KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir
|
|
- Fanny Lesmono
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Upaya menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan kompetitif demi kemajuan sebuah bangsa memerlukan pendidikan yang memadai dan asupan makanan bergizi, khususnya kecukupan protein hewani. Susu sebagai salah satu pangan bergizi lengkap sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia yang sedang membangun, namun hingga saat ini pemerintah belum mampu mencukupi kebutuhan susu yang dibutuhkan oleh penduduk Indonesia. Upaya pemerintah mencukupinya dengan melakukan impor susu dari beberapa negara seperti Australia dan New Zealand. Impor ini menyebabkan devisa negara berkurang karena harga susu impor lebih mahal dibandingkan dengan harga susu lokal. Selain itu, impor susu dapat mematikan usaha sapi perah di Indonesia yang mayoritas diusahakan oleh peternak rakyat dengan modal terbatas. Selama ini kebijakan pemerintah lebih menekankan pada bagaimana mencukupi kebutuhan susu secara cepat dan kurang memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan susu tetapi kurang menyentuh akar permasalahan sebenarnya. Permasalahan mendasar yang menyebabkan kekurangan pasokan susu bagi kebutuhan masyarakat Indonesia karena populasi ternak sapi perah masih kurang dan produktivitas ternak sapi perah di Indonesia belum optimal karena sapi perah belum diusahakan berdasarkan falsafah agribisnis. Selama ini usaha sapi perah diusahakan sebagai mix farming dengan usaha tani lainnya dan bersifat subsisten. Keadaan ini menyebabkan sapi perah belum diusahakan secara profesional yang bertujuan menghasilkan produk-produk berkualitas untuk mendapatkan keuntungan. Usaha semacam ini menyebabkan peternakan sapi perah dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan baik dalam jumlah kepemilikan maupun produktivitas ternak karena peternak telah merasa puas apabila kebutuhan hidupnya telah tercukupi dari penjualan susu sapi. Pemanfaatan kotoran sebagai produk yang memiliki nilai ekonomis dan upaya menghasilkan pedet setiap tahun belum menjadi tujuan pemeliharaan sapi perah.
2 73 Upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah menyadarkan peternak sapi perah bahwa kekurangan pasokan susu bagi penduduk Indonesia merupakan peluang untuk mengembangkan usahanya. Berkembangnya peternakan sapi perah di Indonesia menyebabkan produk susu yang dibutuhkan penduduk Indonesia dapat tercukupi. Dampak lainnya adalah tersedianya energi bio gas dan bio arang yang terbuat dari kotoran sapi, serta kelahiran pedet secara tertaur yang mampu menambah populasi sapi perah di Indonesia. Selama ini usaha peternakan sapi perah dilakukan sebagai matapencaharian dengan cara pengelolaan usaha sesuai dengan apa yang dilihat dan didapat dari orang tua dan tetangga atau teman sesama peternak sapi perah. Kurang disiplin, kurang percaya diri, dan cepat puas terhadap hasil kerjanya merupakan penyebab belum berkembangnya usaha peternakan sapi perah di Indonesia. Sikap ini juga menyebabkan peternakan sapi perah belum dikelola secara profesional yang membutuhkan kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah. Mengelola usaha sapi perah tidak cukup memiliki kemampuan dalam budidaya sapi perah tetapi juga kemampuan memanaj usaha tersebut. Kemampuan merencanakan usaha, kemampuan evaluasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bermitra usaha, kemampuan mengatasi kendala usaha, dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha merupakan hal-hal yang sangat diperlukan untuk mengelola usaha peternakan sapi perah. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan kompetensi kewirausahaan yang perlu dimiliki peternak sapi perah. Hasil pendidikan adalah pemberdayaan (empowerment) yaitu membantu menumbuhkan daya-daya kekuatan yang salah satunya adalah power to, yaitu daya kekuatan kreatif yang membuat seseorang mampu melakukan sesuatu, membantu seseorang memiliki kemampuan berpikir, menguasai IPTEK, mengambil keputusan, memecahkan masalah dan membangun berbagai keterampilan. Pendidikan memberi bekal pengetahuan terutama saat mengalami masalah. Pendidikan juga menyebabkan seseorang memiliki literasi yang tinggi sehingga mudah memahami informasi-informasi lisan ataupun tertulis. Informasi yang diperoleh menyebabkan seseorang memiliki banyak pengetahuan dan wawasan dan menjadi bekal dalam berusaha tani ternak. Pendidikan yang sesuai dengan usaha yang
3 74 dijalani saat ini merupakan dasar bagi pengembangan kompetensi kewirausahaan yang dimiliki peternak. Peternakan sapi perah merupakan usaha yang memerlukan tenaga kerja cukup banyak. Anggota keluarga peternak merupakan sumberdaya keluarga yang cukup potensial sebagai tenaga kerja. Jumlah anggota keluarga yang besar merupakan potensi untuk mampu menghasilkan produktivitas ternak yang optimal. Jumlah anggota keluarga yang besar menyebabkan pekerjaan cepat terselesaikan sehingga peternak mempunyai waktu untuk mengembangkan kompetensi kewirausahaannya melalui diskusi dengan tetangga ataupun ketua kelompok. Semakin banyak jumlah ternak sapi yang dipelihara, maka semakin banyak pekerjaan ditangani peternak, mulai dari penyediaan pakan, membersihkan kandang dan ternak, pemerahan, hingga penyetoran susu. Namun, semakin banyak ternak yang dipelihara menghasilkan produk susu yang semakin banyak pula. Kebersihan dan kesehatan ternak sapi yang terjaga dengan baik mampu menghasilkan susu yang banyak dan berkualitas. Jumlah ternak yang banyak juga menuntut kreativitas melahirkan ide-ide untuk efisiensi sumberdaya yang ada. Selain pendidikan formal, faktor pengalaman beternak merupakan proses pendidikan informal yang dapat meningkatkan kompetensi kewirausahaan dan produktivitas peternak. Pengalaman beternak diperoleh dari lama beternak yang telah dijalani peternak. Pengalaman beternak dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki sikap dan perilaku yang kurang menguntungkan. Mengusahakan sapi perah sangat memerlukan informasi. Oleh karena itu, peternak dituntut untuk mampu mengakses informasi dari sumber-sumber informasi yang ada di sekitarnya. Informasi dijadikan dasar untuk melakukan perencanaan usaha. Informasi yang sesuai dengan kebutuhan peternak perlu diaplikasikan untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi. Motivasi untuk mengembangkan usaha peternakan merupakan faktor pendorong yang mampu membangkitkan semangat belajar peternak guna meningkatkan kompetensi kewirausahaan. Motivasi yang tinggi menyebabkan peternak merasa puas apabila mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Keberhasilan peternak menyelesaikan permasalahan yang dihadapi menumbuhkan
4 75 kepercayaan diri. Kepercayaan diri atas apa yang harus dihadapi dan dikerjakan menentukan kemandirian peternak. Inti kewirausahaan adalah kemandirian. Kemandirian dan motivasi berprestasi yang dimiliki peternak menghasilkan sikap yang menyukai tantangan, kreatif, suka bekerja keras, disiplin, tidak mudah putus asa, dan memiliki misi ke depan. Sikap-sikap tersebut merupakan sikap yang dimiliki wirausahawan. Pengetahuan luas didukung dengan keterampilan yang memadai, dan sikap optimis terhadap usaha peternakan merupakan penjabaran kompetensi kewirausahaan yang harus dimiliki peternak. Kompetensi kewirausahaan diperoleh melalui proses belajar dan memerlukan dukungan lingkungan usaha yang kondisif. Keberadaan sarana, prasarana, informasi yang dibutuhkan peternak sangat mendukung berkembangnya kompetensi kewirausahaan peternak. Oleh karena itu, peternak perlu memiliki kemampuan mengakses informasi. Media massa tidak dijadikan sarana mencari hiburan tetapi dijadikan mitra dalam mencari informasi. Sumber informasi lain yang dapat diakses peternak adalah tetangga, ketua kelompok, tamu yang berkunjung ke daerah, dan penyuluh. Kelembagaan peternak yaitu koperasi dan kelompok merupakan kelembagaan yang dapat dijadikan tempat untuk mengembangkan kompetensi kewirausahaan. Melalui kelembagaan ini, peternak dapat belajar berorganisasi, bersosialisasi, dan berkreasi mengembangkan kompetensi yang dimiliki. Perasaan senasib, tujuan dan kebutuhan yang sama dapat mengentalkan modal sosial yang telah ada berupa semakin percaya terhadap sesama peternak, gotong royong, ada semangat bersama untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi ataupun ikut merasakan kesusahan temannya. Modal sosial ini dapat menciptakan kelembagaan yang padu dan solid untuk meningkatkan produktivitas peternak. Belum tertanganinya upaya untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah saat ini, merupakan salah satu penyebab produktivitas ternak sapi perah belum mencapai optimal. Usaha yang perlu dilakukan adalah mengubah perilaku peternak untuk lebih bertanggungjawab terhadap ternak yang dibudidayakan. Dukungan kelembagaan sosial yang menghargai pekerjaan sebagai peternak mampu memotivasi peternak untuk belajar mengembangkan kompe-
5 76 tensi yang dimiliki sehingga menghasilkan kinerja yang lebih baik dan produktivitas peternak meningkat. Wirausahawan muncul dalam sebuah masyarakat dengan kebudayaan tertentu, yaitu kebudayaan dalam sistem sosial yang beranggapan bahwa mencari kekayaan bukan merupakan hal yang buruk. Mengubah sikap yang telah terbentuk selama bertahun-tahun tidaklah mudah, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh, terkoordinir, dan strategi yang tepat. Oleh karena itu, peran agen-agen perubahan seperti penyuluh sangat diharapkan dalam hal ini. Lembaga penyuluhan tidak cukup sekedar mengintroduksikan masalah-masalah teknis tetapi juga pendekatan persuasif untuk mampu mengubah perilaku yang kurang menguntungkan pada diri peternak. Secara alamiah, semangat wirausaha dapat berkembang sendiri, namun semangat ini jauh lebih berkembang jika didukung oleh lingkungan usaha yang kondusif. Sistem penyelenggaraan pemerintah yang menjunjung tinggi ciri clean government, disiplin kerja yang tinggi, penguasaan keterampilan teknik dan manajerial yang tinggi, mampu menumbuhkan semangat wirausaha bagi rakyatnya. Peran pemerintah dalam hal kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penyediaan modal untuk pengembangan usaha, informasi pasar yang akurat, penetapan harga yang menguntungkan peternak sapi perah, serta ketersediaan sarana dan prasarana produksi yang dibutuhkan peternak sapi perah dengan harga yang terjangkau dapat menumbuhkan kompetensi kewirausahaan peternak yang selanjutnya dapat meningkatkan produktivitas peternak. Berkembangnya kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah diharapkan mampu meningkatkan produktivitas peternak sapi perah yang merupakan representasi kombinasi semua faktor produksi. Di masa yang akan datang, sapi perah diusahakan sebagai industri peternakan yang mampu mencukupi susu dan produk-produk makanan berbahan dasar susu yang sehat, aman, dan halal bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, peternakan sapi perah mampu menambah populasi sapi perah dari pedet-pedet yang dihasilkan setiap tahunnya, serta memberi sumbangan energi terbaharui dan pupuk organik yang dapat menambah penghasilan bagi keluarga peternak sapi perah.
6 77 Menjadi peternak dengan kompetensi kewirausahaan yang memiliki visi ke depan menyebabkan peternak mempunyai pola perilaku yang produktif dan kompetitif karena proses berlajar yang dilakukan baik secara individual maupun berkelompok, yaitu: (1) dari perilaku dalam pemeliharaan yang memanfaatkan waktu luang menjadi perilaku yang serius /mempunyai komitmen dalam pemeliharaan ternaknya, (2) dari usaha sapi perah yang dijalankan sebagai usaha sambilan menjadi usaha pokok yang senantiasa berorientasi ke pasar dan keuntungan, (3) dari perilaku yang menunggu informasi menjadi aktif mencari informasi yang berkaitan dengan usaha yang dijalaninya, (4) dari menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari orang tuanya menjadi mengembangkan ilmu pengetahuan searah dengan perkembangan inovasi, (5) dari sikap mudah menyerah menjadi manusia kuat yang memiliki motivasi tinggi untuk melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga mampu mengatasi kendala usaha, (6) dari manusia yang berpikir sederhana menjadi manusia yang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan usaha dan hasil produksinya, (7) dari manusia yang selalu tergantung menjadi manusia yang senantiasa dapat menempatkan diri sejajar dengan mitra usaha dan mandiri, (8) dari manusia yang pasrah menjadi manusia yang dapat mengekplorasi kompetensi yang dimilikinya dan mengembangkan aspirasinya, (9) dari sikap kerja yang tidak positif dan tidak profesional menjadi kerja yang positif dan profesional, (10) dari penggunaan tenaga kerja yang berasal dari rumah tangga menjadi penggunaan tenaga kerja berdasarkan skill (division of labor), (11) dari orientasi hasil produksi minimal menjadi hasil produksi yang optimal, berkualitas dan memiliki kelangsungan produk, (12) dari peternak yang belum mempunyai visi menjadi peternak yang memiliki visi yang jelas.
7 78 Dukungan Eksternal dalam Peningkatan Produktivitas Peternak Sapi Perah Produktivitas peternak merupakan refleksi dari kompetensi kewirausahaan yang dimilikinya meliputi kompetensi teknis dan manajerial. Namun, kompetensi yang dimiliki peternak tidak menghasilkan produktivitas yang optimal apabila tidak ada dukungan dari luar yang dapat berupa : (1) ketersediaan sarana, prasarana dan informasi yang sesuai kebutuhan peternak, tepat waktu, senantiasa tersedia dan mudah diperoleh/diakses, (2) keberadaan kelembagaan peternak yang solid dengan kepemimpinan yang mampu menggerakkan anggotanya untuk mencapai tujuan bersama serta kerjasama yang sinergik sehingga produktivitas ternak, kontinuitas dan kualitas produk dapat tercapai, (3) keberadaan kelompok sebagai media belajar mengajar, bekerjasama, unit produksi dan melakukan kegiatan agribisnis, (4) keberadaan kelembagaan sosial yang mendukung seperti kebiasaan ataupun tradisi yang menempatkan istri dan suami untuk dapat bersama-sama mengembangkan potensi yang dimiliki, adanya pemimpin (formal dan informal) yang mempunyai misi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan memanfaatkan pengetahuan lokal yang telah dikenal dan kuasai, (5) kelembagaan penyuluhan yang kuat dengan sumberdaya manusia yang mempunyai kompetensi di bidang penyuluhan serta mau belajar berbagai hal sehingga dapat dijadikan sumber informasi, mitra kerja, dan motivator bagi peternak untuk senantiasa mengembangkan usaha ternaknya juga mampu menghasilkan materi-materi penyuluhan yang inovatif sehingga menumbuhkan kreativitas peternak mengoptimalkan sumberdaya ternaknya, (6) dukungan kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah yang komprehensif dan searah untuk mengembangkan sub sektor peternakan.
8 79 Paradigma Pola Perilaku Peternak Sapi Perah yang Memiliki Kompetensi Kewirausahaan Menjawab kebutuhan susu yang semakin meningkat sejalan dengan kesadaran gizi masyarakat maka sumberdaya manusia peternak perlu dibangun dan diperbaiki seiring dengan tuntutan industri peternakan yang harus diwujudkan secara bertahap. Perlu digali dan dikembangkan kompetensi yang dimiliki peternak khususnya yang berkaitan dengan kewirausahaan sehingga peternak memiliki sifat-sifat seperti: profesional, memiliki komitmen dan motivasi tinggi, mandiri, jujur, mengembangkan kreativitas produk yang dihasilkan melalui diversifikasi usaha, disiplin, dan bertanggungjawab. SDM peternak sapi perah yang memiliki kompetensi kewirausahaan mampu membaca peluang usaha melalui analisis berdasarkan data-data yang diperoleh dan selanjutnya merencanakan langkah-langkah untuk meraih peluang tersebut. Kekurangan susu saat ini merupakan peluang yang harus ditanggapi peternak secara cepat dengan mengeksplorasi sumberdaya dan kompetensi yang dimiliki untuk menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan pasar. Masalah yang dihadapi peternak sapi perah saat ini adalah belum optimalnya susu yang dihasilkan sapi perahnya, sehingga perlu dicari solusinya. Hasil-hasil penelitian, penyuluh, toko-toko penjual pakan ternak, ataupun teman sesama peternak merupakan sumber-sumber informasi yang dapat diakses peternak. Melalui komunikasi dan diskusi yang intensif antar sesama peternak akan ditemukan faktor penyebab dan cara mengatasi masalah yang dihadapi peternak. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba atau penelitian secara sederhana untuk menghasilkan teknologi baru. Teknologi baru yang sederhana ini selanjutnya didesiminasikan ke peternak untuk diaplikasikan dalam budidaya ternak sapi perahnya sehingga mampu menghasilkan produktivitas yang optimal. Produksi susu sapi yang optimal mampu mencukupi kebutuhan pasar. Tercukupinya kebutuhan susu dalam negeri menyebabkan pemerintah tidak perlu lagi mengimpor susu dari luar negeri sehingga devisa negara dapat dihemat. Tercukupinya kebutuhan susu dalam negeri oleh peternak-peternak Indonesia mewujudkan kedau-
9 80 latan pangan khususnya susu di dalam negeri. Selain itu, akan dihasilkan energi dari kotoran ternak, pupuk organik, dan pedet-pedet yang menambah populasi sapi perah di Indonesia. Berikut ini disampaikan perbandingan paradigma antara perilaku peternak saat ini dengan peternak yang memiliki produktivitas tinggi dan kompetensi kewirausahaan yang diharapkan (Tabel 2). Tabel 2. Paradigma Arah Pergeseran Peternak yang Memiliki Kompetensi Kewirausahaan Aspekaspek 1. Sikap terhadap mutu produk yang dihasilkan 2. Wawasan usaha 3.Kemampuan jaringan usaha 4. Tujuan usaha Peternak Pada Saat Ini (Faktual) 1. Produk tidak berkualitas 2. Kurang peduli mutu produk yang dihasilkan 3. Kurang mengetahui kebutuhan pelanggan/pasar 4. Kontinuitas produk tidak terjamin 5. Tidak tepat waktu penyetoran susu 6. Kurang menjaga kebersihan proses kerja 1. Pengetahuan peternakan sapi perah diperoleh dari orang tua 2. Tidak mau atau sukar berubah 3. Puas dengan usaha sekarang 4. Kurang mengetahui peraturan-peraturan yang terkait dengan usahanya 5. Tidak peduli terhadap peraturanperaturan terkait dengan usahanya 6. Memiliki modal kecil 7. Pasrah pada perubahan lingkungan alam 8. Pasrah terhadap perubahan kebijakan pemerintah 9. Tidak melakukan analisis usaha 10. Hanya melakukan satu usaha 11. Tidak atau kurang berorientasi ke masa depan 12.Puas dengan usaha sekarang 1. Kelompok/organisasi hanya berorientasi jangka pendek 2. Kelompok/organisasi lemah dan tidak mampu memberikan advokasi kepada pemerintah berkaitan dengan usaha peternakan 3. Pemasaran dilakukan ke koperasi 1. Kualitas produk tidak atau kurang memenuhi standar kesehatan 2. Usaha sapi perah sebagai usaha sambilan Peternak Wirausahawan (yang diharapkan) 1. Produk berkualitas tinggi 2. Peduli dan mempertahankan mutu produk yang dihasilkan 3. Mengetahui kebutuhan pelanggan /pasar 4. Kontinuitas produk sangat diperhatikan 5. Tepat waktu dalam penyetoran susu 6. Terjamin kebersihan proses kerja 1. Memiliki pengetahuan baru tentang usaha peternakan sapi perah 2. Memiliki sikap terbuka terhadap perubahan inovasi 3. Menangkap peluang usaha 4. Mengetahui peraturan-peraturan yang terkait dengan usahanya 5. Memiliki sikap positif terhadap peraturan-peraturan terkait dengan usahanya 6. Memiliki modal cukup 7. Mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan alam 8. Mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan kebijakan pemerintah 9. Melakukan analisis usaha 10. Melakukan diversifikasi usaha berkaitan dengan produk yang dihasilkan 11. Berorientasi ke masa depan 12. Melakukan pengembangan usaha 1. Tersedianya kelompok/organisasi yang berorientasi jangka panjang 2. Ada kelompok/organisasi yang kuat dan mampu memberikan advokasi kepada pemerintah berkaitan dengan usaha peternakan 3. Ada jaringan kerjasama antar peternak dalam bidang pemasaran 1. Produk memenuhi standar kesehatan 2. Usaha sapi perah sebagai usaha pokok
10 81 Aspekaspek 5. Komitmen terhadap lingkungan 6.Komitmen pada etika usaha 7.Pengembang an usaha Tabel 2 (lanjutan) Peternak Pada Saat Ini (Faktual) Peternak Wirausahawan (yang diharapkan) 1. Tidak peduli perundang-undangan 1. Mematuhi perundang-undangan tentang tentang pendirian usaha sapi perah pendirian usaha sapi perah 2. Tidak memperhatikan dampak lingkungan 2. Memperhatikan dampak lingkungan 1. Manipulasi produk yang dihasilkan 1. Jujur tentang produk yang dihasilkan 2. Kurang kompetensi yang dibutuhkan 1. Usaha dilakukan secara tetap dari tahun ke tahun 2. Kemampuan usaha, terbatas 3. Takut melakukan pemasaran yang lebih luas 8.Kepribadian 1. Rendah diri 2. Pasrah pada kondisi yang ada 3. Capat putus asa 4. Bergantung dengan pihak lain 5. Pesimis 6. Takut mencoba, berpikir negatif 7. Pengetahuan tidak berkembang 8. Emosional dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah 9. Bekerja sesuai kebiasaan 10. Tidak mampu berkomunikasi dengan baik 11.Bekerja dengan petunjuk orang lain 2. Memiliki kompetensi yang dibutuhkan 1. Melihat peluang usaha 2. Memiliki kemampuan usaha hulu sampai hilir 3. Pro aktif mencari dan mendapatkan peluang pasar 1. Percaya diri atas kemampuannya 2. Kemauan keras, mempunyai dorongan kuat untuk berhasil 3. Ulet 4. Mandiri 5. Optimis, memiliki komitmen usaha 6. Berpikir positif 7. Kreatif dan inovatif 8. Rasional menyelesaikan masalah 9. Mampu bekerjasama dengan pihak lain dalam posisi saling menguntungkan 10. Mampu berkomunikasi dengan baik 11. Aspiratif dan kreatif Hubungan antar peubah penelitian Kompetensi Kewirausahan Peternak Sapi Perah divisualisasikan pada Gambar 3.
11 82 Karakteristik Peternak (X 1 ) Pendidikan Formal (th) (X 11 ) Jumlah ternak yang dipelihara (X 1.2 ) Jumlah anggota keluarga (X 13 ) Lama beternak (th) (X 1.4 ) Kemampuan mengakses informasi (X 15 ) Motivasi (X 1.6 ) Lingkungan Usaha (X 2 ) Informasi,Sarana dan prasarana (X 2.1 ) (1) Ketersediaan sarana produksi (2) Ketersediaan transportasi (3) Ketersediaan Pusat Kesehatan Ternak (4) Ketersediaan Pusat Inseminasi Buatan (5) Ketersediaan kelembagaan keuangan (6) Ketersediaan kelembagaan pemasaran Kelembagaan Peternak (X 2.2 ) Kelembagaan Penyuluhan (X 23 ) Kelembagaan Sosial (X 24 ) Kebijakan Pemerintah (X 2.5 ) Kompetensi Kewirausahaan (Y 1 ) Kompetensi Teknis (Y 11 ) (1) Kemampuan budidaya ternak berkualitas (2) Kemampuan penanganan pasca panen Kompetensi Manajerial (Y 12 ) (1) Perencanaan usaha (2) Pengkoordinasian (3) Pengawasan (4) Evaluasi (5) Komunikasi (6) Mengatasi Kendala Usaha (7) Bermitra Usaha (8) Memanfaatkan Peluang Usaha Produktivitas Peternak (Y 2 ) (1) Produktivitas Ternak (Kualitas susu, Kesehatan ternak, dan Selang beranak) (2) Kreativitas dan keinovatifan menghasilkan produk olahan susu dan penanganan limbah ternak Gambar 3. Peubah-peubah yang Mempengaruhi Kompetensi Kewirausahaan serta Dampaknya pada Produktivitas Peternak Sapi Perah Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan kerangka berpikir, penelitian ini ingin menjawab pertanyaan sebagai berikut: bagaimana hubungan antara karakteristik peternak, kompetensi kewirausahaan, dan faktorfaktor lingkungan usaha dengan produktivitas peternak sapi perah. Selanjutnya berdasarkan pertanyaan penelitian, diajukan hipotesis kerja sebagai berikut: (1) Karakteristik peternak sapi perah berpengaruh nyata terhadap tingkat kompetensi kewirausahaannya dalam menjalankan usahanya. (2) Lingkungan usaha berpengaruh nyata terhadap tingkat kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah dalam menjalankan usahanya.
12 83 (3) Karakteristik peternak sapi perah berpengaruh nyata terhadap tingkat produktivitas peternak sapi perah. (4) Lingkungan usaha berpengaruh nyata terhadap produktivitas peternak sapi perah. (5) Kompetensi kewirausahaan berpengaruh nyata terhadap produktivitas peternak sapi perah.
PENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk sumberdaya manusia berkualitas yang dicirikan oleh keragaan antara lain: produktif, inovatif dan kompetitif adalah tercukupinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian integral bidang pertanian, bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat petani pada umumnya dengan melalui
Lebih terperinciX. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO
X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berkembang paling pesat di negara-negara berkembang. Ternak seringkali dijadikan sebagai aset non lahan terbesar dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah telah membawa perubahan pada sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan ini berdampak pada pembangunan. Kini pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Dimana sebagai negara agraris, memiliki letak geografis serta iklim yang sangat mendukung berkembangnya
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam
21 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam persaingan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian
Lebih terperinci5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya
5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN
FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN A. Lembaga dan Peranannya Lembaga: organisasi atau kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dwiguna yang dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging dan susu.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang membantu dalam pemenuhan gizi masyarakat di Indonesia. Produk peternakan berupa daging, susu, telur serta bahan
Lebih terperinciPenataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN
Sistem Produksi Pertanian/ Peternakan Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Tradisi pertanian masyarakat Indonesia ------ integrasi tanaman dan ternak pertanian campuran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,
Lebih terperinciAgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII
Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN
ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN Agar pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik dapat ditingkatkan maka masalah-masalah di atas perlu ditanggulangi dengan baik. Revolusi putih harus dilaksanakan sejak
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani baik yang berupa daging maupun susu dan berbagai keperluan
Lebih terperinciKETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T
PANDUAN LOMBA sains dan TERAPAN (LST) KETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T. POLITEKNIK NEGERI JAKARTA DEPOK 2017 1 I. PENDAHULUAN Era globalisasi memberi memberi dampak ganda yaitu di samping membuka
Lebih terperinci1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH Visi merupakan pandangan ideal yang menjadi tujuan dan cita-cita sebuah organisasi.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu kesatuan yang komplek yang berusaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu kesatuan yang komplek yang berusaha mengalokasikan sumberdaya secara penuh demi tercapainya tujuan. Apabila suatu organisasi mampu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung oleh ketersediaan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu manusia telah menggunakan susu sebagai bahan pangan. Manusia mengambil susu dari hewan yang memiliki kelenjar susu seperti sapi, kuda dan domba. Masyarakat
Lebih terperinciTopik: : VISI PERTANIAN ABAD 21 (PERTANIAN YANG BERKEBUDAYAAN INDUSTRI) menjelaskan Visi Pertanian Abad 21
Topik: : VISI PERTANIAN ABAD 21 (PERTANIAN YANG BERKEBUDAYAAN INDUSTRI) TIK: Setelah mengikuti kuliah ini, anda akan dapat menjelaskan Visi Pertanian Abad 21 Visi Paradigma pembangunan pertanian baru yang
Lebih terperinciPENGANTAR. Ir. Suprapti
PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di
63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas
Lebih terperincidan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,
dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Keadilan diartikan sebagai keadilan antar kelompok masyarakat
Lebih terperinciKERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG PERTANIAN SUB BIDANG PERTANIAN
KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG PERTANIAN SUB BIDANG PERTANIAN DESKRIPSI UMUM Sesuai dengan ideologi Negara dan budaya Bangsa Indonesia, maka implementasi sistem pendidikan nasional dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketetapan MPR Nomor: XV/MPR/1999 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Lebih terperinciVII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG
78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok
Lebih terperinciMajalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI
BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI M. Christiyanto dan I. Mangisah ABSTRAK Tujuan dari kegiatan ini adalah peningkatan produktivitas ruminansia, penurunan pencemaran
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor pertanian terdiri dari sektor tanaman pangan, sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor perikanan dan sektor peternakan. Sektor peternakan sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber daya alam yang melimpah baik
Lebih terperinciBAB III Visi dan Misi
BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Lebih terperinciKETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL
KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=
Lebih terperinciPROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA
PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan bagian yang sangat penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengembangkan sebuah bisnis. Lingkungan eksternal juga dapat didefinisikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian sebagai berikut:
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN
241 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Karakteristik nelayan di lokasi penelitian secara spesifik dicirikan dengan: (a) karakteristik individu: pendidikan rendah, nelayan pendatang, motivasi intrinsik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan
I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Rencana Kerja (Renja) Dinas Peternakan Kabupaten Bima disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : 1) Untuk merencanakan berbagai kebijaksanaan dan strategi percepatan
Lebih terperinci10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG
10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan pangan protein hewani bagi manusia. Akan tetapi jika tidak didukung dengan produktivitas ternak akan terjadi
Lebih terperinciBAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja professional
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia pertanian, termasuk pembangunan kelembagaan penyuluhan dan peningkatan kegiatan penyuluhan pertanian, adalah faktor yang memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah. 1.1. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah lanjutan menengah pertama yang memiliki ciri Islam yang dikelola dan dikembangkan di bawah
Lebih terperinci6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan
BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2013-2018, adalah rencana pelaksanaan tahap ketiga (2013-2018) dari Rencana Pembangunan Jangka
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PROGRAM INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa
Lebih terperinciTABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang
Lebih terperinciSemakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd
BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.
Lebih terperinciKOMPETENSI KEPALA SEKOLAH
KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER I. PENDAHULUAN 1. Pengertian Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) adalah garis-garis besar sebagai
Lebih terperinci1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala
108 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang signifikan
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Landasan berpikir penelitian ini dimulai dari pemikiran bahwa setiap insan manusia termasuk petani memiliki kemampuan dalam melaksanakan suatu tindakan/perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak berupa tantangan dan peluang baru bagi proses pembangunan daerah di setiap negara, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciKERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH
KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH Pita Sudrajad*, Muryanto, Mastur dan Subiharta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Menurut Ciputra
Lebih terperinciKeberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan
Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi BPPKP sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 52 Tahun
Lebih terperinciVIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek
Lebih terperinciVI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN
VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN Paradigma pembangunan saat ini lebih mengedepankan proses partisipatif dan terdesentralisasi, oleh karena itu dalam menyusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat perkembangan pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat perkembangan pembangunan yang telah dilakukan bangsa itu sendiri. Pembangunan merupakan proses perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hilda Nur Fadilah,2013 MANFAAT HASIL BELAJAR BUSANA PENGANTIN SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA BUSANA PENGANTIN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEK) yang semakin modern dikalangan masyarakat kebutuhan akan fashion semakin berkembang, sehingga menuntut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok Wanita Tani Kelompok tani adalah kumpulan petani yang terikat secara non formal dan dibentuk atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah
Lebih terperinciDUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT
DUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT Dayat Program Studi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Bogor E-mail: sttp.bogor@deptan.go.id RINGKASAN Indonesia merupakan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan
Lebih terperinciA. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA
A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Sektor pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan bahasa yang baik menunjukkan jati diri masyarakat yang baik. Agar dapat menggunakan
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan untuk mewujudkan visi dan misinya sangat tergantung dari peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan atau instansi dalam mencapai tujuan untuk mewujudkan visi dan misinya sangat tergantung dari peran dan kualitas
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu
Lebih terperinci