RENCANA PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN PAKET 2 TEGAL ARUM KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN PAKET 2 TEGAL ARUM KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI"

Transkripsi

1 RENCANA PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN PAKET 2 TEGAL ARUM KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI TUGAS AKHIR Oleh : SAMSUDIN No.BP : KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI PADANG 2018

2 RENCANA PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN PAKET 2 TEGAL ARUM KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Politeknik Negeri Padang Oleh : SAMSUDIN No.BP : KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI PADANG 2018

3 TUGAS AKHIR RENCANA PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN PAKET 2 TEGAL ARUM KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI Diajukan Sebagai Persyaratan Akademis Pada Semester VI Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Oleh : SAMSUDIN No. BP : Disetujui oleh : Ketua Jurusan Teknik Sipil Ketua Program Studi Teknik Sipil ( (Aguskamar, ST., M.Eng) Nip (Zulfira Mirani, ST., MT) Nip

4 TUGAS AKHIR RENCANA PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN PAKET 2 TEGAL ARUM KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI Disetujui oleh : Pembimbing I Pembimbing II (Gusri Yaldi, SST.,M.Eng.,PhD) Nip (Elvi Roza Syofyan, ST., MPSDA) Nip Tugas Akhir ini telah diajukan dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Sidang Tugas Akhir Pada Hari/Tanggal : Tim Penguji : 1. Gusri Yaldi, SST.,M.Eng.,PhD Ketua (...) Nip Wisafri, ST, MT Sekretaris (...) Nip Ir. Riswandi, M.si Anggota (...) Nip Indra Agus, ST., MT Anggota (...) Nip

5 No. Alumni No. Alumni Samsudin PNP: Jurusan Teknik Sipil: a). Tempat/Tgl.lahir : Rawa Mulya / 25 April 1992 b). Nama Orang Tua : Ngatman c). Fakultas : Politeknik Negeri Padang d). Jurusan : Teknik Sipil e). No.BP : f). Tgl.lulus : 05 Maret 2018 g). Predikat Lulus : h). IPK : i). Lama Studi : Tahun Bulan j). Alamat Orang Tua : Dusun II Desa Rawa Mulya, Kec.XIV KOTO, Kab. MUKOMUKO RENCANA PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN PAKET 2 TEGAL ARUM KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI Pembimbing I : Gusri Yaldi, SST.,M.Eng.,PhD Pembimbing II : Elvi Roza Sofyan, ST.,MPSDA ABSTRAK Peningkatan Jalan Paket 2 Tegal Arum ini dilakukan karena sudah menjadi anggaran dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2015 dan dilihat dari keadaan jalan lama yang tidak mampu lagi melayani jumlah kendaraan yang melewati jalan ini, mengingat perkerasan jalan yang ada terdapat kerusakan seperti terdapatnya jalan yang bergelombang dan sebagian permukaan dari badan jalan ada yang berlubang. Dari perhitungan volume berdasarkan gambar rencana, kemudian menentukan harga satuan upah, peralatan, dan bahan dan analisa satuan pekerjaan maka diperoleh Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebesar (Empat Milyar Seratus Sembilan Puluh Dua Juta Delapan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Dilanjutkan dengan pembuatan Network Planing dengan metoda Precedence Diagram Method (PDM) dan Time schedule untuk pengendalian waktu pelaksanaan proyek. Waktu pelaksanaan proyek diperoleh selama 39 hari kalender. Tugas akhir ini telah dipertahankan di depan tim penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal : 05 Maret 2018 Abstrak telah disetujui oleh penguji : Tanda Tangan I. II. III. IV. Nama Gusri Yaldi, SST.,M.Eng.,PhD Wisafri, ST., MT Ir. Riswandi.,Msi Indra Agus, ST., MT Terang Nip Nip Nip Nip Mengetahui : Ketua Jurusan : Aguskamar, ST.,M.Eng Nip Tanda Tangan Alumnus telah mendaftar ke Politeknik Negeri Padang telah mendapat Nomor Alumnus Petugas Politeknik Negeri Padang Nomor Alumni Jurusan Nama : Tanda Tangan Nomor Alumni PNP Nama : Tanda Tangan

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-nya, Penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul Rencana Pelaksanaan Peningkatan Jalan Paket 2 Tegal Arum Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Laporan ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Politeknik Negeri Padang. Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak dan ibu selaku kedua orangtua penulis. 2. Bapak Aguskamar,ST., M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang. 3. Bapak Zulfira Mirani, ST., MT selaku Kepala Program Studi Konstruksi Sipil Politeknik Negeri Padang. 4. Bapak Gusri Yaldi, SST.,M.Eng.,PhD selaku pembimbing I yang telah banyak membantu dan membimbing Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. 5. Bapak Elvi Roza Syofyan, ST.,MPSDA selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan kepada Penulis dalam penyelesaian laporan ini. 6. Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Padang, Maret 2018 Penulis v

7 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Abstrak... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan... I Tujuan Penulisan... I Tujuan Umum... I Tujuan Khusus... I Batasan Masalah Penulisan... I Teknik Pengumpulan Data... I Sistematika Penulisan... I - 3 BAB II TINJAUAN UMUM DAN MANAJEMEN PROYEK 2.1. Latar Belakang Proyek... II Data Umum dan Data Teknis... II Data Umum Proyek... II Data Teknis Proyek... II Pihak Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek... II Pemilik Proyek (Owner)... II 3 2. Konsultan Perencana... II 4 3. Konsultan Pengawas... II 4 4. Kontraktor Pelaksana... II 6 vi

8 2.4. Sumber Daya Proyek... II Peralatan... II Material... II Tenaga Kerja... II - 28 BAB III RENCANA ANGGARAN BIAYA PELAKSANAAN 3.1. Umum... III Rencana Anggaran Biaya (RAB)... III Komponen Biaya Estimasi... III Perhitungan Volume Pekerjaan... III Pekerjaan Umum... III Pekerjaan Drainase... III Pekerjaan Tanah... III Perkerasan Berbutir... III Perkerasan Aspal... III Pekerjaan Struktur... III Daftar Harga Dasar Satuan Upah dan Bahan... III Harga Dasar Satuan Upah... III Harga Dasar Satuan Bahan... III Analisa Harga Satuan Pekerjaan... III - 31 BAB IV PELAKSANAAN PROYEK 4.1. Struktur Organisasi Pelaksanaan... IV Metoda Pelaksanaan Proyek... IV Pekerjaan Persiapan... IV Pekerjaan Drainase... IV Pekerjaan Tanah... IV Pekerjaan Berbutir... IV Pekerjaan Aspal... IV Pekerjaan Struktur... IV - 18 vii

9 4.3. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Proyek... IV Network Planning (NWP) dengan Precedence Diagram Method (PDM)... IV Waktu Pelaksanaan Kegiatan (Durasi)... IV Perencanaan Time Schedule dan Kurva S... IV Pengendalian Proyek... IV Pengendalian Waktu... IV Pengendalian Biaya... IV Pengendalian Mutu... IV Keselamatan Kerja... IV - 46 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan... V Saran... V - 1 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Hubungan Kerja... II 7 Gambar 2.2 Asphalt Mixing Plant... II 11 Gambar 2.3 Dump Truck... II 12 Gambar 2.4 Excavator... II 12 Gambar 2.5 Generator Set... II 13 Gambar 2.6 Wheel Loader... II 13 Gambar 2.7 Tandem Roller... II 14 Gambar 2.8 Pneumatic Tyre Roller... II 15 Gambar 2.9 Motor Grader... II 16 Gambar 2.10 Water Tanker... II 16 Gambar 2.11 Asphalt Sprayer... II 17 Gambar 2.12 Asphalt Finisher... II 17 Gambar 2.13 Vibratory Roller... II 18 Gambar 2.14 Concrete mixer... II 18 Gambar 2.15 Compressor... II 19 Gambar 2.16 Stone Crusher... II 19 Gambar 3.1 Bagan Penyusun Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan... III - 2 Gambar 3.2 Contoh Pekerjaan Galian Saluran Drainase Pada Sta III 9 Gambar 3.3 Contoh Pekerjaan Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang Dia Dalam 60 Cm Sta III 12 Gambar 3.4 Contoh Pekerjaan Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang Dia Dalam 60 Cm Sta III 12 Gambar 3.5 Contoh Pekerjaan Timbunan Biasa Dari Sumber Galian Sta III 14 Gambar 3.6 Contoh Pekerjaan Timbunan Biasa Dari Sumber Galian Sta III 16 Gambar 3.7 Contoh Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan Sta III 17 ix

11 Gambar 3.8 Contoh Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan Sta III 18 Gambar 3.9 Contoh Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A Sta III 19 Gambar 3.10 Contoh Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A Sta III 19 Gambar 3.11 Contoh Pekerjaan Lapis Resap Pengikat Aspal Cair Sta III 20 Gambar 3.12 Contoh Pekerjaan Lapis Resap Pengikat Aspal Cair Sta III 21 Gambar 3.13 Contoh Pekerjaan Laston Lapis Antara (AC BC) Sta III 22 Gambar 3.14 Contoh Pekerjaan Laston Lapis Antara (AC BC) Sta III 23 Gambar 3.15 Contoh pekerjaan Beton mutu rendah fc 15 Mpa Sta III 24 Gambar 3.16 Contoh pekerjaan Beton mutu rendah fc 15 Mpa Sta III 25 Gambar 4.1 Work Breakdown Structure (WBS)... IV 1 Gambar 4.2 Organization Breakdown Structure (OBS)... IV 2 Gambar 4.3 Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan... IV 13 Gambar 4.4 Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A... IV 14 Gambar 4.5 Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)... IV 15 Gambar 4.6 Pekerjaan Pengaspalan Laston Lapis Antara (AC-BC)... IV 17 Gambar 4.7 Kegiatan dan Peristiwa pada PDM... IV 20 Gambar 4.8 Denah Yang Lazim Pada Node PDM... IV 20 Gambar 4.9 Constraint pada PDM... IV 22 Gambar 4.10 Satu Kegiatan Mempunyai Hubungan Constraint Dengan Lebih dari Satu Kegiatan yang Berbeda... IV 23 Gambar 4.11 Multiconstraint Antar Kegiatan... IV 23 x

12 Gambar 4.12 Kegiatan di Kerjakan Berurutan, Penyelesaian Proyek = 22 Hari... IV 23 Gambar 4.13 Kegiatan pada gambar 4.12 disusun menjadi PDM/AON Penyelesaian menjadi 17 Hari... IV 24 Gambar 4.14 Menghitung ES dan EF... IV 24 Gambar 4.15 Menghitung LS dan LF... IV 25 Gambar 4.16 Tiga Unsur Dalam Pengendalian Pelaksanaan Proyek... IV 33 Gambar 4.17 Pengujian Sand Cone... IV 37 Gambar 4.18 Test Core Dril... IV 39 xi

13 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Alat alat pada item Pekerjaan... II 9 Tabel 2.2 Gradasi Lapis Pondasi Agregat... II 20 Tabel 2.3 Sifat sifat lapis pondasi Agregat... II 21 Tabel 2.4 Takaran pemakaian lapis perekat... II 22 Tabel 2.5 Temperatur Penyemprotan Aspal... II 22 Tabel 2.6 Ketentuan untuk aspal keras... II 23 Tabel 2.7 Ketentuan sifat sifat campran laston (AC)... II 23 Tabel 2.8 Ketentuan agregat Kasar... II 25 Tabel 2.9 Ketentuan Agregat Halus... II 26 Tabel 3.1 Contoh perhitungan volume galian saluran drainase pada ruas jalan 1... III 9 Tabel 3.2 Rekap volume pekerjaan galian saluran drainase ruas jalan 1... III 10 Tabel 3.3 Rekap volume pekerjaan galian saluran drainase ruas jalan 2... III 10 Tabel 3.4 Perhitungan dan rekap volume gorong gorong Sta III 12 Tabel 3.5 Perhitungan dan rekap volume gorong gorong Sta III 13 Tabel 3.6 Perhitungan pekerjaan galian struktur kedalaman 0 2 m Sta III 13 Tabel 3.7 Perhitungan pekerjaan galian struktur kedalaman 0 2 m Sta III 14 Tabel 3.8 Contoh Perhitungan volume pekerjaan timbunan biasa... III 15 Tabel 3.9 Perhitungan dan rekap volume pekerjaan timbunan biasa dari sumber galian Sta III 15 Tabel 3.10 Contoh Perhitungan volume pekerjaan timbunan biasa... III 16 Tabel 3.11 Rekap volume pekerjaan timbunan biasa dari sumber galian... III 17 xii

14 Tabel 3.12 Perhitungan Penyiapan badan jalan pada ruas jalan 1... III 18 Tabel 3.13 Perhitungan Penyiapan badan jalan pada ruas jalan 2... III 18 Tabel 3.14 Perhitungan volume pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A... III 19 Tabel 3.15 Perhitungan volume pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A... III 20 Tabel 3.16 Perhitungan volume pekerjaan lapis laston lapis antara (AC-BC) Sta Sta III 22 Tabel 3.17 Perhitungan volume pekerjaan lapis laston lapis antara (AC-BC) Sta Sta III - 23 Tabel 3.18 Perhitungan volume pekerjaan beton mutu rendah fc 15 Mpa... III 24 Tabel 3.19 Perhitungan volume pekerjaan beton mutu rendah fc 15 Mpa... III 25 Tabel 3.20 Rekap Volume Pekerjaan pada ruas jalan 1... III 26 Tabel 3.21 Rekap Volume Pekerjaan pada ruas jalan 2... III 27 Tabel 3.22 Rekap total volume pekerjaan jalan ruas 1 dan ruas 2 Peningkatan Jalan Paket 2 Tegal Arum... III 28 Tabel 3.23 Harga Dasar Satuan Upah... III 29 Tabel 3.24 Harga Dasar satuan Bahan... III 30 Tabel 4.1 Prosedur Pelaksanaan dan Suhu Pencampuran... IV 36 Tabel 4.2 Kuat Tekan Beton Berdasarkan dengan Bentuk Benda uji... IV 43 xiii

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan Tugas Akhir (TA) merupakan syarat akademis yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk lulus dalam menyelesaikan pendidikan pada program D- III di Politeknik Negeri Padang. TA ini ditulis sebagai gambaran atas semua ilmuilmu yang didapat selama melaksanakan perkuliahan, baik teori, praktikum bengkel dan laboratorium, serta ilmu yang didapat sewaktu melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Sebagai calon lulusan Politeknik Negeri Padang Jurusan Teknik Sipil, penulis diharapkan mampu berperan sebagai pelaksana, pengawas dan estimator biaya pelaksanaan proyek, maka untuk menghasilkan lulusan Politeknik yang berkualitas dan bertanggung jawab menurut bidang keahlian, sesuai dengan Peraturan Akademik yang telah ditetapkan maka untuk menyelesaikan program pendidikan, mahasiswa diwajibkan membuat Tugas Akhir dan kemudian dilanjutkan dengan sidang TA. Sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni, maka TA yang akan ditulis ini adalah masalah pekerjaan jalan raya, dengan judul Rencana Pelaksanaan Peningkatan Jalan paket 2 Tegal Arum Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Pemilihan judul ini berdasarkan pertimbangan pertimbangan berikut : a. Memiliki data-data yang lengkap mengenai segala sesuatu yang menyangkut proyek tersebut. b. Telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan telah mendapat persetujuan untuk dijadikan sebagai bahan TA dari Ketua Program Studi Jurusan Teknik Sipil. c. Telah melakukan konsultasi dengan Pembimbing I dan Pembimbing II mengenai penulisan TA dan proyek ini telah memenuhi syarat untuk diangkat menjadi judul TA. I - 1

16 1.2. Tujuan Penulisan Tujuan Umum Tujuan umum penulisan TA ini adalah sebagai syarat untuk mengikuti sidang Tugas Akhir sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Diploma III di Politeknik Negeri Padang Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penulisan TA ini adalah agar: a. Dapat memahami gambar bestek (gambar rencana dan syarat-syarat kerja) pada proyek. b. Dapat memahami dan merencanakan metode tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan suatu konstruksi bangunan pekerjaan perkerasan. c. Mampu menghitung Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) dari suatu proyek. d. Mampu menghitung waktu pelaksanaan RAP melalui Precedence Diagram Method (PDM). e. Mampu menjadwalkan pelaksanaan proyek dalam bentuk Time Schedule Batasan Masalah Penulisan Mengingat luas dan komplitnya masalah yang timbul dari pembahasan judul TA serta keterbatasan waktu, maka dalam penulisan TA ini penulis membatasi terhadap beberapa permasalahan, yaitu : a. Tinjauan umum proyek, yang meliputi latar belakang proyek, data-data umum, data teknis, dan metoda pelaksanaan. b. Menghitung volume pekerjaan proyek jalan berdasarkan gambar kerja. c. Menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) pelaksanaan proyek jalan dengan analisa harga satuan Bina Marga. d. Membuat Precedence Diagram Methode (PDM), membuat Time Schedule beserta Kurva S Teknik Pengumpulan Data Untuk menyelesaikan penulisan TA ini penulis menghimpun data-data dan informasi dengan beberapa metode yaitu sebagai berikut: I - 2

17 a. Metode Konsultasi. Melalui metode ini data-data dan informasi mengenai pelaksanaan proyek diperoleh dari dosen pembimbing TA di Politeknik Negeri Padang. b. Metode Literatur. Metode ini dilakukan analisa dan penyelesaian masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan proyek, dengan memahami ketentuan ketentuan mengenai seperti tahapan pelaksanaan suatu proyek yang ada dalam buku referensi dan lain lain Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pemahaman, maka disusunlah Tugas Akhir ini dengan susunan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Pada bab ini menjelaskan latar belakang penulisan, tujuan penulisan, batasan masalah dan teknik pengumpulan data pada penulisan laporan Tugas Akhir ini. BAB II Tinjauan Umum dan Manajemen Proyek Pada bab ini membahas mengenai latar belakang proyek, tujuan proyek, data-data proyek, lokasi proyek, tahapan-tahapan proses pelelangan, dan pihakpihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek dilapangan dan sumber daya yang dibutuhkan. BAB III Anggaran Biaya Pelaksanaan Menjelaskan tentang materi dan dasar teori tentang perencanaan anggaran biaya pelaksanaan proyek. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya dalam pelaksanaan proyek didapatkan berdasarkan pada volume pekerjaan yang ada untuk masing-masing item pekerjaan, alat berat yang digunakan, analisa satuan pekerjaan, harga material/bahan, harga satuan upah dan peralataan yang digunakan. Sehingga pada akhirnya didapatkan sebuah hasil akhir berupa rekapitulasi dari rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek tersebut. BAB IV Pelaksanaan Proyek Pada bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan proyek berupa keselamatan kerja, yang dilengkapi dengan bentuk/struktur organisasi yang dibutuhkan untuk mengatur dan mendistribusikan pekerjaan dalam pelaksanaan suatu proyek, I - 3

18 sehingga tenaga yang tersedia bisa bekerja seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang maksimum. Metoda pelaksanaan setiap item pekerjaan mulai dari awal hingga akhir pekerjaan. Precedence Diagram Method (PDM) dan Time Schedule yang akan mempermudah pengendalian waktu pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat diketahui durasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek. Perencanaan pengendalian proyek baik dari segi mutu, biaya, dan waktu sehingga hasil akhir yang didapat sesuai dengan rencana awal yang telah dibuat serta metode-metode pelaksanaan proyek yang akan digunakan dalam pelaksanaanakan. BAB V Penutup Menjelaskan tentang kesimpulan dari apa yang telah dibahas lebih lanjut dalam penulisan TA, serta saran-saran yang disampaikan dalam upaya peningkatan pelaksanaan proyek. I - 4

19 BAB II TINJAUAN UMUM DAN MANAJEMEN PROYEK 2.1. Latar Belakang Proyek Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai suatu peristiwa awal dan peristiwa akhir dengan membutuhkan sumber daya dan waktu yang terbatas serta bermanfaat untuk kepentingan masyarakat demi kelancaran dan kenyamanan berkendara untuk keluar masuk ke daerah tersebut dengan penggunaan waktu yang lebih cepat sehingga perekonomian masyarakat menjadi lebih meningkat dengan adanya pembangunan atau peningkatan jalan di daerah tersebut. Untuk memperlancar mobilitas penduduk, barang dan jasa, diperlukan suatu sistem jaringan jalan yang memiliki standar kapasitas kecepatan sesuai dengan fungsinya. Pada gilirannya, sistem jaringan jalan ini diharapkan dapat lebih memacu pertumbuhan perekonomian negara umumnya dan Provinsi Jambi khususnya serta dapat pula lebih meningkatkan upaya pemerataan keseimbangan pelayanan lalu lintas antar wilayah. Berdasarkan Nota Kesepakatan Antara Pemerintah Provinsi Jambi Dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi Tentang Pengikatan Dana Anggaran Kegiatan Tahun Tunggal Untuk Pembangunan ruas jalan Tegal Arum yang merupakan ruas jalan yang berfungsi sebagai lintas daerah Rimbo Bujang di Kabupaten Tebo. Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi melakukan peningkatan terhadap kondisi dan kualitas jalan tersebut, dengan melakukan pelelangan umum atau tender pada proyek Pembangunan Peningkatan Jalan paket 2 Tegal Arum yang diikuti oleh beberapa perusahaan dengan hasil akhir terpilih PT. ARAFAH ALAM SEJAHTERA sebagai Kontraktor Pelaksana proyek tersebut. II - 1

20 2.2. Data Umum dan Data Teknis Data Umum Proyek Nama Paket : Peningkatan Jalan Paket 2 Tegal Arum Satker / PPK : Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi Prov/Kab/Kodya : Prov. Jambi/Kab.Tebo Panjang Efektif : ± 3,6 Km Sumber Dana : APBD Tahun Anggaran : 2015 Nilai Kontrak : Rp ,00 (Lima milyar Lima Ratus Empat Puluh Tiga Juta Sembilan Ratus Dua Puluh Empat Ribu Rupiah) Jenis Kontrak : Unit Price (Harga Satuan) Nomor Kontrak : 620/224/KONT/PNK-P.2/BM- DPU/2015 Waktu Pelaksanaan : 120 Hari Kalender Waktu Pemeliharaan : 180 Hari Kalender Pemilik Proyek : Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Jambi Kontraktor : PT. ARAFAH ALAM SEJAHTERA Konsultan Pengawas : CV. ATIFA CIPTA RENCANA Tanggal Kontrak : 10 September Data Teknis Proyek Panjang Lebar Perkerasan Jenis Perkerasan Lapis Permukaan Pondasi Atas : 3,6 Km : 4 m : Perkerasan Lentur : AC BC = 6 cm : Lapis Agregat kelas A = 15 cm II - 2

21 2.3. Pihak - Pihak yang Terlibat Dalam Proyek Banyak pihak yang terlibat dalam suatu pekerjaan konstruksi, dimana pihakpihak tersebut akan saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan antara pihakpihak yang terlibat tersebut merupakan hubungan kerjasama yang terikat pada suatu perjanjian kontrak. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proyek tersebut adalah : 1. Pemilik proyek (Owner) Pemilik proyek (Owner) adalah seseorang atau badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh kepada pihak penyedia barang dan jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Pemilik proyek dapat berupa perseorangan, badan/ lembaga/ instansi pemerintah maupun swasta. Sebagai pemilik dari proyek ini adalah Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi. Tugas dari Owner antara lain adalah : a. Menyediakan dana pembangunan kemudian membayar kepada pihak penyedia barang dan jasa. b. Menentukan lokasi proyek. c. Menunjuk konsultan perencana. d. Menyediakan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh penyedia barang dan jasa untuk kelancaran pekerjaan. e. Menunjuk penyedia jasa (konsultan pengawas dan kontraktor). f. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan. g. Menandatangani semua surat perintah kerja (SPK) dan surat perjanjian dengan kontraktor. h. Memberikan surat perintah pelaksanaan kepada pelaksana. i. Menerima hasil pekerjaan yang telah selesai dan menyetujuinya atau menolak hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan gambar bestek (gambar kerja yang mempunyai spesifikasi dan mutu tertentu) dan mengesahkan dokumen pembayaran kepada kontraktor pelaksana. II - 3

22 Hak dari Owner antara lain adalah : Memberikan pekerjaan kepada pihak konsultan dan kontraktor. Mendapatkan realitas proyek telah selesai sesuai dengan jadwal dan anggaran yang telah disepakati. 2. Konsultan Perencana Konsultan perencana adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konsultasi dalam merencanakan suatu bagian kegiatan proyek yang diinginkan pemilik. Dalam hal ini konsultan perencana yang telah ditunjuk adalah CV. ATIFA CIPTA RENCANA. Tugas dari konsultan perencana antara lain adalah : a. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur dan rencana anggaran biaya. b. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pemilik proyek dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan. c. Memberikan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja dan syarat - syarat serta segala sesuatu yang harus dikerjakan. d. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan. e. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek. Hak konsultan perencana antara lain adalah : Mendapatkan bayaran jika jasa proyek telah selesai dilaksanakan. Memutusan kelayakan kontruksi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. 3. Konsultan Pengawas Konsultan pengawas adalah orang atau badan usaha yang ditunjuk pemilik proyek untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai dari awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut. Untuk itu konsultan pengawas harus mengerti tentang produk dari konsultan perencana agar dapat diwujudkan di lapangan. Konsultan pengawas adalah pihak pertama yang menerima hasil pekerjaan kontraktor dan menilai pekerjaan kontraktor tersebut sesuai II - 4

23 dengan persyaratan dan spesifikasiya, melakukan pengawasan secara berkala untuk melihat kemajuan dan kualitas pekerjaan di lapangan. Berdasarkan pemeriksaan tersebut konsultan pengawas melaporkan kepada pemilik untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang merugikan akibat kesalahan-kesalahan atau ketidak sempurnaan pelaksanaan di lapangan. Dalam hal ini konsultan pengawas yang telah ditunjuk adalah CV. ATIFA CIPTA RENCANA. Tugas dan tanggung jawab konsultan pengawas antara lain adalah: a. Membimbing dan melakukan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan pekerjaan selama waktu yang telah ditetapkan. b. Membuat request untuk pemeriksaan atau pemeriksaan barang bersama konsultan/ Owner. c. Membuat tingkat prestasi kemajuan pekerjaan yang dilakukan kontraktor. d. Melaporkan kegiatan dan kemajuan pekerjaan, baik itu laporan harian, mingguan, bulanan, maupun laporan akhir kepada pemilik proyek. e. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai hasil akhir sesuai kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan. f. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor. g. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku. h. Melakukan rapat koordinasi pengelolaan proyek dengan pemilik proyek, konsultan perencana dan kontraktor. Hak konsultan pengawas antara adalah : Mendapatkan bayaran jika jasa proyek telah selesai dilaksanakan. Mengawasi pekerjaan pada proyek. Melaporkan jika hasil pekerjaan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. II - 5

24 4. Kontraktor Pelaksana Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang telah ditetapkan. Kontraktor bertanggung jawab dalam pelaksanaan proyek dari segi kualitas, kuantitas maupun ketetapan waktu pelaksanaan. Pada Proyek ini ini yang bertindak sebagai kontraktor/pelaksana adalah PT. ARAFAH ALAM SEJAHTERA. Tugas dan wewenang kontraktor antara lain adalah: a. Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek. b. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas sebagai wakil pemilik proyek. c. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat. d. Berkewajiban mengarahkan semua keperluan tenaga kerja termasuk pengawasan pelaksanaan, bahan, peralatan, konstruksi maupun peralatan penunjang lainnya. e. Melaksanakan pekerjaan dalam jangka waktu sesuai dengan yang ditentukan dalam dokumen kontrak. f. Melakukan rapat konsultasi dengan konsultan pengawas dan pemilik proyek mengenai pengelolaan proyek. Hak kontraktor antara lain adalah: Mendapatkan bayaran apabila realisasi pekerjaan telah selesai Mengajukan adendum jika pekerjaan yang akan dilakukannya di lapangan tidak sesuai dengan yang ada di kontrak. II - 6

25 Secara skematis unsur-unsur yang terkait dalam proyek dapat dilihat dari Gambar 2.1 dibawah ini : Peraturan Pemerintah Owner (Dinas Pekerjaan Umum) Konsultan Pengawas (CV. ATIFA CIPTA RENCANA) Kontraktor (PT. ARAFAH ALAM SEJAHTERA) Keterangan : : Garis Kontrak : Garis Koordinasi : Garis Jasa : Garis Pengawasan Gambar 2.1. Hubungan Kerja Adapun penjelasan hubungan dari ketiga unsur utama pengelola pelaksanaan proyek tersebut adalah sebagai berikut : a. Hubungan Antara Pemerintah dengan Pemilik, Konsultan Pengawas, Dan Kontraktor Pemilik proyek, konsultan dan kotraktor adalah pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek. Hubungan antara pemerintah dengan ketiga pihak tersebut adalah hubungan yang bersifat hukum yang mana ke tiga pihak tersebut harus mematuhi peraturan peraturan yang berlaku yang sudah ditetapkan. Setiap proyek pembangunan wajib untuk diawasi agar tidak menyimpang dari peraturan-peraturan dan perundang-undangan yang telah ditetapkan. II - 7

26 b. Hubungan Antara Pemilik (Owner) dan Kontraktor Hubungan kerja antara pemilik proyek dan kontraktor pelaksana adalah hubungan kerja yang bersifat kontraktual dan fungsional. Kedua belah pihak diikat dengan kontrak, dimana kontraktor berkewajiban menjalankan semua pekerjaan yang tertulis dalam kontrak sesuai dengan spesifikasi dan gambar rencana. Pemilik proyek memperoleh pelaksanaan proyek yang sebaik-baiknya tepat waktu dengan harga yang ekonomis. c. Hubungan Pemilik Proyek (Owner) Dengan Konsultan Pengawas Konsultan yang ditunjuk oleh pemilik proyek diikat dengan suatu ikatan kerja (kontrak kerja), antara lain berisikan kewajiban dari konsultan pengawas untuk melaksanakan tugas yang diberikan pemilik dengan baik dan penuh tanggung jawab. Sedangkan pemilik berkewajiban memberikan imbalan jasa kepada konsultan pengawas berupa pembayaran yang diatur dalam perjanjian kontrak kerja. Dalam melaksanakan tugasnya apabila konsultan pengawas menemui permasalahan pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor maka konsultan mengkoordinasikan kepada pemilik proyek dan pemilik proyek dapat mengambil suatu keputusan pemecahan masalah. d. Hubungan Konsultan Pengawas Dengan Kontraktor Hubungan Konsultan Pengawas dengan Kontraktor adalah hanya sebatas hubungan fungsional dalam pelaksanaan pekerjaan dimana konsultan berhak menyetujui/menolak suatu pekerjaan dan bahan/material ataupun berupa usulan dan kontraktor wajib mematuhinya bila tidak menyimpang dari kontrak yang telah disepakati. Adapun Hubungan antara kedua belah pihak mempunyai ikatan kerja peraturan pelaksanaan pekerjaan. Konsultan Pengawas mempunyai tugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan oleh Kontraktor, sedangkan Kontraktor dapat mengkonsultasikan masalah-masalah yang timbul di lapangan dengan Konsultan Pengawas. II - 8

27 2.4. Sumber Daya Proyek Peralatan Peralatan adalah alat yang digunakan untuk membantu dan memperlancar pelaksanaan suatu konstruksi. Alat sangat berpengaruh terhadap suatu pekerjaan konstruksi karena menentukan waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan dan kualitas dari hasil pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, penggunaan alat yang berkualitas sangatlah diperlukan pada suatu proyek. Selain itu juga dapat mengefisiensi waktu pelaksanaan. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam hal penggunaan atau pemilihan peralatan antara lain : 1. Macam dan jenis pekerjaan yang akan dilakukan 2. Volume pekerjaan 3. Lokasi pekerjaan/proyek 4. Time Schedule Tabel 2.1 Alat alat pada Item Pekerjaan No. Pekerjaan Alat 1 Mobilisasi Asphalt Finisher Asphalt Sprayer Compressor Concrete Mixer Dump Truck Excavator Motor Grader Wheel Loader Tandem Roller Vibratory Roller Water Tanker Pneumatic Tire Roller 2 Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air Alat bantu Cangkul Sekop Berlanjut ke hal. Selanjutnya II - 9

28 Lanjutan No. Pekerjaan Alat 3 Gorong2 Pipa Beton Bertulang Dia Dalam Cm Tamper Dump Truck 4 Galian Struktur dengan kedalaman 0-2 meter Excavator Dump Truck 5 Timbunan Biasa dari sumber galian Excavator Dump Truck Motor Grader Vibrator Roller Water Tank Truck 6 Penyiapan Badan Jalan Motor Grader Vibratoy Roller 7 Lapis Pondasi Agregat Kelas A Wheel Loader Dump Truck Motor Grader Vibratory Roller Water Tank Truck 8 Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Asphalt Sprayer Compressor Dump Truck 9 Laston Lapis Antara (AC-BC) Wheel Loader Asphalt Mixing Plant (AMP) Generator Set (Genset) Dump Truck Asphalt Finisher Tandem Roller Pneumatic Tire Roller 11 Beton mutu rendah dengan fc'=15 Mpa Concrete Mixer II - 10

29 Berikut merupakan jenis-jenis alat yang digunakan dalam pengerjaan proyek yaitu : a. Asphalt Mixing Plant (AMP) Asphalt Mixing Plant (AMP) adalah alat untuk membuat campuran aspal dengan mencampurkan aspal dengan beberapa fraksi agregat, sehingga didapatkan suatu campuran yang memenuhi persyaratan tertentu untuk perkerasan. Alat ini mampu berproduksi 60 Ton/Jam bertenaga 294 HP. Secara singkat proses campuran hot mix di AMP adalah pertama agregat dimasukan kedalam cold bin, kemudian agregat tersebut akan dibawa dengan elevator dingin ke tungku pengeringan (Drum Dryer), abu agregat akan dibuang melalui pengumpul debu. Selanjutnya agregat dipanaskan dibawa dengan elevator panas ke saringan (screen) dan agregat yang memenuhi gradasi campuran ditampung dengan hot bin untuk dicampur dengan aspal pada pugmill mixer (pencampur), dan campuran panas tersebut siap untuk dimuat kedalam dump truck. Gambar 2.2 Asphalt Mixing Plant b. Dump Truck Dump Trcuk adalah alat angkutan yang sangat umum digunakan didalam proyek konstruksi. Alat ini sangat efisien dalam penggunaannya karena kemampuan tempuhnya yang jauh dengan volume angkut yang besar. Dump truck yang digunakan dalam poyek ini memiliki kapasitas 5 ton dan 10 ton yang digunakan untuk mengangkut timbunan biasa, agregat kelas A serta campuran aspal ke lokasi proyek. II - 11

30 Gambar 2.3 Dump Trcuk c. Excavator Alat ini banyak sekali kegunaannya antara lain digunakan untuk pekerjaan tanah baik untuk galian tanah maupun untuk urugan tanah, juga digunakan untuk menggali pada pekerjaan konstruksi, pembuatan saluran drainase, mengisi material kedalam dump truck. Gambar 2.4 Excavator d. Generator Set Generator Set (Genset) adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik. Genset adalah satu set peralatan terdiri dari mesin dan generator atau alternator. Genset terdiri dari dua perangkat yaitu mesin dan generator atau alternator. Mesin (engine) sebagai perangkat pemutar sedangkan II - 12

31 generator atau alternator sebagai perangkat pembangkit listrik. Pada proyek ini, genset digunakan sebagai alat untuk menghidupkan AMP (Asphalt Mixing Plant). Genset yang digunakan memiliki kapasitas 125 KVA dengan tenaga 150 HP. Gambar 2.5 Generator Set e. Wheel Loader Berfungsi untuk memindahkan tanah atau material dari suatu tempat ke tempat lain baik dilokasi pekerjaan maupun dilokasi AMP, dan bisa juga sebagai pemuat. Pada proyek ini wheel loader digunakan untuk pengangkut material dari tempat penumpukan kedalam cold bin AMP dan dump truck untuk dibawa kelapangan. Wheel loader mempunyai kapasitas bucket 1,5 m 3 dengan tenaga 105 HP. Gambar 2.6 Wheel Loader II - 13

32 f. Tandem Roller Alat ini memiliki kemiripan dengan Vibratorry Roller, yaitu sama-sama digunakan untuk pemadatan. Namun Tandem Roller hanya digunakan untuk pemadatan aspal saja. Selain itu alat ini tidak dilengkapi dengan alat getar seperti halnya Vibratorry Roller. Fungsi Tandem Roller adalah sebagai alat pemadat lapisan perkerasan aspal sesaat setelah campuran aspal dihampar. Tandem Roller terdiri atas 2 roda besi yang berfungsi sebagai pemadat aspal yang telah dihampar, dengan berat 8 ton dengan tenaga 60 HP. Alat ini dilengkapi dengan tangki air sebagai pembasah roda yang berguna untuk mempercepat proses pendinginan dari hamparan aspal tersebut. Kecepatan alat ini saat digunakan berkisar antara 3,2 8 km/jam. Gambar 2.7 Tandem Roller g. Pneumatic Tyre Roller Pneumatic tyre roller adalah alat pemadat dan memberikan permukaan perkerasan aspal yang lebih rata dan lebih halus. Alat ini mempunyai roda karet yang bertekanan angin, dengan susunan roda depan dan roda belakang berselang seling, agar daerah yang tidak tergilas oleh roda depan akan tergilas oleh roda belakang. Berat alat ini berkisar 9 ton dengan tenaga 100,5 HP. Alat ini juga dilengkapi dengan tangki air sebagai pembasah roda. Biasanya pneumatic tyre roller melakukan pemadatan sesuai dengan passing yang telah ditentukan. Passing pertama dilakukan tanpa menggunakan air, melainkan roda alat ini diberi minyak goreng atau solar, dengan tujuan agar abu tidak melengket pada II - 14

33 ban karet sehingga tidak merusak bentuk permukaan aspal. Passing kedua dan seterusnya dilakukan dengan menggunakan air. Pneumatic tyre roller melakukan penggilasan sesaat setelah Tandem Roller melakukan tugasnya, yaitu pada suhu antara ºC, dengan kecepatan 3,2 11,2 km/jam. Gambar 2.8 Pneumatic Tyre Roller h. Motor Grader Motor grader adalah peralatan yang dipakai dalam berbagai variasi dalam pekerjaan konstruksi (grading). Kemampuan ini akibat dari gerakan-gerakan fleksible yang dipunyai terhadap blade dan roda-roda ban. Dengan kapasitas penghamparan 10,8 m 3 dan tenaga >135 HP. Fungsi dan kegunaan Motor Grader antara lain : Mencampurkan, menaburkan, mengaduk material serta meratakan gundukan. Mengupas lapisan atas yang hendak dibuang, atau dikurangi Membentuk permukaan sampai dengan bahu jalan. Ripper yang dipasang pada bagian belakang alat berguna juga untuk memecahmaterial-material keras Membentuk kemiringan jalan sesuai dengan gambar rencana. II - 15

34 Gambar 2.9 Motor Grader i. Water Tanker Water Tanker berfungsi sebagai pembawa air kemudian menyiramkannya pada saat pemadatan lapisan pondasi dilakukan. Pemberian air ini bertujuan untuk mempermudah material mengikat satu sama lainnya dan memudahkan untuk pemadatan sehingga mendapatkan kepadatan maksimum. Kapasitas alat ini 4000 liter dengan tenaga 80 HP. Gambar 2.10 Water Tanker j. Asphalt Sprayer Asphalt sprayer atau alat penyemprot aspal adalah peralatan yang digunakan untuk menyemprot aspal panas (prime coat/tack coat) secara merata ke atas permukaan jalan. Kapasitas muatannya mencapai 1000 Liter. II - 16

35 gambar 2.11 Asphalt Sprayer k. Asphalt Finisher Setelah proses penyemprotan Prime Coat atau Tack Cout selesai maka proses pekerjaan pengaspalan bisa dilakukan. Untuk menghamparkan hotmix digunakan alat Asphalt Finisher. Pada bagaian depan alat ini terdapat lengan yang dapat diatur sesuai dengan lebar jalan rencana. Daya tampung Box Asphalt Finisher yaitu 6 ton. Gambar 2.12 Asphalt Finisher l. Vibratory Roller (Penggilas dengan getaran) Vibratory Roller mempunyai efisiensi pemadatan yang sangat baik. Alat ini memungkinkan untuk digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Efek yang diakibatkan Vibratory Roller adalah gaya dinamis terhaap tanah, butir-butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang terdapat diantara butir-butirnya. Sehingga akibat getaran ini, tanah menjadi padat dengan susunan yang lebih kompak. Kekuatan getaran dapat diatur sesuai dengan II - 17

36 kebutuhan, hal ini tergantung dari kondisi tanah yang akan dipadatkan. Apabila tanah yang akan dipadatkan kering dan berbutir maka efek dari getaran harus diturunkan untuk mencegah penurunan pada bagian tepi jalan rencana. Gambar 2.13 Vibratory Roller m. Concrete mixer Alat ini berfungsi untuk mempermudah membuat campuran beton dan dapat memproduksi lebih cepat daripada manual dan hasilnya juga lebih baik, alat ini dipakai untuk membuat campuran beton plat, alat ini digerakan dengan mesin Gambar 2.14 Concrete mixer II - 18

37 n. Compressor Compressor adalah alat peniup dengan tekanan udara yang tinggi. Fungsi compressor adalah untuk membersihkan permukaan aspal maupun lapis pondasi dari debu, kotoran dan material yang lepas. Biasanya compressor digunakan sebelum penyemprotan prime coat. Gambar 2.15 Compressor o. Stone Crusher Stone Crusher adalah alat pemecah batu berukuran besar menjadi ukuran kecil sesuai dengan gradasi tertentu. Stone Crusher digunakan untuk memecah batu kali berukuran besar menjadi agregat halus dan agregat kasar. Kapasitas alat ini adalah 50 ton/jam dengan tenaga 220 HP Gambar 2.16 Stone Crusher II - 19

38 Material Material adalah salah satu unsur yang menentukan kekuatan dan keawetan suatu kegiatan konstruksi. Untuk itu diperlukan kualitas material yang baik agar menghasilkan mutu yang berkualitas. Dalam pelaksanakan proyek dibutuhkan persyaratan teknis mengenai mutu dari bahan yang di gunakan sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan agar hasil pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan. Pengadaan material pada proyek dilaksanakan oleh petugas bagian gudang yang meliputi : 1. Pemesanan material 2. Perencanaan pengiriman material 3. Pemeriksaan pengiriman 4. Faktor-faktor proses pengiriman 5. Kontrol terhadap pemakaian material 6. Membuat analisa biaya 7. Pembayaran material Material-material yang digunakan dalam pelaksanaan proyek ini antara lain : 1. Agregat Kelas A Agregat ini biasanya digunakan pada lapis pondasi bawah. Agregat yang digunakan pada proyek ini adalah agregat kelas A sebagai lapis pondasi bawah. Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organik atau bahan bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi ketentuan gradasinya, seperti yang tercantum pada halaman berikut. Tabel 2.2 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Ukuran Ayakan Persen Berat yang Lolos ASTM (mm) Kelas A ½ 37, , /8 9, No.4 4, No.10 2, No.40 0, No.200 0, Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3) II - 20

39 Tabel 2.3 Sifat sifat lapis pondasi Agregat Sifat sifat Kelas A Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 2417:2008) 0 40 % Butiran pecah, tertahan ayakan 3/8 (SNI 7619:2012) 95/90 Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 25 Indeks Plastisitas (SNI 1966:2008) 0 6 Hasil kali Indeks Plastisitas dng % Lolos Ayakan No.200 Maks.25 Gumpalan Lempung Butiran-butiran Mudah Pecah (SNI ) 0 5 % CBR Rendam (1744:2012) Min.90 % Perbandingan Persen Lolos Ayakan No.200 dann No.40 Maks.2/3 Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3) 2. Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) - Aspal Cair Prime coat adalah lapis resap pengikat atau penyemprotan Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang telah memenuhi syarat kepadatan yang telah di tentukan dengan menggunakan campuran aspal dengan minyak tanah (kerosene) dengan komposisi tertentu. Fungsi prime coat adalah mengikat material lapis pondasi atas tersebut agar tidak mudah terhambur dan sekaligus sebagai perekat sebelum penghamparan. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus kita persiapkan alat semprot atau air compressor untuk membuang debu/kotoran yang menempel pada lapis pondasi atas sehingga lapisan ini menjadi bersih dan cairan prime coat bisa meresap dengan sempurna. Pelaksanaan pekerjaan tersebut menggunakan alat Asphalt Sprayer sehingga mendapatkan hasil semprotan yang cukup merata. Bahan aspal untuk lapisan resap pengikat adalah aspal semen pen. 80/100 atau pen. 60/70 yang dipakai pada proyek ini adalah pen. 60/70 diencerkan dengan minyak tanah (kerosene). Takaran untuk pemakaian bahan aspal untuk lapis resap pengikat adalah 0,4 1,3 liter per meter persegi. II - 21

40 Tabel 2.4 Takaran pemakaian lapis perekat Takaran (liter per meter persegi) pada Jenis Aspal Permukaan baru atau aspal atau beton lama yang licin Permukaan Porous dan Terekpos Cuaca Permukaan Berbahan Pengikat semen Aspal Cair 0,15 0,15 0,35 0,2 1,0 Aspal Emulsi 0,20 0,20 0,50 0,2 1,0 Aspal Emulsi yang diencerkan (1:1) Aspal Emulsi Modifikasi Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3) 0,40 0,40 1,0 0,4 2,0 0,20 0,20 0,50 0,2 1,0 Tabel 2.5 Temperatur Penyemprotan Aspal Jenis Aspal Rentang Suhu Penyemprotan Aspal cair, pph miyak tanah 110 ± 10 Aspal cair, pph munyak Tanah (MC 30) 45 ± 10 Aspal Emulsi, emulsi modifikasi atau aspal emulsi yang diencerkan Tidak dipanaskan Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3) 3. Laston lapis Antara (AC-BC) Lapis permukaan (surface) adalah lapis perkerasan jalan yang diletakan diatas lapis pondasi atas dan menjadi lapisan aus karena terjadi kontak langsung dengan roda kendaraan. Pada proyek ini jenis campuran beraspal yang digunakan adalah laston AC-BC (laston lapis antara) setebal 6,0 cm Material campuran beraspal ini terdiri dari: a. Aspal Aspal Merupakan material yang thermoplastis yaitu melunak dan menjadi cair jika dipanaskan dan kental kembali menjadi padat jika didinginkan kembali. Aspal menjadi sangat berguna untuk para ahli jalan mengingat aspal merupakan bahan pengikat yang kuat, kedap air dan sangat tahan terhadap keawetan. Walaupun secara fisik aspal merupakan bahan setengah padat, namun aspal dapat dibuat menjadi cair seketika dengan cara dipanaskan atau dicampur kembali dengan solvent ataupun air menjadi aspal cair (cut-back asphalt) dan aspal emulsi (emulsion asphalt). II - 22

41 Tabel 2.6 Ketentuan untuk aspal keras No. Jenis Pegujian Metoda Pengujian Tipe I Aspal Pen Tipe II Aspal yang Dimodifikasi A B Asbuton Elastomer yang Sintetis diproses 1. Penetrasi pada 25 (0,1 mm) SNI Min.50 Min Viskositas Dinamis 60 (Pa.s) SNI Viskositas Kinematis 135 (cst) SNI Titik Lembek ( ) SNI 2434: Daktilitas pada 25 (cm) SNI 2432: Titik Nyala ( ) SNI 2433: Kelarutan dalam trichloroethylene (%) AASTHO T Berat Jenis SNI 2441:2011 1,0 1,0 1,0 9. Stabilitas penyimpanan: ASTM D 5976 part perbedaan titik lembek ( ) 6.1-2,2 2,2 10. Partikel yang lebih halus dari 150 micron (µm) (%) Min.95 Pengujian Residu hasil TFOT (SNI ) atau RTOFT (SNI ) 11. Berat yang hilang (%) SNI ,8 0,8 0,8 12. Viskositas Dinamis 60 (Pa.s) SNI Penetrasi pada 25 (%) SNI Daktilitas pada 25 (cm) SNI 2432: Keelastisan setelah pengembalian (%) AASHTO T Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3) Tabel 2.7 Ketentuan sifat sifat campran laston (AC) Sifat sifat campuran Laston Lapis Aus Lapis antara Pondasi Jumlah tumbukan per bidang Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm Min. 1,0 dengan kadar aspal efektif Maks. 1,4 Rongga dalam campuran (%) Min. 3,0 Maks. 5,0 Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min Rongga terisi aspal (%) Min Stabilitas Marshall (kg) Min Pelelehan (mm) Min. 2 3 Maks. 4 6 Stabilitas Marshall sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 Min. 90 II - 23

42 Rongga dalam campuran (%) pada kepadatan membal (refusal) Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3) Min. 2 b. Agregat Agregat adalah material berbutir dengan ukuran butiran (gradasi) tertentu yang telah disesuaikan dengan spesifikasi yang ada. Agregat yang digunakan pada Proyek pembangunan jalan ini merupakan agregat batu pecah yang berasal dari Pabrik. Agregat ini berupa agregat kasar, agregat halus dan filler (abu batu). 1) Agregat Kasar Fraksi agregat kasar untuk campuran beraspal adalah agregat yang tertahan ayakan no.4 (4,75 mm) dan haruslah bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan, seperti bentuk agregat yang digunakan, karena agregat yang digunakan untuk bahan perkerasan jalan raya tidak boleh terlalu banyak yang berbentuk pipih dan lonjong dan agregat yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang ada. Adapun fungsi agregat kasar dalam campuran beraspal yaitu memberikan kekakuan dan kekuatan dalam campuran aspal, memberikan stabilitas dan sebagai pengisi mortar sehingga campuran menjadi ekonomis. Komposisi bahan campuran agregat yang digunakan adalah mempunyai gradasi menerus. Dalam campuran, agregat kecil akan mengisi ruang pada agregat besar sehingga membentuk suatu granular yang padat dengan rongga udara yang sangat kecil dan bahan aspal akan mengisi rongga diantara agregat. II - 24

43 Tabel 2.8 Ketentuan agregat Kasar Pengujian Standar Nilai Kekekalan bentuk Agregat Natrium Sulfat Maks.12% SNI 3407:2008 terhadap larutan Magnesium Sulfat Maks.18% Campuran AC 100 Putaran Maks. 6% Modifikasi Abrasi dengan mesin los Angeles 1) Semua Jenis Campuran Aspal Bergradasi lainnya 500 Putaran Maks.30% 100 Putaran SNI 2417:2008 Maks.8% 500 Putaran Maks.40% Kelekatan Agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min.95% Butir pecah pada Agregat Kasar SNI 7619: /90 Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791 Maks.10% Perbandingan 1:5 Material Lolos Ayakan No.200 SNI Maks.2% Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3) 2) Agregat Halus Agregat halus dari sumber manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan no.4 (4,75mm) dan tertahan ayakan no. 200 (0,075mm). Agregat halus dalam campuran beraspal berfungsi menentukan tingkat fleksibilitas suatu campuran aspal. Dengan adanya agregat halus dalam campuran beraspal akan tercipta interlocking yang baik dengan agregat kasar sehingga mampu menahan deformasi akibat beban lalu lintas. Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel dibawah. Fraksi agregat halus yang dipecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari agregat kasar. Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang tidak melampaui 15% terhadap berat total campuran. Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Apabila fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama (primary cruiser), tidak memenuhi pengujian Standar Setara Pasir, maka fraksi agregat halus dipisahkan dengan scalping screen sebelum masuk pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) atau harus diperoleh melalui pencucian secara mekanis. Agregat pecah halus II - 25

44 dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi pencampuran aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah sehingga gradasi gabungan dan presentase pasir didalam campuran dapat dikendalikan dengan baik Tabel 2.9 Ketentuan Agregat Halus Pengujian Standar Nilai Nilai Setara Pasir SNI Min.60% Angularitas dengan Uji Kadar Rongga SNI Min.45 Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah Pecah dalam agregat SNI Maks.1% Agregat Lolos ayakan No.200 SNI ASTM C117:2012 Maks.10% Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3) 3) Bahan pengisi (filler) untuk campuran aspal Filler / bahan pengisi adalah bahan berbutir halus yang lewat saringan no Bahan filler diperoleh dari abu batu hasil pemecahan stone crusher. Filler dapat meningkatkan kepadatan dan kekuatan aspal. Bahan pengisi yang ditambahkan harus terdiri atas debu batu dan kapur (limestone dust), semen portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bahan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SK SNI M harus mengandung bahan yang lolos ayakan no. 200 (75 mikron), tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya. 4. Semen Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland tipe I, II, III, IV dan V yang memenuhi SNI tentang semen portland. Semen tipe IA, IIA, IIIA, PPC, dan PCC dapat digunakan apabila diizinkan oleh Direksi Pekerjaan. Didalam suatu proyek hanya dapat digunakan satu merk semen, kecuali jika diizinkan oleh Direksi Pekerjaan. II - 26

45 5. Air Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau bahan organic. Sebelum digunakan, sebaiknya air diuji agar dapat diketahui kandungannya, karena air yang dapat digunakan harus memenuhi ketentuan dalam SNI tentang Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam beton. Air yang diusulkan dapat digunakan apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari mempunyai kuat tekan minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode umur yang sama. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan Tenaga Kerja Sebelum melaksanakan suatu proyek, perencanaan tenaga kerja yang akan dibutuhkan adalah suatu faktor penentu keberhasilan dan kelancaran suatu proyek. Perencanaan ini menyangkut jumlah dan jenis tenaga kerja yang dipakai dan dari mana tenaga kerja tersebut akan didatangkan. Tenaga kerja akan di upah sesuai dengan kelompok kerja masing-masing dari tenaga kerja tersebut. Dalam pelaksanaan suatu proyek, tenaga kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Tenaga Kerja Terdidik dan Terlatih Merupakan tenaga kerja yang mempunyai pendidikan dan keahlian lapangan yang baik dan mempunyai pendidikan yang baik untuk menunjang keahlian dibidangnya. Pada proyek ini tenaga kerja terdidik dan terlatih yang diambil sebagian besar memang berasal dari perusahaan kontraktor yang mengerjakan proyek yaitu PT. ARAFAH ALAM SEJAHTERA. Contohnya: Project Manager, Site Manager, Supervisor, Pelaksana Lapangan, Administrasi, Keuangan, dan lain lain. b. Tenaga Kerja Terlatih Merupakan tenaga kerja yang mempunyai pengalaman lapangan yang baik terhadap suatu pekerjaan tertentu. Pada proyek ini tenaga kerja terlatih diambil dari beberapa orang yang sudah memiliki pengalaman dibidangnya. II - 27

46 Salah satunya tenaga kerja yang sudah mengabdi diberbagai kontraktor dengan jangka waktu penjang. Contohnya: Asisten Pelaksana, Operator Alat Berat, Mandor dan Kepala Tukang. c. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih Merupakan tenaga kerja yang dipakai / digunakan untuk melaksanakan pekerjaan kasar dilapangan. Contohnya: Pembantu Rumah Tangga, Buruh Angkut, Kuli dan Tukang. II - 28

47 BAB III RENCANA ANGGARAN BIAYA PELAKSANAAN 3.1. Umum Rencana Anggaran Biaya (RAB) RAB adalah salah satu dokumen kelengkapan yang dibutuhkan dalam suatu operasional pelaksanaan proyek, sebagai acuan atau pedoman operasional pelaksanaan proyek. Khususnya dalam pengelolaan yang berhubungan dengan hasil usaha proyek, yaitu sebagai pedoman dalam mencapai pendapatan proyek dan mengendalikan biaya proyek, agar minimal tercapai seperti yang direncanakan. (Sumber: Sultan Syah,2004) Tujuan dibuatnya Dokumen RAB sebagai berikut : Sebagai sarana acuan/pedoman dalam pengelolaan hasil usaha proyek bagi manajer proyek dan staf proyek yang terkait. Sebagai tolak ukur atau sarana penilaian atas kesuksesan para personal yang bertanggung jawab terhadap hasil usaha proyek tersebut, khususnya manajer proyek dalam pengelolaan proyek tersebut. Sebagai sarana memonitor dan mengevaluasi pengelolaan operasional dan hasil usaha proyek tersebut. Anggaran biaya pelaksanaan merupakan bagian yang penting dari suatu proyek tersebut, karena perencanaan anggaran biaya dihitung sebelum dilaksanakannya suatu proyek, maka jumlah biaya pelaksanaan yang diperoleh adalah merupakan taksiran biaya keseluruhan dari pekerjaan yang dilaksanakan. Perhitungan anggaran biaya pelaksanaan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : a. Rencana anggaran biaya taksiran (kasar) Rencana anggaran biaya taksiran adalah penaksiran biaya yang dilakukan dengan menghitung biaya suatu proyek yang dilakukan oleh orang yang telah bepengalaman (estimator) dalam merencanakan anggaran biaya proyek. b. Rencana anggaran biaya terperinci (teliti) Rencana anggaran biaya terperinci adalah menghitung besarnya biaya yang dilakukan berdasarkan harga bahan, upah tenaga kerja, volume pekerjaan serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan III - 1

48 proyek, yang dimulai dari hitungan volume, analisa alat yang digunakan, harga satuan pekerjaan serta dilanjutkan dengan menghitung anggaran biaya keseluruhan item pekerjaan dari proyek tersebut. Konsultan Perencana Gambar Proyek / Bestek Spesifikasi Teknis Cost Estimator WBS (Work Breakdown Structure) OBS (Organization Breakdown Structure) Intergrasi WBS & OBS Data-data 1. Harga Satuan Material 2. Harga Satuan Upah 3. Harga Satuan Peralatan Work Package (WP) AIC (Activity Identification Code) Analisa Harga Satuan Item Pekerjaan (WP) Perhitungan Volume Pekerjaan Perhitungan Anggaran Biaya RAB Gambar 3.1 Bagan Penyusun Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan III - 2

49 Besarnya anggaran biaya pelaksanaan suatu proyek didapat berdasarkan sebagai berikut : 1. Volume pekerjaan Volume pekerjaan dihitung berdasarkan gambar-gambar rencana proyek dan spesifikasi. 2. Harga bahan (material) Merupakan harga bahan atau material yang digunakan untuk pelaksanaan suatu proyek sesuai dengan harga bahan pada lokasi proyek. 3. Tenaga kerja dan upah Jumlah tenaga kerja dan upah tenaga kerja yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan dan standar upah tenaga kerja setempat. 4. Peralatan Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan pada suatu proyek, dimana pelaksanaan proyek ini menggunakan alat berat. 5. Kondisi lapangan Kondisi atau situasi tempat dilaksanakannya suatu proyek sangat menentukan dalam penyusunan dan perhitungan rencana anggaran biaya, karena kita dapat mengetahui dan memperkirakan mudah atau sulitnya mendapatkan material dan tenaga kerja yang dibutuhkan Komponen Biaya Estimasi 1. Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung (direct cost) adalah semua yang menjadi komponen permanen hasil akhir dari suatu proyek. Biaya langsung dapat juga disebut dengan biaya yang melekat pada pekerjaan konstruksi yang terdiri dari biaya material, peralatan dan tenaga kerja. a. Biaya Bahan (Materials) Komponen biaya yang harus diperhitungkan dalam menghitung besarnya biaya dari suatu material adalah biaya pengadaan material, biaya transportasi, penyimpanan, upah bongkar, pengujian terhadap material dan pajak. III - 3

50 b. Biaya Peralatan (Machines) Komponen biaya yang harus diperhitungkan dalam menghitung besarnya biaya dari suatu peralatan adalah biaya pengadaan peralatan. Untuk alat berat dapat dilakukan dengan sistem sewa atau milik sendiri. Untuk peralatan yang disewa kontraktor harus menghitung biaya sewa, sedangkan untuk biaya milik sendiri kontraktor harus memperhitungkan biaya investasi dan biaya pemeliharaan. Selain itu juga diperhitungkan biaya mobilisasi, demobilisasi serta biaya operasional seperti bahan bakar dan suku cadang peralatan. c. Biaya Tenaga Kerja Komponen biaya yang harus diperhitungkan dalam menghitung besarnya biaya tenaga kerja adalah biaya untuk keperluan gaji, upah lembur, tunjangan, asuransi, biaya akomodasi, dan biaya transportasi. 2. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost) Biaya tak langsung (indirect cost) adalah semua biaya yang dialokasikan untuk mendukung pekerjaan tetapi tidak menjadi komponen dari suatu pekerjaan, yang terdiri dari : a. Overhead Overhead dibagi atas dua type, yaitu: 1. General overhead merupakan biaya yang dikeluarkan untuk operasional perusahaan, tetapi tidak dapat didistribusikan kedalam paket pekerjaan seperti sewa kantor, gaji dan segala tunjangan direksi atau karyawan, biaya utilitas (seperti listrik). 2. Project overhead merupakan biaya tidak langsung yang dikeluarkan untuk keperluan proyek dan dialokasikan proporsional terhadap paket pekerjaan seperti biaya untuk melakukan estimasi biaya, untuk mengikuti tender, biaya-biaya untuk jaminan proyek, biaya asuransi, perizinan dan biaya utilitas proyek. b. Pajak Pajak yang harus dibayar meliputi pajak terhadap material, pajak perusahan dan pajak proyek yang dikerjakan, serta pajak pemilik yang dikenal sebagai PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10 % dan PPH yang besarnya berkisar antara 1,5% sampai 5%. III - 4

51 c. Contingency (Biaya Tidak Terduga) Contingency merupakan biaya yang disediakan untuk antisipasi atas kekurangan dan kesalahan dalam menginterprestasikan informasi yang diperoleh, sehingga menimbulkan ketidakpastian. Hal ini menjadi salah satu resiko yang akan dihadapi pada pelaksaan proyek nantinya. Resiko tersebut dapat diminimalisasikan dengan melengkapi informasi tersebut dan mempertimbangkan berdasarkan pengalaman pada proyek yang lalu. Kejadian atau peristiwa yang dapat dialokasikan dalam biaya contingency, seperti: Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika. Bencana alam, seperti banjir dan gempa bumi. Perilaku sosial masyarakat setempat. Produktivitas upah tenaga kerja. d. Allowances Kontraktor memasukkan tambahan material pada penawaran, ketika konsultan perencana tidak melengkapi spesifikasi material. Pada penambahan material, kontraktor harus memasukkan semua biaya, seperti: instalisasi, material handling, overhead dan keuntungan, karena ini dapat menimbulkan masalah ketika estimator menghitung biaya akhir yang memerlukan data kuantitas dan type material. Setelah kontraktor berakhir dan pekerjaan selesai maka dilakukan perhitungan, jika harga material lebih mahal dari pinjaman maka akan dibayar, tetapi jika harga material dibawah jumlah kontrak maka akan dihapuskan Perhitungan Volume Pekerjaan Dalam pelaksanaan proyek Peningkatan Jalan Paket 2 Tegal Arum Kabupatenn Tebo Provinsi Jambi, volume pekerjaan yang dihitung antara lain: 1. Ruas 1 1. Umum Mobilisasi dan Demobilisasi 2. Drainase Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air III - 5

52 Gorong - gorong Pipa Beton Bertulang Dia Dalam Cm 3. Pekerjaan Tanah Galian Struktur dengan kedalaman 0-2 meter Timbunan Biasa dari sumber galian Penyiapan Badan Jalan 4. Perkerasan Berbutir Lapis Pondasi Aggregat Kelas A 5. Perkerasan Aspal Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Laston Lapis Antara (AC-BC) 6. Struktur Beton Mutu Rendah fc 15 Mpa 2. Ruas 2 1. Umum Mobilisasi dan Demobilisasi 2. Drainase Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air Gorong2 Pipa Beton Bertulang Dia Dalam Cm 3. Pekerjaan Tanah Galian Struktur dengan kedalaman 0-2 meter Timbunan Biasa dari sumber galian Penyiapan Badan Jalan 4. Perkerasan Berbutir Lapis Pondasi Agregat Kelas A 5. Perkerasan Aspal Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Laston Lapis Antara (AC-BC) 6. Struktur Beton Mutu Rendah fc 15 Mpa III - 6

53 Pekerjaan Umum 1. Mobilisasi dan Demobilisasi Pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi ini meliputi pekerjaan persiapan untuk memulai dan mengakhiri pekerjaan konstruksi sesuai lingkup pekerjaan yang tertuang didalam dokumen kontrak. Pekerjaan mobilisasi merupakan kegiatan awal sebelum proyek itu benar-benar dilanjutkan. Pekerjaan mobilisasi adalah merupakan pekerjaan mendatangkan alat yang akan digunakan pada suatu proyek. Lingkup kegiatan mobilisasi tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang dilaksanakan dan secara umum harus memenuhi ketentuan berikut: a. Mobilisasi Peralatan Mobilisasi peralatan mencakup kegiatan pemindahan peralatan dari dan kedalam lokasi proyek yang dilakukan pada awal dan akhir kegiatan konstruksi. Mobilisasi peralatan ini meliputi kegiatan pengerahan dan pengangkutan peralatan-peralatan berat yang akan digunakan untuk menunjang kegiatan baik untuk pembukaan lahan, pembuatan jalan, pembangunan sarana dan prasarana dan operasional. b. Mobilisasi Staf/Pekerja Personil-personil yang ditugaskan adalah mereka yang sudah berpengalaman dibidang jalan dan mempunyai dasar keahlian serta sertifikat dibidang jalan. c. Penyediaan Kantor dan fasilitas pendukung seperti barak, gudang, bengkel dll. Fasilitas lapangan untuk kontraktor berupa kantor, gudang dan barak akan ditentukan kemudian dengan pertimbangan kemudahan dan waktu akses pencapaian ke lokasi dan faktor keamanan, base camp dan laboratorium. Seluruh mobilisasi akan diselesaikan sesuai dengan batasan yang ditetapkan dalam spesifikasi. d. Fasilitas pengendalian mutu (laboratorium) Agar pengendalian mutu dilapangan dapat terpenuhi maka untuk pekerjaan tanah, pekerjaan berbutir dan pekerjaan perkerasan harus dilakukan pengujian terlebih dahulu sebelum material digunakan. Untuk pekerjaan hot III - 7

54 mix perlu disiapkan Job Mix Formula (JMF) sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Adapun jenis-jenis alat yang akan dipakai dalam pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi antara lain: 1. Asphalt Mixing Plant 10. Tandem Roller 6-8 T 2. Asphalt Finisher 11. Vibratory Roller 5-8 T 3. Air Compressor 12. Pneumatic Tire Roller 4. Concrete Mixer 13. Concrete Vibrator 5. Dump Truck 14. Water Tanker 6. Excavator 15. Tamper 7. Generator Set 16. Alat Bantu : Cangkul, Sekop, 8. Wheel loader Keranjang, dll 9. Motor Grader Demobilisasi merupakan pembongkaran tempat kerja pada saat akhir kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi semula seperti sebelum pekerjaan proyek dimulai. Cara pembayaran untuk pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi ini adalah dengan menggunakan metode lump sum. Jadi perkiraan kuantitas untuk pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi ini adalah 1.00 lump sum Pekerjaan Drainase 1. Pekerjaan Galian Untuk Selokan Drainase dan Saluran Air Drainase adalah usaha pengeringan pada badan jalan dari air yang berada pada samping jalan, baik kiri maupun kanan. Pekerjaan galian untuk drainase ini dilakukan di sepanjang jalan yang dianggap membutuhkan suatu drainase. Tujuan pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan fungsi drainase sebagai penampung dan pengalir air, sehingga membebaskan pengaruh buruk air terhadap konstruksi jalan yang dapat membuat konstruksi jalan menjadi rapuh. Perhitungan volume pekerjaan ini menggunakan cara menghitung luas penampang galian untuk saluran samping dikalikan dengan panjang saluran. III - 8

55 Galian Selokan Drainase dan Saluran Air C L T L.2 L % 2 % Exiting L.1 L.2 H Gambar 3.2 Contoh Pekerjaan Galian Saluran Drainase Pada Sta Tabel 3.1 Contoh perhitungan volume galian saluran drainase pada ruas jalan 1. Bentuk Penampang Perhitungan L1 L2 H Sta L1 = 0,6 m L2 = 0,2 m H = 0,2 m Luas = Luas = Luas = 0,08 m 2 Sta L1 L2 H L1 = 0,6 m L2 = 0,2 m H = 0,2 m Luas = Luas = Luas = 0,08 m 2 Volume Volume = Volume = Volume = 8,00 m 3 III - 9

56 Tabel 3.2 Rekap volume pekerjaan galian saluran drainase ruas jalan 1 No. STA L1 Posisi R/L Jarak Dimensi Saluran Luas Kuantitas L1 L2 H M m m m m 2 m 3 h R/L 450 0,60 0,20 0,2 0,08 72,00 L L1 h R/L 600 0,60 0,20 0,20 0,08 96,00 L2 168,00 Tabel 3.3 Rekap volume pekerjaan galian saluran drainase ruas jalan 2 No. STA L1 Posisi R/L Dimensi Saluran Jarak Luas Kuantitas L1 L2 H m m m m m 2 m 3 h R/L 400 0,90 0,70 0,75 0,60 480,00 L L1 h R/L 900 0,90 0,70 0,75 0, ,00 L2 Berlanjut ke hal. Selanjutnya III - 10

57 No. STA L1 Posisi R/L Lanjutan Jarak Dimensi Saluran L1 L2 H Luas Kuantitas M m m m m 2 m 3 h R 400 0,90 0,70 0,75 0,60 240,00 L L1 h L 250 0,90 0,70 0,75 0,60 150,00 L2 Jumlah 1950,00 2. Pekerjaan Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang Dia Dalam 60 Cm Pekerjaan gorong gorong ini dilakukan hanya ditempat tertentu yang dianggap membutuhkan gorong gorong yaitu pada Sta Tujuan pekerjaan ini adalah menyalurkan air dari sisi tebing ke luar atau arah ke tempat yang lebih rendah. Pekerjaan ini dihitung berdasarkan stasioning yang memiliki gorong gorong. Gorong-gorong yang digunakan merupakan pabrikasi (tidak dibuat dilokasi pekerjaan). III - 11

58 Perhitungan volume gorong-gorong di bawah ini : 1. Perhitungan gorong gorong pipa beton bertulang pada ruas jalan 1 (Sta 0+400). STA L/R C L GORONG - GORONG C L JALAN C L JALAN GORONG - GORONG Ø 60 cm Ø 60 cm m Gambar 3.3 Contoh Pekerjaan Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang Dia Dalam 60 Cm Sta Tabel 3.4 Perhitungan dan rekap volume gorong gorong Sta No. Uraian Posisi Diameter Kuantitas L/R Ø 60 cm Ø 60 cm Ket 1 Sta L/R 8,00 m Penambahan Gorong2 baru Jumlah 8,00 m 1 2. Perhitungan gorong gorong pipa beton bertulang pada ruas jalan 2 (Sta 2+300). STA Gorong - Gorong LC GORONG - GORONG Ø 60 Ø Gambar 3.4 Contoh Pekerjaan Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang Dia Dalam 60 Cm Sta III - 12

59 Tabel 3.5 Perhitungan dan rekap volume gorong gorong Sta No. Uraian Posisi Diameter Kuantitas L/R Ø 60 cm Ø 60 cm Ket 1 Sta L/R 8,00 m Penambahan Gorong2 Baru Jumlah 8,00 m Pekerjaan Tanah 1. Pekerjaan galian struktur dengan kedalaman 0 2 m Galian struktur ini dilakukan untuk pekerjaan pemasangan gorong gorong nantinya. Galian struktur dilakukan di Sta ruas jalan 1 dan di Sta ruas jalan 2. Berikut ini bentuk penampang galian struktur beserta perhitungannya. 1. Perhitungan pekerjaan galian struktur kedalaman 0 2 m pada ruas jalan 1 Tabel 3.6 Perhitungan pekerjaan galian struktur kedalaman 0 2 m Sta Bentuk Penampang Perhitungan Sta ,5 m Volume = panjang x lebar x tinggi = 8 m x 1 m x 1.5 m = 12 m 3 1,0 m Jadi, Volume galian struktur kedalaman 0 2 m jalan ruas 1 Sta adalah 12 m 3 III - 13

60 2. Perhitungan pekerjaan galian struktur kedalaman 0 2 m pada ruas jalan 2 Tabel 3.7 Perhitungan pekerjaan galian struktur kedalaman 0 2 m Sta Bentuk Penampang Perhitungan Sta Volume = panjang x lebar x tinggi 1,5 m = 8 m x 1 m x 1.5 m = 12 m 3 1,0 m Jadi volume galian struktur kedalaman 0 2 m jalan ruas 2 Sta adalah 12 m 3 2. Timbunan Biasa dari Sumber Galian Pekerjaan timbunan biasa dari sumber galian berfungsi untuk mengisi celah dari hasil pekerjaan pemasangan gorong - gorong. Metode perhitungan volume pekerjaan timbunan biasa dilakukan dengan menggunakan rumus luas trapesium untuk mendapatkan luas penampang timbunan dan dikalikan dengan panjang area timbunan tersebut. Contoh perhitungan volume pekerjaan timbunan biasa dari sumber galian dibawah ini : 1. Perhitungan dan rekap volume pekerjaan timbunan biasa dari sumber galian pada ruas jalan 1 (Sta 0+400). STA L/R LC Timbunan Biasa C L , Exiting Timb.Biasa dari sumber galian 2.40 Exiting Gorong2 Ø 60 Cm' Exiting Gorong2 Ø 60 Cm' Gambar 3.5 Contoh Pekerjaan Timbunan Biasa Dari Sumber Galian Sta III - 14

61 Tabel 3.8 Contoh Perhitungan volume pekerjaan timbunan biasa Perhitungan Sta (L) Lebar = 2,50 m Tebal = 3,15 m Luas = 2,48 x 3,15 = 7,88 m 2 Panjang = 5,30 m Kuantitas = Luas x jarak = 7,88 x 5,30 = 41,76 m 3 Sta (R) Lebar = 2,40 m Tebal = 2,40 m Luas = 2,40 x 2,40 = 4,80 m 2 Panjang = 4,15 m Kuantitas = Luas x jarak = 4,80 x 4,15 = 19,92 m 3 Total = 41, ,92 = 61,68 m 3 Tabel 3.9 Perhitungan dan rekap volume pekerjaan timbunan biasa dari sumber galian Sta No. Uraian Posisi Lebar H Luas Panjang Volume L/R L1 L2 Rata2 T1 (m²) (m) (m³) L 3,00 2,00 2,50 3,15 7,88 5,30 41, R 2,90 1,90 2,40 2,40 4,80 4,15 19,92 Jumlah 61,68 III - 15

62 2. Perhitungan dan rekap volume pekerjaan timbunan biasa dari sumber galian pada ruas jalan 2 (Sta ) STA STA M' L = Variasi H = Variasi Timbunan Biasa dari sumber galian Gambar 3.6 Contoh Pekerjaan Timbunan Biasa Dari Sumber Galian Sta Tabel 3.10 Contoh Perhitungan volume pekerjaan timbunan biasa Perhitungan Sta Lebar = 7,65 m Tebal = 0,59 m Luas = 7,65 x 0,59 = 4,51 m 2 Sta Lebar = 7,55 m Tebal = 0,69 m Luas = 7,55 x 0,69 = 5,21 m 2 Luas rata2 = m 2 Jarak = 5,00 m Kuantitas = Luas x jarak = 4,86 x 5 = 24,31 m 3 III - 16

63 Tabel 3.11 Rekap volume pekerjaan timbunan biasa dari sumber galian No. Uraian Lebar Tebal Luas Luas Rata2 Panjang Volume T1 T2 Rata2 (M²) (M²) (M) (M³) ,65 0,60 0,58 0,59 4, ,55 0,60 0,78 0,69 5, ,45 0,60 0,62 0,61 4, ,85 0,70 0,68 0,69 5, ,85 0,55 0,50 0,53 4, ,45 0,55 0,45 0,50 3, ,65 0,58 0,47 0,53 4,02 4,86 5,00 24,31 4,88 10,00 48,77 4,98 15,00 74,71 4,77 10,00 47,69 3,92 10,00 39,23 3,87 4,00 19,11 Jumlah 253,82 3. Penyiapan Badan Jalan Pekerjaan penyiapan badan jalan merupakan pekerjaan awal sebelum melaksanakan pekerjaan lapis pondasi. Pekerjaan ini mencakup penyiapan permukaan tanah dasar atau perawatan permukaan jalan kerikir lama dengan atau tanpa penggaruan dan penambahan material baru. Pekerjaan penyiapan badan jalan dikerjakan dengan satuan meter luas (m 2 ). Contoh perhitungan volume penyiapan badan jalan adalah sebagai berikut: 1. Perhitungan dan rekap volume Penyiapan badan jalan pada jalan ruas 1 (Sta ). Penyiapan Badan Jalan C L % 2 % Exiting Gambar 3.7 Contoh Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan Sta III - 17

64 Tabel 3.12 Perhitungan Penyiapan badan jalan pada ruas jalan 1 Perhitungan L = 5 m P = 1300 m Luas = Lebar x Panjang Jalan Luas = Luas = 6500 m 2 2. Perhitungan dan Rekap volume Pekerjaan Penyiapan Badan jalan pada ruas jalan 2 Penyiapan Badan Jalan C L % 2 % Exiting Gambar 3.8 Contoh Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan Sta Tabel 3.13 Perhitungan Penyiapan badan jalan pada ruas jalan 2 Perhitungan L = 5 m P = 2300 m Luas = Lebar x Panjang jalan Luas = Luas =11500 m Perkerasan Berbutir 1. Lapis Pondasi Agregat Kelas A Lapis pondasi agregat kelas A digunakan sebagai lapis pondasi atas sebagai pengganti lapisan pondasi sebelumnya yang telah rusak parah dan tidak dapat digunakan lagi. Penanganan perbaikan jalan hingga ke lapis pondasi ini tujuannya agar jalan tersebut dapat diperbaiki dengan benar sehingga meminimalisir kerusakan pada jalan tersebut untuk kedepannya. Metode perhitungan volumenya III - 18

65 dengan cara menghitung luas penampang dikalikan dengan panjang area lapis pondasi agregat kelas A tersebut. Contoh perhitungan volume pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A. 1. Perhitungan dan rekap volume pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A pada ruas jalan 1. C L Lapis Pondasi Aggregat Kelas A T = 15 Cm % 2 % Exiting Gambar 3.9 Contoh Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A Sta Tabel 3.14 Perhitungan volume pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A Bentuk Penampang L T Perhitungan Lebar = 5 m Tinggi = 0,15 m Panjang jalan = 1300 m Luas = lebar x tinggi = 5 x 0,15 = 0,75 m 2 Kuantitas = 0,75 m 2 x 1300 m = 975 m 3 2. Perhitungan dan rekap volume pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A pada ruas jalan 2. C L Lapis Pondasi Aggregat Kelas A T = 15 Cm % 2 % Exiting Gambar 3.10 Contoh Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A Sta III - 19

66 Tabel 3.15 Perhitungan volume pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A. Bentuk Penampang L T Perhitungan Lebar = 5 m Tinggi = 0,15 m Panjang jalan = 2300 m Luas = lebar x tinggi = 5 x 0,15 = 0,75 m 2 Kuantitas = 0,75 m 2 x 2300 m = 1725 m Perkerasan Aspal 1. Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Lapis resap pengikat (Prime coat) adalah lapis permukaan berbahan aspal cair yang digunakan sebagai bahan pengikat agregat. Fungsi dari pekerjaan prime coat adalah memberikan lapisan kedap air pada permukaan pondasi dan memberikan ikatan antara lapisan pondasi dengan lapisan beraspal. Metode perhitungan volume pekerjaan lapis resap pengikat dapat dilakukan dengan cara mengalikan lebar permukaan dengan panjang jalan yang akan diberi lapis resap dan dikalikan dengan penggunaan/kebutuhan aspal permeternya (liter/m 2 ). Pada proyek ini kebutuhan lapis resap pengikat dipakai adalah 0,8 Liter/m Perhitungan volume pekerjaan lapis resap pengikat aspal cair pada ruas jalan 1 : Lapis Resap Pengikat C L Exiting Gambar 3.11 Contoh Pekerjaan Lapis Resap Pengikat Aspal Cair Sta III - 20

67 Panjang jalan = 1300 m Lebar area prime coat = 4 m Takaran pemakaian untuk 1 m² = 0,8 liter/m² Luas = Panjang x lebar = 1300 m x 4 m = 5200 m 2 Kuantitas = Luas x Pemakaian/m 2 = 5200 m 2 x 0,8 liter/m² = 4160 liter 2. Perhitungan volume pekerjaan lapis resap pengikat aspal cair pada ruas jalan 2. Lapis Resap Pengikat C L Exiting Gambar 3.12 Contoh Pekerjaan Lapis Resap Pengikat Aspal Cair Sta Panjang jalan = 2300 m Lebar area prime coat = 4 m Takaran pemakaian untuk 1 m² = 0,8 liter/m² Luas = Panjang x lebar = 2300 m x 4 m = 9200 m 2 Kuantitas = Luas x takaran pemakaian/m 2 = 9200 m 2 x 0,8 liter/m² = 7360 liter III - 21

68 2. Laston Lapis Antara (AC-BC) Laston sebagai lapis antara (AC-BC) adalah lapisan perkerasan yang berada diantara laston lapis aus (AC-WC) dengan laston lapis pondasi (AC-Base). Tebal lapisan laston AC-BC setebal 6 cm. Metode perhitungan volume pekerjaan lapis laston lapis antara (AC-BC) dengan cara menghitung luas penampang dikalikan dengan panjang pekerjaan lapisan laston AC-BC tersebut. 1. Perhitungan dan rekap volume pekerjaan laston lapis antara (AC BC) pada ruas jalan 1 Laston Lapis Antara (AC-BC) T = 6 Cm LC 4.00 Existing Gambar 3.13 Contoh Pekerjaan Laston Lapis Antara (AC BC) Sta Tabel 3.16 Perhitungan volume pekerjaan lapis laston lapis antara (AC-BC) Sta Sta Perhitungan Sta Sta Lebar = 4 m Tebal = 0,06 m Panjang jalan = 1300 m Bj = 2,25 Ton/m 3 Kuantitas = Lebar x Tebal x Panjang jalan x Bj Kuantitas = 4 m x 0,06 m x 1300 m x 2,25 Ton/m 3 Kuantitas = 702 ton III - 22

69 2. Perhitungan dan rekap volume pekerjaan laston lapis antara (AC BC) pada ruas jalan 2 Laston Lapis Antara (AC-BC) T = 6 Cm LC 4.00 Existing Gambar 3.14 Contoh Pekerjaan Laston Lapis Antara (AC BC) Sta Tabel 3.17 Perhitungan volume pekerjaan lapis laston lapis antara (AC-BC) Sta Sta Perhitungan Sta Sta Lebar = 4 m Tebal = 0,06 m Panjang jalan = 2300 m Bj = 2,25 Ton/m 3 Kuantitas = Lebar x Tebal x Jarak x Bj Kuantitas = 4 m x 0,06 m x 2300 m x 2,25 Ton/m 3 Kuantitas = 1242 ton Pekerjaan Struktur 1. Beton Mutu Rendah fc 15 Mpa Beton mutu rendah fc 15 Mpa merupakan beton yang digunakan sebagai bangunan penahan tanah diatas gorong gorong. Metode perhitungan volume pekerjaannya dengan cara menghitung luas penampang dikalikan dengan panjang pekerjaan tersebut. III - 23

70 1. Perhitungan volume pekerjaan beton mutu rendah fc 15 Mpa pada ruas jalan 1 (Sta 0+400). STA Gorong - Gorong LC L R Beton mutu rendah dengan fc'= 15 Mpa Existing Gambar 3.15 Contoh pekerjaan Beton mutu rendah fc 15 Mpa Sta Tabel 3.18 Perhitungan volume pekerjaan beton mutu rendah fc 15 Mpa. 1,90 m Bentuk Penampang Left 0,35 m Perhitungan Luas = = 0,6935 m 2 Kuantitas = 0,6935 m 2 x 1,8 m = 1,248 m 3 Right 0,38 m Luas = 0,30 m Kuantitas = 0,495 m 2 = 0,495 m 2 x 1,7 m = 0,842 m 3 1,50 m 0,36 m Jumlah = 1,248+0,842 = 2,09 m 3 III - 24

71 2. Perhitungan volume pekerjaan beton mutu rendah fc 15 Mpa (Sta 2+300) pada ruas jalan 2. STA L/R Gorong - Gorong Pipa LC L R Panjang = 1.40 Panjang = Existing Gambar 3.16 Contoh pekerjaan Beton mutu rendah fc 15 Mpa Sta Tabel 3.19 Perhitungan volume pekerjaan beton mutu rendah fc 15 Mpa 0,80 m Bentuk Penampang Left 0,25 m Luas = Kuantitas Perhitungan = 0,220 m 2 = 0,22 m 2 x 1,4 m = 0,308 m 3 0,30 m Right 0,25 m Luas = Kuantitas = 0,206 m 2 = 0,206 m 2 x 1,5 m = 0,309 m 3 0,75 m 0,30 m Jumlah = 0, ,309 = 0,62 m 3 III - 25

72 Tabel 3.20 Rekap Volume Pekerjaan pada ruas jalan 1 DIVISI Uraian Satuan Perkiraan Kuantitas 1 Umum 1.1 Mobilisasi dan Demobilisasi Ls 1,00 2 Drainase 2.1 Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air M 3 168, Gorong2 Pipa Beton Bertulang Dia Dalam 60 Cm M 1 8,00 3 Pekerjaan Tanah 3.1 Galian Struktur dengan kedalaman 0-2 meter M 3 12, Timbunan Biasa dari sumber galian M 3 61, Penyiapan Badan Jalan M ,00 5 Perkerasan Berbutir 5.1 Lapis Pondasi Agregat Kelas A M 3 975,00 6 Perkerasan Aspal 6.1 Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Liter 4.160, Laston Lapis Antara (AC-BC) Ton 702,00 7 Struktur 7.1 Beton Mutu Rendah fc 15 Mpa M 3 2,09 III - 26

73 Tabel 3.21 Rekap Volume Pekerjaan pada ruas jalan 2 DIVISI Uraian Satuan Perkiraan Kuantitas 1 Umum 1.1 Mobilisasi Ls 1,00 2 Drainase 2.1 Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air M , Gorong2 Pipa Beton Bertulang Dia Dalam 60 Cm M 1 8,00 3 Pekerjaan Tanah 3.1 Galian Struktur dengan kedalaman 0-2 meter M 3 12, Timbunan Biasa dari sumber galian M 3 253, Penyiapan Badan Jalan M ,00 5 Perkerasan Berbutir 5.1 Lapis Pondasi Agregat Kelas A M ,00 6 Perkerasan Aspal 6.1 Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Liter 7.360, Laston Lapis Antara (AC-BC) Ton 1.242,00 7 Struktur 7.1 Beton Mutu Rendah fc 15 MPa M 3 0,62 III - 27

74 Tabel 3.22 Rekap total volume pekerjaan jalan ruas 1 dan ruas 2 Peningkatan Jalan Paket 2 Tegal Arum DIVISI Uraian Satuan Perkiraan Kuantitas 1 Umum 1.1 Mobilisasi Ls 1,00 2 Drainase 2.1 Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air M , Gorong2 Pipa Beton Bertulang Dia Dalam 60 Cm M 1 16,00 3 Pekerjaan Tanah 3.1 Galian Struktur dengan kedalaman 0-2 meter M 3 24, Timbunan Biasa dari sumber galian M 3 315, Penyiapan Badan Jalan M ,00 5 Perkerasan Berbutir 5.1 Lapis Pondasi Agregat Kelas A M ,00 6 Perkerasan Aspal 6.1 Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Liter , Laston Lapis Antara (AC-BC) Ton 1.944,00 7 Struktur 7.1 Beton Mutu Rendah fc 15 Mpa M 3 2,71 III - 28

75 3.3. Daftar Harga Dasar Satuan Upah dan Bahan Harga Dasar Satuan Upah Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam menentukan besarnya upah tenaga kerja antala lain: 1. Keterampilan dan keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja 2. Jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk tiap jenis pekerjaan 3. Situasi dan kondisi lokasi proyek 4. Jenis pekerjaan yang dilaksanakan 5. Pendapatan perkapita penduduk setempat 6. Harga bahan pokok dan kemudahan dalam mendapatkan tenaga kerja Harga dasar satuan mengacu kepada harga satuan upah yang dipakai oleh Pekerjaan Umum. Tabel Harga Dasar Satuan Upah No. U R A I A N KODE SATUAN HARGA SATUAN PER JAM ( Rp.) HARGA SATUAN PER HARI ( Rp.) 1. Pekerja (L01) Jam , ,00 2. Tukang (L02) Jam , ,00 3. Tukang Batu (L03) Jam , ,00 4. M a n d o r (L04) Jam , ,00 5. Operator (L05) Jam , ,00 6. Pembantu Operator (L06) Jam , ,00 7. Sopir / Driver (L07) Jam , ,00 Pembantu Sopir / 8. Driver (L08) Jam , ,00 9. Mekanik (L09) Jam , , Pembantu Mekanik (L10) Jam , , Kepala Tukang (L11) Jam , ,00 Sumber : Harga Satuan PU 2016 III - 29

76 Harga Dasar Satuan Bahan Untuk mendapatkan hasil yang sempurna dari suatu pelaksanaan proyek salah satu cara dapat diperoleh dari bahan yang digunakan serta telah ditentukan oleh perencana yang tercantum dalam spesifikasi teknis. Untuk menentukan harga satuan bahan ini perlu diperhatikan beberapa faktor diantaranya: 1. Jarak dari lokasi proyek 2. Biaya transportasi dari quarry ke lokasi proyek 3. Harga dasar satuan bahan dapat dilihat pada table Tabel 3.24 Harga Dasar satuan Bahan No. URAIAN KODE SATUAN HARGA SATUAN ( Rp.) KETERANGAN 1. Pasir pasang (M01a) m ,00 Lokasi Pekerjaan 2. Pasir (M01b) m ,00 AMP/Basecamp 3. Batu Kali (M02) m ,00 AMP/Lokasi pekerjaan 4. Agregat Kasar (Batu Pecah) (M03) m ,85 AMP/Basecamp 5. Agregat Halus (Batu Pecah) (M04) m ,43 AMP/Basecamp 6. Agregat A (M05) m ,74 Basecamp 7. Bahan Tanah Timbunan (M08) m ,00 Base Camp 8. Aspal Pen (M09) Kg ,00 Base Camp 9. Kerosen / Minyak Tanah (M10) Liter 8.824,00 Lokasi Pekerjaan 10. Semen / PC (50kg) ( M11a ) Zak ,00 Lokasi Pekerjaan ( M11b ) Kg 1.226,00 Pertamina / Industri 11. Bensin ( M12 ) Liter 7.650,00 Lokasi Pekerjaan 12. Solar ( M13 ) Liter 9.100,00 Lokasi Pekerjaan 13. Minyak Pelumas / Olie ( M14 ) Liter ,00 Lokasi Pekerjaan 14. Minyak Fluks ( M15 ) Liter 6.221,37 Lokasi Pekerjaan 15. Cat marka (thermoplastic) ( M16 ) Kg ,00 Lokasi Pekerjaan 16. Thinner ( M17 ) Liter ,00 Lokasi Pekerjaan 17. Glass Bit ( M18 ) Kg ,00 Lokasi Pekerjaan 18. Kayu Perancah ( M19 ) m ,00 Lokasi Pekerjaan III - 30

77 Lanjutan Tabel 3.24 No. URAIAN KODE SATUAN HARGA SATUAN ( Rp.) KETERANGAN 19. Paku (M20) kg ,00 Lokasi Pekerjaan 20. Kawat beton (M21) Kg ,00 Lokasi Pekerjaan 21. Baja tulangan (M22) Kg ,00 Lokasi Pekerjaan 22. Filler (M23) Kg 1.500,00 Lokasi Pekerjaan 23. Beton K300 (M24) m ,00 Lokasi Pekerjaan 24. Pelat Rambu (M25) Buah ,00 Lokasi Pekerjaan 25. Pipa Galvanis Dia 1.6" (M26) Batang ,00 Lokasi Pekerjaan 26. Material Pilihan (M27) m ,00 Base Camp Analisa Harga Satuan Pekerjaan Yang dimaksud dengan analisa satuan pekerjaan adalah menguraikan masing-masing harga satuan pekerjaan mulai dari awal pekerjaan hingga akhir pekerjaan yang ada dalam proyek tersebut. III - 31

78 BAB IV PELAKSANAAN PROYEK 4.1. Struktur Organisasi Pelaksanaan Organisasi proyek merupakan sekelompok orang dari berbagai latar belakang ilmu, yang terorganisir, dan terkoordinir dalam melaksanakan tugas dengan cara tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Tugas yang dimaksud disini adalah mengelola pelaksanaan proyek dengan harapan pekerjaan bisa berlangsung dengan lancar dan dapat mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan berupa keuntungan bagi perusahaan dan kepuasan pelanggan serta pengguna jasa. Tujuan dari organisasi kerja adalah untuk mengatur dan mendistribusikan pekerjaan dalam pelaksanaan sedemikian rupa sehingga tenaga yang tersedia dapat bekerja efektif dan efisien untuk mencapai hasil maksimal. Pelaksanaan proyek yang baik adalah pelaksanaan yang mempunyai susunan organisasi yang baik pula, sehingga setiap orang yang terlibat di dalamnya mengetahui dengan pasti hak, kewajiban, tugas dan wewenangnya masing-masing. Adapun cara-cara menyusun organisasi lapangan suatu proyek adalah: 1. Mengelompokkan bagian bagian tugas sesuai dengan jenis kegiatan masing - masing. 2. Menempatkan karyawan sesuai dengan keahlian masing-masing. 3. Menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan - kegiatan setiap bagian dalam organisasi. 4. Membuat struktur organisasi dalam bentuk diagram. Dalam suatu proyek terdapat 2 bagian penting yaitu : 1. Work Breakdown Structure (WBS) Adanya keterkaitan yang erat antara perencanaan dan pengendalian dalam penyelenggaraan proyek dapat dilihat dari pembentukan dan pengelolaan WBS. Setelah berhasil mendefinisikan lingkup proyek secara utuh, langkah selanjutnya adalah memecah menjadi komponen-komponen dan menyusun kembali bagi tujuan pengelolaan berikutnya. Memecah lingkup proyek dan menyusun kembali IV- 1

79 komponen-komponennya dengan mengikuti hirarki tertentu dikenal sebagai struktur rincian lingkup kerja (Work Breakdown Structure / WBS). Level 0 Rencana Pelaksanaan Peningkatan Jalan Paket 2 Tegal Arum DIVISI I UMUM DIVISI II DRAINASE DIVISI III PEKERJAAN TANAH DIVISI V PERKERASAN BERBUTIR DIVISI VI PEKERJAAN ASPAL DIVISI VII STRUKTUR Level 1 Mobilisasi Galian Untuk Selokan Drainase dan Saluran Air Lapis Pondasi Agregat kelas A Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Beton Mutu Rendah Dengan fc'=15 Mpa Gorong2 Pipa Beton Bertulang Dia Dalam cm Galian Struktur dengan Kedalaman 0-2 meter Laston Lapis Antara (AC-BC) Timbunan Biasa dari Sumber Galian Level 2 Penyiapan Badan Jalan Gambar 4.1 Work Breakdown Structure (WBS) 2. Organization Breakdown Structure (OBS) Organization Breakdown Structure (OBS) sangat berkaitan dengan Work Breakdown Structure (WBS). Untuk menyusun struktur organisasi suatu proyek, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan membuat WBS, yang berisikan lingkup kerja yang lebih terinci. Tahap selanjutnya adalah menentukan pelaku untuk melaksanakan paketpaket pekerjaan tersebut atau yang disebut dengan Organization Breakdown Structure (OBS) atau juga disebut Organization Analysis Table (OAT), yaitu merupakan pembagian struktur organisai yang menunjukkan pihak-pihak yang bertangung jawab atas suatu pekerjaan pada level tertentu. IV- 2

80 Project Manager Site Manager Administrasi Keuangan Quantity Surveyor Logistic Kepala Bidang Teknik Draftmen Ass QS / Juru ukur Peralatan Material Pelaksana Quality Control Kesehatan dan Keselamatan Kerja Mandor Kepala Tukang Pekerja/buruh Tukang Gambar 4.2 Organization Breakdown Structure (OBS) Tugas dan tanggung jawab masing-masing personil adalah: 1. Project Manager Project manager adalah seseorang yang diberi kuasa sebagai wakil penuh pemilik perusahaan kontraktor dalam melaksanakan sebuah proyek. Tanggung jawab dari project manager ini adalah: a. Menetapkan struktur organisasi pelaksanaan proyek beserta anggotanya. b. Menetapkan sasaran-sasaran yang harus dicapai untuk tiap-tiap kegiatan dan kebijakan pelaksanaan. c. Memantau dan bertanggung jawab atas terlaksananya penerapan sistem manajemen mutu yang diterapkan oleh perusahaan dilingkungan proyek. d. Mengadakan pertemuan secara periodik dengan semua fungsionaris organisasi untuk menilaian kemajuan pekerjaan dalam hubungan organisasi secara terpadu. IV- 3

81 e. Memberikan petunjuk atau rekomendasi atas wewenang yang diberikan demi tercapainya produktivitas kerja yang tinggi dan berkualitas. 2. Site Manager Site manager adalah wakil project manager yang berkedudukan di lapangan sebagai koordinator pekerjaan proyek sehari-hari. Tanggung jawab dari site manager ini adalah: a. Bertanggung jawab secara langsung kepada project manager. b. Melakukan pengawasan dan pengendalian rencana pencapaian target dari masing-masing pekerjaan. c. Melengkapi data-data pada semua rencana spesifikasi proyek. d. Memimpin rapat lapangan dan mencari cara-cara penyelesaian atas usulusul jika terjadi perubahan desain di lapangan berdasarkan persetujuan dari yang berwenang demi kelancaran pekerjaan. e. Meneliti semua spesifikasi dan gambar rencana sebelum dilaksanakan. f. Membuat laporan-laporan kemajuan pekerjaan secara kontinue menurut ketentuan. 3. Administrasi Keuangan Tanggung jawab dari administrasi keuangan ini adalah: a. Memegang kas serta mengeluarkan uang yang harus dibayar untuk kebutuhan proyek dan diketahui oleh project manager. b. Mengatur surat masuk dan surat keluar. c. Mengatur keuangan proyek. 4. Quantity Surveyor Quantity surveyor bertugas menghitung, menggambar dan melakukan pengukuran kuantitas pekerjaan di proyek. 5. Draftmen Draftmen bertugas menghitung dan menggambar suatu rencana proyek dalam bentuk gambar kerja (shop drawing) dan gambar pelaksanaan (asbuilt drawing). 6. Juru ukur Juru ukur bertugas melakukan pengukuran kuantitas pekerjaan diproyek. 7. Quality Control (labor) Tanggung jawab dari Quality Control ini adalah: IV- 4

82 a. Menyediakan peralatan labor untuk melakukan pengujian mutu bahan yang akan digunakan. b. Bertugas menangani urusan pengendalian mutu material dilapangan dan di AMP. c. Melakukan kerja sama bila mana akan melakukan pengujian kepada lembaga/instansi bila perusahaan tidak mempunyai peralatan yang lengkap untuk beberapa pengujian. 8. Logistic Tanggung jawab dari logistic ini adalah bertanggung jawab langsung kepada site manager dalam menyelenggarakan pengadaan bahan, peralatan untuk proyek yang dipandang perlu sesuai kuantitas, kualitas dan jadwalnya. 9. Peralatan Tanggung jawab dari Peralatan ini adalah a. Memberikan data-data kepada Logistic mengenai analisis biaya peralatan yang berhubungan dengan kemampuan produktifitas berikut biaya eksploitasnya. b. Bekerjasama dengan pelaksana terhadap masalah-masalah logistik, pergudangan, perbengkelan dan transportasi. 10. Material Tanggung jawab dari Material ini adalah: a. Bekerjasama dengan pelaksana terhadap masalah-masalah logistik, pergudangan, perbengkelan dan transportasi. b. Membuat laporan secara kontinue terhadap pengadaan bahan, peralatan dan pemeliharaan. 11. Keamanan dan Keselamatan Kerja Tanggung jawab dari keamanan dan keselamatan kerja ini adalah: a. Bertanggung jawab penuh terhadap keamanan lingkungan proyek kepada site manager. b. Menjaga keamanan dan ketentraman personil guna kelancaran pelaksanaan proyek, serta menjaga keamanan bahan dan peralatan yang berada di lokasi proyek. IV- 5

83 c. Membantu tenaga kerja ataupun perangkat kerja lainnya yang mengalami kecelakaan kerja. d. Memberikan pengetahuan kepada pekerja tentang pentingnya mengetahui peraturan keselamatan kerja. 12. Kepala Bidang Teknik Tanggung jawab dari kepala bidang teknik ini adalah: a. Membuat rencana kerja bersama site manager. b. Memimpin dan mengkoordinasikan mandor dalam pelaksanan pekerjaan. c. Menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi selama pelaksanan proyek. d. Membuat dan menilai laporan kemajuan pekerjaan. 13. Pelaksana Tanggung jawab dari pelaksana ini adalah: a. Bertanggung jawab kepada site manager terhadap pelaksanaan pekerjaan di lapangan. b. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bestek dan gambar rencana. c. Mampu melaksanakan fungsi dengan dinamis dalam operasional baik dalam bidang teknis, pembiayaan material, maupun pengendalian sumber daya manusia secara efektif. d. Mengontrol laju operasional proyek guna memberikan laporan, data-data dan situasi serta kondisi lapangan secara berkala. e. Melakukan prosedur administrasi proyek sesuai dengan ketentuan. 14. Mandor Dalam struktur organisasi, mandor berada dibawah perintah dari pelaksana. Tanggung jawab mandor adalah: a. Bertanggung jawab kepada pelaksana. b. Bertanggung jawab dalam mobilisasi para pekerja dan tukang. 15. Kepala Tukang Dalam struktur organisasi, kepala tukang berada dibawah perintah dari mandor. Tanggung jawab kepala tukang antara lain: a. Bertanggung jawab kepada mandor. b. Bertanggung jawab dalam mobilisasi para pekerja dan tukang. IV- 6

84 16. Tukang dan Pekerja Dalam struktur organisasi, kepala tukang berada dibawah perintah dari kepala tukang. Tanggung jawab tukang dan pekerja antara lain: b. Bertanggung jawab kepada kepala tukang. c. Bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pengaturan sistem organisasi yang baik dalam mencapai tujuan proyek baik kualitas maupun kuantitas akan lebih tercapai apabila pelaksana lapangan dapat memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1. Tenaga kerja lapangan harus mempunyai sifat serta kepribadian saling menghormati dan saling menghargai dengan semua tenaga pengawas. 2. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana dan syarat-syarat yang diizinkan oleh tim pengawas. 3. Tidak menggunakan alat, bahan dan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan spesifikasi. 4. Tidak memulai suatu pekerjaan sebelum syarat-syarat pekerjaan pendahuluan terpenuhi Metoda Pelaksanaan Proyek Pekerjaan Persiapan Pada proyek ini pekerjaan persiapan hanya terdapat pekerjaan mobilisasi yang meliputi pembangunan atau penyedia kantor kontraktor, kantor konsultan, kantor pengawas, dari pemilik proyek, base camp, gudang, bengkel, dll. a. Mobilisasi adalah proses pengangkutan atau pemindahan tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan ke lokasi proyek. Pekerjaan Mobilisasi dan demobilisasi akan dikerjakan pada Proyek Jalan 2 Tegal Arum Kab.Tebo. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mobilisasi, antara lain: 1. Cakupan kegiatan ini tergantung pada jenis volume pekerjaan yang harus dilaksanakan sebagaimana ditentukan dalam dokumen kontrak. 2. Pengangkutan alat dan bahan hanya dilakukan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. IV- 7

85 3. Pekerjaan demobilisasi dilaksanakan oleh pihak kontraktor pada akhir kontrak, yaitu pemindahan semua peralatan pada saat periode pelaksanaan pekerjaan berakhir. b. Demobilisasi adalah pemindahan semua peralatan yang diperlukan semua staf dan pekerja pada saat periode pelaksanaan pekerjaan berakhir Pekerjaan Drainase Pekerjaan drainase meliputi Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air dan Gorong2 Pipa Beton Bertulang Dia Dalam Cm. 1. Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru dan perataan kembali selokan lama, sesuai dengan spesifikasi yang telah di tentukan serta memenuhi garis, ketinggian dan detil yang ditunjukkan pada gambar. a. Pemakaian Sumber Daya a. Tenaga - Mandor - Pekerja b. Alat - Alat Bantu : Cangkul, sekop, Keranjang - Dump Truck b. Langkah Kerja 1. Pembersihan sekitar lokasi kerja dan pemasangan patok pada tepi jalan yang akan digali berdasarkan gambar rencana. 2. Penggalian tanah dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia. 3. Hasil galian tanah tersebut dibuang dengan Dump Truck ke area yang telah ditentukan. 4. Selanjutnya dilakukan perapian galian saluran oleh pekerja di lapangan dengan menggunakan alat bantu (cangkul dan sekop). IV- 8

86 7. Gorong2 Pipa Beton Bertulang Dia Dalam 60 Cm Pekerjaan ini dilakukan untuk mengalirkan air searah melintang sumbu jalan karena disebabkan aliran air tidak memungkinkan dialirkan sepanjang drainase samping pada jalan, sehingga dibuatkan gorong-gorong dibawah permukaan jalan dan gorong-gorong juga dibuat untuk kebutuhan saluran irigasi yang memotong sumbu jalan. Pekerjaan pemasangan gorong gorong yang digunakan pada proyek ini yaitu gorong - gorong fabrikasi dengan panjang 1 m/buah diameter 60 cm dan pemasangan gorong gorong dilakukan pada pada Sta dan Sta a. Pemakaian Sumber Daya a. Tenaga - Pekerja - Tukang - Mandor b. Bahan - Gorong - gorong beton bertulang diameter 60 cm - Material Pilihan 8. Alat - Tamper - Flat Bed Truck - Alat bantu b. Langkah Kerja 1. Gorong-gorong dibeli di Tempat Pembuatan. 2. Flat Bed Truck mengangkut gorong-gorong jadi ke lapangan 3. Dasar gorong-gorong digali sesuai kebutuhan dan material backfill dipadatkan dengan Tamper. 4. Setelah material backfill dipadatkan dengan tamper, masukan goronggorong tersebut. 5. Setelah itu sekelompok pekerja akan melaksanakan pekerjaan dengan cara manual dengan munggunakan alat bantu. IV- 9

87 Pekerjaan Tanah Pada pekerjaan tanah terdapat pekerjaan galian struktur kedalaman 0-2 m, pekerjaan timbunan biasa dari sumber galian, dan penyiapan badan jalan a. Pekerjaan Galian Struktur Kedalaman 0 2 m Galian tanah akan dikerjakan setelah semua proses pengukuran elevasi existing subgrade, shop drawing dan stake out lapangan selesai dikerjakan serta disetujui oleh direksi dan team teknik. Pada prinsipnya galian tanah akan dikerjakan dengan cara manual oleh tenaga manusia. Pekerjaan galian berfungsi untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman-kedalaman yang diperlukan dalam suatu konstruksi, dimana pekerjaan galian ini dilakukan pada jalan yang elevasi rencana terletak dibawah kondisi existing jalan. Sistem pekerjaan galian struktur adalah sebagai berikut: a. Pemakaian Sumber Daya 1. Tenaga - Mandor - Pekerja 2. Alat - Excavator - Bulldozer - Alat bantu : Cangkul,sekop, keranjang b. Langkah Kerja 1. Memasang patok pada jalan yang akan digali berdasarkan desain rencana. 2. Penggalian tanah dilakukan oleh excavator. Penggalian ini dilaksanakan sampai pada garis ketinggian dan elevasi yang telah ditentukan. 3. Hasil galian ditempatkan di lokasi yang telah ditentukan, atau digunakan untuk timbunan di lokasi proyek yang membutuhkannya. IV- 10

88 b. Pekerjaan Timbunan Biasa dari Sumber Galian Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan tanah yang disetujui oleh pelaksana proyek. Pembentukan dimensi dan elevasi timbunan biasa harus sesuai dengan kelandaian dan ketinggiannya. Sebelum dilakukan pekerjaan timbunan biasa perlu dilakukan suatu trial timbunan tanah, yang berfungsi untuk mengetahui factor loss pada timbunan tanah. a. Pemakaian Sumber Daya 1. Tenaga - Operator - Mandor - Pekerja 2. Alat - Wheel Loader - Dump Truck - Motor Grader - Vibratory Roller - Water Tank Truck - Alat Bantu 3. Bahan - Tanah Timbunan b. Langkah Kerja 1. Pematokan batas-batas lokasi pekerjaan timbunan biasa. 2. Material diambil menggunakan Wheel Loader, dan diangkut menggunakan Dump Truck kemudian ditumpuk pada lokasi tertentu sesuai kebutuhan tanah timbunan. 3. Hamparkan tanah pada lokasi timbunan dengan menggunakan Motor Grader. 4. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan Vibratory Roller, dan disiram dengan menggunakan Water Tank Truck hingga kepadatan yang optimum. IV- 11

89 5. Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapikan hamparan dan melevelkan permukaan dengan menggunakan alat bantu seperti cangkul, sekop, dan gerobak. c. Pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: Pengecekan oleh penerima material di lapangan (checker), material bebas dari bahan organik, sampah atau kotoran. Pengecekan kepadatan timbunan biasa dengan sandcone test, kepadatan yang disyaratkan adalah sampai 95% kepadatan standard maksimum. c. Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pembentukan, pemadatan, dan pemeliharaan elevasi permukaan badan jalan yang disiapkan sampai bahan perkerasan ditempatkan diatasnya. a. Pemakaian Sumber Daya 1. Tenaga - Operator - Mandor - Pekerja 2. Alat - Motor Grader - Vibratory Roller - Water Tank Truck - Alat bantu d. Langkah Kerja 1. Pengecekan elevasi di center line dan dipinggir. 2. Pemberian tanda dipatok dengan cat untuk ketinggian ditepi dan di center line. 3. Pembentukan / perataan permukaan urugan dan pembentukan kemiringan urugan dengan menggunakan Motor Grader. 4. Sebelum dilakukan pemadatan permukaan yang sudah diratakan disiram dengan menggunakan Water Tank Truck. IV- 12

90 5. Pemadatan permukaan dengan Vibratory Roller. 6. Pemadatan lapangan, hasil pemadatan ditest pengecekan kemiringan dan kerataan permukaan. Perataan badan Jalan oleh Motor Grader Water Tank Pemadatan oleh Vibratory Roller dengan menggilas berulang- ulang Gambar 4.3 Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan Perkerasan Berbutir 1. Lapis Pondasi Agregat Kelas A Pekerjaan ini dilaksanakan sebagai lapis pondasi atas pada perkerasan jalan. Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan agregat kelas A. Metoda pelaksanaan pekerjaan perkerasan lapisan pondasi agregat kelas A sebagai berikut: a. Pemakaian Sumber Daya 1. Tenaga - Mandor - Pekerja - Operator 2. Alat - Wheel Loader - Dump Truck - Motor Grader - Tandem Roller - Water Tank Truck - Alat Bantu 3. Bahan - Agregat Kelas A IV- 13

91 b. Langkah Kerja 1. Agregat kelas A yang sudah ada di base camp dimuat ke dalam dump truck dengan menggunakan wheel loader, kemudian diangkut ke lokasi pekerjaan. 2. Apabila sudah sampai di lokasi proyek maka material ditumpuk dengan jarak antara 2 sampai 3 meter. 3. Setelah itu menghampar, leveling dan membentuk tumpukan material agregat kelas A dilakukan dengan motor grader. 4. Hamparan material disiram dengan air menggunakan water tank truck sebelum pelaksanaan pemadatan, agar abu tanah (clay) tidak berterbangan akibat getaran pemadatan yang terjadi. 5. Setelah itu, dipadatkan dengan tandem roller yang pemadatannya dilakukan per layer supaya memperoleh kepadatan yang optimum. 6. Setelah pekerjaan selesai lakukan pengujian kepadatan tanah untuk mengetahui apakah sudah sesuai kepadatannya dengan yang disyaratkan. Gambar 4.4 Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A Perkerasan Aspal 1. Lapis Resap Pengikat Aspal Cair (Prime Coat) Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapis tipis aspal cair yang diletakkan diatas lapis pondasi atas sebelum lapisan diatasnya dihampar. Aspal cair ini dapat meresap kedalam lapis pondasi, mengisi rongga dan memperkeras permukaan serta mengikat lapis pondasi dengan lapisan permukaan. Hal pertama yang dilakukan adalah memanaskan aspal cair dan pemanasan tersebut suhunya tidak boleh terlalu panas karena dapat menyebabkan kebakaran dan sifat kelengketan dan kelenturan aspal menjadi rusak. Lapis resap pengikat (prime coat) terdiri dari IV- 14

92 campuran aspal cair dengan kerosene. Metoda pelaksanaan pekerjaan lapis resap pengikat sebagai berikut: a. Pemakaian Sumber Daya 1. Tenaga - Mandor - Pekerja - Operator 2. Alat - Air Compressor - Asphalt Distributor 3. Bahan - Aspal - Kerosene b. Langkah Kerja 1. Lakukan pembersihan permukaan yang akan di semprot prime coat dengan menggunakan air compressor atau penyiapan manual dengan sapu kaku apabila tidak bisa dijangkau oleh air compressor. 2. Lakukan pembatasan atau pematokan daerah yang akan dilakukan penyemprotan dengan menggunakan cat atau benang. 3. Setelah permukaan siap, maka dilakukan penyemprotan lapis resap pengikat (prime coat) ke permukaan agregat secara merata dengan alat asphalt distributor. 4. Lapisan prime coat harus disemprot pada kondisi permukaan yang kering atau mendekati kering dan pelaksanaannya tidak boleh dilakukan saat cuaca hujan dan angin kencang. Air Compressor Asphalt Distributor Gambar 4.5 Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) IV- 15

93 2. Laston Lapis Antara (AC-BC) Laston sebagai lapis antara (Asphalt Concrete Binder Course) adalah lapisan perkerasan yang berada diantara laston lapis aus (AC-WC) dengan laston lapis pondasi (AC-Base). Tebal minimum yang disyaratkan pada lapisan ini 6 cm. Metoda pelaksanaan pekerjaan laston lapis antara (AC-BC) sebagai berikut: a. Pemakaian Sumber Daya 1. Tenaga - Mandor - Pekerja - Operator 2. Alat - Wheel Loader - Asphalt Mixing Plant (AMP) - Genset - Dump Truck - Asphalt Finisher - Tandem Roller - Pneumatic Tyred Roller - Alat Bantu 3. Bahan - Agregat kasar - Agregat halus - Filler - Aspal b. Langkah Kerja 1. Lakukan pembersihan permukaan yang akan di hamparkan aspal hotmix dari debu dan abu batuan menggunakan air compressor. 2. Setelah permukaan dibersihkan kemudian dilapisi dengan lapis perekat (tack coat). IV- 16

94 3. Material hotmix dituangkan ke Dump Truck dengan temperatur C lalu diangkut kelokasi proyek dan sampai dilapangan langsung dituang ke bak penampungan Asphalt Finisher. 4. Selanjutnya hotmix dihamparkan oleh Asphalt Finisher dengan suhu rata-rata C. 5. Setelah proses penghamparan selanjutnya dilakukan pemadatan dalam tiga tahap. 6. Tahap awal penggilasan dilakukan semuanya dengan mesin gilas roda baja (Tandem Roller) dengan suhu penggilasan antara C dengan jumlah lintasan yang telah disetujui oleh pihak direksi. 7. Penggilasan kedua dilakukan dengan sebuah mesin gilas ban (Pneumatic Tyred Roller) dengan suhu waktu penggilasan berkisar antara C. 8. Penggilasan terakhir dilakukan dengan mesin gilas roda baja (Tandem Roller) untuk mendapatkan hasil finishing permukaan yang rata dan halus. Penggilasan ini dilakukan pada suhu >90 0 C. Dump Truck Asphalt Finisher Gambar 4.10 Pekerjaan Lapis AC-WC Aspal Finisher Tandem Roller PTR Gambar 4.6 Pekerjaan Pengaspalan Laston Lapis Antara (AC-BC) Pekerjaan Struktur 1. Beton Mutu Rendah Fc 15 Mpa Pekerjaan ini dilakukan untuk membuat suatu campuran beton untuk dinding penahan tanah yang dilakukan secara mekanis. Sebelum proses pengecoran, campuran beton sebelumnya dilakukan pengujian, diantaranya : Slump Test : untuk menentukan workability beton Uji kuat tekan beton : untuk menentukan kekuatan beton IV- 17

95 Bahan campuran pembuatan beton antara lain : Semen Semen yang digunakan adalah jenis semen portland dengan type dan merek yang sama, jika ingin mengganti dengan merek lain maka harus kembali mengajukan rancangan beton dengan merek semen yang diinginkan. Aggregat Agregat yang digunakan adalah agregat yang bersih, kuat, keras dan bebas dari bahan organik yang diperoleh dari hasil pemecah batu untuk agregat kasar dan untuk agregat halus digunakan pasir alam. Air Air yang digunakan pada campuran harus bersih dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula dan bahan organik. Metode pelaksanaan beton mutu rendah dan sedang adalah sebagai berikut : a. Pemakaian Sumber Daya 1. Tenaga - Mandor - Pekerja - Tukang 2. Alat - Concrete Mixer - Vibrator Concrete - Alat Bantu 3. Bahan - Semen - Pasir - Agregat kasar - Kayu perancah - Paku IV- 18

96 b. Langkah Kerja 1. Sebelum melakukan pekerjaan, material yang digunakan harus diuji mutunya dilaboratorium sesuai dengan spesifikasi. 2. Semua bahan campuran, semen, agregat kasar, pasir dan air dicampur dengan menggunakan concrete mixer. Banyak material yang digunakan sesuai dengan JMF (Job Mix Formula). 3. Sebelum dilakukan pengecoran, lokasi pekerjaan harus dibersihkan terlebih dahulu dari sampah dan bahan-bahan lain yang bisa berpengaruh terhadap lekatan campuran beton. Pembersihan bisa dilakukan dengan cara penyedotan, compressor, ataupun dengan penyemprotan air. 4. Selanjutnya pasang bekisting/mal sesuai dengan dimensi/ukuran pada gambar rencana. 5. Penuangan campuran beton dilakukan dengan cara manual, tinggi jatuh beton pada saat pengecoran tidak boleh lebih dari 1,5 meter karena akan mengakibatkan segresi. 6. Pemadatan dilakukan dengan peralatan vibrator concrete. Dengan cara memasukkan selang vibrator sampai batas kedalaman beton agar tidak terdapat rongga udara dalam campuran beton. 7. Selanjutnya lakukan perawatan beton pasca pengecoran Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Proyek Penjadwalan waktu pelaksanaan proyek Peningkatan Jalan Paket 2 tegal Arum terdiri atas network planning (metode jaringan kerja) dan perencanaan time schedule beserta kurva S Network Planning (NWP) Dengan Precedence Diagram Method (PDM) 1. Kegiatan, Peristiwa dan Atribut Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang berbentuk kotak segi empat. Definisi kegiatan dan peristiwa sama seperti pada Critikal path method (CPM). Hanya perlu ditekankan di sini bahwa dalam PDM kotak tersebut menandai suatu kegiatan, dengan demikian harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Adapun peristiwa merupakan ujung- IV- 19

97 ujung kegiatan. Setiap node mempunyai dua peristiwa yaitu peristiwa awal dan akhir. Gambar 4.7 Kegiatan dan Peristiwa pada PDM Gambar 4.8 Denah Yang Lazim Pada Node PDM Kompartemen - kompartemen kecil yang berisi keterangan spesifik dari kegiatan dan peristiwa yang bersangkutan dinamakan atribut. Pengaturan denah (layout) serta jumlah atribut yang hendak dicantumkan bervariasi sesuai keperluan dan keinginan pemakai. Beberapa atribut yang sering dicantumkan di antaranya adalah kurun waktu kegiatan (D), identitas kegiatan (nomor dan nama), mulai dan selesainya kegiatan (ES, LS, EF, LF dan lain-lain). Kadangkadang di dalam kotak node dibuat kolom kecil sebagai tempat mencantumkan tanda persen (%) penyelesaian pekerjaan. Kolom ini akan membantu mempermudah mengamati dan memonitor progres pelaksanaan kegiatan. 2. Constraint, Lead dan Lag Constraint menunjukkan hubungan antar kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu constraint hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung akhir atau selesai = (F), maka ada 4 macam constraint yaitu awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF) dan akhir ke awal (FS). Pada garis constraint dibubuhkan penjelasan mengenai IV- 20

98 waktu mendahului (lead) atau tertunda (lag). Bila kegiatan (i) mendahului (j) dan satuan waktu adalah hari, maka penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut : a. Constraint Selesai ke Mulai - FS Constraint ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. dirumuskan sebagai FS (i-j) = yang berarti kegiatan (j) mulai hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai. Proyek selalu menginginkan angka sama dengan 0 kecuali bila dijumpai hal-hal tertentu misalnya: Akibat iklim yang tak dapat dicegah Mengurus perizinan. Jenis constraint ini identik dengan kaidah utama jaringan kerja CPM atau PERT, yaitu suatu kegiatan dapat mulai bila kegiatan yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai. b. Constraint Mulai ke Mulai - SS Memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Atau SS (i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai. Constraint semacam ini terjadi bila sebelum kegiatan terdahulu selesai 100%, maka kegiatan (j) boleh mulai. Atau kegiatan (j) boleh mulai setelah bagian tertentu dari kegiatan (i) selesai. Besar angka b tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan terdahulu, karena per definisi b adalah sebagian dari kurun waktu kegiatan terdahulu, Jadi di sini terjadi kegiatan tumpang tindih. c. Constraint Selesai ke Selesai - FF Memberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Atau FF (i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai. Constraint semacam ini mencegah selesainya suatu kegiatan mencapai 100%, sebelum kegiatan yang terdahulu telah sekian (= c) hari selesai. Besar angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan yang IV- 21

99 bersangkutan (j). Dari gambar sebagai contoh terlihat bahwa kegiatan (j) boleh mulai sembarangan waktu, tetapi pada waktu kegiatan (i) selesai, harus masih ada porsi kegiatan (j) yang belum selesai. Jadi misalkan selesainya kegiatan (i) terlambat, maka selesainya kegiatan (J) ikut terlambat. d. Constraint Mulai ke Selesai - SF Menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF (i-j) = d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh diselesaikan. 3. Tanda constraint dalam Jaringan Kerja Penulisan constraint pada PDM dicantumkan di atas anak panah yang menghubungkan dua kegiatan. Kadang-kadang dijumpai satu kegiatan memiliki hubungan constraint lebih dari satu kegiatan. Constraint FS Kegiatan ( i ) Kegiatan ( j ) Constraint SS Kegiatan ( i ) Kegiatan ( j ) Constraint FF Kegiatan ( i ) Constraint SF Kegiatan ( j ) Kegiatan ( i ) Kegiatan ( j ) Gambar 4.9 Constraint pada PDM IV- 22

100 Gambar 4.10 Satu Kegiatan Mempunyai Hubungan Constraint Dengan Lebih dari Satu Kegiatan yang Berbeda Gambar 4.11 Multiconstraint Antar Kegiatan Jadi dalam menyusun jaringan PDM khususnya menentukan urutan ketergantungan, mengingat adanya bermacam constraint di atas, maka lebih banyak faktor harus diperhatikan dibanding CPM. 4. Menyusun Jaringan PDM Setelah membahas terminologi, atribut dan parameter yang berkaitan dengan CPM maka Gambar 4.13 di bawah ini, adalah contoh CPM suatu proyek terdiri dari tiga kegiatan Gambar 4.12 Kegiatan di Kerjakan Berurutan, Penyelesaian Proyek = 22 Hari Bila gambar 4.13 yang merupakan bentuk CPM dengan penyelesain proyek 22 hari, sedangkan pada PDM / activity on arrow ( AON ) akan terlihat seperti gambar 4.14 dibawah ini. Penyelesaian proyek total 17 hari. IV- 23

101 Gambar 4.13 Kegiatan pada gambar 4.12 disusun menjadi PDM/AON penyelesaian menjadi 17 hari 5. Identifikasi Jalur Kritis a. Hitungan Maju Berlaku dan ditujukan untuk hal-hal berikut: Menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek. Diambil angka ES terbesar bila lebih satu kegiatan bergabung. Notasi (i) bagi kegiatan terdahulu (predecessor) dan (j) kegiatan yang sedang ditinjau. Waktu awal dianggap nol. 1. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j), adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan terdahulu ES (i) atau EF (i) ditambah constraint yang bersangkutan. Karena terdapat empat constraint, maka bila ditulis dengan rumus menjadi: ES(j) Pilih angka terbesar dari ES(i) + SS(i-j) Atau ES(i) + SF(i-j) D(j) Atau EF(i) + FS (i-j) EF (i) + FF(i-j) D(j) Gambar 4.14 Menghitung ES dan EF IV- 24

102 Gambar 4.15 Menghitung LS dan LF b. Hitungan Mundur Berlaku dan ditujukan untuk hal-hal berikut: Menentukan LS, LF, dan kurun waktu float. Bila lebih dari satu kegiatan bergabung diambil angka LS terkecil. Notasi (i) bagi kegiatan yang sedang ditinjau sedangkan (j) adalah kegiatan berikutnya. 1. Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang ditinjau, yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF plus constraint yang bersangkutan. LF(i) = Pilih angka terkecil dari LF(j) FF(i-j) Atau LS (j) FS(i-j) Atau LF(j) SF (i-j) +D(i) Atau LS(j) SS(i-j) + D(j) 2. Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau LS (i), adalah sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF (i), dikurangi kurun waktu yang bersangkutan. IV- 25

103 6. Jalur dan Kegiatan Kritis Jalur dan kegiatan kritis PDM mempunyai sifat sama seperti CPM/ AOA ( activity on arrow ), yaitu: Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama...es = LS Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama...ef = LF Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling akhir dengan waktu mulai paling awal...lf-es=d Bila hanya sebagian dari kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut secara utuh dianggap kritis. Memakai pendekatan konsep cadangan waktu, maka suatu proyek yang hanya mempunyai satu titik awal dan satu titik terminal, akan memiliki waktu tersedia (WT) yang sama besarnya untuk semua jalur, yaitu jalur yang paling panjang dan jalur ini yang menjadi jalur kritis proyek tersebut. Namun hal demikian merupakan keistimewaan Waktu Pelaksanaan Kegiatan (Durasi) Analisa waktu pelaksanaan proyek Peningkatan Jalan Paket 2 Tegal Arum : 1 Minggu = 7 hari kerja 1 Hari = 7 jam kerja 1. Mobilisasi dan Demobilisasi Volume = 1 Ls Durasi = 12 hari a. Persiapan = 3 hari - Pembuatan base camp - Pembuatan papan nama proyek - Pembuatan gudang - Perabotan dan layanan fasilitas kontraktor b. Mobilisasi 1 = 1 hari Mendatangkan Dump Truck, Flat Bet Truck e. Mobilisasi 2 = 1 hari Mendatangkan Water Tank Truck, Vibratory Roller, Motor Grader, Bulldozer, Wheel Loader. IV- 26

104 f. Mobilisasi 3 = 1 hari Mendatangkan Tandem Roller, Asphalt Distributor, Asphalt Finisher, Genset, Air Compresor, Pneumatic Tire Roller g. Demobilisasi 1 = 1 hari Alat yang dipulangkan : Flat Bed Truck. h. Demobilisasi 2 = 1 hari Alat yang dipulangkan : Motor Grader, Water Tank truck, Vibratory Roller, Bulldozer, Wheel loader. i. Demobilisasi 3 = 1 hari Alat yang dipulangkan : Tandem Roller, Asphalt Finisher, Asphalt Distributor, Pneumatic Tired Roller, Dump Truck, Air Compressor, Genset. j. Pembongkaran = 3 hari - Pekerjaan Pembongkaran diantaranya: base camp,gudang dan pengembalian kondisi semula. 2. Pekerjaan Drainase a. Pekerjaan galian untuk saluran drainase dan saluran air Volume pekerjaan = m 3 Peralatan yang menentukan = Tenaga manusia Kapasitas produksi per hari = 0,88 m 3 Waktu pelaksanaan 2118 = 10x0,88x7 = 34,5 hari = 35 hari b. Pekerjaan Gorong2 Pipa Beton Bertulang Dia Dalam 60 Cm Volume pekerjaan = 16 m 1 Tenaga yang menentukan = Manusia Jumlah tenaga = 2 orang Kapasitas produksi per hari = 10 m 1 /hari Waktu pelaksanaan 16 = 2x10x7 = 0,114 hari = 1 hari IV- 27

105 3. Pekerjaan Tanah a. Galian Struktur dengan kedalaman 0-2 meter Volume pekerjaan = 24 m 3 Peralatan yang menentukan = Excavator Kapasitas produksi per jam = 38,1 m 3 /jam Jumlah alat = 1 unit Waktu pelaksanaan 33,6 = 1x38,1 x7 = 0,63 hari = 1 hari b. Timbunan Biasa dari sumber galian Volume pekerjaan = 315,50 m 3 Peralatan yang menentukan = Wheel Loader Kapasitas produksi per jam = 25,31 m 3 /jam Jumlah alat = 1 unit Waktu pelaksanaan 315,50 = 1x25,31x7 = 1,8 hari = 2 hari c. Penyiapan Badan Jalan Volume pekerjaan = m 2 Peralatan yang menentukan = Motor Grader Kapasitas alat per jam = 373,50 m 2 /jam Jumlah alat = 1 unit Waktu pelaksanaan = 1x373,50x7 = 6,88 hari = 7 hari 4. Pekerjaan Perkerasan Berbutir a. Pekerjaan lapis pondasi aggregat kelas A Volume pekerjaan = 2700 m 3 Peralatan yang menentukan = Motor Grader Kapasitas alat per jam = 49,09 m 3 /jam IV- 28

106 Jumlah alat = 1 unit Waktu pelaksanaan = x49,09X 7 = 7,8 hari = 8 hari 5. Pekerjaan perkerasan Aspal a. Pekerjaan lapis resap pengikat Aspal Cair (Prime Coat) Volume pekerjaan Peralatan yang menentukan Kapasitas alat per jam Jumlah alat = liter = Asphalt Distributor = 4.500,00 liter /jam = 1 unit Waktu pelaksanaan = ,00 1x4.500,00x7 = 0,36 hari = 1 hari b. Pekerjaan Laston AC-BC Volume pekerjaan Peralatan yang menentukan Kapasitas alat per jam Jumlah alat = ton = AMP = 45 ton/jam = 1 unit Waktu pelaksanaan = x45x7 = 6,18 hari = 7 hari. 6. Pekerjaan Struktur a. Pekerjaan Beton mutu rendah fc 15 mpa Volume pekerjaan = 2,71 m 3 Peralatan yang menentukan Kapasitas produksi per jam Jumlah alat = Concrete Mixer = 11,25 m 3 jami = 1 set Waktu pelaksanaan = 2,71 1x11,25x7 = 0,034 hari = 1 hari IV- 29

107 Perencanaan Time Schedule dan Kurva S 1. Time Schedule Time schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-masing item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu y ang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek. 2. Kurva S Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek. Kurva S dapat menunjukan kemajuan sebuah proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot isi pekerjaan yang reprensentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek. Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan koreksi dalam proses pengendalian jadwal. Tetapi informasi tersebut tidak detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih lanjut dapat menggunakan metode lain yang dikombinasikan. Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masingmasing kegaiatan pada suatu periode diantara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit, kemudian pada masa pertengahan meningkat dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat berupa perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan/ kegiatan dibagi nilai anggaran, karena satuan biaya dapat dijadikan bentuk persentase sehingga lebih mudah untuk menghitungnya. Untuk monitoring proyek dengan menggunakan kurva S, diperlukan satu unit satuan pekerjaan yang seragam agar dapat dihitung secara mudah karena unit masing-masing pekerjaan berbeda-beda seperti : m3, m2, atau IV- 30

108 m1, maka semua satuan tersebut disatukan dalam bobot % dengan satuan seragam dalam bentuk biaya, sehingga: Bobot (%) = 4.4. Pengendalian Proyek Proyek konstruksi memiliki karakteristik unik atau tidak berulang, proses yang terjadi pada suatu proyek tidak akan berulang pada proyek lainnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi-kondisi yang mempengaruhi proses suatu proyek kontsruksi berbeda satu sama lain. Kondisi alam seperti perbedaan letak geografis, cuaca, gempa dan keadaan tanah merupakan faktor yang turut mempengaruhi keunikan proyek konstruksi. Proyek konstruksi juga berbeda dengan industri manufaktur, dimana proses yang sama dapat dilakukan untuk menghasilkan produk dalam jumlah besar dengan bentuk dan mutu yang sama. Proyek konstruksi juga bersifat komplek, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi. Proyek konstruksi melibatkan kegiatan-kegiatan seperti struktur, arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal dan sistem plumbing. Kompleksitas ini menuntut perlunya spesialisasi dan keahlian untuk masingmasing kegiatan yang terlibat agar sistem yang komplek tersebut dapat dilihat dengan lebih sempurna, jelas dan logis. Adanya pembagian seperti ini sangat berguna untuk mempermudah jalinan komunikasi antar level dalam struktur organisasi proyek. Dengan perencanaan yang baik, komunikasi antar spesialisasi tersebut dapat berjalan dengan efektif. Masing-masing spesialisasi memiliki cara pandang dan pemikiran yang berbeda-beda terhadap proyek yang sama namun dengan satu tujuan yaitu menghasilkan konstruksi sesuai mutu yang diinginkan. Selanjutnya semua kegiatan yang ada harus dapat digambarkan dengan jelas, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai juga didefinisikan terlebih dahulu untuk mencapai mutu, waktu dan biaya sesuai yang diharapkan. IV- 31

109 Oleh sebab itu proyek dapat dikatakan berhasil apabila ke 3 unsur pengendalian proyek diatasi dengan baik, adapun ke 3 unsur tersebut antara lain a. Biaya yang terpakai selama proyek tersebut berlangsung b. Kualitas dari hasil pekerjaan (mutu pekerjaan) c. Waktu penyelesaian proyek Ke-3 unsur dalam pengendalian pelaksanaan proyek dapat dilihat pada gambar 4.16 dibawah ini: MUTU Terbaik Memadai BIAYA Termurah Ekonomi s WAKTU Tepat waktu Tercepat Gambar 4.16 Tiga Unsur Dalam Pengendalian Pelaksanaan Proyek Pengendalian Waktu Pengendalian proyek meliputi pengendalian waktu proyek yang mengacu pada Kurva S (Time Schedule) yang dibuat berdasarkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan serta rentang waktu pelaksanaannya dalam bentuk suatu jadwal pelaksanaan pekerjaan. Dengan disusunnya rencana kerja dan mutu oleh pihak kontraktor, maka pengendalian waktu pelaksanaan dibuat berdasarkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan serta rentang waktu pelaksanaannya dalam bentuk suatujadwal pelaksanaan pekerjaan atau lebih dikenal dengan nama time schedule. Dalam time schedule tertuang beberapa hal antara lain: item dan kuantitas pekerjaan, bobot kerja per minggu, serta lamanya pekerjaan dilakukan. Dengan demikian kontraktor dapat mempersiapkan material dan peralatan serta hal-hal lainnya yang diperlukan sebelum pekerjaan tersebut dimulai, IV- 32

110 sehingga dapat menghindari terjadinya kekurangan material dan keterlambatan datangnya peralatan. Dalam pelaksanaannya, pengendalian waktu dilakukan dengan membuat schedule rencana sebagai patokan pelaksanaan pekerjaan serta schedule pelaksanaan sebagai bentuk realisasi pelaksanaan yang diterapkan dilapangan. Apabila dalam Kurva S yang terdapat pada jadwal pelaksanaan berada dibawah Kurva S yang direncanakan, berarti pekerjaan tersebut mengalami keterlambatan, maka pekerjaan yang mengalami keterlambatan harus dilaksanakan lebih awal beberapa hari dari jadwal yang telah direncanakan atau ditambah sumberdaya dan pekerjanya agar pekerjaan bisa selesai tepat waktu. Tujuan dari pembuatan time schedule ini adalah: 1. Sebagai pedoman dalam mengendalikan suatu proses pelaksanaan pekerjaan di lapangan. 2. Untuk mengontrol kemajuan kerja, sehingga jika terjadi keterlambatan dapat segera diketahui secara langsung dan dapat menentukan langkah kerja selanjutnya. 3. Untuk memperkirakan banyaknya sumber daya yang akan digunakan baik itu tenaga kerja, alat, serta bahan. 4. Untuk memperkirakan lamanya waktu pelaksanaan yang telah ditentukan sesuai dengan rencana Pengendalian Biaya Pengendalian biaya proyek dilakukan dengan membuat rencana anggaran biaya yang akan dikeluarkan selama pelaksanaan pekerjaan (Cash Flow). Diharapkan dengan adanya pengendalian biaya, kontraktor tidak mengalami kerugian. Secara berkala, besarnya pengeluaran proyek harus dilaporkan pada perusahaan yang nantinya akan dibandingkan dengan anggaran yang telah dibuat, apakah sesuai dengan apa yang telah dianggarkan atau telah terjadi perubahan mengenai biaya pelaksanaan pekerjaan. Selain itu, pengendalian terhadap material juga bisa memberikan pengaruh terhadap pengendalian proyek. Jika material yang digunakan dan pekerjaan yang dilakukan di dalam proyek sesuai dengan standar yang di tetapkan, maka tidak IV- 33

111 ada material yang dibuang atau pekerjaan yang tidak diterima oleh owner, yang dalam hal ini diwakili oleh konsultan pengawas. Dengan demikian, akan ada penggunaan biaya yang sesuai dengan rencana. Namun, jika terjadi pelanggaran terhadap standar yang disepakati, maka akan ada penambahan biaya terhadap penggunaan material dan pekerjaan, karena material yang di gunakan serta pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan standar. Pada proyek ini pemilik (owner) tidak memberikan secara keseluruhan biaya yang diperlukan dari harga keseluruhan pekerjaan, namun biaya diberikan dengan melihat hasil perkembangan proses pekerjaan yang terjadi dilapangan. Proses pengendalian biaya ini dapat di lakukan dengan membuat suatu anggaran tentang biaya yang akan di perlukan (request) selama proses pekerjaan berlangsung. Anggaran tersebut di buat oleh pihak kontraktor yang lebih mengetahui di lapangan. Setelah itu, di buat semacam evaluasi terhadap biaya yang dikeluarkan dan dibuatkan laporan dari hasil pekerjaan tersebut dalam jangka waktu tertentu kemudian akan di bandingkan dengan anggaran yang telah di buat Pengendalian Mutu Pada umumnya, setiap proyek dilengkapi dengan suatu rencana kerja dan mutu yang menjadi acuan dalam pelaksanaan dan pengendalian mutu proyek di lakukan. Pengendalian mutu (quality control) pada suatu proyek dilakukan terhadap semua item pekerjaan yang ada pada proyek tersebut. Setiap proyek dilengkapi dengan suatu rencana kerja dan mutu yang menjadi acuan dalam pelaksanaan dan pengendalian mutu proyek yang dilakukan. Pengendalian mutu dilakukan agar proyek yang dilaksanakan mencapai semua sasaran dan persyaratan mutu yang telah disepakati sebelumnya di dalam kontrak. IV- 34

112 Secara umum, pekerjaan pengendalian mutu pada proyek Peningkatan Jalan Paket 2 Tegal Arum adalah sebagai berikut : a. Pengendalian mutu awal di laboratorium Pengendalian mutu yang dilakukan di laboratorium mencakup tentang pengujian-pengujian aggregat kasar, halus, filler dan aspal. b. Pengendalian mutu di AMP Prosedur pelaksanaan pengendalian mutu yang dilakukan di AMP (Asphalt Mixing Plant) adalah : 1. Banyaknya perbandingan agregat dengan aspal yang dikontrol dengan peralatan mesin yang sesuai dengan posisi yang didapat di laboratorium. 2. Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperature antara C di dalam suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal ke alat pencampur secara terus menerus pada temperatur yang merata setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, minimum harus terdapat liter aspal panas yang siap untuk dialirkan kealat pencampur. 3. Bila agregat akan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat harus kering dengan temperatur dalam rentang yang disyaratkan untuk bahan aspal, tetapi tidak melampaui 15 C di atas temperature bahan aspal. 4. Bahan pengsi (filler) tambahan ditakar secara terpisah dalam menampung kecil yang dipasang tepat di atas alat pencampur. Agar pengendalian kadar dan fungsi filler dapat difungsikan. 5. Selain itu perhatikan suhu pencampuran agar dapat dicapai kekuatan yang direncanakan, suhu pencampuran berkisar antara 145 C-155 C. 6. Serta pengecekan suhu pada saat ditransfer kedalam truk dan volume yang telah dicampur setiap kali pengangkutan (tiap truck). Untuk menjaga suhu campuran agar tidak turun secara drastis maka bak truck ditutup dengan kanvas/terpal. IV- 35

113 Tabel 4.1 Prosedur Pelaksanaan dan Suhu Pencampuran Prosedur Pelaksanaan Rentang Temperatur Aspal Pen 60/70 (ºC) Pencampuran benda uji marshall 155±1 Pemadatan Benda Uji marshall 145 ±1 Pencampuran, rentang temperatur sasaran Menuangkan campuran aspal dari alat pencampuran kedalam truk Pemasokan ke Alat Penghampar Pemadatan Awal (Roda Baja) Pemadatan Antara (Roda karet) Pemadatan akhir (silinder Baja) >95 Sumber : Spesifikasi Umum 2010 c. Pengendalian Mutu di Lapangan Adapun yang menjadi pengendalian mutu saat pelaksanaaan dilapangan dapat dilihat pada halaman berikut. 1. Sand Cone ( Kerucut Pasir ) Fungsi pengujian Sand Cone adalah untuk menentukan derajat kepadatan agregat. Pada proyek ini pengujian Sand Cone dilakukan pada lapis pondasi agregat kelas B dan A yang telah selesai dihampar dan dipadatkan. Pengujian dilakukan di sepanjang material yang dihampar dengan jarak 100 m per tiap titiknya. Besarnya derajat kepadatan yang harus dicapai adalah antara 98%-100%. Apabila kepadatan yang didapat kecil dari 98%, maka material perlu dipadatkan kembali. Jika dengan pemadatan kembali, material yang dihampar tidak mencapai kepadatan yang diinginkan, maka dilakukan penggantian material. Prosedur pelaksanaan pengujian sand cone antara lain: a. Persiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan, dan tentukan lokasi pengujian. b. Posisikan plat di atas material yang akan diuji. Gunakan paku sebagai pengunci plat agar kokoh. c. Kemudian gali lubang tersebut sedalam lebih kurang sama dengan tebal material yang dihampar. IV- 36

114 d. Tanah hasil galian dimasukkan ke dalam plastik lalu timbang dan tentukan kadar airnya. e. Letakkan botol di atas lubang dengan posisi kerucut menghadap ke dalam lubang, lalu buka kran kerucut sehingga pasir Ottawa mengalir mengisi lubang hingga penuh. f. Timbang sisa pasir Ottawa dalam botol kemudian lakukan pengolahan data. Gambar 4.17 Pengujian Sand Cone 2. Pengendalian mutu pada Hotmix Pengendalian mutu pada lapisan permukaan aspal dilakukan pada aspal AC- BC, tujuannya agar selama proses pencampuran, pengangkutan hingga penghamparan didapatkan prosedur yang sesuai dengan rencana dan kualitas mutu yang disyaratkan dapat tercapai dengan baik. Prosedur pelaksanaan pengendalian mutu hotmix antara lain : a. Pengendalian terhadap hot mix mulai dari pengecekan suhu pada saat di transfer kedalam truck, suhu tersebut berkisar antara ºC. Untuk menjaga suhu campuran agar tidak turun secara drastis maka bak truk di tutup dengan kanvas/ terpal dan cek suhu campuran tersebut agar kita dapat mengetahui berapa penurunan suhu yang hilang saat perjalanan menuju lokasi proyek. b. Kemudian pada saat penuangan ke Asphalt Finisher juga di cek kembali apakah suhu saat penghamparan sesuai dengan spesifikasi teknis, suhu tersebut harus berkisar antara ºC sampai penghamparan dilapangan tetap di lakukan pengecekan suhu kembali. IV- 37

115 c. Penghamparan dengan menggunakan Asphalt Finisher, sebelum penghamparan dilakukan maka distel terlebih dahulu ketebalan dari Screed (sepatu) dari Asphalt Finisher sesuai dengan lapis permukaan yang akan di buat dengan cara melebihkan ketebalan gembur 0,5-1 cm dari ketebalan padat. d. Pada proses penghamparan pengecekan ketebalan dilakukan dengan cara menusuk aspal gembur yang dihampar. e. Penggilasan I yang dilakukan dengan tandem Roller hanya sebanyak 2 kali passing saja. Suhu penggilasan berkisar antara o C. f. Sedangkan penggilasan II dengan PTR dilakukan kali passing Suhu penggilasan berkisar antara o C. g. Penggilasan III yang dilakukan dengan tandem Roller suhu penggilasan berkisar antara >95 o C. h. Permukaan yang baru dipadatkan baru dapat dilewati kendaraan 4-5 jam setelah pemadatan selesai dilakukan i. Untuk pengecekan ketebalan aspal yang telah mengeras dilakukan dengan Machine Core Drill. Gambar 4.18 Test Core Dril 3. Slump test Tes ini berguna untuk menguji kelecekan beton sehingga diketahui berapa tingkat dari ke enceran beton tersebut. Untuk pengujian ini nilai slump yang dibutuhkan dalam job mix formula 6 cm spesifikasi 5-10 cm. IV- 38

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov.

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov. PROYEK AKHIR PU Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA 0+000 - STA 1+500 Kab. Luwu Utara Prov. Sulawesi Selatan Pembimbing : Ir. Sulchan Arifin, M.Eng. Dipresentasikan Oleh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Aspal Beton Aspal Beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada

Lebih terperinci

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA) METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA) A. MOBILISASI & MANAGEMEN KESELAMATAN LALU LINTAS Mobilisasi adalah kegiatan yang diperlukan dalam kontrak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS

Lebih terperinci

Lapisan-Lapisan Perkerasan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,seba

Lapisan-Lapisan Perkerasan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,seba BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Perkerasan Jalan 2.1.1.1 Pengertian Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar ar dan roda

Lebih terperinci

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) Kegiatan Pekerjaan Nama Paket Kabupaten Sumber Dana : APBD Tahun Anggaran : 2012 Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah) 1 Umum - 2 Drainase - 3 Pekerjaan Tanah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat dan aspal, penentuan gradasi campuran

Lebih terperinci

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) Kegiatan Pekerjaan Nama Paket Kabupaten Sumber Dana : APBD Tahun Anggaran : 2012 Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah) 1 Umum - 2 Drainase - 3 Pekerjaan Tanah

Lebih terperinci

Cape Buton Seal (CBS)

Cape Buton Seal (CBS) Cape Buton Seal (CBS) 1 Umum Cape Buton Seal (CBS) ini pertama kali dikenalkan di Kabupaten Buton Utara, sama seperti Butur Seal Asbuton, pada tahun 2013. Cape Buton Seal adalah perpaduan aplikasi teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Konstruksi perkerasan lentur terdiri

Lebih terperinci

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) Kegiatan : PENINGKATAN JALAN Pekerjaan Nama Paket Kabupaten Sumber Dana : APBD Tahun Anggaran : 2012 Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah) 1 Umum - 2 Drainase

Lebih terperinci

ESTIMASI WAKTU DAN PENENTUAN BIAYA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN RAYA TRENGGALEK PACITAN KM KM PROVINSI JAWA TIMUR

ESTIMASI WAKTU DAN PENENTUAN BIAYA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN RAYA TRENGGALEK PACITAN KM KM PROVINSI JAWA TIMUR PRESENTASI TUGAS AKHIR ESTIMASI WAKTU DAN PENENTUAN BIAYA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN RAYA TRENGGALEK PACITAN KM 186+940- KM 191+940 PROVINSI JAWA TIMUR Oleh : Junaidi Abdillah NRP : 31120404505 Dosen

Lebih terperinci

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) Kegiatan : PENINGKATAN JALAN Pekerjaan Nama Paket Kabupaten Sumber Dana : APBD Tahun Anggaran : 2012 Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah) 1 Umum - 2 Drainase

Lebih terperinci

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran

Lebih terperinci

A N A L I S A H A R G A S A T U A N P E K E R J A A N UNTUK JALAN DAN JEMBATAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG SEMESTER I TAHUN 2015

A N A L I S A H A R G A S A T U A N P E K E R J A A N UNTUK JALAN DAN JEMBATAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG SEMESTER I TAHUN 2015 LAMPIRAN IX PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR : 44 TENTANG STANDARISASI HARGA SATUAN BANGUNAN, UPAH DAN ANALISA PEKERJAAN UNTUK KEGIATAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN ANGGARAN 2015 A N A L

Lebih terperinci

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA Dalam melaksanakan suatu proyek, diperlukan perencanaan yang matang agar waktu pelaksanaan proyek dapat selesai tepat waktu dengan biaya yang efisien. Besarnya biaya pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1 BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1. Pengujian Aspal Pada pengujian material aspal digunakan aspal minyak (AC Pen 60/70) atau aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS Miristika Amaria Pasiowan Oscar H. Kaseke, Elisabeth Lintong Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PADA PELEBARAN JALAN BARUS BATAS KOTA SIBOLGA

METODE PELAKSANAAN PADA PELEBARAN JALAN BARUS BATAS KOTA SIBOLGA METODE PELAKSANAAN PADA PELEBARAN JALAN BARUS BATAS KOTA SIBOLGA LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III oleh: CHANDRA P I SIBURIAN NIM: 1105022072

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR Michael Kevindie Setyawan 1, Paravita Sri Wulandari 2, Harry Patmadjaja

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ASBUTON EKSTRAKSI SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LATASTON HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE

PENGGUNAAN ASBUTON EKSTRAKSI SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LATASTON HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE Penggunaan Asbuton Ekstraksi sebagai Bahan Campuran Lataston HRS-WC (Hadi Gunawan) PENGGUNAAN ASBUTON EKSTRAKSI SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LATASTON HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE Hadi Gunawan (1) (1) Staf

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA

KERANGKA ACUAN KERJA KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN : PENINGKATAN JALAN MESJID GUNUNG MERIAM TEMBUS JL. JAMBU GN. SETELENG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur prasarana jalan merupakan salah satu faktor pendukung

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

BILL OF QUANTITTY. Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah)

BILL OF QUANTITTY. Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah) BILL OF QUANTITTY Kegiatan : REHABILITASI/PEMELIHARAAN JALAN Pekerjaan : PEMELIHARAAN JALAN Nama Paket : REHAB/PEMELIHARAAN JALAN NGATABARU - TOMPU Kabupaten : SIGI Sumber Dana : APBD Tahun Anggaran :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS Praesillia Christien Ator J. E. Waani, O. H. Kaseke Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) Kegiatan : PENINGKATAN JALAN Pekerjaan Nama Paket Kabupaten Sumber Dana : DAU + DAK Tahun Anggaran : 2012 Jumlah Harga No. Divisi Uraian Pekerjaan (Rupiah) 1 Umum - 2 Drainase

Lebih terperinci

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA 5.1 Jenis Pekerjaan Berikut adalah jenis pekerjaan yang dilakukan untuk perbaikan di ruas Jalan Kudus - Colo KM 0+000 3+000 : 1. Pekerjaan Perbaikan : a. Pekerjaan Galian Perkerasan

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN PRACIMANTORO-GEDANGKLUTUK KABUPATEN WONOGIRI TESIS

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN PRACIMANTORO-GEDANGKLUTUK KABUPATEN WONOGIRI TESIS EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN PRACIMANTORO-GEDANGKLUTUK KABUPATEN WONOGIRI TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL

SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL Skh 6.8.1. UMUM 1) Uraian Cape Buton Seal (C BS) adalah jenis lapis permukaan yang dilaksanakan dengan pemberian lapisan aspal cair yang diikuti dengan penebaran dan pemadatan

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN: PENGARUH JUMLAH KANDUNGAN FRAKSI BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS BERGRADASI HALUS Windy J. Korua Oscar H. Kaseke, Lintong Elisabeth

Lebih terperinci

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL ABSTRAK Oleh Lusyana Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus Limau Manis Padang Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU PADA PELEBARAN JALAN SIDIKALANG BTS. NANGGROE ACEH DARUSSALAM

METODE PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU PADA PELEBARAN JALAN SIDIKALANG BTS. NANGGROE ACEH DARUSSALAM METODE PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU PADA PELEBARAN JALAN SIDIKALANG BTS. NANGGROE ACEH DARUSSALAM LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma

Lebih terperinci

DOKUMEN LELANG BAB XI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

DOKUMEN LELANG BAB XI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR DINAS PEKERJAAN UMUM BIDANG BINA MARGA UNIT LAYANAN PENGADAAN ( ULP ) BARANG DAN JASA PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR KELOMPOK KERJA ( POKJA ) I DOKUMEN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC- 41 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Mulai Identifikasi Masalah Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Aspal Pengujian Agregat Pengujian filler Syarat Bahan Dasar Tidak Memenuhi Uji Marshall

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal

Lebih terperinci

S. Harahab 1 *, R. A. A. Soemitro 2, H. Budianto 3

S. Harahab 1 *, R. A. A. Soemitro 2, H. Budianto 3 Optimalisasi Penggunaan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) Sebagai Bahan Campuran Beraspal Panas (Asphaltic Concrete) Tipe AC- Wearing Course (AC-WC) Gradasi Kasar Dengan Aspal Pen 60-70 dan Aspal Modifikasi

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Aspal Beton Menurut Sukirman (2007) aspal beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran merata antara

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded) BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton (Laston) Lapis aspal beton adalah lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Bagan alir dibawah ini adalah tahapan penelitian di laboratorium secara umum untuk pemeriksaan bahan yang di gunakan pada penentuan uji Marshall. Mulai

Lebih terperinci

(Studi Kasus Jalan Nasional Pandaan - Malang dan Jalan Nasional Pilang - Probolinggo) Dipresentasikan Oleh: : Syarifuddin Harahab NRP :

(Studi Kasus Jalan Nasional Pandaan - Malang dan Jalan Nasional Pilang - Probolinggo) Dipresentasikan Oleh: : Syarifuddin Harahab NRP : Optimalisasi Penggunaan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) Sebagai Bahan Campuran Beraspal Panas (Asphaltic Concrete) Tipe AC-Wearing Course (AC-WC) Gradasi Kasar Dengan Aspal Pen 60-70 dan Aspal Modifikasi

Lebih terperinci

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1 KAJIAN VARIASI SUHU PEMADATAN PADA BETON ASPAL MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 Syarwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe E-mail: Syarwanst@yahoo.com Abstract The compaction

Lebih terperinci

BILL OF QUANTITY ( BQ )

BILL OF QUANTITY ( BQ ) BILL OF QUANTITY ( BQ ) REKAPITULASI KEGIATAN : PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN PERDESAAN NAMA PAKET : PENINGKATAN JALAN TANAH KE ASPAL MENUJU MESJID LIANG AWAIYA, P = 425 M L = 3 M TAHUN ANGGARAN : 2015

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC) PENGARUH PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC) Kiftheo Sanjaya Panungkelan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

Bab IV Penyajian Data dan Analisis 6 Bab IV Penyajian Data dan Analisis IV.1 Hasil Pengujian Sifat-Sifat Fisik Agregat Agregat kasar, agregat halus dan filler abu batu yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari mesin pemecah batu,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PENAWARAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

LAMPIRAN 1 PENAWARAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN LAMPIRAN 1 Lampiran Penawaran 2012 NAMA PAKET KEGIATAN No Divisi PENAWARAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN : : : Urai an Nilai Pekerjaan ( % ) Bulan 1 Minggu 1 2 3 4 2 >>> >>> 1 Umum 2 3 4 5 6 7 Drainase.

Lebih terperinci

propinsi. Daerah tersebut merupakan jalur dengan arus lalu lintas yang padat

propinsi. Daerah tersebut merupakan jalur dengan arus lalu lintas yang padat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum 1.1.1 Latar Belakang Proyek peningkatan dan pelebaran jaian di jalur Klaten-Kartasura berlokasi di Kabupaten Klaten, Boyolali dan Sukoharjo. Proyek mi bertujuan untuk menata

Lebih terperinci

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC Januardi 1) Abstrak Dalam Ditjen (2011), khusus pada sifat-sifat campuran perkerasan hanya terdapat standar untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Aspal Beton Menurut Sukirman (1999) aspal beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran merata antara

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW) PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW) Vonne Carla Pangemanan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T. PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T. ABSTRAK Hot rolled sheet Wearing Course (HRS WC) adalah campuran lapis tipis

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KUPANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KOTA KUPANG Kelompok Kerja Pengadaan Konstruksi

PEMERINTAH KOTA KUPANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KOTA KUPANG Kelompok Kerja Pengadaan Konstruksi PEMERINTAH KOTA KUPANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KOTA KUPANG Kelompok Kerja Pengadaan Konstruksi ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI PASCA KUALIFIKASI KONTRAK HARGA SATUAN UNTUK KONTRAK

Lebih terperinci

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU (BAGASSE ASH OF SUGAR CANE) SEBAGAI BAHAN PENGISI (FILLER) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS ATB (ASPHALT TREATD BASE) Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

QUALITY CONTROL PERKERASAN LENTUR LAPIS AC-BC PADA PROYEK PELEBARAN RUAS JALAN SIDIKALANG BATAS KOTA BULUH LAPORAN. oleh :

QUALITY CONTROL PERKERASAN LENTUR LAPIS AC-BC PADA PROYEK PELEBARAN RUAS JALAN SIDIKALANG BATAS KOTA BULUH LAPORAN. oleh : QUALITY CONTROL PERKERASAN LENTUR LAPIS AC-BC PADA PROYEK PELEBARAN RUAS JALAN SIDIKALANG BATAS KOTA BULUH LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM Secara umum struktur perkerasan dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur perkerasan kaku (Rigid Pavement).

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEPADATAN LAPIS PONDASI ATAS KELAS (A) DENGAN METODE SAND CONE DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN SPT WAWONA-WAWONA

PERHITUNGAN KEPADATAN LAPIS PONDASI ATAS KELAS (A) DENGAN METODE SAND CONE DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN SPT WAWONA-WAWONA LAPORAN AKHIR PERHITUNGAN KEPADATAN LAPIS PONDASI ATAS KELAS (A) DENGAN METODE SAND CONE DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN SPT WAWONA-WAWONA Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS Dwinanta Utama Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unversitas Borobudur Jl. Raya Kali Malang No. 1,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANAH DOMATO SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC

PEMANFAATAN TANAH DOMATO SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC PEMANFAATAN TANAH DOMATO SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC Mecky R.E. Manoppo, Servie O. Dapas, Deane R. Walangitan FakultasTeknik, JurusanTeknikSipil, Universitas Sam Ratulangi Manado e-mail

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN DALAM KOTA KABUPATEN WONOGIRI TESIS

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN DALAM KOTA KABUPATEN WONOGIRI TESIS HALAMAN PENGESAHAN EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN DALAM KOTA KABUPATEN WONOGIRI TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN: KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini semua data

Lebih terperinci

REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN PEKERJAAN NO. DIVISI URAIAN JUMLAH 1 2 3 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. UMUM DRAINASE PEKERJAAN TANAH PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN PERKERASAN BERBUTIR PERKERASAN ASPAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang sangat dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan lainnya, terutama bidang perekonomian.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA 64 BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA 5.1 Jenis Pekerjaan Berikut adalah jenis pekerjaan yang dilakukan untuk perbaikan di ruas Jalan Gemolong Sragen KM 0+000 2+100 : 1. Pekerjaan Perbaikan : a. Pekerjaan Galian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE RSM PADA PENJADWALAN DENGAN AKTIVITAS BERULANG (STUDY KASUS: Proyek jalan tubaan- talisayan/ dumaring, provinsi kalimantan timur)

PENERAPAN METODE RSM PADA PENJADWALAN DENGAN AKTIVITAS BERULANG (STUDY KASUS: Proyek jalan tubaan- talisayan/ dumaring, provinsi kalimantan timur) PENERAPAN METODE RSM PADA PENJADWALAN DENGAN AKTIVITAS BERULANG (STUDY KASUS: Proyek jalan tubaan- talisayan/ dumaring, provinsi kalimantan timur) Oleh: Dosen pembimbing: Annis Nur Uzma Ir. Putu artama

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA 2008 SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.7 PEMELIHARAAN PERMUKAAN JALAN DENGAN BUBUR ASPAL EMULSI (SLURRY) DIMODIFIKASI LATEX

Lebih terperinci

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik Republik Indonesia Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik Pengadaan Pekerjaan Konstruksi - Metode e-lelang Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi - Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Agregat Penelitian ini menggunakan agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya yang berlokasi di Kecamatan Bongomeme. Agregat dari lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium Transportasi

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEKERJAANPADA PAKET PELEBARAN JALAN SIDIKALANG BATAS PROVINSI NAD LAPORAN

METODE PELAKSANAAN PEKERJAANPADA PAKET PELEBARAN JALAN SIDIKALANG BATAS PROVINSI NAD LAPORAN METODE PELAKSANAAN PEKERJAANPADA PAKET PELEBARAN JALAN SIDIKALANG BATAS PROVINSI NAD LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III oleh: AZHARI AFFANDY

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Material Dasar 1. Agregat dan Filler Material agregat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari batu pecah yang berasal dari Tanjungan, Lampung Selatan. Sedangkan sebagian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC SEMI SENJANG

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC SEMI SENJANG PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC SEMI SENJANG Mecky R.E. Manoppo, Servie O. Dapas, Deane R. Walangitan Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas

Lebih terperinci

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 PEKERJAAN PENDAHULUAN Lingkup Pekerjaan Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantu lainnya untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan konstruksi

Lebih terperinci

TINJAUAN SIFAT-SIFAT AGREGAT UNTUK CAMPURAN ASPAL PANAS

TINJAUAN SIFAT-SIFAT AGREGAT UNTUK CAMPURAN ASPAL PANAS Saintek Vol 5, No 1 Tahun 2010 TINJAUAN SIFAT-SIFAT AGREGAT UNTUK CAMPURAN ASPAL PANAS ABSTRAK (STUDI KASUS BEBERAPA QUARRY DI GORONTALO) Fadly Achmad Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PEMADATAN LAPANGAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC) PADA PEMBANGUNAN JALAN SIMPANG KARYA MUKTI KABUPATEN BATANGHARI

PEMADATAN LAPANGAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC) PADA PEMBANGUNAN JALAN SIMPANG KARYA MUKTI KABUPATEN BATANGHARI Jurnal Talenta Sipil, Vol.1 No.1 Februari 2018 e-issn 2615-1634 PEMADATAN LAPANGAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC) PADA PEMBANGUNAN JALAN SIMPANG KARYA MUKTI KABUPATEN BATANGHARI Siswoyo, Fakhrul

Lebih terperinci

BILL OF QUANTITY ( BQ )

BILL OF QUANTITY ( BQ ) BILL OF QUANTITY ( BQ ) REKAPITULASI KEGIATAN : PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN PERDESAAN NAMA PAKET : PEMBANGUNAN JALAN BARU SENTRA PRODUKSI PARIWISATA NEG. ULATH, P = 361 M L = 3 M TAHUN ANGGARAN : 2015

Lebih terperinci

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK Lapis permukaan konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang paling besar menerima beban. Oleh sebab itu

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG Fergianti Suawah O. H. Kaseke, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON Adrian Hartanto, Irawan Sugiharto 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Menurut Sukirman, (2007), aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

NAMA MAHASISWA : ADALEA IVANA PRAJWALITA NRP

NAMA MAHASISWA : ADALEA IVANA PRAJWALITA NRP TUGAS AKHIR - RC090412 ANALISA PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI ALAT BERAT PADA PEKERJAAN PERKERASAN RELOKASI JALAN ARTERI RAYA PORONG (PAKET I) KABUPATEN SIDOARJO-PROPINSI JAWA TIMUR NAMA MAHASISWA : ADALEA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN digilibunsacid BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Pembangunan Jalan Tol Solo-Semarang (Bawen Solo Seksi II) 411 Data Umum Proyek Proyek yang dijadikan studi kasus dalam skripsi ini adalah Proyek Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK DAN APLIKASI CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN SPESIFIKASI CAMPURAN ASPAL PANAS

ANALISA KARAKTERISTIK DAN APLIKASI CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN SPESIFIKASI CAMPURAN ASPAL PANAS ANALISA KARAKTERISTIK DAN APLIKASI CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN SPESIFIKASI CAMPURAN ASPAL PANAS Kevin Alexander 1, Timotius Prasetyo 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Jenis

Lebih terperinci

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1 VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1 Dosen Pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana E-mail : agusariawan17@yahoo.com

Lebih terperinci