BAB III PENDEKATAN EMPIRIS. Negeri Titawai merupakan salah satu dari ketujuh desa yang berada di Kecamatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENDEKATAN EMPIRIS. Negeri Titawai merupakan salah satu dari ketujuh desa yang berada di Kecamatan"

Transkripsi

1 BAB III PENDEKATAN EMPIRIS A. Gambaran Umum 1. Keadaan Geografis dan Demografis 1 Negeri Titawai merupakan salah satu dari ketujuh desa yang berada di Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah. Luas wilayhnya mencapai 250 ha/m2, yang pada umumnya bermata pencarian nelayan dan bertani (cengkih, pala, kopra,dll), karena sebagian besar adalah wilayah lautan dan pegunungan. Tingkat pendidikan berdasarkan hasil pencatatan di kantor Camat pada umumnya adalah SD-SMP. Mayoritas penduduk negeri ini beragama Kristen Protestan. 2. Tatanan Sosial dan Spiritual 2 Komunitas negeri Titawai merupakan suatu kelompok adat yang tidak mengenal pembagian kelas atau strata sosial. Namun pada umumnya yang terjadi pada desa-desa adat, para petinggi negeri, termasuk raja, dan tua-tua adat beserta keluarga sangat dihormati dan disegani oleh komunitas setempat. Mereka hidup dalam tatanan kehidupan persaudaraan yang sangat erat. Walaupun berasal dari kelompok marga yang berbeda-beda, akan tetapi mereka hidup dan memiliki hubungan yang sangat dekat. Hal tersebut a.l dapat dilihat dari solidaritas yang terjadi antara satu sama lain. 1 Wawancara Bpk Agus Saiya. 1 oktober Ibid,. 23

2 Dalam sejarah orangnusalaut, sebagian besar berasal dari Pulau Seram, sehingga tradisi dan agama suku tempat asalnya pun dibawa ke tempat yang baru. Negeri-negeri ini disebut Hena atau aman, yang kemudian oleh penguasa Belanda pada saat itu dipindahkan ke tepi pantai dan merubah nama persekutuan komunitas menjadi Negeri. Kehadiran negeri yang berada di pegunungan kemudian menjadi negeri lama (atau negeri tua) yang sampai saat ini diyakini sebagai tempat kediaman nenek moyang. Sistem kepercayaan yaitu Tuhan dan nenek Moyang masih dipraktekkan. Sistem kepercayaan ini pada umumnya oleh komunitas di Nusalaut disebut sebagai adat atau bikin adat baik dalam praktek individual maupun dalam konteks komunal. 3. Upacara adat 3 Upacara adat dilakukan dalam lingkup keluarga dan masyarakat. Dalam upacara ini berlaku dua peristiwa pernikahan antara lain: kawin lari dan nikah dagang/minang/masuk minta. Hal ini hampir sama dengan apa yang dilakukan di semua negeri Kristen di Maluku tengah. Kawin lari adalah kawin yang pergi dengan meninggalkan pesan (surat), sedangkan nikah dagang adalah pernikahan yang dilakukan dengan orang diluar negeri Titawai. B. Nikah dagang dalam Lingkup adat setempat 1. Tradisi Nikah dagang 4 Di negeri Titawai terdapat 26 fam (clan) dan tiga mata rumah, yang akan mengatur dan membagi harta perkawinan dalam adat.hal ini sudah menjadi tradisi dalam perkawinan nikah dagang dimana, 26 fam (clan) yang terdapat dalam tiga mata tumah negeri adalah: mata rumah sembilan (siwasi), mata rumah lima (krima), dan mata rumah tujuh (hiwasi).tiga mata rumah 3 Wawancara Bpk Agus Saiya 4 Ibid,. 24

3 inilah yang akan menentukan harta tentang penulisan ini. Nikah dagang berawal dan dimulai dengan minang. Minang 5 adalah, pemberitahuan dari keluarga laki-laki melalui surat kepada keluarga perempuan, setelah itu semua keluarga besar dari perempuan dikumpulkan untuk membaca surat dan membicarakan maksud dari isi surat tersebut. Kemudian pihak perempuan mengundang keluarga laki-laki (calon suami)untuk datang dan membicarakan maksudnya tersebut,dan memutuskan kapan pernikahan dilaksanakan dan apa saja yang akan disiapkan untuk prosesi adat. Proses adat perkawinan iniberasal dari mata rumah krima, di mana laki-laki (calon suami) mempunyai kewajiban untuk membayar dua hasil dagang, yang sudah diputuskan oleh mata rumah tersebut yaitu, Harta Rumah tangga dan Harta Negeri. Harta Rumah Tangga yang didagangkan semuanya berjumlah serbalima karena mengikuti jumlah mata rumah, berupa: Sopi lima botol, Rokok lima bungkus, Pinang lima buah, Sirih lima buah, Tabaku lima bola, Kapur lima, Kain putih satu kayu, dan uang (jumlahnya berdasarkan perundingan antara keluarga laki-laki dan keluarga perempuan), karena perempuan dari dalam negeri memilih menikah dengan orang dagang dari luar desa Titawai, maka laki-laki dagang ini harus membayar hal yang sama ke Baileo. Harta Negeri sama dengan Harta Rumah Tangga hanya di tambah amplop berupa uang untuk Raja, penjaga pintu (Tua-tua adat atau Tua-tua Negeri) Baileo 6 yang menerima harta kemudian dibawa ke meja raja, dan untuk pemuda-pemuda negeri. Harta ini tidak wajib untuk laki-laki dalam negeri, mereka hanya patut untuk membayar Harta rumah tangga. 5 Minang di sini sama halnya dengan Tunangan untuk, pasangan sudah siap masuk dalam sebuah keluarga. 6 Baileo merupakan sebutan atau nama dari rumah adat orang Maluku, yang berfungsi sebagai tempat kegiatan atau upacara adat bagi warga negeri. 25

4 Sebelum laki-laki (calon suami) masuk dalam negeri, ia harus membayar pemudapemuda desa yang pele pintu negeri (menjaga di depan pintu negeri), setelah dibayar barulah mereka mempersilahkan laki-laki (calon suami) dagang tersebut untuk masuk. Tetapi ia belum diharuskan untuk langsung ke rumah mempelainya ia harus singgah (mampir) ke rumah salah satu warga, menunggu sampai acara pernikahan dilakukan. Setelah semuanya telah disepakati dan disetujui untuk menikah, maka diadakan prosesi mengantar pakaian kawin perempuan oleh keluarga dari laki-laki, yang disertai dengan harta rumah tangga yang sudah penulis sebutkan diatas.setelah prosesi ini selesai semua keluarga lakilaki kembali ke rumah. Barulah sebaliknya, keluarga besar perempuan melakukan hal yang sama. Aturannya, Pakaian kawin perempuan harus ditanggung oleh laki-laki, pakaian kawin lakilaki harus ditanggung olehnya sendiri. Pakaian dalam dan perlengkapan mandi laki-laki ditanggung oleh perempuan, sedangkan untuk perempuan semuanya tidak terkecuali ditanggung oleh laki-laki. Disini dapat dilihat bahwa kaum laki-laki mempunyai tanggung jawab yang besar dalam suatu pernikahan. Semua ini dilakukan sehari sebelum pernikahan gereja dan catatan cipil. Setelah selesai melakukan ritual adat sehari sebelum berlangsungnya upacara pernikahan, saatnya mempelai laki-laki datang dan menjemput mempelai perempuan.pada saat mempelai perempuan tidak berada di depan tetapi masih berada didalam kamar, dan juru bicara yang sudah ditunjuk dari keluarga laki-laki -biasanya saudara laki-laki dari orang tua- akan berbicara maksud dan tujuan mereka datang untuk memohan dan memberikan anak perempuan mereka untuk dinikahkan. Kemudian ketika keluarga dari calon istri sudah memahami maksud dan tujuannya, maka juru bicara dari pihak perempuan akan mengatakan ia, anak perempuan kami telah siap untuk dinikahkan, tetapi sementara ada didalam kamar dan kamar itu terkunci. Kami mintakan supaya kalau kalian sudah membawakan kunci silakan masuk dan menjemput anak perempuan 26

5 kami. Kunci yang dimaksud disini adalah berupa Uang, sebagaimana sudah disebutkan diatas. Ketika kunci tersebut sudah disiapkan, maka dipersilakan pihak laki-laki (calon suami) untuk menjemput calon istrinya didalam kamar, dengan mengetuk pintu. Kemudian lalu dibuka oleh saudara laki-laki kandungnya yang masih lajang -atau belum menikah sambil berjabat tangan (sementara didalam tangan laki-laki sudah ada uang) ke penjaga pintu. Kemudian pengantin perempuan keluar dari kamar dan menerima bunga tangan dari pengantin laki-laki. Sebelum para calon pengantin ini dibawa ke Gereja, terlebih dahulu mereka didoakan oleh keluarga. Karena komunitas setempat menyakini, bahwa segala sesuatu ketika didasari dengan Doa, akan berjalan dengan baik. Jadi hal itu tidak mengenyampingkan aturan tradisional dari nenek moyangnya. Setelah itu mereka dibawa ke Gereja untuk diberkati oleh pendeta, dan diberikan nilai-nilai Kristiani dalam membangun sebuah rumah tangga baru. Ketika ibadah usai pasangan ini langsung mengadakan nikah Negara (catatan sipil). Sebab demi adanya kepastian hukum tersebut, makawarga Titawai tetap mematuhi persyaratan pernikahan yang sudah ditentukan oleh Negara. Setelah semuanya selesai pasangan suami-istri kembali ke rumah laki-laki (suami) untuk mengikuti ramah tamah dengan berbagai sajian makanan yang telah disiapkan. Tidak diikuti oleh keluarga perempuan, karena adat yang harus dibayar dengan tata aturan yang sudah ditentukan mereka harus mengantarkan harta dari perempuan ke rumah laki-laki (suami). Harta tersebut a.l. berupa: semua pakaian, kasur, tikar, bantal, perabot rumah tangga dari dapur, ruang tamu sampai kamar, kursi, meja diantarkan dengan cara semua keluarga perempuan keku 7 dan 7 Keku merupakan istilah bahasa daerah artinya menjungjung di kepala. 27

6 menggunakan kapatta 8 ; atau juru bicara dari keluarga perempuan dapat mengatakan jangan dilihat dari mewahnya barang ini, tapi kami mohon untuk dilihat dari ikatan keluarga (antara si A dan si B), karena kedua keluarga ini sudah menjadi satu.ini merupakan kewajiban secara tradisional dari pihak keluarga perempuan. Setelah itu keluarga perempuan diperbolehkan untuk mengikut serta dalam acara ramah tamah. Salah satu mata rumah yang menentukan harta dalam nikah dagang 2. Makna tradisi nikah dagang 9 Asal mulanya nikah dagang ini dari negeri Titawai, Kecamatan Nusalut, Maluku Tengah. Komunitas setempat biasa menyebutnya dengan menantu dagang, perempuan dagang, atau lakilaki dagang tergantung dari mana pasangan yang kita nikahi. Nikah dagang ini biasanya dilakukan pada saat, ada terjadinya perkawinan antara perempuan adat Titawai dengan laki-laki 8 Kapatta adalah tradisi menutur peristiwa dan sejarah masa lampau yang disampaikan setengah menyanyi setengah bicara. Kapatta disini juga tidak diharuskan untuk dilakukan, kalau dari keluarga laki-laki tidak mengerti, hal ini juga tidak diberlakukan tidak masalah. 9 Wawancara Bpk. Simon wattimuri 28

7 dari luar negeri Titawai, yang mengambil pasangannya diluar desa itu. Setelah proses nikah dagang ini sudah usai, maka komunitas setempat mempercayai, bahwa seorang anak negeri sudah laku terjual. Singkatnya, nikah dagang berarti suatu upacara adat yang dibuat dan dilakukan oleh pihak keluarga perempuan setelah dilamar oleh pihak laki-laki dari luar komunitas atau pun wilayah pedesaan Titawai, dengan harga yang sudah ditentukan (bayar adat). Supaya dengan demikian mereka dapat hidup sejahtera dan berkat selalu melimpah dalam keluarga, hal mana dianggap sebagai suatu kewajiban untuk dilaksanakan. Budaya nikah dagang ini tidak dapat dihilangkan, karena ini merupakan tradisi secara turun temurun. Berbanding terbalik dengan kawin lari, yang boleh melunasi harta (bayar adat) kapan saja. Setelah mengetahui makna dari budaya kawin adat ini,dapat dipahami tentang tujuan dari penelitian ini ialah mengambil atau memilih pasangan hidupnya dari negeri Titawai maka harus siap untuk membayar harta. 3. Pemaknaan atribut simbol-simbol dalam Tradisi Nikah Dagang 10 Simbol-simbol yang dilakukan dalam upacara adat nikah dagang ini memiliki makna keakraban hubungan tradisional menurut adat setempat. Hal ini diyakini sebagai berguna bagi kedua belah pihak (suami dan istri) untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan keluarga mereka ke depan. Sebagai contoh pemaknaan simbolikc adat demi untuk melestarikan keutuhan Rumah Tangga 11 yang baru memasuki jenjang pernikahan: - Simbol pemuda berjaga di depan negeri (pemuda badiri di muka negeri) 10 Wawancara dengan Ibu Nina Tomasoa 11 Ibid,. 29

8 Maksudnya ketika seorang laki-laki yang mau menikah memasuki negeri, ia harus membayar kepada para pemuda-pemuda setempat, agar dapat diizinkan lewat dan masuk kedalam desauntuk melamar seorang calon istri (anak perempuan) untuk dikawinkan. Hal ini konon diharuskan, karena para pemuda negeri adat tersebut secara tradisional, diyakini harus menjaga mata dari negeri adat mereka yaitu seorang gadis desa. - Sopi 12 secara simbolis merupakan munuman adat yang menghangatkan. Karena ia merupakan simbol yang memaknai hal pemberi kehangatan dan persekutuan, kebersamaan juga akan diciptakan,sopi secara tradisional menjadi tali pengikat yang erat. Jadi dampak yang dibawa dari minuman ini memberikan kedekatan antar hubungan keluarga. - Simbol tampa sirih (di dalamnya terdapat :kapur lima butir, daun sirih, tembakaulima bola, pinang lima buah) adalah simbol dari pusat persekutuan. Sirih pinang itu menandaiintipersektuuan keluarga besar melalui makan bersama. Dengan makan bersama, diharapkan mereka dapat meningkatkan hubungan kekeluargaan yang erat, saling berbagi rasa baik susah maupun senang. - Simbol rokok merupakan pemberi kekuatan dalam rumah tangga, khususnya untuk lakilaki. - Simbol kain putih satu kayu melambangkan hubungan persaudaraan, dimana bukan dua keluarga lagi tetapi sudah menjadi satu. Kain ini juga nantinya akan dipakai untuk penutup meja tamu, meja makan, dan meja dapur dalam keluarga. 12 Sopi adalah minuman berkadar alkohol tinggi, yang disuling dari air buah mayang. 30

9 - Simbol uang, (bayar orang tatu pung cucuran karingat) uang ini akan diberikan kepada kedua orang tua dari perempuan (istri) sebagai wujud tanda terima kasih sudah mengandung sampai dilepaskan ke dalam rumah tangga. Tetapi karena dianggap ada balas jasa, makanya adat ini mulai hilang seiring perkembangan moderen. Simbol untuk Harta negeri 13 : - Simbol Amplop yang berisikan uang untuk Raja, penjaga pintu Baileo, dan Pemudapemuda negeri Titawai, uang tidak dilihat dari nominal jumlahnya tetapi dilihat dari ketulusan memberinya. Karena budaya yang diterapkan dikomunitas ini tidak mengharuskan berapa jumlah uangnya, melainkan dari kerendahan diri dari pihak pemberi. Sehingga komunitas setempat menyakini tidak menjadi beban dan bisa memberikan kesejahteraan kepada keluarga. 4. Stratifikasi Sosial Adapun factor-faktor sosial yang mendorong terjadinya pernikahan 14 dapat dilihat dari budaya setempat, yaitu a.l;ekonomi.salah satu tujuan, yang membuat penduduk setempat melakukan nikah dagang atau suatu pernikahan adalah perekonomian mereka.sudah menjadi budaya leluhur untuk daerah tersebut menikah lebih awal atau lebih muda, apalagi didalam suatu keluarga terdapat banyak keturunan. Sehingga dengan melakukan pernikahan beban dalam keluarga sedikit berkurang. Pendidikan, hampir setengah dari penduduk Titawai tidak dapat menyelesaikan pendidikan mereka.hal ini a.l. juga merupakan pengaruh dari factor ekonomi. Karena hampir semua pekerjaanmasyarakat disana adalah nelayan dan bertani, sehingga tidak mengherankan lagi bahwa penduduk tersebut mengalami keterbelakangan pengetahuan, sehingga 13 Wawancara Bpk agus Saiya 14 Wawancara ibu Nina 31

10 ini juga dijadikan alasan untuk melakukan perkawinan. Usia, rata-rata umur orang-orang disana yang melakukan perkawinan 14 tahun keatas. Hal ini dapat dilihat dalam sebuah pernikahan dalam keluarga Bpk Bobi Simon yang mempunyai 6 orang anak: Anak pertama dari keluarga tersebut bernama Nita 15 baru berumur 14 tahun dan masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, diakibatkan kurangnya ekonomi, pendidikan, dan perhatian dari kedua orang tuanya karena mereka sibuk bekerja di kebun dan mencari ikan dilaut, Nita akhirnya hamil bersama pacarnya yang berasal dari negri Saparua. Akhirnya dengan tidak menunggu lama kedua orang tua dari pacarnya langsung meminta nita untuk dinikahkan dan tidak terjadi penolakan dari keluarga perempuan. Karena mereka beranggapan lebih cepat menikah lebih baik. Disamping mendapat harta dari pernikahan dagang anaknya tersebut, beban kedua orang tua perempuan sedikit berkurang. Tetapi hal ini tidak berlangsung untuk semua keluarga dia desa Titafwai, ada juga yang menikah dengan usia yang sudah matang untuk melakukan hal tersebut yaitu usia tahun. C. Tradisi Nikah Dagang dalam prespektif jemaat 1. Pandangan Anggota Jemaat (Pendeta dan Majelis) Yang sudah disinggung di atas bahwa, adat merupakan suatu pranata (institusi) yang diberlakukan dalam komunitas yang dibentuk oleh para nenek-moyang atau datuk-datuk dan menghasilkan suatu kehidupan yang bahagia, termasuk tradisi nikah dagang. Ia dilakukan untuk memperkenalkan budaya setempat ke masyarakat luar. Tradisi ini menurut jemaat sendiri 15 Nita bukan nama yang sebenarnya,nama tersebut disamarkan. 32

11 merupakan kewajiban adat yang harus dilakukan serta menjadi warisan yang berharga dari nenek moyang mereka sendiri. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan suatu hubungan persaudaraan yang erat yang tidak dapat digantikan oleh apapun, tidak ada dampak buruk dalam tradisi ini. Warga setempat mempercayai bahwa, ketika seseorang tidak melakukan dan memenuhi kewajiban adat dengan seharusnya maka ia akan tertimpa suatu hal yang buruk, misalnya: menderita sakit secara fisik, atau keluarga tidak harmonis. Jemaat memandang tradisi ini sebagai suatu tanggung jawab yang dilakukan dengan kesiapan penuh dan sungguh-sungguh dalam rangka menyambut warga baru yang akan tinggal bersama-sama dengan mereka. Dari situlah dimana pun mata rumah yang melakukan tradisi ini, akan disambut baik oleh komunitasnya, karena tradisi ini sangat mengandung nilai-nilai positif. Tetapi jika tidak dilakukan dengan benar maka para leluhur akan marah. Maksudnya adalah suatu kebiasaan baik yang telah (para leluhur) ciptakan melalui tradisi ini kiranya dapat diteruskan dan dilakukan dengan benar oleh anak cucu mereka 16. Jemaat setempat meyakini bahwa para leluhur pun percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhan menghendaki sebuah kehidupan yang harmonis yang dihiasi dengan cinta kasih. Akan tetapi jemaat juga mengakui bahwa telah terjadi pergeseran atau telah sedikit hilang tradisi ini dalam pelaksanaa pernikahan adat. Hal ini terkait dengan bertambah maju budaya dan pengetahuan jemaat, sehingga ada anggapan yang muncul bahwa yang terpenting pengenalan diri di Gereja dan raja dan dilakukan dengan Doa, itu sudah cukup. Namun sebagian besar jemaat juga masih mendukung melakukan adat nikah dagang ini dengan benar dan lengkap, seperti yang telah 16 Wawancara dengan Bpk Pdt. Simon Wattimuri 33

12 diatur oleh para leluhur. Bagi jemaat, adat dan Gereja harus berjalan bersama-sama, sebab adat telah ditetapkan sejak dahulu oleh nenek moyang, jadi tidak boleh ditiadakan. Adat juga dilakukan dengan Doa karena menurut jemaat setempat, mereka tidak dapat melaksanakan segala sesuatu dengan baik tanpa Doa. Jemaat setempat meyakini bahwa Tuhan itu berkuasa atas segala sesuatu termasuk adat. 2. Pandangan Gereja terhadap tradisi nikah dagang Dalam tradisi ini,gereja memahami sebagai suatu budaya yang telah diatur sedemikian oleh para leluhur Titawai. Ia sebenarnya merupakan tradisi budaya Maluku. Dalam tradisi ini, ketika laki-laki (suami) atau perempuan (istri) yang sudah melakukan adat nikah dagang mereka boleh saja tinggal atau keluar dari negeri.tetapi yang harus di dasari adalah mereka tidak boleh lupa negeri adat sendiri, karena mereka bukan lagi dua melainkan satu, satu yang disatukan oleh Tuhan dan adat. 17 Tanggapan Gereja terhadap tradisi ini tentunya sangat positif karena ada nilainilai ikatan kekerabata, nilai-nilai persekutuan, nilai-nilai persaudaraan yang diikat erat dengan tradisi ini. Karena seluruh warga Titawai yang menjadi persekutuan/jemaat itu merupakan satu keluarga. Oleh karena itu Gereja selalu memberikan dorongan dan apresiasi yang tinggi dan sangat mendukungnya Keterlibatan gereja terhadap tradisi nikah dagang Adat ini telah diatur oleh mata rumah yang telah disiapkan. Mereka yang akan mengatur dan menyiapkan segala kebutuhan adat. Hal ini juga tidak terlepas dari keterlibatan para majelis gereja yang aktif ikut serta untuk mendoakan kedua mempelai dalam hubungan-hubungan di dalam kelaurga secara keseluruhan. Dan juga setelah melakukan prosesi adat, kedua pasangan 17 Wawancara Bpk Bram Nanulaita 18 Wawancara Bpk pdt Simon wattimuri 34

13 dibawah ke gereja untuk diberkati oleh Pendeta. 19 Sehubungan dengan itu, maka firman Tuhan yang disebutkan dalam Alkitab juga diletakan di dalamnya. Agar hal ini tidak hanya dipandang sebagai tradisi adat saja, tetapi memeiliki nilai-nilai yang berlandaskan kerohanian dan iman. Sebab gereja menyakini, bahwa Yesus juga menghendaki semua manusia untuk disatukan dalam kehendak Allah. Gereja Ebenhaezer Jemaat Titawai 19 Ibid,. 35

BAB IV ANALISA. Bab IV ini merupakan serangkaian analisis dari data lapangan sebagaimana yang telah

BAB IV ANALISA. Bab IV ini merupakan serangkaian analisis dari data lapangan sebagaimana yang telah BAB IV ANALISA Bab IV ini merupakan serangkaian analisis dari data lapangan sebagaimana yang telah dideskripdikan di dalam Bab III. Sedangkan upaya pendekatan yang dipakai untuk menganalisis pokok-pokok

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

dan Pertunangan Pernikahan

dan Pertunangan Pernikahan Pertunangan dan Pernikahan Biasanya sebelum orang memulaikan suatu perkongsian di dunia bisnis banyak perencanaan dan persiapan terjadi Sebelum kontrak atau persetujuan terakhir ditandatangani, mereka

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan budaya Indonesia mengalami pasang surut, pada awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku-sukubangsa yang tinggal di berbagai daerah tertentu di Indonesia. Masing- masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kehidupan masyarakat Jawa di Dusun Jatirejo tidak dapat dilepaskan dari serangkaian kegiatan upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup, dimana dalam siklus daur hidup

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling BAB IV ANALISA DATA A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya bisa tergolong memiliki makna, Diantara makna tersebut bisa di bilang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, masyarakat adalah pencipta sekaligus pendukung kebudayaan. Dengan demikian tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mengadakan pengolahan dan menganalisis data dari hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan

Lebih terperinci

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Pertanyaan-pertanyaan : 1. Aspek manusia : penjual, pembeli dan si anak (Pada saat wawancara,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Koto Tuo Barat adalah Desa yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang sangat dianjurkan untuk melakukannya. 1 Sebab pernikahan merupakan suatu prosesi yang dapat menghalalkan hubungan biologis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perkawinan adalah Anugrah dari pemberian Allah Tuhan kita yang terwujud/terbentuk dalam suatu ikatan lahir batin dari hubungan antara Suami dan Isteri (kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. Kaus Nono dalam Perkawinan Meto Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dalam menjalankan tata hukum di Indonesia. Oleh sebab itu, untuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BENTUK, PESAN, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH PADA MASYARAKAT DESA RUMAHKAY

BAB IV DESKRIPSI, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BENTUK, PESAN, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH PADA MASYARAKAT DESA RUMAHKAY 70 BAB IV DESKRIPSI, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BENTUK, PESAN, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH PADA MASYARAKAT DESA RUMAHKAY 4.1 Deskripsi Data dan Analisis Data 4.1.1 Gambaran Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang memliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness

Lebih terperinci

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari Kuwati, M. Martosupono dan J.C. Mangimbulude Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Email: kuwatifolley@yahoo.co.id Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan suatu hal yang dinantikan dalam kehidupan manusia karena melalui sebuah pernikahan dapat terbentuk satu keluarga yang akan dapat melanjutkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami 114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami dibawah tangan pada masyarakat batak toba di Kota Bandar Lampung saat ini, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan dan tumbuh kembangnya sangat diperhatikan. Tak heran banyak sekali orang yang menunggu-nunggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ingat, Merariq itu merupakan prosesi adat, di mana seorang lakilaki harus siap membawa lari calon istrinya. Dan Merariq itu merupakan pembuktian ketangkasan seorang

Lebih terperinci

BAB III. 3.1 Gambaran Umum. A. Keadaan Geografis dan Demografis Negeri Nalahia

BAB III. 3.1 Gambaran Umum. A. Keadaan Geografis dan Demografis Negeri Nalahia BAB III 3.1 Gambaran Umum A. Keadaan Geografis dan Demografis Negeri Nalahia Secara administratif negeri Nalahia berada pada wilayah Kecamatan Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah. Luas daerah ± 600 hektar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan totalitas latar belakang dari sistem nilai, lembaga dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu. kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu. kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di sebelah utara, sebelah selatan dibatasi oleh Laut Banda,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Seperti halnya Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB III TRADISI METRAEH DAN NYALENEH DALAM MASA PERTUNANGAN DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN

BAB III TRADISI METRAEH DAN NYALENEH DALAM MASA PERTUNANGAN DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN BAB III TRADISI METRAEH DAN NYALENEH DALAM MASA PERTUNANGAN DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN A. Gambaran Umum Desa Gili Timur Luas wilayah Desa Gili Timur Kecamatan Kamal Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita 1. Keadaan geografis Pasar Pelita merupakan salah satu pasar yang ada di kecamatan Kubu Babussalam tepatnya di desa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sekilas Tentang Sejarah Kecamatan Kuok Kuok adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Sebelum dinamai Kecamatan Kuok, Kecamatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras, suku, dan kebudayaan di setiap

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau kecil maupun besar. Wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau menjadikan Indonenesia dihuni oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Kata gender berasal dari kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA A. Pengertian Perkawinan Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan nomor 1 Tahun 1974. Pengertian perkawinan menurut Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data. 219 BAB VI PENUTUP Dari hasil analisa terhadap ulos dalam konsep nilai inti berdasarkan konteks sosio-historis dan perkawinan adat Batak bagi orang Batak Toba di Jakarta. Juga analisa terhadap ulos dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara pengantin merupakan kejadian yang sangat penting bagi kehidupan idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang dalam

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri BAB I PENDAHULUAN Di Ambon salah satu bentuk kekerabatan bisa dilihat dalam tradisi Pela Gandong. Tradisi Pela Gandong merupakan budaya orang Ambon yang menggambarkan suatu hubungan kekerabatan atau persaudaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Didalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering diperhadapkan dengan pilihan-pilihan yang membuat kita bingung karena kita kita harus memilih salah satu dari pilihan-pilihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang terjadi didalam hidup bermasyarakat yang menyangkut nama baik keluarga ataupun masyarakat. Hal ini diterangkan dalam buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

Keluarga inti merupakan kelompok primer yang dapat dikatakan sebagai institusi dasar berkembangnya institusi sosial yang lain.

Keluarga inti merupakan kelompok primer yang dapat dikatakan sebagai institusi dasar berkembangnya institusi sosial yang lain. Pranata Keluarga Istilah keluarga dapat berarti : 1. Keluarga besar (extended/consanguine family), yang dapat terdiri dari kakeknenek, mertua, bapak-ibu, anak kandung dan menantu, cucu, saudara sepupu

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua sampai ia meninggal. Biasanya pada usia

Lebih terperinci

1. Pendeta Karel Burdam 1) Apa makna dan manfaat sasi? Sasi itu merupakan suatu larangan untuk mengambil/memanen sebelum waktunya (buka sasi)

1. Pendeta Karel Burdam 1) Apa makna dan manfaat sasi? Sasi itu merupakan suatu larangan untuk mengambil/memanen sebelum waktunya (buka sasi) Lampiran Data Hasil Wawancara 1. Pendeta Karel Burdam 1) Apa makna dan manfaat sasi? Sasi itu merupakan suatu larangan untuk mengambil/memanen sebelum waktunya (buka sasi) 2) Dari mana sasi berasal? Sasi

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Oleh: Heira Febriana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrianahera@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari berbagai suku bangsa (etnis) yang tersebar di seluruh penjuru wilayahnya. Banyaknya suku bangsa

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5

BAB I PENDAHULUAN. 1 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976, p. 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia yang hidup dalam dunia pada umumnya menginginkan suatu hubungan yang didasari rasa saling mencintai sebelum memasuki sebuah perkawinan dan membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci