BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan, sebab

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan, sebab"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan, sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan itu adalah adat istiadat, sedangkan upacara merupakan wujud nyata aktivitas dari adat istiadat yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia baik itu aspek sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Dalam masyarakat tradisional kegiatan yang mengaktifkan kebudayaan itu antara lain diwujudkan dalam pelaksanaan beberapa upacara tradisional yang memang menjadi sarana sosialisasi bagi kebudayaan yang telah dimantapkan lewat pewarisan (transformasi) tradisi. Setiap tindakan manusia secara keseluruhan disebut kebudayaan yang dalamnya terdapat unsur-unsur secara keseluruhan bisa didapatkan di dalam semua kebudayaan dari suku bangsa di dunia. Unsur-unsur ini disebut dengan istilah unsur kebudayaan universal yang terdiri dari 7 (tujuh) unsur kebudayaan. Salah satu unsur kebudayaan universal adalah sistem religi (sistem kepercayaan) yang didalamnya termuat sistem upacara, baik berupa upacara tradisional maupun modern yang merupakan suatu pranata yang diperlukan. Masyarakat sebagai usaha untuk memenuhi hasratnya untuk melakukan komunikasi dengan kekuatan-kekuatan gaib karena didalamnya terdapat simbol yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan makhluk lain (Koentjaraningrat, 1981: ). 1

2 Seperti halnya dengan masyarakat Batak Toba di Hutaurat dan Hutabalian terdapat berbagai bentuk upacara yang berhubungan dengan kepercayaan tradisional mereka, yaitu upacara penyembahan terhadap roh leluhur yang masih dilakukan sampai sekarang ini. Upacara yang masih berkembang di Hutaurat dan Hutabalian adalah mamele. Mamele ini dilakukan dengan tujuan untuk menghormati roh leluhur yang sudah meninggal dan juga meminta restu supaya keinginannya dapat tercapai atau terkabulkan. Upacara ini juga mempunyai kekuatan gaib atau kekuatan yang luar biasa yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Para pelaku dan pendukung upacara ini akan mendapat perasaan aman dan merasa puas apabila melakukannya. Upacara ini juga merupakan sarana pembentukan norma kemasyarakatan khususnya bagi masyarakat pendukungnya. Masyarakat setempat masih menyakininya sampai sekarang, meskipun sudah zaman modern upacara ini masih tetap mereka percayai. Mamele ini dapat dilakukan di berbagai tempat, misalnya di dalam kamar, di kuburan, di batu sawan, di batu hobon dan tempat mamele lainnya. Menurut masyarakat setempat, walaupun secara resmi telah dimasuki oleh ajaran agama, seperti: agama Katolik dan Kristen Protestan, namun masih ditemui pada pemeluk agama tersebut adanya keterikatan kepada kepercayaan tradisional, seperti kepercayaan terhadap roh-roh leluhur dan benda-benda yang dianggap keramat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Batak Toba telah menganut sinkretisme yaitu mencampuradukkan antara ajaran agama Kristen dengan kepercayaan tradisional, seperti perilaku mamele untuk mendapatkan status. 2

3 Perilaku mamele untuk mendapatkan status merupakan kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini. Peneliti merasa tertarik untuk menggkaji lebih dalam mengapa masyarakat setempat dan masyarakat dari luar daerah ini masih saja percaya dan yakin terhadap mamele. Peneliti juga nerasa tertarik untuk mengkaji apakah ada akibat atau bahaya jika tidak dilakukannya mamele (penyembahan terhadap roh-roh leluhur) di Hutaurat dan Hutabalian dan juga apakah yakin dengan melakukan mamele dapat berhasil. Perilaku mamele untuk mendapatkan status ini dapat berupa status sosialnya, ekonominya, budayanya, dan sebagainya. Status sosial disini merupakan kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Kedudukan atau posisi yang ingin mereka capai adalah ingin menjadi seorang pemimpin yang lebih baik. Status ekonomi merupakan suatu harapan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas. Status budaya merupakan suatu aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi masyarakat pendukungnya. Aturan-aturan tentang segi kehidupan manusia tersebut menjadi aturan-aturan hukum yang mengikat yang disebut hukum adat. Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi tersebut merupakan perilaku masyarakat yang percaya terhadap hal-hal yang sakral. Di mana perilaku masyarakat itu sendiri terjadi karena adanya proses pembentukan lingkungan yang memaksa mereka. Perilaku kepercayaan terhadap mamele juga memiliki fungsi manifest atau fungsi secara langsung disadari oleh para penganut tersebut yaitu 3

4 mereka berhasil di dalam pekerjaan, meningkatkan ekonomi keluarga, memperoleh keturunan, kesehatan, dan sebagainya. Perilaku kepercayaan terhadap mamele secara tidak langsung menjadi salah satu cara untuk memperlihatkan sinkretisme, walaupun tidak semua masyarakat memiliki kepercayaan yang sama. Selain itu, perilaku ini juga secara tidak langsung menunjukkan pelestarian kebudayaan ataupun pelestarian nenek moyang untuk keturunan yang datang. Bukan berarti mereka meninggalkan agama atau tidak percaya dengan agama yang dimilikinya, melainkan mereka hanya ingin meneruskan dan menghargai tradisi yang telah diturunkan oleh nenek moyangnya. Berangkat dari pedoman dasar dalam kehidupan manusia secara umum di atas, struktur yang berlaku di masyarakat secara langsung menerima keberadaan mamele sebagai kepercayaan tradisionalnya. Mamele ini sudah disakralkan oleh masyarakat setempat. Bahkan para pengurus gereja juga pernah menyaksikan langsung dan juga pernah melakukan mamele tersebut. Hal ini dikarenakan, mamele merupakan warisan yang diturunkan oleh nenek moyang untuk tidak dihilangkan oleh masyarakat setempat. Berbicara mengenai mamele bahwa persembahan, mantra, benda keramat, dan sebagainya sangatlah penting saat upacara berlangsung. Pemberian persembahan ini biasanya dilakukan di tempat-tempat yang dianggap keramat dan memiliki nilai magic yang tinggi. Dalam Batak Toba, kepercayaan dan kosmologi mengenai pembagian eksistensi (kehidupan) terdiri dari 3 (tiga) tingkat atau dunia. Dunia ginjang (atas) 4

5 adalah kerajaan dewa tertinggi, Ompu Mula Jadi Na Bolon, dan roh-roh leluhur yang sudah meninggal. Dunia tongah (tengah) adalah tempat manusia sebagai pengusaha dunia ini adalah Silaon Nabolon. Sedangkan dunia toru (bawah) adalah tempat tinggal untuk para hantu dan setan (dalam bahasa Batak Toba disebut dengan parbeguan) yang diperintah oleh Naga Padoha, yakni: sang ular naga. Masyarakat akan mempercayai kekuatan dan kekuasaan dari roh-roh dan dewa tersebut, sehingga mereka menyembah dan menghormatinya sebagai kekuatan yang membawa kebahagiaan. Masyarakat Batak Toba menganggap bahwa hal di atas memiliki kekuatan supranatural yang harus disembah dan dihormati. Sebab itu di dalam pengetahuan religius, warga mengakuinya kekuatan gaib dan tondi (roh) itu kembali ke dunia ginjang (atas) bersama dengan dewa tertinggi, Ompu Mula Jadi Na Bolon. Dan tondi (roh) itu dapat menempati sebuah benda yang dimilikinya ketika masih hidup, atau berada di atas puncak-puncak gunung dan pohon-pohon besar. Karena kekuatan gaib yang berada di dalam benda-benda atau tempat-tempat yang dihuni tondi (roh) sehingga masyarakat menyembah dan mempercayainya sebagai sumber berkat bagi masyarakatnya (Tambunan, 1982:48,49,68). Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui secara mendalam mengenai mamele. Hal ini untuk melihat dan menggambarkan bagaimana masyarakat Batak Toba di Hutabalian menjaga mamele hingga saat sekarang ini, padahal masyarakatnya sudah memeluk agamanya masing-masing tetapi hal tersebut sudah menjadi tradisi atau kebiasaan yang harus dilakukan oleh masyarakat setempat. 5

6 1.2. Perumusan Masalah Upacara mamele merupakan upacara adat yang masih bertahan atau tetap dijalankan hingga saat ini. Bagi orang Batak Toba di Hutaurat dan Hutabalian keberadaan upacara tersebut memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupannya baik diri sendiri maupun orang lain. Atas dasar tersebut maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian adalah kenapa masyarakat masih percaya terhadap mamele untuk mendapatkan status. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi fokus dari masalah yang hendak dikaji dalam penelitian adalah: 1. Faktor-faktor pendorong terjadinya perilaku mamele! 2. Dampak negatif dari perilaku mamele untuk mendapatkan status terhadap ajaran agama Kristen! 3. Bagaimana pandangan masyarakat sekitarnya terhadap mamele! 1.3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini difokuskan di desa Hutaurat dan Hutabalian (dapat disebut juga desa Sianjur Mula-Mula), Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Kabupaten Samosir. Alasan mengapa desa Hutaurat dan Hutabalian digabungkan menjadi satu desa karena jumlah penduduk per KK (Kepala Keluarga) di Hutaurat tidak mencukupi di atas 100 KK, begitu juga dengan Hutabalian. Akhirnya Hutaurat dan Hutabalian digabungkan menjadi satu desa yang disebut dengan desa Sianjur Mula-Mula. Penentuan lokasi penelitian ini karena lokasi ini banyak sekali tempat pemujaan yang masih dilakukan dan dipercayai oleh masyarakat setempat dan 6

7 juga masyarakat dari luar desa ini. Mamele ini dapat dilakukan masyarakat setempat di Gunung Pucuk Buhit, dalam kamar, kuburan, batu hobon, dan tempat mamele lainnya Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan perilaku mamele untuk mendapatkan status yang masih dilakukan dan memiliki arti penting bagi masyarakat Batak Toba di desa Hutaurat dan Hutabalian (desa Sianjur Mula-Mula) sampai sekarang ini Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah diharapkan secara akademis dapat menambah wawasan keilmuan terutama dalam melihat realita dan permasalahan di tengah masyarakat untuk dijadikan sebagai kajian dan pembelajaran. Dalam hal ini tentu saja akan menambah khasanah keilmuan terutama Antropologi dalam kaitannya dengan judul penelitian ini yakni menggambarkan tentang kepercayaan masyarakat setempat dan juga masyarakat dari luar daerah ini terhadap mamele yang mereka yakini dapat mengabulkan segala permintaannya. Selain itu juga, secara akademis peneliti memperoleh gelar sarjana dari Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukanmasukan terhadap masyarakat yang terkait dalam menanggapi perilaku mamele 7

8 untuk mendapatkan status secara arif dan positif serta agar nantinya tradisi ini terdepannya dapat dilestarikan sesuai dengan hakekat mamele yang tidak merugikan dirinya ataupun orang lain Tinjauan Pustaka Masyarakat adalah pendukung suatu kebudayaan, baik itu masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan. Kebudayaan mempunyai arti penting dalam mempengaruhi perilaku dan cara berpikir para anggotanya. Suparlan, menjelaskan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapinya serta untuk menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Sikap pada dasarnya berada pada diri seseorang individu, namun meskipun demikian sikap biasanya juga dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya tersebut (Koentjaraningrat, 1981:26). Nilai-nilai budaya yang terpengaruh kepada masyarakat adalah nilai-nilai budaya yang hidup dalam pikiran sebagian besar suatu masyarakat mengenai sesuatu yang dianggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman tinggi bagi perilaku manusia yang memberikan arah dan orientasi kepada kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1979:186). Salah satu kebudayaan yang dapat mendorong manusia itu dan menciptakan terjadinya kelakuan adalah dengan membuat hubungan manusia dengan kekuatan gaib. Oleh karena itu, hubungan tersebut dapat dijaga sebaikbaiknya oleh masyarakat melalui proses upacara tradisional. Umumnya 8

9 kepercayaan tradisional terdapat pada kalangan masyarakat pedesaan berkaitan peristiwa alam dan kepercayaan mereka. Upacara tradisional merupakan upacara yang diselenggarakan oleh warga masyarakat sejak dahulu kala sampai sekarang dalam bentuk yang relatif. Upacara tradisional merupakan kegiatan nasional yang melibatkan para warga masyarakat, dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan kesalamtan bersama. (Koentjaraningrat, 1989:225). Dalam kaitannya dapat terbaca melalui tingkah laku resmi warga masyarakat yang dilakukan dalam peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan kekuatan supranatural atau gaib. Kekuatan ini dapat berupa kekuatan roh-roh, makhluk halus, dan kekuatan sakti. Terutama pada manusia yang lebih banyak percaya kepada sesuatu kekuatan yang lebih tinggi daripadanya, dan mengapa manusia itu melakukan berbagai hal dan cara-cara beranekaragam untuk mencari hubungan dengan kekuatan yang dipercayainya (Koentjaraningrat,1981:251). Dalam hal ini, upacara tradisional menjadi ikatan utama antar orang dan antar kelompok dan juga keperluan simbolik manusia yang mengharapkan keselamatan. Upacara juga timbul karena adanya dorongan perasaan manusia untuk melakukan berbagai perbuatan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib. Semua unsur yang ada di dalamnya baik itu saat upacara, benda-benda yang digunakan, juga orang-orang yang terlibat di dalamnya dianggap keramat (Koentjaraningrat, 1977:241). Menurut R. Otto terhadap sikap kagum atau terpesona pada hal-hal yang gaib dan keramat. Sifat pada azasnya sulit dilukiskan dengan bahasa manusia mana pun juga, karena hal yang gaib serta keramat itu memang memiliki sifat- 9

10 sifat yang sebenarnya tidak mungkin dapat dicakup oleh pikiran dan akal manusia. Walaupun demikian, dalam semua masyarakat dan kebudayaan di dunia ini, hal yang gaib dan keramat tadi yang menimbulkan sikap kagum terpesona, selalu akan menarik perhatian manusia dan mendorong timbulnya hasrat untuk menghayati rasa bersatu dengannya (Koentjaraningrat, 1987:80). Robertson Smith tentang kepercayaan bersaji. Mengatakan bahwa asas religi, tetapi berpangkal pada upacaranya. Dalam gagasannya ada 3 (tiga) komponen penting yang menambah pengertian kita mengenai asas-asas dari religi dan agama pada umumnya. Gagasan pertama mengenai sistem keyakinan dan doktrin, sistem upacara yang merupakan suatu perwujudan dari religi atau agama yang memerlukan studi dan analisa yang khusus. Gagasan kedua adalah upacara religi yang biasanya dilaksanakan banyak warga masyarakat pemeluk religi yang bersangkutan bersama-sama mempunyai fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas masyarakat. Gagasan ketigs adalah teorinya mengenai fungsi upacara bersaji. Selain itu Smith mengatakan bahwa upacara bersaji sebagai suatu upacara yang gembira meriah tetapi juga keramat dan tidak sebagai suatu upacara yang khidmat (Kontjaraningrat, 1980). Ini juga ditegaskan oleh Preusz bahwa pusat dari religi adalah ritus atau upacara. Menurutnya, bahwa melalui kekuatan-kekuatan yang dianggapnya berperan dalam tindakan-tindakan gaib seperti itu manusia mengira dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya serta mencapai tujuan hidupnya, baik yang bersifat meterial maupun yang spiritual. Dengan demikian Preusz menganggap tindakan ilmu gaib dan upacara religi itu hanya sebagai dua aspek dari satu 10

11 tindakan, dan malahan seringkali tampak bahwa ia menganggap upacara religi biasanya memang bersifat ilmu gaib (Koentjaraningrat,1987:69). Sedangkan menurut Durkheim bahwa semua sistem religi di dunia ada suatu hal yang ada di luarnya, suatu hal in foro externo dalam arti bahwa hal itu tetap akan ada dalam sistem religi, lepas dari wujud, isi, atau materinya yaitu kebutuhan azasi dalam tiap masyarakat manusia yang mengikuti sistem religi tadi untuk mengintensifkan kembali kesadaran kolektifnya dengan upacara yang keramat. Kebutuhan ini menurut Durkheim akan tetap ada, juga bila ilmu pengetahuan telah menggantikan kosmologi dan kosmogoni agama. Dalam hal ini menerangkan azas-azas kekuatan alam, dan juga bila ajaran agama telah menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan serta otonomi moral individual yang semakin lama semakin meluas. Walaupun demikian, manusia sebagai warga masyarakat masih tetap membutuhkan keyakinan-keyakinan, sentimen-sentimen, dan kesadaran kolektif yang memberi identitas kepadanya dan yang memperkuat kebutuhan moralnya. Hal-hal itu sebaliknya memerlukan upacara-upacara yang ditentukan oleh gagasan-gagasan kolektif yang tidak pernah akan hilang dari kehidupan masyarakat manusia (Koentjaraningrat,1987:97-98). Salah satu upacara tradisional yang pernah dilakukan oleh masyarakat setempat adalah Mamele. Mamele merupakan salah satu kepercayaan suku Batak Toba yang diberikan kepada Tuhan, Dewa, Roh Halus, dan lain-lain yang dilakukan dengan berbagai macam kegiatan upacara ritual religi. Isi dari sesajian ialah berupa makanan, minuman, bunga-bungaan, dan lain-lain. Mamele juga sangat berkaitan dengan suatu peristiwa alam, keinginan yang ingin dicapai oleh 11

12 masyarakat (diberi rejeki, kesehatan, kekayaan, jabatan yang lebih tinggi, dan lain-lain). Dalam arti mempersembahkan sesajian itu kepada Tuhan, dewa, atau makhluk-makhluk halus penghuni alam gaib lainnya manusia dan bermaksud berkomunikasi dengan makhluk halus itu. Dengan kata lain, persembahan ini memiliki nilai sakral yang tinggi, karena tanpa adanya persembahan maka upacara ini tidak dapat berlangsung. Persembahan tersebut digunakan masyarakat sebagai alat komunikasinya kepada dewa-dewa atau roh-roh halus. Terkait dengan hal itu, Koentjaraningrat (1987:42), menyatakan bahwa upacara bersaji dan upacara-upacara lainnya juga merupakan sebuah tindakan yang penuh symbol of communication (lambang untuk berkomunikasi). Koentjaraningrat lebih jauh menjelaskan bahwasanya semua unsur-unsur kecil yang tersusun dalam sesajian itu, masing-masing merupakan lambang yang mengandung arti yang baik dalam bentuknya, maupun dalam tempat asal bahan mentahnya, jumlahnya ataupun warnanya. Ini adalah bagian komunikasi antara manusia kepada para dewa atas makhluk halus yang menghuni alam gaib. Upacara ini biasanya terdiri dari beberapa tindakan, yaitu: berdoa, bersujud, bersaji, makan bersama, manari, bersemedi, dan sebagainya. Upacara ini merupakan penghubung manusia dengan keramat. Ada 5 aspek yang terkandung dalam upacara tradisional, yaitu: 1) Tempat upacara keagamaan dilakukan 2) Saat upacara dilakukan atau dijalankan 3) Benda-benda dan alat upacara 4) Orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara 12

13 5) Emosi keagamaan Dalam hal ini, pemberian sesajian dapat diartikan sebagai pemberian kepada kekuatan gaib yang berada pada tempat-tempat keramat, yang mana fungsi pemberian ini mengandung arti untuk menguku hkan hubungan antara pemberi dan penerima. Di dalam pelaksanaan upacara religi akan terkandung 2 (dua) aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena sifatnya sakral atau magis atau gaib, yaitu: 1) Aspek Ketuhanan (Keagaiban) Dengan mengadakan upacara ini bahwa manusia dalam kehidupannya tidak dapat melepaskan diri dari kekuatan-kekuatan Tuhan (kekuatan gaib). Di balik kekuatan-kekuatan lahir, pasti ada kekuatan gaib yang menguasai kehidupan manusia. 2) Aspek Keduniawian (Lahiriah) Di dalam aspek ini, manusia dapat menciptakan atau mencapai sesuatu seperti: keselamatan, kekuasaan, kesehatan, dan sebagainya melalui upacara religi. Selain persembahan, doa juga penting dalam mamele. Doa itu juga merupakan komunikasi antara orang Batak Toba dengan Mulajadi Na Bolon dan dengan para leluhurnya. Biasanya doa ini dibawa oleh seseorang (datu), yang ditujukan kepada Debata Mulajadi Na Bolon, Debata Na Tolu dan roh-roh para leluhur. Tiga tipe doa yang cukup berperanan dalam kehidupan orang Batak yang 13

14 barangkali juga sama pada budaya lain, yakni doa permohonan, syukur dan doa pemulihan. Hal ini tidak berarti orang Batak Toba percaya bahwa sukses yang bergantung pada doa. Banyak faktor yang diakui termasuk sikap dan tingkah laku orang yang bersangkutan turut menentukan kesuksesan. Lebih menarik lagi bahwa permohonan dapat disampaikan melalui atau lewat makna-makna persembahan Metode Penelitian Penelitian ini bertipekan deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Suatu penelitian yang bermaksud dapat membantu dalam menggali informasi secara mendalam serta mendapatkan gambaran yang lebih detail dan komperhensif mengenai perilaku mamele untuk mendapatkan status yang masih dilakukan di Kecamatan Sianjur Mula-Mula di lapangan, supaya mendapat data yang diinginkan (diharapkan) yang berdasarkan observasi (pengamatan) dan wawancara di lapangan. Untuk dapat mendeskripsikan hal diatas diperlukan data-data yang akan mendukung penelitian ini. Untuk mendukung penelitian ini terlebih dahulu harus menentukan populasi dan sampel. Menurut Riduwan (2004:55), populasi adalah obyek atau subyek di wilayah tertentu dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini populasi yang dimaksud adalah masyarakat di Hutaurat dan Hutabalian. Sampel merupakan bagian populasi yang terwakili dan akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang terwakili. Dalam penelitian ini 14

15 sampel yang dimaksud adalah masyarakat yang mengadakan upacara mamele, masyarakat yang menginginkan upacara mamele atau si pemohon, serta masyarakat yang pernah diundang pada saat upacara mamele berlangsung Data Primer Data primer merupakan bentuk data utama yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. Melalui observasi dan wawancara telah mempermudah peneliti untuk meneliti suatu permasalahan yang ada di daerah tersebut a. Observasi Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi. Dalam hal ini, peneliti mengadakan pengamatan pada saat diperlukan untuk memperoleh data. Peneliti terlibat secara aktif dengan arti kata peneliti hanya berada dalam arena kegiatan subjek untuk mengamati dan mempelajari realitas yang berhubungan dengan masalah yang ingin dikaji dengan terlibat aktif atau terintegrasi ke dalam hidup mereka. Adapun yang di observasi adalah kondisi kehidupan mereka, di mana biasanya mereka melakukan mamele, apa-apa saja yang mereka bawa, permintaan apa saja yang mereka minta, kenapa mereka lebih memilih melakukan mamele ketimbang percaya kepada Tuhan, dan lainnya b. Wawancara Wawancara dilakukan dengan cara terbuka agar para informan dapat menjawab pertanyaan dan bercerita panjang lebar tentang kehidupan dan segala 15

16 informasi yang dimilikinya. Melalui teknik ini dapat diperoleh data tentang pengalaman hidup individu (life history) secara mendalam. Dengan demikian, data dapat diperoleh secara mendetail tentang pengalaman hidup setelah mereka berhasil melakukan mamele dan selama mereka melakukannya tidak membahayakan dirinya atau tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain, serta latar belakang kepercayaan mereka terhadap mamele. Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam (depth interview), yang tujuan untuk menggali informasi yang didapat dari informan. Kegiatan wawancara ini dapat memperoleh data sebanyak mungkin tentang kepercayaan mereka terhadap mamele. Seperti biasanya wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara (interview guide) sebagai panduan yang berisi seperangkat pertanyaan terbuka sesuai dengan aspek-aspek yang ingin didapatkan informasinya, yakni: mulai kapan mereka melakukan mamele, apa-apa saja yang mereka minta, mamele ini dilakukan dimana saja, apa yang mendorong mereka untuk melakukan mamele, apakah ada dampak negatifnya jika mamele tidak dilakukan, serta perasaan mereka setelah melakukan mamele tersebut c. Informan Informan adalah orang yang memberikan informasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh peneliti. Informan ditentukan secara Snow Ball (dimana informasi yang didapat adalah melalui proses wawancara yang menghubungkan satu informasi ke informasi lainnya, sehingga menjadi suatu kesatuan data yang mengarahkan peneliti). Para informan yang menjadi sumber data adalah individu- 16

17 individu yang terkait dengan perilaku mamele untuk mendapatkan status (penyelenggara acara mamele, masyarakat setempat, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan masalah penelitian ini). Adapun informan yang digunakan dan diwawancarai dalam penelitian ini adalah a) Informan Pangkal Informan pangkal dalam penelitian ini adalah seseorang yang memberikan informasi awal dari penelitian yang akan dilakukan peneliti. Adapun yang menjadi informan pangkal adalah kepala desa, karena peneliti menganggap bahwa kepala desa banyak mengetahui siapa-siapa saja anggota warga masyarakat yang mengetahui tentang mamele untuk mendapatkan status dan juga dapat memberi masukan-masukan pada saat di lapangan yang sangat diperlukan oleh peneliti termasuk kriteria-kriteria informan yang ditetapkan oleh peneliti. b) Informan Kunci Informan kunci adalah orang yang mengetahui secara mendalam suatu informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Dari merekalah data dari informasi yang dibutuhkan ditelusuri. Informan kunci adalah orang yang pernah melakukan mamele untuk mendapatkan status, seperti: pengetua adat, juru kunci (pawang), masyarakat setempat yang pernah melakukan mamele. Dari informan kunci diharapkan data tentang tingkat keberhasilan masyarakat setelah melakukan mamele dan bagaimana keadaan kehidupan yang menyangkut dengan kepercayaan mereka setelah munculnya mamele ini. Selain itu dapat juga 17

18 diketahui permintaan apa saja yang pernah diminta oleh masyarakat dan apa-apa saja yang mendorong mereka untuk melakukan mamele. Dengan mengetahui hal tersebut dapat terungkap bahwa kenapa masyarakat masih percaya terhadap roh leluhur ketimbang percaya kepada Tuhan yang sesuai dengan ajaran agama yang dimilikinya. c) Informan Biasa Informan biasa adalah informasi yang memberikan informasi sesuai dengan pengetahuannya terhadap masalah penelitian. Adapun yang menjadi informan biasa adalah masyarakat setempat yang berada di sekitar lokasi penelitian Data Sekunder Data sekunder merupakan pendukung yang dapat dikumpulkan melalui perpustakaan seperti, melalui buku, hasil-hasil penelitian, informasi dari internet dan sebagainya. Data sekunder sangat penting dalam memberikan penyempurnaan hasil observasi dan wawancara. Data sekunder juga bisa di dapat dari hasil penelitian orang lain dan refrensi berbagai sumber yang relefan seperti koran, jurnal, artikel, buku-buku, dan sebagainya Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitaif yang menganalisa tentang perilaku mamele untuk mendapatkan 18

19 status. Analisa data dilakukan dengan mengorganisasikan data hasil observasi dan wawancara ke dalam tema-tema, kategori-kategori. Proses mengorganisi dan mengurutkan data ke dalam pola, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan mengurutkan hipotesa kerja. Setelah semua data terkumpul selanjutnya dibandingkan serta dicari saling hubungannya. Dengan ini diharapkan akan ditemukan konsep dan kesimpulan yang menjelaskan hasil penelitian yang disusun secara sistematis. Analisa data sebenarnya telah dilakukan mulai dari penyusunan proposal sampai penelitian ini selesai. 19

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur adalah sebuah tugas mulia yang harus kita emban sebagai generasi penerus. Keterpurukan dan kepunahan warisan budaya

Lebih terperinci

RELIGI. Oleh : Firdaus

RELIGI. Oleh : Firdaus RELIGI Oleh : Firdaus Pertemuan ini akan Membahas : 1. Konsep Religi 2. Komponen sistem Religi 3. Teori Berorintasi Keyakinan Pertanyaan untuk Diskusi Awal: 1. Apa Konsep Religi 2. Apa Komponen Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adat-istiadat yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia baik itu

BAB I PENDAHULUAN. adat-istiadat yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia baik itu BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH DAN LATAR BELAKANG. Kehidupan kelompok masyarakat tidak bisa terlepas dari kebudayaannya, sebab kebudayaan ada karena masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH-ISTILAH ASING

DAFTAR ISTILAH-ISTILAH ASING DAFTAR ISTILAH-ISTILAH ASING Aek : Air. Banua ginjang : Dunia atas (dalam kepercayaan batak toba, sebagai tempat tinggal Mulajadi Na Bolon). Banua tonga : Dunia tengah/tempat tinggal manusia. Banua toru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan satu ekspresi mengenai apa yang sekelompok manusia pahami, hayati, dan yakini baik

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaan kebiasaan lain. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau, baik dalam bidang politik, militer, sosial, agama, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Ini menjadi variasi budaya yang memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Budaya merupakan

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk yang berbudaya, karena kebudayaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk yang berbudaya, karena kebudayaan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk yang berbudaya, karena kebudayaan merupakan pendorong didalam tingkah laku manusia dalam hidupnya. Kebudayaanpun menyimpan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide - ide,

BAB I PENDAHULUAN. masing manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide - ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki kebudayaannya masing - masing, dan masing - masing manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide - ide, gagasan, nilai - nilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman mengenai peranan pendidikan dalam pembangunan nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar belakang sosial budaya bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat beberapa hal pokok yang akan ditegaskan sebagai inti pemahaman masyarakat Tunua tentang fakta

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tradisi-tradisi yang memuja roh roh leluhur. Maka telah tercipta sebuah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tradisi-tradisi yang memuja roh roh leluhur. Maka telah tercipta sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap agama percaya terhadap Ketuhan Yang Maha Esa dan menolak terhadap kepercayaan-kepercayaan roh-roh halus yang berbau mistis. Semua ini tercetus

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Palipi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir, daerah ini dekat dengan Danau Toba, memiliki kekayaan alam yang berpotensi dan yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu menciptakan pola bagi kehidupannya berupa kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kebudayaan Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budhi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan dalam masyarakat tidak begitu saja ada dengan sendirinya. Kebudayaan itu sendiri merupakan sebuah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang diperoleh melalui

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI

MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI Nama : Ruth Stella Novianty Marbun NPM : 18813140 Dosen Pembimbing : Moch. Ravii Marwan, S.T., M.I.Kom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Samosir merupakan sebuah pulau yang terletak ditengah-tengah Danau Toba. Daerah ini merupakan pusat kebudayaan masyarakat Batak Toba. Di pulau inilah lahir si

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia merupakan buah Pergumulan Kreatif dari penduduk setempat dan telah menjadi warisan untuk genarasi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data. 219 BAB VI PENUTUP Dari hasil analisa terhadap ulos dalam konsep nilai inti berdasarkan konteks sosio-historis dan perkawinan adat Batak bagi orang Batak Toba di Jakarta. Juga analisa terhadap ulos dalam

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano Menurut Hertz, kematian selalu dipandang sebagai suatu proses peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut. BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT Bab ini merupakan pembahasan atas kerangka teoritis yang dapat menjadi referensi berpikir dalam melihat masalah penelitian yang dilakukan sekaligus menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak keanekaragaman budaya tradisional termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang telah mendarah daging berurat dan berakar. Kebiasaan ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang telah mendarah daging berurat dan berakar. Kebiasaan ini dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tiap kelompok manusia memiliki corak, watak, kaidah, norma, etika, moral, serta tradisi dan adat istiadat yang dilakukan dengan turun temurun dari generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Budaya dan manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk memahami hakikat kehidupan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu. Dimana dalam lingkungan sosial budaya itu senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang merupakan pusat budaya batak toba. Selain itu samosir juga di kenal dengan ke indahan panorama alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau besar seperti, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan,

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau besar seperti, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki ribuan pulau, dengan beberapa pulau besar seperti, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan

Lebih terperinci