BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelusuran dokumen dan wawancara mendalam.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelusuran dokumen dan wawancara mendalam."

Transkripsi

1 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Aloei Saboe pada bulan november sampai desember 2011 dengan mengumpulkan data melalui observasi, penelusuran dokumen dan wawancara mendalam. Observasi terhadap input (masukan) yaitu berupa pengamatan terhadap kecukupan dan kesesuaian, serta kedisiplinan petugas, ketersediaan formulir/dokumen pencatatan dan pelaporan, ketersediaan prosedur penyimpanan obat, serta pengamatan terhadap ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang proses penyimpanan obat. Observasi terhadap proses penyimpanan obat yaitu berupa pengamatan terhadap penerimaan obat, penyusunan/pengaturan obat di gudang BHP dan di gudang obat, pengeluaran obat, stok opname, serta pencatatan dan pelaporan. Penelusuran dokumen dilakukan terhadap pedoman atau prosedur penyimpanan obat, dokumen intruksi kerja pemeriksaan barang dan prosedur mutu pengelolaan obat/perbekalan farmasi gudang obat, contoh formulir dan laporan berupa LPLPO, kartu stok, serta buku penerimaan/pengeluaran yang ada di RS Aloei Saboe. Wawancara mendalam dilakukan terhadap tenaga yang terkait proses penyimpanan obat, yaitu Apoteker dan penanggung jawab gudang obat. Sesuai kerangka konsep pada bab sebelumnya, data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa sesuai dengan pendekatan sistem mulai dari input (masukan) sampai pada proses dalam penyimpanan obat di RS Aloei Saboe.

2 30 Hasil penelitian yang akan diuraikan berikut ini yaitu mengenai faktorfaktor input/masukan (SDM, formulir, prosedur, serta sarana dan prasarana) dan proses (penerimaan obat, pengaturan atau penyusunan stok obat, pengeluaran obat, stok opname, serta pencatatan dan pelaporan) yang terkait dengan penyimpanan obat di RS Aloei Saboe Input (masukan) Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan (Azwar, 1996). Input (masukan) dalam penelitian ini terdiri dari sumber daya manusia, dokumen/formulir, sarana dan prasarana, serta prosedur. 1. Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia merupakan salah satu input yang sangat penting dalam suatu sistem penyimpanan obat. Pelaksanaan penyimpanan obat dapat berjalan lancar bila didukung oleh kapasitas dan kualitas SDM yang memadai. a. Kecukupan dan Kesesuaian Penilaian kecukupan dan kesesuaian meliputi kecukupan dalam jumlah, pengetahuan dan keterampilan, serta kesesuaian antara posisi dan tugas yang didapat dengan pendidikan dan kemampuan. Hasil observasi mengenai kecukupan dan kesesuaian SDM SDM yang terlibat dalam proses penyimpanan obat di RS Aloei Saboe terdiri dari penanggung jawab gudang obat, panitia penerimaan obat dan Apoteker itu sendiri. Aspek tenaga dalam proses penyimpanan obat di RS Aloei Saboe tertuang dalam tabel 1 (terlampir).

3 31 Hasil observasi menyatakan bahwa SDM masih kurang karena setiap SDM yang terlibat dalam penyimpanan obat memiliki tugas/jabatan rangkap seperti yang telah tertuang di tabel sebelumnya. Hasil wawancara mengenai kecukupan dan kesesuaian SDM Hasil wawancara terhadap 2 informan menunjukkan bahwa dari aspek jumlah, SDM yang berperan dalam penyimpanan obat belum mencukupi, sementara 1 orang informan menyatakan jumlah SDM sudah mencukupi. Penjelasan ini sesuai dengan hasil wawancara berikut ini : 1. Informan 1 (Apoteker) : SDM masih perlu ditambah. 2. Informan 2 (penanggung jawab gudang obat) Jika dilihat dalam segi jumlahnya, saya rasa sudah cukup memadai, tinggal memaksimalkan ilmu dan kemampuan kita saja. Sementara untuk pengetahuan dan keterampilan, semua informan menyatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan SDM yang ada masih perlu ditingkatkan untuk dapat menjalankan tugas-tugasnya. Hal tersebut sesuai pernyataan berikut : 1. Informan 1 (Apoteker) Pengetahuan dan keterampilan masih perlu ditingkatkan. 2. Informan 2 (Penanggung jawab gudang obat) Kalau mengenai pengetahuan memang masih pelu ditingkatkan karena kalau dilihat dari latar belakang pendidikan yang lain itu masih

4 32 agak kesulitan, tapi kalau tentang keterampilan, kita sudah terbiasa.biar bagaimana juga kita kan sudah lama kerja disini. b. Kedisiplinan Penilaian kedisiplinan meliputi ketaatan petugas dalam melaksanakan tugasnya sesuai waktu dan aturan yang ada. Hasil observasi dan hasil wawancara mengenai kedisiplinan petugas tertuang dalam tabel 2 (terlampir) Hasil observasi mengenai kedisiplinan SDM Hasil observasi menyatakan bahwa secara umum petugas datang dan pulang dengan tepat waktu. Selain itu petugas masih banyak tugas atau pekerjaan yang sering tertunda karena petugas yang memiliki tugas rangkap harus mengerjakan pekerjaannya yang lain. Hasil wawancara mengenai kedisiplinan SDM Hasil wawancara menyatakan bahwa kedisiplinan SDM yang berperan dalam penyimpanan obat di RS Aloei Saboe terkadang belum sesuai yang diharapkan, namun dinilai cukup karena menurut Informan setiap SDM mempunyai kelebihan dan kekurangan, serta mempunyai kepentingan terkait dengan tugasnya masing-masing, sesuai pernyataan berikut ini : 1. Informan 1 (Apoteker) Mengenai kedisiplinan kerja, saya rasa masih perlu ditingkatkan lagi.

5 33 2. Informan 2 (penanggung jawab gudang obat) Penilaian disiplin relatif, kalau misalnya karyawan lain ada keperluan biasanya mereka bilang dulu, kita sudah taulah keperluan mereka, saling mengerti saja. Tapi kita tetap datang tepat waktu. 2 Dokumen/Formulir Hasil observasi mengenai dokumen/formulir Berdasarkan hasil observasi, maka formulir/dokumen yang tersedia untuk pencatatan dan pelaporan pada proses penyimpanan obat di RS Aloei Saboe tertuang dalam tabel 3 (terlampir) Hasil wawancara mengenai Dokumen/Formulir Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa ketersediaan formulir, dinilai membantu proses pencatatan dan pelaporan, sesuai dengan pernyataan Informan sebagai berikut : formulir sudah sangat membantu. Itu ketentuan yang harus diisi. Formulir LPLPO digunakan untuk perekapan pencatatan dan pelaporan dalam bentuk Bon Permintaan. Pernyataan ini sesuai dengan hasil wawancara berikut: untuk laporan mereka ke saya dalam bentuk bon permintaan jika terjadi kekosongan disalah satu apotek, yang kemudian saya akan membuat formulir faktur gudang obat untuk mencatat obat-obat yang telah tercantum di bon permintaan sebagai tanda pengeluaran obat tersebut. Formulir khusus untuk pencatatan obat rusak/kadaluarsa tidak tersedia. Menurut informan obat yang rusak/kadaluarsa ditulis di selembaran kertas

6 34 yang kemudian akan diberikan kepada kepala instalasi farmasi, sesuai pernyataan berikut : kita tidak pake formulir atau buku khusus. Obat yang rusak/kadaluarsa biasanya penanggung jawab gudang obat hanya memberikan berupa selembaran kertas yang sudah tercatat nama-nama obat yang rusak/kadaluarsa yang kemudian akan diproses. 3. Prosedur Hasil observasi mengenai prosedur Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa prosedur penyimpanan obat yang digunakan oleh RS Aloei Saboe yaitu pedoman standar pelayanan kefarmasian di RS menurut ketentuan SK MENKES No. 1197/MENKES/SK/X/2004; pedoman standar pelayanan kefarmasian di Apotek menurut ketentuan SK MENKES No. 1027/MENKES/SK/IX/2004; dan menurut SK perberlakuan pedoman pengelolaan barang farmasi di RS Aloei Saboe. Prosedur-prosedur ini hanya disimpan dalam bentuk dokumen, tidak disosialisasikan dengan dipampang di area kerja petugas (Isi masing-masing prosedur terlampir). Hasil wawancara mengenai prosedur Menurut Informan setiap petugas sudah cukup memahami prosedur yang ada sehingga tidak perlu lagi memampang prosedur di tempat kerja mereka. Penjelasan tersebut berdasarkan pernyataan berikut ini : 1. Informan 1 (Apoteker) prosedur tertulis kita ada, tapi tidak sampai kita tempel.

7 35 2. Informan 2 (Penanggung jawab gudang obat) prosedur tertulis ada, disimpan sama pak A (I 1 ), saya tidak pegang, kalau saya paling pake sistem FIFO dan FEFO dan juga menurut abjad. 4. Sarana dan prasrana Hasil observasi mengenai sarana dan prasarana RS Aloei Saboe sudah mempunyai 2 gudang obat yaitu gudang BHP. Gudang BHP ini terletak di bagian belakang RS. Sedangkan untuk gudang obat yang satunya lagi terletak di dalam ruangan apotek. Observasi mengenai ketersediaan dan kondisi sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan penyimpanan obat di RS Aloei Saboe tertuang dalam tabel 4, 5 dan 6 (terlampir). Hasil wawancara mengenai sarana dan prasarana Untuk sarana dan prasarana yang berkaitan dengan penyimpanan obat masih belum cukup memadai dan untuk luas gudang pun juga masih belum memadai (masih kecil), sehingga dinilai menjadi salah satu kendala pada proses penyimpanan obat seperti pernyataan berikut ini : 1. Informan 1 (Apoteker) untuk sarana dan prasarana masih kekurangan rak/lemari penyimpanan obat dan untuk ruangan masih belum memadai. 2. Informan 2 (penanggung jawab gudang ob masih kurangnya lemari penyimpanan obat akibatnya obat tidak tertata dengan baik. Ketersediaan komputer sangat membantu dalam proses perekapan untuk pembuatan laporan, dimana peran komputer tidak hanya unuk pengetikan

8 36 laporan tetapi juga untuk mengecek ulang hasil perhitungan obat oleh petugas karena data/informasi yang dihasilkan komputer dinilai lebih akurat. Hal ini sesuai pernyataan sebagai berikut : untuk perekapan laporan kita pake komputer. Komputer sangat membantu sekali Proses penyimpanan obat RS Aloei Saboe mempunyai 2 gudang obat, yaitu gudang BHP yang terletak di bagian belakang rumah sakit dan gudang obat yang terletak di dalam apotek. Oleh karena itu proses dari penyimpanan obat diteliti secara masingmasing dengan hasil penelitian sebagai berikut : 1. Penerimaan obat Hasil observasi mengenai penerimaan obat a. Di gudang BHP Observasi langsung terhadap proses penerimaan obat di gudang BHP tidak dapat dilakukan karena penerimaan obat di gudang BHP merupakan kegiatan yang dilakukan pada awal tahun anggaran. Namun berdasarkan observasi terhadap buku penerimaan obat serta formulir pemeriksaan/penerimaan obat diketahui bahwa proses penerimaan obat telah dilakukan dengan diperiksa sebelumnya oleh tim pemeriksa barang dan proses penerimaannya dilakukan secara bertahap. b. Di gudang obat Hasil observasi mengenai proses penerimaan obat di gudang obat bahwa gudang obat yang dikirim langsung dari gudang BHP tanpa melalui

9 37 pemeriksaan oleh tim pemriksa barang/obat. Obat yang diterima dari gudang BHP diperiksa langsung oleh penanggung jawab gudang obat kemudian dicatatat di kartu stok. Hasil wawancara mengenai penerimaan obat a. Di gudang BHP Pada gudang BHP, sebelum obat diterima dan disimpan di gudang BHP, obat yang dikirim oleh distributor diperiksa terlebih dahulu oleh panitia pemeriksa barang. Jika obat yang datang sudah sesuai pesanan, maka laporan hasil pemeriksaan diserahkan di bendaharawan barang dan penerima barang, untuk kemudian obat disimpan di dalam gudang. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut : 1. Informan 1 (Apoteker) obat yang datang dari PBF akan diperiksa dulu oleh panitia pemeriksa barang. Panitia pemeriksa barang memeriksa barang atau perbekalan farmasi apakah sudah sesuai dengan yang dipesan. Jika sudah ok maka akan langsung diserahkan oleh penanggung jawab gudang untuk disimpan di gudang BHP. Tapi sebelumnya diserahkan dulu sama bendaharawan untuk biaya administrasi. 2. Informan 2 (penanggung jawab gudang obat) obat yang datang dari PBF diperiksa dulu, tidak langsung masuk di gudang BHP, Yang periksa panitia penerima obat. Saya Cuma pemegang gudang, jadi kalau sudah diperiksa, baru saya terima untuk disimpan di gudang.

10 38 b. Di gudang Obat Gudang obat mendapatkan persediaan dari gudang BHP. Proses penerimaan obat di gudang obat lebih sederhana, dimana obat yang datang dari gudang BHP tidak perlu diperiksa oleh panitia penerima barang/perbekalan farmasi melainkan langsung diperiksa oleh penanggung jawab gudang obat. Kemudian penanggung jawab gudang obat menandatangani bukti tanda terima dari gudang BHP dan mencatatnya dilembar stok obat. Hal ini sesuai pernyataan berikut :...saya menandatangnani bukti tanda terima dari gudang BHP, kemudian saya catat distok obat... 2 Pengaturan dan penyusunan stok obat Hasil observasi mengenai pengaturan dan penyusunan stok obat di gudang BHP Hasil observasi terhadap sistem penyimpanan dan pengaturan/penyusunan stok obat di gudang BHP RS Aloei Saboe tertuang dalam tabel 7 (terlampir). Hasil observasi pada sistem penyimpanan dan pengaturan/penyusunan stok obat di gudang BHP menunjukkan bahwa prinsip FIFO dan FEFO dalam tata cara penyimpanan telah diterapkan. Obat yang rusak/kadaluarsa telah dikumpulkan dan disimpan secara terpisah dari obat yang masih bagus, namun tidak disimpan di luar gudang BHP.

11 39 Hasil observasi mengenai pengaturan dan penyusunan stok obat di gudang obat Hasil observasi terhadap sistem penyimpanan dan pengaturan/penyusunan stok obat di gudang obat RS Aloei Saboe tertuang dalam tabel 8 (terlampir). Hasil observasi pada sistem penyimpanan dan pengaturan/penyusunan stok obat di gudang obat menunjukkan bahwa seperti pada gudang BHP, sistem FIFO dan FEFO dalam tata cara penyimpanan obat di gudang obat telah diterapkan, namun persediaan obat belum ditata secara baik karena masih ada beberapa obat yang tertumpuk dengan obat lainnya di bawah lantai. Hasil wawancara mengenai pengaturan atau penyusunan stok obat di gudang BHP Untuk pengaturan atau penyusunan stok obat di gudang BHP, RS Aloei Saboe menggunakan sistem FEFO dan FIFO dan secara alfabetis. Untuk narkotik dan psikotropika disimpan di lemari khusus penyimpanan narkotik. Obat yang rusak/kadaluarsa disimpan dalam dus kemudian disendirikan, tapi masih dalam ruangan gudang BHP. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut :...kalau untuk penyimpanan kita pake sistem FEFO dan FIFO dan alfabetis. Untuk narkotik kita pake lemari khusus. Jika ada obat yang kadaluarsa, kita kumpulkan di dalam dus besar kemudian kita pisahkan dengan obat yang masih bagus....kalau obat yang rusak/kadaluarsa sudah terkumpul banyak, saya akan bikinkan berita acaranya...disimpannya tetap di dalam gudang, tapi kita sendirikan dengan obat yang belum rusak/kadaluarsa.

12 40 Hasil wawancara mengenai pengaturan atau penyusunan obat di gudang obat Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pada gudang obat, karyawan di Apotek selain penanggung jawab gudang obat diperbolehkan mengambil obat sendiri dengan syarat mencatatnya di kartu stok. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut ini: kadang saya lagi tidak ada, tapi obatkan dibutuhkan dengan cepat, jadi karyawan yang di Apotek boleh ambil obatnya, asal tulis di kartu stok. Pengecekan dan pencatatan mutu obat dilakukan secara periodik. Pada saat stok opname, setiap bulannya selalu ditemukan obat yang rusak atau kadaluarsa. Jika ditemukan obat yang rusak/kadaluarsa, maka obat yang rusak/kadaluarsa tersebut akan ditukarkan kembali ke PBF. Kecuali obat yang datang dari bantuan pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut : Setiap bulannya kita selalu melakukan stok opname disetiap masing-masing apotek untuk mengetahui pemakaian obat sebulan. Dan setiap bulan pula pasti selalu ditemukan obat yang rusak atau kadaluarsa....jika setiap stok opname ditemukan obat yang kadaluarsa, maka cara kita mengatasi masalah tersebut yaitu 3 bulan sebelum kadaluarsa kita tukarkan ke PBF. Kecuali obat yang datang dari bantuan pemerintah.

13 41 3. Pengeluaran obat Hasil observasi mengenai pengeluaran obat di gudang BHP Hasil observasi terhadap proses pengeluaran obat yang ada diketahui bahwa pengeluaran obat dari gudang BHP meliputi pengeluaran untuk gudang obat dan untuk 3 apotek yang ada di RS Aloei Saboe. Pengeluaran obat untuk masing-masing depo/apotek dilakukan oleh penanggung jawab gudang yang secara langsung datang ke gudang BHP untuk melakukan pengambilan obat. Obat yag dikeluarkan disesuaikan dengan permintaan, kemudian dicatat dilembar pengeluaran atau dicatat dikartu stok dan kemudian langsung diserahkan sama yang bersangkutan. Hasil observasi mengenai pengeluaran obat di gudang obat Hasil observasi terhadap LPLPO gudang obat diketahui bahwa pengeluaran obat dari gudang obat meliputi pengeluaran obat untuk semua apotek yang ada di RS Aloei Saboe. Pengeluaran obat untuk apotek dilakukan oleh penanggung jawab gudang obat, namun karena letak gudang obat dan apotek berada dalam satu ruangan, maka terkadang petugas apotek dengan izin dari penanggung jawab gudang obat dapat mengambilnya sendiri jika penanggung jawab gudang obat sedang sibuk. Setiap pengeluaran obat yang dilakukan ditulis pada karu stok obat. Hasil wawancara mengenai pengeluaran obat di gudang BHP Hasil wawancara menyatakan bahwa setelah pencatatan selesai, maka selanjutnya obat didistribusikan kemasing-masing depo/apotek yang memesan

14 42 obat di gudang obat. Proses pengeluaran obat dilakukan sesuai dengan pesanan di masing-masing apotek. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut: kalau untuk pengeluaran obat kita lakukan sesuai kalau ada yang pesan. Misalnya apotek CMU memesan obat atau sediaan steril di gudang obat, maka kita lakukan pengeluaran obat. Hasil wawancara mengenai pengeluaran obat di gudang obat Pengeluaran obat pada gudang obat dan gudang BHP prosesnya sama yakni setelah semuanya dicatat dilembar pengeluaran obat dan dikartu stok langsung didistribusikan sesuai kebutuhan apotek. Hal tersebut sesuai pernyataan berikut ini: untuk pengeluaran obat, jadi misalnya ibu A butuh obat apa untuk apotek, tinggal ambil di gudang obat yang di apotek. Asal dia tulis dikartu stok obat. Atau misalnya ambil berapa untuk apotek CMU atau berapa di G3, dicatat saja dikartu stok obat. 4. Stok opname Hasil observasi mengenai stok opname Proses stok opname obat baik di gudang BHP maupun di gudang obat relatif sama, hanya saja proses stok opname di gudang BHP membutuhkan waktu yang lebih lama karena persediaan obat yang lebih banyak. Proses stok opname yang dilakukan yaitu dicatat jumlah obat yang masuk, dicatat sisa stok obat per akhir bulan dan dicatat dari masing-masing depo ditambah dengan sisa stok dicatat dari gudang obat.

15 43 Hasil wawancara mengenai stok opname Hasil wawancara terhadap proses stok opname pada gudang B HP maupun gudang obat relatif sama dengan hasil observasi, yaitu sesuai pernyataan berikut ini: untuk stok opname, kita hitung stok awal ditambah dengan obat masuk, maka itulah hasil jumlah obat. Kemudian dihitung stok obat setiap apotek ditambah sisa stok obat di gudang obat, maka itulah hasil akhir bulan. Setelah semuanya sudah di dapat jumlahnya maka selanjutnya kita kurangkan dengan jumlah obat dikurang hasil akhir bulan, maka dapatlah hasil stok opname. 5. Pencatatan dan pelaporan Hasil observasi mengenai pencatatan dan pelaporan Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa formulir yang ada telah diisi dengan cukup baik oleh para petugas RS Aloei Saboe. Untuk pencatatan dan pelaporan, mereka membuat stok opname, jika ada obat yang kurang dilaporkan ke kepala instalasi. Di RS Aloei Saboe merekap laporan dengan menggunakan komputer. Jika ada yang salah maka petugas yang membuat laporannya segera menelusuri kembali dan melaporkannya ke kepala instalasi. Hasil wawancara mengenai pencatatan dan pelaporan Hasil wawancara menyatakan bahwa untuk pencatatan dan pelaporan, dibuatkan stok opname, jika ada yang kurang segera dilaporkan ke kepala instalasi. Hal ini sesuai pernyataan Informan 2 (penanggung jawab gudang) berikut:

16 44...kita buat dulu stok opname, jika ada yang kurang kita laporkan ke kepala instalasi Pembahasan pembahasan diuraikan sesuai hasil penelitian pada bab sebelumnya, yaitu mengenai faktor-faktor input/masukan (SDM, formulir, prosedur, serta sarana dan prasarana) dan proses (penerimaan obat, pengaturan atau penyusunan stok obat, pengeluaran obat, stok opname, serta pencatatan dan pelaporan) yang terkait dengan gambaran penyimpanan obat di Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe pada tahun Input/masukan Input(masukan) merupakan bagian dari sistem yang menjadi awal dapat berjalannya suatu sistem. Idealnya input/masukan yang baik dapat menunjang terlaksananya proses secara baik dan menghasilkan output/keluaran yang optimal. 1. Sumber Daya Manusia (SDM) a. Kecukupan dan kesesuaian SDM Baik dari hasil wawancara maupun observasi menyatakan bahwa dari segi jumlah SDM yang terlibat dalam proses penyimpanan obat di RS Aloei Saboe masih kurang. Sumber daya manusia yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang terkait dengan penyimpanan obat terdiri dari 4 (empat) orang. Dimana setiap petugas memiliki tugas rangkap. Para personil yang terlibat dalam proses penyimpanan obat di RS Aloei Saboe memiliki latar belakang pendidikan yang masih perlu ditingkatkan. Latar belakang pendidikan yang ada tidak menjadi penghambat pelaksanaan

17 45 proses penyimpanan obat karena pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki telah mencukupi. Pengetahuan dan keterampilan tersebut banyak didapat dari pengalaman kerja yang cukup lama. Kekurangan jumlah petugas yang paling dirasakan untuk proses penyimpanan obat yaitu untuk petugas bagian gudang obat. Hampir semua kegiatan di gudang BHP maupun di gudang obat dilaksanakan oleh hanya 1 orang petugas wanita selaku penanggung jawab gudang. Sebenarnya ada petugas harian yang ikut membantu, namun bantuan yang diberikan lebih bersifat ke arah fisik yaitu untuk mengangkut dus-dus obat dan membersihkan gudang. Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat ketidakseimbangan antara jumlah SDM dengan beban kerjanya. Oleh karena itu perlu adanya penambahan SDM terutama untuk bagian gudang obat. Penambahan SDM dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan harian saat ini. Dimana petugas baru perlu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi di tempat kerjanya. b. Kedisiplinan SDM Dari segi kedisiplinan, berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa beberapa petugas sering meninggalkan tugasnya karena harus mengerjakan tugasnya yang lain. Hal tersebut menyebabkan setiap tugas yang diberikan tidak dapat dilakukan secara optimal. Namun bukan berarti petugas yang ada kurang disiplin. Berdasarkan hasil wawancara ketidakdisiplinan SDM dalam menjalankan tugasnya lebih disebabkan karena faktor-faktor tertentu

18 46 yang bisa dimaklumi seperti faktor fisik yang kurang memadai akibat faktor usia, atau karena harus mengerjakan satu tugas yang mengharuskannya meninggalkan tugas lain. Setiap petugas saling mengerti dan memahami tugasnya masing-masing serta cukup menyadari bahwa tanggung jawab dan kedisiplinan kerja harus dari diri sendiri. 2. Dokumen/Formulir Berdasarkan hasil observasi, penelusuran dokumen dan wawancara terhadap informan, diketahui bahwa ketersediaan formulir/dokumen untuk pencatatan dan pelaporan pada proses penyimpanan obat di RS Aloei Saboe sudah mencukupi. LPLPO (laporan pemakaian dan lembar permintaan obat), kartu stok obat, buku penerimaan/pengeluaran obat, bahkan formulir pereturan obat sudah tersedia. hanya formulir khusus pencatatan obat yang rusak/kadaluarsa yang tidak tersedia. Tidak tersedianya formulir pencatatan khusus untuk obat rusak atau kadaluarsa memang tidak begitu menghambat proses penyimpanan obat karena pencatatan obat rusak/kadaluarsa dapat dilakukan di kartu stok obat saat stok opname. Namun akan lebih baik jika ada catatan obat rusak atau kadaluarsa tersendiri, sehinga jenis dan jumlah rill obat yang rusak atau kadaluarsa dapat diketahui lebih cepat dan akurat tanpa harus memeriksa dan menghitung ulang kartu stok obat satu persatu, sesuai prosedur yang menyatakan bahwa adanya catatan akan menghemat waktu untuk mengetahui bagaimana pergerakan persediaan obat.

19 47 3. Prosedur Hasil observasi maupun hasil wawancara menyatakan bahwa prosedur peyimpanan obat yang ada di RS Aloei Saboe sudah tersedia dengan materi yang dinilai sudah cukup untuk pelayanan dan telah berjalan dengan baik. Namun sangat disayangkan bahwa prosedur yang ada hanya disimpan dan tidak disosialisasikan dengan baik. Prosedur yang ada sebaiknya disosialisasikan dengan memampangnya di setiap tempat penyimpanan obat atau disekitar area kerja petugas. Hal ini agar petugas mendapat penyegaran atau pengetahuan baru mengenai prosedur terkait dengan penyimpanan obat. 4. Sarana dan prasarana Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam diketahui bahwa RS Aloei Saboe memiliki 2 gudang obat, yaitu gudang BHP yang terletak di bagian belakang RS dan gudang obat yang terletak di dalam ruangan apotek. Prosedur penyimpaan obat menyatakan bahwa obat harus selalu disimpan di ruang penyimpanan yang layak. Bila obat rusak, mutu obat menurun akan memberi pengaruh buruk bagi penderita. Oleh karena itu ketentuan mengenai sarana penyimpanan yang baik perlu dipenuhi. 1. Gudang BHP Hasil observasi terhadap gudang obat menunjukkan masih ada satu kriteria yang belum terpenuhi dimana tidak tersedianya lemari khusus penyimpanan obat yang rusak/kadaluarsa. Untuk kriteria yang lainnya sudah memenuhi syarat.

20 48 Untuk prasarana lain yang tersedia yaitu meja, kursi, komputer, printer yang dinilai sudah cukup menunjang terkait penyimpanan obat. Sementara alat akomodasi untuk perpindahan obat dinilai sudah cukup memadai. Permasalahan pada sarana dan prasarana yang ada tentu perlu mendapat penambahan yaitu berupa lemari khusus penyimpanan obat yang rusak atau kadaluarsa. 2. Gudang obat Hasil observasi terhadap gudang kamar obat juga menunjukkan bahwa beberapa kriteria untuk gudang yang baik belum terpenuhi yaitu bahwa sebagian gudang penyimpanan terletak satu ruangan dengan apotek, jendela tidak berteralis dan tidak dipasangi gorden, tidak tersedia lemari khusus penyimpanan obat yang rusak atau kadaluarsa, tidak tersedianya alat pemadam kebakaran disekitar gudang, serta ruangan untuk gudang kamar obat belum memadai. Hasil wawancara terhadap informan menyatakan bahwa kondisi gudang kamar obat belum begitu memadai sehingga untuk proses penyimpanan terkadang menemui hambatan tetapi tidak mengurangi mutu obat secara signifikan karena rotasi obat cukup cepat sehingga jarang ditemui obat yang rusak atau kadaluarsa Proses Hasil penelitian menyatakan bahwa RS Aloei Saboe mempunyai 2 gudang obat, yaitu gudang obat/gudang BHP yang terletak di bagian belakang rumah sakit dan gudang obat yang terletak di dalam apotek. Oleh karena itu proses dari

21 49 penyimpanan obat pada gudang kamar obat yang telah diteliti akan dibahas secara terpisah agar dapat lebih mudah dipahami. 1. Penerimaan obat a. Penerimaan obat di gudang BHP Proses penerimaan obat pada gudang obat sedikit berbeda dengan proses penerimaan obat di gudang kamar obat. Pada gudang obat, obat yang datang dari distributor diperiksa oleh panitia pemeriksa barang. Jika obat sudah sesuai dengan pesanan maka dibuat berita acara ke bendaharawan barang untuk kemudian diserahkan ke PPTK. Pelaksanaan pemeriksaan obat yang datang sebelum obat diterima dan disimpan adalah hal yang sudah sesuai dengan prosedur, dimana prosedur pemeriksaan barang yang tertera pada dokumen SK menyatakan bahwa pemeriksaan obat yang datang perlu dilakukan agar obat yang diterima sesuai dengan yang dipesan oleh bagian pengadaan baik jumlah, kualitas maupun spesifikasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara yaitu bahwa obat yang dipesan dikirim secara bertahap. Hal tersebut cukup baik untuk dilakukan dan dipertahankan karena tidak hanya untuk disesuaikan dengan persediaan distributor, namun juga untuk memudahkan proses pemeriksaan dan penerimaan obat dimana pekerjaan menjadi tidak menumpuk sehingga pekerjaan tidak tergesa-gesa dan hasilnya lebih memuaskan.

22 50 b. Penerimaan obat di gudang obat Pada gudang kamar obat, obat yang datang dari gudang obat diperiksa langsung oleh penanggung jawab gudang obat, bukan oleh panitia pemeriksa barang karena obat yang diterima relatif sedikit dan untuk hanya satu bulan pemakaian. Setelah obat diperiksa, maka dicatat jumlah dan jenis obat apa yang diterima, kemudian disimpan di gudang kamar obat. 2. Pengaturan dan penyusunan stok obat a. Pengaturan dan penyusunan stok obat di gudang BHP Hasil observasi pada gudang obat/gudang BHP menunjukkan bahwa tata cara pengaturan dan penyusunan stok obat di gudang belum cukup baik dimana ada beberapa yang belum sesuai prosedur. Hal-hal yang belum sesuai prosedur yaitu bahwa obat cair, salep dan obat suntik disimpan tidak beraturan dan obat yang rusak atau kadaluarsa hanya disimpan dalam dus tapi masih dalam ruangan gudang obat/gudang BHP. Hal ini tentu akan menyulitkan petugas baik dalam proses perhitungan, pengawasan maupun pengendaliannya. Penanggung jawab gudang obat diharapkan lebih sering meluangkan waktu untuk datang ke gudang obat untuk mengatur persediaan obat. b. Pengaturan dan penyusunan stok obat di gudang obat Hasil observasi pada gudang obat menunjukkan bahwa tata cara pengaturan atau penyusunan stok obat di gudang obat sudah cukup baik, namun masih ada satu yang belum sesuai dengan standar ketentuan penyimpanan obat,

23 51 yaitu tablet, kapsul dan obat kering lainnya yang seharusnya diletakkan dan dikelompokkan di rak atas pada kenyataannya ada yang disimpan di rak atas dan ada yang di rak bawah. Penanggung jawab gudang obat hampir selalu berada di gudang obat yang bersatu dengan apotek untuk menjalankan tugasnya sebagai pelaksanaan harian apotek, sehingga penanggung jawab gudang kamar obat masih dapat mengawasi pergerakan persediaan obatnya walaupun ruangan tidak dikunci. Namun saat penanggung jawab gudang obat tidak ada di tempat, petugas lain tetap diperbolehkan mengambil obat asal ditulis dikartu stok. Walaupun dilandasi rasa saling percaya, tapi dikhawatirkan ada obat hilang secara sengaja seperti dicuri atau karena tidak sengaja seperti salah mencatat antara jenis dan jumlah obat yang diambil dengan yang ditulis dikartu stok. Pada dasarnya sistem penyimpanan dan pengaturan atau penyusunan stok obat di gudang obat sudah cukup baik karena obat yang disimpan di gudang obat relatif sedikit dengan perputaran yang sangat cepat yaitu satu bulan sekali, sehingga walaupun prosedur-prosedur yang ada tidak dijalankan dengan baik petugas masih dapat menemukan kembali, mengawasi dan mengendalikan persediaan obatnya dengan cukup mudah. Mutu obat juga masih terjaga dengan baik dengan belum pernah ditemukannya obat yang rusak atau kadaluarsa di gudang obat.

24 52 3. Pengeluaran obat a. Pengeluaran obat di gudang BHP Proses pengeluaran atau distribusi obat yang dilakukan gudang BHP di RS Aloei Saboe sudah berjalan dengan baik. Dimana sudah sesuai dengan hasil perhitungan alokasi masing-masing depo/apotek. Proses pengeluaran obat digudang BHP hanya dilakukan jika salah satu apotek ada yang memesan obat. Secara singkat, proses pengeluaran obat dari gudang BHP di RS Aloei Saboe adalah sebagai berikut: Catatan permintaan gudang obat Gudang BHP Obat dikeluarkan (disesuaikan dengan alokasi) Obat didistribusikan Catatan kartu stok Catatan pengeluaran Gambar 3. Alur Pengeluaran Obat di Gudang BHP b. Pengeluaran obat di gudang obat Proses pengeluaran obat dari gudang obat untuk semua apotek yang ada di RS Aloei Saboe lebih sederhana karena tidak memerlukan perhitungan alokasi untuk masing-masing depo. Pengeluaran obat dilakukan sesuai permintaan masing-masing depo/apotek. Secara singkat, proses pengeluaran obat di gudang obat di RS Aloei Saboe adalah sebagai berikut:

25 53 Catatan permintaan dari masing-masing depo/apotek Gudang Obat Obat dikeluarkan dari gudang obat Catatan kartu stok Gambar 4. Alur Pengeluaran Obat di Gudang Obat 4. Stok opname obat a. Stok opname di gudang BHP Proses stok opname yang dilakukan di gudang BHP yaitu dicatat jumlah obat yang masuk, dicatat sisa stok obat per akhir bulan dan dicatat dari masing-masing depo ditambah dengan sisa stok dicatat dari gudang BHP. Pada gudang BHP tujuan dari dilakukannya stok opname yaitu mencocokkan jumlah yang tertera dikartu stok obat dengan kenyataan yang ada di gudang, mengetahui bagaimana kualitas obat, serta tanda tangan masing-masing petugas pemberi dan petugas penerima. Bukti tanda terima juga disediakan setelah obat sudah diterima dimasing-masing depo/apotek, untuk mengetahui apakah obat yang diterima sesuai dengan catatan pengambilan, atau terjadi kesalahan pengeluaran obat karena obat yang keluar tidak dicek kembali, sehingga jika terjadi komplain maka dapat dipertanggung jawabkan. b. Stok opname di gudang obat Proses yang dilakukan pada stok opname di gudang obat hampir sama dengan proses stok opname di gudang BHP yaitu dicatat jumlah obat yang masuk, dicatat sisa stok obat per akhir bulan dan dicatat dari masing-masing

26 54 depo ditambah dengan sisa stok dicatat dari gudang obat. Hanya saja waktu yang dibutuhkan jauh lebih singkat karena persediaan obat relatif sedikit yaitu hanya untuk satu bulan pemakaian. Tujuan dilakukannya stok opname obat di gudang obat pun hampir sama dengan tujuan dilakukannya stok opname di gudang obat, yaitu mencocokkan jumlah yang tertera dikartu stok obat dengan kenyataan yang ada di gudang, mengetahui bagaimana kualitas obat, serta tanda tangan masing-masing petugas pemberi dan petugas penerima. Pelaksanaan stok opname yang dilakukan di gudang obat juga sudah cukup baik dan sesuai prosedur dimana juga dilakukan secara teratur setiap satu bulan sekali. Hasil stok opname akan digunakan untuk membuat LPLPO bulanan dari gudang obat. 5. Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dan pelaporan data obat di RS merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di RS. Sarana pencatatan dan pelaporan di RS Aloei Saboe berupa formulir-formulir seperti LPLPO, kartu stok obat dan formulir lainnya sudah tersedia dan cukup memadai. Pencatatan terhadap obat yang diterima, disimpan dan yang dikeluarkan mingguan atau bulanan sudah cukup baik dimana kartu stok obat dan lembar penerimaan/pengeluaran obat telah diisi sesuai ketentuan. Untuk pencatatan terhadap pengeluaran harian obat dilakukan dengan baik, namun perekapannya

27 55 tidak dilakukaan setiap hari karena kesibukan petugas yang harus menyelesaikan pekerjaannya yang lain.

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB FARMAKMIN INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2008

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB FARMAKMIN INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2008 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB FARMAKMIN INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2008 Nama Informan : Umur : Pendidikan : Jabatan : Masa Kerja :

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa pada bulan Mei

BAB VI HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa pada bulan Mei BAB VI HASIL PENELITIAN 6.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa pada bulan Mei sampai Juni 2008 dengan mengumpulkan data melalui observasi, penelusuran dokumen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG

BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG BAB IV ANALISIS DATA DAN RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN OBAT/ALAT KESEHATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MYRIA PALEMBANG Instalasi Farmasi Rumah Sakit Myria Palembang merupakan Bagian Pelayanan Instalasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Informan Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20 Januari 2012 melalui wawancara mendalam atau indepth interview kepada informan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1 WAWANCARA Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato URAIAN HASIL WAWANCARA Sistem perencanaan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari pembangunan nasional dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari pembangunan nasional dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku dan penggerak dari pembangunan nasional. Masyarakat yang sehat merupakan salah satu kunci suksesnya pembangunan. Atas dasar itu, maka dilaksanakanlah

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PIKIR

BAB 3 KERANGKA PIKIR BAB 3 KERANGKA PIKIR 3.1. Kerangka Pikir Aspek dalam pengelolaan obat publik di instalasi farmasi kabupaten meliputi perencanaan kebutuhan obat, pengadaan obat, penerimaan obat, penyimpanan dan pendistribusian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan obat menurut Siregar dan Amalia (2003) merupakan salah satu manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara keseluruhan karena

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT Pengadaan Perbekalan Farmasi Apotek anak sehat memperoleh obat atau perbekalan farmasi berasal dari Pedagang Besar Farmasi(PBF) atau dari apotek lain. Pedagang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di RSIFC khususnya di gudang Instalasi Farmasi. Hasil penelitian meliputi tahap penyimpanan dan analisis SWOT untuk mengetahui posisi Instalasi Farmasi.

Lebih terperinci

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut : Penyimpanan Obat Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan dari fisik yang

Lebih terperinci

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT SOP No. Dokumen No. Revisi : Tanggal Terbit : 51.VIII/SOP/PNG/V/2016 : 3 Mei 2016 Halaman : 1/ 6 UPT PUSKESMAS PANUNGGANGAN 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Obat di Puskesmas Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan pelaksanaan upaya kesehatan dari pemerintah, yang berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF SOP PEMESANAN OBAT a. Pemesanan obat dilakukan pada PBF yang resmi b. Pemesanan obat menggunakan Surat Pesanan (SP) rangkap 2 lembar yang asli diberikan kepada sales sedang salinannya disimpan sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit manajemen pada PT. MJPF Farma Indonesia akan dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan dan merencanakan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh mengenai gambaran perencanaan pengadaan obat-obatan di instalasi farmasi tahun 2008, maka penulis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik lokasi penelitian Kota Solok merupakan salah satu kota dari 19 kabupaten kota yang ada di Provinsi Sumatera barat. Kota Solok memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 32 Puskesmas induk yang berada di seluruh Kabupaten Tulungagung.

BAB I PENDAHULUAN. 32 Puskesmas induk yang berada di seluruh Kabupaten Tulungagung. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinas Kesehatan Tulungagung adalah unsur pelaksana pemerintah Tulungagung dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses perencanaan Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG,

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG, KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG, Menimbang : a. bahwa penyediaan obat merupakan langkah awal pengelolaan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL Bab keempat ini akan berisi data-data yang dibutuhkan dalam pengerjaan sistem serta pembahasan mengenai pemetaan proses bisnis. Pemetaan proses bisnis merupakan penjabaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto Kabupaten Bone Bolango. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit. seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit. seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit Alur pengelolaan sediaan farmasi meliputi empat fungsi dasar, yaitu seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT

PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : 20 januari 2016 Halaman : KABUPATEN SINJAI 1. Pengertian merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis menentukan jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara bulan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional. Data berupa data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara bulan Januari 2013. Subjek penelitian

Lebih terperinci

25/3/2016. Citraningsih Yuniarti RSUD KOTA YOGYAKARTA 2016

25/3/2016. Citraningsih Yuniarti RSUD KOTA YOGYAKARTA 2016 Citraningsih Yuniarti RSUD KOTA YOGYAKARTA 2016 Kegiatan logistik sangat penting dalam menunjang kegiatan pengadaan barang / jasa di RS sehingga mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif melalui observasi dan wawancara mengenai penyimpanan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif melalui observasi dan wawancara mengenai penyimpanan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini termasuk non-eksperimental, yang berupa desain deskriptif melalui observasi dan wawancara mengenai penyimpanan sediaan farmasi di Gudang

Lebih terperinci

TAHUN UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT

TAHUN UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT TAHUN 2016 UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT TAHUN 2016 UPT PUSKESMAS PABUARAN I. Pendahuluan Puskesmas merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan / atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan

Lebih terperinci

UPT. PUSKESMAS KLUNGKUNG I

UPT. PUSKESMAS KLUNGKUNG I PERENCANAAN KEBUTUHAN Proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat dan bahan medis habis

Lebih terperinci

Nama : Umur : Tahun Pendidikan : 1. Tamat SMU/Sederajat 2. Tamat D3 3. Tamat S1 4. Tamat S2 Unit Kerja : Masa Kerja : Tahun Bagian : Jenis Kelamin :

Nama : Umur : Tahun Pendidikan : 1. Tamat SMU/Sederajat 2. Tamat D3 3. Tamat S1 4. Tamat S2 Unit Kerja : Masa Kerja : Tahun Bagian : Jenis Kelamin : Lampiran 1. Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN I. Identitas

Lebih terperinci

1. Apakah puskesmas telah memiliki tenaga Apoteker? 2. Apakah Puskesmas juga memiliki tenaga teknisi

1. Apakah puskesmas telah memiliki tenaga Apoteker? 2. Apakah Puskesmas juga memiliki tenaga teknisi Lampiran 1. Tabulasi Data Hasil Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Distribusi Obat di Puskesmas Mandala Medan dan Puskesmas Dahadano Botombawo Kabupaten Nias Sumatera Utara Berdasarkan Indikator Kualifikasi

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh: RORI ANJARWATI K 100 050 185 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Prosedur Dalam melaksanakan kegiatan usahanya perusahaan menyusun suatu proswdur sebagai landasan dalam pelaksanaan kegiatannya. Prosedur disusun sebaik-baiknya agar

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI BERORIENTASI OBYEK

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI BERORIENTASI OBYEK STUDI KASUS ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI BERORIENTASI OBYEK Dosen : Deni Mahdiana,S.Kom,MM,M.Kom UNIVERSITAS BUDI LUHUR FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA 2014 2 ANALISA SISTEM 1. Tinjauan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS Kelompok 2 : Aryes Patricia Nova reza Adawiyah Ida Royani Pengertian Obat : suatu zat yang dapat dipakai dalam diagnosis, mengurangi sakit, mengobati dan mencegah penyakit

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG DIREKTUR UTAMA KOMITE MEDIK KOMITE ETIK & HUKUM KOMITE MUTU & K3 DIREKTUR MEDIK DAN KEPERAWATAN DIREKTUR SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

bagaimana prosedur penerimaan dan pengeluaran obat-obatan di

bagaimana prosedur penerimaan dan pengeluaran obat-obatan di 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Puskesmas Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang beralamat di Jl. Raya Mulyoagung No.212, Mulyoagung, Dau, Malang, Jawa Timur.

Lebih terperinci

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen Perencanaan Penggunaan Pengadaan Dukungan Manajemen Distribusi Penyimpanan Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN GIZI

PEDOMAN PELAYANAN GIZI PEDOMAN PELAYANAN GIZI SOP Direktur 1. Definisi Kegiatan pelayanan gizi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien rawat inap di guna memenuhi keperluan metabolisme tubuh, peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit 1. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit Pada PT. Anugrah. Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT. Anugrah

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif,

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN EVALUASI MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS RAWAT INAP KABUPATEN PURBALINGGA BERDASARKAN TIGA BESAR ALOKASI DANA PENGADAAN OBAT R. Adi Soeprijanto, Indri Hapsari, Wahyu Utaminingrum Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional

BAB 4 PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional BAB 4 PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT. Valindo Global. Pembahasan tersebut dibatasi pada penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam melaksanakan audit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1332/MENKES/SK/X/2002, Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat

BAB I PENDAHULUAN. 1332/MENKES/SK/X/2002, Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengertian apotek menurut (Kepmenkes RI) No. 1332/MENKES/SK/X/2002, Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Obat Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 pasal 1 menjelaskan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persediaan obat. Adanya persediaan obat yang cukup untuk melayani permintaan

BAB I PENDAHULUAN. persediaan obat. Adanya persediaan obat yang cukup untuk melayani permintaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang medis contohnya rumah sakit terdapat manajemen yang akan melaksanakan semua kegiatan yang telah direncanakan. Salah

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PANDUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN

PANDUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.03 RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04 PANDUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04 DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.03 RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04 SURAT KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obatadalah sediaan atau paduan yang siap digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obatadalah sediaan atau paduan yang siap digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat 2.1.1 Pengertian Obat Obatadalah sediaan atau paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Persepsi merupakan aktivitas, mengindra, mengintegrasikan dan memberi penilaian pada objek-objek fisik maupun obyek sosial dan pengindraan tersebut tergantung pada stimulus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta

Lebih terperinci

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert PENGERTIAN PROSEDUR UNIT TERKAIT Suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. 1 Rumah sakit Permata Medika adalah rumah sakit tipe C di

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. 1 Rumah sakit Permata Medika adalah rumah sakit tipe C di sendiri. 1 Rumah sakit Permata Medika adalah rumah sakit tipe C di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survey Pendahuluan PT. Anugerah Indah Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman ringan. Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRACT

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRACT EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2007 Muhammad Djatmiko, Eny Rahayu Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang 39 ABSTRACT Drug management in

Lebih terperinci

Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi :

Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi : PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture.

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu cat dan aneka furniture. BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Tirtakencana Tatawarna adalah perusahaan yang bergerak dalam distribusi produk. Ada dua jenis produk yang didistribusikan, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan, serta pemeliharaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan, serta pemeliharaan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan rujukan yang berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan, serta pemeliharaan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Dari Farmasi Rawat Inap Pada Rumah Sakit Pusat Pertamina terdapat Instalasi Farmasi yang terdiri dari Farmasi Logistik dan Perencanaan, Farmasi

Lebih terperinci

INTISARI. Kata Kunci : penyimpanan, gudang obat, indikator penyimpanan, puskesmas

INTISARI. Kata Kunci : penyimpanan, gudang obat, indikator penyimpanan, puskesmas EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI PUSKESMAS SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Indah Kurniawati 1), Nurul Maziyyah 1) Program Studi Farmasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN DI RUMAH SAKIT

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN DI RUMAH SAKIT BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN DI RUMAH SAKIT 3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit 3.1.1. Sejarah Rumah Sakit RS THT Bedah Prof. Nizar dikembangkan dari sebuah tempat praktek pribadi alm.profesor Nizar SpTHT

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH INTERVIEW) (INFORMAN 1)

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH INTERVIEW) (INFORMAN 1) PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH INTERVIEW) (INFORMAN 1) I. Jadwal Wawancara 1. Tanggal / Hari : 25 april 2009 2. Waktu Mulai dan Selesai : II. Identitas Informan 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : 3. Jabatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Alur Penelitian SDM SISTEM PENYIMPANAN DOKUMEN SARANA & PRASARANA PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG FARMASI DENGAN EFISIEN Gambar 3.1 Alur penelitian diatas dibuat berdasarkan pedoman

Lebih terperinci

Peresepan,Pemesanan dan pengelolaan Obat SPO Nomor : Terbit ke : 1 No.Revisi : 0 Tgl.Diberlaku : Halaman : 1-3

Peresepan,Pemesanan dan pengelolaan Obat SPO Nomor : Terbit ke : 1 No.Revisi : 0 Tgl.Diberlaku : Halaman : 1-3 Dinas Ditetapkan Oleh Kepala UPTD Urusan Peresepan,Pemesanan dan pengelolaan Obat Diberlaku : Halaman : 1-3 Tanda Tangan UPTD Urusan 1. Pengertian Peresepan adalah Proses pengambilan keputusan pengobatan

Lebih terperinci

Pengalaman dan Tantangan dalam Manajemen Obat di RSUDZA dalam Era JKN dr. Fachrul Jamal, SpAn.KIC

Pengalaman dan Tantangan dalam Manajemen Obat di RSUDZA dalam Era JKN dr. Fachrul Jamal, SpAn.KIC Pengalaman dan Tantangan dalam Manajemen Obat di RSUDZA dalam Era JKN dr. Fachrul Jamal, SpAn.KIC Profil RSUDZA Rumah Sakit Pusat rujukan di Aceh Rumah sakit pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

Adapun bagian dari Accounting Departement yang berperan penting dalam pengadaan makanan di hotel yaitu : 1. Cost Control

Adapun bagian dari Accounting Departement yang berperan penting dalam pengadaan makanan di hotel yaitu : 1. Cost Control Adapun bagian dari Accounting Departement yang berperan penting dalam pengadaan makanan di hotel yaitu : 1. Cost Control Cost sontrol merupakan salah satu bagian dari departemen accounting yang bertanggung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Proses Penelitian di Lapangan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuanitatif dengan menjelaskan fenomena yang dijumpai pada Puskesmas Rowosari, yang dimana pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karena selama ini di Apotek RSI Cabang Pandaan masih tergolong baru dan masih dalam tahap pengembangan, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karena selama ini di Apotek RSI Cabang Pandaan masih tergolong baru dan masih dalam tahap pengembangan, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karena selama ini di Apotek RSI Cabang Pandaan masih tergolong baru dan masih dalam tahap pengembangan, maka penulis ingin memberikan rekomendasi dari hasil analisis

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS RAWAT INAP SIDOMULYO KOTAMADYA PEKANBARU

IMPLEMENTASI SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS RAWAT INAP SIDOMULYO KOTAMADYA PEKANBARU IMPLEMENTASI SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS RAWAT INAP SIDOMULYO KOTAMADYA PEKANBARU Husnawati, Anita Lukman, Indra Ardyansyah Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau Email : hoe5na@yahoo.com ABSTRAK Telah

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO IV.1 Perencanaan Audit Operasional Audit operasional merupakan suatu proses sistematis yang mencakup serangkaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang menjelaskan mengenai apotek

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab V Simpulan dan Saran BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Penerapan sistem informasi

Lebih terperinci

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan?

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan? Nama Perusahaan Dilengkapi oleh Jabatan : PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK : PROCUREMENT & HUMAN RESOURCES : MANAGER & STAFF FUNGSI PEMBELIAN A. Umum Ya Tidak Ket. 1 Apakah struktur organisasi telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan terjadi di berbagai sektor, termasuk sektor jasa. Salah satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. lebih mendalam tentang manajemen penyimpanan obat.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. lebih mendalam tentang manajemen penyimpanan obat. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk memperoleh informasi yang lebih

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Metode Pencatatan Persediaan pada PT Bio Farma (Persero) 1. Kegiatan pengadaan bahan baku Bon Permintaan Barang

BAB IV ANALISIS 4.1 Metode Pencatatan Persediaan pada PT Bio Farma (Persero) 1. Kegiatan pengadaan bahan baku Bon Permintaan Barang BAB IV ANALISIS 4.1 Metode Pencatatan Persediaan pada PT Bio Farma (Persero) PT Bio Farma (Persero) merupakan satu-satunya perusahaan BUMN yang bergerak di bidang memproduksi vaksin dan antisera. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola barang- barang tersebut dalam bentuk persediaan. barang dagang terlalu banyak dan lamanya barang tersimpan digudang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola barang- barang tersebut dalam bentuk persediaan. barang dagang terlalu banyak dan lamanya barang tersimpan digudang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan operasionalnya perusahaan dagang berorientasi untuk mengelola barang- barang tersebut dalam bentuk persediaan barang dagang terlalu banyak dan

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 menjelaskan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Rumah sakit memiliki fungsi pelayanan medis, penunjang medis, pelayanan dan asuhan

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA IV.1 Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit operasional di PT Bangunreksa Millenium Jaya akan dimulai dari tahap

Lebih terperinci

Pada hakekatnya pergudangan merupakan suatu proses kegiatan. logistik/barang dalam gudang, baik yang bersifat administratif maupun

Pada hakekatnya pergudangan merupakan suatu proses kegiatan. logistik/barang dalam gudang, baik yang bersifat administratif maupun I. PENDAHULUAN Pada hakekatnya pergudangan merupakan suatu proses kegiatan logistik/barang dalam gudang, baik yang bersifat administratif maupun oprasional yang berhubungan dengan penatausahaan, tata kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apotek Parsitabu salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang kesehatan yaitu penyediaan obat yang berlokasi di Jalan Sisingamangaraja No.49 Pangururan, dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan CV. Kurnia Agung adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan alat alat tulis untuk digunakan oleh konsumen akhir. CV. Kurnia Agung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang obat antara lain bertujuan untuk menjamin tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan dengan mutu terjamin, tersebar secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. instrumen dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. instrumen dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Realibilitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh responden, serta menghindari kesalahan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Sistem pada dasarnya adalah suatu jaringan yang berhubungan dengan

BAB II BAHAN RUJUKAN. Sistem pada dasarnya adalah suatu jaringan yang berhubungan dengan - 6 - BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Sistem pada dasarnya adalah suatu jaringan yang berhubungan dengan prosedur prosedur yang erat hubunganya satu sama lain yang dikembangkan menjadi

Lebih terperinci