TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SECARA ONLINE DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH KOTA SEMARANG III

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SECARA ONLINE DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH KOTA SEMARANG III"

Transkripsi

1 TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SECARA ONLINE DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH KOTA SEMARANG III KERTAS KARYA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi D3 Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Disusun oleh : Nama : Christina Kurniadewi Nim : FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI D3 PERPAJAKAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2008

2 HALAMAN PERSETUJUAN KERTAS KARYA Nama : Christina Kurniadewi NIM : Fakultas Jurusan : Ekonomi : D3 Perpajakan Judul : TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SECARA ONLINE DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH KOTA SEMARANG III Disetujui di Semarang, 17 Juni 2008 Pembimbing (Drs. Iwan Soekasno) ii

3 HALAMAN PENGESAHAN KERTAS KARYA KERTAS KARYA DENGAN JUDUL : TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SECARA ONLINE DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH KOTA SEMARANG III Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Nama : Christina Kurniadewi NIM : Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal, 11 Juli 2008 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah persyaratan untuk mencapai gelar Ahli Madya Perpajakan. Pembimbing, Koordinator Penguji, (Drs. Iwan Soekasno) (Agnes Arie Mientarry C. SE,Akt) Dekan Fakultas Ekonomi (Drs. Sentot Suciarto A. MP. Ph.D) iii

4 HALAMAN KEASLIAN KERTAS KARYA Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Christina Kurniadewi NIM : Fakultas Program Studi : Ekonomi : D3 Perpajakan Menyatakan bahwa Kertas Karya ini adalah hasil karya sendiri. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya plagiasi, manipulasi, dan atau bentuk kecurangan lainnya, saya bersedia menerima sanksi dalam bentuk apapun dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Semarang, 15 Juli 2008 Christina Kurniadewi iv

5 MOTTO. Kiranya diberikannya kepadamu apa yang kau kehendaki dan dijadikannya berhasil apa yang kau rancangkan. (Mazmur 20 : 5) Jangan menghabiskan waktu untuk khwatir, lihat saja bagaimana semuanya berjalan sebelum merusak satu hari karna khawatir. (NN) Saat ini, kita tidak selalu mengerti mengapa hal-hal ini terjadi, tapi kalau kita mengingatnya lagi kelak, kita akan mengetahui keuntungannya. (NN) Maka Kamu Bernyanyilah dan Bersoraklah Bagi Dia. Karena, dari Dia Kita memperoleh ketenangan dan membawa kemenangan. (Yohanna Novita Maharani) v

6 PERSEMBAHAN Karya ini dipersembahkan kepada : - Jesus Christ My Lord. Semangatku hanya darimu. - Kedua Orangtuaku yang penuh kasih sayang untuk mendidik Anaknya yang hebat, penuh semangat, n yang selalu memberi dukungan dalam segala hal dan Doa - My brother n My sister Andi & Retz2, Mo2, Ditha-Dithol & Noel Oel, Vita-vithol - Luphly-Qu Rikky thank 4 all sampe ga bisa ucapin atu-atu coz buanyak buangetz bantuan yang udah dikasih.. 2gether n 4ever.. - Kuriwi (Kura2 Ri_Q & D_We) yang nakal - Sahabat-sahabatQu yang keren abiz!!!! sisil, winaz, yuni, sukma, jojo, aming, apitz atas semangat, motivasi dan doa - Almamater vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan yesus Kristus yang telah memberikan karunia dan kasih-nya serta dorongan semangat dan keinginan yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan kertas karya dengan judul TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SECARA ONLINE DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH KOTA SEMARANG III sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi diploma 3 Perpajakan pada Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. My Lord Jesus Christ, yang selalu memberkati dan memberikan keberuntungan di setiap langkah penulis. 2. Bapak A. Sentot Suciarto, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata. 3. Ibu Eny Trimeiningrum, SE, MSi. selaku Ketua Program Studi D3 Perpajakan. 4. Ibu Agnes Arie Mientarry Christie, SE, Akt. Selaku Dosen Wali untuk Jurusan Pepajakan Angkatan Bapak Drs. Iwan Soekasno, selaku Dosen Pembimbing Kertas Karya, terima kasih atas bimbingan, dukungan, dan semua bantuan yang telah diberikan saat proses penyelesaian Kertas Karya ini. vii

8 6. Ibu Agnes dan Ibu Eny selaku Dosen Penguji atas masukan dan keputusannya yang sangat berharga. 7. Mbak Vivin selaku pegawai Pengajaran Program Studi Diploma 3 Perpajakan, yang telah membantu penulis dalam segala urusan perkuliahan. 8. Untuk semua Dosen yang mengajar di D3 Perpajakan atas semua ilmu yang telah diberikan. 9. Bapak Sartono dan Ibu Suprapti yang telah membantu dalam proses mendapatkan surat survei penelitian. 10. Bapak Drs. Kusdijanto BW, MM selaku kepala Dipenda Provinsi Jawa Tengah dan Bapak Kristono, SH, M.Hum selaku Pembina Tk. I yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan survei di UPPD Kota Semarang III. 11. Seluruh Staf karyawan di UPPD/SAMSAT Kota Semarang III yang telah membantu penulis dalam proses penelitian. 12. Semua pihak yang telah ikut membantu, serta doa buat penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih GOD BLESS YOU. Dengan menyadari bahwa Kertas Karya ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharap masukan guna perbaikan karya selanjutnya dan semoga Kertas Karya ini dapat sangat berguna bagi pembaca sekalian. Terima kasih. Semarang, 15 Juli 2008 Penyusun Christina Kurniadewi viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN KERTAS KARYA... i ii HALAMAN PENGESAHAN KERTAS KARTA... iii HALAMAN KEASLIAN KERTAS KARYA... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii ABSTRAKSI... xiv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Sistematika Penulisan... 5 ix

10 BAB II LANDASAN TEORI Penjelasan Umum Perpajakan Unsur-Unsur Pengertian Pajak Fungsi Pajak Pengelompokan Pajak Pajak Daerah Jenis-Jenis Pajak Daerah Tarif Pajak Daerah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Landasan Hukum Pemungutan PKB Objek Pajak Kendaraan Bermotor Subjek Pajak kendaraan Bermotor Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Pajak Kendaraan Bermotor Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Dasar Hukum BBNKB Objek BBNKB Subjek BBNKB Dasar Pengenaan BBNKB Tarif BBNKB Perhitungan BBNKB x

11 BAB III GAMBARAN UMUM Sejarah Berdirinya DIPENDA Tingkat I Jawa Tengah Lokasi dan Wilayah Kerja Struktur Organisasi BAB IV PEMBAHASAN Tata Cara Pembayaran PKB Secara Online Di Kantor UPPD Kota Semarang III Cara Penghitungan Pajak Kendaraan Bermotor Realisasi Penerimaan PKB Hambatan Dalam Pembayaran PKB Dan Cara Mengatasinya BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel 1 Target dan Realisasi Penerimaan PKB Tahun 2005 s/d xii

13 DAFTAR LAMPIRAN 1. Rekapitulasi Target dan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Tengah UPPD Kota Semarang III Tahun 2005 s/d Kartu Bimbingan Kertas Karya 3. Surat Keterangan Penelitian / Survei 4. Surat Pendaftaran dan Pendataan Kendaraan Bermotor (SPPKB) 5. Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Buku Pemilik Nomor Kendaraan Bermotor (BPKB) 6. Kartu Tanda Penduduk (KTP) xiii

14 ABSTRAKSI Pajak daerah merupakan pungutan yang dikenakan terhadap seluruh rakyat di suatu daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah, daerah dipacu untuk dapat berkreasi dalam mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah. Salah satu pengenaan objek pajak daerah dari tingkat propinsi adalah Pajak Kendaraan Bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor dipandang mempunyai potensi untuk meningkatkan pendapatan Asli Daerah dari tahun ke tahun. Untuk itu perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan publik. Strategi yang dipilih diantaranya adalah mendekatkan tempat pelayanan kepada wajib pajak dan peningkatan kualitas pelayanan yang makin mudah, cepat dan transparan dengan memanfaatkan teknologi informasi. UPPD/SAMSAT Kota Semarang III melayani pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor secara online Memproses. Dengan adanya pembayaran secara online sangat berpengaruh pada Target dan Realisasi Penerimaan di UPPD/SAMSAT kota Semarang III karna dari tahun 2006 ke tahun 2007 mengalami kenaikan dari 101,49 % menjadi 102,54 %. Namun pada tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami penurunan karna adanya hambatan-hambatan selama proses proses pembayaran. Dengan adanya hambatan yang ada UPPD/SAMSAT Kota Semarang III mempunyai cara mengatasi hambatan yang ada dan lebih meningkatkan kinerja yang efektif dan terukur yang muara akhir adalah terwujudnya pelayanan prima untuk kepuasan masyarakat guna peningkatan Pendapatan Asli Daerah. xiv

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu pendapatan terbesar dan sangat potensial di Indonesia, melalui pajak tersebut pemerintah mampu menopang biayabiaya yang dikeluarkan dalam rangka pembangunan nasional. Dari pajak itu juga dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menyediakan berbagai macam fasilitas umum yang berguna bagi kesejahteraan masyarakat, yang meliputi fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas keamanan, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa masalah dana sering jadi penghambat dalam melaksanakan pembangunan, untuk itu perlu suatu upaya dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berkesinambungan yaitu dengan meningkatkan sumber dana dari sektor pajak. Salah satu pengenaan pajak di Indonesia selain pajak negara terdapat juga pajak daerah. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan secara langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah, daerah dipacu untuk dapat berkreasi dalam mencari sumber penerimaan daerah yang dapat 1

16 mendukung pembiayaan pengeluaran daerah. Salah satu sumber pendapatan daerah dari tingkat propinsi terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Sedangkan dari tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C dan Pajak Parkir. Pajak Kendaraan Bermotor merupakan penerimaan daerah dengan sistem bagi hasil antara pemerintah daerah dengan Kabupaten/Kota. Pembagian bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor paling banyak 70% menjadi bagian Pemerintah Daerah dan paling sedikit 30% menjadi bagian Kabupaten/kota. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor merupakan penerimaan daerah yang setiap tahun harus dicantumkan dalam realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penerimaan pendapatan daerah yang berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor diharapkan menjadi salah satu sumber penerimaan daerah, serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di jaman modern seperti sekarang ini masyarakat memiliki tingkat rutinitas yang sangat padat untuk itu Samsat senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan publik dari waktu ke waktu. Strategi yang dipilih diantaranya adalah mendekatkan tempat pelayanan kepada WP dan peningkatan kualitas pelayanan yang makin mudah, cepat, dan transparan dengan memanfaatkan teknologi informasi. 2

17 Dalam menjalankan tugasnya kantor Unit Pelayanan Pendapatan Daerah (UPPD) kota Semarang III melakukan berbagai terobosan dalam upaya peningkatan pelayanan kantor Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap (SAMSAT) yang secara global mendapat dukungan dari Direktorat Lalu Lintas dan PT Jasa Raharja (persero), sehingga seluruh langkah-langkah yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Berbagai program inovasi peningkatan pelayanan antara lain adalah adanya kartu antrian eletronik dalam setiap Kantor SAMSAT, SMS 7070, SMS 1717, pembayaran lewat perbankan, pelaksanaan sistem On Line se Jawa Tengah, ditambahnya kantor SAMSAT Pembantu, menempatkan loket pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor serta pengesahan STNK di sentra perbelanjaan atau Mall dan dioperasionalkannya SAMSAT Keliling Berdasarkan latar belakang tersebut penulis membuat Kertas Karya dengan judul TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SECARA ONLINE DI UNIT PELAYANAN PENDAPATAN DAERAH KOTA SEMARANG III. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tata cara pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Kota Semarang III secara online beserta tata cara perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor? 3

18 2. Bagaimana realisasi penerimaan daerah atas Pajak Kendaraan Bermotor di Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Kota Semarang III? 3. Apa saja hambatan yang ditemukan dalam pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor dan cara mengatasinya? 1.3 Batasan Masalah Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor ada tiga cara, yaitu Online Diproses contoh objek kendaraan bermotor Samsat Kota Semarang I diproses di Samsat Kota Semarang I. Online Memproses contoh Samsat Kota Semarang I memproses potnsi objek kendaraan bermotor Samsat Kabupaten Pati. Via Bank, pembayaran dilakukan di Bank BRI dan Bank BPD seluruh Jawa Tengah. Agar penulisan dan pembahasan masalah akan lebih jelas dan terarah, maka penulis membatasi masalah pada salah satu jenis Objek Pajak yaitu Pajak Kendaraan Bermotor pada pembayaran sistem Online Memproses. 1.4 Tujuan Penulisan Tujuan yang hendak dicapai penulis dalam Kertas Karya: 1. Untuk mengetahui tata cara pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor secara online di Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Kota Semarang III dan tata cara perhitungan Pajak Kendaraan Bemotor. 4

19 2. Mengetahui realisasi penerimaan daerah atas Pajak Kendaraan Bermotor di Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Kota Semarang III. 3. Mengetahui hambatan dalam pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Kota Semarang III. 1.5 Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang ingin dicapai penulis adalah: 1. Bagi Penulis Untuk menambah pengetahuan dalam bidang perpajakan khususnya Pajak Kendaraan Bermotor. 2. Bagi masyarakat umum Sebagai tambahan dan referensi kepustakaan bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui tentang pelaksanaan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor secara Online. 3. Bagi Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Kota Semarang III Untuk menjadi bahan masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat guna peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari sektor Pajak Kendaraan Bermotor. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang sistematis mengenai penulisan kertas karya ini penulis menggunakan sistematika sebagai berikut: 5

20 BAB I PENDAHULUAN Menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Menguraikan kajian pustaka yang mencakup semua hal yang terkait dengan Pajak Kendaraan bermotor. BAB III GAMBARAN UMUM Berisi tentang gambaran umum kantor Unit Pelayanan Pendapatan Daerah / SAMSAT Kota Semarang III. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan masalah sehubungan dengan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor secara Online Memproses. BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan akhir dari pembahasan masalah dan saran penulis. 6

21 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjelasan Umum Perpajakan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan pengertian Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (KUP: 1) Unsur-Unsur Pengertian Pajak 1. Kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan. Pengenaan pajak ditetapkan untuk semua orang dalam suatu negara tanpa pengecualian. Apabila suatu ketetapan pajak telah ditetapkan maka wajib pajak suka maupun tidak suka harus membayar pajak. 2. Bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang. Pemerintah dengan kewenangannya berhak mengadakan pemungutan pajak kepada wajib pajak yang merupakan kewajibannya. 7

22 3. Tanpa balas jasa secara langsung. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk adanya balas jasa secara individual yang langsung dapat dinikmati dari negara. 4. Digunakan untuk kemakmuran rakyat Kebutuhan dana pemerintah sebagian dipenuhi dari hasil pembayaran pajak. Penggunaan dari pungutan pajak digunakan untuk pengeluaran-pangeluaran umum negara untuk menciptakan keadilan dan kemakmuran masyarakat Fungsi Pajak 1. Fungsi Budgetair Yaitu mamasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Pemerintah dari sektor pajak dewasa ini menjadi tulang punggung penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 2. Fungsi Mengatur (regulerend) Fungsi pajak yang diletakkan pada tujuan mengatur, yaitu digunakan untuk mengatur kebijaksanaan negara dalam bidang ekonomi dan sosial. 8

23 Dalam fungsi tersebut pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan mensejahterakan dan untuk kemakmuran masyarakat. (Mardiasmo, 2003:1) Pengelompokan Pajak 1. Menurut golongannya a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2. Menurut sifatnya a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan nilai (PPN). 9

24 3. Menurut lembaga pemungutnya a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara serta peraturannya berlaku sama untuk semua wilayah. Contoh: Pajak Penghasilan; Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah; Pajak Bumi dan Bangunan; Bea Materai. b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah sehingga peraturan tiap-tiap daerah berbeda-beda. Pajak Daerah terdiri atas: Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Pajak Kabupaten / Kota, contoh: Pajak Hotel; Pajak Restoran; Pajak Reklame; Pajak Hiburan; Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir. (Mardiasmo, 2003:5) 10

25 2.2 Pajak Daerah Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (misal: Propinsi, Kabupaten, Kotamadya) yang diatur berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil pungutannya digunakan untuk pembiayaaan rumah tangga daerahnya. Sedangkan menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 34 Tahun 2000, Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana hasilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. (Siahaan 2005;10) Jenis-Jenis Pajak Daerah Pajak daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 terbagi menjadi dua (Siahaan 2005: 43), yaitu: 1. Pajak Daerah Propinsi Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. 11

26 2. Pajak Daerah Kabupaten / Kota Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Pajak Parkir Tarif Pajak Daerah Tarif pajak daerah yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah diatur dalam Undang-Undang No.34 Tahun 2000 yang ditetapkan dengan pembatasan tarif paling tinggi yang berbeda untuk setiap pajak daerah (Siahaan 2005 : 62) yaitu: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air sebesar 5% Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air sebesar 10% Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebesar 5% Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan sebesar 20% Pajak Hotel sebesar 10% 12

27 Pajak Restoran sebesar 10% Pajak Hiburan sebesar 35% Pajak Reklame sebesar 25% Pajak Penerangan Jalan sebesar 10% Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C sebesar 20% Pajak Parkir sebesar 20% 2.3 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lain yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak. Sedangkan Pemilik Kendaraan Bermotor adalah orang atau badan / badan hukum yang namanya tercantum di dalam Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). (Siahaan 2005 : 137) Landasan Hukum Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. 13

28 Landasan hukum yang melatarbelakangi pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor pada suatu propinsi adalah sebagai berikut: Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2002 tanggal 23 Juli 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 17 Tahun 2007 tentang Dasar Pengenaan Nilai Jual Pajak Kendaraan Bermotor Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pajak Kendaraan Bermotor. Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 937/5522/2002 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pungutan Pajak Kendaraan Bermotor Objek Pajak Kendaraan Bermotor Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor yang digunakan di semua jenis jalan darat. (Siahaan, 2005:140) 14

29 Yang dimaksud jalan darat antara lain: kawasan bandara, pelabuhan laut, perkebunan, perhutanan, pertanian, pertambangan, industri, perdagangan dan sarana olah raga dan rekreasi. Beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak yaitu: Kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh Kedutaan, Konsultan, Perwakilan Lembaga-Lembaga Internasional dengan asas timbal balik. Kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh subjek pajak lainnya yang diatur dengan peraturan daerah Subjek Pajak Kendaraan Bermotor Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk subjek pajak yaitu kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh pihakpihak dibawah ini: (Siahaan, 2005:142) Orang pribadi yang memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan pengolahan lahan pertanian rakyat. 15

30 BUMN yang memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan keselamatan. Pabrika atau milik importir yang semata-mata digunakan dalam kegiatan pemeran, untuk dijual dan tidak dipergunakan dalam lalu-lintas bebas. Turis asing yang berada di daerah untuk jangka waktu 60 hari. Kendaraan Pemadam Kebakaran. Kendaraan bermotor yang bersegel atau disita oleh Negara Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. (Siahaan, 2005:142) Jika Wajib Pajak berupa badan, dalam menjalankan kewajiban perpajakannya wajib pajak dapat diwakili oleh pengurus atau kuasa badan tersebut yang diperkenankan oleh Undang-Undang dan Peraturan Daerah tentang Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 17 Tahun 2007 tentang Tarif Perhitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Pasal 9 ayat 1 ditetapkan (Siahaan, 2005:145) sebagai berikut: 16

31 Sebesar 1,5 % (satu koma lima persen) untuk kendaraan bermotor bukan umum. Sebesar 1 % (satu koma nol persen) untuk kendaraan bermotor umum. Sebesar 0,5 % (nol koma lima persen) untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dihitung sebagai perkalian dari dua unsur pokok, (Siahaan, 2005:143) yaitu: Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB), yaitu nilai jual kendaraan bermotor yang diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor sebagaimana tercantum dalam tabel nilai jual kendaraan bermotor yang berlaku. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor. NJKB diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor. Harga pasaran umum adalah harga rata-rata yang diperoleh dari sumber data, antara lain Agen Tunggal 17

32 Pemegang Merek (ATPM) dan Asosiasi Penjual Kendaraan Bermotor. NJKB ditentukan berdasarkan faktor-faktor berikut ini: Isi silinder, yaitu isi ruang yang berbentuk bulat torak pada mesin kendaraan bermotor yang ikut menentukan besarnya kekuatan mesin dan atau satuan daya; Penggunaan kendaraan bermotor; Jenis kendaraan bermotor; Merek kendaraan bermotor; Tahun pembuatan kendaraan bermotor; Berat total kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang yang diijinkan; serta Dokumen impor untuk jenis kendaraan bermotor tertentu Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor Besarnya pokok pajak kendaraan bermotor yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan Pajak kendaraan Bermotor adalah sesuai dengan rumus berikut Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x (NJKB x Bobot) 18

33 2.4 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha (Siahaan, 2005:167) Dasar Hukum BBNKB Dasar hukum pengenaan BBNKB berdasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor 4 Tahun 2002 tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. (Siahaan, 2005:169) Objek BBNKB Objek BBNKB adalah penyerahan kendaraan bermotor, pemasukan kendaraan bermotor dari luar negeri untuk dipakai secara tetap di Indonesia, (Siahaan, 2005:170) kecuali: Untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi yang bersangkutan Untuk diperdagangkan Untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia Digunakan untuk pameran, penelitian, contoh: kegiatan olahraga bertaraf internasional. 19

34 Pada BBNKB, tidak semua penyerahan kendaraan bermotor dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu penyerahan kendaraan bermotor kepada pihak-pihak dibawah ini: Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa. Kedutaan, Konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik. Tenaga ahli yang diperuntukan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Orang pribadi atau badan yang digunakan semata-mata untuk pemadam kebakaran Subjek BBNKB Subjek pajak BBNKB adalah orang pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor. Sedangkan wajib pajak BBNKB adalah orang pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor. Yang bertanggung jawab atas pembayaran BBNKB (Siahaan, 2005:171) adalah: Untuk perorangan adalah orang yang bersangkutan, kuasanya dan atau ahli warisnya. Untuk badan adalah pengurus atau kuasanya. 20

35 2.4.4 Dasar Pengenaan BBNKB Dasar pengenaan BBNKB adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB). NJKB sebagaimana dimaksud disini adalah nilai jual kendaraan bermotor yang ditetapkan Gubernur kepada daerah dengan berpedoman pada ketetapan Menteri Dalam Negeri tentang Tabel Perhitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor. (Siahaan, 2005:172) Tarif BBNKB Berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Pasal 17 tarif BBNKB ditentukan berdasarkan tingkat penyerahan kendaraan bermotor (Siahaan, 2005:173) meliputi: 1. Penyerahan pertama (kendaraan baru): 10% untuk kendaraan bermotor bukan umum. 10% untuk kendaraan bermotor umum 3% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar 2. Penyerahan kedua (kendaraan bekas): 1% untuk kendaraan bukan umum. 1% untuk kendaraan umum. 21

36 0,3% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar. 3. Penyerahan karena warisan: 0,1% untuk kendaraan bermotor bukan umum. 0,1% untuk kendaraan bermotor umum. 0,03% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alatalat besar Perhitungan BBNKB Besarnya pokok BBNKB yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan BBNKB adalah sesuai dengan rumus berikut: Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Nilai Jual Kendaraan Bermotor 22

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGGARA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGGARA, PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGGARA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan dalam. menyelenggarakan roda pemerintah. Otonomi daerah di Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan dalam. menyelenggarakan roda pemerintah. Otonomi daerah di Indonesia mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan dalam menyelenggarakan roda pemerintah.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disususun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi Perpajakan

TUGAS AKHIR. Disususun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi Perpajakan ANALISIS REALISASI DAN PROSPEK PENERIMAAN PAJAK REKLAME SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR Disususun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2009 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2009 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG ANGKUTAN UMUM (STUDI PADA ANGKUTAN UMUM JURUSAN JATINGALEH - UNNES)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG ANGKUTAN UMUM (STUDI PADA ANGKUTAN UMUM JURUSAN JATINGALEH - UNNES) PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG ANGKUTAN UMUM (STUDI PADA ANGKUTAN UMUM JURUSAN JATINGALEH - UNNES) SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Universitas Negeri Semarang Oleh Ginanjar

Lebih terperinci

PENGARUH MODAL KERJA DENGAN LABA USAHA KOPERASI PADA KOPERASI SERBA USAHA SEJATI MULIA JAKARTA : ANNA NURFARHANA

PENGARUH MODAL KERJA DENGAN LABA USAHA KOPERASI PADA KOPERASI SERBA USAHA SEJATI MULIA JAKARTA : ANNA NURFARHANA PENGARUH MODAL KERJA DENGAN LABA USAHA KOPERASI PADA KOPERASI SERBA USAHA SEJATI MULIA JAKARTA NAMA : ANNA NURFARHANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf d Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 20 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 20 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 20 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

(Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi se Indonesia tahun 2012) SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

(Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi se Indonesia tahun 2012) SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), DAN DANA BAGI HASIL (DBH) TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL (Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi se Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Lebih terperinci

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal : 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber : LN 1997/68; TLN

Lebih terperinci

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUMAS 2011 KATA PENGANTAR DAFTAR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA KANTOR KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

PENGELOLAAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA KANTOR KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG PENGELOLAAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA KANTOR KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Universitas Negeri Semarang Oleh Indra Widyantoko NIM 7351308007

Lebih terperinci

Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun

Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 16 TAHUN 1985 (16/1985) Tanggal : 31 DESEMBER 1985 (JAKARTA) Sumber : LN 1985/75; TLN NO. 3318 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN ( DALAM SATU NASKAH )

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN ( DALAM SATU NASKAH ) UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN ( DALAM SATU NASKAH ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Yang Perlu Diketahui

Ketentuan Umum Yang Perlu Diketahui Ketentuan Umum Yang Perlu Diketahui 01 seri PAJAK BUMI DAN BANGUNAN Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan () adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN..

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan Perundang-undangan perpajakan

Lebih terperinci

PEMBATALAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN MENURUT PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011

PEMBATALAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN MENURUT PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 i PEMBATALAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN MENURUT PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DRAF NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR : 26/NKB.YK/2014 03/NKB/DPRD/2014 TANGGAL : 21 NOVEMBER 2014 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKTIVA TETAP DALAM LAPORAN KEUANGAN PD. BPR BKK KARANGMALANG

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKTIVA TETAP DALAM LAPORAN KEUANGAN PD. BPR BKK KARANGMALANG EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKTIVA TETAP DALAM LAPORAN KEUANGAN PD. BPR BKK KARANGMALANG TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENGELOLAAN KREDIT KEPADA NASABAH

TUGAS AKHIR ANALISIS PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENGELOLAAN KREDIT KEPADA NASABAH TUGAS AKHIR ANALISIS PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENGELOLAAN KREDIT KEPADA NASABAH (STUDI KASUS PADA PD. BPR DJOKO TINGKIR KABUPATEN SRAGEN) Tugas Akhir Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci