BAB I PENDAHULUAN. commit to user

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk negara dengan tingkat pertumbuhan dan jumlah penduduk yang tinggi. Hal tersebut dibuktikan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-4 dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia yang mencapai 253,60 juta jiwa. Bertambahnya jumlah penduduk ini mengakibatkan peningkatan aktifitas yang dilakukan oleh manusia. Hal tersebut memicu adanya pembangunan rumah tinggal, gedung, sarana dan prasarana transportasi guna menunjang aktifitas yang dilaksanakan. Salah satu material bangunan yang paling sering digunakan dalam pembangunan rumah adalah kayu. Kayu merupakan salah satu kebutuhan sangat penting bagi manusia khususnya pada bidang pembangunan. Jumlah penduduk yang terus bertambah membuat permintaan terhadap kayu juga ikut meningkat, namun keadaan ini tidak diikuti dengan ketersediaan kayu yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat juga disebabkan oleh sifat kayu yang mudah untuk dibentuk sesuai dengan produk yang diinginkan. Hal ini mengakibatkan eksploitasi kayu yang tidak seimbang dengan yang ditanam. Kondisi seperti ini harus diantisipasi dengan mencari alternatif penggunaan selain kayu dengan bahan lain yang memiliki potensi cukup besar dan dapat dimanfaatkan dengan baik. Alternatif penggantian kayu haruslah memiliki berat jenis lebih kecil atau sama dengan berat jenis kayu itu sendiri. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis lebih ringan daripada beton pada umumnya. Beton ringan dapat dibuat dengan berbagai cara, antara lain dengan: menggunakan agregat ringan (fly ash, batu apung, expanded polystyrene, dll), campuran antara semen; silika; pozollan; dll (dikenal dengan nama aerated concrete) atau semen dengan cairan kimia penghasil gelembung udara. Tidak seperti beton biasa, berat beton ringan dapat diatur sesuai kebutuhan. Beton ringan mempunyai berat jenis < 1900 kg/m 3 (SNI ), karena itu keunggulan beton ringan utamanya ada pada berat yang akan dapat secara signifikan 1

2 2 mengurangi berat sendiri bangunan, yang selanjutnya berdampak kepada ketahanan terhadap gempa. Seperti halnya dengan beton ringan, ferosemen merupakan inovasi teknologi beton yang mempunyai banyak kelebihan. Ferosemen dapat digolongkan kedalam kategori beton ringan karena mempunyai berat jenis relatif kecil. Bahan penyusun ferosemen tidak menggunakan agregat kasar sehingga berat jenis lebih ringan dibandingkan dengan beton normal. Ferosemen adalah semacam konstruksi beton bertulang tipis, dimana biasanya semen hydraulis ditulangi dengan lapisan-lapisan jala yang bergaris tengah kecil dan menerus. Keuntungan utama dari ferosemen antara lain: kemudahan dalam pengerjaan karena tekniknya tidak banyak berbeda dengan teknik bahan bangunan biasa (mortar dan beto n), bahan mudah didapat, volume bahan yang digunakan relative lebih sedikit (Djausal, 2004: 5). Bahan-bahan pokok yang digunakan dalam membuat ferosemen yaitu: semen, pasir, air, dan wiremesh. Ferosemen juga dapat ditambah dengan alternatif bahan yang lain guna meningkatkan kekuatannya. Serat bambu adalah salah satu bahan organik yang dapat ditambahkan sebagai bahan alternatif untuk membuat ferosemen. Dengan penambahan bahan ini ferosemen akan bertambah kekuatannya, khususnya dari kuat lenturnya. Bambu secara botanis dapat digolongkan pada famili Gramineae (rumput). Bambu adalah tumbuhan daerah tropis yang terdapat hampir di seluruh Indonesia. Umumnya, bagian bagian bangunan yang terbuat dari bambu jauh lebih murah jika dibandingkan dengan bahan bangunan lain untuk kegunaan yang sama. Bambu mempunyai kekutan yang cukup tinggi, kuat tariknya dapat dipersaingkan dengan baja. Bambu berbentuk pipa momen kelembamanya tinggi, sehingga bambu cukup baik untuk memikul momen lentur. Ditambah dengan sifat bambu yang elastis, struktur bambu mempunyai ketahanan yang cukup tinggi terhadap angin dan gempa. Oleh karena itu serat bambu dipilih dalam penelitian ini mengingat ketersediaanya yang cukup banyak sehingga harganya relalif lebih murah.

3 3 Dari paparan diatas pengembangan beton (beton khusus) yaitu ferosemen perlu dikenalkan secara mendalam di dalam dunia perkuliahan khususnya pada mata kuliah Teknologi Beton. Mata kuliah Teknologi Beton merupakan mata kuliah wajib yang harus ditempuh di Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan. Didalam Teknologi Beton membahas tentang jenis-jenis, sifat-sifat dan penggunaan bahan dalam kontruksi bangunan. Pembelajaran Teknologi Beton di kampus bertujuan menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Teknologi Beton dalam pelaksanaan pendidikan diajarkan di institusi-institusi pendidikan, baik ditingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan perguruan tinggi khususnya teknik bangunan. Perlu adanya pendalaman materi mengenai beton khusus yaitu ferosemen di dalam mata kuliah Teknologi Beton mengingat keberagaman jenis jenis beton khusus yang ada. Penyusunan bahan ajar ini termasuk pembelajaran berbasis riset yaitu menggunakan hasil penelitian sebagai bahan pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk selalu berpikir kreatif dan inovatif di masa datang. Pembelajaran tersebut dituangkan kedalam materi yang dapat diterapkan dengan adanya bahan ajar. Maka dari itu perlu adanya pembuatan bahan ajar yang membahas tentang ferosemen di dalam mata kuliah Teknologi Beton. Berdasarkan uraian diatas penulis mengadakan penelitian yang berjudul sebagai berikut: PENGARUH PENGGUNAAN SERAT BAMBU PADA FEROSEMEN DITINJAU DARI KUAT LENTUR SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KAYU DALAM MENDUKUNG PENYUSUNAN BAHAN AJAR MATA KULIAH TEKNOLOGI BETON BERBASIS RISET. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik beberapa identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Berkurangnya sumber daya alam yaitu kayu akibat eksploitasi berlebihan untuk bahan pada konstruksi bangunan maka nilai efisien dan efektif perlu dipertimbangkan.

4 4 2. Pengembangan inovasi ferosemen untuk bahan alternatif penggantian kayu diperlukan, mengingat jumlah kayu yang sekarang ini terus berkurang. 3. Belum diketahui kuat lentur ferosemen setelah campurannya ditambah dengan serat bambu. 4. Dengan adanya variasi persentase penambahan serat bambu memungkinkan memberi pengaruh terhadap kuat lentur ferosemen. 5. Sedikitnya materi buku ajar berbasis riset mengenai ferosemen di dalam mata kuliah Teknologi Beton. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai dengan tujuan, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Alternatif pengganti kayu yang dimaksud adalah komponen struktur bangunan dari kayu yang menahan gaya lentur seperti gording 2. Serat bambu yang digunakan adalah bambu petung yang berumur 3-4 tahun (siap panen) yang berasal dari Desa Plupuh Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen 3. Serat yang dipakai adalah serat bambu dengan ketebalan kurang dari 0,1 cm dan panjang kurang dari 5 cm (tanpa kulit) pada komposisi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari volume ferosemen 4. Campuran yang digunakan menggunakan perbandingan 1:2 5. Benda uji kuat lentur berbentuk balok berlubang dengan dimensi 8 x 12 x 60 cm dengan ketebalan 2,5 cm 6. Semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I 7. Pasir yang digunakan adalah pasir dari daerah Boyolali 8. Air yang digunakan adalah air yang memenuhi syarat yang berasal dari Laboratorium PTB FKIP UNS 9. Tulangan yang digunakan dalam ferosemen berbentuk kawat jala segi enam 10. Setiap pengujian satu variasi dibuat 4 benda uji (SNI 2458: 2008) 11. Umur ferosemen yang diuji adalah 28 hari 12. Uji kimia dan mekanis serat bambu diabaikan

5 5 13. Bahan ajar sebagai luaran dari penelitian ini hanya memuat materi tentang pengaruh penambahan serat bambu pada kuat lentur ferosemen. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh penambahan serat bambu dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari volume ferosemen terhadap kuat lentur ferosemen? 2. Berapa besar nilai optimal kuat lentur ferosemen yang dihasilkan dari penambahan serat bambu dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari volume ferosemen? 3. Berapa besar persentase penggunaan serat bambu pada berat jenis ferosemen yang masuk ke dalam kategori berat jenis beton ringan pada penambahan serat bambu dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari volume ferosemen? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan pembatasan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh penambahan serat bambu dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari volume ferosemen terhadap kuat lentur ferosemen; 2. Mengetahui nilai optimal kuat lentur ferosemen yang dihasilkan dari penambahan serat bambu dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari volume ferosemen; 3. Mengetahui persentase penggunaan serat bambu pada berat jenis ferosemen yang masuk ke dalam kategori berat jenis beton ringan pada penambahan serat bambu dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari volume ferosemen.

6 6 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini penting karena dapat menghasilkan informasi yang dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan bahan bangunan, khususnya tentang pengaruh penambahan serat bambu terhadap kuat lentur dari ferosemen. b. Memberikan informasi untuk memanfaatkan serat bambu yang belum banyak dimanfaatkan sebagai alternatif bahan tambah dalam pembuatan ferosemen. c. Sebagai pembanding atau masukan apabila ada penelitian sejenis sebagai penelitian pengembangan. 2. Manfaat Praktis a. Dengan diadakan penelitian ini diharapkan mendapatkan formula ferosemen dengan penambahan serat bambu sehingga mampu untuk digunakan sebagai bahan alternatif penggantian kayu. b. Dengan diadakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi dan variasi dalam teknologi pembuatan beton. c. Memperkaya materi Teknologi Beton, khususnya tentang pengaruh penambahan serat bambu pada kuat lentur ferosemen di program studi Pendidikan Teknik Bangunan.