DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PRASYARAT GELAR LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI UCAPAN TERIMAKASIH RINGKASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PRASYARAT GELAR LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI UCAPAN TERIMAKASIH RINGKASAN"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI SAMPUL DALAM i PRASYARAT GELAR ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI iv UCAPAN TERIMAKASIH v ABSTRAK vii ABSTRACT viii RINGKASAN ix DAFTAR ISI x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR TABEL xv DAFTAR SKEMA xvi DAFTAR SINGKATAN xvii DAFTAR LAMPIRAN xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Bagi Praktisi Bagi Akademisi 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Fungsional Pengertian Keterbatasan Mobilitas Sendi Lutut Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan disabilitas Osteoarthtritis... 17

2 2.2.1 Pengertian PatologiFungsional.. 18 xi Gambaran klinis dan Diagnosa Faktor resiko Osteoarthtritis sendi lutut Anatomi Dan Biomekanik Sendi Lutut Tulang Pembentuk sendi lutut Sendi Pembentuk Lutut Jaringan Lunak Sekitar Lutut Otot-otot Penggerak Sendi Lutut Osteokinematik dan Artrokinematik sendi lutut Osteokinematic lutut Arthtrokinematika lutut Valgus danvarus Latihan Quadriceps setting Pengertian Jenis latihan Quadricep setting Fungsi Latihan Quadriceps setting Tujuan Latihan Quadriceps setting Mekanisme Peningkatan kemampuan fungsional latihan quadriceps setting Prosedur Penerapan latihan quadriceps setting Kinesiotaping Pengertian Fungsi Penggunaan kinesiotaping Mekanisme Peningkatan kemampuan fungsional dengan kinesiotaping Prosedur Penerapan kinesiotaping pada osteoarthritis sendi lutut

3 BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Skema Kerangka Berfikir Konsep Penelitian Hipotesis 71 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian Penentuan Sumber Data Penelitian Populasi Sampel Kriteria inklusi Kriteria ekslusi Kriteria pengguguran droop out Besaran Sampel Teknik penentuan sampel Variabel Penelitian Variabel Dependent Variabel Independent Variabel Kontrol Definisi Operasional Variabel Bahan dan Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Tahap persiapan dan administrasi Tahap penentuan populasi dan pemilihan sampel Prosedur pengukuran KOOS Prosedur Pelaksanaan Pelatihan Tahap Pengukuran kedua atautes Akhir Analisa Data Penelitian.. 88

4 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Data Penelitian Uji Persyaratan Analisis Uji Normalitas Uji Homogenitas Uji Hipotesis Uj Hipotesis Uji Hipotesis BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Subyek Penelitian Latihan Quadriceps Setting Kinesiotaping Pada Latihan Quadricepas Setting Penambahan Kinesiotaping dalam Latihan Quadriceps Setting. 104 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Saran 105 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

5 DAFTAR GAMBAR Gambar2.1 Anatomi Lutut 28 Gambar2.2 Otot bagian Anterior.. 38 Gambar 2.3 Otot bagian Posterior Gambar 2.4 Otot Pes anserinus Gambar 2.5 Otot Iliotibial band Gambar 2.6 Valgus dan Varus Gambar2.7 Otot dalam berkontraksi 52 Gambar2.8 Kinesiotaping pada kulit 55 Gambar2.9 Mekanisme kerja Kinesiotaping 58 Gambar 2.10 Jarak aliran pada cairan limfe Gambar 4.1Latihan Quadriceps Setting Gambar 4.2 Kinesiotaping Gambar 4.3 Aplikasi Kinesiotaping pada otot Quadriceps Gambar 4.4 Aplikasi Kinesiotaping pada lower patella Gambar4.5 Hasil aplikasi kinesiotaping pada OA lutut

6 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Grade Osteoarthtritissendilutut 25 Tabel 4.1 Proses pemeriksaan pada penderita osteoarthtritis sendi lutut 74 Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan usia Tabel 5.2 Distribusi sampel menurut berat badan Tabel 5.3 Distribusi sampel menurut jenis kelamin Tabel 5.4 Hasil pengukuran skala KOOS Tabel 5.5 Hasil Uji Hipotesis III... 96

7 DAFTAR SKEMA Skema 3.1 Kerangka berfikir Skema 3.2 Konsep penelitian DAFTAR SINGKATAN

8 WHO : World Health Organization LGS : Lingkup Gerak Sendi KOOS : Knee Injury and Osteoarthtritis Outcome Score OA KT ICF : Osteoarthtritis : Kinesiotaping : International Clasification of Function GAG : Glucoaminoglican ADL : Actifity Daily living ACL PCL LCL : Anterior Cruciatum Ligament : Posterior Cruciatum Ligament : Lateral Colateral Ligament MCL : Medial Colateral Ligament KF : Kemampuan Fungsional

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lembar Inform Of Concern Lembar persetujuan berpartisipasi sebagai subyek penelitian Formulir assesment Data Diri dan Riwayat pasien Form Knee injury and osteoarthtritis outcome score (KOOS) Foto Dokumentasi Penelitian Data Diskripsi dan Pengukuran Sampel Surat Ijin Penelitian RSUD Cengkareng Analisa Data Penelitian

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional dihadapkan pada berbagai perubahan dan tantangan strategis yang mendasar baik eksternal maupun internal termasuk didalamnya adalah pembangunan dalam bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Hal ini berpengaruh pada demografi dan transisi epidemiologi dimana pola penyakit yang semula berupa penyakit infeksi menjadi penyakit kronik degeneratif. Salah satu kasus dalam permasalahan penyakit kronik degenerative yang cukup banyak ditemui dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah osteoarthritis pada sendi lutut. Aktivitas manusia dalam menjalankan fungsinya banyak mempergunakan sendi lutut, diantaranya adalah ketika berjalan. Oleh karena itu berat tubuh dan aktivitas yang terlalu membebani sendi lutut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan yang bersifat traumatik maupun degeneratif sehingga terjadi osteoarthritis pada sendi lutut. Osteoarthritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan hilangnya tulang rawan sendi secara bertingkat dan diikuti dengan penebalan tulang subchondral, pertumbuhan osteofit, penebalan kapsul sendi, melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi, kerusakan ligament dan peradangan sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk efusi (Fytiliti, 2005). Penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi untuk kontrol kedokter sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obatobatan pereda nyeri. Penyakit sendi secara nasional berdasarkan wawancara yang di diagnosis tenaga kesehatan meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Kemenkes, 2013). Di Indonesia, 1

11 prevalensi osteoarthritis mencapai 5% pada usia<40 tahun, 30% pada usia tahun, dan 65% pada usia >60 tahun. Laki-laki dan wanita sama-sama dapat terkena penyakit ini, meskipun pada usia sebelum 45 tahun lebih sering terjadi pada laki-laki, tetapi setelah usia 45 tahun lebih banyak terjadi pada wanita. Kemampuan fungsional pada penderita mengalami penurunan karena dipengaruhi oleh terdapatnya proses degenerasi, inflamasi yang terjadi pada jaringan ikat, lapisan rawan synovial, dan tulang subchondral. Patologi seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya lingkup gerak sendi, disuse atrofi dari otot quadriceps femoris, nyeri lutut sangat kuat berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot quadriceps yang berperan sebagai stabilisator utama sendi lutut sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut. Seperti halnya tanda-tanda perubahan patologi, tahap awal kerusakan pada rawan sendi dimulai dengan penurunan kadar proteoglikan. Sehingga menyebabkan meningkatnya enzim hyaluronidase yang dapat merusak matriks rawan sendi. Dengan rusaknya matriks rawan sendi menyebabkan tulang subchondral yang lunak secara local akan mengalami pecah. Karena rusaknya tulang subchondral maka akan terjadi peningkatan aktivitas tulang berupa pembentukan spur atau osteophite pada tepi sendi yang akan dapat menimbulkan iritasi jaringan sekitar dan menimbulkan nyeri, dan tingkat nyeri yang mengganggu ini dapat mengakibatkan timbulnya inaktivitas dalam jangka waktu yang lama pada penderita osteoarthritis sendi lutut. Dengan berbagai gangguan fungsional yang terjadi pada lutut akibat osteoarthritis, penulis menggunakan Knee injury and Osteoarthritis Out Come Score (KOOS) yaitu kuisioner yang dirancang dalam melakukan pendataan sebagai panduan jangka pendek atau panjang dalam melihat perubahan dari minggu ke minggu setelah menjalani program latihan dengan hasil yang relevan. Metode KOOS dikembangkan pada tahun 1990-an sebagai alat untuk menilai pendapat pasien tentang lutut dan permasalahannya. KOOS terdiri dari

12 5 sub-skala yaitu: nyeri, gejala, aktifitas sehari-hari, aktifitas olahraga dan rekreasi, serta kualitas lutut yang berhubungan dengan aktifitas hidup (Roos, 2003). Mengingat pentingnya fungsi dari sendi lutut, maka penanganan osteoarthritis pada lutut harus diusahakan seoptimal mungkin, dengan lebih dulu memahami keluhan-keluhan yang ditimbulkan osteoarthritis pada lutut tersebut. Osteoarthritis pada lutut dapat menimbulkan gangguan kapasitas fisik yang berupa : Adanya nyeri pada lutut baik nyeri diam, tekan, ataupun gerak, adanya keterbatasan lingkup gerak sendi karena nyeri,adanya spasme, penurunan kekuatan otot dan oedema. Sedangkan gangguan fungsionalnya berupa: adanya gangguan aktivitas jongkok dan berdiri terutama pada saat melakukan aktifitas toileing, kesulitan untuk naik turun tangga terutama saat menekuk dan menapak, berjalan jauh serta mengalami gangguan untuk aktifitas sholat terutama untuk duduk antara dua sujud, serta berdiri lama (Kemenkes, 2013). Berdasarkan PERMENKES No.65 tahun 2015 disebutkan bahwa fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada perorangan dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeuntik dan mekanis) pelatihan fungsi dan komunikasi (Kemenkes, 2013). Dalam menangani keluhan osteoarthritis sendi lutut,fisioterapi dapat menggunakan berbagai aplikasi yang bertujuan untuk mengurangi keluhan dan meningktkan aktifitas fungsional, untuk mencapai aktifitas fungsional dibutuhkan kerjasama dari tingkat mikro sampai tingkat makro, salah satunya adalah kerjasama dari otot. Otot sebagai salah satu komponen yang dapat menghasilkan gerakan melalui kontraksinya membutuhkan sesuatu kekuatan untuk menghasilkan kemampuan yang tinggi. Kerja otot yang maksimal dapat meningkatkan

13 kemampuan kerja seseorang yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitasnya (Kemenkes, 2013). Pada penderita osteoarthritis sendi lutut otot quadriceps femoris memiliki peranan sangat penting bagi pasien agar dapat kembali beraktivitas tanpa mengalami kesulitan. Otot quadriceps merupakan otot pada sendi lutut yang berfungsi sebagai stabilisasi aktif sendi lutut, dan juga berperan dalam pergerakan sendi yaitu gerakan ekstensi lutut yang digunakan dalam aktifitas berjalan, lari, melompat, dan lain sebagainya. Otot quadriceps merupakan otot yang memiliki kekuatan melebihi otot-otot ekstensor yang ada, oleh karena itu otot ini memerlukan kekuatan yang maksimal agar bisa melaksanakan fungsinya dengan sempurna sehingga dapat dihasilkan performance otot yang tinggi. Selain itu otot quadriceps yang kuat juga dapat mencegah terjadinya cidera saat melakukan aktivitas. Salah satu program aplikasi fisioterapi yang dapat diterapkan adalah pemilihan program terapi latihan quadriceps setting, adalah pola latihan yang mengikuti kaidah kontraksi isometric, yakni suatu kontraksi dimana otot tidak mengalami perubahan panjang otot. Secara mikro peristiwa yang terjadi di dalam sacromere, kepala myosin menarik aktin tanpa terjadi pemindahan dari tropinin satu ke tropinin lain, atau tidak terjadi sliding mechanism. Efek dari mekanisme ini setiap sacromere tidak berubah panjangnya (Dekker, 2014). Besarnya kontraksi isometric sangat tergantung pada besar beban yang ditanggungnya. Bila beban yang ditanggung ringan atau lebih kecil dari kekuatan maksimum otot maka hanya beberapa fasciculus saja yang bekerja, sebaliknya bila beban yang ditanggung berat atau sebesar kekuatan maksimum otot, maka seluruh fasciculus dari otot tersebut akan dikerahkan. Dalam melakukan latihan harus dilakukan dengan kaidah-kaidah latihan yang benar atau dengan dosis yang tepat. Dosis latihan akan membantu memberikan acuan dalam melaksanakan latihan

14 sehingga latihan tersebut dapat memberikan hasil dan manfaat yang positif. Oleh sebab itu sudah selayaknya latihan hendaknya mengikuti dosis yang baik. Salah satu takaran latihan tersebut adalah frekuensi. Dimana frekuensi ini adalah berapa kali latihan intensif yang dilakukan oleh seseorang. Latihan quadriceps setting pada osteoartritis sendi lutut disarankan tiga kali dalam satu minggu. Hal ini dianggap cukup. Apabila frekuensi kurang dari tiga kali dalam satu minggu maka tidak memenuhi takaran atau dosis dalam melakukan program latihan. Namun jika diberikan lebih dari tiga kali dalam satu minggu dikhawatirkan akan terjadi over load akibat dosis yang terlalu berlebih sehingga dapat mengakibatkan terjadinya cidera. Latihan ini dilakukan dengan pengulangan tiga set ditiap sesi latihan dengan hitungan enam detik kontraksi dan tiga detik istirahat (Dekker, 2014). Selain pemberian terapi latihan dengan menggunakan metode latihan penguatan pada penderita osteoartritis sendi lutut,penulis juga tertarik untuk menambahkan aplikasi kinesiotapping pada area sendi lutut, kinesiotapping adalah aplikasi fisioterapi berbentuk plester yang dalam tindakannya ditempelkan pada permukaan kulit. Awalnya karena tidak adanya unsur terapetik dan rehabilitatif maka seorang pengobat tradisional dari Jepang bernama dr. Kenzo Kase ingin menciptakan taping yang dapat digunakan ketika di rumah oleh pasien dan tetap dapat memberi efek terapi. Sampai akhirnya di akhir tahun 1970-an beliau menciptakan taping yang elastis dan metode pemakaiannya yang spesifik sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan mobilitas otot dan ROM (Anandkumar, at al, 2014). Kinesiotaping memilki 4 fungsi fisiologis utama yaitu: Mengurangi nyeri atau rasa tidak nyaman dari kulit dan otot,membantu otot dalam pergerakan, mengalirkan endapan cairan limfatik dibawah kulit,membantu mengkoreksi mis-alignment sendi.

15 Kinesiotaping bekerja pengganti tangan kita sebagai terapis (tactile stimulation) dengan cara menstimulasi reseptor yang ada di kulit. Jika tekanan ringan maka akan merangsang merkel disk atau meissner sementara bila tekanan berat akan merangsang ruffini atau pacinian. Jika kita mengaplikasikan taping dengan tekanan yang ringan maka akan timbul konulasi (kerutan) sehingga terjadi dekompresi yang akan mengurangi inflamasi dan mendorong pengaliran cairan oleh pembuluh limfe di kulit (Kaze, 2005). Tarikan pada taping juga berperan besar dalam menentukan efek terapi yaitu jika kita memberikan tarikan ringan maka selain input sensori yang diteruskan juga akan memberikan informasi ke jaringan di sekitar kulit antara lain fascia dan otot.tehnik tarikan yang digunakan pada kasus osteoartritis sendi lutut adalah 15-35% yang bertujuan dalam memfasilitasi otot quadriceps femoris dan penatalaksanaan dalam kasus ini taping menggunakan tipe aplikasi Y shape, dengan cara menempelkan jangkar pada permukaan kulit yang tepat berada pada rectus femoris sebagai origo diatas jaringan otot quadriceps femoris dan menarik taping menjauhi jangkar kearah distal atau base of patella sebagai insersionya dengan diikuti gerakan menekuk lutut dan membagi dua ekor taping kebagian medial dan lateral sendi lutut hingga berakhir pada bagian bawah dari os patella. Aplikasi berikutnya dengan menggunakan tipe I shape, yang bertujuan sebagai stabilisasi sendi lutut yaitu dengan menempelkannya pada sisi-sisi lateral dan medial sendi lutut yang mengalami nyeri akibat osteoarthtritis dengan cara merobek bagian tengah taping sebagai jangkar dan menarik lurus kebagian distal dan arah proksimal menggunakan tehnik tarikan 50-70% (Kaze, 2005). Hal ini akan dilakukan dalam bentuk penelitian, apakah ada pengaruh pemberian latihan dan penambahan kinesiotaping dalam meningkatkan kemampuan fungsional yang akan

16 dipaparkan dalam bentuk tesis dengan judul: Penambahan kinesiotaping pada latihan quadriceps setting lebih efektif meingkatkan kemampuan fungsional pada penderita osteoartritis sendi lutut. Osteoartritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang dimulai dari kerusakan dan kemunduran pada tulang rawan sendi yang antara lain diikuti pertumbuhan osteophite, penebalan tulang subchondral dan kerusakan ligament. Osteoartritis dapat menimbulkan berbagai macam keluhan seperti nyeri kekakuan sendi pada pagi hari yang disebabkan oleh pemendekan capsul dan ligament sendi sehingga lingkup gerak sendi menjadi terbatas, kelemahan otot, gangguan stabilitas sendi dan kesulitan dalam melakukan aktifitas seperti : berjalan, sholat dan naik turun tangga yang kesemuanya dapat menyebabkan kelainan (Maurer, 1999). Data yang dilansir oleh Badan kesehatan dunia, menyebutkan 40 persen penduduk dunia yang berusia 70 tahun akan menderita osteoarthritis sendi lutut. Dari jumlah itu 80 persen diantaranya berdampak pada keterbatasan gerak. Berbagai keluhan yang sering dialami oleh penderita osteoarthritis sendi lutut pada usia lanjut antara lain adalah menyebabkan timbulnya rasa nyeri pada pinggang bawah, kaku leher dan hingga menyebabkan kematian. Hal ini terjadi akibat adanya rasa nyeri yang mengakibatkan penderita lebih cenderung inaktivitas dalam jangka waktu yang lama sehingga mempengaruhi fungsi dari organ paru dan jantung. Penyakit osteoarthritis sendi lutut terdiri dari empat stadium, pada stadium lanjut 3-4 memerlukan tindakan penggantian sendi lutut, sedangkan stadium akut 1-2 membutuhkan proses pembersihan sendi melalui tindakan operasi (Kemenkes, 2013). Karena adanya kondisi yang mempunyai gejala-gejala serta patologi yang sama dengan osteoarthritis lutut seperti remathoid arthtritis, pasca cidera, maka diperlukan standar pemeriksaan yang baku sehingga tidak akan mengacaukan kita dalam menegakkan diagnosa. Pada kondisi osteoartritis sendi lutut diagnosa harus dikriteria nyeri nampak sebagai salah satu

17 gejala utama dalam osteoartritis sendi lutut selain gejala dan tanda klinis lain seperti: kaku sendi lutut pada pagi hari kurang dari 30 menit,nyeri tekan pada medial condila, pembesaran tulang, adanya krepitasi sendi pada saat melakukan gerakan pada sendi lutut,kelemahan otot quadriceps femoris dan terjadinya deformitas (Kemenkes, 2013). Penurunan aktivitas fungsional pada penderita osteoarthritis disebabkan oleh adanya rasa nyeri. Nyeri pada sendi lutut timbul secara progresif atau perlahan-lahan kemudian rasa nyeri timbul saat beraktifitas dan hilang ketika melakukan istirahat, terkadang terasa krepitasi dan pembengkakan jaringan lunak dan efusi sendi menggambarkan adanya inflamasi. Pada pemeriksaan foto rongent akan terlihat jelas adanya osteophite dan penyempitan celah sendi,lain halnya pada kondisi rheumatoid arthtritis, dimana pada pemeriksaan foto rongent yang terlihat adanya penyatuan osteophite atau penulangan (Kemenkes, 2013). Rasa nyeri lutut disebabkan karena terjepitnya saraf afferent polimodal oleh penekanan kolagen. Penekanan jaringan karena adanya deformitas serta adanya pembengkakan jaringan disekitar sendi lutut, sehingga bila ada suatu gerakan sendi maka akan menimbulkan sensasi nyeri. Nyeri yang menjadi keluhan dan mengganggu aktifitas, inilah yang mengakibatkan berkurangnya produktifitas dan kemampuan seseorang yang mengalami osteoartritis pada sendi lutut. Pengurangan mobilitas dan aktivitas pada tungkai akibat nyeri pada lutut dalam gerakan aktif berjalan,naik dan turun tangga,lari, dan melompat akan mengakibatkan terjadinya kelemahan pada otot quadriceps femoris yang memiliki fungsi dalam stabilisasi aktif dan pergerakan sendi lutut (Kemenkes, 2013). Fisioterapi yang berperan sesuai dengan kondisi problematik pada kasus osteoarthtritis berdasarkan hasil-hasil kajian fisioterapi yang meliputi assessment, diagnosis, planning, intervention dan evaluation. Intervention fisioterapi berupa aspek promotif, preventif, kuratif,

18 serta rehabilitative. Secara umum penatalaksanaan fisioterapi pada kasus ini ditujukan pada perbaikan gerak dan fungsi sendi lutut (Kuntono,2011). Dengan berbagai gangguan fungsional yang terjadi pada lutut akibat osteoarthtritis, penulis akan menggunakan skala KOOS yang berupa kuisioner yang diberi 3 klasifikasi yaitu nyeri, kekakuan, dan fungsi fisik atau aktifitas fungsional. KOOS merupakan salah satu skala ukur yang dapat digunakan untuk menilai pendapat pasien tentang masalah-masalah yang terkait. KOOS dapat digunakan untuk mengevaluasi gangguan fungsional dari pasien osteoarthtritis lutut. Pemilihan program fisioterapi yang tepat pada kondisi ini sangat diperlukan untuk mencapai hasil terapi yang optimal, oleh karena itu peneliti ingin membuktikan apakah penambahan latihan quadriceps setting pada otot quadricepas femoris dan kinesiotaping dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien dengan osteoarhtritis sendi lutut. 1.2 Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Apakah latihan quadriceps setting dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus osteoartritis sendi lutut? 2. Apakah penambahan kinesiotaping pada latihan quadriceps setting dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada osteoartritis sendi lutut? 3. Apakah penambahan kinesiotaping pada latihan quadriceps setting lebih meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus osteoartritis sendi lutut dibandingkan dengan latihan quadriceps setting?

19 1.3 Tujuan Penelitian. 1. Untuk mengetahui latihan quadriceps setting dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus osteoarthritis sendi lutut. 2. Untuk mengetahui penambahan kinesiotaping pada latihan quadriceps setting dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus osteoarthritis sendi lutut. 3. Untuk membuktikan penambahan kinesiotaping pada latihan quadriceps setting lebih meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus osteoartritis sendi lutut dibandingkan dengan latihan quadriceps setting. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Praktis. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan jawaban atas harapan pasien dengan kondisi Osteoarthtritis sendi lutut dalam meningkatkan kemampuan fungsional serta mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya fisioterapi pada penanganan pasien Osteoarthtritis sendi lutut Manfaat Akademisi. Sebagai bahan informasi dan masukan guna pengembangan penelitian lebih lanjut.

20

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan bertambahnya usia menyebabkan penurunan fungsi tubuh termasuk sistim Musculuskeletal, diantaranya anggota gerak bawah yang sangat berperan penting sebagai penopang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun yang sudah usia non produktif yang mengalami gangguan kesehatan. Seiring dengan bertambahnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan disegala bidang kehidupan menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup masyarakat. Berbagai macam penyakit yang banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak dijumpai dibanding dengan penyakit sendi lainnya. Semua sendi dapat terserang, tetapi yang paling

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL Oleh: SURATMAN NIM.J.100.050.005 Diajukan guna untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas adalah berjalan. Untuk dapat menghasilkan mekanisme pola berjalan yang harmonis, maka kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perubahan akan terjadi pada tubuh sejalan dengan semakin meningkatnya usia manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada semua organ dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan pola pikir masyarakat yang terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik menjadi berkurang, yang mengakibatkanterjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupannya manusia memiliki banyak aktivitas untuk dilakukan baik itu rutin maupun tidak rutin. Ada berbagai macam aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi. Penyakit ini merupakan kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia melakukan aktifitasnya tidak pernah lepas dari proses gerak,

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional, sehingga menghambat aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan. Harapan Hidup (UHH). Data badan pusat statistik menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan. Harapan Hidup (UHH). Data badan pusat statistik menunjukkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satunya pembangunan di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan pengetahuan serta teknologi memberikan dampak bagi segala bidang, khususnya dalam bidang ilmu kesehatan dan informasi. Meningkatnya ilmu pengetahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dizaman globalisasi seperti sekarang ini, dimana perkembangan dan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dizaman globalisasi seperti sekarang ini, dimana perkembangan dan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dizaman globalisasi seperti sekarang ini, dimana perkembangan dan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan

Lebih terperinci

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disabilitas (ketidakmampuan) baik secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi kehidupan setiap orang. Adanya nyeri pada lutut yang disebabkan oleh osteoarthtritis

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), menunjukkan bahwa kejadian osteoartritis lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria di antara semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya pengetahuan masyarakat akan arti hidup sehat, maka ilmu kedokteran selalu di tuntut untuk memperbaiki kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoarthritis disebut juga penyakit sendi degeneratif yaitu suatu kelainan pada kartilago (tulang rawan sendi) yang ditandai dengan perubahan klinis, histologist,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun negatif. Seiring dengan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di era yang serba modern seperti sekarang ini maka mudah sekali untuk mendapatkan semua informasi baik dalam bidang teknologi, bisnis, serta bidang kesehatan. Setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman dan pembangunan disegala bidang kehidupan menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup manusia. Perkembangan tersebut memberikan

Lebih terperinci

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologis yang memang harus dialami oleh semua makhluk hidup. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut

Lebih terperinci

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepanjang daur kehidupannya, manusia tidak akan terlepas dari gerak dan aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus maupun

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA Oleh: FITRIA ENDAH WIDYASTUTI J 100 050 022 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumah penduduk yang memasuki peringkat 5 besar penduduk terbanyak didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia membuat

Lebih terperinci

PENAMBAHAN KINESIOTAPING PADA LATIHAN QUADRICEPS SETTING MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PENDERITA OSTEOARTHRITIS SENDI LUTUT

PENAMBAHAN KINESIOTAPING PADA LATIHAN QUADRICEPS SETTING MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PENDERITA OSTEOARTHRITIS SENDI LUTUT PENAMBAHAN KINESIOTAPING PADA LATIHAN QUADRICEPS SETTING MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PENDERITA OSTEOARTHRITIS SENDI LUTUT Eko Wibowo, J. Alex Pangkahila, S. Indra Lesmana, 3 Nengah Sandi, I Putu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Knee joint atau sendi lutut adalah salah satu sendi yang mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Knee joint atau sendi lutut adalah salah satu sendi yang mempunyai fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Knee joint atau sendi lutut adalah salah satu sendi yang mempunyai fungsi komplek (Smith, et al., 2010). Gerakan menekuk dan meluruskan yang ditimbulkan membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangMasalah. bagian bawah adalah tungkai. Dan lutut merupakan salah satu sendi utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangMasalah. bagian bawah adalah tungkai. Dan lutut merupakan salah satu sendi utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangMasalah Sebagian aktifitas yang dilakukan oleh seseorang melibatkan anggota tubuh bagian bawah, seperti berjalan. Komponen penting pada aktifitas tubuh bagian bawah adalah

Lebih terperinci

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi OSTEOARTHRITIS GENU 1. Definisi Osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang sendi berupa disintegritas dan perlunakan progesif, diikuti penambahan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional pada hakekatnya adalah penyelenggara upaya kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional pada hakekatnya adalah penyelenggara upaya kesehatan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah penyelenggara upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan keberhasilan pemerintah Indonesia dalam pembanguan nasional, telah di wujudkan dengan hasil yang positif dalam berbagai bidang, seperti adanya

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu)

OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu) OSTEOARTHRITIS GENU (http://www.diskdr-online.com/news/5/osteoarthritis-genu) Definisi Osteoarthritis genu adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi lutut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi optimal untuk berinteraksi dengan lingkungan menjadi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi optimal untuk berinteraksi dengan lingkungan menjadi tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi optimal untuk berinteraksi dengan lingkungan menjadi tuntutan terhadap manusia, untuk dapat melakukan aktivitas dengan menggunakan kapasitas individu yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan salah satu keluhan muskuloskeletal yang sering ditemui, dengan progresifitas yang lambat, bersifat

Lebih terperinci

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTRITIS KNEE SINISTRA DENGAN MODALITAS TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DAN TERAPI LATIHAN Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa bertambah dengan munculnya kelemahan otot quadriceps dan atropi otot.

BAB I PENDAHULUAN. bisa bertambah dengan munculnya kelemahan otot quadriceps dan atropi otot. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoarthritis merupakan penyakit rematik yang bisa mengenai sendi lutut dan rasa sakit sering ditimbulkan sihingga dapat mengakibatkan tidak mampu untuk mencapai

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION ( TENS ) PULSE BURST DAN ARUS TRABERT DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK DI LUTUT PADA USIA LANJUT SKRIPSI Disusun Oleh: WIWIK WIDIYASARI

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Oleh: MIFTAH RIZKY ARDHIANI J 100 050 014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU RI, NO 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU RI, NO 36 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekuatan dan daya tahan otot saling mempengaruhi. Saat kekuatan otot meningkat, daya tahan juga meningkat dan sebaliknya. Lemahnya stabilitas sendi dapat menurunkan

Lebih terperinci

Oleh: ANANG RAFIK SETIYANTO J

Oleh: ANANG RAFIK SETIYANTO J 1 PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN MODALITAS SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU SINISTRA DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Oleh: ANANG RAFIK SETIYANTO J 100 040 0003 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan dibidang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan penduduknya yang cukup baik, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, termasuk masyarakat Indonesia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di Balai pertemuan warga villa tangerang elok rw 10 Pasarkemis-Tangerang. 2. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi. Diajukan Oleh: : LINA WULANINGSIH

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi. Diajukan Oleh: : LINA WULANINGSIH PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DENGAN INFRA RED TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA KASUS OSTHEOARTRITIS DI PUSKESMAS II KARTASURA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan disegala bidang kehidupan. menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan disegala bidang kehidupan. menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan disegala bidang kehidupan menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup masyarakat sehingga menimbulkan benbagai macam penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring perkembangan jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup bahasan tentang berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan teknologi memberikan dampak bagi segala bidang pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari penyakit

Lebih terperinci

Lembar Keusioner KOOS (Knee injury and Osteoarthritis Outcome Score) Nama : Tanggal : / / Umur :

Lembar Keusioner KOOS (Knee injury and Osteoarthritis Outcome Score) Nama : Tanggal : / / Umur : Lembar Keusioner KOOS (Knee injury and Osteoarthritis Outcome Score) Nama : Tanggal : / / Umur : NYERI (PAIN) Pertanyaan berikut berhubungan dengan nyeri yang anda alami sejak minggu lalu: 1. Seberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan berwawasan kesehatan dapat dilakukan dengan memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan kuratif dan rehabilitatif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. OSTEOARTHRITIS 1. Definisi Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Patah tulang atau dalam bahasa medis biasa disebut fraktur adalah kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang dapat berupa patahan atau

Lebih terperinci

BAB ² PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah

BAB ² PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah 14 BAB ² PENDAHULUAN Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang terwujud dalam derajat kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthritis tergolong penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam tubuh manusia terdapat 230 sendi yang menghubungkan 206 tulang, perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, pola kehidupan masyarakat Indonesia semakin hari semakin berkembang dan maju, dimana pola hidup tersebut dapat berpengaruh terhadap pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG WHO menyatakan Health is a state of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of deaseas or infirmity. Sehat adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beratnya latihan dan kontak badan antar pemain bertumpu pada fisik. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. beratnya latihan dan kontak badan antar pemain bertumpu pada fisik. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan kekuatan jasmani merupakan salah satu dari sejumlah syarat mutlak yang wajib di miliki oleh seorang atlet sepak bola, mengingat beratnya latihan dan kontak

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang

BAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang terbentuk antara ventral rami (akar) dari empat nervus cervical (C5-C8) dan nervus thoracal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Maret quasi eksperimental (eksperimen semu), dimana sampel penelitian tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Maret quasi eksperimental (eksperimen semu), dimana sampel penelitian tidak 77 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri menurut International Association For Study Of Pain / IASP yang dikutuip oleh Kuntono, 2011 adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap orang mendambakan bebas dari penyakit, baik fisik maupun mental serta terhindar dari kecacatan. Sehat bukan suatu keadaan yang sifatnya statis tapi merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI LUTUT PASKA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL

PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI LUTUT PASKA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI LUTUT PASKA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Diploma IV Fisioterapi

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. vertebralis servikal dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak

BAB I P E N D A H U L U A N. vertebralis servikal dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar belakang Sendi ekstremitas bawah, sendi panggul dan sendi lutut, juga kolumna vertebralis servikal dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak gerakannya dan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisioterapi adalah bentuk pelayanan yang di tunjukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kehidupan manusia pasti akan dihadapkan dengan beberapa masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang muncul. Dengan segenap kemampuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat adalah tujuan semua orang. Salah satu yang mempengaruhi kualitas hidup individu adalah kondisi fisiknya sendiri. Sehingga manusia yang sehat sudah tentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri

Lebih terperinci

PENGARUH FISIOTAPING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS

PENGARUH FISIOTAPING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS PENGARUH FISIOTAPING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS Afrianti Wahyu Widiarti, Sukadarwanto Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur harapan hidup ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa memiliki beranekaragam aktivitas sehingga dituntut memiliki gerak fungsi yang baik dalam hal seperti mengikuti perkuliahan, melaksanakan tugas-tugas kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaki merupakan bagian tubuh yang berfungsi untuk menopang berat badan, namun banyak diantara kita yang memiliki masalah dengan kaki, salah satunya ialah Flat Foot atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya ilmu kesehatan, semakin maju juga tingkat kesadaran manusia untuk hidup sehat. Hal ini dibuktikan dengan semakin tingginya tingkat kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia melakukan aktivitas sehari-hari dengan menggunakan seluruh anggota tubuh dan tidak jarang mengalami gangguan pada tubuhnya. Kesehatan merupakan hal yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN Pada era globalisasi ini, ditandai dengan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Bangsa Indonesia sedang giat-giatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persendian melakukan aktivitas atau gerakan (Helmi, 2012). Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi osteoarthritis.

BAB I PENDAHULUAN. persendian melakukan aktivitas atau gerakan (Helmi, 2012). Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi osteoarthritis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi osteoarthritis merupakan suatu penyakit degenaratif pada persendiaan yang disebabkan oleh beberapa macam faktor. Penyakit ini mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu

BAB I PENDAHULUAN. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama yang sempurna, dan telah mengatur segala aspek kehidupan manusia dari yang terbesar hingga yang terkecil sekalipun. Salah satu kelebihan islam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Saraf dan Radiologi Rumah Sakit di Kota Yogyakarta,yaitu Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari aktivitas gerak. Manusia selalu berhubungan dengan proses gerak untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patah tulang adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J,

BAB I PENDAHULUAN. patah tulang adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001).Fraktur atau patah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS MICROWAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS MICROWAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS MICROWAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN Oleh: LAELATUL AZIZAH J 100 050 034 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci