BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Shinta Agusalim
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Begitu banyaknya kekerasan terjadi dalam masyarakat, muncul kekhawatiran bahwa kekerasan bisa dianggap sebagai hal yang normal dan wajar dalam keseharian bangsa Indonesia. Padahal berbagai kesepakatan internasional maupun hukum di Indonesia sendiri sudah jelas mengatakan bahwa kekerasan adalah tindakan pelanggaran hukum. Kekerasan pada anak merupakan bagian dari perlakuan yang salah terhadap anak. Sesuai dengan Piagam Hak Asasi Anak-Anak PBB, peserta didik memiliki hak untuk merasa aman dan untuk memperoleh pendidikan. Bangsa Indonesia sendiri telah meratifikasi Konvensi Hak Anak pada tahun 1990 dan merumuskan Undang Undang Nomor 23 tentang Perlindungan Anak pada tahun Produk hukum tersebut diharapkan mampu mengakomodir pemenuhan hak anak (Huraerah, 2012:32). Kenyataan di lapangan masih terjadi kekerasan pada anak terutama di lingkungan sekolah. Fakta menunjukkan bahwa di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat pembelajaran bagi anak, justru menjadi tempat terjadinya tindak kekerasan terhadap anak, seperti yang terjadi belum lama ini di salah satu Sekolah Dasar di daerah Bantul, Yogyakarta. Seorang peserta didik kelas V menjadi korban pengeroyokan rekan-rekan sekelasnya. Setidaknya, ada 13 peserta didik yang melakukan pengeroyokan, sehingga peserta didik yang menjadi korban mengalami trauma dan luka lebam di beberapa bagian tubuhnya (Huraerah, 2012:105). Persoalannya sepele, hal itu gara-gara pelaku pengeroyokan tidak dibukakan game online saat ada di rumah. Pengeroyokan tidak hanya sekali ketika jam belajar berlangsung, tetapi juga ketika jam istirahat pertama. Akhirnya, Komisi D DPRD Bantul merekomendasikan kepada Dinas Pendidikan Dasar (Dikdas) Bantul untuk menindak tegas kepala sekolah dan oknum guru yang lalai. Karena, fungsi to pengawasan user dari kedua orang tersebut 1
2 digilib.uns.ac.id 2 tidak berjalan secara maksimal. Ia juga memerintahkan agar sekolah melakukan rehabilitasi mental korban yang kini mengalami trauma meskipun sudah kembali belajar di sekolah seperti biasanya. (www. Sindonews.com, 2014). Teror yang berupa kekerasan fisik atau mental, pengucilan, intimidasi, perpeloncoan, yang terjadi pada kasus-kasus di atas sebenarnya adalah contoh klasik dari apa yang biasanya disebut bullying. Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara langsung oleh seorang atau kelompok yang merasa lebih kuat sehingga mengakibatkan tekanan kepada orang lain baik secara fisik maupun psikologis (Wiyani, 2013:12). Pihak yang kuat di sini tidak hanya berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa juga kuat secara mental. Korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik atau mental. Selain itu yang sangat penting untuk diperhatikan adalah bukan sekedar tindakan yang dilakukan, tetapi dampak tindakan tersebut bagi korban. Misalkan saja seorang peserta didik mendorong bahu temannya dengan kasar, bila yang didorong merasa terintimidasi, apalagi bila tindakan tersebut dilakukan berulangulang, maka perilaku bullying telah terjadi. Bila peserta didik yang didorong tidak merasa takut atau terintimidasi, maka tindakan tersebut belum tentu dikatakan bullying. Menurut hasil penelitian tentang fenomena bullying, Nusantara (2008:6) mengungkapkan bahwa Berdasarkan hasil survei oleh Yayasan Semai Jiwa Amini kepada 250 peserta yang mengikuti seminar anti bullying yang berasal dari seluruh Indonesia, sebanyak 94,9% peserta menyatakan bahwa bullying terjadi di sekolah-sekolah di Indonesia. Selain itu ahli intervensi bullying, Huneck (dalam Nusantara, 2008:10) mengungkapkan bahwa 10-60% peserta didik Indonesia melaporkan mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan, ataupun dorongan, sedikitnya sekali dalam seminggu. Kasus-kasus bullying yang terjadi di sekolah, merupakan fenomena gunung es dari banyak kasus lainnya yang terjadi di sekolah yang tidak terekspos oleh media. Hal ini cendrung ditutupi oleh pihak sekolah sebab jika diketahui publik, mereka khawatir sekolahnya akan to mendapat user reputasi buruk. Perilaku ini
3 digilib.uns.ac.id 3 seringkali dibiarkan oleh para guru selama tidak menimbulkan akibat fisik yang parah. MI Negeri Jetis Sukoharjo yang terletak di Jl. Brigjen Katamso No. 88, tidak lepas dari praktek bullying yang dilakukan oleh beberapa peserta didiknya. Berdasarkan wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis, Kasus bullying yang terjadi di MI Negeri Jetis Sukoharjo salah satunya yaitu pemalakan yang dilakukan oleh kakak kelas kepada adik kelasnya. Salah satu kasus Pemalakan dilakukan oleh peserta didik berinisial F. Peserta didik F beberapa kali melakukan pemalakan kepada teman sekelas dan adik kelasnya di kelas III. Peserta didik F adalah anak yatim di mana ayahnya meninggal ketika F masih berada di Taman Kanak-Kanak. Ibu dari F bekerja menjadi buruh pabrik yang jam kerjanya dari pagi sampai sore bahkan sampai malam hari. Sehariharinya F dititipkan kepada kakek dan neneknya yang usianya sudah tua. Setiap pulang sekolah F selalu bermain dan bergaul dengan anak-anak yang lebih tua usianya dari F. Dampak perilaku bullying yang ditimbulkan peserta didik F kepada peserta didik berinisial M diantaranya M sering terlambat masuk ke sekolah dan ketika sampai di sekolah sering tidak mau masuk kelas dan hanya menangis di depan kelas. Ketika di tanya wali kelas dan guru BK peserta didik M hanya diam saja, sehingga M dipulangkan kembali ke rumah. Berbeda lagi dampak bullying yang dialami peserta didik berinisial Z. Peserta didik Z sering diejek oleh F, sehingga Z ketika di sekolah menjadi murung dan cenderung berdiam diri sehingga menjadi kurang percaya diri. Perilaku F terhadap peserta didik lainnya bernama MS berdampak pada beberapa kali MS pergi ke UKS ketika pelajaran berlangsung dengan alasan pusing atau sakit perut. Selain itu berdasarkan wawancara kepada koordinator bimbingan dan konseling MI Negeri Jetis diperoleh bahwa terdapat beberapa jumlah kasus bullying yang hubungannya dengan bullying verbal seperti menjuluki, menuduh, dan menyoraki. Akibatnya, sekolah bukan lagi tempat yang menyenangkan bagi peserta didik yang menjadi korban bullying, tetapi justru menjadi tempat yang menakutkan dan membuat trauma. Berbagai to user tempat di lingkungan sekolah seakan
4 digilib.uns.ac.id 4 menjadi tempat yang rawan bagi peserta didik untuk mendapat kekerasan. Sekolah sebagai suatu institusi pendidikan, sejatinya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi peserta didik untuk mengembangkan dirinya, serta menjadikan peserta didik yang mandiri, berilmu, berprestasi dan berakhlak mulia. Hal tersebut tidak akan terwujud jika banyak kasus bullying yang terjadi di sekolah. Karena begitu banyak dampak negatif yang dapat timbul dari kasus-kasus bullying yang terjadi tersebut. Kekerasan terhadap peserta didik hampir tiap hari terjadi dalam berbagai bentuk di lingkungan sekolah yang dapat menyebabkan berbagai dampak baik bagi pelaku maupun bagi korban. Bagi korban akibat negatif dapat berbentuk fisik maupun psikis. Akibat fisik seperti memar, lebam, atau luka. Sedangkan dampak psikis seperti kepercayaan diri peserta didik menurun, malu, trauma, merasa sendiri, serba salah, mengasingkan diri dari sekolah, mengalami ketakutan sosial, bahkan cenderung ingin bunuh diri. Akibat fisik cenderung dapat langsung terlihat, berbeda dengan dampak psikis yang pada awalnya akan terlihat wajar akan tetapi semakin memburuk jika didiamkan saja, sehingga menimbulkan dampak dalam jangka waktu yang panjang (Astuti, 2008: 22). Bullying tidak dilakukan tanpa sebab, banyak faktor yang melatarbelakangi peserta didik tersebut melakukan bullying, faktor tersebut dapat berasal dari dalam ataupun dari luar diri peserta didik tersebut. Faktor dari luar diri peserta didik yakni lingkungan dimana tempat peserta didik itu berada. Lingkungan yang mendorong peserta didik untuk melakukan bullying antara lain, lingkungan sekolah yang kurang baik seperti senioritas tidak pernah diselesaikan, di mana peserta didik yang melakukan tindakan senioritas pada adik kelasnya tidak ditindak dengan tegas sehingga senioritas menjadi budaya di sekolah tersebut. Selain itu sikap guru yang kurang baik juga dapat mendorong peserta didik melakukan bullying (Wiyani, 2013:22). Selain lingkungan sekolah, lingkungan keluarga juga dapat menjadi salah satu penyebab perilaku bullying, misalnya ketidakharmonisan dalam keluarga, ketidakhadiran ayah atau ibu, kurangnya komunikasi serta ketidakmampuan sosial ekonomi keluarga. Sedangkan faktor dari dalam diri yaitu karakter peserta didik itu sendiri, seperti agresif, pendendam, to dan user iri hati. Berdasarkan hal tersebut
5 digilib.uns.ac.id 5 tergambar bahwa bullying sebagai perilaku agresif tidak bisa didiamkan dan diabaikan begitu saja. Perlu ada upaya dari berbagai pihak untuk mengatasi bullying yang terjadi di sekolah, salah satunya yaitu guru bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan konseling yang dilakukan di sekolah membuat guru Bimbingan dan Konseling mengetahui banyak permasalahan yang dihadapi peserta didik di sekolah, termasuk permasalahan bullying. Misalnya dari hasil sosiometri, diketahui bahwa penyebab salah satu atau beberapa peserta didik kurang disenangi temannya adalah karena sikap dan perilaku teman yang kasar baik kata-kata maupun perbuatannya, bahkan ada yang suka menyakiti temannya. Guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis, Sukoharjo yang hanya 1 orang seringkali menjadi tempat peserta didik melaporkan masalah yang mereka alami di MI Negeri Jetis, Sukoharjo, termasuk diantaranya kasus bullying yang menimpa beberapa peserta didik. Peserta didik cenderung bercerita kepada guru Bimbingan dan Konseling guna mendapat penyelesaian dari masalahnya tersebut. Guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis Sukoharjo menjadi konselor semua peserta didik dari kelas I sampai dengan kelas VI yang berjumlah orang peserta didik. Dengan keterbatasan tenaga guru Bimbingan dan Konseling dalam menangani permasalahan peserta didik termasuk di dalamnya kasus bullying, maka guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis Sukoharjo dibantu oleh seksi kesiswaan MI Negeri Jetis Sukoharjo. Prosedur penanganan kasus bimbingan dan konseling di MI Negeri Jetis Sukoharjo adalah jika ada peserta didik bermasalah maka yang pertama melakukan bimbingan adalah wali kelas. Namun, jika wali kelas tidak bisa mengatasi maka diserahkan kepada guru Bimbingan dan Konseling untuk penanganan lebih lanjut termasuk masalah bullying. Menurut informasi guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis beberapa kasus bullying yang terjadi di MI Negeri Jetis disebabkan karena faktor keluarga dan lingkungan dari peserta didik yang melakukan bullying. Peserta didik pelaku bullying biasanya kurang perhatian dan pengawasan dari kedua orang tuanya dikarenakan orang tua bercerai atau orang tua merantau ke daerah lain sehingga dititpkan kepada nenek dan kakeknya to user di rumah. Peserta didik pelaku
6 digilib.uns.ac.id 6 bullying melakukan pemalakan kepada teman atau adik kelasnya dikarenakan keinginan menjadi jagoan atau supaya ditakuti teman-temannya. Beberapa upaya yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling adalah dengan melakukan prosedur layanan yaitu konseling individual, mengadakan kunjungan ke rumah (home visit) pelaku dan korban, bersama kesiswaan memberikan sanksi atau hukuman kepada pelaku, dan memberikan skorsing beberapa hari kepada pelaku selama beberapa hari. Dari beberapa kasus yang terjadi di MI Negeri Jetis Sukoharjo, yang membuat peniliti tertarik untuk melakukan penelitian ini adalah karena kasus bullying yang terjadi adalah pemalakan seorang peserta didik kepada teman-temannya ketika berada di sekolah. Pemalakan yang dilakukan disertai dengan kekerasan fisik, lisan dan psikologis. Pelaku bullying juga sering melampiaskan kekesalan dan kekecewaan terhadap suatu hal kepada korban. Emosi yang meledak-ledak serta tempramen yang tinggi membuat mudah marah dan bersikap kasar. Pelaku bahkan tidak menghentikan aksinya ketika temannya terlihat kesakitan atau menangis. Hal ini sangat jarang dilakukan oleh anak-anak seusia Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Peran Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kasus Bullying Antarpeserta Didik di Madrasah Ibtidaiyah. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Terjadinya perilaku bullying di MI Negeri Jetis Sukoharjo, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peserta didik yang menjadi pelaku dan korbannya. 2. Faktor penyebab peserta didik melakukan perilaku bullying ada bermacam-macam, yaitu faktor dari luar peserta didik seperti lingkungan sekolah dan keluarga. Serta faktor dari dalam peserta didik seperti karakteristik peserta didik. 3. Dampak yang dialami oleh peserta didik yang menjadi korban perilaku bullying mencakup dampak fisik to user dan psikologis.
7 digilib.uns.ac.id 7 4. Pelaksanaan layanan oleh guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi peserta didik yang melakukan bullying dengan memberikan layanan orientasi, informasi, konseling individual, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah terkait penelitian ini adalah : 1. Objek penelitian terkait dengan variabel penelitian yaitu a. Faktor penyebab perilaku bullying, yakni faktor internal dan eksternal peserta didik. b. Dampak yang dialami oleh peserta didik yang menjadi korban perilaku bullying mencakup dampak fisik dan psikologis. c. Pelaksanaan layanan oleh guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi peserta didik yang melakukan bullying. d. Upaya yang telah dilakukan guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi perilaku bullying. e. Keefektifan penggunaan layanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying yang dilakukan oleh peserta didik. 2. Subjek penelitian yaitu pelaku dan korban bullying, orang tua pelaku dan korban bullying dan guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016. D. Rumusan Masalah 1. Mengapa peserta didik melakukan perilaku bullying? 2. Bagaimanakah dampak yang dialami oleh peserta didik yang menjadi korban perilaku bullying? 3. Bagaimanakah pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi bullying yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah? 4. Bagaimanakah layanan bimbingan dan konseling yang paling efektif untuk mengatasi bullying yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah? to user
8 digilib.uns.ac.id 8 E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui faktor-faktor penyebab peserta didik melakukan bullying. 2. Mengetahui dampak yang dialami oleh peserta didik yang menjadi korban perilaku bullying. 3. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi bullying oleh peserta didik di sekolah berdasarkan layanan bimbingan dan konseling. 4. Mengetahui layanan bimbingan dan konseling yang paling efektif untuk mengatasi bullying yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep ilmu bimbingan dan konseling, khususnya dalam penanganan bullying di sekolah. 2. Manfaat praktis a. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam mengambil suatu kebijakan yang tepat sasaran dan efektif terhadap peserta didik yang terlibat bullying. b. Bagi orang tua, penelitian ini dapat menambah wawasan untuk mengetahui tentang bahaya bullying terhadap anak, sehingga dapat melakukan usaha preventif agar tidak terdapat lagi korban akibat bullying. c. Bagi guru bimbingan dan konseling, penelitian ini sebagai bahan pertimbangan terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, khususnya yang berkaitan dengan upaya mengatasi bullying. d. Bagi Wali Kelas atau Guru Kelas, penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai berbagai perilaku school bullying agar dapat mencegah terjadinya perilaku school bullying yang mungkin dapat terjadi. to user
I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Begitu banyaknya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian tersebut direfleksikan melalui aktivitas berkelompok dan menonjolkan keegoannya.
Lebih terperinciINTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : AMALIA LUSI BUDHIARTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat penelitian serta mengulas secara singkat mengenai prosedur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan yang terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan guru dalam proses belajar dan mengajarkan siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying merupakan fenomena yang marak terjadi dewasa ini terutama di lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya baik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ukuran pencapaian sebuah bangsa yang diajukan oleh UNICEF adalah seberapa baik sebuah bangsa memelihara kesehatan dan keselamatan, kesejahteraan, pendidikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Jetis terletak di Jalan Brigjen Katamso No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan pendidikan yang efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Fenomena yang sering terjadi di sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang kuat disini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah sedang hangat dibicarakan. Perilaku agresif dan kekerasan yang dilakukan pelajar sudah di luar batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek bullying sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, hal ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat. Komnas Perlindungan Anak (PA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kekerasan bukanlah fenomena baru yang mewarnai kehidupan sosial individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan siswa salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat pada saat sekarang ini, telah membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciH, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING
BAB I PENDAHULUAN Pokok bahasan yang dipaparkan pada Bab I meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penelitian. A.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka
Lebih terperinciBAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.
BAB I RENCANA PENELITIAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan sepanjang hayat (long life education), karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan
Lebih terperinci2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan merupakan satu istilah yang tidak asing dan cenderung lebih dikaitkan dengan peristiwa yang mengerikan, menakutkan, menyakitkan, atau bahkan mematikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang ditandai dengan perubahan-perubahan didalam diri individu baik perubahan secara fisik, kognitif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah menjadi lingkungan pada siswa atau murid dalam proses untuk berinteraksi sosial secara langsung dengan teman sebaya atau guru. Akan tetapi, sekarang ini banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Masa anak usia sekolah merupakan masa dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan dari keluarga ke teman-teman sebayanya. Pada masa sekolah anak lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik. Banyak yang beranggapan bahwa masa-masa sekolah adalah masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang secara sadar berupaya melakukan perbaikan perilaku, pengalaman dan pengetahuan peserta didik. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bagi anak untuk memperoleh pendidikan yang umumnya digunakan para orang tua. Selain memperoleh pengetahuan atau pelajaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mendapat perhatian dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk memberikan pengajaran kepada siswa atau murid di bawah pengawasan guru dan kepala sekolah. Di dalam sebuah institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa mendapatkan teman baru selain teman di rumahnya. Anak juga dapat bermain dan berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan sepanjang hayat (long life education), karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah sekaligus anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Oleh karena itu setiap anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berita mengenai kekerasan anak di sekolah belakangan ini semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berita mengenai kekerasan anak di sekolah belakangan ini semakin meningkat. Media massa seperti televisi, radio, dan koran ramai membicarakan masalah kekerasan
Lebih terperinciPEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN
PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN 1. Kondisi dan kesan umum (ciri fisik). 2. Kondisi lingkungan rumah tempat tinggal dan lingkungan tetangga serta lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying. 1. Pengertian bullying. Menurut Priyatna (2010), bullying merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaku kepada korban yang terjadi secara berulang-ulang dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka berkaitan dengan teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian. Teori yang dikaji merupakan pengetahuan ilmiah yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar. Baik lingkungan keluarga, atau dengan cakupan yang lebih luas yaitu teman sebaya
Lebih terperinciDAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING
DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING PADA SISWA SMA CHRISTIN Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Semakin hari kita semakin dekat dengan peristiwa kekerasan khususnya bullying yang dilakukan terhadap siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap negara pasti memerlukan generasi penerus untuk menggantikan generasi lama. Bangsa yang memiliki generasi penerus akan tetap diakui keberadaannya, oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak pertengahan. Pada masa ini terjadi perubahan yang beragam pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran (http://www.sekolahdasar.net). Sekolah adalah
Lebih terperinciBULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017
BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut UU no. 20/03 tentang sistem pendidikan Nasioanl pasal 1 ayat (1) menerangkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
Lebih terperinci(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t
Dukungan Sosial Terhadap Anak Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Risya Handayani Pendahuluan Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat dimana anak belajar dan menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu melanjutkan estafet pembangunan bangsa ini. Namun,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan peradaban. Maju mundurnya suatu peradaban tergantung pada pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, apabila rakyat cerdas maka majulah bangsa tersebut. Hal ini senada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendukung maju tidaknya suatu bangsa, apabila rakyat cerdas maka majulah bangsa tersebut. Hal ini senada dengan pendapat
Lebih terperinciBullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon
Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan atau violence umumnya dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruh antara pendidik dengan yang di didik (Sukmadinata, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode-metode tertentu, sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara betingkahlaku yang sesuai dengan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan sebuah tahap perkembangan manusia dimana seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini adalah masa krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bullying selalu terjadi bahkan sudah menjadi sebuah tradisi. Bullying
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bullying sudah lama terjadi tetapi permasalahan ini tetap saja menjadi topik yang masih hangat diperbincangkan dan belum menemukan titik terang. Keberadaan bullying
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup. Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, remaja menaruh minat dan perhatian yang cukup besar terhadap relasi dengan teman
Lebih terperinciBULLYING. I. Pendahuluan
BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap
Lebih terperinciPENGARUH BULLYING TERHADAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 05 KEDIRI
PENGARUH BULLYING TERHADAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 05 KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditemui baik melalui informasi di media cetak maupun televisi. Selain tawuran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberitaan kasus bullying ataupun kekerasan di sekolah makin sering ditemui baik melalui informasi di media cetak maupun televisi. Selain tawuran antar pelajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya pemberitaan di media massa terkait dengan tindak kekerasan terhadap anak di sekolah, nampaknya semakin melegitimasi tuduhan miring soal gagalnya sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dasar di Indonesia merupakan pondasi bagi jenjang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dasar di Indonesia merupakan pondasi bagi jenjang pendidikan selanjutnya haruslah berperan dalam membentuk suatu pondasi yang kokoh berkaitan dengan watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Istilah bullying secara etimologi berasal dari kata bully berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena bullying telah lama ada di dalam kehidupan masyarakat. Di Indonesia. Istilah bullying secara etimologi berasal dari kata bully berarti penggertak, orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan aksi bullying. Definisi kata kerja to bully dalam Oxford
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan dapat muncul dimana saja, seperti di rumah, di sekolah, maupun masyarakat. Kekerasan yang terjadi di sekolah dikenal dengan sebutan aksi bullying.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah suatu lembaga tempat menuntut ilmu. Selain itu sekolah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah suatu lembaga tempat menuntut ilmu. Selain itu sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang secara sadar berupaya melakukan perbaikan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING
BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING Setelah menyajikan data hasil lapangan maka peneliti melakukan analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perlindungan anak yang tertuang dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian. pengertian yang baku hingga saat ini. Bullying berasal dari bahasa inggris,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian 1. Pengertian Kecenderungan Perilaku Bullying Pengertian perilaku bullying masih menjadi perdebatan dan belum menemukan suatu definisi yang diakui secara universal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai aspek kehidupan, yang paling utama pada masalah pendidikan. Lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi sekarang ini telah membawa dampak yang sangat pesat di berbagai aspek kehidupan, yang paling utama pada masalah pendidikan. Lembaga pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak usia 0-3 tahun merupakan masa untuk berkenalan dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hal ini pendidikan bukan lagi diterjemahkan sebagai bentuk pelajaran formal semata yang ditujukan untuk mengasah kemampuan berpikir saja. Pendidikan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai bagi suatu keluarga, dan menjadi aset yang berharga bagi suatu bangsa. Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi anak saat ini akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.
Lebih terperinciAbstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT
JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena di masyarakat khususnya bagi warga yang tinggal di perkotaan, aksiaksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Masalah 1. Latar Belakang Pada hakekatnya manusia merupakan mahkluk sosial, sehingga tidak mungkin manusia mampu menjalani kehidupan sendiri tanpa melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterikatan antarmanusia adalah wujud harfiah yang telah ditetapkan sebagai makhluk hidup. Hal demikian ditunjukkan dengan sifat ketergantungan antara satu individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi
Lebih terperinciV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, yang melaporkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
89 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Proses penelitian tentang studi kasus perilaku selective mutism (SM) siswa, menghasilkan kesimpulan yang disesuikan dengan fokus penelitian yakni latar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bullying 2.1.1 Pengertian Bullying Agresifitas menurut Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) menyatakan bahwa agresi adalah segala bentuk perilaku yang ditujukan untuk menyakiti
Lebih terperinciKEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS
KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS Oleh: Putrika P.R. Gharini * Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Anak merupakan karunia dari Tuhan yang Maha Esa. Keberadaanya merupakan anugrah yang harus dijaga, dirawat dan lindungi.setiap anak secara kodrati memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada stereotif yang umum berkembang di masyarakat yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh masalah, penuh gejolak, penuh resiko (secara psikologis),
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Pengertian Bullying Istilah bullying sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Masyarakat Indonesia sendiri belum begitu akrab dengan istilah bullying. Namun istilah
Lebih terperinci