BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya manusia merupakan makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial.
|
|
- Benny Susanto
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya manusia merupakan makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk Tuhan manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia pada dasarnya suka bergaul dan selalu ingin berkumpul, karena manusia suka bergaul satu sama lain, maka individu tersebut merupakan individu sosial (Kansil, 1986). Hubungan dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari merupakan kebutuhan pokok yang harus di jalankan. Hubungan dengan orang lain tidak ada batas waktu, tempat, usia maupun gender. Manusia memiliki kemampuan dan kebiasaan untuk berkomunikasi serta berinteraksi dengan individu lainnya. Pada hakikatnya manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, manusia satu sama lain harus saling berelasi demi mencapai kebaikan bersama. Relasi disebut hubungan sosial yang merupakan hasil dari interaksi atau rangkaian tingkah laku yang sistematik antara dua orang atau lebih. Relasi juga merupakan hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan individu yang lain dan antara individu tersebut saling mempengaruhi (Astuti, 2012). Keberhasilan seseorang tidak hanya dinilai dari kepandaiannya saja, tetapi adanya hubungan sosial yang mendorong seseorang tersebut untuk berhasil. Salah satunya berelasi dengan tetangga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tetangga adalah orang yang tempat tinggal atau rumahnya berdekatan. Poerwadarminta (1976) mengatakan bahwa tetangga berarti orang setangga, sebelah menyebelah. Bertetangga merupakan salah satu interaksi sosial yang harus di penuhi oleh makhluk individu. Bertetangga merupakan bagian kehidupan manusia yang hampir tidak bisa ditolak oleh setiap manusia. Secara terminology, tetangga adalah keluarga yang rumahnya berdekatan dengan rumah satu sama 1
2 2 lain yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam akhlak. Tetangga juga merupakan orang yang paling dekat setelah keluarga. Tetangga juga yang paling mengetahui saat suka maupun duka, ialah yang paling cepat memberikan pertolongan saat kita mengalami kesulitan, dari pada keluarga yang bertempat tinggal berjauhan dari rumah (Ya qub, 1996). Tetangga merupakan sekelompok masyarakat, masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar rumah. Dengan demikian di dalam bermasyarakat harus hidup bertetangga, harus membutuhkan tetangga dan tidak bisa memisakan diri dari tetangga karena peran tetangga dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Pentingnya peran tetangga kadang melebihi peran keluarga yang tempat tinggalnya berjauhan dari rumah, jika sedang mengalami kesulitan seperti keluarga yang meninggal, kecurian, kecelakaan, atau mengalami musibah yang lainnya, yang menolong pertama yaitu tetangga yang rumahnya dekat dengan tempat tinggal bukan keluarga yang tempat tinggalnya jauh dari rumah. Abdul (2005) mengatakan tetangga tidak ada batasan berapa jumlah rumah, yang jelas adanya RT dan RW dalam bertetangga dan tetangga juga bisa meliputi komplek perumahan atau bahkan lebih. Kehidupan bertetangga di latarbelakangi dengan adanya perbedaan dan persamaan, seperti ekonomi, pekerjaan atau profesi, tingkat pendidikan, umur, serta suku yang bervariasi. Latar belakang tersebut terkadang akan menimbulkan rasa iri dan dengki sehingga akan memicu konflik dalam hidup bertetangga. Dalam kehidupan bertetangga, individu harus menjalankan kewajiban terhadap tetangga yaitu tidak saling menyakiti, tidak saling menyinggung perasaan satu sama lain, saling sapa, menghormati, tenggang rasa, dan saling tolong menolong. Dalam kehidupan bertetangga harus saling menjaga kerukunan dan keharmonisan antar tetangga. Menjalin kerukunan dalam bertetangga sanggatlah penting, karena jika semua keadaannya baik maka lingkungan sekitar tetangga akan baik, sebaliknya jika lingkungan sekitar tetangga tidak baik, maka rusaklah
3 3 lingkungan tetangga tersebut. Contohnya, Okezon (2016) memberitakan adanya konflik antar tetangga, sehingga berujung ke polisi. Disebabkan karena tidak terima dipukul oleh tetangga, korban melaporkan tetangganya. Keharmonisan dalam bertetangga tidak kalah pentingnya, karena kekuatan hubungan bertetangga dipengaruhi oleh tingkat keharmonisan, jika tetangga memiliki akhlak yang baik, ramah, dan penuh perhatian maka terciptanya keharmonisan di kehidupan bertetangga dan tidak akan terjadinya konflik antar tetangga. Saat menjalin relasi dengan tetangga perlunya nilai etika bertetangga, karena etika bertetangga sangat penting, jika individu mengabaikan etika saat menjalin relasi maka akan terjadinya konflik, sehingga tidak adanya kerukunan dan keharmonisan yang diharapkan bersama. Nilai etika berhubungan dengan akhlak dan moral, misalnya kejujuran, kasih sayang, ramah, sopan santun, saling membantu, dan adil. Saat ini kebutuhan berelasi terhadap tetangga semakin berkurang. Pada zaman sekarang, hidup bertetangga sering dianggap remeh terutama individu yang hidup di kota besar. Relasi individu yang hidup di kota besar sangatlah kurang, terutama penduduk di kawasan perumahan elite cenderung individualis, sibuk dengan urusan sendiri-sendiri sehingga tidak mengenal satu sama lain. Bintarto (1989) mengatakan, setiap warga yang tinggal di kota memiliki kesibukan yang cukup tinggi yang mengakibatkan perhatian kesesama berkurang, apabilah hal ini berlebihan akan menimbulkan sifat acuh tak acuh atau kurangnya toleransi sosial. Acuh tak acuh sesama tetangga akan mengakibatkan kerenggangan satu sama lain. Di kota besar kebanyakan rumah yang berdempetan bahkan tidak sedikit jalan untuk menuju rumah sangatlah sempit. Kondisi rumah yang saling berdempetan seringkali banyak menimbulkan konflik antar tetangga, dari persoalan suara gaduh, lahan parkir sampai persoalan hak milik yang dipakai tetangga tanpa persetujuan. Kehidupan bertetangga lebih terasa di daerah perdesaan, karena di daerah perdesaan masih menjunjung tinggi kebersamaan, sehingga mereka tidak acuh tak acuh sesama
4 4 tetangga. Melalui kebersamaan, para tetangga yang berinteraksi secara tidak langsung terlibat dalam hubungan kasih sayang dan rasa saling melindungi terhadap tetangga, sehingga terjalin hubungan antar tetangga. Kebudayaan yang dijujung tinggi di perdesaan berisi nilai dan norma atau Qaidah sebagai kondisi ketergantungan dan saling membutuhkan (Malinowski, 1949). Dengan masih adanya kebersamaan yang melekat di perdesaan, kehidupan bertetangga di perdesaan sangat terasa. Salah satu yang menjalin kedekatan antar tetangga di perdesaan yaitu adanya kegiatan gotong royong. Kegiatan gotong royong merupakan kegiatan yang menimbulkan kerjasama antara individu. Gotong royong merupakan strategi dalam pola hidup untuk saling meringankan beban pekerjaan masing-masing. Gotong royong dilakukan secara bersama-sama untuk menyelesaikan pekerjaan dan hasilnya dirasakan bersama-sama. Gotong royong terbina dalam kehidupan merupakan warisan budaya. Bintarto (1980) mengatakan hubungan gotong royong dalam sistem budaya orang Indonesia mengandung empat konsep, yaitu: (1) manusia tidak sendiri di dunia, tetapi manusia dikelilingi oleh komunitasnya, (2) manusia hakekatnya tergantung dalam kehidupan bersama, (3) manusia harus dapat memelihara hubungan baik satu sama lain, dan (4) berusaha untuk bersifat konfromi sesama komunitas. Saat ini dunia semakin modern dan makhluk individu semakin banyak meninggalkan kebiasaan untuk hidup bertetangga. Individu lebih mementingkan mobile phone untuk berinteraksi daripada hidup bertetangga. Pappa (1999) mengatakan, kemajuan teknologi mengakibatkan perubahan dalam kehidupan bertetangga. Kecanggihan tekologi seperti mobile phone menciptkan kemudahan berkomunikasi kesiapapun dan di manapun, sehingga untuk menjalin relasi antar individu semakin berkurang. Dalam menciptakan relasi pertetanggaan diperlukan ketertarikan antar tetangga dan dukungan yang diberikan tetangga, karena ketertarikan bertetangga merupakan ketertarikan individu kepada individu lainnya. Ketertarikan ini mengacu pada perasaan
5 5 yang timbul terhadap orang lain. Ketertarikan dengan tetangga akan menentukan apakah individu akan menjalin hubungan interpersonal atau tidak, jika ada ketertarikan satu sama lain antar tetangga maka relasi tersebut akan terjadi, sebaliknya jika tidak ada ketertarikan satu sama lain antar tetangga, maka tidak akan terjadinya hubungan relasi antar tetangga. Menurut Baron dan Byrne (1997) ketertarikan merupakan penilaian terhadap individu untuk menyukai individu tersebut atau tidak menyukainya. Selain ketertarikan antar tetangga, dukungan bertetangga juga diperlukan untuk menciptakan relasi pertetanggaan, karena sebagai makhluk sosial, individu tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut Sarason (1990) dukungan merupakan keberadaan atau tersedianya seseorang yang dapat individu percaya, seseorang yang tahu bahwa orang tersebut mengerti, sesorang yang menghargai dan mencintai individu tersebut. Dengan adanya dukungan membuat tetangga menjadi semakin dekat dan terjalinnya relasi pertetanggaan. Seperti data lapangan (2015) remaja SMA saling tolong menolong jika tetangganya mengalami permasalahan. Dengan adanya ketertarikan antar tetangga dan dukungan, maka terciptanya relasi pertetanggaan. Kehidupan bertetangga tidak terfokus oleh para orang tua saja, tetapi kehidupan bertetangga bisa juga dilakukan oleh anak-anak dan remaja yang mana para remaja sedang dalam proses pengembangan diri dengan berinteraksi langsung dengan lingkungan dan tetangga di sekitar rumah yang tidak dapat di pendidikan bangku Sekolah. Masa remaja ialah di mana pengambilan keputusan meningkat dan tahap pencarian identitas. Masa remaja ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat dari segi fisik, psikis maupun sosial. Pada umumnya remaja menggunakan waktu mereka untuk berinteraksi dengan orang tua, teman maupun lingkungan sekitar. Menurut Santrock (2002) remaja mulai mengambil keputusan tentang masa depan, pendidikan, pergaulan, dan teman-teman yang akan dipilih. Remaja juga mulai mengurangi waktu bermain di rumah. Pada tahap ini
6 6 remaja akan lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah seperti di Sekolah maupun bermain bersama dengan lingkungan sekitar rumah. Dalam tahap remaja terdapat beberapa aspek yang mengalami perubahan fundamental yang membuat masa remaja menjadi unik. Aspek-aspek tersebut merupakan aspek biologis, aspek kognitif, dan aspek sosioemosional (Steinberg, 2001). Menurut Darajat (1994) pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang, mereka bukan lagi anak-anak baik bentuk tubuh, sikap, cara berpikir, dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang lebih matang. Remaja dimulai pada usia tahun dan berakhir pada tahun tahun (Santrock, 2003). Remaja dibagi menjadi tiga fase usia yaitu, remaja awal pada usia tahun, remaja tengah pada usia tahun, dan remaja akhir pada usia tahun (Steinberg, 2001). Penelitian ini akan dilakukan pada remaja tengah pada usia tahun di mana remaja masih menduduki bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Remaja tengah yang berusia tahun merupakan tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir yang ditandai dengan perkembangan fisik dan kepribadian. Kehidupan bertetangga pada masa remaja sangatlah penting karena tetangga juga berperan penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan fisik maupun mental anak dan remaja. Hubungan kedekatan dengan tetangga yang baik sangatlah diperlukan untuk perkembangan sosial pada masa remaja. Ketidakmampuan remaja manjalani kehidupan bertetangga pada masa remaja dihubungkan dengan berbagai masalah maupun gangguan, jadi pengaruh kehidupan bertetangga dapat positif dan negatif. Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasi pada fase remaja tengah adalah mencapai keterampilan sosial untuk penyesuaian dalam kehidupan sehari-sehari. Salah satu tugas remaja untuk mencapai keterampilan sosial adalah memperluas relasi antar pribadi,
7 7 kelompok dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita dan memperoleh peranan sosial. Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan peer group, sehingga pengaruh peer group lebih besar daripada pengaruh keluarga. Peer group memberikan lingkungan yang luas, di mana remaja melakukan kegiatan bersama dalam mengisi waktu laung dengan teman seusia.. Mappiare (1982) mengatakan bahwa teman sebaya merupakan lingkungan sosial yang pertama disaat remaja belajar untuk hidup bersama orang lain. Pada saat ini remaja mudah terjebak pada perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Remaja punya keinginan untuk tampil beda dan bertingkah laku di luar kewajaran seperti terjerumus tindakan berkelahi, merokok, minum-minuman keras, berjudi, mencuri dan penggunaan narkoba sehingga mengganggu ketertiban umum dan meresahkan masyarakat. Remaja tidak peduli dianggap meresahkan masyarakat karena bagi remaja penerimaan peer group lebih penting agar tidak di kucilkan dari pergaulan. Perilaku ini terjadi karena adanya pengaruh buruk dari peer group, remaja cenderung mengikuti kemauan temantemannya agar tidak diabaikan oleh kelompok teman sebaya (Prasetyo, 2001). Dengan adanya peer group yang mempengaruhi hal buruk terhadap remaja, sehingga membuat remaja menjadi antisosial atau kontra produktif di lingkungan Sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Para remaja merasa dengan melakukan tindakan antisosial mereka akan dapat memperoleh perhatian dan status di kalangan masyarakat. Tetapi ada juga para remaja yang masih peduli dengan kehidupan bermasyarakat seperti kehidupan bertetangga, memperluas relasi di kehidupan bertetangga dan lebih aktraktif berkomunikasi di lingkungan masyarakat. Permasalahan yang dialami remaja usia SMA saat ini adalah remaja usia SMA kurang mengenal tetangga dan remaja usia SMA kurang menjalani relasi pertetanggaan, hal ini karena remaja usia SMA melakukan tindakan antisosial atau kontra produktif di
8 8 lingkungan masyarakat, sehingga remaja usia SMA asik dengan kegiatan bersama teman sebaya sehingga tidak memperdulikan lingkungan sekitar. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran dinamika kedekatan relasi bertetangga. Secara khusus, bagaimana remaja Indonesia terutama remaja usia Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat menjalin relasi pertetanggaan dengan baik. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris tingkat relasi kehidupan bertetangga dan aspek-aspek, serta dinamika pertetanggaan pada remaja usia Sekolah Menengah Atas (SMA). C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini memiliki manfaat teoritis, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan Psikologi, khususnya Psikologi sosial. Selain itu, penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi orang lain dan dapat membantu mengidentifikasi strategi berguna untuk menciptakan kehidupan berelasi bertetangga pada remaja usia Sekolah Menengah Atas (SMA).
HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA
HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Meraih Gelar S1 Psikologi Oleh : Diah Peni Sumarni F 100990135
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. Bertetangga merupakan bagian kehidupan manusia yang hampir tidak
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertetangga merupakan bagian kehidupan manusia yang hampir tidak bisa ditolak. Sebab manusia memang tidak semata-mata makhluk individu, tapi juga merupakan makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkah laku menolong sering muncul dalam masyarakat, dimana perilaku ini diberikan guna meringankan penderitaan orang lain, misalnya menolong orang lain yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini perilaku prososial mulai jarang ditemui. Seiring dengan semakin majunya teknologi dan meningkatnya mobilitas, masyarakat terbiasa dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan kenakalan remaja di negara kita beberapa tahun belakangan ini telah memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan intensitasnya terus meningkat, kenakalan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia baik sebagai individu maupun makhluk sosial, selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut berupa: 1) Kebutuhan utama, menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan seorang manusia berjalan secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di rumah atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan bersosialisasi dengan manusia lainnya agar bisa bertahan hidup. Dari sejak lahir, manusia selalu belajar dari apa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan karakter saat ini sangat penting untuk mendidik generasi muda di Indonesia. Karakter perlu dikembangkan mengingat banyak sekali penyimpangan sosial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong, sangat ironis jika realitas yang terjadi menunjukan hal yang sebaliknya, perilaku individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa perkembangan dimana manusia berada pada rentan umur 12 hingga 21 tahun. Masa transisi dari kanak-kanak
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup seorang anak tidak selamanya berjalan dengan baik. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa anak harus berpisah dari keluarganya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan masa ke dewasa, dimulai dari pubertas yang ditandai dengan perubahan yang pesat dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu masa dalam tahap perkembangan manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar terhadap kehidupan remaja baik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia di dunia ini dimana manusia memiliki akal, pikiran, dan perasaan. Manusia bukanlah makhluk individual yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciKODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA
KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA
1 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Disusun oleh : AHMAD ARIF F 100 030
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda
Lebih terperinciPERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1. Tugas Perkembangan : Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Rumusan Kompetensi : Memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta mencapai peran sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan menghargai hak-hak setiap individu tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia lainnya, untuk itu manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat lepas dari hubungan dengan manusia lainnya, untuk itu manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain yang di dalamnya
Lebih terperinciBAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial yaitu mahluk yang membutuhkan orang lain untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Manusia hidup dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut oleh kasih sayang dan cinta orang tua yang siap berkorban apa saja agar bisa memberi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi saat ini telah banyak menimbulkan permasalahan sosial, terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas menggejala secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu dengan yang lain. Realitanya di zaman sekarang banyak terlihat konflikkonflik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari kelompokkelompok etnis, agama, suku, dan budaya yang berbeda-beda. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing lagi untuk diperbincangkan. Jumlah perceraian di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam setiap kehidupan manusia. Keluarga juga mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan kepribadian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu, menggali serta memahami arti dan makna dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang harus segera diselesaikan atau dicarikan solusinya oleh pemerintah terutama dinas pendidikan
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA Arni Murnita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat dimana remaja menghabiskan sebagian waktunya. Remaja berada di sekolah dari pukul tujuh pagi sampai pukul tiga sore, bahkan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset keluarga yang harus dijaga dengan baik, kelak mereka akan menjadi aset bangsa dan negara, yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan dengan sempurna dan berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia dilengkapi dengan akal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang
Bab 5 Ringkasan Pada umumnya orang sering menyebutkan bahwa orang Jepang suka bekerja keras, suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang disebut juga dengan shuudan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain atau disebut manusia sebagai makhuk sosial. Semua itu didapatkan melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahkluk individu, memiliki perbedaan berbagai macam kebutuhan. Dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya manusia memerlukan orang lain atau disebut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kekalutan emosi, instropeksi yang berlebihan, kisah yang besar, dan sensitivitas yang tinggi. Masa remaja adalah masa pemberontakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa dimana seorang manusia mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa peralihan ini setiap remaja meninggalkan identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu tahap kehidupan yang penuh tantangan dan terkadang sulit dihadapi, karena pada masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah kenakalan remaja dewasa ini semakin dirasa meresahkan masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Permasalahannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pribadi yang memuaskan. Menurut Dayakisni dan Hudaniah (2005) ketrampilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketrampilan interpersonal seseorang ditunjukkan dengan terciptanya interaksi sosial dan komunikasi yang efektif sehingga terjalin hubungan antar pribadi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Mach (2004) mengungkapkan bahwa kasus gangguan perilaku eksternal lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga dalam menjalani interaksinya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dalam situasi lingkungan sosial. Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG
BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Setiap manusia pernah menghadapi situasi yang dapat menyebabkan kesepian.
Lebih terperinciHILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT NAMA : AZKA FAZA AULIARAHMA NIM : 11.11.5215 KELOMPOK JURUSAN DOSEN : E : S1-TI : Dr. Abidarin Rosidi, M.Ma Tugas Akhir Mata Kuliah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan masyarakat. Keberagaman tersebut mendominasi masyarakat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat di Indonesia sangat beragam, mulai dari keberagaman suku, ras, agama, pekerjaan, jenis kelamin, dan warna kulit, hal tersebut tidak menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak sebagai generasi penerus. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif. Didalamnya mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaya hidup selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Kehidupan yang semakin modern membawa manusia pada pola perilaku yang unik, yang membedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa manusia tidak dapat berdiri sendiri dan senantiasa
Lebih terperinciINDONESIA. Disusun Oleh : Mardhiana Setyaningrum Kelas D PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERAN BK TERHADAP TAWURAN PELAJAR DI INDONESIA Disusun Oleh : Mardhiana Setyaningrum 11001192 Kelas D PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVARSITAS AHMAD DAHLAN
Lebih terperinciTri Windha Isnandar F
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA SMA 1 PURWODADI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: Tri Windha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apa yang bagus, dan juga terhadap perkembangan belajarnya disekolah. Hal ini. yang sangat besar dalam perkembangan kepribadiannya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sosial pada remaja ditandai dengan meningkatnya intensitas komunikasi dengan teman sebaya.dimana perkembangan sosial pada remaja lebih melibatkan kelompok
Lebih terperinciBahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35
Akhir akhir ini, Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya dan terlarang) begitu populer di kalangan remaja dan generasi muda bangsa Indonesia. Hal ini didukung oleh data
Lebih terperinci