Laju Alir yang Optimal untuk Analisis. 1 Propranolol HCl 3.1 24823 359.7 2.32* 1410*

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 24 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 3. Bahan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Diblender Halus. Supernatan. Dikeringkan diatas penangas air. Ditambahkan sedikit H2S04 (P) Ditambahkan metanol Dibakar

Diblender Halus. Supernatan. Dikeringkan diatas penangas air. Ditambahkan sedikit H2S04 (P) Ditambahkan metanol Dibakar Lampiran 1. Diagram analisis pemeriksaan kualitatif boraks dalam bakso secara sentrifugasi 10 gram Bakso Air Panas Diblender Halus Supernatan Dimasukkan kedalam sentrifgasi Hidupkan Alat selama menit dengan

Lebih terperinci

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA DETERMINATION OF COPPER CONTENT IN MEATBALLS AND BEEF BURGERS DISTRIBUTED IN SURAKARTA Endang Sri Rejeki 1)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar alat KCKT dan syringe 100 µl

Lampiran 1. Gambar alat KCKT dan syringe 100 µl Lampiran 1. Gambar alat KCKT dan syringe 100 µl Gambar 10. Alat KCKT (Shimadzu) Gambar 11. Syringe 100 µl (SGE) Lampiran 2. Gambar Sonifikator (Branson 1510) dan Penyaring Gambar. 12. Sonifikator (Branson

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN PERSAMAAN GARIS REGRESI DARI KURVA LARUTAN STANDAR Cu. Tabel 7. Perhitungan mencari persamaan garis regresi larutan standar Cu

PENENTUAN PERSAMAAN GARIS REGRESI DARI KURVA LARUTAN STANDAR Cu. Tabel 7. Perhitungan mencari persamaan garis regresi larutan standar Cu LAMPIRAN LAMPIRAN 1 PENENTUAN PERSAMAAN GARIS REGRESI DARI KURVA LARUTAN STANDAR Cu Tabel 7. Perhitungan mencari persamaan garis regresi larutan standar Cu No X Y X 2 Y 2 XY 1 0,05 0,0009 0,0025 0,00000081

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging. III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang mengarah pada pengembangan metode dengan tujuan mengembangkan spektrofotometri ultraviolet secara adisi standar

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Validasi merupakan proses penilaian terhadap parameter analitik tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi syarat sesuai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM FENTI FATMAWATI 1,, AYUMULIA 2 1 Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. email: fenti.fatmawati@stfb.ac.id.

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo. 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1.1 Lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pengambilan sampel dilakukan di TPA Tanjung Kramat, selanjutnya pemeriksaan dan analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah asam klorida pekat 37% (Merck KG, aa), sampel krim, metil paraben pa (Brataco), dan propil paraben

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALYSIS OF LEAD, COPPER, AND ZINC IN FRESH COW S MILKS COMMERCIAL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Spektrofotometer UV-visibel (Genesys 10), cawan conway dengan penutupnya, pipet ukur, termometer, neraca analitik elektrik C-200D (Inaba Susakusho),

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT

ABSTRAK ABSTRACT 29 Analisis Cd Pada Sediaan EyeShadow Dari Pasar Kiaracondong Bandung Analysis of Cadmiumon on EyeShadow Derived From Kiaracondong Market Bandung Fenti Fatmawati 1,, Ayumulia 2 1 Program Studi Farmasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat yang digunakan ; a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu c. Lampu katoda Fe dan

Lebih terperinci

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati Lampiran 1. Flow Sheet Pembuatan Pati Kentang Kentang Residu Filtrat Ditimbang ± 10 kg Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong Diblender hingga halus Disaring dan diperas menggunakan kain putih yang bersih

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di daerah tersebut banyak terdapat penjual jajanan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penentuan Linieritas Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan dengan cara membuat kurva hubungan antara absorbansi pada sumbu y dan konsentrasi

Lebih terperinci

Gambar 1. Alat kromatografi gas

Gambar 1. Alat kromatografi gas 68 A B Gambar 1. Alat kromatografi gas Keterangan: A. Unit utama B. Sistem kontrol 69 Gambar 2. Kromatogram larutan standar DHA 1552,5 µg/g Kondisi: Kolom kapiler VB-wax (60 m x 0,32 mm x 0,25 µm), fase

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci