Mengapa Indonesia Membutuhkan e-rekapitulasi dan. Harus Menghindari Pemungutan Suara Secara Elektronik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mengapa Indonesia Membutuhkan e-rekapitulasi dan. Harus Menghindari Pemungutan Suara Secara Elektronik"

Transkripsi

1 Mengapa Indonesia Membutuhkan e-rekapitulasi dan Harus Menghindari Pemungutan Suara Secara Elektronik Diskusi Pengalaman Internasional dalam Teknologi Kepemiluan Ramlan Surbakti Hotel Morrissey, 5 Februari 2015 Sebagai bangsa, kita harus bangga atas kemajuan kemampuan kita untuk menyelenggarakan pemilihan umum. Kualitas Pemilu 2014 meningkat secara signifikan dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya, khususnya dengan diterapkannya sistem pendaftaran pemilu baru Indonesia: SIDALIH. Daftar pemilih Indonesia telah berubah dari daftar manual yang terdesentralisir dan berserakan menjadi basisdata terkomputerisasi, terpusat, dan dapat diakses oleh banyak pihak. Akan tetapi, Pemilu 2014 belum berhasil menerapkan sistem hasil elektronik (biasanya disebut e- recapitulation atau e-rekap) yang resmi. Melalui e-rekap, hasil resmi yang transparan dan kredibel dapat diperoleh dalam beberapa hari saja. Dalam Pemilu 2014, metode rekapitulasi yang digunakan adalah metode rekapitulasi manual yang sudah digunakan sejak lama, sehingga kembali muncul kecurigaan dan tudingan terjadinya kecurangan. Persaingan politik Pemilu 2014 sangatlah ketat. Margin kemenangan pemilu tersebut sangat tipis, khususnya di Pemilu Presiden. Banyak pemangku kepentingan kepemiluan seringkali mendorong KPU untuk menyediakan transparansi dan akuntabilitas. Merespon dorongan tersebut, KPU melaksanakan sebuah prakarsa yang luar biasa besar: pemindaian (scan) dan pengunggahan (upload) formulir C1 dari TPS agar dapat dilihat oleh seluruh lapisan masyarakat. Unggahan hasil scan C1 ini mendorong munculnya prakarsa berbasis masyarakat, Kawal Pemilu, untuk melakukan crowdsourcing terhadap hasil pemilu tak resmi yang kelengkapannya mendekati 100 persen. Hasil scan C1 dan crowdsourcing-nya membantu memvalidasi hasil rekapitulasi resmi yang muncul kemudian. Gabungan dari hasil resmi, hasil scan C1, dan crowdsourcing oleh Kawal Pemilu sangatlah penting dalam meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa Pemilu 2014 menghasilkan hasil yang kredibel walaupun terdapat tuntutan serius dari yang kalah. Masih terdapat banyak permasalahan dalam pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia. Empat masalah utama yang kita hadapi adalah: 1. Pemilihan umum proporsional dengan daftar calon terbuka yang digunakan dalam pemilihan umum anggota DPR dan DPRD merupakan sistem yang kompleks dan terdapat banyak pelanggaran pemilu 2. Kalender pemilihan umum tidak mendukung pemerintah presidential dan pemerintahan daerah yang efektif. 3. Proses rekapitulasi hasil penghitungan suara masih melalui banyak tingkatan. 4. Masyarakat sebagai pemberi suara belum dapat menentukan pilihan secara cerfas

2 Solusi terhadap permasalah tersebut niscaya bukan pada penggunaan elektronik dalam pemungutan dan/penghitungan suara. Permasalahan pemilihan umum yang kompleks dapat diselesaikan dengan mengubah sistem pemilihan umum DPR dan DPRD menjadi proposional divisior Sainte-Lague. Permasalahan mengenai kalender pemilihan umum dan pencerdasan pemilih dapat diselesaikan dengan mengadakan pemilihan presiden dengan anggota DPR secara konkuren terpisah dari pemilihan kepala daerah dan DPRD. Sementara solusi untuk masalah ketiga adalah dengan menghapuskan dua tingkat rekapitulasi, tetapi penghitungan suara pada tingkat TPS harus tetap terbuka sebagaimana dijalankan selama ini. Menuju Pemilu 2019, Indonesia harus terus meningkatkan manajemen hasil pemilu yang sudah dikembangkan berpijak pada pengalaman yang diperoleh selama ini. Indonesia harus terus melakukan upload hasil scan C1 dari tiap TPS sehingga masyarakat dapat melihat dan memeriksa hasil tersebut. Upload hasil scan C1 adalah contoh yang ditunjukkan Indonesia kepada negara lain di dunia terkait pemenuhan transparansi. Kemudian, transparansi ini harus dikembangkan lebih jauh dengan mempercepat proses rekapitulasi hasil melalui penerapan sistem manajemen hasil elektronik: e-rekap. E-rekap adalah sistem di mana penghitungan, pengiriman, dan penayangan hasil pemilu resmi akan dikomputerisasi, aman, akurat, transparan, dan cepat. Hasil resmi yang kredibel dapat dihasilkan beberapa hari setelah pemilu, selayaknya di negara-negara lain yang demokrasinya sudah maju. Terdapat argumen bahwa untuk meningkatkan penggunaan teknologi kepemiluan, kita juga harus menerapkan alat pemungutan suara elektronik (electronic voting machines, e-voting atau EVM) atau mesin penghitungan suara elektronik (e-counting) di TPS. Beberapa merespon pernyataan ini dengan menyatakan bahwa Indonesia belum siap untuk mengimplementasikan teknologi kepemiluan yang sedemikian dalam pemilu lima tahun ke depan. Kendati demikian, seharusnya pembahasannya bukan tentang kesiapan. Pertanyaan utama yang harus dijawab adalah apakah penggunaan e-voting atau e-counting akan meningkatkan kualitas kepemiluan Indonesia secara mendasar. Saya yakin bahwa kedua teknologi tersebut tidak akan meningkatkan kualitas pemilu Indonesia. Alih-alih, kedua teknologi tersebut berisiko melemahkan peningkatan kualitas yang sudah kita capai sejauh ini. Hari pemilu di Indonesia patut kita banggakan. Masyarakat berkumpul di TPS di lingkungan mereka untuk merayakan hak demokratis mereka. Mereka memberikan suara di dekat rumah bersama teman-teman, keluarga, dan tetangga. Hanya di Indonesia-lah penghitungan suara dimulai pada jam 1 siang melalui salah satu metode yang paling partisipatif dan transparan di dunia. Tiap surat suara diperlihatkan dan dihitung saat hari masih terang benderang, di hadapan saksi partai, pengawas pemilu, pemantau, dan seluruh anggota masyarakat yang ingin menyaksikan. Ini adalah tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia dan harus kita banggakan. Penghitungan surat suara yang transparan dan membangun kepercayaan di TPS adalah salah satu yang selalu disebutkan tamu internasional sebagai sesuatu yang mereka inginkan juga agar terjadi di negara mereka. Mari bersama lihat lima faktor utama saat mempertimbangkan alat pemungutan suara dan penghitungan suara:

3 1. Menerapkan e-voting dan e-counting dapat menghapus rasa kepemilikan masyarakat terhadap proses pemungutan dan penghitungan suara a) perasaan sebagai rakyat yang berdaulat diambil-alih oleh perangkat teknologi; b) penggunaan elektronik niscaya membawa serta efisiensi: satu TPS/satu mesin mampu melayani ribuan pemilih. Akibatnya banyak pemilih akan harus berjalan jauh ke TPS. Penggunaan elektronik ini akan bertentangan dengan upaya menciptakan adequade polling arrangement (pengaturan pemungutan suara yang nyaman dan aman); c) penggunaan elektronik dalam pemungutan dan/atau penghitungan suara secara potensial tidak bersahabat pada pemilih yang difabel. Penggunaan elektronik dalam pemungutan dan/atau penghitungan suara menjadi tidak sejalan dengan upaya menjamin equitable polling arrangement (pengaturan pemberian suara yang memperhatikan kebutuhan khusus berbagai kelompok pemilih, menjamin Pemilu inklusif); d) mengurangi partisipasi warga masyarakat dalam proses pemungutan dan penghitungan suara karena yang berpartisipasi hanya mereka yang menguasai perangkat elektronik tersebut (participation by expert). Terdapat argumen bahwa e-voting atau e-counting dapat digunakan di pemilu-pemilu tingkat bawah dan bukan pemilu skala nasional, misalnya di beberapa pemilihan kepala daerah. Saya yakin bahwa implementasi parsial malah akan menambah kebingungan, celah tuduhan, sekaligus biaya dan tekanan yang lebih besar bagi KPU yang kemudian harus menangani dua metode pemungutan suara yang sangat berbeda. Ini bukanlah solusi yang baik 2. Kompleksitas dan kelemahan mesin pemungutan dan penghitungan suara dapat mengurangi kepercayaan sosial terhadap proses kepemiluan kita Salah satu aspek fundamental yang membuat masyarakat Indonesia percaya terhadap proses pemilu kita adalah kemampuan masyarakat untuk melihat dan memahami proses dan hasil pemilu di tingkat TPS. E-voting dan e-counting adalah teknologi kompleks yang mungkin sulit digunakan dan dipahami, sehingga juga sulit untuk mendapatkan kepercayaan. Dengan hampir setiap hari mendengar berita mengenai peretasan (hacking) dan manipulasi sistem komputer, teknologi pemungutan ataupun penghitungan suara tidak membangun kepercayaan dan malah berpotensi meningkatkan kecurigaan. Manipulasi alat tersebut, ataupun munculnya persepsi bahwa alat tersebut dimanipulasi, dapat menghancurkan pemilu di masa depan dan mungkin stabilitas politik di Indonesia. 3. Menerapkan mesin pemungutan atau penghitungan suara bukanlah tanda bahwa Indonesia lebih modern atau menjadi lebih maju Implementasi e-voting atau e-counting tidak membuat pemilu kita lebih maju. Kita sebaiknya belajar dari pengalaman dan kegagalan negara-negara lain. Hanya beberapa demokrasi di dunia yang masih menerapkan alat tersebut sementara sebagian besar telah kembali ke penggunaan surat suara kertas dan penghitungan manual. Tidak ada tren internasional terkait meningkatnya penggunaan alat kepemiluan yang kemudian harus diikuti oleh Indonesia. Pada kenyataannya, banyak negara-negara yang high-tech, kaya, dan sudah lebih lama usianya telah pada akhirnya menghentikan penggunaan mesin-mesin tersebut dan kembali ke sistem kertas; beberapa negara

4 lainnya mempertimbangkan penggunaan mesin tersebut dan kemudian memutuskan untuk tidak menggunakannya. Alasannya banyak, namun utamanya adalah untuk mencegah manipulasi dan kurangnya pemahaman/kepercayaan publik. 4. E-voting dan e-counting dapat meningkatkan biaya pemilu Beberapa berargumen bahwa e-voting dan e-counting akan secara signifikan mengurangi biaya pemilu dibandingkan penggunaan surat suara kertas dan penghitungan manual saat ini. Ini seringkali dinyatakan sebagai nilai plus oleh produsen atau vendor mesin-mesin tersebut saat melakukan promosi secara agresif. Saya belum melihat bukti bahwa penggunaan mesin tersebut akan memungkinkan menurunan biaya pemilu. Jika vendor menyatakan bahwa penggunaan mesin tersebut akan mengurangi biaya pemilu, pengalaman menunjukkan bahwa biaya untuk mengelola mesin tersebut secara mandiri justru berkali-lipat lebih tinggi daripada biaya pembelian mesin itu sendiri. Menghitung biaya mesin harus mencakup biaya pelatihan staf, pendidikan pemilih, pengelolaan, dan penyimpanan. Yang juga dapat meningkatkan biaya beberapa kali lipat adalah fakta bahwa teknologi berevolusi semakin cepat. Mesin yang dibeli hari ini dapat kemudian menjadi usang dan harus diremajakan hanya dalam beberapa siklus pemilu. Sehingga, umur teknologi kepemiluan saat ini bisa saja sangatlah singkat. 5. Dukungan politik akan berkurang seiring waktu saat peserta pemilu yang kalah mulai menyalahkan teknologi tersebut Saat banyak politisi dari berbagai parpol mendorong penggunaan teknologi kepemiluan saat ini, pengalaman menunjukkan bahwa dukungan tersebut tidak akan bertahan lama. Ketika diterapkan dan digunakan di pemilu, kegagalan teknologi sering menjadi alasan favorit para politisi untuk menjelaskan kekalahan mereka. Mereka yang sebelumnya mendukung penerapannya akan kemudian berbalik dan menyerang KPU terkait penggunaan teknologi yang salah, pengadaan yang mencurigakan, implementasi yang buruk, manipulasi hasil, dsb. Alat tersebut, yang awalnya terlihat sebagai harapan, malah akan menjadi mimpi buruk. Dukungan politik penggunaan pemilu elektronik seringkali lemah dan didorong oleh kepentingan jangka pendek para politisi. Lima alasan tersebut adalah lima alasan utama untuk tetap menggunakan sistem surat suara kertas di Indonesia. Seperti dinyatakan di awal presentasi, saya sangat yakin bahwa pengembangan teknologi kepemiluan Indonesia harus difokuskan pada pengembangan e-rekap, sistem manajemen hasil pemilu elektronik yang menghasilkan hasil resmi secara cepat, kredibel, dan transparan. Inilah yang kita butuhkan untuk pemilukada dan pemilu nasional Ini adalah pengembangan teknologi skala besar yang efektif dari segi biaya dan dapat dilakukan untuk pemilu kita. Pada akhirnya, apa yang saya sampaikan bukanlah satu-satunya hal yang menjadi pertimbangan dalam hal ini. Mari berikan ruang bagi KPU untuk melaksanakan uji kelayakan sebagaimana telah direncanakan. Beberapa pertanyaan yang sepatutnya di dalami sebelum menerapkan e-voting atau e-counting adalah:

5 (a) Apakah E-Voting Rentan terhadap Serangan Hacker? (b) Apakah E-Voting Ramah bagi Pemilih yang Difabel? (c) Apakah E-Voting Memberikan Kesempatan bagi Pemilih untuk memverifikasi Paper Audit Traits? (d) Apakah E-Voting Mampu secara Akurat mengakomodasi Intensi Pemilih? (e) Apakah betul manufaktur mesin E-Voting Terikat pada Partai Politik tertentu, atau, Kandidat berasal dari Partai Politik tertentu? (f) Apakah E-Voting dapat mengamankan suara secara aman? (g) Apakah betul Software machine E-Voting dapat diprogram untuk mengubah hasil Pemilu? (h) Apakah E-Voting memiliki prosedur yang memadai untuk melindungi diri dari kemungkinan Serangan Pisik terhadap mesin voting elektronik? (i) Apakah mesin voting elektronik lebih rentan terhadap Election Fraud daripada tipe mesin voting lainnya? Mari jaga agar uji kelayakan ini bersifat transparan dan inklusif, mempertimbangkan seluruh pemangku kepentingan yang tertarik agar kesimpulan yang dicapai dapat disepakati dan dimiliki oleh bersama. Sebagai bangsa, mari bermusyawarah dan pertimbangkan pilihan-pilihan yang kita miliki. Mari sama-sama menentukan solusi yang betul-betul sesuai dengan pemilu kita.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa informasi merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BBadan Pengawas Pemilihan Umum

BBadan Pengawas Pemilihan Umum BULETIN EDISI 09, SEPTEMBER 2014 AWASLU BBadan Pengawas Pemilihan Umum Tata Kelola Pemilu Perlu Perbaikan Penguatan Sistem Pemilu Kada Daniel Zuchron, Pemimpin Muda dengan Gagasan Inovatif Optimisme Pilkada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN

Lebih terperinci

Tata Laku Bisnis Internasional

Tata Laku Bisnis Internasional Tata Laku Bisnis Internasional Etika, Integritas, Kepercayaan Prinsip Kita dalam Pekerjaan Memimpin dengan menjadi teladan melalui Tata Laku Bisnis kita yang kuat sangat penting bagi kesuksesan kita. Orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam

Lebih terperinci

Sekapur Sirih 3. Apa & Mengapa Pengarusutamaan Penanggulangan 5 Kemiskinan & Kerentanan (PPKK)

Sekapur Sirih 3. Apa & Mengapa Pengarusutamaan Penanggulangan 5 Kemiskinan & Kerentanan (PPKK) Daftar Isi Sekapur Sirih 3 Apa & Mengapa Pengarusutamaan Penanggulangan 5 Kemiskinan & Kerentanan (PPKK) PPKK & Upaya Penanggulangan Kemiskinan & 8 Kerentanan di Indonesia Kebijakan & Landasan Hukum 15

Lebih terperinci

Pedoman Penerapan Pengecualian Informasi

Pedoman Penerapan Pengecualian Informasi Pedoman Penerapan Pengecualian Informasi 1. Prinsip- prinsip Kerangka Kerja Hukum dan Gambaran Umum Hak akan informasi dikenal sebagai hak asasi manusia yang mendasar, baik di dalam hukum internasional

Lebih terperinci

1. PENGANTAR 2. BENTUK UMUM PERSEKONGKOLAN TENDER

1. PENGANTAR 2. BENTUK UMUM PERSEKONGKOLAN TENDER 1. PENGANTAR Persekongkolan tender (atau kolusi tender) terjadi ketika pelaku usaha, yang seharusnya bersaing secara tertutup, bersekongkol untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang atau jasa

Lebih terperinci

Surat dari Direktur Utama dan Pejabat Eksekutif Tertinggi

Surat dari Direktur Utama dan Pejabat Eksekutif Tertinggi Pedoman Perilaku 2 Surat dari Direktur dan Pejabat Eksekutif Tertinggi Rekan-rekan kerja yang kami hormati: Dresser-Rand ( Pedoman ) berisi gabungan berbagai nilai dan standar perilaku yang membuat Dresser-Rand

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung di Kabupaten/Kota

Evaluasi Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung di Kabupaten/Kota Evaluasi Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung di Kabupaten/Kota Local leaders election directly is one of the political change and lead to two different perspectives, democracy consolidation

Lebih terperinci

Piagam Sumber Daya Alam. Edisi Kedua

Piagam Sumber Daya Alam. Edisi Kedua Piagam Sumber Daya Alam Edisi Kedua Piagam Sumber Daya Alam Edisi Kedua Rantai keputusan piagam sumber daya alam LANDASAN DOMESTIK UNTUK TATA KELOLA SUMBER DAYA Penemuan dan keputusan untuk mengekstraksi

Lebih terperinci

Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia International Labour Organization Jakarta Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Kerjasama dan Usaha yang Sukses Pedoman pelatihan untuk manajer dan pekerja Modul EMPAT SC RE Kesinambungan Daya Saing dan

Lebih terperinci

Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Tinjauan umum kebijakan dan pengarahan etika, memandu hubungan kerja di antara kita, dan hubungan bisnis dengan Pemangku Kepentingan. Edisi 2 10 Februari 2011 Daftar Isi 2 Sambutan Komisaris Utama 4 Sambutan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Ringkasan Eksekutif. Memperkenalkan Cakrawala Baru. Masa Depan Yang Optimis. Dampak Infrastruktur. Penggunaan Teknologi

Daftar Isi. Ringkasan Eksekutif. Memperkenalkan Cakrawala Baru. Masa Depan Yang Optimis. Dampak Infrastruktur. Penggunaan Teknologi Daftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 8 Memperkenalkan Cakrawala Baru 11 Masa Depan Yang Optimis 17 Dampak Infrastruktur 23 Penggunaan Teknologi 31 Memperluas Cakrawala 37 Diberdayakan dengan Teknologi 43 Mengatasi

Lebih terperinci

Komisi Pemilihan Umum dan Penyediaan Informasi: Studi Banding Mengenai Praktek Global yang Lebih Baik

Komisi Pemilihan Umum dan Penyediaan Informasi: Studi Banding Mengenai Praktek Global yang Lebih Baik Komisi Pemilihan Umum dan Penyediaan Informasi: Studi Banding Mengenai Praktek Global yang Lebih Baik September 2012 Ucapan Terima Kasih Laporan ini disusun oleh Pusat Hukum dan Demokrasi (Centre for Law

Lebih terperinci

SISTEM PERIJINAN GANGGUAN

SISTEM PERIJINAN GANGGUAN SISTEM PERIJINAN GANGGUAN SEBUAH LAPORAN TENTANG PENGENDALIAN KEKACAUAN JULI 2008 LAPORAN INI DISUSUN UNTUK DITELAAH OLEH THE UNITED STATES AGENCY FOR INTERNATIONAL DEVELOPMENT. LAPORAN INI DISUSUN OLEH

Lebih terperinci

Cara Kerja Kita. Praktik Usaha BT. Bulan Oktober 2013. Halaman 1

Cara Kerja Kita. Praktik Usaha BT. Bulan Oktober 2013. Halaman 1 Cara Kerja Kita Praktik Usaha BT Bulan Oktober 2013 Halaman 1 Cara Kerja Kita: Praktik Usaha Kita Nilai-Nilai Kita: Cara Kerja Kita menjabarkan praktik usaha dan nilai-nilai kita perilaku yang kita harapkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN 2009... TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN 2009... TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN 2009... TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara mengakui

Lebih terperinci

Pedoman Pelibatan Masyarakat dan Swasta dalam Pemanfaatan Ruang Perkotaan

Pedoman Pelibatan Masyarakat dan Swasta dalam Pemanfaatan Ruang Perkotaan Pedoman Pelibatan Masyarakat dan Swasta dalam Pemanfaatan Ruang Perkotaan DRAFT KEEMPAT JANUARI 2003 Subdit Peran Masyarakat Direktorat Penataan Ruang Nasional Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT KABINET

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT KABINET PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT KABINET A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, telah membuat bangsa kita sadar akan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C14. Tugas dan Fungsi UP. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C14. Tugas dan Fungsi UP. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS UP C14 Tugas dan Fungsi UP PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Perangkat Organisasi BKM/LKM 1 Kegiatan 1: Diskusi Perangkat Organisasi

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP)

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP) KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP) Berdasarkan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa:. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci