V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data time series. Data time

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data time series. Data time"

Transkripsi

1 78 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pra Estimasi Uji Stasioneritas Data Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data time series. Data time series biasanya memiliki permasalahan terkait dengan stasioneritas, sehingga perlu diuji stasioneritas dari data-data tersebut. Gujarati (2003) menyatakan bahwa data time series yang stasioner memberikan arti bahwa data tersebut mempunyai distribusi rata-rata dan varian yang tetap sepanjang waktu. Oleh karena itu, melakukan uji stasioneritas data merupakan tahap yang penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung di antara variabel dalam persamaan menjadi valid dan tidak menghasilkan spurious regression atau regresi palsu. Salah satu cara untuk menghindari regresi palsu pada variabel adalah dengan memastikan bahwa variabel tersebut stasioner. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur stasioneritas, salah satunya adalah dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) test. Berdasarkan uji tersebut, jika nilai statistik ADF dari masing-masing variabel lebih kecil daripada nilai kritis MacKinnon maka dapat dikatakan bahwa data tersebut stasioner. Berdasarkan hasil pengujian ADF pada tingkat level, variabel SBI, SBIS, INF, dan NAB stasioner pada level. Sedangkan variabel ER, IHSG, dan JII mengandung unit root atau dengan kata lain tidak stasioner pada level. Hal ini dapat dilihat dari

2 79 nilai statistik ADF terhadap nilai kritis MacKinnon. Variabel-variabel yang stasioner memiliki nilai statistik ADF yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai kritis MacKinnon. Hal sebaliknya terjadi pada variabel-variabel yang tidak stasioner, dimana nilai statistik ADF lebih besar dibandingkan dengan nilai kritis MacKinnon. Sehingga untuk lebih meyakinkan dan mencegah adanya regresi palsu maka bagi variabel yang tidak stasioner perlu dilakukan unit root test pada tingkat first difference. Berdasarkan hasil pengujian ADF pada tingkat first difference, diperoleh bahwa variabel ER, IHSG, dan JII stasioner pada tingkat ini. Hal ini disebabkan karena nilai statistik ADF variabel SBI, ER, IHSG, dan JII yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai kritis MacKinnon. Sehingga variabel SBI, ER, IHSG, dan JII stasioner pada tingkat first difference atau derajat integrasi satu I(I). Tabel 7. Uji Stasioneritas Variabel Level First Difference Nilai ADF Keterangan Nilai ADF Keterangan SBI -2, Stasioner -4, Stasioner SBIS -3, Stasioner -1, Stasioner LOG_ER -2, Tidak Stasioner -9, Stasioner INF -8, Stasioner -1, Stasioner LOG_IHSG 0,3796 Tidak Stasioner -8, Stasioner LOG_JII -2, Tidak Stasioner -7, Stasioner LOG_NAB -3, Stasioner -4, Stasioner Sumber: Lampiran 1

3 80 Penggunaan data first difference dan second difference menurut Sims dalam Enders (2004) tidak direkomendasikan sebab akan menghilangkan informasi jangka panjang. Digunakan data level untuk menganalisis informasi jangka panjang sehingga model VAR akan dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan (error correction model) menjadi VECM Penentuan Lag Optimum Pengujian panjang lag optimal ini sangat berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam sistem VAR. sehingga dengan digunakannya lag optimal diharapkan permasalahan terkait autokorelasi tidak muncul kembali. Penentuan lag optimal yang digunakan pada penelitian ini didasarkan pada nilai Akaike Information Criterion (AIC). Hasil pengujian lag optimal tersebut dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Uji Lag Optimal Model NAB Reksadana Syariah Lag AIC *Angka terkecil Sumber: Lampiran 2 0 8, , ,666464* Penghitungan nilai Akaike Information Criterion (AIC) mengindikasikan bahwa nilai AIC terkecil yaitu -6,666464* terdapat pada lag dua. Oleh karena itu, pada analisis VAR akan digunakan lag dua sebagai lag optimum.

4 Uji Stabilitas Vector Auto Regression Hasil estimasi sistem persamaan VAR yang telah terbentuk perlu diuji stabilitasnya melalui VAR stability condition check yang berupa roots of characteristic polynomial terhadap seluruh variabel yang digunakan dikalikan jumlah lag dari masing-masing VAR sebelum masuk pada tahap analisis yang lebih jauh lagi. Persamaan VAR dikategorikan stabil jika modulus dari seluruh roots of characteristic polynomial lebih kecil dari satu. Dapat dilakukan estimasi terhadap VECM setelah sistem persamaan VAR stabil. Jumlah variabel yang digunakan di dalam penelitian ini sebanyak tujuh variabel dengan lag sebanyak dua, maka jumlah root yang diuji sebanyak empat belas. Sistem VAR yang digunakan dapat disimpulkan adalah bersifat stabil berdasarkan hasil uji stabilitas VAR. hal tersebut dapat dibuktikan dari empat belas root yang diuji memiliki modulus dari seluruh roots of characteristic polynomial 0,05-0,99. Informasi lebih jelas dapat dilihat pada lampiran Uji Kointegrasi Keberadaan variabel yang tidak stasioner meningkatkan potensi adanya hubungan kointegrasi antar variabel. Variabel yang tidak stasioner memenuhi syarat untuk proses terjadinya kointegrasi, yaitu semua variabel stasioner pada derajat yang sama yaitu derajat I(I). Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel dalam sistem mempunyai sifat integrated of order one, I(I). Oleh sebab itu, pengujian kointegrasi akan dilakukan terhadap masing-masing model sesuai dengan panjang lag

5 82 optimumnya. Hasil uji kointegrasi menggunakan tes Johanssen s Trace Statistic dapat dilihat pada tabel 9 berikut. Tabel 9. Uji Johanssen Trace Statistic Model NAB Reksadana Syariah Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Trace Statistic Critical Value 5% None * 0, , ,7805 At most 1 0, ,93712 At most 2 0, , ,06141 At most 3 0, , ,17493 At most 4 0, , ,27596 At most 5 0, , ,32090 At most 6 0, , , *Signifikan pada tingkat 5% Sumber: Lampiran 4 Uji Johanssen s Trace Statistic digunakan untuk mengetahui jumlah persamaan kointegrasi di dalam sistem. Untuk menentukan jumlah persamaan yang terkointegrasi dilakukan dengan membandingkan estimasi Trace Statistic terhadap nilai kritisnya (critical value), yang pada penelitian digunakan tingkat kritis 5%. Sebuah persamaan dikatakan terkointegrasi apabila nilai Trace Statistic-nya lebih besar daripada nilai kritis yang digunakan.

6 83 Sebagaimana yang terlihat pada tabel diatas 9 diatas, terdapat satu persamaan yang terkointegrasi. Hal ini dapat dilihat dengan adanya satu nilai Trace Statistic-nya lebih besar daripada nilai kritis yang digunakan Hasil Uji Kausalitas Granger Uji kausalitas Granger dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas di antara variabel-variabel yang ada di dalam model. Hipotesis awal atau H 0 yang diuji adalah tidak adanya hubungan kausalitas. Untuk menerima atau menolak H 0 maka digunakanlah nilai probabilitas yang dibandingkan dengan nilai kritis yang digunakan. Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari nilai kritis yang telah ditentukan maka H 0 ditolak atau dengan kata lain terdapat hubungan kausalitas pada variabelvariabel yang diuji. Hasil pengujian kausalitas dapat dilihat pada tabel 10 berikut. Tabel 10. Uji Kausalitas Granger Model NAB Reksadana Syariah Variabel Tidak Bebas Variabel Bebas Probability NABRDS SBI 0,9265 SBI NABRDS 0,0327* NABRDS SBIS 0,0178* SBIS NABRDS 0,8835 NABRDS KURS 0,4659 KURS NABRDS 0,8580 NABRDS INF 0,0061* INF NABRDS 0,5780 NABRDS IHSG 0,7094 IHSG NABRDS 0,0698 NABRDS JII 0,5060 JII NABRDS 0,0941 *Signifikan pada tingkat 5% Sumber: Lampiran 5

7 84 Hasil uji kausalitas dengan signifikansi pada taraf 5 persen menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan dua arah antar variabel. Hanya terdapat hubungan satu arah antara NAB reksadana syariah dengan variabel SBI, SBIS, dan INF Hasil Estimasi Vector Error Correction Dari uji kointegrasi dapat dilihat bahwa terdapat kointegrasi diantara variabelvariabel yang diteliti. Karena itu dapat dilihat hubungan keseimbangan jangka panjang dari persamaan-persamaan yang terkointegrasi dengan menggunakan Vector Error Correction. Model VECM memberikan dua output estimasi utama, yakni mengukur cointegrating atau hubungan keseimbangan jangka panjang antar variabel, serta mengukur error correction atau kecepatan variabel-variabel tersebut dalam bergerak menuju keseimbangan jangka panjangnya (Marciano, 2004). Jadi dengan VAR- VECM, maka dapat diketahui hubungan jangka pendek serta jangka panjang antar variabel. Dalam penelitian ini, signifikansi suatu variabel terhadap variabel lainnya dinilai pada taraf nyata 5 persen. Pada tabel 11 berikut ini merupakan hasil estimasi VECM pada model perkembangan reksa dana syariah di Indonesia yang memperlihatkan hubungan variabel pada jangka pendek maupun jangka panjang. Pada estimasi di dalam model tersebut, variabel dependen dalam model tersebut adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah di Indonesia, sedangkan variabel independennya adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia Syariah

8 85 (SBIS), nilai tukar rupiah tehadap dollar AS (KURS), inflasi (INF), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Jakarta Islamic Index (JII). Tabel 11. Hasil Estimasi VECM Model NAB Reksadana Syariah Variabel Koefisien T-statistik Jangka Pendek D(LOG_NABRDS(-1)) 0, ,91380* D(LOG_NABRDS(-2)) 0, ,16945* D(SBI(-1)) -0, ,07324* D(SBI(-2)) 0, ,49941* D(SBIS(-1)) 0, ,61529* D(SBIS(-2)) 0, ,72014 D(LOG_KURS(-1)) -1, ,65232* D(LOG_KURS(-2)) -1, ,30401* D(INF(-1)) 0, ,08779* D(INF(-2)) 0, ,08249* D(LOG_IHSG(-1)) 0, ,54812 D(LOG_IHSG(-2)) -0, ,26357 D(LOG_JII(-1)) -1, ,70990 D(LOG_JII(-2)) -0, ,08001 CointEq1-0, ,59791 C 0, ,85641 Jangka Panjang SBI(-1) 0, ,20632* SBIS(-1) 0, ,64340* LOG_KURS(-1) -12, ,6037* INF(-1) 0, ,55689 LOG_IHSG(-1) -4, ,86312* LOG_JII(-1) 1, ,20744 c 1, *Signifikan pada tingkat 5% Sumber: Lampiran 6

9 86 Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa dalam jangka pendek terdapat sembilan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Empat variabel secara signifikan berpengaruh dalam jangka panjang. Ada variabel seperti IHSG yang tidak berpengaruh dalam jangka pendek namun berpengaruh secara signifikan dalam jangka panjang. Hal ini terjadi karena suatu variabel bereaksi terhadap variabel lainnya membutuhkan waktu (lag) dan pada umumnya reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya terjadi dalam jangka panjang. Terbukti adanya mekanisme penyesuaian dari jangka pendek ke jangka panjangnya pada model perkembangan reksadana syariah di Indonesia yang ditunjukkan dengan kointegrasi kesalahan yang bernilai negatif dan secara statistik signifikan. Pada analisis jangka pendek model NAB reksadana syariah, terdapat dugaan parameter error correction sebesar -0, persen yang secara statistik signifikan. Hasil estimasi VECM jangka pendek menunjukkan bahwa variabel NAB lag pertama berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB reksadana syariah di Indonesia, yakni ketika terjadi peningkatan NAB reksadana syariah lag pertama sebesar satu persen, maka akan terjadi peningkatan NAB reksadana syariah sebesar 0, persen. Pengaruh yang sama juga diberikan oleh variabel NAB lag kedua. Variabel NAB lag kedua berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB reksadana syariah, yakni ketika terjadi peningkatan NAB reksadana syariah lag kedua sebesar satu persen, maka akan terjadi peningkatan NAB reksadana syariah sebesar 0, persen. Hal ini sesuai fakta bahwa para investor dalam pengambilan keputusan untuk

10 87 berinvestasi melalui reksadana syariah disesuaikan dengan track record dari reksadana syariah itu sendiri apakah memiliki prospek yang bagus atau tidak dalam menghasilkan return kedepannya. Variabel selanjutnya yang berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap NAB reksadana syariah adalah variabel SBIS. Dalam jangka pendek, SBI lag pertama berpengaruh secara negatif sedangkan SBI lag kedua berpengaruh secara positif terhadap NAB reksadana syariah. Ketika terjadi peningkatan SBI lag pertama sebesar satu persen, maka akan terjadi penurunan NAB reksadana syariah sebesar 0, persen, sedangkan ketika terjadi peningkatan SBI lag kedua sebesar satu persen, maka akan terjadi peningkatan NAB reksadana syariah sebesar 0, persen. Dalam jangka panjang, variabel suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh positif secara signifikan terhadap NAB reksadana syariah, yakni ketika terjadi peningkatan SBI sebesar satu persen, maka akan terjadi peningkatan NAB reksadana syariah sebesar 0, persen. Seperti yang sudah diketahui bahwa SBI merupakan instrumen moneter bagi Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi, dalam hal ini berupa penerbitan surat utang jangka pendek berbasis bunga untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Suku bunga SBI memengaruhi perkembangan NAB reksadana syariah karena pada reksadana syariah yang menggunakan sistem bagi hasil seharusnya tidak dipengaruhi oleh pergerakan tingkat bunga karena reksadana syariah tidak mengalokasikan dananya bagi usaha yang menggunakan sistem bunga. Dengan dana serapan yang sangat besar, SBI menjadi sinyalemen bagi pergerakan variabel makroekonomi

11 88 lainnya. Pemicu peningkatan dari NAB reksadana syariah dengan meningkatnya SBI faktanya adalah peningkatan SBI selalu diiringi dengan peningkatan SBIS yang relatif sama, sehingga menjadi insentif bagi investor yang memiliki dana yang terbatas untuk berinvestasi melalui reksadana syariah. Karena berinvestasi langsung ke dalam SBIS memerlukan modal yang sangat besar. Oleh karena itu masyarakat memiliki kemudahan untuk berinvestasi melalui reksa dana syariah, sehingga NAB reksadana syariah juga akan meningkat. Pemicu berkurangnya NAB reksadana syariah di dalam jangka pendek ketika SBI meningkat dikarenakan peningkatan SBI membuat sebagian masyarakat mengalihkan dananya dari reksadana syariah ke dalam SBI, walaupun SBI menggunakan sistem bunga. Sedangkan dalam jangka panjang, fungsi serta return SBI dan SBIS yang sama akan membuat investor akan kembali berinvestasi didalam reksadana syariah, karena para investor akan lebih memilih SBIS yang berprinsipkan syariah. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sylviana (2006). Variabel selanjutnya yang berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap NAB reksadana syariah adalah variabel SBIS. Dalam jangka pendek, SBIS lag pertama berpengaruh secara positif terhadap NAB reksadana syariah. Ketika terjadi peningkatan SBIS lag pertama sebesar satu persen, maka akan terjadi peningkatan NAB reksadana syariah sebesar 0, persen. Dalam jangka panjang, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh positif secara signifikan terhadap NAB reksadana syariah, yakni ketika

12 89 terjadi peningkatan SBIS sebesar satu persen, maka akan terjadi peningkatan NAB reksadana syariah sebesar 0, persen. Jadi di dalam jangka pendek maupun jangka panjang, peningkatan SBIS akan menjadi insentif bagi manajer investasi untuk menginvestasikan dana kelolaannya ke dalam SBIS yang merupakan salah satu instrumen investasi reksadana syariah, sehingga diharapkan terjadi peningkatan return bagi para investor. Investor akan memilih untuk menginvestasikan dananya melalui reksadana syariah dibandingkan berinvestasi langsung dalam SBIS karena investasi langsung dalam SBIS memerlukan modal yang sangat besar. Berbeda dengan berinvestasi pada reksadana syariah yang tidak membutuhkan dana yang sangat besar, oleh karena itu masyarakat memiliki kemudahan untuk berinvestasi melalui reksadana syariah, sehingga NAB reksadana syariah juga akan meningkat. Variabel selanjutnya yang berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap NAB reksadana syariah adalah variabel KURS. Dalam jangka pendek, KURS lag pertama dan KURS lag kedua memiliki pengaruh yang sama terhadap NAB reksadana syariah yakni berpengaruh secara negatif. Untuk variabel KURS lag pertama, Ketika terjadi peningkatan sebesar satu persen, maka akan terjadi penurunan NAB reksa dana syariah sebesar 1, persen. Sedangkan untuk variabel KURS lag kedua, Ketika terjadi peningkatan sebesar satu persen, maka akan terjadi penurunan NAB reksadana syariah sebesar 1, persen. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (KURS) dalam jangka panjang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah, yakni ketika terjadi

13 90 peningkatan KURS sebesar satu persen, maka akan terjadi peningkatan NAB reksadana syariah sebesar 12,73491 persen. Peningkatan (Depresiasi) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menandakan bahwa semakin murah harga rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar AS sehingga terjadi aliran modal masuk (capital inflow) ke Indonesia akibat meningkatnya permintaan akan rupiah. Capital Inflow kemudian akan meningkatkan NAB reksadana syariah. Variabel yang berpengaruh signifikan dalam jangka pendek terhadap NAB reksadana syariah adalah variabel INF lag pertama dan INF lag kedua. Ketika terjadi peningkatan INF lag pertama sebesar satu persen, maka akan terjadi peningkatan NAB reksadana syariah sebesar 0, persen, sedangkan ketika terjadi peningkatan INF lag kedua sebesar satu persen, maka akan terjadi peningkatan NAB reksadana syariah sebesar 0, persen. Hal ini terjadi karena ketika inflasi mengalami peningkatan, maka bank sentral akan merespon dengan menaikkan suku bunga untuk mengurangi jumlah uang beredar yang berimplikasi pada inflasi yang stabil. Kenaikkan bonus inilah yang kemudian menjadi insentif bagi para investor yang menginginkan return yang tinggi untuk berinvestasi pada reksadana syariah, sehingga NAB reksa dana syariah mengalami peningkatan. Hasil estimasi ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sjaputera (2005) dan Arisandi (2009) namun dengan interpretasi yang berbeda, dimana ketika terjadi peningkatan inflasi, maka masyarakat akan memilih untuk mempertahankan nilai uangnya melalui pembelian reksadana syariah dibandingkan memegang uang yang nilai riilnya akan terus menurun seiring terjadinya peningkatan inflasi. Kemudian semenjak tahun

14 , Bank Indonesia sebagai otoritas moneter memiliki kerangka kerja yang sangat menjanjikan yaitu Inflation Targeting Framework sehingga inflasi jangka panjang lebih terkendali. Hal ini memudahkan para investor dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi sehingga dalam jangka panjang pengaruh inflasi dinilai tidak terlalu signifikan. Kemudian variabel yang dalam jangka pendek tidak berpengaruh, namun secara signifikan berpengaruh dalam jangka panjang terhadap NAB reksadana syariah adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah, yakni ketika terjadi peningkatan IHSG sebesar satu persen, maka akan terjadi penurunan NAB reksadana syariah sebesar 4, persen. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa reksadana syariah merupakan reksadana yang jangka waktu investasinya menengah-panjang, sehingga perubahan IHSG dalam jangka pendek tidak akan berpengaruh terhadap reksadana syariah. Peningkatan IHSG mencerminkan kondisi pasar modal dan kinerja perusahaan yang terlibat di dalamnya mengalami kemajuan, sehingga dalam jangka panjang para investor akan melakukan penebusan unit penyertaannya (redemption) untuk memperoleh keuntungan sehingga akan mengakibatkan penurunan dari NAB reksadana syariah. Variabel makroekonomi yang terakhir adalah Jakarta Islamic Index (JII). Variabel JII tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap reksadana syariah baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi bahwa walaupun JII terdiri dari 30 saham-saham syariah terbaik, namun JII memiliki nilai yang sangat kecil sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap reksadana syariah.

15 92 Kondisi ini juga diperkuat bahwasanya reksadana syariah di Indonesia didominasi oleh reksadana yang menginvestasikan dananya melalui efek bersifat utang. Dengan porsi dana investasi yang lebih sedikit terhadap efek berbentuk saham, maka JII dinilai sangat kecil pengaruhnya terhadap reksa dana syariah. Model VAR (Vector Auto Regression) yang dikombinasikan dengan Vector Error Correction Model (VECM) digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel makroekonomi terhadap reksa dana syariah di Indonesia. Pengaruh dan peranan shock variabel makroekonomi terhadap reksa dana syariah dapat diidentifikasi melalui guncangan struktural dengan menggunakan cholesky decomposition. Tahapan analisis selanjutnya yang akan digunakan adalah Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Innovation Accounting Impulse Response Function Analisis IRF akan menjelaskan dampak dari guncangan (shock) pada satu variabel terhadap variabel lain, dimana dalam analisis ini tidak hanya dalam waktu pendek tetapi dapat menganalisis untuk beberapa horizon ke depan (bulanan) sebagai informasi jangka panjang. Dapat dilihat pada analisis ini respon dinamika setiap variabel apabila ada inovasi (shock) tertentu sebesar satu standar error pada setiap persamaan. Sumbu horizontal merupakan periode dalam bulanan, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan nilai respon dalam standar deviasi yang dapat dikonversi dalam bentuk persentase.

16 93 Dalam analisis ini digunakan variabel Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah yang dipengaruhi oleh adanya guncangan (shock) variabel-variabel makroekonomi. Terdapat enam variabel makroekonomi pada analisis IRF dalam model penelitian, yaitu suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), nilai tukar rupiah tehadap dollar AS (KURS), inflasi (INF), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Jakarta Islamic Index (JII) Respon Dinamis Guncangan Makroekonomi terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah Seperti terlihat seperti gambar 6, guncangan SBI sebesar satu standar deviasi terhadap NAB reksadana syariah belum memberikan pengaruh apapun pada bulan pertama, namun pada bulan kedua, guncangan SBI sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mengalami penurunan sebesar 0, persen. Guncangan SBI sebesar satu standar deviasi terus membuat penurunan pada NAB reksadana syariah hingga mencapai titik terendah pada bulan ke dua belas dengan penurunan sebesar 0, persen. Kemudian guncangan SBI sebesar satu standar deviasi mencapai kestabilan pada bulan ke tiga belas dengan rata-rata penurunan 0,24 persen. Guncangan terhadap SBI sangat berpengaruh terhadap keputusan investor untuk berinvestasi atau tidak melalui reksadana syariah. SBI merupakan operasi moneter bank sentral yang memiliki dana serapan yang sangat besar. Sehingga pergerakannya akan berpengaruh terhadap pergerakan variabel makroekonomi lainnya, SBIS menjadi salah satunya. SBI dan SBIS memiliki pergerakan yang relatif

17 94 sama, maka ketika shock diberikan pada SBI, sehingga SBI menjadi sangat rendah, akan memberikan sinyal kepada investor bahwa SBIS akan mengalami penurunan yang sama. Dengan rendahnya SBI dan SBIS, maka investor akan mencari alternatif investasi lain yang lebih menguntungkan. Para investor akan menarik dana yang dimilikinya di dalam reksadana syariah, sehingga NAB reksadana syariah akan menurun. Guncangan SBIS sebesar satu standar deviasi terhadap NAB reksadana syariah belum memberikan pengaruh apapun pada bulan pertama, namun pada bulan kedua, guncangan SBIS sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mengalami penurunan sebesar 0, persen. Guncangan SBIS sebesar satu standar deviasi terus membuat penurunan pada NAB reksadana syariah hingga mencapai puncaknya pada bulan ke sepuluh dengan penurunan sebesar 0, persen. Penurunan NAB reksadana syariah sempat berkurang dari bulan ke sebelas hingga bulan ketujuh belas hingga sebesar 0, persen. Guncangan SBIS sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mencapai kestabilan pada bulan kedelapan dengan rata-rata penurunan sebesar 0,17 persen. Guncangan terhadap SBIS sangat berpengaruh terhadap keputusan investor untuk berinvestasi atau tidak melalui reksadana syariah. Ketika shock diberikan pada SBIS, sehingga SBIS menjadi sangat rendah, investor akan mencari alternatif investasi lain yang lebih menguntungkan. Para investor akan menarik dana yang dimilikinya di dalam reksadana syariah, sehingga NAB reksa dana syariah akan menurun.

18 95 Guncangan KURS sebesar satu standar deviasi terhadap NAB reksadana syariah belum memberikan pengaruh apapun pada bulan pertama, namun pada bulan kedua guncangan KURS sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mengalami peningkatan sebesar 0, persen. Kemudian guncangan KURS sebesar satu standar deviasi akan membuat peningkatan terhadap NAB reksadana syariah sebesar 0, persen pada bulan ketiga dan mencapai kestabilan pada bulan kesembilan dengan peningkatan rata-rata sebesar 0,17 persen. Guncangan KURS akan membuat KURS terdepresiasi. Peningkatan (Depresiasi) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menandakan bahwa semakin murah harga rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar AS sehingga terjadi aliran modal masuk (capital inflow) ke Indonesia akibat meningkatnya permintaan akan rupiah. Capital Inflow kemudian akan meningkatkan NAB reksadana syariah. Guncangan INF sebesar satu standar deviasi terhadap NAB reksadana syariah belum memberikan pengaruh apapun pada bulan pertama, namun pada bulan kedua guncangan INF sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mengalami peningkatan sebesar 0, persen. Kemudian guncangan INF sebesar satu standar deviasi akan membuat penurunan terhadap NAB reksadana syariah sebesar 0, persen pada bulan ke tiga, guncangan INF sebesar satu standar deviasi terus membuat penurunan pada NAB reksadana syariah dan mencapai kestabilan pada bulan ke sembilan dengan penurunan rata-rata sebesar 0,17 persen. Guncangan inflasi pada awalnya akan direspon oleh para investor untuk menanamkan modalnya melalui reksadana syariah karena guncangan inflasi akan direspon oleh

19 96 bank sentral dengan menaikkan bonus untuk mengurangi jumlah uang beredar. Kenaikan bonus inilah yang menjadi insentif bagi para investor yang mengingkinkan return yang tinggi, sehingga NAB reksadana syariah akan meningkat. Namun guncangan inflasi yang tidak terkendali pada lag selanjutnya akan menurunkan NAB reksadana syariah. Hal ini dikarenakan inflasi yang terus terjadi tanpa kendali akan mempengaruhi nilai riil terhadap return yang diperoleh oleh para investor, daya beli para investor akan menurun sehingga akan mengurangi minat berinvestasi melalui reksadana syariah sehingga NAB reksadana syariah mengalami penurunan. Guncangan IHSG sebesar satu standar deviasi terhadap NAB reksadana syariah belum memberikan pengaruh apapun pada bulan pertama, namun pada bulan kedua guncangan IHSG sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mengalami peningkatan sebesar 0, persen. guncangan IHSG sebesar satu standar deviasi terus membuat peningkatan pada NAB reksadana syariah hingga bulan ke enam sebesar 0, persen. Kemudian guncangan IHSG sebesar satu standar deviasi akan membuat penurunan terhadap NAB reksadana syariah sebesar 0, persen pada bulan ke tujuh, guncangan IHSG sebesar satu standar deviasi terus membuat penurunan pada NAB reksadana syariah dan mencapai kestabilan pada bulan kesepuluh dengan penurunan rata-rata sebesar 0,04 persen. Guncangan JII sebesar satu standar deviasi terhadap NAB reksadana syariah belum memberikan pengaruh apapun pada bulan pertama, namun pada bulan kedua guncangan JII sebesar satu standar deviasi membuat NAB reksadana syariah mengalami peningkatan sebesar 0, persen. guncangan JII sebesar satu standar

20 97 deviasi kemudian mengalami penurunan pada NAB reksadana syariah pada bulan ke tiga sebesar 0, persen hingga bulan kelima sebesar 0, persen. Kemudian guncangan JII sebesar satu standar deviasi membuat peningkatan kembali terhadap NAB reksadana syariah sebesar 0, persen pada bulan keenam, guncangan JII sebesar satu standar deviasi terus membuat peningkatan pada NAB reksadana syariah dan mencapai kestabilan pada bulan kesembilan dengan peningkatan rata-rata sebesar 0,02 persen. Berdasarkan hasil analisis impulse response tersebut, maka dapat dilihat bahwa inovasi atau guncangan dari variabel makroekonomi (SBI, SBIS, KURS, INF, IHSG, dan JII) memberikan dampak terhadap NAB reksadana syariah. Inovasi atau guncangan dari variabel makroekonomi dalam jangka panjang memengaruhi reksadana syariah berupa peningkatan atau penurunan NAB reksadana syariah dan mencapai kestabilan rata-rata setelah melewati periode kesepuluh.

21 98 Response to CholeskyOne S.D. Innovations Response of NABRDS to NABRDS Response of NABRDS to JII Response of NABRDS to IHSG Response of NABRDS to SBI Response of NABRDS to KURS Response of NABRDS to INF Response of NABRDS to SBIS Gambar 4. Respon NAB Reksadana Syariah terhadap Guncangan Variabel Makroekonomi Sumber : Lampiran Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Dalam bab sebelumnya telah disebutkan bahwa penting untuk dapat mencirikan struktur dinamis antar variabel di dalam model VAR. hal ini dengan baik dapat dilakukan melalui Variance Decomposition (VD) dimana pola dari VD ini dapat mengindikasikan sifat dari kausalitas multivariat di antara variabel-variabel

22 99 dalam model VAR. analisis VD juga dapat digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan dari masing-masing variabel dalam memengaruhi variabel lainnya untuk kurun waktu yang panjang. Hasil Variance Decomposition pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 12 dan selengkapnya pada lampiran 8. Untuk model NAB reksadana syariah ini terlihat bahwa dalam interval peramalan periode pertama hingga periode kelima puluh, varians NAB reksa dana syariah sangat dipengaruhi oleh inovasi di dalam NAB reksa dana syariah itu sendiri, meskipun dengan tren yang terus menurun. Pada bulan pertama varians NAB reksadana syariah disebabkan oleh inovasi di dalam NAB reksadana syariah itu sendiri sebesar seratus 100 persen. Pada periode kedua hingga beberapa periode ke depan, pengaruh inovasi di dalam NAB reksadana syariah itu sendiri terhadap variansnya menurun cukup signifikan. Hingga periode kelima, NAB reksadana syariah dipengaruhi NAB reksadana syariah itu sendiri sebesar 77,65394 persen, kemudian SBI sebesar 8, persen dan SBIS 7, persen, kemudian disusul oleh pengaruh yang lebih kecil dari KURS sebesar 3, persen, IHSG sebesar 0, persen, INF sebesar 0, persen, dan JII sebesar 0, persen. Pada periode sepuluh ke depan, NAB reksadana syariah masih dipengaruhi NAB reksadana syariah itu sendiri sebesar 52,05902 persen, kemudian SBI sebesar 18,33266 persen, kemudian disusul oleh pengaruh yang lebih kecil dari SBIS 14,8186 persen KURS sebesar 11,68346 persen, INF sebesar 2, persen, IHSG sebesar 0, persen, dan JII sebesar 0, persen. Pada tahap selanjutnya, yaitu

23 100 tahap dua puluh ke depan, NAB reksadana syariah masih dipengaruhi oleh inovasi di dalam NAB reksadana syariah itu sendiri sebesar 42,20943 persen, kemudian SBI sebesar 25,591 persen, kemudian disusul oleh pengaruh yang lebih kecil dari SBIS 14,61114 persen KURS sebesar 13,54154 persen, INF sebesar 2, persen, IHSG sebesar 1, persen, dan JII sebesar 0, persen. Hingga tahap lima puluh ke depan, inovasi masih dipengaruhi oleh NAB reksadana syariah itu sendiri sebesar 39,66644 persen. Namun, variabel lainnya menjadi lebih berpengaruh dibandingkan di tahap pertama. Pada tahap lima puluh ke depan, variabel lainnya cukup mempengaruhi NAB reksadana syariah walaupun pengaruhnya tidak sebesar pengaruh NAB reksadana syariah itu sendiri. Pada tahap ini, NAB reksadana syariah dipengaruhi juga oleh SBI sebesar 28,37409 persen, SBIS 14,08998 persen KURS sebesar 13,71141 persen, INF sebesar 2, persen, IHSG sebesar 1, persen, dan JII sebesar 0, persen. Tabel 12. Variance Decomposition Model NAB Reksadana Syariah Variance Decomposition of LOG_NAB Period NABRDS JII IHSG SBI KURS INF SBIS , , , , , , , , , , , , , , , , , ,444 2, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,591 13, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,08998 Sumber : Lampiran 8

24 101 Hasil VD ini mengindikasikan bahwa inovasi di dalam NAB reksadana syariah sangat dipengaruhi oleh inovasi di dalam NAB reksadana syariah itu sendiri dan pengaruh yang lebih kecil dari variabel-variabel makroekonomi yang menjadi sample penelitian. Namun di dalam jangka panjang, variabel-variabel makroekonomi tersebut memiliki pengaruh yang cukup signifikan walaupun tidak sebesar pengaruh inovasi di dalam NAB reksadana syariah itu sendiri. Inovasi pada suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (KURS) adalah inovasi yang memiliki pengaruh yang cukup signifikan. Pengaruh SBI dan SBIS tentunya memberikan efek bagi para investor untuk menanamkan modalnya atau tidak. Sebab, pengaruh SBI yang sangat besar tentunya akan menjadi sinyal adanya pergerakan terhadap variabel makroekonomi lainnya, khususnya SBIS. Dengan pergerakan SBI dan SBIS yang relatif sama, ketika SBI dan SBIS meningkat maka pemerintah Indonesia akan berusaha untuk menekan angka inflasi dengan menurunkan jumlah uang beredar. Peningkatan suku bunga SBI dan SBIS inilah yang menjadi insentif bagi para investor untuk memperoleh return yang lebih tinggi. Dikarenakan berinvestasi langsung melalui SBIS memerlukan modal yang cukup besar, maka bagi para investor yang memiliki dana relatif lebih kecil akan memilih untuk berinvestasi melalui reksadana syariah. Sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan NAB reksadana syariah.

25 102 Variabel berikutnya yang memengaruhi NAB reksadana syariah adalah KURS. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sangat berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Peningkatan (Depresiasi) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menandakan bahwa semakin murah harga rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar AS sehingga terjadi aliran modal masuk (capital inflow) ke Indonesia akibat meningkatnya permintaan akan rupiah. Capital Inflow kemudian akan meningkatkan NAB reksadana syariah.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengujian Pra Estimasi 5.1.1. Uji Kestasioneran Data Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, untuk melihat ada atau tidaknya unit root

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas 5.1.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test ) Tahap pertama dalam metode VAR yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setipa masing-masing variabel,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Stasioneritas/ Unit Root Test Uji stasioneritas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kualitas Instrumen 1. Hasil Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) Uji stasioneritas data menggunakan metode pengujian ADF (Augmented Dickey Fuller)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Stasioner Data / Uji Akar (Unit Root Test) Suatu data atau variabel dapat dikatakan stasioner apabila nilai rata-rata dan memiliki varians yang konstan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu (timeseries) bulanan dari periode 2008:04 2013:12 yang diperoleh dari laporan Bank

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Indonesia Bank Indonesia (SEKI-BI), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Badan

III. METODE PENELITIAN. Indonesia Bank Indonesia (SEKI-BI), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Badan 49 III. METODE PENELITIAN 3.. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder dalam bentuk bulanan yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari 40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Berdsarkan kajian beberapa literatur penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI 3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian seperti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2011. Datadata yang

Lebih terperinci

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penjualan dan Pasokan Bulan January 2005 2006 2007 Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan 293.57 291.82 325.64 546.955 359.88 762.063 February 297.05 291.82 341.45

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penilitian ini adalah pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Volatilitas Harga Minyak 4.1.1 Deskripsi Data Plot data harga minyak pada bulan Januari 2000 hingga bulan Desember 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hal ini menunjukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif 4.1.1. Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia Laju inflasi tahunan Indonesia selama kurun waktu 2000 hingga 2011 masih menunjukkan fluktuasi seperti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah Perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia terlihat semakin pesat. Fenomena perbankan syariah di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut : BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 70 BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Stasioneritas Dalam meneliti data time series, yang pertama harus dilakukan adalah dengan menggunakan uji stasioneritas. Uji stasioneritas yang digunakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pengembangan bahan bakar alternatif untuk menjawab isu berkurangnya bahan bakar fosil akan meningkatkan permintaan terhadap bahan bakar alternatif, dimana salah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012. Penelitian dilakukan di Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Penentuan tempat dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI (Lanjutan) DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI (Lanjutan) DAFTAR TABEL 1 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 7 Manfaat Penelitian 7 Ruang Lingkup Penelitian 8 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 Kerangka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Mercu Buana dengan data yang diambil adalah harga penutupan dari tahun 2009-2015, untuk

Lebih terperinci

Guncangan Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index (JII)

Guncangan Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index (JII) Guncangan Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index (JII) Pribawa E Pantas Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan Email: pribawa.pantas@pbs.uad.ac.id

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif deskripstif merupakan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan suatu variabel yang digunakan dalam penelitian yang diteliti oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Pengolahan Data Pada bab ini akan dibahas mengenai proses dan hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang akan dilakukan. Data yang telah didapatkan akan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji stasioneritas dengan uji akar-akar unit (unit roots test).

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji stasioneritas dengan uji akar-akar unit (unit roots test). BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Stasioner Uji Stasioner dilakukan untuk menguji apakah data atau variabel yang dianalisis dalam penelitian ini stasioner

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series)

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) 48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang didapat dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account III. METODELOGI PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account sebagai variabel terikat dan nilai tukar, inflasi, PDB, dan aktiva luar negeri

Lebih terperinci

Perkembangan M1 dan M2

Perkembangan M1 dan M2 2011 Juni Des Maret Sept 2013 Juni Des Maret Sept 2015 Juni Des Maret Sept dalam miliar rupiah 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pergerakan Permintaan Uang di Indonesia Dalam melihat pergerakan permintaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun waktu (timeseries) yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan angka,

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan angka, BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Yang dimaksud dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA 81 BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA Pembahasan pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil regresi yang dimulai dari tahap awal hingga terakhir, sehingga nantinya dapat diketahui bagaimana penerapan model

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah pengeluaran riil pemerintah (G t ), PBD riil (Y t ), konsumsi (CC t ), investasi (I t ), Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perkembangan Instrumen Kebijakan Moneter Syariah di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perkembangan Instrumen Kebijakan Moneter Syariah di Indonesia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Instrumen Kebijakan Moneter Syariah di Indonesia Industri perbankan syariah mulai berkembang pada awal tahun 1980-an dari diskusi para ekonom yang bertemakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework 63 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework (BMTF) periode

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa III. METODELOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham di Indonesia (Periode 2005:T1 2014:T3) variabel-variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 69 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian menggunakan data sekunder, baik data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif yang digunakan adalah data sekunder dengan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ANALISIS Pengujian vektor autoregresi pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi perangkat lunak Eviews versi 6 yang dikembangkan dan didistribusikan oleh Quantitative

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kuantitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian 55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Variabel Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data runtut waktu (time series) yang berfungsi sebagai bahan analisis.

Lebih terperinci