BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, dimana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di Negara yang sedang berkembang (WHO, 2010). Peningkatan kematian akibat PTM dimasa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% (44 juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada Negara-negara berkembang (Kemenkes RI, 2015) Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2005 dari 58 juta kematian di seluruh dunia diperkirakan disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah (30%), kanker (13%), cedera (9%), penyakit kronik lainnya (9%), penyakit respiratori kronik (7%), diabetes mellitus (2%) sisanya (30%) disebabkan oleh penyakit menular, gangguan maternal dan perinatal, serta defisiensi gizi. Di Indonesia berdasarkan hasil riskesdas tahun 2007 dilaporkan bahwa kematian akibat stroke pada usia sebesar 15,9% (perkotaan) dan 11,5% (pedesaan), diabetes mellitus 14,7% (perkotaan) dan 5,8% (pedesaan), penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya 15,8% (perkotaan) dan 8,8% (pedesaan), hipertensi 7,1% (perkotaan) dan 9,2% (pedesaan), kecelakaan lalu lintas 5,2% (perkotaan), kanker 4,8% (perkotaan) dan 4,4% (pedesaan), serta penyakit pernafasan bawah kronik sebesar 3,2% (perkotaan) dan 4,2% (pedesaan) (Simbolon, 2016). Penyakit tidak menular dipengaruhi oleh banyak faktor risiko. Rerata batang rokok yang dihisap perhari penduduk umur 10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batang. Proporsi penduduk 15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat, dalam Riskesdas 2010 (34,7%) dan Riskesdas 2013 (36,3%). Proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum adalah 26,1%. Proporsi rerata nasional perilaku kurang konsumsi sayur dan buah 93,5% (Riskesdas, 2013). 1

2 2 Pada tahun 2000, secara global diperkirakan prevalensi hipertensi usia 20 tahun keatas cukup tinggi. Di Amerika latin diperkirakan prevalensi 40,1-41,4%, Karibia 34,3-35,4%, Asia 16,1-17,9%, Sub Sahara Afrika 26-27,7%, dan Tiongkok 21,2-23,9% angka tersebut diperkirakan akan mengalami peningkatan pada tahun 2025 (Kearney et all, 2005) Hipertensi merupakan salah satu dari faktor risiko utama kematian global dan diperkirakan menjadi penyebab 9,4 juta kematian dan 7% beban penyakit. Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Jika tidak terkontrol maka hipertensi akan menyebabkan stroke, infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal ginjal dan kebutaan (WHO, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riskesdas pada tahun 2013 ditemukan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Daerah Bangka Belitung menjadi daerah dengan prevalensi hipertensi tertinggi sebesar 30,9%, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan 30,8%, Kalimantan Timur 29,6% dan Jawa Barat 29,4% (Riskesdas, 2013) Menurut Chataut et al. (2011) menunjukkan hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan jenis kelamin, usia, pendidikan, kurangnya aktivitas fisik, indeks massa tubuh (BMI), merokok dan konsumsi alkohol. Menurut hasil penelitian dari Sugiharto (2007) Kebiasaan merokok, untuk perokok berat terbukti 2,47 kali berisiko terjadinya hipertensi. Selain itu penelitian lain mengatakan bahwa usia, riwayat konsumsi alkohol dan BMI ditemukan mempunyai hubungan yang signifikan dengan hipertensi (Tee, et al 2010). Menurut Bustan 2007 faktor risiko hipertensi antara lain umur, ras/suku, urban/rural/ geografis, seks, obesitas, stress, diet, DM, alkohol, rokok, kopi, pil KB. Berdasarkan hasil penelitian dari Pangaribuan 2015 model akhir pada penelitian ini diperoleh nilai PR kontrasepsi pil = 1,38 artinya bahwa wanita usia tahun yang menggunakan kontrasepsi pil kemungkinan berisiko 1,38 kali lebih besar untuk mengalami kejadian hipertensi dibandingkan dengan wanita usia tahun yang tidak menggunakan kontrasepsi pil setelah dikontrol variabel umur dan IMT. Hasil penelitian dari Nafisah tahun 2014 menunjukkan responden yang hipertensi rata-rata berumur 37 tahun, lama penggunaan pil KB 8 tahun dan

3 3 terdapat hubungan antara umur dan lama penggunaan pil KB dengan kejadian hipertensi. Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Depkes RI, 2009) Penelitian ini menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) atau Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga tahun Desain program penelitian ini menggunakan sistem CAPI. IFLS melakukan survei longitudinal terhadap keluarga dari 13 provinsi di Indonesia dan survei ini telah merepresentasikan 83% Populasi Indonesia. Data IFLS ini belum banyak digunakan sebagai data penelitian. Oleh karena itu peneliti tertarik dan ingin meneliti dengan judul Kontribusi Faktor Sosial Demografi Terhadap Kejadian Penyakit Hipertensi Pada Wanita Usia 40 Tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal di Indonesia B. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah faktor sosial demografi seperti: (umur, status perkawinan, pendidikan, status pekerjaan) faktor risiko hipertensi seperti: (kurang aktivitas fisik, konsumsi sayur buah, riwayat kontrasepsi dan IMT) bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Sehingga hal ini dapat menambah permasalahan angka kejadian penyakit tidak menular di Indonesia khususnya penyakit hipertensi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut Apakah faktor sosial demografi berkontribusi terhadap penyakit hipertensi pada wanita usia >40 tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal di Indonesia? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui kontribusi faktor sosial demografi terhadap penyakit hipertensi pada wanita usia 40 tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal di Indonesia

4 4 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi kontribusi faktor sosial demografi dilihat dari status perkawinan, umur, pendidikan dan status pekerjaan pada wanita usia 40 tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal di Indonesia. b. Mengidentifikasi kejadian penyakit hipertensi pada wanita usia 40 tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal di Indonesia. c. Menganalisis kontribusi faktor sosial demografi terhadap kejadian penyakit hipertensi pada wanita usia 40 tahun yang menggunakan kontrasepsi hormonal di Indonesia D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Menambah referensi penelitian epidemiologi mengenai faktor sosial demografi terhadap penyakit hipertensi b. Menjadi sarana penerapan teori keilmuan selama kuliah di pascasarjana UGM serta menyelesaikan salah satu syarat memperoleh gelar magister c. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian tentang faktor risiko penyakit hipertensi d. Menambah pengetahuan peneliti dalam mengolah data sekunder IFLS 2. Manfaat praktis a. Bagi pemerintah dibidang kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk melihat prevalensi hipertensi dan meningkatkan pencegahan dan pengendalian penyakit hipertensi berbasis masyarakat melalui pengukuran tekanan darah secara rutin. b. Bagi Masyarakat di Indonesia Diharapkan dengan adanya penelitian ini masyarakat dapat mengetahui informasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat yang berisiko hipertensi akan pentingnya pencegahan hipertensi sedini mungkin. c. Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peneliti mengenai penyakit hipertensi di Indonesia.

5 5 d. Bagi Institusi pendidikan Sebagai sumber bacaan bagi penelitian lain yang ingin tertarik meneliti mengenai penyakit hipertensi di Indonesia. E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti Isfandari, S (2015) Judul Penelitian Kontribusi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Terhadap Perbedaan Prevalensi Hipertensi Perempuan dan Lelaki di Indonesia: Perspektif Jender Riskesdas 2013 Rancangan penelitian, instrument, teknik data Studi potong lintang, analisis data dilakukan secara bertahap yaitu analisis univariat, bivariat dan multivariat. Persamaan dependent, Data sekunder Riskesdas 2013, desain penelitian Perbedaan Independent Hussain, M.A (2016) Prevalence, Awareness, Treatment and control of Hypertension in Indonesia Adults Aged 40 Years: Finding from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) Cross-sectional study, teknik analisis data menggunakan analisis data univariat, bivariat dan multivariat. Data dianalisis menggunakan uji regresi logistik dengan tingkat kepercayaan 95%. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner IFLS 4 tahun 2007 dependent, Data sekunder IFLS, desain penelitian Independent Dangroo, S et all (2013) The Role of Gender and Their Marital Status in The Prevalence of Hypertension in Kashmiri Population Studi Cross sectional, analisis data secara univariat dan bivariat. Desain penelitian independent Tuan et all (2009) The association between body mass index and hypertension is diferent between East and Southeast Asians Cross sectional study,analisis data uji regresi poisson, uji chi square, dan menggunakan kurva ROC Desain penelitian independen