BAB V ANALISIS KONDISI KEMISKINAN KABUPATEN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS KONDISI KEMISKINAN KABUPATEN BOGOR"

Transkripsi

1 51 BAB V ANALISIS KONDISI KEMISKINAN KABUPATEN BOGOR Kebijakan pemberdayaan fakir miskin melalui KUBE sangat berpotensi mengurangi angka kemiskinan, namun kebijakan ini belum tentu dapat diterima oleh masyarakat karena perbedaan karakteristik masyarakatnya. Agar tepat sasaran atau dalam rangka kehati-hatian menentukan sasaran penerima bantuan pemberdayaan fakir miskin melalui KUBE, diperlukan kajian mengenai kondisi kemiskinan masyarakat Kabupaten Bogor terlebih dahulu agar didapat informasi mengenai relevan tidaknya pengembangan kebijakan ini diterapkan di masyarakat. Selain itu, dapat digali pula hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengentaskan kemiskinan melalui penyertaan modal di Kabupaten Bogor Profil Kemiskinan Berdasarkan data Bappeda Kabupaten Bogor (2007), jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2003 berjumlah jiwa, dan terus bertambah hingga menjadi jiwa pada tahun Kondisi ini berkaitan erat dengan lambannya pemulihan perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi tahun 1998, kemudian diikuti dengan kenaikan harga bahan bakar minyak dan harga-harga kebutuhan pokok disertai pula dengan rendahnya daya beli masyarakat, sehingga jumlah penduduk miskin tetap tinggi di seluruh kabupaten/kota di Indonesia termasuk Kabupaten Bogor. 7 Sumber data yang digunakan dalam menentukan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor didapat dari BPS dan Hasil Sensus Daerah (SUSDA) yang dilaksanakan oleh BAPPEDA Kabupaten Bogor pada tahun Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor berdasarkan data BPS pada tahun 2006 yaitu sebanyak jiwa atau sebesar 27,46% dari jumlah total penduduk Kabupaten Bogor pada saat itu (sebanyak jiwa). Adapun berdasarkan hasil SUSDA, penduduk 7 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan (LKPJ AMJ) Bupati Bogor Periode Tahun

2 52 miskin di Kabupaten Bogor tahun 2006 sebanyak jiwa 8. Kondisi penduduk miskin Kabupaten Bogor di tiap kecamatan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah dan Komposisi Penduduk Miskin Kabupaten Bogor Tahun 2006 No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)* Proporsi dari Total Kabupaten (%) Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Proporsi dari Total Kabupaten (%) Proporsi dari Total Kecamatan (%) 1. Nanggung , ,33 33,15 2. Leuwiliang , ,73 48,99 3. Leuwisadeng , ,68 60,27 4. Pamijahan , ,59 47,94 5. Cibungbulang , ,01 46,85 6. Ciampea , ,65 30,20 7. Tenjolaya , ,1 45,46 8. Rumpin , ,09 19,21 9. Cigudeg , ,24 22, Sukajaya , ,48 29, Jasinga , ,56 31, Tenjolaya , ,36 24, Parungpanjang , ,57 18, Dramaga , ,2 40, Ciomas , ,09 19, Tamansari , ,06 28, Cijeruk , ,5 38, Cigombong , ,41 33, Caringin , ,94 30, Ciawi , ,45 30, Cisarua , ,95 21, Megamendung , ,65 20, Sukaraja , ,43 19, Babakan Madang , ,64 24, Citeureup , ,14 14, Cibinong , ,96 8, Bojonggede , ,81 10, Tajurhalang , ,08 14, Kemang , ,51 21, Rancabungur , ,09 26, Parung , ,22 14, Ciseeng , ,53 21, Gunungsindur , ,47 20, Sukamakmur , ,59 40, Cariu , ,03 25, Tanjungsari , ,33 31, Jonggol , ,32 24, Cileungsi , ,58 10, Klapanunggal , ,38 20, Gunungputri , ,99 5,62 Jumlah , ,15 Sumber: Hasil SUSDA Bappeda Kabupaten Bogor, 2006 Keterangan: *) Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor, Data BPS Tahun Karena tidak terdapat perbedaan jumlah yang sangat signifikan pada kedua sumber data tersebut, kajian ini akan menggunakan data SUSDA pada beberapa bagian terutama untuk detail analisis.

3 53 Dilihat dari penyebarannya, jumlah penduduk miskin terbesar berada di Kecamatan Pamijahan sebanyak jiwa atau 5,59% dari total penduduk Kabupaten Bogor. Sedangkan terendah berada di Kecamatan Cariu sebanyak jiwa atau sebesar 1.03% dari total penduduk Kabupaten Bogor. Namun jika dilihat dari komposisi per wilayah, Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Leuwisadeng merupakan wilayah yang separuh penduduknya adalah miskin (masing-masing 48,99% dan 60,27% dari jumlah penduduknya). Kecamatan lain yang mempunyai komposisi penduduk miskin dalam kategori tinggi (komposisi di atas 40%) adalah Kecamatan Pamijahan, Cibungbulang, Tenjolaya, Dramaga, dan Sukamakmur. Sedangkan kecamatan yang terendah komposisi penduduk miskinnya adalah Kecamatan Gunungputri, yaitu sebesar 5.65% dari total penduduknya. Kecamatan lainnya yang termasuk dalam kategori rendah (komposisi kurang dari 20%) adalah Kecamatan Cibinong, Bojonggede, Parung, Citeureup, dan Tajurhalang. Adapun untuk jumlah keluarga miskin, berdasarkan Hasil SUSDA Tahun 2006 adalah sebanyak KK Miskin atau 26,36% dari jumlah Kepala Keluarga di Kabupaten Bogor. Dilihat dari penyebarannya, Rumah Tangga Miskin (RTM) terbesar berada di Kecamatan Leuwiliang yatu sebanyak KK atau 5,38% dari total jumlah keluarga di Kabupaten Bogor, berikutnya Kecamatan Pamijahan sebanyak KK (5,20%). Sedangkan terendah berada di Kecamatan Cariu sebanyak KK atau sebesar 1,61% dari jumlah keluarga di Kabupaten Bogor. Jumlah penyebaran RTM di wilayah Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 5. Jika dilihat dari komposisi wilayah, Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng merupakan wilayah dengan proporsi RTM paling tinggi yaitu 53,76% dan 53,53%, sedangkan Kecamatan Gunungputri merupakan wilayah dengan proporsi RTM paling rendah yaitu 5,13% dari total penduduknya. Kecamatan lain yang memiliki proporsi RTM tergolong kategori tinggi (komposisi di atas 40%) adalah Kecamatan Pamijahan, Tenjolaya, Sukajaya, Jasinga, dan Cijeruk. Sedangkan kecamatan lain yang memiliki proporsi RTM tergolong kategori rendah (komposisi di bawah 20%) adalah Kecamatan Parungpanjang, Sukaraja, Ciomas, Cibinong, Citeureup, Bojonggede, Tajurhalang, Parung, dan Cileungsi.

4 54 Tabel 5. Jumlah Kepala Keluarga dan Komposisi Rumah Tangga Miskin Kabupaten Bogor Tahun 2006 No Kecamatan Jumlah Kepala Keluarga (KK) Proporsi dari Total Kabupaten (%) Jumlah RTM (KK) Proporsi dari Total Kabupaten (%) Komposisi per Kecamatan (%) 1. Nanggung , ,64 34,78 2. Leuwiliang , ,38 53,76 3. Leuwisadeng , ,39 53,53 4. Pamijahan , ,2 43,42 5. Cibungbulang , ,79 34,55 6. Ciampea , ,32 25,57 7. Tenjolaya , ,98 41,10 8. Rumpin , ,11 28,79 9. Cigudeg , ,34 34, Sukajaya , ,19 41, Jasinga , ,78 47, Tenjolaya , ,01 36, Parungpanjang , ,32 18, Dramaga , ,9 34, Ciomas , ,35 19, Tamansari , ,34 29, Cijeruk , ,82 42, Cigombong , ,72 36, Caringin , ,32 33, Ciawi , ,77 32, Cisarua , ,22 23, Megamendung , ,88 21, Sukaraja , ,74 19, Babakan Madang , ,87 26, Citeureup , ,31 19, Cibinong , ,94 10, Bojonggede , ,72 15, Tajurhalang , ,62 19, Kemang , ,24 28, Rancabungur , ,62 35, Parung , ,82 19, Ciseeng , ,28 30, Gunungsindur , ,19 27, Sukamakmur , ,8 25, Cariu , ,61 29, Tanjungsari , ,97 36, Jonggol , ,54 29, Cileungsi , ,4 12, Klapanunggal , ,05 24, Gunungputri , ,13 5,13 Jumlah , ,00 26,36 Sumber: Hasil SUSDA Bappeda Kabupaten Bogor, Karakteristik Kemiskinan Untuk melihat karakteristik kemiskinan Kabupaten Bogor digunakan acuan berdasarkan indikator kemiskinan BPS yang turut diukur dalam SUSDA Tahun Sekalipun banyak pertentangan dalam penggunaan pendekatan kemiskinan yang

5 55 digunakan BPS, tapi lembaga ini tetap menggunakan indikator penentuan kemiskinannya dalam menilai kriteria Rumah Tangga Miskin (RTM) yang kemudian digunakan pula sebagai dasar bagi lembaga-lembaga lain yang terlibat dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Adapun indikator tersebut meliputi 14 indikator yaitu: luas lantai rumah, jenis lantai rumah, jenis dinding rumah, fasilitas tempat buang air besar, sumber air minum, penerangan yang digunakan, bahan bakar yang digunakan, frekuensi makan dalam sehari, kebiasaan membeli daging/ayam/susu, kemampuan membeli pakaian, kemampuan berobat, lapangan pekerjaan kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, dan kepemilikan aset. Ke-empatbelas indikator tersebut dikelompokan dalam karakteristik sosial demografi, tempat tinggal, ekonomi, kesejahteraan keluarga, dan ketenagakerjaan Karakteristik Sosial Demografi Karakteristik sosial demografi meliputi jumlah anggota keluarga miskin, tingkat pendidikan, dan pola pekerjaan kepala keluarga miskin. Berdasarkan Hasil SUSDA Tahun 2006, rata-rata jumlah anggota keluarga pada RTM di Kabupaten Bogor adalah 3,71 jiwa per KK (Tabel 6). Dilihat dari komposisi wilayah, rata-rata terbesar terdapat di Kecamatan Sukamakmur dan Cibungbulang masing-masing sebesar 6,47 jiwa per KK dan 5,96 jiwa per KK. Sedangkan terendah terdapat di Kecamatan Cariu sebesar 2,87 jiwa per KK. Besarnya ukuran keluarga miskin diduga karena RTM cenderung memiliki tingkat kelahiran yang tinggi namun hal ini diiringi juga oleh tingkat kematian anak yang tinggi akibat kurangnya pendapatan dan akses kesehatan serta pemenuhan gizi mereka. Untuk indikator pendidikan, penduduk miskin Kabupaten Bogor umumnya sudah memiliki pendidikan setidaknya tamat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yaitu mencapai 63,3%. Adapun sisanya 36,62% tidak sekolah dan tidak tamat SD/MI. Pada tingkat kecamatan, terdapat 3 kecamatan dimana seluruh KK miskinnya tamat SD/MI yaitu Kecamatan Nanggung, Tenjolaya, dan Klapanunggal. Sementara kecamatan yang penduduk miskin tidak sekolahnya sangat tinggi adalah Kecamatan Tajurhalang dan Megamendung dengan proporsi 80% dan 78,57%.

6 56 Tabel 6. Karakteristik Sosial Demografi Penduduk Miskin Kabupaten Bogor Tahun 2006 No Kecamatan Proporsi Penduduk Miskin terhadap Total Penduduk Rata-Rata Anggota Pendidikan Kepala Keluarga (%) Keluarga (Jiwa/KK) Tidak Sekolah Tamat SD/MI 1. Nanggung 2,33 3,98 0,00 100,00 2. Leuwiliang 4,73 3,95 50,54 49,46 3. Leuwisadeng 3,68 4,88 45,05 54,95 4. Pamijahan 5,59 4,83 39,94 60,06 5. Cibungbulang 5,01 5,96 20,57 79,43 6. Ciampea 3,65 4,95 33,09 66,91 7. Tenjolaya 2,10 4,79 0,00 100,00 8. Rumpin 2,09 3,02 32,62 67,38 9. Cigudeg 2,24 3,02 25,43 74, Sukajaya 1,48 3,04 53,95 46, Jasinga 2,56 3,05 28,38 71, Tenjolaya 1,36 3,03 30,57 69, Parungpanjang 1,57 3,04 32,80 67, Dramaga 3,20 4,96 34,52 65, Ciomas 2,09 3,99 28,57 71, Tamansari 2,06 3,96 47,51 52, Cijeruk 2,50 3,99 57,14 42, Cigombong 2,41 3,98 31,25 68, Caringin 2,94 3,98 37,53 62, Ciawi 2,45 3,97 49,86 50, Cisarua 1,95 3,97 36,68 63, Megamendung 1,65 3,95 78,57 21, Sukaraja 2,43 3,98 36,27 63, Babakan Madang 1,64 3,96 39,32 60, Citeureup 2,14 2,91 35,17 64, Cibinong 1,96 3,00 36,54 63, Bojonggede 1,81 3,00 55,36 44, Tajurhalang 1,08 2,99 80,00 20, Kemang 1,51 3,02 36,72 63, Rancabungur 1,09 3,03 36,53 63, Parung 1,22 3,03 37,09 62, Ciseeng 1,53 3,02 74,42 25, Gunungsindur 1,47 3,02 41,20 58, Sukamakmur 2,59 6,47 36,64 63, Cariu 1,03 2,87 51,12 48, Tanjungsari 1,33 3,04 35,51 64, Jonggol 2,32 2,95 41,23 58, Cileungsi 1,58 2,96 60,36 39, Klapanunggal 1,38 3,02 0,00 100, Gunungputri 0,99 3,97 58,93 41,07 Rata-Rata 3,16 3,71 36,62 63,38 Sumber: Hasil SUSDA Bappeda Kabupaten Bogor, Karakteristik Tempat Tinggal (Perumahan) Karakteristik tempat tinggal meliputi ukuran luas lantai, jenis lantai, jenis dinding bangunan, penggunaan WC, air minum, bahan bakar, dan penerangan. Dilihat dari luas lantai, rata-rata luas lantai tempat tinggal (rumah) keluarga miskin di Kabupaten Bogor adalah sebesar 30,65 meter persegi. Berdasarkan Tabel 7, rata-rata

7 57 luas lantai terendah sebesar 20,75 meter persegi berada di Kecamatan Sukajaya sedangkan terbesar adalah di Kecamatan Cigudeg yaitu seluas 67,47 meter persegi. Dilihat dari jenis lantainya, rata-rata tempat tinggal keluarga miskin di Kabupaten Bogor didominasi oleh jenis lantai bambu yaitu sebesar 32,13%, dalam dominasi kondisi ini paling tinggi terdapat di Kecamatan Klapanunggal yaitu mencapai 48%. Selebihnya adalah jenis lantai semen (27,46%), tanah (26,47%), dan kayu (14,34%). Jenis dinding tempat tinggal mereka rata-rata paling banyak menggunakan bambu (75,84%) dan selebihnya adalah kayu (7,39%) dan tembok (16,77%). Tabel 7. Karakteristik Tempat Tinggal (Perumahan) Penduduk Miskin Kabupaten Bogor Tahun 2006 (dalam persen) No Kecamatan Luas Lantai Bangunan Dinding Bangunan WC Lantai (m2) Tanah Bambu Kayu Semen Bambu Kayu Tembok Sungai Umum Sendiri 1. Nanggung 39,19 25,50 15,60 28,19 30,70 59,06 27,68 13,26 40,94 57,21 1,85 2. Leuwiliang 22,53 29,89 11,96 7,07 51,09 60,33 13,59 26,09 57,61 41,85 0,54 3. Leuwisadeng 21,05 31,53 19,82 3,60 45,05 63,06 16,22 20,72 69,37 30,63 0,00 4. Pamijahan 25,18 34,30 9,32 7,60 48,79 60,92 8,54 30,54 57,56 41,66 0,78 5. Cibungbulang 28,91 43,19 6,17 2,06 48,59 67,10 5,14 27,76 67,35 31,36 1,29 6. Ciampea 29,40 45,45 5,45 3,27 45,82 53,82 11,64 34,55 57,82 38,91 3,27 7. Tenjolaya 28,49 42,86 14,29 2,86 40,00 57,14 0,00 42,86 51,43 48,57 0,00 8. Rumpin 38,46 40,55 32,98 4,63 21,84 84,05 6,95 9,00 27,01 71,39 1,60 9. Cigudeg 67,47 22,01 25,06 6,84 46,10 77,32 8,62 14,05 54,13 44,76 1, Sukajaya 20,75 10,09 31,58 16,67 41,67 73,25 14,04 12,72 35,96 63,16 0, Jasinga 30,79 18,57 50,48 5,79 25,16 87,62 4,98 7,40 63,50 35,45 1, Tenjolaya 33,01 46,56 33,53 3,55 16,35 85,78 6,28 7,94 12,80 85,31 1, Parungpanjang 38,34 56,47 10,93 1,99 31,61 73,96 4,17 21,87 13,52 85,69 0, Dramaga 30,07 39,86 10,68 5,34 44,13 72,60 3,20 24,20 55,87 43,42 0, Ciomas 26,71 28,57 0,00 0,00 71,43 57,14 14,29 28,57 57,14 28,57 14, Tamansari 32,05 13,35 45,93 12,67 28,05 76,70 6,79 16,52 49,10 45,93 4, Cijeruk 29,52 9,09 33,77 1,30 55,84 54,55 0,00 45,45 22,08 76,62 1, Cigombong 30,49 15,23 19,73 3,13 61,91 55,47 3,71 40,82 37,50 56,25 6, Caringin 35,45 11,64 36,82 8,08 43,47 71,50 3,56 24,94 32,78 62,00 5, Ciawi 37,35 12,53 31,75 13,37 42,34 69,64 4,74 25,63 29,25 62,95 7, Cisarua 32,74 11,29 9,40 11,91 67,40 41,07 5,33 53,61 29,15 62,70 8, Megamendung 24,64 21,43 35,71 7,14 35,71 57,14 4,76 38,10 14,29 83,33 2, Sukaraja 37,49 25,91 27,46 6,74 39,90 73,06 7,77 19,17 72,54 22,80 4, Babakan Madang 36,51 7,92 23,20 51,10 17,77 80,29 11,23 8,47 74,95 22,74 2, Citeureup 58,18 20,34 23,38 39,73 16,54 73,38 11,22 15,40 49,43 40,49 10, Cibinong 33,18 45,19 7,69 3,85 43,27 52,88 9,62 37,50 33,65 49,04 17, Bojonggede 50,11 67,86 1,79 3,57 26,79 64,29 16,07 19,64 17,86 57,14 25, Tajurhalang 27,50 60,00 0,00 10,00 30,00 60,00 0,00 40,00 0,00 100,00 0, Kemang 38,64 62,15 12,99 5,08 19,77 78,53 8,47 12,99 8,47 84,75 6, Rancabungur 32,28 53,87 17,96 5,07 22,60 81,42 3,72 14,86 26,93 70,59 2, Parung 39,90 71,27 1,09 1,45 26,18 73,82 9,82 16,36 1,45 93,82 4, Ciseeng 31,33 72,09 18,60 2,33 6,98 79,07 4,65 16,28 18,60 79,07 2, Gunungsindur 46,54 79,93 3,17 0,35 16,55 81,34 5,99 12,68 5,63 94,37 0, Sukamakmur 38,44 8,39 26,47 51,22 13,93 78,75 15,88 5,37 50,57 47,96 1, Cariu 61,59 40,17 43,73 4,12 11,99 88,11 2,90 8,99 43,16 56,09 0, Tanjungsari 48,10 19,53 43,79 24,20 12,48 81,52 11,49 7,00 49,97 47,81 2, Jonggol 52,38 23,88 32,86 6,48 36,78 64,40 5,00 30,61 31,71 52,10 16, Cileungsi 63,12 53,45 17,82 9,13 19,60 81,51 5,79 12,69 7,13 82,41 10, Klapanunggal 48,09 26,03 48,66 10,83 14,48 85,40 5,72 8,88 23,11 69,10 7, Gunungputri 43,09 35,71 28,57 5,36 30,36 69,64 8,93 21,43 0,00 85,71 14,29 Rata-Rata 30,65 26,07 32,13 14,34 27,46 75,84 7,39 16,77 39,24 54,68 6,08 Sumber: Hasil SUSDA Bappeda Kabupaten Bogor, 2006

8 58 Tabel 7 (Lanjutan). Karakteristik Tempat Tinggal (Perumahan) Penduduk Miskin Kabupaten Bogor Tahun 2006 (dalam persen) Sumber Air Minum Bahan Bakar Penerangan No Kecamatan Sungai Hujan MAT MATT ST STT Lainnya Tanah -nya Tanah max -nya Kayu Myk. Lain Myk. Petro- Lain PLN 1 Nanggung 18,12 0,34 29,87 28,69 10,91 9,40 2,68 93,62 3,36 3,02 32,88 3,94 19,82 43,36 2 Leuwiliang 3,26 0,00 25,54 35,33 23,91 11,41 0,54 98,91 0,00 1,09 40,07 1,63 11,07 47,23 3 Leuwisadeng 6,31 0,00 9,91 13,51 47,75 19,82 2,70 99,10 0,90 0,00 33,13 6,63 15,66 44,58 4 Pamijahan 9,55 0,16 12,37 36,02 17,70 19,97 4,23 97,02 2,19 0,78 19,63 1,83 47,45 31,09 5 Cibungbulang 1,80 0,00 8,48 13,88 35,22 34,45 6,17 87,66 11,31 1,03 20,45 1,02 42,94 35,58 6 Ciampea 12,00 0,36 16,00 30,18 14,91 21,45 5,09 85,09 12,00 2,91 21,88 6,53 32,10 39,49 7 Tenjolaya 8,57 2,86 11,43 51,43 8,57 14,29 2,86 80,00 14,29 5,71 20,45 2,27 47,73 29,55 8 Dramaga 2,49 0,00 30,25 46,62 6,76 6,41 7,47 88,26 10,32 1,42 16,12 3,58 38,81 41,49 9 Ciomas 0,00 0,00 0,00 0,00 71,43 14,29 14,29 71,43 14,29 14,29 22,22 22,22 22,22 33,33 10 Tamansari 19,00 0,68 20,14 40,95 8,37 4,75 6,11 89,37 9,28 1,36 24,05 1,03 36,08 38,83 11 Cijeruk 5,19 0,00 28,57 36,36 15,58 1,30 12,99 97,40 1,30 1,30 25,96 4,81 26,92 42,31 12 Cigombong 9,38 0,59 31,45 18,95 17,77 17,77 4,10 90,43 8,01 1,56 22,42 1,67 43,79 32,12 13 Caringin 15,44 1,66 22,80 28,50 16,86 12,35 2,38 92,87 5,70 1,43 21,31 2,06 44,30 32,34 14 Ciawi 10,03 0,28 37,60 18,11 18,66 9,75 5,57 87,47 10,31 2,23 17,66 0,46 50,23 31,65 15 Cisarua 5,33 0,00 24,14 46,08 8,78 9,72 5,96 90,91 6,90 2,19 21,43 1,72 35,22 41,63 16 Megamendung 4,76 0,00 23,81 19,05 40,48 4,76 7,14 97,62 2,38 0,00 17,65 3,92 39,22 39,22 17 Sukaraja 6,74 0,00 11,40 12,95 39,90 15,54 13,47 86,53 11,40 2,07 25,77 5,38 28,08 40,77 18 Babakan Madang 11,05 0,46 16,48 29,37 25,41 14,09 3,13 96,96 2,03 1,01 33,90 2,25 20,09 43,76 19 Sukamakmur 5,05 0,00 15,31 36,64 19,06 22,72 1,22 97,96 1,06 0,98 35,54 0,73 23,57 40,16 20 Cariu 9,46 0,28 1,40 5,52 38,76 36,89 7,68 89,79 6,55 3,65 36,54 0,42 20,32 42,72 21 Tanjungsari 8,69 0,06 15,22 16,03 30,50 25,54 3,97 95,80 2,62 1,57 35,82 1,31 22,60 40,27 22 Jonggol 2,28 0,08 9,59 15,21 39,82 27,19 5,82 82,05 13,23 4,72 24,23 1,69 42,23 31,84 23 Cileungsi 0,89 0,45 0,00 0,45 52,34 41,43 4,45 84,86 11,58 3,56 24,92 4,18 32,94 37,96 24 Klapanunggal 6,20 4,38 7,06 7,42 33,70 37,96 3,28 92,82 5,60 1,58 29,86 0,68 32,34 37,12 25 Gunungputri 1,79 0,00 3,57 0,00 64,29 19,64 10,71 89,29 1,79 8,93 27,27 2,60 28,57 41,56 26 Citeureup 9,89 0,19 16,92 24,71 24,71 17,49 6,08 91,83 5,89 2,28 35,85 0,98 16,10 47,07 27 Cibinong 2,88 0,00 0,00 2,88 48,08 29,81 16,35 64,42 29,81 5,77 22,96 1,48 39,26 36,30 28 Bojonggede 1,79 0,00 0,00 1,79 57,14 25,00 14,29 73,21 21,43 5,36 18,84 2,90 37,68 40,58 29 Tajurhalang 0,00 0,00 0,00 0,00 60,00 30,00 10,00 100,00 0,00 0,00 33,33 6,67 13,33 46,67 30 Kemang 0,56 0,00 2,82 5,08 44,63 45,20 1,69 80,23 14,69 5,08 20,27 2,70 41,89 35,14 31 Rancabungur 1,86 0,00 0,00 8,36 38,08 38,08 13,62 90,71 6,50 2,79 19,05 2,01 41,60 37,34 32 Parung 0,00 0,36 0,73 2,91 44,73 46,91 4,36 77,09 21,09 1,82 16,41 0,91 49,85 32,83 33 Ciseeng 4,65 0,00 2,33 0,00 62,79 30,23 0,00 97,67 0,00 2,33 35,82 2,99 14,93 46,27 34 Gunungsindur 2,82 0,00 0,00 6,69 50,35 30,28 9,86 87,32 9,51 3,17 21,55 1,10 41,16 36,19 35 Rumpin 5,97 0,89 16,13 17,74 36,81 16,84 5,61 94,12 4,55 1,34 35,22 0,98 19,17 44,63 36 Cigudeg 12,12 0,15 17,84 41,49 15,02 9,96 3,42 95,69 2,38 1,93 28,69 1,33 34,15 35,84 37 Sukajaya 6,14 0,00 19,74 41,67 17,98 13,16 1,31 98,68 0,00 1,32 34,29 2,02 16,14 47,55 38 Jasinga 30,06 0,24 4,90 4,74 33,44 22,67 3,94 96,70 1,53 1,77 21,42 2,27 45,99 30,32 39 Tenjolaya 7,23 0,12 0,36 2,73 51,90 35,66 2,01 97,04 1,18 1,78 30,59 1,07 31,25 37,09 40 Parungpanjang 5,96 0,20 2,58 13,72 33,20 36,38 7,95 85,69 6,76 7,55 25,59 3,40 33,43 37,57 Rata-Rata 8,26 0,42 12,00 18,46 32,07 23,90 4,88 90,85 6,63 2,52 28,51 1,51 31,94 37,64 Sumber: Hasil SUSDA Bappeda Kabupaten Bogor, 2006 Keterangan: MAT = Mata Air Terlindungi, MATT = Mata Air Tidak Terlindungi, ST = Sumur Terlindung, STT = Sumur Tidak Terlindungi Dilihat berdasarkan penggunaan air minum, keluarga miskin di Kabupaten Bogor rata-rata banyak yang menggunakan sumur terlindung yaitu mencapai 32,07% dan selebihnya menggunakan air minum dari sumber yang kurang aman, yaitu sungai, air hujan, mata air, dan sumur tidak terlindungi. Besarnya proporsi penduduk miskin yang mengkonsumsi air minum kurang sehat ini diakibatkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat, disamping rendahnya kemampuan ekonomi untuk mengakses sumber air minum sehat. Sedangkan jika dilihat dari penggunaan WC, rata-rata RTM

9 59 di Kabupaten Bogor masih banyak yang menggunakan WC Umum dengan proporsi mencapai 54,68% selebihnya memanfaatkan sungai sebesar 39,24% dan ada pula yang memiliki WC sendiri sebesar 6,08%. Hal ini mencerminkan kurangnya kesadaran dan adanya keterbatasan kemampuan keluarga miskin untuk memiliki WC sendiri sehingga masih sangat bergantung pada sarana sanitasi umum. Dilihat dari jenis penggunaan bahan bakar rata-rata keluarga miskin di Kabupaten Bogor paling banyak menggunakan kayu bakar mencapai 90,55% dan selebihnya menggunakan minyak tanah (6,63%), dan bahan bakar lainnya (2,52%). Sedangkan dilihat dari jenis penggunaan lampu penerangan, rata-rata RTM di Kabupaten Bogor cukup banyak yang menggunakan penerangan dari PLN mencapai 31,94%, selebihnya menggunakan minyak tanah (28,91%), petromax (1,51%) dan penerangan lainnya (37,64%) Karakteristik Ekonomi Dalam melihat karakteristik ekonomi, indikator yang diukur adalah kepemilikan asset berharga dan frekuensi pembelian pakaian dalam setahun 9. Dilihat dari kepemilikan asset, ternyata rata-rata keluarga miskin di Kabupaten Bogor cukup banyak yang memiliki televisi dan sepeda motor (Tabel 8). Mereka menganggap saat ini televisi bukan merupakan barang mewah lagi dan sepeda motor umumnya merupakan asset untuk menunjang mata pencaharian mereka. Adapun rata-rata kepemilikan televisi ini mencapai 47,85% dan sepeda motor mencapai 22,71%, selebihnya adalah kepemilikan aset berupa emas (21,54%) dan kulkas (7,90%). Adanya kondisi keterisoliran RTM yang kebanyakan tinggal di pedesaan juga merupakan alasan mereka memerlukan keberadaan televisi sebagai sumber informasi dan sepeda motor untuk menerobos keterisoliran fisik. Berdasarkan Tabel 8, hanya terdapat enam kecamatan saja yang penduduk miskinnya benar-benar tidak memiliki keempat jenis asset berharga tersebut, yaitu Kecamatan Leuwiliang, Tenjolaya, Cijeruk, Bojonggede, Tajurhalang, dan Ciseeng. Dilihat dari indikator pembelian pakaian, pada umumnya keluarga miskin di Kabupaten Bogor tidak melakukan pembelian pakaian sebanyak satu kali dalam 9 Indikator asset berharga yang diukur dalam kategori BPS berdasarkan variabel nilai barang seharga Rp ,- keatas. Aset yang diukur adalah kepemilikan emas, televisi, kulkas, dan sepeda motor.

10 60 setahun, hal ini mencerminkan bahwa kebutuhan akan pakaian sangat minim sekali. Berdasarkan Hasil SUSDA Tahun 2006, bahwa kondisi ini mencapai 38,60%, dan selebihnya adalah kemampuan untuk membeli pakaian minimal satu stel dalam setahun (50,43%) dan lebih dari dua stel (10,97%). Tabel 8. Karakteristik Ekonomi Penduduk Miskin Kabupaten Bogor Tahun 2006 (dalam persen) No Kecamatan Kepemilikan Asset Pembelian Pakaian Emas TV Kulkas Motor Tidak 1 Stel > 1 Stel 1. Nanggung 44,44 37,04 7,41 11,11 42,11 43,96 13,93 2. Leuwiliang 0,00 0,00 0,00 0,00 71,20 26,63 2,17 3. Leuwisadeng 100,00 0,00 0,00 0,00 95,50 4,50 0,00 4. Pamijahan 12,77 78,72 4,26 4,26 50,27 46,12 3,61 5. Cibungbulang 10,00 80,00 5,00 5,00 53,47 43,19 3,34 6. Ciampea 30,00 70,00 0,00 0,00 65,09 32,00 2,91 7. Tenjolaya 0,00 0,00 0,00 0,00 54,29 42,86 2,86 8. Rumpin 32,65 40,82 0,00 26,53 30,39 56,51 13,10 9. Cigudeg 24,44 52,22 6,67 16,67 38,74 55,46 5, Sukajaya 66,67 33,33 0,00 0,00 75,88 23,25 0, Jasinga 16,47 72,94 2,35 8,24 46,62 45,42 7, Tenjolaya 36,90 45,24 1,19 16,67 38,27 48,82 12, Parungpanjang 56,00 38,00 0,00 6,00 43,34 50,50 6, Dramaga 0,00 66,67 0,00 33,33 56,58 40,21 3, Ciomas 20,00 40,00 20,00 20,00 57,14 28,57 14, Tamansari 17,65 70,59 5,88 5,88 41,18 52,26 6, Cijeruk 0,00 0,00 0,00 0,00 90,91 7,79 1, Cigombong 25,00 50,00 12,50 12,50 63,87 33,59 2, Caringin 0,00 100,00 0,00 0,00 52,49 44,42 3, Ciawi 13,33 66,67 6,67 13,33 59,33 39,83 0, Cisarua 0,00 92,31 0,00 7,69 41,38 57,37 1, Megamendung 0,00 33,33 33,33 33,33 95,24 2,38 2, Sukaraja 52,17 26,09 17,39 4,35 47,67 47,15 5, Babakan Madang 35,14 45,95 2,70 16,22 27,44 58,56 14, Citeureup 33,33 38,10 4,76 23,81 52,66 42,21 5, Cibinong 25,00 25,00 12,50 37,50 72,12 26,92 0, Bojonggede 0,00 0,00 0,00 0,00 66,07 28,57 5, Tajurhalang 0,00 0,00 0,00 0,00 90,00 10,00 0, Kemang 19,51 36,59 19,51 24,39 51,98 44,07 3, Rancabungur 15,38 69,23 7,69 7,69 44,89 49,85 5, Parung 0,00 66,67 0,00 33,33 58,91 36,36 4, Ciseeng 0,00 0,00 0,00 0,00 76,74 16,28 6, Gunungsindur 0,00 69,23 7,69 23,08 48,59 44,37 7, Sukamakmur 51,43 31,43 5,71 11,43 26,38 62,30 11, Cariu 24,04 42,31 8,65 25,00 40,92 45,22 13, Tanjungsari 36,36 49,49 2,02 12,12 33,41 59,07 7, Jonggol 19,29 47,04 8,79 24,88 23,60 54,73 21, Cileungsi 17,24 41,38 10,34 31,03 51,89 42,98 5, Klapanunggal 23,08 53,85 2,56 20,51 55,11 37,10 7, Gunungputri 0,00 100,00 0,00 0,00 48,21 42,86 8,93 Rata-Rata 21,46 47,85 7,90 22,71 38,60 50,43 10,97 Sumber: Hasil SUSDA Bappeda Kabupaten Bogor, 2006

11 61 Tabel 9. Karakteristik Kesejahteraan Keluarga Penduduk Miskin Kabupaten Bogor Tahun 2006 (dalam persen) No Kecamatan Frekuensi Makan (kali/hari) Membeli Daging/Ayam/ Susu (kali/minggu) Kemampuan Berobat 1 Kali 2 Kali > 2 Kali Tidak 1 Kali > 1 Kali Ya Tidak 1. Nanggung 2,35 0,00 97,65 88,26 5,54 6,21 33,39 66,61 2. Leuwiliang 4,35 0,00 95,65 99,46 0,00 0,54 10,87 89,13 3. Leuwisadeng 9,01 0,00 90,99 100,00 0,00 0,00 9,91 90,09 4. Pamijahan 1,72 0,00 98,28 96,87 1,41 1,72 40,56 59,44 5. Cibungbulang 4,37 0,00 95,63 96,66 1,29 2,06 40,10 59,90 6. Ciampea 10,18 0,00 89,82 99,27 0,73 0,00 30,55 69,45 7. Tenjolaya 5,71 0,00 94,29 94,29 0,00 5,71 48,57 51,43 8. Rumpin 1,16 0,00 98,84 89,30 6,15 4,55 44,30 55,70 9. Cigudeg 3,20 0,00 96,80 94,50 3,94 1,56 33,16 66, Sukajaya 5,26 0,00 94,74 99,12 0,44 0,44 5,26 94, Jasinga 0,72 0,00 99,28 93,41 3,86 2,73 43,09 56, Tenjolaya 1,18 0,00 98,82 94,67 2,61 2,73 38,86 61, Parungpanjang 1,59 0,00 98,41 96,42 2,39 1,19 34,99 65, Dramaga 6,05 0,00 93,95 98,22 1,78 0,00 61,57 38, Ciomas 14,29 0,00 85,71 85,71 14,29 0,00 42,86 57, Tamansari 5,20 0,00 94,80 95,25 2,26 2,49 47,51 52, Cijeruk 2,60 0,00 97,40 100,00 0,00 0,00 3,90 96, Cigombong 2,54 0,00 97,46 96,88 1,37 1,76 41,60 58, Caringin 4,04 0,00 95,96 90,26 3,80 5,94 25,42 74, Ciawi 1,95 0,00 98,05 95,82 1,11 3,06 25,07 74, Cisarua 0,63 0,00 99,37 95,92 3,45 0,63 40,44 59, Megamendung 21,43 0,00 78,57 100,00 0,00 0,00 2,38 97, Sukaraja 7,25 0,00 92,75 94,82 4,66 0,52 26,94 73, Babakan Madang 2,76 68,42 28,82 91,71 4,70 3,59 24,95 75, Citeureup 4,18 0,00 95,82 95,63 2,28 2,09 24,71 75, Cibinong 16,35 0,00 83,65 96,15 1,92 1,92 30,77 69, Bojonggede 8,93 0,00 91,07 98,21 1,79 0,00 32,14 67, Tajurhalang 0,00 0,00 100,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100, Kemang 7,34 0,00 92,66 97,18 1,69 1,13 39,55 60, Rancabungur 2,17 0,00 97,83 94,12 2,79 3,10 51,70 48, Parung 6,18 0,00 93,82 97,45 1,09 1,45 42,91 57, Ciseeng 18,60 0,00 81,40 100,00 0,00 0,00 6,98 93, Gunungsindur 5,63 0,00 94,37 94,72 3,17 2,11 40,85 59, Sukamakmur 1,87 0,00 98,13 86,81 11,16 2,04 19,22 80, Cariu 2,15 0,00 97,85 91,29 5,52 3,18 59,18 40, Tanjungsari 1,46 0,00 98,54 94,69 3,50 1,81 38,78 61, Jonggol 1,21 0,00 98,79 76,80 15,59 7,61 64,12 35, Cileungsi 6,68 0,00 93,32 96,66 2,23 1,11 31,40 68, Klapanunggal 5,35 0,00 94,65 97,20 1,58 1,22 22,87 77, Gunungputri 14,29 0,00 85,71 96,43 1,79 1,79 21,43 78,57 Rata-Rata 2,64 3,84 93,52 90,11 6,42 3,47 41,22 58,78 Sumber: Hasil SUSDA Bappeda Kabupaten Bogor, Karakteristik Kesejahteraan Keluarga Indikator yang tercakup dalam karaktersitik kesejahteraan keluarga mencakup pola makan keluarga, kebiasaan mengkonsumsi daging/ayam/susu dalam seminggu, dan kemampuan berobat jika ada anggota keluarga yang sakit. Untuk

12 62 indikator pola makan keluarga, pada umumnya keluarga miskin di Kabupaten Bogor mempunyai pola makan lebih dari dua kali sehari dengan proporsi mencapai 93,52% (Tabel 9). Hal ini mencerminkan bahwa kebutuhan makan pada umumnya di Kabupaten Bogor sudah terpenuhi, karena untuk pola makan satu atau dua kali sehari hanya mencapai 2,64% dan 3,84%. Hanya terdapat satu kecamatan yang proporsi pola makan keluarganya cenderung dua kali sehari yaitu Kecamatan Babakan Madang, dimana 68,42% pola makan keluarga miskin adalah dua kali sehari sedangkan pola makan tiga kali sehari hanya 28,82%. Sementara dalam untuk indikator konsumsi daging/ayam/susu, keluarga miskin di Kabupaten Bogor umumnya tidak mampu membeli daging/ayam/susu satu kali pun dalam seminggu. Berdasarkan Hasil SUSDA Tahun 2006, rumah tangga yang tidak mampu membeli daging/ayam/susu mencapai 90,11% selebihnya mampu membeli daging/ayam/susu sekali dalam seminggu (6,42%) dan lebih dari sekali dalam seminggu (3,47%). Terdapat lima kecamatan yang seluruh penduduk miskinnya sama sekali tidak mampu membeli daging/ayam/susu sekali pun dalam seminggu, yaitu Kecamatan Leuwisadeng, Cijeruk, Megamendung, Tajurhalang dan Ciseeng. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kondisi pemenuhan gizi dan kondisi kesehatan masyarakat miskin di Kabupaten Bogor pada umumnya. Apalagi jika dilihat juga dari indikator kemampuan berobat, dimana secara umum keluarga miskin di Kabupaten Bogor memiliki kecenderungan tidak memiliki kemampuan untuk berobat, dengan proporsi rata-ratanya mencapai 58,74% Karakteristik Ketenagakerjaan Berdasarkan Hasil SUSDA Tahun 2006, pada umumnya keluarga miskin di Kabupaten Bogor tidak memiliki mata pencaharian yang tetap. Namun jika dilihat dari proporsinya, masyarakat miskin yang tidak bekerja atau menganggur mencapai 56,89%, selebihnya adalah bekerja di sektor jasa (10,55%), sektor perdagangan (3,61%), sektor transportasi (0,80%) dan lainnya (28,15%). Dilihat dari sisi wilayah, terdapat tiga kecamatan yang seluruh kepala keluarga miskinnya menganggur/tidak bekerja yaitu Kecamatan Nanggung, Tenjolaya, dan Klapanunggal (Tabel 10).

13 63 Tabel 10. Karakteristik Ketenagakerjaan Penduduk Miskin Kabupaten Bogor Tahun 2006 (dalam persen) Sektor Mata Pencaharian No Kecamatan Tidak Jasa-Jasa Perdagangan Transportasi Bekerja Lainnya 1. Nanggung 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 2. Leuwiliang 5,64 0,00 0,51 83,59 10,26 3. Leuwisadeng 6,72 5,04 0,00 84,03 4,21 4. Pamijahan 8,33 4,81 0,36 56,14 30,36 5. Cibungbulang 7,82 4,03 0,71 77,96 9,48 6. Ciampea 16,67 5,76 0,30 72,12 5,15 7. Tenjolaya 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 8. Rumpin 19,22 3,74 1,44 55,94 19,66 9. Cigudeg 13,56 2,31 0,58 57,65 25, Sukajaya 2,98 0,43 0,00 81,28 15, Jasinga 15,32 3,81 1,29 56,84 22, Tenjolaya 8,16 10,12 0,98 62,13 18, Parungpanjang 8,71 1,63 0,18 83,67 5, Dramaga 20,62 2,82 0,56 66,95 9, Ciomas 12,50 12,50 0,00 62,50 12, Tamansari 11,24 5,82 0,80 65,26 16, Cijeruk 1,28 2,56 0,00 89,74 6, Cigombong 8,41 3,58 0,36 63,33 24, Caringin 9,46 3,01 1,29 63,87 22, Ciawi 12,44 3,66 0,24 64,63 19, Cisarua 20,05 1,50 1,00 56,14 21, Megamendung 0,00 0,00 0,00 97,62 2, Sukaraja 15,72 5,24 0,87 66,81 11, Babakan Madang 6,78 1,89 0,60 42,32 48, Citeureup 8,04 2,80 0,52 57,87 30, Cibinong 5,45 3,64 0,00 84,55 6, Bojonggede 15,15 1,52 0,00 81,82 1, Tajurhalang 0,00 10,00 0,00 90,00 0, Kemang 16,51 8,02 0,00 63,68 11, Rancabungur 13,40 3,22 0,80 72,12 10, Parung 13,79 9,09 0,31 67,08 9, Ciseeng 4,44 2,22 0,00 88,89 4, Gunungsindur 15,22 1,49 0,30 78,81 4, Sukamakmur 4,21 2,18 0,47 46,72 46, Cariu 5,15 2,93 0,62 44,67 46, Tanjungsari 6,13 1,15 0,22 59,99 32, Jonggol 12,83 5,14 1,42 42,99 37, Cileungsi 9,48 3,63 0,00 75,60 11, Klapanunggal 0,00 0,00 0,00 100,00 0, Gunungputri 5,08 1,69 0,00 81,36 11,87 Rata-Rata 10,55 3,61 0,80 56,89 28,15 Sumber: Hasil SUSDA Bappeda Kabupaten Bogor, Tinjauan Kemiskinan Berdasarkan Wilayah Pembangunan Mengacu pada tiga strategi perwilayahan pembangunan di Kabupaten Bogor, dapat dilihat kondisi dan karakteristik kemiskinan di setiap wilayah pembangunan dengan mengelompokkan data karakteristik kemiskinan dari

14 64 keempatpuluh kecamatan menjadi tiga wilayah, yaitu: 1) Wilayah Bogor Barat, yang mencakup 13 kecamatan; 2) Wilayah Bogor Tengah, yang mencakup 20 kecamatan; dan 3) Wilayah Bogor Timur, yang mencakup 7 kecamatan. Hasil perumusan kondisi kemiskinan di tiga wilayah tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Kondisi Kemiskinan Kabupaten Bogor Tahun 2006 Berdasarkan Tinjauan Wilayah. No Indikator Kabupaten Wilayah Pembangunan Bogor Barat Tengah Timur 1. Penduduk (Jiwa) Jumlah Rata-rata setiap kecamatan Rumah Tangga/Keluarga (KK) Jumlah Rata-rata setiap kecamatan Penduduk Miskin (Jiwa) Jumlah Rata-rata setiap kecamatan Rumah Tangga Miskin (KK) Jumlah Rata-rata setiap kecamatan Besar Keluarga Miskin (Jiwa/KK) Rata-rata setiap kecamatan 3,71 3,97 3,59 3,61 Sumber: Hasil SUSDA Bappeda Kabupaten Bogor (2006), data diolah Berdasarkan tinjauan Wilayah Pembangunan, ternyata penyumbang angka kemiskinan terbanyak berasal dari Wilayah Pembangunan Bogor Tengah dan Bogor Barat. Dari Wilayah Pembangunan Bogor Tengah mencapai jiwa atau dengan proporsi 44,09 persen dari total penduduk miskin Kabupaten Bogor, dan dari Wilayah Pembangunan Bogor Barat mencapai jiwa atau 43,26 persen. Sedangkan Wilayah Pembangunan Bogor Timur hanya menyumbang jumlah penduduk miskin sebanyak jiwa atau 12,64 persen saja. Namun demikian rata-rata jumlah penduduk miskin di setiap kecamatan, paling banyak terdapat di kecamatan-kecamatan dalam lingkup Wilayah Pembangunan Barat yaitu jiwa per kecamatan. Sekalipun jumlah RTM di Wilayah Pembangunan Bogor Tengah lebih tinggi, namun rata-rata jumlah RTM di tiap kecamatan yang paling tinggi ternyata terdapat di kecamatan-kecamatan dalam lingkup Wilayah Pembangunan Bogor Barat yaitu sebanyak jiwa dengan rata-rata besar keluarga 3,97 jiwa per Kepala Keluarga. Sedangkan karakteristik kemiskinan penduduk di tiap Wilayah Pembangunan ditampilkan pada Tabel 12.

15 65 Tabel 12. Rata-Rata Karakteristik Kemiskinan Kabupaten Bogor Tahun 2006 Berdasarkan Indikator BPS dan Tinjauan Wilayah (dalam persen). No Indikator Kabupaten Wilayah Pembangunan Bogor Barat Tengah Timur 1. Pendidikan Kepala Keluarga : Tidak Sekolah 36,62 30,23 45,51 40,54 Setidaknya Tamat SD/MI 63,38 69,77 54,49 59,46 2. Luas Lantai (m 2 ) 37,23 32,58 35,53 50,69 3. Jenis Lantai Bangunan : Tanah 34,59 34,38 36,48 29,59 Bambu 21,75 20,55 18,06 34,56 Kayu 9,94 7,24 9,61 15,91 Semen 33,71 37,83 35,86 19,94 4. Jenis Dinding Bangunan : Bambu 70,17 69,49 67,69 78,48 Kayu 7,96 9,83 6,75 7,96 Tembok 21,87 20,67 25,56 13,57 5. WC : Sungai 36,28 46,85 31,83 29,38 Umum 58, ,83 63,03 Sendiri 4,87 1,16 6,34 7,6 6. Sumber Air Minum : Sungai 6,88 9,78 5,69 4,91 Hujan 0,37 0,41 0,21 0,75 Mata Air Terlindung 12,42 13,47 13,47 7,45 Mata Air Tidak Terlindung 19,04 25,47 17,47 11,61 Sungai Terlindung 33,16 26,72 35,03 39,78 Sungai Tidak Terlindung 22,01 20,42 20,19 30,2 Lainnya 6,11 3,73 7,94 5,3 7. Bahan Bakar : Kayu 89,84 93,02 87,59 90,37 Minyak Tanah 7,34 4,65 9,54 6,06 Lainnya 2,82 2,33 2,87 3,57 8. Penerangan : Minyak Tanah 26,28 28,02 23,63 30,6 Petromax 2,93 2,69 3,54 1,66 PLN 32,01 30,53 34,04 28,94 Lainnya 38,78 38,76 38,79 38,81 9. Kepemilikan Asset : Emas 21,46 33,1 12,83 24,49 TV 45,26 42,18 44,82 52,21 Kulkas 5,39 2,07 7,53 5,44 Motor 12,9 7,27 14,82 17, Pembelian Pakaian : Tidak 54,5 54,24 59,76 39,93 1 Stel 39,36 39,94 35,54 49,18 > 1 Stel 6,15 5,82 4,7 10, Frekuensi Makan 1 kali per hari 5,55 3,91 6,91 4,72 2 kali per hari 1,71 0 3,42 0 > 2 kali per hari 92,74 96,09 89,67 95, Membeli Daging/Ayam/Susu : Tidak 95 95,56 95,9 91,41 1 kali per minggu 3,05 2,18 2,61 5,91 > 1 kali per minggu 1,95 2,26 1,49 2, Kemampuan Berobat : Ya 32,07 31,82 30,61 36,71 Tidak 67,93 68,18 69,39 63, Sektor Mata Pencaharian : Jasa-Jasa 9,16 8,7 10,53 6,13 Perdagangan 3,57 3,21 4,23 2,39 Transportasi 0,42 0,49 0,38 0,39 Tidak Bekerja 86,84 87,6 84,86 91,1 Sumber: Hasil SUSDA Bappeda Kabupaten Bogor (2006), data diolah

16 66 Berdasarkan Tabel 12, karakteristik kemiskinan di tiap Wilayah Pembangunan cukup bervariasi namun tidak jauh berbeda dengan nilai rataan karakteristik kemiskinan di tingkat Kabupaten Bogor. Berdasarkan karakteristik kemiskinan ini terlihat bahwa umumnya penduduk miskin di Kabupaten Bogor sudah tercukupi pemenuhan kebutuhan dasarnya Faktor Penyebab dan Persoalan Kemiskinan Data karakteristik kemiskinan yang diolah berdasarkan 14 indikator BPS merupakan data kuantitatif yang menampilkan kemiskinan dari sisi indikator keluaran (output indicators) sehingga yang terlihat adalah kondisi kemiskinan absolut atau kemiskinan relatif. Untuk melihat karakteristik kemiskinan dari indikator masukan (input indicators) digunakan Hasil Analisis Kemiskinan Partisipatif dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yang dilakukan BAPPEDA Kabupaten Bogor pada Tahun Hasil analisis ini menampilkan data kualitatif yang dihimpun secara partisipatif untuk mengetahui penyebab dan persoalan kemiskinan di Kabupaten Bogor. Analisis kemiskinan partisipatif didefinisikan sebagai suatu proses partisipasi yang memberikan ruang pada masyarakat miskin (laki-laki dan perempuan) serta lintas pelaku (stakeholders) di suatu daerah untuk memahami, memetakan, serta bekerjasama dalam membuat perencanaan untuk mengurangi permasalahan kemiskinan (Bappeda Kabupaten Bogor, 2007). Lahirnya metode partisipasi masyarakat dalam pembangunan dikarenakan adanya kritik bahwa masyarakat diperlakukan sebagai obyek, bukan subyek (Wahyuni, 2008). Dari hasil analisis ini diperoleh bahwa karakteristik penduduk miskin yang paling banyak dijadikan acuan di Kabupaten Bogor adalah kondisi fisik rumah, pendidikan anak, jenis pekerjaan atau upah, dan pemenuhan kebutuhan pangan (Lampiran 1). Jika ditelusuri lebih dalam, meskipun acuan yang digunakan sama namun standar kemiskinannya berbeda. Perbedaan tersebut mencerminkan perbedaan standar kehidupan, budaya, dan ketersediaan sumber daya lokal. Perbedaan ini juga mencerminkan subyektifitas ukuran kemiskinan yang digunakan masyarakat.

17 67 Berdasarkan uraian mengenai penyebab kemiskinan yang dikemukakan pada tiap kecamatan sebagaimana pada Lampiran 1, dapat diidentifikasi pendekatan yang digunakan masyarakat dalam menguraikan penyebab kemiskinan di setiap wilayahnya. Berdasarkan indikator masukan, penyebab kemiskinan di Kabupaten Bogor dapat tergolong: Kemiskinan Alamiah, Kemiskinan Struktural, dan Kemiskinan Kultural. Penyebab kemiskinan yang diidentifikasikan seperti sumberdaya alam yang kurang mendukung terhadap penghidupan masyarakat, musibah, PHK, bencana alam, dan keterbatasan kondisi fisik manusia (karena sakit atau keadaan usia lanjut) termasuk dalam kategori kemiskinan alamiah. Sementara kondisi seperti terbatasnya lapangan kerja, rendahnya pendidikan, kurangnya modal usaha, adanya KKN, kurang perhatian pemerintah, dan lain-lain termasuk kemiskinan struktural. Adapun perihal seperti masalah moral, ketidakjujuran, malas bekerja, kurang percaya diri, tertutup, ketidakpedulian, dan masalah psikologis lainnya tergolong dalam kemiskinan kultural. Adanya kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural di Kabupaten Bogor menjawab hubungan antara kondisi tingkat pendidikan yang rendah dan mata pencaharian penduduk miskin (yang mayoritas tidak bekerja) pada hasil analisis sebelumnya yang ternyata dipengaruhi oleh kondisi struktural dan budaya setempat. Kondisi geografis dan pemanfaatan ruang Kabupaten Bogor yang cukup beragam juga berpengaruh terhadap karakteristik dan penyebab kemiskinan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan-kawasan tertentu. Adanya dominasi fungsi pemanfaatan ruang juga memberikan karakter yang berbeda dalam cara memandang penyebab kemiskinan di setiap kecamatan sesuai dengan karakteristik wilayahnya. Berdasarkan tinjauan geografis dan pemanfaatan ruang tersebut maka faktor penyebab dan karakteristik kemiskinan Kabupaten Bogor antara lain sebagaimana disajikan dalam Tabel. 13. Pada umumnya faktor keterbatasan aset (modal maupun lahan) dan rendahnya tingkat pendidikan/keterampilan merupakan faktor penyebab utama kemiskinan jika dilihat dari sudut pandang geografis dan pemanfaatan ruang. Sementara itu penyebab kemiskinan lainnya yang paling banyak dikemukakan oleh masyarakat melalui PRA Tahun 2007 adalah: terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, belum optimalnya pengarusutamaan gender dan perlindungan anak, rendahnya akses terhadap pelayanan umum (pendidikan dan kesehatan), sulitnya akses transportasi, dan rendahnya harga hasil produksi.

18 68 Tabel 13. Faktor Penyebab Kemiskinan Berdasarkan Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Bogor Tahun 2006 Kondisi Geografis Pemanfaatan Ruang Faktor Penyebab Kemiskinan Daerah Kawasan Pariwisata Keterbatasan lahan karena dijadikan kawasan Pegunungan/ Perbukitan Daerah Industri Kawasan Industri wisata Kurangnya keterampilan khusus yang perlu dimiliki masyarakat sekitar kawasan wisata Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat penutupan dan pemindahan asset kegiatan Daerah Pertanian Kawasan Pertanian, Hutan, dan Perkebunan industri ke wilayah lain Kurangnya keterampilan karena hanya tergantung pada satu keahlian dari industri sebelumnya Pemanfaatan lahan pertanian belum optimal karena keterbatasan kemampuan petani dan petugas teknis lapangan Keterbatasan kepemilikan modal kerja akibat ketidakpercayaan pihak lembaga keuangan Rendahnya tingkat pendidikan akibat ketidakmampuan mendapatkan akses pendidikan yang sama dengan warga lain (terutama bagi masyarakat pedalaman) Pengaruh pergantian musim yang menimbulkan kemiskinan musiman pada musim kemarau Sumber: Hasil Analisis Kemiskinan Partisipatif melalui PRA, 2007 Dalam perumusan persoalan kemiskinan melalui PRA, diperoleh bahwa persoalan yang paling banyak dikemukakan adalah kurangnya sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, listrik, dan air bersih. Dari pengelompokan faktor penyebab dan persoalan kemiskinan ini terlihat bahwa faktor ketidakberdayaan merupakan yang paling menonjol akibat faktor kemiskinan materi dan faktor keterisoliran. Dari fakta ini dapat ditarik kesimpulan bahwa umumnya masyarakat miskin di Kabupaten Bogor cukup berpotensi untuk diberdayakan namun perlu kehati-hatian dalam merancang program pemberdayaan melalui penyertaan modal. Sebab bila faktor keterisoliran dan hambatan struktural lainnya tidak ditangani, maka program penyertaan modal tidak akan mengangkat orang miskin dari kemiskinan.

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Zona Pengembangan Pertanian dan Perdesaan di Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN APBD MENURUT TAHUN ANGGARAN 205 KODE PENDAPATAN DAERAH 2 3 4 5 = 4 3 URUSAN WAJIB 5,230,252,870,000 5,84,385,696,000 584,32,826,000 0 PENDIDIKAN 0 0 Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun Data dan informasi perencanaan pembangunan daerah yang terkait dengan indikator kunci penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana yang diinstruksikan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 7. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Arahan Pemanfaatan Daya Dukung Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor... (Kurniasari dkk.) ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR (Direction of Using Carrying Capacity Agricultural

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Jawa Barat yang pada tahun 2004 memiliki luas wilayah 2.301,95 kilometer persegi

Lebih terperinci

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,31 Ha. Secara geografis terletak di antara 6⁰18'0" 6⁰47'10" Lintang Selatan dan 106⁰23'45" 107⁰13'30" Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 204.468 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 134 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6 18 0 6 47 10 Lintang Selatan dan 106 23 45 107 13 30 Bujur

Lebih terperinci

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 1. Program dan Kegiatan Pada Tahun Anggaran 2013, Dinas Peternakan dan Perikanan memberikan kontribusi bagi pencapaian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG Nomor : W10-A24/3122a/Hk.00.4/XII/2010

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG Nomor : W10-A24/3122a/Hk.00.4/XII/2010 PENGADILAN AGAMA CIBINONG Jl. Bersih No. 1 Komplek Pemda Kabupaten Bogor Telepon/Faks. (021) 87907651 Kode Pos 16914 Cibinong E-mail : pa.cibinong@gmail.com KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG TENTANG

Lebih terperinci

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi seperti pertanian dan kehutanan, pemukiman penduduk, komersial, dan penggunaan untuk industri serta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial Sumberdaya Manusia Data yang diperoleh dari Factor Score sebanyak 11 data. Ada 3 faktor yang terkait dengan tingkat pendidikan guru mengajar

Lebih terperinci

SKPD : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

SKPD : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Kode Program/ Keluaran Hasil 2 URUSAN PILIHAN 2 03 BIDANG URUSAN ENERGI DAN SUMBER SUMBER DAYA MINERAL 2 03 01 Program Pelayanan - - 30,126,626,000 30,126,626,000

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor. tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur

KEADAAN UMUM LOKASI. Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor. tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur 34 IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1. Geografis Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6 18"0" - 6 47"10" Lintang Selatan dan 106 23"45" - 107 13"30" Bujur Timur, yang berdekatan dengan Ibu kota

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 1.4. Kondisi Fisik Wilayah dan Administratif Pemerintahan Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan LAMPIRAN XXIII PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR : 43 TAHUN 2014 TANGGAL : 22 DESEMBER 2014 RENCANA STRATEGIS DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Bogor, terdapat 80 desa yang tergolong pada desa tertinggal berdasarkan kriteria indeks desa tertinggal (IDT)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial

Lebih terperinci

Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB.

Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB. LAPORAN PANITIA KHUSUS DPRD KABUPATEN BOGOR PEMBAHAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB. Disampaikan pada : RAPAT

Lebih terperinci

Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun Indikator Rencana Tahun 2013

Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun Indikator Rencana Tahun 2013 Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun 2013 SKPD : DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN Indikator Rencana Tahun 2013 URUSAN WAJIB BIDANG URUSAN KETAHANAN PANGAN 01 Program Pelayanan Administrasi 1,471,222,000

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN KECAMATAN CIBINONG SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERAN KECAMATAN CIBINONG SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERAN KECAMATAN CIBINONG SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BOGOR Isnina Wahyuning Sapta Utami (isnina@ut.ac.id) Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka ABSTRACT The aims of this study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rancangan Awal Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rancangan Awal Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun I - 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I PENDAHULUAN... I1 1.1. Latar Belakang... I1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I5 1.3 Maksud dan Tujuan... I10 1.4. Sistematika Penulisan... I11 BAB II

Lebih terperinci

PERUBAHAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

PERUBAHAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR PERUBAHAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 3 BAB I PENDAHULUAN...... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Landasan Hukum... I-5 1.3 Maksud dan Tujuan... I-9 1.4.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR 42 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR 4.1. Keadaan Umum Tabloid Sinar Tani 4.1.1. Sejarah Tabloid Sinar Tani Tabloid Sinar Tani diterbitkan oleh PT. Duta Karya Swasta.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI...3 PENDAHULUAN...I Latar Belakang Landasan Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI...3 PENDAHULUAN...I Latar Belakang Landasan Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI...3 BAB I PENDAHULUAN......I-1 1.1. Latar Belakang...... I-1 1.2. Landasan Hukum...... I-5 1.3 Maksud dan Tujuan...... I-9 1.4. Sistematika Penulisan...... I-9

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil pendugaan selang prediksi dari data simulasi yang menyebar Gamma dengan D i = 1 dan tanpa peubah penyerta

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil pendugaan selang prediksi dari data simulasi yang menyebar Gamma dengan D i = 1 dan tanpa peubah penyerta 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Simulasi 4.1.1 Tanpa Peubah Penyerta Hasil simulasi untuk kasus data yang menyebar Gamma dan tanpa peubah penyerta diperoleh hasil nilai-nilai panjang selang prediksi (average

Lebih terperinci

KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008

KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008 Katalog BPS 1403.3201 KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOGOR KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA TAHUN 2008 ISSN : 0215-417X Publikasi / Publication

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Berdasarkan data

Lebih terperinci

PENGADILAN AGAMA CIBINONG

PENGADILAN AGAMA CIBINONG PENGADILAN AGAMA CIBINONG Jl. Bersih No. 1 Komplek Pemda Kabupaten Bogor Telepon/Faks. (021) 87907651 Kode Pos 16914 Cibinong E-mail : pa.cibinong@gmail.com SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN CIBINONG NOMOR

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838, 304 hektar, yang secara geografis terletak di antara 6 o 18 0-6 o 47 lintang selatan dan 6

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK 16 BAB III GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK 3.1 GAMBARAN UMUM DAN KEPENDUDUKAN 3.1. 1. Situasi Keadaan Umum Kabupaten Bogor termasuk dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2013 dan Prakiraan Maju 2014 Kabupaten Bogor

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2013 dan Prakiraan Maju 2014 Kabupaten Bogor SKPD : Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2013 dan Prakiraan Maju 2014 Kabupaten Bogor Rencana Tahun 2013 Program /Kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DATA UMUM KONDISI GEOGRAFIS, PEMERINTAHAN DAN DEMOGRAFIS SERTA INDIKATOR KINERJA MAKRO

DAFTAR ISI DATA UMUM KONDISI GEOGRAFIS, PEMERINTAHAN DAN DEMOGRAFIS SERTA INDIKATOR KINERJA MAKRO DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... ii i BAGIAN I 1. Kondisi Geografis DATA UMUM KONDISI GEOGRAFIS, PEMERINTAHAN DAN DEMOGRAFIS SERTA INDIKATOR KINERJA MAKRO 2. Pemerintahan Tabel 1 Jumlah dan Luas

Lebih terperinci

Prakiraan Maju Rencana Tahun 2014 Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Kode. Kebutuhan Dana/ Kebutuhan Dana/ Program/Kegiatan.

Prakiraan Maju Rencana Tahun 2014 Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Kode. Kebutuhan Dana/ Kebutuhan Dana/ Program/Kegiatan. PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013 SKPD : BADAN LINGKUNGAN HIDUP Kode URUSAN WAJIB BIDANG URUSAN LINGKUNGAN HIDUP 01 Program Pelayanan Administrasi 1,264,847,100 - - 1,264,847,100 1,264,847,100

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH 57 BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah 298.838,304 Ha,

Lebih terperinci

TABEL 5.2 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2014 TAHUN 2014

TABEL 5.2 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2014 TAHUN 2014 : DINAS PENDIDIKAN Kode Program/ TABEL 5.2 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2014 TAHUN 2014 Keluaran Hasil 1 URUSAN WAJIB 1 01 BIDANG URUSAN PENDIDIKAN 1 01 01 Program Pelayanan Peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

VI. KINERJA PEMBANGUNAN PERDESAAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2011

VI. KINERJA PEMBANGUNAN PERDESAAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2011 VI. KINERJA PEMBANGUNAN PERDESAAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2011 Hasil pengolahan Podes 2003, 2005, 2008 dan 2011 ditampilkan secara rinci dalam peta tematik klasifikasi, tipologi dan kategori desa pada Lampiran

Lebih terperinci

SKPD : DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

SKPD : DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN : DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN Kode Program/ Keluaran Hasil 1 URUSAN WAJIB 1 BIDANG URUSAN KETAHANAN 1,000,000,000 13,943,550,000 20,318,465,000 35,262,015,000 38,788,216,500 PANGAN 1 01 Program Pelayanan

Lebih terperinci

KATALOG BPS 1403.3201 KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2010 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2010 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOGOR KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA TAHUN 2010 ISSN : 0215-417X Publikasi / Publication

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA Sensus kemiskinan rumahtangga di wilayah desa merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setempat atas dasar kebutuhan dan desakan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN (per 27 Oktober 2014)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN (per 27 Oktober 2014) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2013-2018 (per 27 Oktober 2014) PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BKP5K) 2014 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 19 TAHUN : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kabupaten Bogor Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6º18 0-6º47 10 Lintang Selatan dan 106º 23 45-107º 13 30 Bujur

Lebih terperinci

PROPORSI KEMISKINAN DI KABUPATEN BOGOR THE PROPORTION OF POVERTY IN BOGOR DISTRICT. Titin Suhartini. Kusman Sadik. Indahwati.

PROPORSI KEMISKINAN DI KABUPATEN BOGOR THE PROPORTION OF POVERTY IN BOGOR DISTRICT. Titin Suhartini. Kusman Sadik. Indahwati. PROPORSI KEMISKINAN DI KABUPATEN BOGOR THE PROPORTION OF POVERTY IN BOGOR DISTRICT Titin Suhartini Departemen Statistika, Institut Pertanian Bogor Jln. Meranti Wing 22 Level 4 Kampus IPB Dramaga Bogor

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

LAPORAN KINERJA 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR LAPORAN KINERJA 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Prolap Inspektorat Kabupaten Bogor 2017 www.bogorkab.go.id KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa merupakan unit terkecil dalam sistem pemerintahan di Indonesia namun demikian peran, fungsi dan kontribusinya menempati posisi paling vital dari segi sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman. Dari ujung barat hingga ujung timur masing-masing memiliki keunikan tersendiri dan tidak sama

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BERITA DAERAH KOTA CIREBON BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 51 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA KELUARGA / RUMAH TANGGA MISKIN KOTA CIREBON Menimbang : WALIKOTA CIREBON, a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERENCANAAN. 3.1 Analisis tingkat kota yang dapat mempengaruhi kawasan

BAB 3 ANALISIS DAN PERENCANAAN. 3.1 Analisis tingkat kota yang dapat mempengaruhi kawasan 3.1 Analisis tingkat kota yang dapat mempengaruhi kawasan Isu Lingkungan saat ini dirasa semakin krusial dan menjadi concern banyak pihak, sehingga sosialisasi pemahaman pembangunan berkelanjutan harus

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH DRAFT AWAL RANCANGAN RENCANA STRATEGIS BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH DRAFT AWAL RANCANGAN RENCANA STRATEGIS BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH DRAFT AWAL RANCANGAN RENCANA STRATEGIS BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan adalah suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuah dasar, sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

LAPORAN KINERJA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR LAPORAN KINERJA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Prolap Inspektorat Kabupaten Bogor 2015 www.bogorkab.go.id KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT,

Lebih terperinci

ANALISIS KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BOGOR. Oleh: ESTRELLITA LINDIASARI A

ANALISIS KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BOGOR. Oleh: ESTRELLITA LINDIASARI A ANALISIS KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BOGOR Oleh: ESTRELLITA LINDIASARI A14304078 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS KESEHATAN I. PENDAHULUAN A. PENYAKIT KAKI GAJAH (FILARIASIS) Penyakit Kaki Gajah atau Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filarial dan

Lebih terperinci

TARGET KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RENSTRA SKPD (2013) UNIT KERJA

TARGET KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RENSTRA SKPD (2013) UNIT KERJA Tabel 12. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman 2008 TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bogor merupakan bagian dari Propinsi Jawa Barat yang memiliki berbagai potensi yang belum dikembangkan secara optimal. Kabupaten Bogor dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance and Clean Government ) merupakan prasyarat bagi setiap Pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan salah satu isu yang paling hangat dibicarakan secara global belakangan ini. Meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer adalah pertanda iklim

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi kepada hasil, kami yang bertanda

Lebih terperinci

Leuwiliang Leuwisadeng 050 Ciampea 050 Ciampea 050 Ciampea 050 Tenjolaya 070 Ciomas 070 Ciomas

Leuwiliang Leuwisadeng 050 Ciampea 050 Ciampea 050 Ciampea 050 Tenjolaya 070 Ciomas 070 Ciomas LAMPIRAN 16 Lampiran 1 Daftar Kecamatan yang mengalami pemecahan dan perubahan wilayah Tahun 1996 Tahun 1999 Tahun 2003 Tahun 2006 Kode Kecamatan Kode Kecamatan Kod Kecamatan Kode Kecamatan e 020 Leuwiliang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun

Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun LAMPIRAN 144 Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2005-2009 No Provinsi Tahun 2005 2006 2007 2008 2009* 1 NAD 124,303 157,962 203,489 157,881 184,757 2 Sumut 271,314

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Bogor B. Pembangunan Sistem Informasi 1. Investigasi Sistem

IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Bogor B. Pembangunan Sistem Informasi 1. Investigasi Sistem IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Luas Kabupaten Bogor adalah 2301.95 km 2 yang terbagi dalam 40 kecamatan. Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN 2 010 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR

KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR Oleh : PUTRA FAJAR PRATAMA A14304081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BOGOR

BAB V PELAKSANAAN PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BOGOR 82 BAB V PELAKSANAAN PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BOGOR 5.1 Landasan Hukum Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PENDEKATAN SPASIAL UNTUK SINKRONISASI DATA ADMINISTRASI WILAYAH SPATIAL APPROACH FOR SYNCHRONIZING REGIONAL ADMINISTRATIVE DATA

PENDEKATAN SPASIAL UNTUK SINKRONISASI DATA ADMINISTRASI WILAYAH SPATIAL APPROACH FOR SYNCHRONIZING REGIONAL ADMINISTRATIVE DATA PENDEKATAN SPASIAL UNTUK SINKRONISASI DATA ADMINISTRASI WILAYAH SPATIAL APPROACH FOR SYNCHRONIZING REGIONAL ADMINISTRATIVE DATA Hilda Lestiana 1 dan Sukristiyanti 1 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Email:

Lebih terperinci

ANALISIS KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BOGOR. Oleh: ESTRELLITA LINDIASARI A

ANALISIS KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BOGOR. Oleh: ESTRELLITA LINDIASARI A ANALISIS KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BOGOR Oleh: ESTRELLITA LINDIASARI A14304078 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi kepada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ir. SITI NURIANTY, MM Jabatan : Kepala

Lebih terperinci

SKPD : SKPD DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN

SKPD : SKPD DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN : DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN Kode Daerah dan Program/ Hasil Program Keluaran Hasil URUSAN PILIHAN BIDANG URUSAN PERTANIAN 01 Program Pelayanan Prioritas 5 : Terwujudnya 100 % - - 1,494,945,000 1,494,945,000

Lebih terperinci

1 Pengembangan Pembinaan Bidang PNF/Seksi - 1,1 Satuan Paud Sejenis (SPS) PAUD

1 Pengembangan Pembinaan Bidang PNF/Seksi - 1,1 Satuan Paud Sejenis (SPS) PAUD . PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOGOR Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi kepada hasil, kami yang bertanda

Lebih terperinci

Prakiraan Maju Rencana Tahun 2014 Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Kode. Pagu Indikatif

Prakiraan Maju Rencana Tahun 2014 Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Kode. Pagu Indikatif PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013 SKPD : DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN Kode APBN APBD I APBD II URUSAN WAJIB BIDANG URUSAN KETAHANAN PANGAN 01 Program Pelayanan Administrasi 1,884,311,000

Lebih terperinci

TABEL.V.1. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

TABEL.V.1. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF TABEL.V.1. RENCANA PROGRAM,,, KELOMPOK PENAAN INDIKATIF DINAS TATA RUANG PERTANAHAN KABUPATEN BOGOR TAHUN -2013 PROGRAM TARGET KINERJA PROGRAM KERANGKA PENAAN SKPD LOKASI Mewujudkan penataan Meningkatnya

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014-2018 SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN KETERANGAN 1 2 3 4 5 1 Tercapainya peningkatan 1 Program

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI PENELITIAN DAN SKEMA KREDIT

IV. DESKRIPSI PENELITIAN DAN SKEMA KREDIT IV. DESKRIPSI PENELITIAN DAN SKEMA KREDIT 4.1. Deskripsi Wilayah Deskripsi mengenai karakteristik wilayah Kabupaten Bogor dikelompokkan dalam beberapa aspek yaitu: (1) keadaan geografi dan kependudukan,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2013-2018 2.1.1. Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu organisasi harus dibawa berkarya agar tetap konsisten dan

Lebih terperinci

SKPD : BADAN KETAHANAN PANGAN, PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

SKPD : BADAN KETAHANAN PANGAN, PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN : BADAN KETAHANAN PANGAN, PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN Kode Program/ Keluaran Hasil 1 URUSAN WAJIB 1 BIDANG URUSAN KETAHANAN Peningkatan Daya - Peningkatan 800,000,000-9,078,945,000

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance and Clean Government ) merupakan prasyarat bagi setiap Pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2012

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2012 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan Tahun 2013 dan Prakiraan Maju tahun 2014

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan Tahun 2013 dan Prakiraan Maju tahun 2014 SKPD : DINAS KOPERASI UKM PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Indikator Rencana Tahun 2013 Prakiraan Maju Rencana Tahun 2014 Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Kode Kinerja Program Target Capaian Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

I-1 KEPUTUSAN BUPATI BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

I-1 KEPUTUSAN BUPATI BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN KEPUTUSAN BUPATI BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day

Lebih terperinci

DRAFT ANTARA RANCANGAN AWAL DRAFT AWAL RANCANGAN

DRAFT ANTARA RANCANGAN AWAL DRAFT AWAL RANCANGAN RANCANGAN AKHIR DRAFT AWAL RANCANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayatnya, sehingga Dinas Pendapatan Daerah dapat menyelesaikan penyusunan Rancangan

Lebih terperinci

SKPD : DINAS KESEHATAN

SKPD : DINAS KESEHATAN : DINAS KESEHATAN Kode Program/ Keluaran Hasil 1 URUSAN WAJIB 1 02 BIDANG URUSAN KESEHATAN 1 02 01 Program Pelayanan Peningkatan 1. Optimalisasi Terpenuhinya 100 % - - 15,021,845,000 15,021,845,000 16,524,027,000

Lebih terperinci