BAB I PENDAHULUAN. Asam laktat pertama kali diisolasi dari susu asam pada abad ke-18. Pada
|
|
- Sudomo Agusalim
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asam laktat pertama kali diisolasi dari susu asam pada abad ke-18. Pada tahun 1918, para ilmuwan mengamati kasus di mana asidosis metabolik memiliki kaitan dengan aliran darah yang menurun disertai syok. Di tahun 1970-an dan 80- an, karya penelitian Huckabee dan Cohen akhirnya menggambarkan sindrom klinis asidosis laktat seperti yang kita ketahui saat ini. Kondisi klinis dan fisiologis dari asidosis metabolik sendiri telah diketahui selama hampir satu abad, namun saat ini kita menemukan sebuah pendekatan yang baru untuk diagnosis dan penatalaksanaannya (Bloomkalns, 2007). Pencarian penanda yang akurat atau suatu set penanda untuk diagnosis, prognosis dan pengobatan masih terus berlangsung. Estimasi nilai serum laktat dianggap membantu memprediksi morbiditas dan mortalitas pada korban trauma. Ada bukti untuk mendukung penggunaan kadar laktat darah sebagai titik akhir resusitasi. Peningkatan kadar asam laktat yang tinggi dalam serum dapat mengarahkan dokter yang merawat untuk melakukan intervensinya dengan aman dan benar. Interfensi dilakukan dengan identifikasi awal dan tindakan resusitasi agresif yang ditujukan untuk memperbaiki gangguan disfungsi metabolik, meningkatkan kemungkinan hidup dan mengurangi komplikasi pada pasien (Lamichhane, 2011). Berbagai cara digunakan untuk memprediksi mortalitas pasien yang dirawat di ICU. Sistem skoring yang umum dipergunakan antara lain Acute 1
2 Physiologic and Chronic Health Evaluation (APACHE), Mortality Probability Model (MPM), Simplified Acute Physiology Score (SAPS) dan Sequential Organ Failure Assesment (SOFA). Keempat sistem skoring ini berdasarkan nilai parameter klinis dan laboratorium. Kendala yang dapat dihadapi dalam menerapkan sistem skoring tersebut ialah banyaknya parameter laboratorium yang mungkin tidak tersedia di semua Intensive Care Unit (ICU) di Indonesia. Selain itu dengan banyaknya parameter laboratorium yang diperiksa juga meningkatkan pembiayaan bagi pasien-pasien yang dirawat di ICU. Oleh karena itu dibutuhkan parameter lain yang lebih umum diperiksa yang dapat menggantikan sistem skoring tersebut. Saat ini ada berbagai parameter independen yang telah diteliti untuk memprediksi mortalitas pasien yang dirawat di ICU seperti ph, defisit basa, laktat, anion gap, strong ion difference (SID) dan strong ion gap (SIG).Salah satu parameter yang sekarang banyak diteliti dan diduga dapat memprediksi mortalitas di ICU adalah kadar laktat dalam darah (Benjamin, 2000). Pada pasien kritis dengan sepsis, parameter hemodinamik global seringkali tidak dapat digunakan sebagai acuan. Untuk itu diperlukan suatu penanda untuk menilai gangguan perfusi jaringan ( shock microcirculation). Pada keadaan ini peningkatan kadar laktat dalam darah diduga dapat dijadikan penanda adanya gangguan/gagal perfusi jaringan atau gagal sirkulasi. Penentuan kadar laktat penting pada pasien dengan syok, sepsis, asma, pasca operasi, cedera otak, gagal hati, cedera paru akut (acute lung injury), dan keracunan (Agrawal, 2004). Sirkulasi adalah sistem dimana peningkatan permintaan oksigen terpenuhi oleh peningkatan pengiriman oksigen melalui peningkatan aliran darah. Jaringan hipoksia dengan demikian dapat didefinisikan sebagai keadaan di mana kebutuhan 2
3 oksigen jaringan tidak dipenuhi oleh pengiriman oksigen jaringan. Penurunan kadar hemoglobin dan saturasi oksigen arterial biasanya dikompensasi oleh peningkatan curah jantung untuk mempertahankan pengiriman oksigen global, dan hipoksia jaringan biasanya tidak terjadi. Ketika fungsi jantung terbatas mekanisme kompensasi ini gagal dan hipoksia jaringan terjadi dengan cepat. Banyak studi eksperimental dan klinis telah menunjukkan bahwa tingkat laktat darah mulai meningkat ketika hipoksia jaringan terjadi (Bakker, 2004). Kadar laktat yang tinggi pada pemeriksaan awal secara bermakna berhubungan dengan peningkatan angka mortalitas. Husein et al. pada tahun 1999 melaporkan kadar laktat pada pasien dengan asidosis metabolik setelah dirawat 24 jam di ruang perawatan intensif sebesar > 2,2 mmol/l memiliki angka mortalitas sampai dengan 58%. Kadar laktat yang diukur pada 24 jam setelah pasien masuk rumah sakit memiliki sensitivitas 55,6% dan spesifisitas 97,2% untuk memperkirakan prognosis pasien dengan sakit berat (Benjamin, 2000). Memahami bagaimana kadar laktat dapat digunakan dalam praktek klinis memerlukan pemahaman tentang bagaimana tubuh memproduksi dan mengeluarkan laktat. Dalam kondisi yang stabil dan normal disertai dengan oksigenasi pada jaringan yang baik, energi sel dapat lebih banyak diekstraksi secara aerobik melalui siklus asam sitrat dan rantai transpor elektron. Dalam hal ini, sel-sel mengubah piruvat menjadi asetil CoA melalui dekarboksilasi oksidatif. Sebaliknya, ketika tubuh mengalami perfusi jaringan yang tidak memadai. Maka piruvat akan dimetabolisme menjadi laktat (Bloomkalns, 2007). Produksi laktat terjadi pada semua jaringan, seperti otot rangka, otak, sel darah merah, dan ginjal. Bahkan pada kondisi basal dan dalam kondisi kaya 3
4 oksigen yang normal. Laktat pada subyek manusia normal dikeluarkan sangat cepat hingga 320 mmol/l dalam 24 jam, kebanyakan dimetabolisme oleh hati dan rekonversi laktat kembali menjadi piruvat. Tindakan ini membuat tingkat basal laktat di bawah 1 mmol/l pada darah arteri dan vena. Latihan yang berat, kejang, dan menggigil adalah contoh dari kondisi umum yang juga dapat menyebabkan asidosis laktat. Dalam kasus ini, tubuh membersihkan laktat dengan cepat dan peningkatan serum yang signifikan tidak terjadi (Bloomkalns, 2007). Peningkatan produksi laktat ketika perfusi darah yang tidak cukup, mungkin berguna sebagai penanda metabolisme sel yang terganggu. Seperti pada sepsis, trauma, penurunan volume, kehilangan darah, syok septik, dan sindrom inflamasi sistemik. Mengetahui nilai kadar laktat, terutama pada stadium awal, dapat memberikan informasi berharga untuk membantu penilaian dan memberikan penatalaksanaan (Bloomkalns, 2007). Beberapa studi menunjukkan manfaat pengukuran laktat pada pasien trauma dan pasien kritis. Studi oleh Abramson et al. penelitian prospektif pada 76 pasien multi-trauma dirawat di ICU, dilakukan pengukuran laktat serial dan klirens laktat lebih dari 48 jam. Dari 27 pasien yang nilai laktatnya kembali normal ( 2 mmol/l) dalam 24 jam, semuanya selamat, dan 3 dari 22 (13,6%) pasien yang tidak berhasil mengeluarkan kelebihan laktatnya dalam 48 jam yang mampu bertahan hidup. Para penulis menyimpulkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menormalkan kadar laktat dapat digunakan sebagai indikator prognostik pada pasien (Bloomkalns, 2007). Kadar awal laktat sangat berkorelasi dengan mortalitas. Ketika nilai kadar laktat kurang dari 2,5 mg/dl, 5,4% (95% confidence interval [CI], 4,5-6,2%) dari 4
5 pasien akan meninggal, dengan perubahan kadar laktat 2,5 mg/dl menjadi 4,0 mg/dl, angka kematian menjadi 6,4% (95% CI, 5,1-7,8%), dengan kadar laktat 4,0 mg/dl atau lebih besar, angka kematian meningkat menjadi 18,8% (95% CI, 15,7-21,9%). Setelah penyesuaian usia, Injury Severity Score (ISS), Glasgow Coma Scale (GCS), denyut jantung, dan tekanan darah, laktat awal tetap independen terkait dengan peningkatan mortalitas, dengan odds ratio yang disesuaikan 1,0, 1,5 (95% CI, 1.1-2,0) dan 3,8 (95% CI, 2,8-5,3), untuk kadar laktat kurang dari 2,5 mg/dl, 2,5 mg/dl berubah menjadi 4,0 mg/dl, dan 4,0 mg/dl atau lebih secara bermakna (Odom, 2013). Di antara pasien dengan kadar laktat awal yang tinggi ( 4.0 mg/dl), laktat kliren yang lebih rendah pada 6 jam pertama memprediksi peningkatan risiko kematian dengan akurasi yang baik dan independen. Untuk laktat kliren dari 60% atau lebih, 30% sampai 59%, dan kurang dari 30%, odds ratio yang disesuaikan untuk kematian adalah 1.0, 3.5 (95% CI 1,2-10,4), dan 4,3 (95% CI, 1,5-12,6 ), masing-masing. Dapat disimpulkan bahwa dari pengukuran laktat awal dan laktat klirens pada 6 jam pertama secara independen dapat memprediksi kematian pada pasien (Odom, 2013). Laktat adalah biomarker yang sering digunakan pada kasus trauma dan sepsis. Skenario pertama berkaitan dengan respon hipoksia jaringan terhadap akumulasi piruvat yang merupakan prekursor laktat. Sebaliknya, pada sepsis ada disfungsi enzim piruvat dehidrogenase, yang bertanggung jawab untuk mengubah piruvat menjadi AcetylCoA, mengakibatkan peningkatan kadar laktat dengan adanya oksigen (Sabogal, 2014). 5
6 Mengenai konsekuensi metabolik syok dan manajemen hemodinamik, ada alat monitoring sederhana lainnya seperti pemeriksaan kadar laktat dan nilai defisit basa yang dapat digunakan pada kasus penyakit kritis. Ketika diukur saat masuk dan pada hari-hari pertama perawatan ICU, variabel ini menjadi penanda penting keluaran pada pasien yang diresusitasi (Park, 2006). Meskipun asidosis laktat telah menarik studi yang cukup banyak pada pasien sakit kritis, asidosis metabolik dapat dihasilkan dari berbagai kondisi. Meskipun literatur yang ada tidak menunjukkan hubungan yang kuat antara jenis asidosis dan hasil akhirnya, metode tradisional yang digunakan mengklasifikasikan dan menganalisis kelainan asam basa memiliki keterbatasan yang signifikan, terutama pada pasien dengan sakit kritis. Studi sebelumnya yang mengevaluasi hubungan asidosis metabolik dan keluarannya pada pasien sakit kritis telah berfokus pada kedua etiologi spesifik ( misalnya laktat ) atau asidosis pada tingkat tertentu ( misalnya base excess ) (Gunnerson, 2006). Asidosis metabolik adalah gangguan klinis yang ditandai dengan peningkatan keasaman pada plasma. Asidosis metabolik harus dianggap sebagai tanda dari proses penyakit yang mendasari. Asidosis metabolik umum pada pasien septik dan sakit kritis. Asidosis mungkin diakibatkan dari patofisiologi yang mendasarinya, tapi mungkin juga hasil dari cara bagaimana pasien dikelola. Tingkat keparahan asidosis metabolik dikaitkan dengan hasil klinis yang buruk. Namun belum jelas apakah ada atau tidak hubungan kausal antara asidosis dan patofisiologi sindroma septik. Beberapa temuan eksperimental telah menunjukkan dampak modulasi asidosis pada pelepasan mediator inflamasi dan fungsi kardiovaskular (Maciel, 2010). 6
7 Asidosis metabolik merupakan temuan biokimia yang umum pada pasien dengan sakit kritis. Pentingnya prognostik kondisi ini terbukti dalam banyak penilaian skor risiko kematian, di mana risiko meningkat sebanding dengan tingkat keparahan asidosis. Metoda yang paling umum untuk mengukur asidosis metabolik adalah defisit basa. Meskipun defisit basa adalah ukuran yang akurat untuk gangguan total asam-basa akut, namun tidak dapat menggambarkan berbagai etiologi yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya asidosis. Termasuk kondisi asam pada jaringan, hiperkloremia dan asam lemah. Tidak umum untuk tiga etiologi tersebut muncul berdampingan pada pasien sakit kritis. Selanjutnya, kontribusi relatif dari masing-masing etiologi dapat bervariasi dari waktu ke waktu (O Dell, 2005). Asidosis metabolik memiliki efek penting dalam sistem kardiovaskular. Efek ini bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan asidosis. Asidosis ringan mengaktifkan sistem simpatik, rilis katekolamin dan menginduksi depresi miokard. Jika asidemia lebih parah, depresi miokard mendominasi dan hipotensi terjadi karena resistensi perifer terhadap katekolamin. Dalam kondisi sepsis, produksi oksida nitrat (NO) meningkat dan dianggap salah satu mekanisme utama hipotensi diakibatkan sepsis karena NO memiliki sifat vasodilator poten (Maciel, 2010). Asidosis metabolik kompleks umum terjadi pada pasien septik dan sakit kritis. Selanjutnya, tingkat keparahan dikaitkan dengan hasil klinis yang buruk dan disfungsi organ. Efek nyata dari asidosis metabolik pada fungsi organ dan patofisiologi sepsis masih belum bisa dipastikan. Namun ditemukan beberapa bukti eksperimental terjadinya modulasi asidosis pada senyawa inflamasi dan 7
8 fungsi kardiovaskular. Pengobatan asidosis metabolik didasarkan pada kontrol terhadap proses yang mendasari dan dukungan untuk disfungsi organ yang terjadi (Maciel, 2010). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalah penelitian sebagai berikut : Apakah kadar asam laktat awal dapat dijadikan sebagai parameter untuk prediktor mortalitas pada pasien sepsis yang dirawat di ruang ICU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta? C. Pertanyaan Penelitian Apakah kadar asam laktat awal memiliki nilai prediktor mortalitas yang kuat dan dapat digunakan sebagai parameter untuk memprediksi mortalitas pada pasien sepsis yang dirawat di ruang ICU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah kadar asam laktat awal pada pasien sepsis mempunyai nilai prediktif untuk mortalitas pasien sepsis yang dirawat di ICU RSUP Dr. Sardjito. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Manfaat praktis Dari penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam melakukan penilaian dan penatalaksanaan pasien sepsis. Diharapkan juga penanganan 8
9 pasien sepsis memiliki luaran yang lebih baik dengan penggunaan kadar laktat sebagai prediktor mortalitas. 2. Manfaat akademik Sebagai informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya terutama dalam lingkup bidang anestesiologi dan terapi intensif. F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 mencantumkan beberapa penelitian prediksi mortalitas pada pasien dengan menggunakan parameter kadar asam laktat di dalam darah. Tabel 1.1. Penelitian tentang kadar asam laktat sebagai prediktor mortalitas. No. Peneliti Jumlah Populasi Desain Hasil Penelitian (Tahun) Sampel Penelitian Penelitian 1. Khosravani 9036 Pasien di ICU, Retrospektif Laktat sebagai et al., 2009 ( 18 tahun). prediktor independen terhadap kematian: Kadar laktat 2-5 mm: OR 1.94 darah arteri atau ( ); vena saat masuk 5-10 mm: OR 3.38 ke ICU. ( ); mm: OR 4.41 ( ); Kematian di mm: OR 7.58 ICU. ( ); 20-max: OR ( ). 2. Nichol et 7155 Pasien di ICU. Retrospektif Dibandingkan laktat al., 2010 Kadar laktat < 0.75 mm, nilai darah arteri saat laktat saat masuk > 9
10 3. Smith et al., Suistomaa et al., 2000 masuk ICU. Kematian di RS. 148 Pasien di ICU Kadar laktat darah arteri pada saat masuk ICU. Serial: 24 jam kemudian. Kematian 28 hari di RS. 98 Pasien di ICU. Kadar laktat darah arteri pada saat masuk ICU. Serial: setiap 2 jam dalam 24 jam pertama. Kematian di RS. 2.0 mm memiliki OR kematian 2.1 ( , p = 0.01). Laktat antara mm memiliki OR = 2.0 (p < ). Laktat > 2.0 mm memiliki OR = 3.7 ( , p < ). Prospektif Laktat masuk > 1.5 mmol berhubungan dengan kematian dalam 28 hari (p < ). Area under ROC curve = Prospektif, Nilai puncak median Observasional laktat pada kelompok meninggal adalah 5.3 mm (IQR, ) vs. 1.9 mm (IQR, ) untuk yang hidup, p = Hiperlaktatemia saat masuk ICU berhubungan dengan kematian lebih tinggi dibandingkan hiperlaktatemia yang terjadi setelah masuk 10
11 perawatan (29.0% vs. 5.9%, p = 0.003). Hiperlaktatemia (> 6 jam) berhubungan dengan mortalitas lebih tinggi (36.8% vs. 0%, p = 0.008). 5. Nguyen et 111 Pasien dengan Prospektif, Kliren laktat kurang al., 2004 severe sepsis Observasional dari 10% dalam 6 atau syok septik jam berhubungan (> 18 tahun). dengan angka Kadar laktat saat kematian 60 hari masuk ke IGD yang lebih tinggi, Serial: dalam 6 dibandingkan kliren jam. laktat yang lebih dari 10% (p = 0.007). Kematian 60 Sens. 44.7% and hari di RS. spec. 84.4%. 6. Jansen et 394 Pasien ICU Prospektif, Koreksi laktat dalam al., 2009 dengan sepsis, Observasional 24 jam pertama perdarahan, atau berkaitan dengan kondisi lain penurunan mortalitas rendah oksigen. yang signifikan pada Laktat arteri saat kelompok sepsis (p = masuk ICU ), tapi tidak Serial: 12 & 24. bermakna pada kelompok yang lain, Kematian di RS (p = 0.42). 11
12 7. Lee et al., 126 Pasien dengan Prospektif, Tidak didapatkan 2008 severe sepsis Observasional perbedaan signifikan atau syok septik kematian yang ( 20 tahun). didapatkan antara Kadar laktat pasien dengan arteri pada saat peningkatan laktat masuk IGD. dibanding laktat Serial: 4 jam. normal, selama ph masih berada dalam Kematian di RS batas normal. Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian yang meneliti tentang pemeriksaan kadar asam laktat sebagai prediktor mortalitas pada pasien sepsis yang dirawat di ruang ICU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 12
BAB I PENDAHULUAN. seluruh rumah sakit di Indonesia dengan angka kematian 5,7%-50% dalam tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sindrom syok dengue (SSD) adalah manifestasi demam berdarah dengue (DBD) paling serius. Angka morbiditas infeksi virus dengue mencapai hampir 50 juta kasus per tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Fraktur femur merupakan salah satu trauma mayor di bidang Orthopaedi. Dikatakan sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh terhadap suatu infeksi. 1 Ini terjadi ketika tubuh kita memberi respon imun yang berlebihan untuk infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini dapat bertahan hidup dengan perawatan intensif di Ruang Terapi Intensif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik kedokteran saat ini berkembang dengan sangat pesat, sehingga banyak pasien dengan penyakit kritis yang dahulunya tidak dapat terselamatkan saat ini dapat bertahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia sering terjadi pada pasien kritis dari semua usia, baik pada dewasa maupun anak, baik pada pasien diabetes maupun bukan diabetes. Faustino dan Apkon (2005)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Sepsis merupakan suatu respon sistemik yang dilakukan oleh tubuh ketika menerima sebuah serangan infeksi yang kemudian bisa berlanjut menjadi sepsis berat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di intensive care unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% pada 28 hari pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory response syndrome (SIRS) sebagai respons klinis terhadap adanya infeksi. SIRS akan melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 3 71 % pasien critically ill mengalami hiperglikemia (Capes dkk., 2000). Hiperglikemia sendiri merupakan bentuk respon tubuh terhadap stres (perubahan fisiologis)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pasien ICU. Suatu penelitian menunjukkan 64% pasien critically ill mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gangguan keseimbangan asam basa yang kompleks umum terjadi pada pasien ICU. Suatu penelitian menunjukkan 64% pasien critically ill mengalami asidosis metabolik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepsis merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian di Amerika Serikat (AS). Diperkirakan terdapat 751.000 kasus sepsis berat setiap tahunnya di AS dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode neonatus merupakan waktu yang paling rawan untuk kelangsungan hidup anak. Pada tahun 2015, 2,7 juta neonatus meninggal, merepresentasikan 45% dari kematian anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya trias kematian (hipotermia, asidosis dan koagulopati) yang kini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma merupakan permasalahan utama yang dihadapi pada kehidupan moderen saat ini. Secara global, 10% dari seluruh jumlah kematian disebabkan oleh trauma. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Diperkirakan insidensinya lebih dari 500 per 100.000 populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks yang timbul akibat kelainan struktur dan atau fungsi jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel kiri dalam mengisi
Lebih terperinciSyok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi
Syok Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor1778/MENKES/SK/XII/2010,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tujuan dari terapi cairan perioperatif adalah menyediakan jumlah cairan yang cukup untuk mempertahankan volume intravaskular yang adekuat agar sistem kardiovaskular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manifestasinya dapat sangat bervariasi, mulai dari yang ringan tanpa gejala,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acute Kidney Injury adalah suatu kondisi klinis yang spesifik, dimana manifestasinya dapat sangat bervariasi, mulai dari yang ringan tanpa gejala, hingga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sepsis dan Gagal Sistem Organ Multipel Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory Response Syndrome / SIRS) yang disebabkan oleh infeksi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Infeksi serius dan kelainan lain yang bukan infeksi seperti pankreatitis, trauma dan pembedahan mayor pada abdomen dan kardiovaskular memicu terjadinya SIRS atau sepsis
Lebih terperinciBAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007
50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kejadian AKI (Acute Kidney Injury) masih mempunyai angka kematian yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan kriteria diagnosis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tetap terjadi perubahan dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Packed red cell (PRC) adalah produk darah paling penting yang dapat disimpan sekitar 35-42 hari di bank darah dan merupakan terapi terbanyak yang diberikan di dunia.
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis adalah suatu keadaan kompleks tubuh yang dirangsang oleh infeksi kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun tubuh yang diinisiasikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit misalnya pada pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga dihadapi oleh berbagai negara berkembang di dunia. Stroke adalah penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang tidak hanya di hadapi negara maju, tapi juga dihadapi oleh berbagai negara berkembang di dunia. Stroke adalah penyebab kematian
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
44 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik untuk membandingkan sensitivitas dan spesifisitas antara serum NGAL dan serum cystatin C dalam mendiagnosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam dekade terakhir (2000-2011). Penyakit ini menjadi penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis yang merupakan suatu respon tubuh dengan adanya invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan
Lebih terperinciInterpretasi Hasil Analisa Gas Darah dan Peranannya Dalam Penilaian Pasien- Pasien Kritis
Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah dan Peranannya Dalam Penilaian Pasien- Pasien Kritis Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi sistemik dikarenakan adanya infeksi. 1 Sepsis merupakan masalah kesehatan dunia karena patogenesisnya
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab terbanyak cedera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggambarkan proses ruptur plak aterosklerosis dan trombosis pada arteri koroner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom koroner akut (SKA) merupakan spektrum klinis yang menggambarkan proses ruptur plak aterosklerosis dan trombosis pada arteri koroner hingga terjadi iskemia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut data statistik WHO (World Health Organization) penyakit kardiovaskular mengalami pertumbuhan, diprediksi pada tahun 2020 penyakit kronis akan mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011). Stroke merupakan penyebab
Lebih terperinciPENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI
PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Intensive Cardiovascular Care Unit dan bangsal perawatan departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler RSUD Dr. Moewardi
Lebih terperinciKesetimbangan asam basa tubuh
Kesetimbangan asam basa tubuh dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Departemen Biokimia, Biologi Molekuler dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ph normal darah Dipertahankan oleh sistem pernafasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kejadian AKI baik yang terjadi di masyarakat
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok
BAB III PEMBAHASAN Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok karena trauma tidak dikatakan sebagai syok hipovolemik, selain itu juga dalam penatalaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sirosis adalah suatu keadaan patologik yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak terhadap pergeseran epidemiologi penyakit. Kecenderungan penyakit bergeser dari penyakit dominasi penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang terjadi oleh apapun penyebabnya yang terjadi dalam 30 hari setelah operasi di dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons tubuh terhadap invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan endotoksin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular menempati urutan pertama penyebab kematian di seluruh dunia. Sebanyak 17.3 juta orang diperkirakan meninggal oleh karena penyakit kardiovaskular
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian didapatkan subjek penelitian sebesar 37 penderita kritis yang mengalami hiperbilirubinemia terkonjugasi pada hari ketiga atau lebih (kasus) dan 37 penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu sindroma klinis berupa sekumpulan gejala khas iskemik miokardia yang berhubungan dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Gagal jantung kronik (GJK) merupakan penyakit yang sering muncul dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Gagal jantung kronik (GJK) merupakan penyakit yang sering muncul dan menjadi penyebab kematian tertinggi pada pasien rawat inap terutama usia lanjut (Croft
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu catatan penting dalam beberapa dekade terakhir adalah semakin meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula halnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun dari mikroorganisme di dalam darah dan munculnya manifestasi klinis yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi klinis dari penyakit jantung iskemik. Penyakit jantung iskemik adalah sebuah kondisi dimana aliran darah dan oksigen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Asam urat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala traumatik merupakan masalah utama kesehatan dan sosial ekonomi di seluruh dunia (Ghajar, 2000; Cole, 2004). Secara global cedera kepala traumatik merupakan
Lebih terperinciMONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I
MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I Hemodinamik Aliran darah dalam sistem peredaran tubuh kita baik sirkulasi magna/ besar maupun sirkulasi parva/ sirkulasi dalam paru paru. Monitoring
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peritonitis didefinisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peritonitis Peritonitis didefinisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang membatasi rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya. Peritonitis dapat bersifat
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus
BAB VI PEMBAHASAN Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus yang lahir dan dirawat di bangsal NICU dan PBRT RSUP Dr Kariadi yang memenuhi kriteria penelitian dan telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensive Care Unit (ICU) merupakan cabang ilmu kedokteran yang memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pasienpasien sakit kritis yang kerap membutuhkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat menjadi penyebab kematian peringkat ketiga dan penyebab utama kecacatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2 Asfiksia merupakan salah satu penyebab
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta
Lebih terperinci4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia
4. HASIL Sampel penelitian diambil dari data sekunder berdasarkan studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) pada bulan Desember 2005 Desember 2006. Jumlah rekam medis yang didapat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma koroner akut merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan terjadinya infark/iskemik miokard yang terjadi secara akut. Keadaan ini biasanya disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. operasi bedah sesar dengan status fisik ASA (American Society of Anesthesiologist)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian ringet laktat sebagai cairan resusitasi pada pasien bedah sesar, sering dikaitkan dengan kejadian asidosis. 1,2 Keadaan asidosis akan menyebabkan vasodilatasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perubahan pola hidup yang terjadi meningkatkan prevalensi penyakit jantung dan berperan besar pada mortalitas serta morbiditas. Penyakit jantung diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, infeksi susunan saraf pusat menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit (Saharso dan Hidayati, 2000). Inflamasi yang terjadi pada sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terjadi di masyarakat. Sepsis menjadi salah satu dari sepuluh penyebab kematian terbesar di dunia. Diagnosis
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN. ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi
5 BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Definisi ALI ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi yang luas dan parah dari parenkim paru. 10 ALI/ARDS merupakan kumpulan gejala akibat inflamasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan secara global setiap tahun terdapat 5 juta bayi meninggal pada usia empat minggu pertama kehidupannya, dengan 98% kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Disfungsi hati (liver disfunction) pada pasien-pasien kritis dengan gagal organ multipel (MOF), sering tertutupi atau tidak dikenali. Pada penderita yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Cedera kepala merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola hidup menyebabkan berubahnya pola penyakit infeksi dan penyakit rawan gizi ke penyakit degeneratif kronik seperti penyakit jantung yang prevalensinya
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut,
B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab kematian tertinggi di negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut, penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit yang tergolong dalam non-communicable disease atau penyakit tidak menular (PTM) yang kini angka kejadiannya makin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trauma merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur dibawah 45 tahun di negara maju dan di negara berkembang. Kepala juga merupakan bagian yang paling sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Perinatologi dan Neurologi. 4.. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gagal jantung hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia(jessup dan Brozena, 2013). Prevalensi gagal jantung masih cukup tinggi, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain uji double blind, randomized controlled clinical trial. 3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Pengumpulan data
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan stroke, dimana didapatkan data 6 juta orang meninggal dunia, dan 5 juta lainnya mengalami cacat permanen.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering mengganggu pertukaran gas. Bronkopneumonia melibatkan jalan nafas distal dan alveoli, pneumonia lobular
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Syok Hipovolemik 2.1.1 Definisi Syok hipovolemik didefinisikan sebagai penurunan perfusi dan oksigenasi jaringan disertai kolaps sirkulasi yang disebabkan oleh hilangnya volume
Lebih terperincimeningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenagatenaga khusus, terbatasnya sarana pasarana dan mahalnya peralatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
Lebih terperincimekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.
B. HIPERKAPNIA Hiperkapnia adalah berlebihnya karbon dioksida dalam jaringan. Mekanisme penting yang mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasi alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO 2 yang diproduksi
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.
36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kariadi adalah salah satu dari bagian ruang rawat intensif lain yaitu ICU pediatrik,
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 ICU ICU modern berkembang dengan mencakup pengananan respirasi dan jantung, menunjang faal organ, dan penanganan jantung koroner. ICU RSUP dr. Kariadi adalah salah satu dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan sindroma klinik akibat respon yang berlebihan dari sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sepsis merupakan sindroma klinik akibat respon yang berlebihan dari sistem imun yang distimulasi oleh mikroba atau bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan,
Lebih terperinci