I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan harga berbagai komoditas yang terjadi di pasar dunia dapat terjadi karena berbagai hal antara lain karena adanya krisis ekonomi maupun krisis politik dunia. Krisis politik akibat perang Iran dan Irak tahun 1981 menyebabkan harga minyak meningkat dari US$ 14 pada tahun 1979 menjadi US $ 35 pada tahun Selanjutnya, perang teluk yang terjadi pada tahun 2005 menyebabkan harga, khususnya harga minyak bumi, mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari sekitar US $ 60 per barrel meningkat menjadi lebih dari US $ 100 per barrel (OPEC, 2009). Sementara penurunan harga di hampir seluruh komoditas yang diperdagangkan di pasar dunia juga terjadi pada saat krisis yang terjadi pada tahun Krisis ekonomi tahun 2008 menyebabkan harga internasional komoditas yang diperdagangkan di pasar global menunjukkan kecenderungan menurun. Penurunan harga berbagai komoditas di perdagangan internasional dapat dilihat mulai dari triwulan I/2008 sampai dengan awal tahun 2009 (lihat Lampiran 1). Laporan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam Lampiran 1 tersebut menunjukkan bahwa penurunan harga yang terjadi di hampir seluruh komoditas yang diperdagangkan secara internasional menyebabkan perekonomian dunia mengalami perlambatan. Perlambatan perekonomian terjadi baik di negara maju yang secara langsung terkena dampak krisis ekonomi maupun negara berkembang yang merupakan penyedia berbagai komoditas bagi negara maju. Indonesia, sebagai salah satu eksportir beberapa komoditas juga terkena dampak dari perubahan harga komoditas internasional tersebut yaitu berupa perlambatan perekonomian yang diakibatkan menurunnya nilai jual komoditas ekspor utama Indonesia di pasar dunia seperti komoditas pertambangan dan beberapa komoditas industri pengolahan antara lain minyak nabati dan hewani, pakaian jadi dan sebagainya. Perubahan harga komoditas internasional merupakan dampak dari adanya krisis ekonomi global yang terjadi pada awal tahun Krisis ekonomi yang mendunia ini bermula dari adanya krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Krisis diawali dari kasus sub-prime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat yang terjadi pada awal tahun 2008 (Mei 2008). Kasus sub-prime mortgage adalah kasus 1

2 gagal bayar dari industri perumahan di Amerika Serikat. Kasus ini menyebabkan jatuhnya perusahaan-perusahaan penjaminan keuangan dunia seperti Merill Lynch dan beberapa perusahaan penjaminan lainnya di Amerika. Selanjutnya, kasus ini juga menyebabkan jatuhnya beberapa harga saham perusahaan penjaminan multi-nasional. Kejatuhan perusahaan penjaminan perumahan dan anjloknya saham-saham besar dunia menyebabkan bangkrutnya lembaga keuangan penjamin kredit perumahan tidak hanya yang berasal dari Amerika sendiri namun juga yang berasal dari beberapa negara maju lainnya di Eropa dan Asia antara lain Jepang, Cina dan Korea Selatan. Dampak dari krisis global 2008, pada akhirnya, menurunkan penerimaan negara maju sehingga daya beli masyarakatnya juga mengalami penurunan. Penurunan penerimaan negara-negara maju dan menurunnya daya beli masyarakatnya, selanjutnya menyebabkan permintaan terhadap berbagai komoditas dunia juga menurun. Daya beli yang melemah di negara-negara maju yang merupakan konsumen utama komoditas negara berkembang akan menurunkan permintaan terhadap berbagai produk yang diperdagangkan secara global. Penurunan permintaan akhirnya berujung pada penurunan harga produk-produk perdagangan internasional. Perkiraan penurunan perekonomian dunia akibat krisis yang terjadi pada tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 1.1. Hasil laporan Bank Dunia, seperti terlihat pada Gambar 1.1, menunjukkan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi global telah direvisi lebih rendah untuk tahun Perekonomian negara-negara maju pada tahun 2009 yang sebelumnya diproyeksikan mengalami pertumbuhan sekitar 1,5 hingga 2,0 persen pada tahun 2009, namun akibat adanya krisis, pertumbuhan ekonomi negaranegara maju diproyeksikan menurun hingga kurang dari 0,25 persen. Sementara negara-negara berkembang yang sebelumnya diproyeksikan akan tumbuh diatas 6 persen namun karena krisis, maka pertumbuhan pada tahun 2009, diproyeksikan menjadi kurang dari 5 persen. Sebagai dampak penurunan perekonomian dunia maka harga komoditas yang diperdagangkan juga mengalami penurunan. Penurunan harga beberapa komoditas internasional sampai dengan triwulan II/2009 menunjukkan penurunan harga hingga lebih dari 40 persen sebagaimana terlihat pada Lampiran 1. 2

3 Pertumbuhan (persen) 7 Negara Berkembang Negara Maju Proyeksi Awal Sumber: Bank Dunia dan BPS, 2009 Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju (OECD) dan Negara Berkembang Sebagian besar komoditas yang diperdagangkan secara internasional antara lain hasil sektor pertanian dan pertambangan dan hasil industri pengolahan. Harga internasional beberapa hasil produk pertanian seperti rotan, kayu, katun, wol, karet dan hides sampai dengan triwulan II/2009 masih mengalami rata-rata penurunan harga hingga minus 26,67 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (triwulan II/2008). Komoditas perkebunan (hides dan karet) mengalami kontraksi harga hingga 52,05 persen dan 45,77 persen. Komoditas pertambangan terutama produk logam seperti tembaga, aluminium, bijih besi, nikel, seng dan sebagainya pada triwulan II/2009 mengalami penurunan harga rata-rata sebesar 38,04 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun yang lalu. Bahkan pada triwulan I/2009 yang lalu penurunan harga komoditas pertambangan ini mencapai 45,66 persen. Penurunan harga tertinggi komoditas pertambangan terutama terjadi pada produk nikel yang mengalami penurunan hingga 49,28 persen pada triwulan II/2009 jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, bahkan mencapai 63,57 persen pada triwulan I/2009 jika dibandingkan dengan triwulan I/2008 yang lalu. Komoditas lainnya seperti komoditas industri pengolahan antara lain industri makanan mengalami penurunan harga rata-rata 20,54 persen pada triwulan II/

4 Beras yang merupakan kelompok industri makanan yaitu berupa biji-bijian mengalami penurunan harga hingga 41,71 persen. Sementara kelompok produk industri pengolahan berupa tepung menurun sebesar 25,43 persen pada triwulan II/2009. Produk industri pengolahan yang bersumber dari sektor peternakan seperti daging mengalami penurunan harga rata-rata sebesar 6,42 persen. Sementara industri pengolahan yang bersumber dari produk perikanan sudah menunjukkan kecenderungan meningkat yaitu sebesar 0,25 persen jika dibandingkan dengan harga pada triwulan II/2008 yang lalu. Pada triwulan I/2009 kelompok produk industri pengolahan yang bersumber dari industri perikanan masih menunjukkan kecenderungan menurun yaitu sebesar minus 12,68 persen. Secara keseluruhan penurunan harga internasional dapat dilihat pada Lampiran 1. Juta US $ Juta US$ 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Perkembangan Ekspor Impor Indonesia persen % 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% 2007-J F M A M J J A S O N D 2008-J F M A M J J A S O N D 2009-J Sumber: BPS, Nilai Ekspor Nilai Impor Pertm. Ekspor Pertm. Impor Gambar 1.2 Perkembangan Ekspor dan Impor Bulanan Indonesia, Januari 2007 s/d Januari Dampak penurunan permintaan produk yang diperdagangkan di pasar internasional dari negara maju juga berimbas pada perekonomian Indonesia. Sejak pertengahan tahun 2008, ekspor maupun impor Indonesia di pasar global terus menunjukkan kecenderungan menurun (lihat Gambar 1.2). Sampai dengan pertengahan tahun 2008 baik ekspor dan impor Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat, namun setelah triwulan II/2008 baik 4

5 nilai ekspor maupun impor Indonesia sudah mulai menunjukkan kecenderungan menurun. Penurunan kinerja ekspor dan impor Indonesia pada akhirnya berdampak pada kinerja perekonomian Indonesia secara keseluruhan berupa perlambatan pertumbuhan (lihat Tabel 1.1 dan Tabel 1.2). Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDB menurut Penggunaan (Persen) Jenis Penggunaan Trw I-2009 Terhadap Trw I-2008 Trw II-2009 Terhadap Trw II-2008 Sm I-2009 Terhadap Sm I-2008 (1) (4) (5) (6) 1. Pengeluaran Konsumsi RT 6,0 4,8 5,4 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 19,2 17,0 18,0 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,4 2,7 3,0 4. Ekspor Barang dan Jasa -18,7-15,7-17,2 5. Dikurangi Impor Barang dan Jasa -26,0-23,9-24,9 PDB 4,4 4,0 4,2 Sumber: BPS 2009 Secara makro, perekonomian Indonesia sampai dengan triwulan II/2009 masih mengalami perlambatan. Pada triwulan II/2009 pertumbuhan perekonomian Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang melambat jika dibandingkan dengan triwulan I/2009. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada triwulan I/2009, perekonomian Indonesia masih tumbuh sebesar 4,4 persen jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun Namun pada triwulan II/2009, kinerja perekonomian Indonesia mengalami perlambatan yaitu menjadi 4,0 persen jika dibandingkan dengan triwulan II/2008. Ekspor dan impor pada triwulan I dan II/2009 masih menunjukkan pertumbuhan yang negatif. Sampai dengan semester I/2009, pertumbuhan ekspor adalah sebesar minus 17,2 persen sementara impor tumbuh minus 24,9 persen. Secara sektoral, perlambatan terjadi di sektor pertanian, sektor perdagangan hotel dan restoran, serta sektor keuangan real estate dan jasa perusahaan seperti terlihat pada Tabel 1.2. Sektor pertanian yang terdiri dari pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan melambat dari 5,2 persen pada triwulan I/2009 menjadi 2,4 persen. Sektor perdagangan hotel dan restoran juga 5

6 mengalami kontraksi dari tumbuh 0,5 persen pada triwulan I/2009 menjadi minus 0,1 persen pada triwulan II/2009. Selain itu, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan yang semula tumbuh sebesar 6,3 persen pada triwulan I/2009 menjadi tumbuh sebesar 5,3 persen pada triwulan II/2009. Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan PDB menurut Lapangan Usaha (Persen) Lapangan Usaha Trw I-2009 Terhadap Trw I-2008 Trw II-2009 Terhadap Trw II-2008 Sm I-2009 Terhadap Sm I-2008 (1) (4) (5) (6) 1. Pertanian 5,2 2,4 3,7 2. Pertambangan dan Penggalian 2,4 2,4 2,4 3. Industri Pengolahan 1,5 1,5 1,5 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 11,4 15,4 13,4 5. Konstruksi 6,3 6,4 6,3 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,5-0,1 0,2 7. Pengangkutan dan Komunikasi 17,1 17,5 17,3 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 6,3 5,3 5,8 9. Jasa Lainnya 6,8 7,4 7,1 PDB 4,4 4,0 4,2 PDB Tanpa Migas 4,8 4,4 4,6 Sumber: BPS Perumusan masalah Gambar 1.3 menunjukkan bagaimana perubahan harga internasional yaitu berupa penurunan harga akibat adanya krisis global yang terjadi pada tahun Perekonomian dunia sampai dengan akhir tahun 2007 masih mengalami booming harga pada sejumlah komoditas. Kondisi ini menyebabkan beberapa indikator makro mengalami peningkatan seperti harga ekspor dan selanjutnya mendorong peningkatan berbagai pasar termasuk pasar finansial. Kondisi tersebut menyebabkan ekonomi global secara riil juga meningkat dan peningkatan perekonomian berujung pada peningkatan penerimaan rumah tangga. Peningkatan pendapatan rumah tangga ini, pada akhirnya mendorong rumah tangga miskin semakin berkurang. Setelah periode 2007 atau sejak awal triwulan I/2008, krisis global mulai melanda perekonomian dunia. Krisis ini dimulai dengan adanya krisis finansial yaitu 6

7 banyaknya perusahan penjamin simpanan akibat gagal bayar kredit perumahan sehingga permintaan akan komoditas dunia dari negara-negara maju sebagai negara pengimpor komoditas dunia menurun dan berlanjut kepada negara-negara produsen sebagai negara pengekspor termasuk Indonesia yang mengalami kelebihan suplai/penawaran untuk beberapa komodias tertentu seperti komoditas pertambangan (antara lain batu bara, minyak bumi, biji tembaga) dan komoditas industri pengolahan ( seperti minyak nabati dan hewani, pakaian jadi, logam dasar, gas alam cair) Q Q Q Q1 Krisis Finansial Internasional Krisis Ekonomi Global Permintaan Dunia (EksporM/impor) melemah Kenaikan Harga Komoditas Harga Komoditas Dunia Jatuh Inflasi Naik Harga Ekspor Naik Rupiah Melemah Saham Pasar Finansial Investasi Ekonomi Riil Meningkat Inflasi rendah Pekerjaan Pendapatan Kemiskinan Turun Barang Penurunan kemiskinan Domestik melambat Gambar 1.3 Diagram Proses Krisis Ekonomi Global Tahun Salah satu jalur bagaimana krisis ekonomi menjadi krisis global adalah melalui jalur perdagangan internasional. Permintaan dunia (negara-negara maju) yang melemah sementara produksi dari negara terutama dari negara berkembang termasuk Indonesia terus bertambah maka selanjutnya akan terjadi kelebihan penawaran (over supply) termasuk produk-produk ekspor utama Indonesia. Sementara itu, akibat krisis, penerimaan negara maju terus mengalami menurun. Hal ini, pada akhirnya menyebabkan harga di pasar internasional mengalami penurunan. 7

8 Beberapa indikator dampak krisis seperti diperkirakan oleh Bank Dunia (Global Economic Prospect, Januari 2009) dan IMF (World Economic Outlook- Update, Januari 2009) dapat dilihat pada Tabel 1.3. dibawah ini, Seperti disampaikan dalam laporan tentang prospek perekonomian dunia oleh bank dunia dan laporan perekonomian dunia oleh IMF menunjukkan pertumbuhan PDB dunia pada tahun 2009 menurun menjadi 0,9 persen dibandingkan tahun Pertumbuhan PDB tahun 2008 sebesar 2,5 persen atau menurun dibandingkan dengan pertumbuhan PDB dunia pada tahun 2007 (3,7 persen). Sebagai dampak krisis yang terus berlanjut maka proyeksi yang dilakukan oleh IMF terhadap perekonomian dunia menyebutkan bahwa pertumbuhan output dunia sebesar 0,5 persen pada tahun 2009 dan diperkirakan menurun menjadi 0,3 persen pada tahun 2010 (lihat Tabel 1.3). Tabel 1.3 Beberapa Indikator Ekonomi Dunia, Indikator World bank (2009) Pertumbuhan PDB riil dunia (%) 3,7 2,5 0,9 3,0 Pertumbuhan volume perdagangan dunia (%) 7,5 6,2-2,1 6,0 Pertumbuhan harga komoditas, non-oil (%) 17,0 22,4-23,2-3,3 Harga minyak dunia (USD per barrel) 71,1 101,2 74,5 75,8 IMF (2009) Pertumbuhan output dunia (%) 5,2 3,4 0,5 3,0 Pertumbuhan volume perdagangan dunia (%) 7,2 4,1-2,8 3,2 Pertumbuhan ekspor negara berkembang (emerging dan developing countries), (%) 9,6 5,6-0,8 5,4 Pertumbuhan ekspor negara maju (%) 5,9 3,1-3,7 2,1 Pertumbuhan impor negara maju (%) 4,5 1,5-3,1 1,9 Pertumbuhan impor negara berkembang (%) 14,5 10,4-2,2 5,9 Sumber: World bank dan IMF, 2009 Akibat dari permintaan dunia yang menurun, volume perdagangan dunia pada tahun 2008 telah menunjukkan perlambatan (lihat Tabel 1.3). Volume perdagangan dunia pada tahun 2007 dan 2008 masing-masing tumbuh sebesar 7,5 persen dan 6,2 persen. Selanjutnya pada tahun 2009 volume perdagangan terkontraksi menjadi minus 2,1 persen. Sementara, IMF memprediksikan volume perdagangan dunia akan terkontraksi menjadi sebesar minus 2,8 persen. IMF juga memprediksikan 8

9 perdagangan yang dilakukan oleh negara maju terkontraksi sebesar minus 3,7 persen untuk ekspor dan minus 3,1 persen untuk impor. Hal yang sama juga terjadi pada ekspor dan impor negara berkembang, dimana pada tahun 2009 ekspor negara berkembang diprediksikan oleh IMF terkontraksi sebesar minus 0,8 persen sementara impor sebesar minus 2,2 persen. Berdasarkan uraian diatas maka beberapa permasalahan mengenai dampak perubahan harga ekspor komoditas internasional terhadap perekonomian dan perdagangan Indonesia serta dampak terhadap pendapatan rumah tangga yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu: 1. Seberapa besar dampak perubahan harga komoditas internasional yang terjadi pada triwulan 1/2008 sampai dengan triwulan II/2009 (secara simultan) terhadap perekonomian Indonesia. Apa pengaruhnya terhadap konsumsi, investasi, ekspor dan impor serta seberapa besar dampak penurunan harga komoditas internasional tersebut terhadap penerimaan rumah tangga. 2. Sektor apa yang memberikan dampak terbesar terhadap perekonomian akibat dari adanya penurunan harga komoditas internasional. Untuk itu perlu diketahui seberapa besar pengaruh penurunan harga internasional di masing-masing komoditas ekspor utama (secara parsial) terhadap masing masing sektor dan pengaruh penurunan harga internasional di masing-masing komoditas ekspor utama terhadap perekonomian secara keseluruhan dan apa dampaknya terhadap pendapatan rumah tangga 3. Selanjutnya, apa dampak terhadap perekonmian apabila terjadi kenaikan harga komoditas internasional dan apa dampaknya terhadap pendapatan rumah tangga. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak perubahan harga komoditas yang diperdagangkan secara internasional yang terjadi pada saat krisis ekonomi pada awal tahun 2008 khususnya komoditas-komoditas yang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia. Seberapa besar dampak perubahan harga internasional tersebut mempengaruhi perekonomian. Selain itu juga ingin diketahui seberapa besar dampak perubahan harga internasional terhadap perekonomian akan mempengaruhi pendapatan berbagai golongan rumah tangga. 9

10 Dengan diketahuinya dampak perubahan harga komoditas internasional terutama yang berkaitan dengan komoditas ekspor utama Indonesia terhadap perekonomian dan pengaruhnya terhadap pendapatan rumah tangga maka diharapkan besaran dampak secara kuantitatif dapat diprediksi lebih awal dan diestimasi secara lebih tepat dan dapat digunakan sebagai antisipasi kebijakan pemerintah terhadap harga produk ekspor yang berfluktuasi di pasar internasional. Dengan demikian pemerintah dapat melakukan antisipasi terhadap adanya perubahan harga ekspor serta dapat meminimalisir dampak negatif dengan berbagai alternatif kebijakan dan strategi tindakan yang diperlukan. 1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan analisis dampak perubahan harga internasional yang terjadi pada periode krisis yaitu harga pada triwulan I 2008 sampai dengan triwulan II Untuk menentukan besaran perubahan harga di tiap komoditas maupun keseluruhan harga komoditas secara agregat digunakan nilai rata rata yang bersumber dari laporan IMF. Dalam penelitian ini hanya dianalisis komoditas yang mempunyai peranan ekspor besar dalam perekonomian Indonesia. Komoditas yang diteliti adalah komoditas yang berpengaruh dalam ekspor Indonesia yaitu terbatas kepada 10 (sepuluh) komoditas ekspor utama Indonesia. Penentuan 10 (sepuluh) komoditas ekspor utama dilakukan dengan melihat kontribusi setiap komoditas ekspor terhadap total ekspor. 10 (sepuluh) komoditas ekspor utama Indonesia dipilih berdasarkan klasifikasi Tabel I-O Indonesia ukuran 175 x 175. Komoditas ekspor yang termasuk 10 (sepuluh) besar berdasarkan nilai yang terpilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1) Batu bara, 2) Minyak bumi, 3) Biji tembaga, 4) Minyak hewani dan minyak nabati, 5) Pakaian jadi, 6) Barang elektronika, 7) Logam dasar bukan besi, 8) Gas alam cair, 9) Kimia dasar dan 10) Karet remah. Untuk mengetahui dampak dan keterkaitan perubahan harga komoditas internasional yang terjadi selama periode triwulan I-2008 sampai dengan triwulan II dengan berbagai neraca (ekspor, impor, institusi, produsen, konsumen dan sebagainya maka digunakan pendekatan dengan menggunakan kerangka data dalam bentuk matriks yaitu Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix SAM). Karena keterbatasan waktu dan biaya dan tidak mudah untuk 10

11 menyusun SNSE dalam suatu seri data (Kearney, 2003), maka analisis ini bersifat statis (comparatif static). Selanjutnya, SNSE Indonesia yang digunakan adalah SNSE yang mendekati periode analisis yaitu SNSE Indonesia tahun Dengan demikian penggunaan SNSE Indonesia tahun 2005 yang merupakan data satu tahun (cross section data) masih dianggap relevan (Kearney, 2003), meskipun secara statistik kalibrasi suatu model dengan menggunakan data time series lebih signifikan dibandingkan penggunaan data satu titik. Dari koefisien teknologi pada tahun 2005 yang diperoleh dari SNSE Indonesia 2005 dibandingkan dengan koefisien teknologi tahun 2008 yang diperoleh dari Updated Tabel I-I Indonesia tahun 2008 menunjukkan tidak ada perubahan yang berarti. Mengingat sumber data yang digunakan dalam menyusun Up-dated Tabel I-O Indonesia belum komplit (full coverage) sehingga beberapa struktur yang berasal dari Tabel I-O sebelumnya (Tabel I-O Indonesia, 2005) masih digunakan sehingga koefisien teknologi tidak berubah secara berarti. Perbandingan struktur ekonomi tahun 2005 dengan tahun 2008 yang bersumber dari data PDB (klasifikasi 43 sektor) juga tidak menunjukkan perubahan yang berarti (BPS, 2009). Alasan lain digunakan kerangka data SNSE dalam penelitian ini adalah karena menyangkut analisis yang menghitung dampak perubahan harga internasional dan kaitannya dengan perekonomian domestik (Indonesia) seperti pasar sektor produksi, faktor dan institusi dan neraca lain. Untuk itu maka digunakan kerangka data yang dapat mengkaitkan berbagai neraca (pasar) tersebut. Salah satu kerangka data yang dapat mengkaitkan berbagai neraca (pasar) tersebut adalah melalui kerangka data Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia. Kerangka data SNSE Indonesia 2005 digunakan sebagai dasar analisis dan menggunakan model keseimbangan umum (CGE) sebagai alat analisis. Untuk itu, maka dilakukan modifikasi terhadap kerangka data SNSE Indonesia untuk melakukan pemodelan terhadap kerangka data tersebut yang dapat mengkaitkan berbagai pasar (tenaga kerja, kapital dan sebagainya) dengan berbagai pelaku ekonomi (konsumen, produsen, pemerintah, luar negeri) dan hubungannya dengan perubahan harga komoditas barang dan jasa yang terjadi di pasar internasional. Model yang dapat mengkaitkan berbagai pasar tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan model keseimbangan umum (Computerized General 11

12 Equillibrium/CGE) SAM-based CGE. Model keseimbangan umum dapat menghitung antara lain seberapa besar dampak kenaikan/penurunan harga komoditas ekspor dan impor suatu komoditas di pasar internasional terhadap berbagai indikator utama makro ekonomi antara lain PDB, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, ekspor dan impor serta dampaknya terhadap penerimaan berbagai kelompok rumah tangga yang diteliti. 12

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN HARGA INTERNASIONAL KOMODITAS EKSPOR UTAMA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA SETIANTO

DAMPAK PERUBAHAN HARGA INTERNASIONAL KOMODITAS EKSPOR UTAMA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA SETIANTO DAMPAK PERUBAHAN HARGA INTERNASIONAL KOMODITAS EKSPOR UTAMA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA SETIANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 34/05/21/Th. IX, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014 A. PDRB PROVINSI KEPULAUAN RIAU MENURUT SEKTOR EKONOMI PDRB KEPRI

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06/05/33/Th.III, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2009 PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN I TH 2009 TUMBUH 5,5 PERSEN PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 38/08/61/Th. XIII, 5 Agustus 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II TAHUN 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat triwulan II-2010 menurun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 No. 63/08/Th. XVII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 TUMBUH 5,12 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.II, 17 Nopember 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2008 TUMBUH 1,1 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 23/05/61/Th. XIII, 10 Mei 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I TAHUN 2010 Kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I-2010 dibandingkan triwulan IV-2009,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003 No. 12/VII/16 Februari 2004 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003 PDB INDONESIA TAHUN 2003 TUMBUH 4,10 PERSEN! PDB Indonesia selama tahun 2003 meningkat sebesar 4,10 persen dibandingkan tahun 2002.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 No. 68/11/71/Th. VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 Perekonomian Sulawesi Utara yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada ulan III/2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 27/05/61/Th. XVII, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 4,69 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 No. 27/05/72/Thn XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2010 MENCAPAI 6,1 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010 meningkat sebesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 A. PDRB PROVINSI KEPULAUAN RIAU MENURUT LAPANGAN USAHA I. PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III TAHUN 2013 No. 75/11/21/Th.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.145/11/21/Th.IV, 10 November 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2009 TUMBUH 1,90 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 79/11/21/Th.IX, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III PDRB KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TUMBUH 6,15 PERSEN (c to c) PDRB Kepulauan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 13/02/Th. XV, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2011 MENCAPAI 6,5 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen dibandingkan

Lebih terperinci

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen. No. N 28/05/72/Th. XVI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAW ESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia hingga saat ini telah mengalami beberapa tahap perubahan. Salah satunya adalah ketika terjadi krisis moneter pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/08/33/Th.III, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN II TH 2009 TUMBUH 1,8 PERSEN Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2012 TUMBUH 7,63 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2009 MENCAPAI 4,5 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012 No. 61/11/72/Th. XV, 05 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 64/11/61/Th. XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2014 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2014 TUMBUH 4,45 PERSEN Besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/02/Th. XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2013 MENCAPAI 5,78 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009 No. 04/02/63/Th XIII, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2009 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan tahun 2009 meningkat sebesar 5,01 persen terhadap tahun 2008, terjadi pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.24/05/33/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2010 meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 26/05/61/Th. XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I-2012 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 6,0 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 No. 37/08/31/Th. XV, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 46 / VII / 16 Agustus 2004 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN II TAHUN 2004 TUMBUH 0,86 PERSEN Indonesia pada triwulan II tahun 2004 meningkat sebesar 0,86 persen dibanding triwulan I

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I/2014 No.29/05/71/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I/2014 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 TUMBUH 6,5 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 TUMBUH 5,81 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 30/05/21/Th.VI, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2011 TUMBUH 0,23 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.III, 10 Nopember 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada triwulan III-2009 meningkat sebesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2012 No. 49/11/31/Th. XIV, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2012 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III/2012 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

Proyeksi pertumbuhan

Proyeksi pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis finansial global yang bermula dari krisis subprime mortgage di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2007, dalam waktu yang relatif singkat berubah menjadi krisis ekonomi

Lebih terperinci

PROYEKSI EKONOMI MAKRO : Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI

PROYEKSI EKONOMI MAKRO : Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI PROYEKSI EKONOMI MAKRO 2011-2015: Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI Indonesia memiliki sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam berbagai bidang usaha. Kendati, tidak seperti

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA 2009-2013 Biro Riset LMFEUI Gejolak makroekonomi mulai terjadi sejalan dengan fluktuasi harga energi dan komoditas sejak semester kedua 2007. Fluktuasi tersebut disusul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014 No. 63/11/72/Th. XVII, 05 November PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/ Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001 No. 07/V/18 FEBRUARI 2002 PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001 PDB INDONESIA TAHUN 2001 TUMBUH 3,32 PERSEN PDB Indonesia tahun 2001 secara riil meningkat sebesar 3,32 persen dibandingkan tahun 2000. Hampir

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 214/11/21/Th.V, 5 Nopember 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2010 TUMBUH 1,23 PERSEN PDRB Kepri

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 27/05/61/Th. XVI, 6 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 5,79 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 06/05/33/Th.II, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2008 PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN I TH 2008 TUMBUH 5,2 PERSEN PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2008 meningkat sebesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi ekonomi dunia. Pada kedua tahun tersebut pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun dari 4,9%

Lebih terperinci