PENDAHULUAN BAB I Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN BAB I Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara keempat di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak. Tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia sebanyak jiwa (Badan Pusat Statistik, 2015). Jumlah penduduk Indonesia yang tergolong cukup besar menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia atas ruang. Umumnya perubahan penggunaan lahan banyak terjadi di daerah pinggiran. Perubahan penggunaan lahan di Pulau Jawa sangat cepat dan cukup banyak jika dibandingkan dengan pulau-pulau besar di Indonesia lainnya. Salah satu daerah di Pulau Jawa yang mengalami perubahan penggunaan lahan yang cukup pesat adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Lahan-lahan di DIY pada umumnya dimanfaatkan sebagai daerah pemukiman, perkantoran, pertokoan, hotel, dan tempat wisata di daerah perkotaan. Sebagian besar lahan di wilayah pinggiran masih dimanfaatkan sebagai daerah pertanian, perkebunan, hutan, dan daerah resapan air. Perbedaan pemanfaatan lahan tersebut diimbangi dengan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk yang terjadi di DIY. Tahun 2015 data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk DIY sebanyak jiwa. Jumlah tersebut nantinya akan bertambah. Proyeksi pertumbuhan penduduk menurut BPS pada tahun 2020 sebesar 3882,30 dan tahun 2025 sebesar 4064,60 dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun sebesar 1,20%. Banyaknya jumlah penduduk yang ada akan mempengaruhi adanya perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan yang ada bisa menyebabkan terjadinya bencana dan bencana yang terjadi merupakan akibat dari campur tangan manusia. 1

2 2 DIY sendiri merupakan wilayah yang kompleks dengan banyak kemungkinan terjadinya bencana. Data yang diperoleh dari BPS menunjukkan bahwa bencana di DIY antara lain longsor, banjir, gempa bumi, angin puyuh/angin puting beliung/angin topan, gunung meletus, dan kekeringan. Sekian banyak bencana yang terjadi di DIY seperti longsor, banjir, dan kekeringan merupakan beberapa bencana yang secara tidak langsung merupakan akibat dari campur tangan manusia melalui perubahan pengunaan lahan. Longsor dan banjir yang terjadi pada skala kecil sering kali tidak disadari oleh manusia dalam hal ini adalah penduduk di wilayah tersebut. Longsor dan banjir yang menyebabkan adanya korban jiwa dan kerugian materilah yang sering kali bisa dilihat atau diketahui. longsor dan banjir yang terjadi pada skala kecil sebenarnya merupakan pertanda bahwa telah terjadi kerusakan lingkungan di wilayah tersebut. Salah satu daerah yang bisa mengalami kerusakan lingkungan adalah Daerah Aliran Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama (Asdak, 2004). Bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama disebut dengan DAS (BPDAS, 2014). DAS juga disebut kawasan tangkapan (catchment area) karena lahan di bagian atas dan kawasan hulu menangkap saluran air dan selanjutnya air tersebut mengalir ke bawah dan ke kawasan hilir. Dari definisi tersebut, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Pendefinisian DAS pemahaman akan konsep daur hidrologi sangat diperlukan terutama untuk melihat masukan berupa curah hujan yang selanjutnya didistribusikan melalui beberapa cara seperti diperlihatkan pada Gambar DAS sebagai tempat berkumpulnya air tak terhindar dari masalah kerusakan lingkungan. Permasalahan yang selalu dikaitkan dengan kerusakan DAS adalah berkurangnya luas hutan akibat penebangan pohon di hulu sungai. Menurut

3 3 Mentri Kehutanan dan Lingkungan Hidup pada Seminar Nasional Ke-3 Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai disebutkan bahwa Indonesia memiliki kurang lebih 190 juta Ha dengan 23 juta Ha lahan kritis. Ada berbagai macam penyebab terjjadinya lahan kritis di DAS, diantaranya adalah adanya persoalan regulasi, pemberdayaan masyarakat yang belum optimal, kurangnya kesadaran masyarakat, dan menurunnya produktivitas hutan. 23 Juta Ha lahan kritis yang ada di Indonesia berada pada 15 DAS. Kekritisan DAS di Indonesia dapat memicu terjadinya kelangkaan air apabila tidak ditangani sedini mungkin. Pengangganan kerusakan DAS tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah setempat tetapi harus ada kerjasama dari semua pihak untuk mewujudkan DAS yang sehat. Adanya kerusakan DAS tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk. Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk terpadat di Indonesia. Kepadatan penduduk di Pulau Jawa berdampak pada kerusakan DAS di Pulau Jawa. Terlihat dari data yang disampaikan oleh Mentri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Ibu Siti Nurbaya Bakar pada Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir da Daerah aliran Sungai bahwa empat dari 15 DAS kritis berada di Pulau Jawa. Keempat DAS tersebut adalah DAS Cisadane, DAS Citarum, DAS Serayu,dan DAS Brantas. Keempat DAS tersebut tersebar dari ujung Barat Pulau Jawa hingga ujung Timur Pulau Jawa. DIY memiliki empat DAS yaitu DAS Bogowonto, DAS Serang, DAS Progo, dan DAS Opak-Oyo. Salah satu DAS yang diketahui mengalami kerusakan lingkungan berupa longsor adalah DAS Opak-Oyo. Pada tahun 2016 diketahui telah terjadi 41 kejadian longsor di wilayah tersebut. Longsor tersebut terjadi di wilayah administratif Kabupaten Gunungkidul mencakup Kecamatan Patuk, Kecamatan Gedangsari, Kecamataan Ngawen, dan Kecamatan Semin. DAS yang ada di Wilayah Kecamatan Patuk adalah DAS Widoro. DAS Widoro merupakan bagian dari DAS Opak-Oyo yang bermuara di Sungai Oyo.

4 4 Gambar 1.1. Siklus Air Daerah Aliran Sungai (DAS) Sumber: Asdak, 2010 DAS Widoro memiliki curah hujan tinggi, kemiringan lereng yang bervariasi dari curam hingga landai, dan merupakan daerah berkembang melalui kawasan wisata alam serta perkebunan. Umumnya penggunaan lahan di DAS berupa hutan, sawah tadah hujan, sawah irigasi, tegalan, dan pemukiman. Penggunaan lahan dicerminkan oleh aktivitas pengelolaan lahan, dan pemanfaatan lahan merupakan pengaturan dari penggunaan lahan. Perkembangan suatu DAS menyebabkan banyak alih fungsi lahan. Dampak yang timbul adalah terjadinya perubahan tata guna lahan, seperti perubahan pemanfaatan lahan dari hutan ke pertanian dan pemanfaatan lahan lainnya, yang dapat mengganggu stabilitas tata air dan tanah (Asdak, 2010). DAS Widoro dimanfaatkan oleh masyarakat untuk permukiman, sawah, hutan, dan tegalan. Pada hulu DAS Widoro memiliki wilayah dengan ketinggian dan kemiringan lereng paling tinggi dan berangsur berkurang hingga daerah hilir. Pada tahun 2014 diketahui bahwa DAS Widoro memiliki tingkat erosi dari kelas ringan sampai sangat berat (Hashifah, 2014). Selain itu dari data BPBD

5 5 Kabupaten Gunungkidul 2016 bahwa DAS Widoro masuk ke dalam daerah berpotensi terjadi longsor Perumusan Masalah Wilayah Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Widoro terletak di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sub DAS Widoro merupakan salah satu bagian dari DAS Opak-Oyo, aliran air dari Sub DAS Widoro bermuara ke Sungai Oyo yang merupakan batas administratif alami beberapa kecamatan di Kabupaten Gunungkidul. Kecamatan-kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Patuk dengan Kecamatan Playen, Kecamatan Gedangsari dengan Kecamatan Playen, dan Kecamatan Wonosari dengan Kecamatan Nglipar. Penggunaan lahan yang selalu ada di setiap tempat adalah pemukiman. Begitu pula yang ada di Sub DAS Widoro. Penggunaan lahan selain pemukiman ada pula hutan sejenis, perairan darat (sungai), persawahan irigasi, persawahan tadah hujan, dan tegalan/ladang. Pada lahan pertanian, masyarakat masih menggunakan cara tradisional dalam mengelola lahan ditambah dengan penggunaan pestisida. Perubahan penggunaan lahan dalam pemanfaatannya di beberapa tempat, tegalan dialihfungsikan sebagai bangunan dan pembukaan lahan seiring berkembangnya pariwisata di Kecamatan Patuk. Pemanfaatan lahan intensif dari penggunaan lahan yang ada di Sub DAS Widoro mengakibatkan berbagai macam dampak salah satunya adalah erosi. Pemanfaatan lahan intensif yang ada di Sub DAS Widoro salah satunya ada pada lahan pertanian. Lahan pertanian dimanfaatakan oleh masyarakat secara terus menerus untuk mendapatkan hasil maksimal. Hasil produksi dari lahan pertanian digunakan masyarakat sebagai pemenuh kebutuhan hidupnya. Tak heran bahwa lebih dari 50% penduduk Kecamatan Patuk berprofesi sebagai petani. Pengolahan lahan pertanian yang tidak mengacu pada peningkatan kelestarian lingkungan akan berdampak pada rusaknya tanah garapan di lahan pertanian. Kerusakan yang terjadi sebagai hasil dari proses pemanfaatan lahan yang ada. Kerusakan lahan akibat pemanfaatan lahan di Sub DAS Widoro salah satunya berupa erosi. Hal

6 6 tersebut dibuktikan pada penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 oleh Hashifah. Data penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2014 didapati adanya erosi yang terjadi di Sub DAS Widoro. Besar erosi yang terjadi di DAS Widoro memiliki rentang dari 0, ,87 ton/ha/th dengan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan sangat berat. (Hashifah, 2014). Berdasarkan pada fakta dan konsep teoritis yang ada, maka perlu dilakukan penelitian lebih mendalam dan detail, untuk menganalisis kerusakan lingkunagan di DAS Widoro Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian berikut ini. (1) Bagaimana jenis dan bentuk pemanfaatan lahan intensif di DAS Widoro? (2) Bagaimana pengaruh aktivitas pemanfaatan lahan terhadap tingkat kerusakan lingkungan ditinjau dari indikator erosi dan tanah longsor di DAS Widoro? (3) Bagaimana strategi pengeloln lingkungan sebagai pelestarian lingkungan? Guna mengungkap permasalahan seperti telah dirumuskan di atas, maka penting untuk dilakukan penelitian secara mendetail tentang: Kajian Kerusakan Lingkungan Akibat Aktivitas Pemanfaatan Lahan Intensif di DAS Widoro Patuk Gunungkidul Yogyakarta. Lokasi penelitian mencakup seluruh bagian DAS Widoro seperti tertera pada Gambar Keaslian dan Batasan Penelitian Penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi sekaligus sebagai perbandingan untuk menunjukkan keaslian penelitian ini disajikan dalam Tabel 1.1.

7 7 Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian yang akann dilakukan dengan Penelitian Terdahulu No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil Anik Sarminingsih, 2007 Evaluasi Kekritisan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Mendesaknya Langkah-langkah Konservasi Air Sutopo Purwo Nugroho, 2003 Pergeseran Kebijakan dan Program Baru dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di Indonesia Untuk menyusun rencana pola konservasi baik struktural maupun non struktural. Melakukan analisis terhadap faktorfaktor penyebab kerusakan DAS di Indonesia, memberi alternatif penanggulanagn masalah yang sesuai. Analisis dan evaluasi debit rendah atau ketersediaan air, debit banjir, potensi erosi serta laju sedimentasi. Analisis terhadap faktor-faktor penyebab kerusakan DAS di Indonesia Terjadi kekurangan air yang cukup besar di musim kemarau, adanya pemanfaatan lahan denagan kemiringan >40% sebagai lahan budidaya yang melanggar kaidah konservasi. Kerusakan DAS di Indonesia semakin meningkat, pengelolaan DAS belum optimal, penyebab kekagalan adalah pola commond and control dg pendekatan topdown, dlm paradigma baru pengelolaan DAS menggunakan pendekatan bottom-up. 3. Direktorat Kehutnan dan Konservasi Sumberdaya Air Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu Memberikan alternatif model kebijakan pengelolaan DAS terpadu Analisis pendekatan konsep pengelolaan DAS terpadu berdasarkan sumberdaya pada masing-masig wilayah. Perencanaan DAS tidak dapat dilakukan melalui pendekatan sektoral saja melainkan perlu adanya keterkaitan antar sub DAS dari hulu hingga hilir Hamidin, 2009 Pembuatan Sistem Pengelolaan Lahan DAS Berbasis Integrasi Kemampuan Lahan Daya Dukung Wilayah di DAS (Otomasi Sistem): Studi Kasus Sub DAS Opak Astuiti, 2008 Evaluasi Tingkat Kekritisan Air dan Keruakan Lingkungan di Daerah Aliran Sungai Serang Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta Birawa, 2008 Tingkat Bahaya Erosi Permukaan dan Tindakan Konservasi Masyarakat di DAS Carik Kabupaten Kulon Progo Mengetahui kemampuan lahan, daya dukung wilayah, mengembangkan model pengelolaan lahan DAS dengan menggabungkan kemampuan lahan dan daya dukung wilayah dalam perencanaan penggunaan lahan. Mengkaji dan mengevaluasi tingkat kekritisan air dan pengaruh kerusakan lingkungan, memperkirakan strategi pengelolaan lingkungan. Mengevaluasi tingkat bahaya erosi permukaan dan persebarannya di daerah penelitian, mengevali=uasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang erosi dan konservasi serta membuat alternatif pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat. Kombinasi kemampuan lahan dengan gabungan daya dukung wilayah. Survei instansional, survei lapangan, porposive sampling, pendekatan neraca air dalam DAS. Rumus USLE, survei kuisioner. Terdapat 7 kelas kemampuan lahan. Daya dukung wilayah untuk pertanian, permukiman, dan fungsi lindung dengan 3 kelas pada masing-masing daya dukung. Total ketersediaan air di DAS Serang adalah sebesar ,09 m 3 /tahun dan kebutuhan air sebesar ,83 m 3 /tahun. DAS Serang belum mengalami kekritisan air. DAS Carik memiliki tingkat bahaya erosi dari ringan sampai sangat berat. Tingkat pengetahuan penduduk termasuk tinggi.

8 8 Lanjutan Tabel 1.1. No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil Antara, 1996 Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Lingkungan Perairan di Daerah Aliran Sungai Wiroko Wonogiri Propinsi Jawa Tengah Mahro Syihabuddin, 2014 Kajian Kerusakan Lingkungan Akibat Alih Fungsi Lahan di Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur Birawa, 2008 Tingkat Bahaya Erosi Permukaan dan Tindakan Konservasi Masyarakat di DAS Carik Kabupaten Kulon Progo Natalaga, 2010 Kajian Arahan Rehabilitasi Lahan Berdasarkan Tingkat Bahaya Erosi dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan: Kasus di Daerah Aliran Sungai Sailo Kabupaten Landak Kalimantan Barat Dalili Ghaisani Hashifah, 2014 Tingkat Bahaya Erosi Daerah aliran Sungai Widoro Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul Dalili Ghaisani Hashifah, 2017 Kajian Kerusakan Lingkungan Akibat Aktivitas Pemanfaatan Lahan di DAS Widoro Patuk Gunungkidul Yogyakarta Mengkaji pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan karakteristik banjir. Megkaji alih fungsi lahan, bentuk dan tingkat kerusakan lingkungan, dan merumuskan strategi pengelolaan kerusakan lingkungan akibat alih fungsi lahan. Mengevaluasi tingkat bahaya erosi permukaan dan persebarannya di daerah penelitian, mengevali=uasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang erosi dan konservasi serta membuat alternatif pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat. Mengkaji besar dan sebaran spasial tingkat bahaya erosi beserta faktor-faktor pengaruh tingkat bahaya erosi dan tren perubahannya. Mengetahui tingkat bahaya erosi yang terjadi di DAS Widoro menggunakan rumus USLE. Untuk mengkaji jenis dan bentuk penyimpangan aktivitas penggelolaan lahan, menentukan tingkat kerusakan lingkungan, dan merumuskan strategi pengelolaan lingkungan Sumber: Telaah Pustaka dan Perumusan, 2016 Analisis kuantitatif, komperatif diskriptif, dan analisis kualitatif. Interpretasi citra satelit, analisis diskriptif kualitatif hasil survei dan data sekunder. Rumus USLE, survei kuisioner. Survey lapangan dan laju erosi menggunakan USLE. Survey lapangan, observasi, uji laboratorium, metode USLE Survei lapangan, porposive sampling, observasi, analisis deskriptif Terjadi perubahan bentuk dan luas penggunaan lahan di DAS Wiroko. Pengaruh perubahan penggunaan lahan ditunjukkan dengan menurunnya sedimen tersuspensi tahunan rata-rata dalam periode tahun Alih fungsi yang terjadi: hutan lahan kering menjadi hutan tanaman, lahan pertanian menjadi permukiman, hutan menjadi lahan pertanian, hutan menjadi pemukiman, pertanian lahan kering menjadi hutan tanaman. Kerusakan lingkungan yang terjadi: longsor dan limpasan permukaan. DAS Carik memiliki tingkat bahaya erosi dari ringan sampai sangat berat. Tingkat pengetahuan penduduk termasuk tinggi. Erosi terbesar ada pada kawasan hutan sekunder dan perkebunan karet yang terawat. Tingkat bahaya erosi yang terjad di DAS Widoro berada pada klasifikasi sangat ringan sampai dengan sangat berat dengan besaran lebih dari 480 ton/ha/tahun. Jenis dan bentuk pengelolaan lahan mempengaruhi TBE yang terjadi di Sub DAS Widoro dan mengakibatkan kerudsakan lingkungan dilihat dari penyimpangan aktivitas pengelolaan lahan di Sub DAS Widoro. Dari kesebelas penelitian terdahulu didapati bahwa erosi secara alami terjadi di DAS dengan kelas ringan sampai dengan sedang. Terdapat kerusakan yang merupakan akibat dari campur tangan manusia selain kerusakan yang terjadi

9 9 secara alami di dalam perubahan penggunaan lahan dan alih fungsi lahan. Penanggulangan kerusakan yang terjadi tidak bisa dilakukan hanya pada salah satu wilayah saja. Dibutuhkan adanya kerjasama semua bagian wilayah DAS di dalam menaggulangi kerusakannya. Kesatuan sektoral di dalam penanggulangan kerusakan DAS dibutuhkan untuk mempermudah di dalam mengetahui penyebab sekaligus langkah yang dibutuhkan di dalam penanggulanggannya. Dari data pada Tabel 1.1. diketahui bahwa pokok kajian penelitian bertempat pada DAS. Adapula penelitian yang memiliki variabel yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan penelitan yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah TBE di DAS sudah diketahui sebelumnya. TBE digunakan sebagai salah satu faktor terjadinya kerusakan dalam penelitian ini. Penelitian ini akan melihat pengaruh dari pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh masyarakat di DAS Widoro terhadap kerusakan yang terjadi dan nantinya akan memunculkan strategi apa yang tepat digunakan di DAS Widoro Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan batasan obyek maupun lingkup kajian penelitian yang didukung oleh konsep teori yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) mengkaji jenis dan bentuk aktivitas pemanfaatan lahan intensif ditinjau dari aspek abiotik, biotik, dan kultural yang menimbulkan kerusakan lingkungan sebagai dasar pelestarian lingkungan di DAS Widoro; (2) menentukan tingkat kerusakan lingkungan ditinjau dari indikator erosi dan tanah longsor pada pemanfaatan lahan intensif pemicu kerusakan lahan DAS Widoro; dan (3) merumuskan setrategi pengelolaan lingkungan untuk pengendalian kerusakan lahan sebagai dasar pelestarian lingkungan di DAS Widoro.

10 Manfaat Penelitian Sasaran utama penelitian ini adalah mengkaji jenis dan bentuk pemanfaatan lahan, mengetahui tingkat kerusakan lingkungan ditinjau dari indikator erosi dan tanah longsor pada penggunaan lahan pada DAS serta merumuskan strategi pengelolaannya. Terdapat pengaplikasian metode penelitian terkait pemanfaatan lahan pada DAS serta saran berupa rekomendasi perbaikan fungsi pada objek kajian. Manfaat utama penelitian ini lebih mengarah kepada manfaat secara akademik dan secara praktis, seperti diuraikan berikut ini. (1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori dan metode penelitian tentang ilmu pemanfaatan lahan terutama pada objek kajian DAS. Hasil penelitian ini menjelaskan mengenai teknik sampling dan analisis kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan lahan pada DAS diintegrasikan dengan analisis mengenai Tingkat Bahaya Erosi yang terjadi. (2) Data dan hasil analisis yang diperoleh diharapkan dapat menjadi tambahan fakta mengenai kondisi lingkungan DAS Widoro. Berkembangnya kemajuan daerah dan pariwisata pada DAS menciptakan berbagai perubahan melalui aktifitas pemanfaatan lahan, sehingga inventarisasi data mengenai DAS Widoro diperlukan untuk mengatahui kondisi terkini dari DAS Widoro. (3) Secara praktis, hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan para pemangku kebijakan dalam melakukan pengelolaaan lingkungan DAS Widoro. Pengkajian kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan lahan dengan indikator tingkat bahaya erosi yang terjadi dan rekomendasi strategi pemanfaatan lahan pada DAS Widoro menjadi hal yang dibahas pada penelitian ini, sehingga diharapkan dapat menjadi masukkan bagi pemangku kebijakan agar DAS Widoro tetap berfungsi sebagai mana mestinya.

11 11

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan kemudian mengalirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang meliputi semua benda penyusun biosfer (atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1) A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Cisangkuy merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum hulu yang terletak di Kabupaten Bandung, Sub DAS ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alamnya untuk pembangunan. Pada negara berkembang pembangunan untuk mengejar ketertinggalan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Peningkatan kebutuhan akan lahan akan digunakan untuk kegiatan pertanian, pemukiman,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan aspek fisik, sosial dan ekosistem yang di dalamnya mengandung berbagai permasalahan yang komplek, seperti degradasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensitas kegiatan manusia saat ini terus meningkat dalam pemanfaatan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun pemanfaatan sumberdaya alam ini khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan berpengaruh pada pemanfaatan sumberdaya lahan dalam jumlah besar untuk memenuhi ketersediaan kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi faktor pendukung dalam penyediaan kebutuhan air. Lahan-lahan yang ada pada suatu DAS merupakan suatu

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Menurut Asdak (2010), daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan

Lebih terperinci

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1267, 2014 KEMENHUT. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Evaluasi. Monitoring. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 61 /Menhut-II/2014 TENTANG MONITORING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan terkait antara hubungan faktor abiotik, biotik dan sosial budaya pada lokasi tertentu, hal ini berkaitan dengan kawasan bentanglahan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan sampai akhirnya bermuara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Biru terletak di Kabupaten Wonogiri, tepatnya di Kecamatan Purwantoro dan Kecamatan Bulukerto. Lokasinya terletak di bagian lereng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Garang merupakan DAS yang terletak di Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo dan Garang, berhulu

Lebih terperinci

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daur hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut, air tersebut akan tertahan (sementara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam semesta ini. Bagi umat manusia, keberadaan air sudah menjadi sesuatu yang urgen sejak zaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan terbesar bagi pengelolaan sumberdaya alam adalah menciptakan untuk selanjutnya memertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan merupakan satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi baik dalam bentuk cairan maupun es. Hujan merupakan faktor utama pengendali daur hidrologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan sumberdaya alam terutama air dan tanah oleh masyarakat kian hari kian meningkat sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya bencana banjir, longsor dan kekeringan yang mendera Indonesia selama ini mengindikasikan telah terjadi kerusakan lingkungan, terutama penurunan daya dukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Lombok memiliki luas 467.200 ha. dan secara geografis terletak antara 115 o 45-116 o 40 BT dan 8 o 10-9 o 10 LS. Pulau Lombok seringkali digambarkan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologis di Sub Daerah Aliran Ci Karo, maka penulis dapat menarik

Lebih terperinci

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan tanah terbuka pada suatu daerah yang dapat menjadi salah satu faktor penentu kualitas lingkungan. Kondisi lahan pada suatu daerah akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang dikelilingi dan dibatasi oleh topografi alami berupa punggung bukit atau pegunungan, dan presipitasi yang jatuh di

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN Latar Belakang Kejadian bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Bencana hidro-meteorologi seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung dan gelombang pasang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara dengan jumlah kepulauan terbesar didunia. Indonesia memiliki dua musim dalam setahunnya, yaitu musim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang studi, rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang akan dicapai, metoda penelitian (meliputi ruang lingkup, pendekatan, sumber dan cara mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah dataran yang dibatasi oleh punggung bukit yang berfungsi sebagai daerah resapan, penyimpanan air hujan dan juga sebagai pengaliran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di I. PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Kabupaten Kulon Progo merupakan bagian dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di Barat dan Utara, Samudra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu adalah letusan terbesar jika dibandingkan dengan erupsi terbesar Gunung Merapi yang pernah ada dalam sejarah yaitu tahun 1872.

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani Abstrak Daerah penelitian adalah DAS Deli yang meliputi tujuh subdas dan mempunyai luas

Lebih terperinci

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sistem penggunaan lahan dalam daerah aliran sungai (DAS), berupa aneka pepohonan dan semak sehingga membentuk tajuk berlapis. Hutan yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Longsorlahan merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau mineral campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan lahan yang sangat intensif serta tidak sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahan menimbulkan adanya degradasi lahan. Degradasi lahan yang umum terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 Indonesia dilanda berbagai bencana alam meliputi banjir, tanah longsor, amblesan tanah, erupsi gunung api, dan gempa bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK i UCAPAN TERIMA KASIH ii DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR TABEL viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Manfaat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009, DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan 252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan lingkungan mempunyai hubungan timbal balik. Di dalam pembangunan, manusia merupakan konsumen yang berperan aktif dalam proses pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air kita. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DAS Biru yang mencakup Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan Purwantoro berdasarkan peraturan daerah wonogiri termasuk dalam kawasan lindung, selain itu DAS Biru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam merupakan suatu bentuk kekayaan alam yang pemanfaatannya bersifat terbatas dan berfungsi sebagai penunjang kesejahteraan makhluk hidup khususnya manusia

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Embung merupakan bangunan air yang menampung, mengalirkan air menuju hilir embung. Embung menerima sedimen yang terjadi akibat erosi lahan dari wilayah tangkapan airnya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal merupakan salah satu Satuan Wilayah Sungai yang ada di Pulau Jawa disamping SWS Cimanuk, SWS Serayu Bogowonto, SWS Bengawan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN...1 DAFTAR ISI PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii INTISARI... ix ABSTRACT...x BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA (Studi Kasus: Kawasan sekitar Danau Laut Tawar, Aceh Tengah) TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SALIM L2D

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, Pasifik dan Australia dengan ketiga lempengan ini bergerak saling menumbuk dan menghasilkan suatu

Lebih terperinci

Kritisnya lahan telah menyebabkan kerusakan fungsi DAS di Indonesia. Pemerintah telah berupaya untuk melakukan rehabilitasi DAS melalui program

Kritisnya lahan telah menyebabkan kerusakan fungsi DAS di Indonesia. Pemerintah telah berupaya untuk melakukan rehabilitasi DAS melalui program Lusa (Ha) BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kritisnya lahan telah menyebabkan kerusakan fungsi DAS di Indonesia. Pemerintah telah berupaya untuk melakukan rehabilitasi DAS melalui program reboisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Sebagai sumberdaya yang banyak digunakan, tanah dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan. Lahan merupakan sumber daya alam yang dapat menghasilkan bahan makanan, pakaian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah, terutama kondisi lahan pertanian yang dimiliki Indonesia sangat berpotensi

Lebih terperinci

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran Sungai yang mengalir meliputi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Bandung dan Sumedang yang mempunyai

Lebih terperinci

SEMINAR HASIL PENELITIAN

SEMINAR HASIL PENELITIAN 1 SEMINAR HASIL PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kegiatan pembangunan bidang sumber daya air yang meliputi perencanaan umum, teknis, pelaksanaan fisik, operasi dan pemeliharaan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan kesatuan hidrologi yang kompleks dan terdiri dari berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut terdiri atas manusia, iklim, tanah,

Lebih terperinci