BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data pengamatan yang dikumpulkan untuk penelitian ini terdiri dari pengamatan selintas dan pengamatan utama. Data pengamatan selintas tidak dianalisis secara statistik, namun digunakan untuk mendukung pembahasan data pengamatan utama. Data pengamatan selintas yang dikumpulkan untuk mendukung data utama pada penelitian ini adalah curah hujan, suhu dan kelembaban udara, suhu dan kelembaban tanah, tingkat kemasaman tanah, dan struktur tanah yang terdisi dari bobot isi dan ruang pori tanah. Data pengamatan utama dianalisis secara statistik Analysis of Variance atau ANOVA dan jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test atau DMRT dengan taraf kepercayaan 95%. Data pengamatan utama terdiri dari: tinggi tanaman, jumlah daun terbuka sempurna, diameter krop, bobot brangkasan segar akar, bobot brangkasan kering akar, volume akar, bobot brangkasan segar bagian atas tanaman (batang dan daun), dan bobot brangkasan kering bagian atas tanaman Lingkungan Abiotik Lahan Penelitian Aplikasi agensia hayati pada lahan pertanian perlu memperhatikan kondisi abiotik lingkungan terutama tanah dan cuaca. Hal ini diperlukan untuk mendukung keberlangsungan hidup mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman budidaya. Kondisi abiotik tanah sebagai habitat dari Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. menjadi bahan pengamatan yang penting, terutama pada area perakaran tanaman (Reetha dkk., 2014). Selain itu, keadaan cuaca juga perlu diketahui karena akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan agensia hayati yang diaplikasikan. Efektifitas aplikasi agensia hayati pada tanaman budidaya dipengaruhi oleh suhu tanah, kelembaban tanah, dan ph tanah (Carreiro dan Koska, 1992 dalam Nzioki dan Mutisya, 2016; Okoth dkk., 2009; Sharma, 2011; Ali dkk., 2012; Singh dkk., 2014). 17

2 Data curah hujan dan jumlah hari hujan disajikan pada Tabel 4.1, sedangkan data suhu udara, suhu tanah, kelembaban udara, kelembaban tanah dan tingkat kemasaman tanah disajikan pada Tabel 4.2. Curah hujan yang terjadi selama waktu penelitian bervariasi, namun secara umum dapat dilihat bahwa pada waktu tanaman budidaya tumbuh di lahan (bulan Maret sampai Mei 2015) nilai curah hujan bulanan tercatat antara 141 sampai 463 mm. Kinoshita dan Nakane (2002) menuliskan bahwa peningkatan curah hujan ini dapat mengakibatkan peningkatan risiko limpasan permukaan dan pencucian hara dan partikel tanah. Kehilangan akibat adanya limpasan permukaan dan pencucian dapat menyebabkan agensia hayati terbawa ke lapisan tanah yang lebih dalam atau ke tempat lain sehingga menyebabkan agensia hayati tidak berada pada area perakaran (rizosfer) tanaman budidaya. Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. memiliki peran sebagai fungi antagonis bagi fungi lain yang bersifat patogenik bagi tanaman kubis. Aktivitas Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. pada rizosfer tanaman kubis membantu akar tanaman tetap sehat dan bekerja optimal. Tabel 4.1. Data Curah Hujan Bulan Februari sampai Juni 2015 Bulan Curah Hujan (mm) Jumlah Hari Kriteria Total Rata-rata Harian Hujan Februari ,75 Sedang 15 Maret ,70 Tinggi 17 April ,43 Sangat tinggi 19 Mei ,54 Sedang 9 Juni ,03 Rendah 3 Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika kabupaten Semarang Selama penelitian berlangsung, suhu tanah pada lahan penelitian berfluktuasi antara 24,10 o C 26,20 o C, sedangkan suhu udara berfluktuasi antara 20,20 o C 32,30 o C. Rentang suhu tanah ini termasuk dalam suhu yang optimal untuk pertumbuhan agensia hayati yang diaplikasikan. Penelitian Samuels dkk. (2007), Gupta dan Sharma (2013), dan Herlina (2013) menunjukkan bahwa kultur Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. menunjukkan pertumbuhan optimal pada lingkungan dengan suhu antara 25 C sampai 30 C. Ali dkk. (2012), Singh dkk. (2014) dan Reetha dkk. (2014) menyatakan bahwa suhu yang lebih rendah dari 20 C 18

3 atau lebih tinggi dari 30 C akan menghambat aktivitas pertumbuhan dan pembentukan biomasa kultur Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. Tabel 4.2. Suhu Udara dan Tanah, Kelembaban Udara, Kelembaban Tanah dan Tingkat Kemasaman (ph) Tanah Lahan Penelitian Parameter Minimum Maksimum Suhu Udara ( o C)* 20,20 32,30 Kelembaban Udara (%)* 76,00 88,00 Suhu Tanah ( o C)** 24,10 26,20 Kelembaban Tanah (%)** 44,74 53,59 ph Tanah** 5,10 5,50 Keterangan: - (*)Badan Meteorologi dan Geofisika kabupaten Semarang - (**) pengamatan mandiri Tanah di Kebun Penelitian Salaran tergolong dalam jenis tanah Andosol. McDaniel dkk. (2012) menyatakan bahwa tipe tanah Andosol memiliki ciri khas: kelembaban tinggi dengan ketersediaan ruang pori tanah yang cukup banyak. Kelembaban tanah penelitian tercatat antara 44,74% sampai 53,59% (Tabel 4.2.). Mishra dan Khan (2015) menuliskan pertumbuhan kultur Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. yang baik terjadi pada tingkat kelembaban antara 50% sampai 95% dengan pertumbuhan dan pembentukan spora paling tinggi terjadi pada tingkat kelembaban relatif sebesar 80%. Tingkat kelembaban yang lebih rendah daripada kondisi optimal untuk pertumbuhandan perkembangan Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. tidak menyebabkan kematian bagi fungi, hanya saja pertumbuhan fungi dan pembentukan spora menjadi lebih lambat (Hart dan Macleod, 1966). Tingkat kemasaman tanah penelitian antara 5,10 sampai 5,50. Nilai ini termasuk dalam rentang ph yang masih mendukung untuk pertumbuhan Trichoderma spp. Produksi biomassa optimum Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. terjadi pada rentang ph antara 4,6 dan 6,8 (Jackson dkk., 1991; Atlas dan Bartha, 1993 dalam Uruilal dkk., 2012; Kaewachai dkk., 2009). Daya dukung tanah sebagai habitat agensia hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. dilihat pula dari bobot isi dan ketersediaan pori tanah sebagai ruang untuk tumbuh dan berkembangnya fungi ini. Ketujuh petak perlakuan menunjukkan 19

4 kondisi kepadatan yang sama. Nilai bobot isi tanah antara 0,82 sampai 0,99 g/cm 3. Bobot isi tanah yang relatif ringan ini diimbangi dengan ketersediaan ruang pori tanah yang cukup tinggi akan mempengaruhi kandungan air dan ketersediaan udara didalam tanah. Hal ini mendukung tanah tetap dalam keadaan yang cukup lembab akibat kemampuan pegang air kapiler yang tinggi. Kondisi ini memberikan dukungan yang baik bagi pertumbuhan agensia hayati yang diaplikasikan. Jumlah ruang pori tanah yang disajikan pada Tabel 4.3. berikut ini Tabel 4.3. Hasil Analisis Kondisi Fisik Tanah pada Petak Percobaan Perlakuan BI RPMak RPMik RPT (g/cm 3 ) (%) (%) (%) Tanpa Aplikasi Agensia Hayati (kontrol) 0,86 10,89 56,73 67,62 Konsentrasi 0,5 g/l pada seluruh bedengan 0,89 11,29 55,24 66,53 Konsentrasi 1,5 g/l pada seluruh bedengan 0,82 12,10 56,82 68,92 Konsentrasi 2,5 g/l pada seluruh bedengan 0,99 11,59 51,15 62,75 Konsentrasi 0,5 g/l pada pokok tanaman 0,83 16,74 51,87 68,61 Konsentrasi 1,5 g/l pada pokok tanaman 0,85 18,16 49,87 68,03 Konsentrasi 2,5 g/l pada pokok tanaman 0,85 12,64 55,26 67,90 Rerata 0,87 13,34 53,85 67,19 Keterangan: BI (Bobot Isi Tanah); RPMak (Ruang Pori Makro); RPMik (Ruang Pori Mikro); dan RPT (Ruang Pori Total) Berdasarkan pengamatan kondisi fisik tanah dan lingkungan abiotik pada lahan penelitian Salaran menunjukkan bahwa keadaan tanah dan lingkungan ini memberikan dukungan yang baik untuk perkembangan dan aktivitas agensia hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. Aplikasi agensia hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. pada lahan penelitian dapat memberikan dukungan tambahan untuk budidaya tanaman kubis maupun jenis tanaman yang lain. 4.2.Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Agensia Hayati yang Diaplikasikan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kubis Pertumbuhan tanaman kubis dengan aplikasi agensia hayati ini diamati selama 70 hari selama masa tumbuh tanaman di lahan dengan interval waktu pengamatan tujuh hari. Pengamatan pertama dilakukan pada usia tanaman satu minggu (tujuh hari) setelah pindah tanam. Tinggi tanaman kubis yang diberi perlakuan berbagai 20

5 konsentrasi agensia hayati tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (lihat Tabel 4.4). Hasil yang tidak saling berbeda nyata ini terutama karena kubis adalah jenis tanaman roset, dan aplikasi agensia hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. tidak berpengaruh pada perpanjangan ruas batang tanaman kubis melainkan berpengaruh pada jumlah daun terbuka sempurna dan diameter krop. Tabel 4.4. Data Tinggi, Jumlah Daun Terbuka Sempurna dan Diameter Krop Tanaman Kubis pada Aplikasi Agensia Hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. Perlakuan T (cm) JD (helai) DK (cm) (70 hspt) (35 hspt) (70 hspt) Tanpa Aplikasi Agensia Hayati (kontrol) 29,08 a 10,16 b 9,40b Konsentrasi 0,5 g/l pada seluruh bedengan 27,00 a 10,96 ab 10,36ab Konsentrasi 1,5 g/l pada seluruh bedengan 27,24 a 11,00 ab 10,63ab Konsentrasi 2,5 g/l pada seluruh bedengan 28,80 a 11,56 ab 11,76a Konsentrasi 0,5 g/l pada pokok tanaman 27,64 a 12,32 a 9,88ab Konsentrasi 1,5 g/l pada pokok tanaman 28,36 a 12,00 ab 8,92b Konsentrasi 2,5 g/l pada pokok tanaman 28,16 a 11,44 ab 11,04ab Keterangan: - T (tinggi tanaman); JD (jumlah daun terbuka sempurna pada tanaman); DK (diameter krop tanaman), hspt (hari setelah pindah tanam) - Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak saling berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf kepercayaan 95% Jumlah daun tanaman kubis dihitung mulai usia tujuh sampai 35 hari setelah pindah tanam (lihat Lampiran 7). Aplikasi agensia hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. relatif meningkatkan jumlah daun terbuka sempurna pada tanaman kubis meski tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa aplikasi agensia hayati (kontrol). Hal ini sejalan dengan penelitian Haque dkk. (2012) yang menuliskan aplikasi pupuk yang diperkaya Trichoderma spp. pada tanaman sawi menunjukkan jumlah daun per tanaman yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang tidak diaplikasi dengan pupuk dan agensia hayati tersebut. Hasan dan Solaiman (2012) menuliskan bahwa jumlah daun penting untuk diamati karena berkaitan dengan kenampakan pertumbuhan dan hasil tanaman kubis. Pada penelitian ini, perlakuan agensia hayati dengan konsentrasi 0,5 g/l yang diaplikasikan pada pokok tanaman menunjukkan jumlah daun yang lebih tinggi dan berbeda nyata 21

6 dibandingkan dengan perlakuan tanpa agensia hayati (kontrol), akan tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan aplikasi agensia hayati yang lainnya. Altomare dkk. (1999) menuliskan bahwa Trichoderma spp. mampu meningkatkan kelarutan hara P dan hara mikro yang lain. Hara P yang tidak diimbangi dengan ketersediaan N akan memacu tanaman untuk memasuki fase generatif lebih cepat, akibatnya pertumbuhan vegetatif tanaman menjadi tidak sempurna (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Hal ini diduga yang mengakibatkan aplikasi agensia hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. dengan konsentrasi yang lebih tinggi relatif menurunkan jumlah daun terbuka sempurna pada tanaman kubis. Diameter krop yang dihasilkan pada tanaman kubis di lahan penelitian tercatat antara 8,92 sampai 11,76 cm (Tabel 4.4), masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan deskripsi varietasnya (lihat Lampiran 1). Hal ini diduga terjadi akibat pengaruh faktor lingkungan terutama suhu udara pada fase pembentukan krop yaitu pada bulan April sampai Mei 2015 (lihat Lampiran 2) yang lebih tinggi dibandingkan lingkungan adaptasi yang sesuai untuk tanaman kubis (berdasarkan deskripsi varietasnya). Meskipun demikian, berbagai konsentrasi agensia hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. pada tanaman kubis relatif meningkatkan jumlah daun terbuka sempurna dan diameter krop dibandingkan dengan tanaman kubis yang dibudidayakan tanpa aplikasi agensia hayati (Tabel 4.4.). Perlakuan agensia hayati dengan konsentrasi 2,5 g/l yang diaplikasikan pada seluruh bedengan memberikan diameter krop yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan tanpa agensia hayati (kontrol) dan perlakuan agensia hayati dengan konsentrasi 1,5 g/l yang diaplikasikan pada pokok tanaman. Perlakuan agensia hayati yang diaplikasikan pada bedengan dengan konsentrasi 0,5 g/l dan 1,5 g/l; serta perlakuan agensia hayati yang diaplikasikan pada pokok tanaman dengan konsentrasi 0,5 g/l dan 2,5 g/l tidak menunjukkan perbedaan diameter krop dibandingkan dengan perlakuan tanpa, perlakuan dengan konsentrasi 2,5 g/l pada seluruh bedengan dan perlakuan dengan konsentrasi 1,5 g/l pada pokok tanaman. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa agensia hayati Trichoderma memacu penyerapan hara bagi pertumbuhan tanaman. Haque dkk. (2012) menuliskan hasil 22

7 yang lebih baik dapat dicapai dengan mengkombinasikan pemberian agensia hayati dengan pupuk Nitrogen untuk mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman budidaya. Efek samping dari keberadaan Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. yang mampu menekan perkembangan patogen penyakit tular tanah dan juga dapat meningkatkan penyerapan hara sehingga pertumbuhan tanaman berlangsung dengan normal (Iskandar dan Pinem 2009; Saba dkk., 2012; Topolovec dkk., 2013). Marh (2005) dan Herlina (2013) menuliskan bahwa dalam proses dekomposisi, Gliocladium spp. membantu mempercepat ketersediaan hara bagi mikroorganisme dan tanaman. Hal ini yang menyebabkan aplikasi agensia hayati pada tanaman kubis relatif meningkatkan jumlah daun terbuka sempurna dan diameter krop tanaman kubis dibandingkan dengan perlakuan tanpa aplikasi agensia hayati (kontrol). 4.3.Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Agensia Hayati yang Diaplikasikan terhadap Hasil Tanaman Kubis Pengaruh pemberian agensia hayati terhadap hasil tanaman kubis diamati pada bobot brangkasan segar dan kering bagian atas tanaman, bobot brangkasan segar dan kering akar, serta volume akar. Hasil pengamatan ini disajikan pada Tabel 4.4. Perlakuan agensia hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. dengan konsentrasi 0,5 g/l yang diaplikasikan pada pokok tanaman memberikan hasil bobot brangkasan segar bagian atas tanaman yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan tanpa agensia hayati (kontrol), namun tidak saling berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan agensia hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. dengan konsentrasi 1,5 g/l yang diaplikasikan pada pokok tanaman menunjukkan bobot brangkasan kering bagian atas yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan agensia hayati yang diaplikasikan pada seluruh bedengan dengan konsentrasi 0,5 g/l; 1,5 g/l, dan 2,5.g/l, namun perlakuan ini tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa agensia hayati (kontrol), perlakuan agensia hayati yang diaplikasikan pada pokok tanaman dengan konsentrasi 0,5 g/l dan 2,5 g/l. 23

8 Tabel 4.5. Data Bobot Brangkasan Bagian Atas serta Bobot Brangkasan dan Volume Akar Tanaman Kubis pada Aplikasi Agensia Hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. Bobot Brangkasan Vol. Perlakuan Bagian Atas Tanaman Akar Akar Segar (g)* Kering (g)* Segar (g)* Kering (g)** (ml)* Tanpa Aplikasi Agensia Hayati (kontrol) 623,74 ab 82,40 ab 25,07 ab 5,99 ab 45,60 ab Konsentrasi 0,5 g/l pada seluruh bedengan 517,30 ab 75,68 ab 18,57 b 4,76 b 24,60 b Konsentrasi 1,5 g/l pada seluruh bedengan 388,55 b 45,26 b 25,82 ab 6,53 ab 43,20 ab Konsentrasi 2,5 g/l pada seluruh bedengan 471,32 ab 58,83 ab 28,80 ab 6,12 ab 45,00 ab Konsentrasi 0,5 g/l pada pokok tanaman 791,41 a 80,34 ab 36,55 a 9,03 a 61,20 a Konsentrasi 1,5 g/l pada pokok tanaman 761,43 ab 116,66 a 39,71 a 9,22 a 56,70 a Konsentrasi 2,5 g/l pada pokok tanaman 591,98 ab 64,54 ab 30,56 ab 6,96 ab 43,40 ab Keterangan: -(*) Data ditransformasi dengan menggunakan ( ) -(**) Data ditransformasi dengan menggunakan ( ) -Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak saling berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf kepercayaan 95% Perlakuan agensia hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. dengan konsentrasi 0,5 g/l dan 1,5 g/l pada pokok tanaman menunjukkan data yang berbeda nyata terhadap perlakuan aplikasi dengan konsentrasi 0,5 g/l pada seluruh bedengan untuk bobot brangkasan akar dalam keadaan segar dan kering serta volume akar namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa agensia hayati (kontrol), 1,5 g/l dan 2,5 g/l pada seluruh bedengan serta konsentrasi 2,5 g/l pada pokok tanaman. Agensia hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. yang diaplikasikan pada lahan pertanian memberikan dukungan terhadap petumbuhan tanaman melalui aktivitasnya pada area perakaran. Aplikasi agensia hayati dengan konsentrasi 2,5 g/l pada pokok tanaman relatif menurunkan bobot segar dan kering brangkasan bagian atas maupun akar tanaman, serta volume akar dibandingkan dengan konsentrasi yang lain pada cara aplikasi yang sama (Tabel 4.5.). Aplikasi agensia hayati dengan konsentrasi 1,5 g/l pada pokok tanaman memberikan hasil bobot segar dan kering akar dengan nilai lebih tinggi dibandingkan aplikasi agensia hayati dengan konsentrasi 0,5 g/l pada pokok tanaman. Hal ini menunjukkan aplikasi agensia hayati dengan konsentrasi 1,5 g/l pada pokok tanaman menjadi perlakuan yang relatif baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain. 24

9 Agensia hayati Trichoderma spp. memiliki aktivitas utama sebagai mikroorganisme yang bersifat antagonis bagi fungi patogen pada tanaman budidaya. Aktivitas agensia hayati ini pada area perakaran tanaman kubis berfungsi sebagai kompetitor fungi yang berpotensi sebagai patogen sehingga tidak menginfeksi sistem perakaran tanaman (Ousley dkk., 1993 dalam Topovolec dkk., 2013). Keadaan ini memungkinkan akar tanaman tumbuh dengan baik. Ketersediaan ruang tumbuh yang cukup pada tanah juga turut mendukung pertumbuhan akar tanaman secara optimal. Beberapa strain Trichoderma mampu mengkolonisasi permukaan akar, bahkan melakukan penetrasi pada lapisan epidermis akar (Harman dkk., 2006; Hermosa dkk., 2012). Kondisi ini memberi dukungan perlindungan bagi akar tanaman sekaligus peningkatan daya serap hara oleh akar sebagai dampak dari perluasan permukaan akar oleh koloni mikroorganisme. 4.4.Keterkaitan antar Parameter dalam Aplikasi Agensia Hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. pada Tanaman Kubis Keterkaitan antar parameter dalam penelitian ini dilihat dengan analisis korelasi dari nilai-nilai hasil pengamatan yang dilakukan. Korelasi antar parameter dianalisis untuk mengetahui dampak aplikasi agensia hayati pada tanaman budidaya. Agensia hayati yang diaplikasikan memiliki habitat di tanah dan area perakaran tanaman budidaya. Aktivitas mikroorganisme ini akan mempengaruhi aktivitas akar dalam menyokong pertumbuhan tanaman, baik bagian akar itu sendiri maupun bagian atas tubuh tanaman yakni batang dan daun. Nilai dan signifikansi korelasi antar parameter dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut. 25

10 Tabel 4.6. Nilai dan Signifikansi Korelasi antar Parameter dalam Aplikasi Agensia Hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. pada Tanaman Kubis PARAMETER T JD DK BS atas BK atas BS akar BK akar Vol. akar T 1 JD 0,363* 1 DK 0,304 0,255 1 BS atas 0,370* 0,247-0,102 1 BK atas 0,441** 0,253-0,167 0,859** 1 BS akar 0,294 0,295-0,119 0,622** 0,689** 1 BK akar 0,328 0,329-0,105 0,569** 0,639** 0,768** 1 Vol. akar 0,363* 0,515** 0,076 0,517** 0,601** 0,742** 0,607** 1 Keterangan: -T (tinggi); JD (jumlah daun terbuka sempurna); DK (diameter krop); BS akar (bobot segar brangkasan akar); BS atas (bobot segar brangkasan bagian atas); BK akar (bobot kering brangkasan akar); BK atas (bobot kering brangkasan bagian atas); Vol. akar (volume akar) -(*) korelasi signifikan pada taraf kepercayaan 95% -(**) korelasi signifikan pada taraf kepercayaan 99% Diameter krop memberikan nilai korelasi yang paling rendah dan tidak signifikan terhadap volume akar. Selain itu, korelasi negatif antara diameter krop dengan bobot brangkasan bagian atas tanaman menunjukkan bahwa semakin besar krop yang terbentuk tidak menaikkan nilai bobot brangkasan bagian atas tanaman. Hal ini diduga karena krop yang terbentuk pada tanaman kubis memiliki kepadatan yang rendah, meskipun diameter yang terbentuk lebih besar namun tidak diimbangi dengan kenaikan bobotnya. Bobot segar brangkasan bagian atas tanaman memiliki korelasi yang erat dan sangat signifikan dengan bobot keringnya. Hal ini berarti seiring dengan bertambahnya bobot brangkasan bagian atas tanaman, penumpukan fotosintat pada jaringan tanaman juga bertambah. Kondisi ini didukung dengan pertumbuhan akar yang baik, dimana bobot dan volume akar memiliki keterkaitan yang signifikan terhadap bobot brangkasan bagian atas tanaman. Akar tanaman budidaya merupakan target utama dari aplikasi agensia hayati pada lahan percobaan. Dukungan ini dapat dilihat pada Tabel 4.6. di atas dimana kenaikan bobot segar akar berkaitan sangat signifikan terhadap kenaikan bobot segar dan kering brangkasan bagian atas tanaman, bobot kering akar itu sendiri dan volume 26

11 akar. Volume akar memiliki keterkaitan yang sangat signifikan terhadap jumlah daun terbuka sempurna, bobot segar dan kering akar, serta bobot segar dan kering brangkasan bagian atas tanaman kubis. Akar tanaman kubis tumbuh dengan baik pada kondisi tanah penelitian yang memiliki bobot isi relatif ringan sehingga menyediakan ruang tumbuh yang besar (lihat Tabel 4.3). Hasil penelitian ini didukung oleh peneliti-peneliti lainnya yang menyimpulkan bahwa aktivitas Gliocladium spp. yang membantu mempercepat ketersediaan hara pada proses dekomposisi bahan-bahan organik dan aktivitas Trichoderma spp. yang membantu meningkatkan kelarutan hara mikro bagi tanaman (Marh, 2005; Vinale dkk., 2008; Herlina, 2013). Aktivitas mikroorganisme ini pada area perakaran tanaman akan mempengaruhi aktivitas akar sebagai organ utama penyokong kehidupan tanaman. Hara yang tersedia dan kondisi akar yang tombuh optimal mendukung nutrisi dan air dari dalam tanah diserap dengan baik. Dengan demikian, pembentukan jaringan tanaman dan penumpukan fotosintat pada jaringan terjadi dengan baik yang ditunjukkan dengan kenaikan bobot brangkasan tanaman. 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembibitan Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit, yang sangat menentukan keberhasilan budidaya pertanaman. Melalui tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang disajikan dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. Hasil pengamatan selintas tidak dianalisis secara stastistik dan digunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa. 38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa Terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1. Bobot Isi Pengaruh pemberian sisa tanaman jagung sebagai mulsa terhadap bobot isi tanah adalah seperti tertera pada Tabel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

Gambar 2. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pf 1 (Y)

Gambar 2. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pf 1 (Y) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan a. Kadar Air pada Tekanan pf 1 Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat salah satu perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis Parameter yang diamati pada hasil pertumbuhan tanaman kubis terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, diameter

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap jenis makhluk hidup termasuk tanaman. Proses ini berlangsung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L) merupakan sayuran daun yang cukup digemari oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan mentah dan dijadikan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat adalah satu diantara produk hortikultura yang mempunyai beragam manfaat, yaitu bisa dimanfaatkan dalam bentuk segar sebagai sayur, buah dan olahan berupa makanan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Perlakuan Persentase Hidup (%) 0% 100 25% 100 50% 100 75% 100 Total

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR (SB )

TUGAS AKHIR (SB ) TUGAS AKHIR (SB 091358) BIOAUGMENTASI BAKTERI PELARUT FOSFAT GENUS Bacillus PADA MODIFIKASI MEDIA TANAM PASIR DAN KOMPOS (1:1) UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica sinensis) Oleh : Resky Surya Ningsih

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini terdiri dari pengamatan selintas dan pengamatan utama. Data pengamatan selintas dan utama disajikan berbentuk tabel pengamatan beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam pengamatan tinggi tanaman berpengaruh nyata (Lampiran 7), setelah dilakukan uji lanjut didapatkan hasil seperti Tabel 1. Tabel 1. Rerata tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisa sidik ragam untuk parameter tinggi tanaman pada 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah tanam (MST) yang disajikan pada Lampiran 3a, 3b, 3c dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sangat tergantung pada curah hujan, sehingga produktivitas tanaman di lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sangat tergantung pada curah hujan, sehingga produktivitas tanaman di lahan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Permasalahan lahan kering adalah keterbatasan kandungan lengas tanah yang sangat tergantung pada curah hujan, sehingga produktivitas tanaman di lahan kering terutama di Gunungkidul

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Februari 2016. Bertempat di screen house B, rumah kaca B dan laboratorium ekologi dan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di III. TATA CARA PENELITIAN A. Rencana Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di Laboratorium Penelitian, Lahan Percobaan fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian 2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Pada saat penelitian berlangsung suhu dan RH di dalam Screen house cukup fluktiatif yaitu bersuhu 26-38 o C dan berrh 79 95% pada pagi hari pukul 7.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejauh ini, budidaya gandum di Indonesia terbatasi oleh musim hujan karena tanaman tersebut tidak tahan terhadap genangan air (Simanjuntak, 2002). Untuk mengetahui genotip gandum

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan penelitian terdiri atas pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang dilakukan di luar

Lebih terperinci

HASIL. E0N1P2: tanpa endofit + kompos + penyiraman dua minggu sekali E0N2P1: tanpa endofit + NPK + penyiraman

HASIL. E0N1P2: tanpa endofit + kompos + penyiraman dua minggu sekali E0N2P1: tanpa endofit + NPK + penyiraman 3 Kandungan klorofil total (C) dalam g/l : C = Ca + Cb C =.22 A 64 +.82 A 663 Kandungan klorofil total (C) dalam mg/l : C = 2.2 A 64 + 8.2 A 663 Keterangan : Ca = kandungan klorofil a (g/l) Cb = kandungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1. Pengaruh Perendaman Benih dengan Isolat spp. terhadap Viabilitas Benih Kedelai. Aplikasi isolat TD-J7 dan TD-TPB3 pada benih kedelai diharapkan dapat meningkatkan perkecambahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas adalah pengamatan yang digunakan untuk mendukung hasil pengamatan

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Maret 2012,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Maret 2012, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011- Maret 2012, bertempat di Green house Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Mulsa Vertikal terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1 Infiltrasi Kumulatif Hasil analisis sidik ragam menunjukan pemberian mulsa vertikal tidak berbeda nyata

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan tanah untuk penelitian berupa tanah podsolik yang diambil dari Jasinga, Kabupaten Bogor. Pengambilan bahan tanah podsolik dilakukan pada minggu ke-3 bulan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi 31 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian yang telah dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 4 Fluks CH 4 dari beberapa perlakuan selama satu musim tanam pada sawah lahan gambut

HASIL. Gambar 4 Fluks CH 4 dari beberapa perlakuan selama satu musim tanam pada sawah lahan gambut 4 perbedaan antar perlakuan digunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Analisis regresi digunakan untuk melihat hubungan antara parameter yang diamati dengan emisi CH 4. HASIL a. Fluks CH 4 selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap pemupukan. Pemberian pupuk merupakan faktor yang penting dalam budidaya jagung manis

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet 18 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet Kampung Muteran, Pudak Payung, Banyumanik, Semarang dan Laboratorium Fisiologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik Awal Tanah Latosol yang di ambil dari lahan percobaan IPB Cikabayan Darmaga memiliki bobot isi 0,86 gram cm -3, pori air tersedia < 20%, pori drainase

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa tengah, dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang terdiri dari pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas adalah pengamatan yang datanya tidak diuji secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2013. Pada awal penanaman sudah memasuki musim penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4,

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4, 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Magnetit Pembentukan magnetit diawali dengan reaksi reduksi oleh natrium sitrat terhadap FeCl 3 (Gambar 1). Ketika FeCl 3 ditambahkan air dan urea, larutan berwarna jingga.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini antara lain pengamatan selintas dan pengamatan Utama 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai Juni 2015-September 2015. Yang dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a) 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a) menunjukkan bahwa pengaruh utama mikoriza maupun interaksi antara mikoriza dan jenis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Pemberian dosis kotoran kambing pada budidaya secara tumpang sari antara tanaman bawang daun dan wortel dapat memperbaiki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang ditampilkan pada bab ini terdiri dari hasil pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas terdiri dari curah hujan, suhu udara, serangan

Lebih terperinci