BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan adalah terjadinya perubahan dalam suatu tatanan lingkungan asli menjadi suatu tatanan baru yang lebih buruk dari tatanan aslinya (Palar, 2008). Pencemaran lingkungan dapat diartikan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, Bab I Pasal 1 ayat (14), menyatakan bahwa pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran yang dapat menghancurkan tatanan lingkungan hidup, biasanya berasal dari limbah-limbah yang sangat berbahaya dalam arti memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi. Limbah-limbah yang sangat beracun pada umumnya berupa limbah kimia, baik berupa persenyawaan kimia atau hanya dalam bentuk unsur atau ionisasi. Senyawa kimia yang sangat beracun bagi organisme hidup dan manusia adalah senyawa-senyawa kimia yang mempunyai bahan aktif dari logam-logam berat. Daya racun yang dimiliki oleh bahan aktif dari logam berat akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim dalam proses fisiologi atau metabolisme tubuh. Bahan beracun dari senyawa kimia juga dapat terakumulasi atau menumpuk dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan problema keracunan kronis. Pengertian limbah dapat diartikan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014, Bab I Pasal 1 ayat (2), menyatakan bahwa limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah yang sangat berbahaya umumnya berasal dari buangan industri, terutama industri yang melibatkan logam berat dalam proses produksinya. Salah satu contoh industri yang melibatkan logam berat dalam proses produksinya adalah adanya aktivitas pertambangan emas yang dilakukan secara tradisional. Pada kegiatan pertambangan emas tradisional kegiatan pertambangan dilakukan dengan cara teknis dan sederhana. Kemajuan penambangan mengikuti 1

2 arah urat-urat kuarsa yang mengandung emas (vein). Kegiatan pengolahan dilakukan dengan proses amalgamasi menggunakan merkuri (Hg) sebagai media pengikat emas. Sebagai contoh kegiatan pertambangan emas tradisional yaitu terdapat di Desa Kalirejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan pengolahan emas pada daerah tersebut dilakukan secara tradisional dengan metode amalgamasi menggunakan logam merkuri (Hg). Limbah cair hasil proses amalgamasi ditampung pada kolam penampungan dan selanjutnya dialirkan ke sungai. Proses amalgamasi selain menghasilkan amalgam emas, juga menghasilkan residu merkuri yang berpotensi menyebabkan pencemaran sungai. Senyawa merkuri bersifat sangat toksik bagi makhluk hidup apabila termakan. Limbah yang mengandung merkuri apabila terbuang ke dalam sungai akan berasosiasi dengan sistem rantai makanan. Merkuri masuk ke dalam tubuh biota perairan dan ikut termakan oleh manusia bersama makanan yang diambil dari perairan yang tercemar oleh merkuri. Pengaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri di dalam tubuh adalah menghalangi kerja enzim dan merusak selaput dinding (membran) sel, sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada metabolisme tubuh hingga menyebabkan kematian. Limbah hasil proses pengolahan emas yang masih mengandung merkuri tergolong jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014, Bab 1 Pasal 1 ayat (1), yang dimaksud Bahan Berbahaya dan Beracun didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Limbah pengolahan emas hasil proses amalgamasi yang tidak sempurna dapat mengandung logam yang berbahaya seperti Merkuri (Hg), Arsenik (As), Cyanida (Cn) dan Kadmium (Cd) (Idrus, 2011). Keberadaan limbah yang dibuang secara sengaja pada perairan sungai akan menjadi ancaman apabila tidak dilakukan pengelolaan lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang tersebut maka menarik untuk dilakukan kajian penelitian mengenai kerusakan lingkungan perairan Sungai Plampang akibat pencemaran limbah pertambangan emas tradisional pada 2

3 Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta Perumusan Masalah Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang berada di sebelah barat dan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Luas area Kabupaten Kulon Progo adalah ,311 ha yang meliputi 12 kecamatan dengan 87 desa, 1 kelurahan dan 917 pedukuhan. Kecamatan terluas adalah Samigaluh dan Kokap, masing-masing yaitu 12% dari total wilayah Kabupaten, sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan Wates. Secara fisiografis, di sisi timur Kabupaten Kulon Progo dibatasi oleh Sungai Progo yang memisahkan Kabupaten Kulon Progo dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Sungai Progo merupakan sungai terbesar yang melintasi Provinsi DIY dengan hulu di Gunung Sumbing Kabupaten Wonosobo dan bermuara di Samudera Hindia. Kecamatan Kokap adalah salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo. Luas wilayah Kecamatan Kokap adalah 7.379,50 ha. Pada Kecamatan Kokap terdapat lima desa, antara lain: Desa Hargo Mulyo, Desa Hargo Rejo, Desa Hargowilis, Desa Kalirejo, Desa Hargo Tirto. Kegiatan pertambangan emas di Kecamatan Kokap telah berlangsung sejak ± 21 tahun, setelah penemuan urat-urat kuarsa mengandung emas ditemukan oleh penambang emas tradisional dari Tasikmalaya. Penambangan emas dilakukan dengan sistem tambang bawah tanah metode gophering atau coyoting. Metode gophering atau coyoting dipilih karena keadaan bijih emas di Desa Kalirejo umumnya berbentuk urat-urat kuarsa dan mempunyai posisi miring. Metode gophering atau coyoting merupakan sistem penambangan dengan lubang kerja (stope) yang mengikuti urat berkadar tinggi. Lubang bukaan yang digunakan adalah berbentuk sumuran-sumuran vertikal (shaft) dan terowongan (adit). Cara penambangan dengan metode gophering umumnya tanpa penyangga yang memadai dan penggalian umumnya dilakukan tanpa alat-alat mekanis. Kondisi penambangan metode gophering dapat dilihat pada Gambar

4 Gambar 1.1 Kondisi Penambangan Emas Metode Gophering Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016 Batuan hasil penambangan kemudian akan diolah pada lokasi pengolahan. Awal proses pengolahan adalah batuan hasil penambangan dipukul/dipecah menggunakan martil hingga berukuran 1-2 cm. Batuan yang telah dipecah dimasukkan kedalam gelundung berisi potongan besi (rod), ditambahkan air, merkuri sebanyak 0,2 kg pada setiap awal proses dan selanjutnya diputar selama 3 jam/1 kali putaran dengan dinamo yang dialiri tenaga listrik. Proses pengolahan emas ini dilakukan dengan metode amalgamasi. Metode amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampurkan bijih emas dengan air raksa (Hg). Setelah proses amalgamasi, amalgam dipisahkan dari tailingnya dengan cara diperas dengan kain parasit dan tailing dialirkan kedalam bak penampungan tailing. Pengolahan bijih emas dengan metode amalgamasi yang dilakukan oleh penambang di Desa Kalirejo umumnya dilakukan di pinggir sungai yang berdekatan dengan lokasi penambangan. Pengolahan emas metode amalgamasi dapat dilihat pada Gambar

5 Gambar 1.2 Pengolahan Emas Metode Amalgamasi Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016 Berdasarkan pada fakta dan konsep teoritis yang ada, maka perlu dilakukan penelitian lebih mendalam dan detil, dalam mengkaji kerusakan lingkungan akibat pencemaran perairan Sungai Plampang. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian berikut ini. (1) Bagaimanakah konsentrasi unsur pencemar merkuri (Hg) pada komponen lingkungan abiotik dan biotik, serta bagaimanakah persepsi masyarakat di Desa Kalirejo terhadap Sungai Plampang akibat kegiatan pertambangan emas? (2) Bagaimanakah tingkat pencemaran lingkungan perairan Sungai Plampang akibat adanya aktivitas pertambangan emas? (3) Bagaimana strategi pengelolaan lingkungan yang dilakukan untuk mengendalikan pencemaran lingkungan perairan Sungai Plampang akibat aktivitas pertambangan emas? Untuk mengungkap permasalahan seperti yang telah dirumuskan di atas, maka penting untuk dilakukan penelitian secara mendetil tentang: Kajian Kerusakan Lingkungan Perairan Sungai Plampang Akibat Pencemaran Limbah Pertambangan Emas di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 5

6 1.3. Keaslian dan Batasan Penelitian Penelitian-penelitian terdahulu dapat dijadikan sebagai referensi sekaligus pembanding untuk menunjukkan keaslian suatu penelitian. Pada penelitian yang dilakukan terdapat perbedaan dengan penelitian yang pernah ada. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam mengkaji permasalahan lingkungan secara holistik pada ketiga komponen lingkungan yaitu komponen abiotik, biotik dan kultural. Perbedaan lainnya juga terletak pada perumusan strategi pengelolaan lingkungan perairan sungai akibat kegiatan pertambangan. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, adalah sebagai berikut: (1) Jainal Muarapey (2007), meneliti kajian dampak penambangan emas menggunakan media pelarut merkuri terhadap kesehatan masyarakat di Daerah Kalirejo Kokap Kulon Progo. Hasil menunjukkan merkuri (Hg) yang terkandung dalam airtanah pada lokasi penelitian berada diatas nilai ambang batas akibatnya 78,57% orang yang berada di sekitar lokasi penelitian terindikasi adanya logam berat (Hg) pada kandungan darah mereka. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini meneliti pencemaran terhadap airtanah dan kandungan merkuri pada darah orang yang berada disekitar lokasi penelitian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah lokasi penelitian yang terletak di Desa Kalirejo Kokap Kulon Progo. (2) Bambang Tyahjono Setiabudi (2005), meneliti penyebaran merkuri akibat usaha pertambangan emas Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D.I Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan wilayah di sekitar tempat pengolahan emas rakyat telah mengalami kontaminasi merkuri yang signifikan. Pada air permukaan tidak terkontaminasi merkuri dan logam berat lainnya, namun pada sedimen sungai dan tanah di sekitar pengolahan terdapat kontaminasi yang sangat tinggi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah pada penelitian ini memperkirakan persebaran merkuri akibat kegiatan pertambangan emas dengan meneliti merkuri pada komponen batuan, tanah dan tailing. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang 6

7 dilakukan adalah metode pengambilan sampel air secara purposive dan lokasi penelitian yang terletak di Desa Kalirejo Kokap Kulon Progo. (3) Setiawan Wangsaatmaja, et al., (2006), meneliti permasalahan dan strategi pembangunan lingkungan berkelanjutan pada studi kasus Cekungan Bandung. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi di Cekungan Bandung merupakan dampak dari kurang terpadunya perencanaan tata ruang yang selama ini dirancang berdasarkan batas-batas administrasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah perbedaan pada lokasi penelitian dan permasalahan lingkungan yang terjadi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah persamaan metode dalam merumuskan strategi pengelolaan lingkungan menggunakan analisis sebab akibat. (4) Yahya Hanafi (2014), meneliti keanekaragaman anggota invertebrata benthik sebagai bioindikator kualitas perairan Sungai Sangon, Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil menunjukkan kondisi kualitas Sungai Sangon berada dalam kategori tercemar sedang, menunjukkan adanya polutan yang masuk ke Perairan Sungai Sangon. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini tidak mengkaji komponen kultural dan cangkupan lokasi penelitian hanya berada di Dusun Sangon. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan bioindikator makroinvertebrata benthik untuk mengidentifikasi adanya pencemaran sungai. (5) Suheryanto, et al., (2013), mengkaji pencemaran merkuri total di perairan Sungai Rupit Musi Rawas Sumatera Selatan. Hasil penelitian menunjukkan pencemaran merkuri total di air dan sedimen Sungai Rupit telah melampaui baku mutu lingkungan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 dan NOAA. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah pencemaran pada sungai dibandingkan dengan baku mutu lingkungan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah obyek kajian sama merupakan pencemaran perairan sungai oleh adanya aktivitas pertambangan. 7

8 (6) Alfonsus H. Harianja (2014), mengkaji korelasi pertambangan emas tradisional terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat: kasus di Kabupaten Madina (Sumut). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan merupakan faktor yang berkorelasi positif terhadap persepsi, yang berarti semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, maka persepsinya akan semakin positif terhadap dampak pertambangan emas tradisional bagi perubahan sosial ekonomi masyarakat. Faktor lain selain umur, lama tinggal dan tingkat pendidikan tidak signifikan korelasinya terhadap persepsi masyarakat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah pada penelitian ini yang diteliti merupakan persepsi masyarakat terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah pengolahan data sosial menggunakan metode skoring untuk mengetahui persepsi masyarakat. (7) Vincent K. Nartey, et al., (2011), meneliti Assessment of Mercury Pollution in Rivers and Streams Around Artisanal Gold Mining Areas of The Birim North District of Ghana. Hasil menunjukkan total konsentrasi merkuri pada daerah hulu sungai signifikan lebih rendah dibandingkan konsentrasi pada sampel yang diambil di hilir sungai. Jumlah sedimen dikedua musim melebihi nilai baku mutu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah pengambilan sampel dilakukan pada dua musim yaitu musim dingin dan musim panas. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian menggunakan purposive sampling. (8) Reyam Naji Ajmi (2012), meneliti Investigating Mercury Existance in Some Stations in Tigris River in Iraq. Hasil penelitian menunjukkan terdapat indikasi kuat terutama dari sedimen dan sampel tanaman yang menunjukkan konsentrasi di Sungai Tigris lebih tinggi dari nilai baku mutu. Merkuri yang terakumulasi di sedimen lebih besar daripada yang terdapat pada tumbuhan perairan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah bioindikator pencemaran lingkungan perairan sungai adalah tanaman sungai seperti ceratophyllum demersum dan phragmitus australis. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan 8

9 bioindikator perairan sungai untuk mengetahui kandungan logam berat pada biota perairan. (9) Muhammad Roman, et al., (2013), meneliti A Sociological Study of Environmental Pollution and Its Effect On The Public Health Faisalabad City. Hasil menunjukkan berkembangnya industri dan infrastruktur yang tidak seimbang dapat menciptakan banyak masalah pencemaran lingkungan. Hal ini akan berdampak pada kesehatan masyarakat setempat. Dalam mereda polusi diperlukan kerjasama dan pasrtisipasi aktif untuk memelihara lingkungan sehingga bebas polusi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah obyek penelitian pada penelitian ini mencangkup pencemaran lingkungan dan korelasinya terhadap kesehatan manusia. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan analisis hubungan sebab akibat dalam menganalisa kajian. (10) Babut, et al., (2003), meneliti Improving The Environmental Management of Small-Scale Gold Mining in Ghana: a Case Study of Dumasi. Hasil menunjukkan bahwa Desa di semua area terkontaminasi oleh merkuri hasil kegiatan pertambangan emas skala kecil. Pengelolaan lingkungan yaitu dengan cara memberikan pelatihan kepada penambang dan pekerja harus merasionalisasi desain sumur yang merupakan kunci dalam mencegah pembentukan baru hot spot. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini meliputi sungai, tanah dan airtanah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah pengelolaan lingkungan perairan sungai akibat aktivitas pertambangan emas. (11) Aryanti Virtanti Anas, et al., (2015), meneliti Sustainable Management Strategy Of Construction Materials Mining In Jeneberang River, South Sulawesi. Hasil menunjukkan strategi pengelolaan akan membuat peningkatan indeks keberlanjutan dari 54,8% menjadi 60,48%. Strategi perlu diperkuat oleh peran institusi untuk melaksanakan skenario yang dipilih (moderat skenario) dengan pemantauan berkala dan evaluasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah perumusan strategi pengelolaan dilakukan dengan analisis Multidimensional Scaling (MDS) dan analisis prospektif. 9

10 Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah pengelolaan lingkungan perairan sungai akibat aktivitas pertambangan. Lebih lanjut terkait perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu dapat dilihat pada Tabel

11 Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu No. Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Metode Hasil 1. Jainal Maruapey (2007) Kajian Dampak Penambangan Emas Menggunakan Media Pelarut Merkuri Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Daerah Kalirejo Kokap Kulon Progo Mengkaji tingkat pencemaran merkuri pada airtanah Stratified randome sampling Merkuri (Hg) yang terkandung dalam airtanah pada lokasi penelitian berada diatas nilai ambang batas akibatnya 78,57% orang yang berada di sekitar lokasi penelitian terindikasi adanya logam berat (Hg) pada kandungan darah mereka. Penelitian yang Dilakukan Perbedaan - Penelitan terhadap pencemaran airtanah - Penelitian terhadap kandungan merkuri pada darah orang yang berada di sekitar lokasi penelitian Persamaan Persamaan pada lokasi penelitian yang terletak di Desa Kalirejo Kokap Kulon Progo 2. Bambang Tjahjono Setiabudi (2005) Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas di Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D.I Yogyakarta 3. Setiawan Wangsaatmaja, et al., (2006) Permasalahan dan Strategi Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan. Studi Kasus: Cekungan Bandung 4. Yahya Hanafi (2014) Keanekaragaman Anggota Invertebrata Benthik sebagai Bioindikator Kualitas perairan Sungai Sangon, Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta Untuk mengetahui zona penyebaran merkuri dan logam berat lainnya, serta daerah yang mengalami penurunan kualitas lingkungan dapat dideteksi agar tidak terjadi pencemaran lingkungan Mengkaji permasalahan lingkungan yang terjadi di Cekungan Bandung, sehingga dapat diperoleh informasi yang memadai dalam menyusun strategi lingkungan untuk pengelolaan DAS terpadu Mengkaji dan memprediksi kondisi kualitas perairan Sungai Sangon Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta berdasar keanekaragaman anggota invertebrata benthik Purposive Sampling Analisa sebab akibat Purposive Sampling Wilayah di sekitar tempat pengolahan emas rakyat telah mengalami kontaminasi merkuri yang signifikan. Pada air permukaan tidak terkontaminasi merkuri dan logam berat lainnya, namun pada sedimen sungai dan tanah di sekitar pengolahan terdapat kontaminasi yang sangat tinggi. Permasalahan yang terjadi di Cekungan Bandung merupakan dampak dari kurang terpadunya perencanaan tata ruang yang selama ini dirancang berdasarkan batas-batas administrasi. Berdasarkan indeks diversitas Shannon wiener dan skor indeks biotik BMWP diperkirakan kondisi kualitas perairan Sungai Sangon berada dalam kategori tercemar sedang, menunjukkan adanya polutan yang masuk ke perairan Peneliti memperkirakan persebaran merkuri akibat kegiatan pertambangan emas dengan meneliti merkuri yang terdapat pada batuan, tanah dan tailing. Perbedaan pada lokasi penelitian dan permasalahan lingkungan yang terjadi Perbedaan penelitian ini dengan penilitian yang dilakukan adalah penelitian ini tidak mengkaji komponen kultural dan cangkupan lokasi - Metode pengambilan sampel air secara purposive - Persamaan pada lokasi penelitian yang terletak di Desa Kalirejo Kokap Kulon Progo Salah satu metode untuk merumuskan strategi pengelolaan lingkungan menggunakan analisis sebab akibat Menggunakan bioindikator makroinvertebrata benthik sebagai identifikasi adanya pencemaran sungai 11

12 No. Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Metode Hasil 5. Suheryanto, et al., (2013) Kajian Pencemaran Merkuri Total di Perairan Sungai Rupit Musi Rawas Sumatera Selatan 6. Alfonsus H. Harianja (2014) Korelasi Pertambangan Emas Tradisional terhadap Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat: Kasus di Kabupaten Madina (Sumut) 7. Vincent K. Nartey, et al., (2011) Assessment of Mercury Pollution in Rivers and Streams Around Artisanal Gold Mining Areas of The Birim North District of Ghana 8. Reyam Naji Ajmi (2012) Investigating Mercury Existence in Some Stations in Tigris River in Iraq Menentukan konsentrasi merkuri total dalam air dan sedimen di Sungai Rupit. Mengetahui dampak pertambangan rakyat di kawasan penyangga TNBG terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat Untuk menilai tingkat pencemaran merkuri di sungai dan derah sekitar sungai daerah pertambangan emas di Birim Utara,Ghana Untuk mengetahui tingkat pencemaran merkuri di beberapa tanaman air pada Perairan Sungai Tigris di Purposive Sampling Purposive Sampling Purposive Sampling Purposive Sampling Sungai Sangon Pencemaran merkuri total di air dan sedimen Sungai Rupit telah melampaui baku mutu lingkungan menurut PP No 82 Tahun 2001 dan NOAA. Merkuri total lebih banyak terakumulasi di sedimen Sungai Rupit bagian tengah Tingkat pendapatan merupakan faktor yang berkorelasi positif terhadap persepsi, yang berarti semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, maka persepsinya akan semakin positif terhadap dampak pertambangan emas tradisional bagi perubahan sosial ekonomi masyarakat. Faktor lain selain umur, lama tinggal dan tingkat pendidikan tidak signifikan korelasinya terhadap persepsi masyarakat Total konsentrasi merkuri pada daerah hulu sungai signifikan lebih rendah dibandingkan konsentrasi pada sampel yang diambil di hilir sungai. Jumlah sedimen dikedua musim melebihi nilai baku mutu. Terdapat indikasi kuat terutama dari sedimen dan sampel tanaman yang menunjukkan konsentrasi di Sungai Tigris lebih tinggi dari nilai Penelitian yang Dilakukan Perbedaan penelitian hanya berada di Dusun Sangon. Pencemaran pada sungai di bandingkan dengan baku mutu lingkungan menurut PP No 82 Tahun 2001 dan NOAA Pada penelitian ini yang diteliti merupakan persepsi masyarakat terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat Pengambilan sampel dilakukan pada dua musim yaitu musim dingin dan musim panas Pada penelitian ini bioindikator pencemaran lingkungan perairan Persamaan Obyek kajian sama merupakan pencemaran perairan sungai oleh adanya aktivitas pertambangan Pengolahan data sosial menggunakan metode skoring untuk mengetahui persepsi masyarakat - Metode penelitian menggunakan purposive sampling - Obyek penelitian adalah pencemaran sungai akibat kegiatan pertambangan emas Menggunakan bioindikator perairan sungai untuk mengetahui 12

13 No. Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Metode Hasil 9. Muhammad Roman, et al., (2013) A Sociological Study of Environmental Pollution and Its Effect On The Public Health Faisalabad City 10 M. Babut, et al., (2003) Improving The Environmental Management of Small-Scale Gold Mining in Ghana: a Case Study of Dumasi 11 Aryanti Virtanti Anas (2015) Sustainable Management Strategy Of Construction Materials Mining In Jeneberang River, South Sulawesi Sumber: Telaah Pustaka dan Perumusan, 2016 Baghdad, Irak Untuk menggali penyebab dan dampak dari pencemaran lingkungan terhadap kesehatan manusia di kota Faisalabad Untuk mengetahui pengelolaan lingkungan akibat merkuri hasil kegiatan pertambangan emas skala kecil pada sungai, sistem tanah dan air tanah Untuk merumuskan strategi pengelolaan berkelanjutan berdasarkan skenario dengan mempertimbangkan atribut kunci untuk meningkatkan nilai indeks Chi-square, uji korelasi dan gamma, analisis sebab akibat Purposive sampling Purposive sampling baku mutu. Merkuri yang terakumulasi di sedimen lebih besar daripada yang terdapat pada tumbuhan perairan Berkembangnya industri dan infrastruktur yang tidak seimbang dapat menciptakan banyak masalah pencemaran lingkungan. Hal ini akan berdampak pada kesehatan masyarakat setempat. Dalam mereda polusi diperlukan kerjasama dan partisipasi aktif untuk memelihara lingkungan sehingga bebas polusi. Hasil menunjukkan bahwa di semua area penelitian terkontaminasi oleh merkuri hasil kegiatan pertambangan emas. Pengelolaan lingkungan yaitu dengan cara memberikan pelatihan kepada penambang. selain itu, pekerja harus merasionalisasi desain sumur yang merupakan kunci dalam mencegah pembentukan baru hot spot. Strategi pengelolaan akan membuat peningkatan indeks keberlanjuan dari 54,8% menjadi 60,48%. Strategi perlu diperkuat oleh peran institusi untuk melaksanakan skenario yang dipilih (moderat skenario) dengan pemantauan berkala dan evaluasi. Penelitian yang Dilakukan Perbedaan sungai adalah tanaman sungai seperti ceratophyllum demersum dan phragmitus australis Obyek penelitian pada penelitian ini mencangkup pencemaran lingkungan dan korelasinya terhadap kesehatan manusia Penelitian yang dilakukan meliputi sungai, tanah dan airtanah Perumusan strategi pengelolaan dilakukan dengan analisis Multidimensional Scaling (MDS) dan analisis prospektif Persamaan kandungan logam berat pada biota perairan Menggunakan analisis hubungan sebab akibat dalam menganalisa kajian Mengelola lingkungan perairan sungai akibat aktivitas pertambangan emas Mengelola lingkungan perairan sungai akibat aktivitas pertambangan 13

14 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan batasan obyek maupun lingkup kajian penelitian yang didukung oleh konsep teori yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) mengkaji konsentrasi unsur pencemar merkuri (Hg) pada komponen lingkungan abiotik dan biotik, serta mengkaji persepsi masyarakat di Desa Kalirejo terhadap Sungai Plampang akibat kegiatan pertambangan emas; (2) menentukan tingkat pencemaran lingkungan perairan Sungai Plampang akibat adanya aktivitas pertambangan emas; dan (3) merumuskan strategi pengelolaan lingkungan yang dilakukan untuk mengendalikan pencemaran lingkungan perairan Sungai Plampang akibat aktivitas pertambangan emas Manfaat Penelitian Hasil penelitian mengenai Kajian Kerusakan Lingkungan Perairan Sungai Plampang Akibat Pencemaran Limbah Pertambangan Emas di Desa Kalirejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: (1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh aktivitas pertambangan emas terhadap tingkat pencemaran air Sungai Plampang; (2) Ditinjau berdasarkan implikasinya secara teoritik, hasil penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan kontribusi secara ilmiah terkait lingkungan perairan sungai yang sudah tercemar dan strategi-strategi pengelolaan sebagai alternatif dalam penanganan kerusakan lingkungan. Hasil penelitian ini menjelaskan secara terinci mengenai pengaruh adanya aktivitas kegiatan pertambangan emas terhadap pencemaran perairan sungai yang didukung secara kuantitatif oleh data hasil penelitian secara rinci beserta strategi pengelolaan lingkungan sebagai alternatif untuk mengendalikan pencemaran lingkungan perairan sungai yang tercemar. 14

15 (3) Secara praktis konseptual, hasil temuan dari penelitian ini tentunya diharapkan dapat menyumbangkan wacana keilmuan dan mengembangkan studi tentang pengelolaan lingkungan yang terkait dengan kebijakan. 15

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai memiliki berbagai komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi membentuk sebuah jaringan kehidupan yang saling mempengaruhi. Sungai merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia. Apabila air akan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia. Apabila air akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber kehidupan manusia. Apabila air akan tercemar maka akan mengakibat kerugian bagi kehidupan makhluk hidup dimuka bumi ini. Dan apabila

Lebih terperinci

perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, binatang dan

perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, binatang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi. Lajunya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut Ekosistem yaitu suatu lingkungan tempat berlangsungnya reaksi timbal balik antara makhluk dan faktor-faktor

Lebih terperinci

Felmawati Mundeng, Dian Saraswati, Ramly Abudi 1. Kata Kunci: Mercury (Hg), Hulu dan Hilir Air Sungai

Felmawati Mundeng, Dian Saraswati, Ramly Abudi 1. Kata Kunci: Mercury (Hg), Hulu dan Hilir Air Sungai STUDI ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN KADAR MERKURI (Hg) DI HULU DENGAN DI HILIR SUNGAI ONGKAG MONGONDOW KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW (Suatu Penelitian di Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kandungan mineral logam ( khususnya emas) sudah sejak lama tersimpan di daerah Kabupaten Mandailing Natal. Cadangan bahan tambang emas yang terdapat di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, luas daratan memang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, luas daratan memang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, luas daratan memang lebih kecil dibandingkan dengan luas lautan. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber pencemar yang sangat berbahaya, Peristiwa keracunan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber pencemar yang sangat berbahaya, Peristiwa keracunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran yang dapat menghancurkan tatanan lingkungan hidup biasanya berasal dari sumber pencemar yang sangat berbahaya, Peristiwa keracunan logam Merkuri telah ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik dengan tingkat

Lebih terperinci

UJI KADAR MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN SUNGAI TULABOLO KECAMATAN SUWAWA TIMUR TAHUN 2013 SUMMARY. Fitrianti Palinto NIM

UJI KADAR MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN SUNGAI TULABOLO KECAMATAN SUWAWA TIMUR TAHUN 2013 SUMMARY. Fitrianti Palinto NIM UJI KADAR MERKURI PADA AIR DAN SEDIMEN SUNGAI TULABOLO KECAMATAN SUWAWA TIMUR TAHUN 2013 SUMMARY Fitrianti Palinto NIM 811409073 Dian Saraswati, S.Pd,. M.Kes Ekawaty Prasetya, S.Si., M.Kes JURUSAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan industri pertambangan yang berasaskan manfaat serta kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan industri pertambangan yang berasaskan manfaat serta kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan industri pertambangan yang berasaskan manfaat serta kebutuhan ekonomi merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat yang bisa meningkatkan kualitas hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam merupakan salah satu kekayaan alam yang harus tetap dijaga kelestariannya. Saat ini banyak daerah yang memanfaatkan sumber daya alamnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggungpunggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah aliran sungai akan ditampung oleh punggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari banyak gugusan pulau mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak jumlahnya.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pada degradasi lingkungan. Hal tersebut dilakukan karena manusia ingin

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pada degradasi lingkungan. Hal tersebut dilakukan karena manusia ingin 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang bertambah seperti deret ukur menyebabkan aktivitas manusia untuk memberdayakan lingkungan semakin meningkat. Aktivitas manusia ini pada akhirnya

Lebih terperinci

Kajian Kandungan Logam Berat di Lokasi Penambangan Emas Tradisional di Desa Sangon, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo

Kajian Kandungan Logam Berat di Lokasi Penambangan Emas Tradisional di Desa Sangon, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo Kajian Kandungan Logam Berat di Lokasi Penambangan Emas Tradisional di Desa Sangon, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo Ratih Chandra Kusuma, Wawan Budianta, Arifudin Departemen Teknik Geologi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kerak bumi. Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni (native mercury) dan

BAB I PENDAHULUAN. pada kerak bumi. Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni (native mercury) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Merkuri secara alamiah berasal dari kerak bumi, konsentrasi merkuri dikerak bumi sebesar 0,08 ppm. Kelimpahan merkuri di bumi menempati urutan ke 67 diantara elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran terhadap lingkungan hidup akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian pemerintah, khususnya pihak akademisi, terutama terhadap kehadiran polutan beracun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan

Lebih terperinci

DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA

DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA Zulkifli Ahmad Universitas Khairun Ternate e-mail : ahmadzulkifli477@gmail.com ABSTRAK Salah satu masalah yang paling meresahkan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat yang berasal dari limbah industri sudah lama diketahui. Limbah cair yang mengandung logam berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan emas Rakyat di Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur,

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan emas Rakyat di Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambangan emas Rakyat di Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara, merupaka pertambangan yang telah berusia lebih dari 40 tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS PENAMBANGAN EMAS TERHADAP KONDISI AIRTANAH DANGKAL DI DUSUN BERINGIN KECAMATAN MALIFUT PROVINSI MALUKU UTARA

PENGARUH AKTIVITAS PENAMBANGAN EMAS TERHADAP KONDISI AIRTANAH DANGKAL DI DUSUN BERINGIN KECAMATAN MALIFUT PROVINSI MALUKU UTARA Muhammad Djunaidi, Herry Djainal Pengaruh Aktivitas Penambangan Emas Terhadap Kondisi Airtanah dangkal di Dusun Beringin Kecamatan Malifut Provinsi Maluku Utara PENGARUH AKTIVITAS PENAMBANGAN EMAS TERHADAP

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lautan merupakan daerah terluas yang menutupi permukaan bumi, sekitar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lautan merupakan daerah terluas yang menutupi permukaan bumi, sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lautan merupakan daerah terluas yang menutupi permukaan bumi, sekitar 71% permukaan bumi merupakan perairan. Oleh karena itu, dapat menyebabkan fungsi ekologis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas manusia berupa kegiatan industri, rumah tangga, pertanian dan pertambangan menghasilkan buangan limbah yang tidak digunakan kembali yang menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumber kekayaan yang sangat melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi menimbulkan permasalahan bagi kelestarian lingkungan hidup. Aktivitas manusia dengan berbagai fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh menurunkan kualitas lingkungan atau menurunkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh menurunkan kualitas lingkungan atau menurunkan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan Indonesia yang dewasa ini sedang berkembang diwarnai dengan pertambahan penduduk dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Sumberdaya perairan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO Siskawati Usman, Sunarto Kadir, Lia Amalia 1 siskawatiusman@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat

Lebih terperinci

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6-7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6-7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA ANALISIS KADAR ZAT MERKURI YANG DIGUNAKAN PADA AREA TAMBANG EMAS RAKYAT DESA WUMBUBANGKA KECAMATAN RAROWATU UTARA KABUPATEN BOMBANA PROVPINSI SULAWESI TENGGARA Raivel 1* Syarfina 2 Dewi Puspita 2 Muh.

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO. Yunita Miu Nim :

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO. Yunita Miu Nim : ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO Yunita Miu Nim : 811409046 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan bahwa sekitar 3 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita dari koran ataupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita dari koran ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita dari koran ataupun televisi bahwa kali Surabaya mengalami pencemaran yang cukup parah, terutama saat musim kemarau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa Lokasi penambangan Desa Hulawa merupakan lokasi penambangan yang sudah ada sejak zaman Belanda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan merkuri (Hg) (Widodo, 2008). Merkuri (Hg) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan merkuri (Hg) (Widodo, 2008). Merkuri (Hg) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kegiatan penambangan emas secara tradisional yang dilakukan oleh mayarakat Indonesia menggunakan metode amalgamasi yaitu pengikatan emas dengan menggunakan merkuri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan suatu daerah yang sebagian wilayahnya merupakan lokasi kegiatan beberapa perusahaan skala nasional dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut tersebut dapat berupa positif maupun negatif. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat

BAB I PENDAHULUAN. 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Bagan Asahan yang terletak pada koordinat 03 01' 00 LU dan 99 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat Malaka,

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan BAB 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan BAB 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bijih besi merupakan salah satu jenis cadangan sumber daya alam dan sekaligus komoditas alternatif bagi Pemerintah Kabupaten Kulon progo yang dapat memberikan kontribusi

Lebih terperinci

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Republik Indonesia berupa perairan laut yang letaknya sangat strategis. Perairan laut Indonesia dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan lokal maupun Internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki berbagai sumberdaya alam yang berlimpah, baik berupa sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, setiap kegiatan industri menghasilkan suatu permasalahan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung merupakan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan berkembangnya makhluk hidup di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL 59 PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL The Effect of Liquid Waste on The Content of Cu. Zn, Cn,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dengan meningkatnya pendapatan masyaraka Di sisi lain,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dengan meningkatnya pendapatan masyaraka Di sisi lain, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Indonesia menitikberatkan pada pembangunan sektor industri. Di satu sisi, pembangunan akan meningkatkan kualitas hidup manusia dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan dicapai dengan kerusakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem perairan sering dijadikan tempat bermuaranya buangan limbah, baik limbah domestik maupun non domestik seperti limbah industri maupun pertambangan. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Secara alamiah, hubungan timbal balik tersebut terdapat antara manusia sebagai individu dan manusia sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melebihi ambang batas normal (Widowati dkk, 2008). aktivitas manusia atau proses alam. Pencemaran terjadi karena adanya aktivitas

I. PENDAHULUAN. melebihi ambang batas normal (Widowati dkk, 2008). aktivitas manusia atau proses alam. Pencemaran terjadi karena adanya aktivitas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan industrialisasi di Indonesia menempati tempat utama dalam ekonomi Indonesia. Perkembangan industrialisasi secara tidak langsung menyumbang dampak negatif bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunitas Tumbuhan Bawah Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air dipergunakan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air dipergunakan oleh manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Namun demikian, air akan berdampak negatif apabila tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas di berbagai sektor pembangunan, terutama pada sektor industri, maka masalah pencemaran lingkungan menjadi masalah yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

KERUSAKAN LINGKUNGAN

KERUSAKAN LINGKUNGAN bab i KERUSAKAN LINGKUNGAN A. KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan sangat berdampak pada kehidupan manusia yang mendatangkan bencana saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa

Lebih terperinci

UKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perubahan lingkungan yang sangat terasa akibat dari maraknya

UKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perubahan lingkungan yang sangat terasa akibat dari maraknya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perubahan lingkungan yang sangat terasa akibat dari maraknya pencemaran lingkungan yang terjadi. Pencemaran lingkungan yang terjadi disebabkan oleh banyak faktor

Lebih terperinci

Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumber daya mineral menjadi salah satu tumpuan manusia untuk meningkatkan tingkat peradaban. Sumber daya mineral dan pengolahannya sudah dikenal manusia sejak lama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam PENDAHULUAN Latar Belakang Logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan air laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam logam baik logam ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang keberadaannya sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang pesat ternyata membawa dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang pesat ternyata membawa dampak bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri yang pesat ternyata membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik yang bersifat positif maupun negatif. Dampak yang positif sangat diharapkan oleh

Lebih terperinci

KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH

KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) Penelitian kandungan Hg dilakukan pada ikan kakap merah yang berasal dari tiga pasar tradisional, yaitu pasar Bilungala, pasar Mupuya

Lebih terperinci

Indonesia. Berdasarkan data Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2007, tercatat

Indonesia. Berdasarkan data Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2007, tercatat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas penambangan timah di Indonesia telah berlangsung lebih dari 200 tahun. Sebaran timah putih (Sn) di Indonesia berada pada bagian jalur Timah Asia Tenggara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

PT.Indofood dengan konsentrasi Biological Oxygen Demand (BOD) sebesar 27,

PT.Indofood dengan konsentrasi Biological Oxygen Demand (BOD) sebesar 27, A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sungai Serayu merupakan salah satu sungai terbesar di Pulau Jawa terletak di bagian tengah pulau.sungai Serayu melintasi beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah,

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO Hendra Wahyu Prasojo, Istamar Syamsuri, Sueb Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang no. 5 Malang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indramayu merupakan salah satu daerah yang penduduknya terpadat di Indonesia, selain itu juga Indramayu memiliki kawasan industri yang lumayan luas seluruh aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran adalah suatu hal yang telah lama menjadi permasalahan bagi kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan dapat menyebabkan dampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota Propinsi Lampung terletak di bagian ujung selatan Pulau Sumatera. Secara geografis, Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi terutama bidang industri di Indonesia memiliki dampak yang beragam. Dampak positifnya adalah pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, di sisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah tailing yang merupakan limbah hasil pengolahan mineral

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah tailing yang merupakan limbah hasil pengolahan mineral BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah merupakan hasil buangan dari suatu proses pengolahan. Salah satu contohnya adalah tailing yang merupakan limbah hasil pengolahan mineral tambang. Tailing merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,

Lebih terperinci

STUDI KADAR SIANIDA (CN) PADA AIR SUNGAI TOMBULILATO KECAMATAN BONE RAYA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013 MAGFIRA HUNOWU NIM

STUDI KADAR SIANIDA (CN) PADA AIR SUNGAI TOMBULILATO KECAMATAN BONE RAYA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013 MAGFIRA HUNOWU NIM STUDI KADAR SIANIDA (CN) PADA AIR SUNGAI TOMBULILATO KECAMATAN BONE RAYA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013 MAGFIRA HUNOWU NIM 811409042 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENCEMARAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari

BAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan berkembangnya kegiatan industri dapat membawa dampak positif maupun dampak negatif. Salah satu contohnya adalah industri pelapisan logam.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah

Lebih terperinci