BAB I PENDAHULUAN. kawasan pesisir. Pengaruh laut dan daratan di kawasan mangrove

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan suatu ekosistem dengan fungsi yang unik di kawasan pesisir. Pengaruh laut dan daratan di kawasan mangrove menyebabkan terjadinya interaksi antaa sifat fisik dan sifat biologi yang bersifat kompleks dan dinamis. Pengaruh laut yang terjadi pada kawasan mangrove antara lain salinitas, suhu, ph, oksigen terlarut, arus, kekeruhan, dan substrat dasar (Nybakken, 1992). Ekosistem mangrove berkembang pada daerah pantai-pantai yang landai, muara sungai dan teluk yang terlindung dari hempasan gelombang air laut dengan lebar bervariasi mulai dari puluhan meter hingga lebih dari ratusan meter (Steenis, 1978). Perbedaan frekwensi genangan, salinitas dan jenis substrat, menyebabkan hutan mangrove mempunyai struktur yang khas, yakni membentuk lapisan vegetasi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Fungsi ekosistem mangrove yang terpenting bagi daerah pantai adalah menjadi penyambung darat dan laut, serta peredam gejala-gejala alam yang ditimbulkan oleh perairan, seperti abrasi, gelombang, badai dan juga merupakan penyangga bagi kehidupan biota lainnya yang merupakan sumber penghidupan masyarakat sekitarnya. Wilayah pantai setiap waktunya menghadapi ancaman abrasi atau erosi pantai akibat gelombang dan arus laut, 1

2 2 sehingga kawasan pantai bersifat tidak stabil. Salah satu fungsi hutan mangrove adalah menjaga kestabilan pantai. Perpaduan antara darat dan laut ini membawa konsekuensi logis bagi hutan mangrove sebagai penjaga ekosistem darat dan laut, dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi di suatu perairan. Perpaduan ini mempengaruhi pola penyebaran vegetasi mangrove yang membentuk pola khas yaitu membentuk pola penyebaran vegetasi sejajar garis pantai. Zonasi merupakan suatu fenomena ekologi yang menarik di perairan pesisir, yang merupakan daerah yang terkena ritme pasang-surut air laut. Pengaruh dari pasang-surut air laut yang berbeda untuk tiap zona memungkinkan berkembangnya komunitas yang khas untuk masing masing zona di daerah ini. Jenis-jenis tumbuhan mangrove ini bereaksi berbeda terhadap variasivariasi lingkungan fisik, sehingga memunculkan zona-zona vegetasi tertentu dan zonasi dari setiap daerah memiliki pola yang berbeda-beda tergantung dari keadaan fisiografi daerah pesisir dan dinamika pasang surutnya. Beberapa faktor lingkungan fisik tersebut adalah: Jenis tanah, terpaan ombak, salinitas dan penggenangan oleh air pasang. Menghadapi variasi-variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami akan terbentuk zonasi vegetasi mangrove.

3 3 Pembagian zona ini di mulai dari bagian yang paling kuat mengalami pengaruh angin dan ombak yakni zona terdepan yang digenangi air berkadar garam tinggi dan ditumbuhi pohon pionir (Sonneratia spp). Dari depan kebelakang zona tumbuh mangrove antara lain : 1. Zona yang paling depan yakni ; tumbuhan Avicenia spp (api-api) yang berasosiasi dengan Sonneratia spp, zona ini menghadapi ombak, tanah berlumpur agak lembek dengan salinitas tinggi. 2. Zona Rhizophora umumnya didominasi dengan tanaman bakau jenis Rhizophora spp. Pada beberapa tempat berasosiasi dengan jenis seperti Bruguiera sp. 3. Zona Bruguiera, umumnya didominasi oleh tanaman bakau jenisbruguiera spp. Pada beberapa tempat sering dijumpai berasosiasi dengan jenis lain seperti Ceriops tagal. Salinitas sedang. 4. Zona kering dan nipa. Pada zona ini salinitas airnya sangat rendah dan tanahnya keras serta kurang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Daerah ini umumnya didominasi oleh tumbuhan nipa (Nypa fruticans). Kawasan mangrove kota Cirebon merupakan ekosistem mangrove alami. Memiliki panjang pantai sekitar 7 kilometer dengan pemanfaatan pantai yang bervariasi mulai dari pelabuhan ikan, kawasan wisata, kawasan perikanan, kawasan pertahanan keamanan, kawasan perumahan, dan lain sebagainya. Beberapa pemanfaatan tersebut berdampak negatif bagi ekosistem mangrove yang terdapat di wialayah Cirebon. Melihat variasi pemanfaatan

4 4 kawasan pesisir Cirebon tersebut perlu dilakukan penelittian tentang mangrove khususnya penyusun komposisi mangrove untuk melihat betapa banyak potensi yang dapat dikembangakan pada kawasan pesisir Cirebon Rumusan Masalah Jenis tanah, terpaan ombak, salinitas dan penggenangan oleh air pasang surut air laut diketahui dapat berpengaruh nyata pada pembentukan vegetasi yang terjadi pada ekosistem mangrove. Beberapa faktor lingkungan tersebut berpengaruh juga pada kawasan pantai Kejawanan sehingga membentuk suatu komunitas vegetasi mangrove, dan di dalam komunitas mangrove tersebut memiliki komposisi, keanekaragaman dan pola sebaran jenis penyusun. Adapun penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan, bagaimana komposisi, keanekaragaman dan pola sebaran jenis penyusunan vegetasi pada kawasan pantai Kejawanan Kota Cirebon? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian mengenai komposisi, keanekaragaman dan pola sebaran jenis penyusun vegetasi mangrove di pantai kejawanan kota cirebon, jawa barat, bertujuan untuk : 1. Mengetahui komposisi jenis penyusun vegetasi.. 2. Mengetahui keanekaragaman jenis penyusun vegetasi. 3. Mengetahui pola sebaran jenis penyusun vegetasi.

5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan pandangan terhadap pihak pengelola kawasan pantai Kejawanan dan sebagai sumber informasi data ilmiah tentang variasi dan komposisi vegetasi mangrove yang terdapat di kawasan pantai Kejawanan. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang komposisi jenis penyusun vegetasi mangrove bagi instansi atau dinas yang terkait khususnya Dinas Kehutanan dengan melakukan sosialisasi akan pentingnya hutan mangrove sebagai salah satu potensi wilayah pesisir pantai, serta diharapkan mampu untuk memberikan dampak positif terhadap faktor lingkungan dan ekonomi.