BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat menentukan kualitas seorang manusia. Menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Corey (dalam Abdul Majid 2013:4) pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Selain itu menurut Gagne dan Brigga (dalam Abdul Majid 2013:4) pembelajaran adalah rangkaian peristiwa yang mempengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja dan dikelola untuk mencapai proses belajar yang diinginkan. Dalam kegiatan pembelajaran yang berperan utama dalam sekolah yaitu siswa dan guru. Guru sangat berperan dalam pendidikan. Karena guru sebagai pendidik yang mengajarkan beberapa ilmu yang nantinya akan berguna untuk masa depan. Maka dari itu guru membutuhkan strategi pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Kemp (dalam Abdul Majid 2013:7) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selain itu Gerlach dan Ely (dalam Abdul Majid 2013:7) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. 1

2 2 Gerlach dan Ely (dalam Abdul Majid 2013:7) juga mengatakan bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik. Dan juga menurut J.R David (dalam Abdul Majid 2013:8) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan materi dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan yang diinginkan dapat tercapai. Abdul Majid (2013:7) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan model dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Maka dalam melaksanakan strategi pembelajaran guru membutuhkan model pembelajaran. Salah satu yang harus diperhatikan guru adalah pemilihan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan atau meningkatkan perkembangkan siswa. Dalam memilih model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, materi pelajaran, dan bentuk pengajaran. Ada bermacam-macam model pembelajaran.selain menggunakan model pembelajaran, guru juga dapat menggabungkannya dengan media pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Nurulhayati (2002:25) pembelajaran cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Pembelajaran cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Salah satu model dari cooperative learning yaitu model group investigation. Model pembelajaran yang akan digunakan adalah group investigation. Burn (dalam Rusman 2012:220) mengatakan bahwa secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif group

3 3 investigation adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka. Slavin (dalam Rusman 2012:221) menjelaskan bahwa strategi belajar kooperatif GI sangatlah ideal diterapkan dalam pembelajaran IPA. Dengan topik materi IPA yang cukup luas dan desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah kepada kegiatan metode ilmiah, diharapkan siswa dalam kelompoknya dapat saling memberi kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-harinya. Slavin (2005: ) mengatakan bahwa kesuksesan implementasi dari group investigation sebelumnya menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial. Penting bagi group investigation adalah perencanaan kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari mereka. Dalam kelas yang melaksanakan proyek group investigation guru bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Menurut Cohen dan Sharan (dalam Slavin 2005:218) pembelajaran bisa saja diberikan sebelum, setelah, atau selama dalam masa kelas melaksanakan group investigation. Dalam pelaksanaan group investigation dapat digabungkan dengan media visual. Media dapat diartikan sebagai penghubung atau perantara. Kemp & Dayton (dalam Arsyad 2011:15) mengemukakan bahwa media memiliki 3 fungsi utama yaitu: (1) Memotivasi minat dan tindakan, (2) Menyajikan informasi, dan (3) Memberi instruksi. Tidak jauh berbeda dengan arti aslinya, dalam dunia pendidikan media biasa disebut dengan media pembelajaran yang dapat didefinisikan sebagai alat bantu untuk membantu pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Media pembelajaran secara lebih detail memiliki fungsi untuk lebih menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Media pembelajaran jelas sangat bermanfaat apabila digunakan tepat dalam pembelajaran, karena setiap pembelajaran tidak dapat disama-ratakan dalam hal penggunaan media pembelajaran. Artinya, setiap pembelajaran belum tentu

4 4 menggunakan media pembelajaran yang sama. Salah satu media yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah media visual. Rusman (2012:142) menerangkan bahwa media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan yang terdiri atas media yang dapat diproyeksikan dan media yang tidak dapat diproyeksikan yang biasanya berupa gambar diam atau gambar gerak. Jika media visual digabungkan dengan group investigation sangat cocok. Apalagi mata pelajaran yang menggunakannya adalah mata pelajaran IPA. Dengan penggabungan antara group investigation dan media visual, diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya sesuai dengan KKM yang akan dicapai. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis, maka penulis mengadakan penelitian tentang peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 di SDN Sraten 01. Masih terlihat rendahnya pengetahuan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini ditandai dari hasil evaluasi harian mata pelajaran IPA yang belum memuaskan. Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari pendidik setempat, dari 17 siswa yang mengikuti pembelajaran, terdapat 11 siswa yang memiliki nilai di atas KKM yaitu nilai di atas 7,00. Sementara 6 siswa lainnya mendapat nilai di bawah KKM. Maka dari itu peneliti berusaha membantu siswa dan guru agar seluruh siswa mendapat nilai di atas KKM. Dalam kegiatan pembelajaran peneliti menggunakan variasi yaitu menggunakan group investigation berbantu media visual. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di SDN Sraten 01 dalam mata pelajaran IPA. Masalah yang dihadapi guru dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain: 1. Siswa yang bosan karena cara mengajar guru kadang masih menggunakan metode ceramah atau konvensional. Hal ini dikarenakan terkadang guru memposisikan dirinya sebagai sumber utama dalam pembelajaran. 2. Hasil belajar siswa yang rendah. Hal ini dikarenakan siswa kadang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan materi. Dalam usia perkembangan

5 5 tumbuh kembang siswa, memang dirasa sulit untuk meminta siswa berkonsentrasi dengan pembelajaran yang disampaikan. Sehingga siswa tidak mengerti dengan materi yang sedang dipelajari. 3. Keaktifan siswa yang kurang dalam pembelajaran. Sehingga kegiatan belajar mengajar terlihat monoton karena guru yang lebih aktif dalam pembelajaran. 4. Rendahnya kemampuan siswa untuk memahami pembelajaran, karena keterbatasan siswa untuk berinteraksi secara langsung. Kendala yang dihadapi siswa dalam melaksanakan pengamatan yaitu keterbatasan ruang dan waktu. 5. Guru belum menggunakan variasi model pembelajaran. Hal ini dikarenakan usia guru yang tidak memungkinkan guru menggunakan variasi model pembelajaran. Dampak yang akan terjadi jika permasalahan tersebut tidak diberikan tindak lanjut adalah sebagai berikut: 1. Guru yang melakukan pembelajaran menggunakan metode ceramah atau konvensional secara terus menerus akan memberi dampak tidak berkembangnya pemikiran siswa. Karena pembelajaran hanya terpaku pada apa yang dijelaskan oleh guru, sehingga siswa tidak bebas untuk mendapatkan sumber-sumber pembelajaran yang lain. 2. Hasil belajar siswa yang rendah akan memberi dampak pada prestasi belajar yang rendah pula. Nilai-nilai yang di dapat siswa sulit untuk mencapai KKM. 3. Siswa yang kurang aktif akan memberi dampak pada pengetahuannya yang sedikit. Karena siswa tidak memiliki pandangan yang luas tentang suatu hal yang berhubungan dengan materi pembelajaran. 4. Pengamatan secara tidak langsung akan berdampak pada pemahaman siswa tentang suatu materi yang sedikit, sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar siswa yang sulit untuk mencapai KKM. 5. Guru yang pada saat menjelaskan tidak menggunakan variasi model pembelajaran akan memberi dampak ketidak tertarikan siswa pada kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa akan merasa bosan. Setelah melihat begitu banyak masalah yang terjadi pada pembelajaran apabila dilakukan dengan cara konvensional. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka

6 6 perlu diadakan tindakan untuk mengatasi hal tersebut. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran group investigation berbantu media visual. Melalui model pembelajaran group investigation berbantu media visual, diharapkan dapat menjawab permasalahan yang dialami guru dan siswa di SDN Sraten 01. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan model pembelajaran group investigation berbantu media visual dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran yaitu IPA. Menurut Slavin (dalam Rusman 2012:221) strategi belajar kooperatif GI sangatlah ideal diterapkan dalam pembelajaran IPA. Sehingga kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan antara guru dengan siswa akan terjalin komunikasi yang baik. Hal tersebut diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil yang dicapai oleh seluruh siswa dapat melebihi batas KKM yaitu di atas 7, Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah penggunaan pembelajaran tipe group investigation berbantu media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas 5 SDN Sraten 01 kecamatan Tuntang kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014? 2. Bagaimana penerapan pembelajaran tipe group investigation berbantu media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas 5 SDN Sraten 01 kecamatan Tuntang kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah penggunaan pembelajaran tipe group investigation berbantu media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas

7 7 5 SDN Sraten 01 kecamatan Tuntang kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/ Untuk mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran tipe group investigation berbantu media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas 5 SDN Sraten 01 kecamatan Tuntang kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/ Manfaat Manfaat Teoritis Penelitian ini secara umum memberi gagasan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran group investigation berbantu media visual. Hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai tambahan atau pelengkap referensi bagi penelitian yang selanjutnya Manfaat Praktis Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut : a. Bagi Siswa. 1. Dengan diterapkannya model dan media pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. 2. Dapat memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. 3. Siswa merasa senang karena merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran. b. Bagi Guru. Berdasarkan penelitian ini, guru dapat mengetahui variasi strategi belajar mengajar yang dapat digunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan sesuai dengan materi pelajaran. c. Bagi Sekolah. Dari hasil penelitian dapat meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas pelaksanaan pembelajaran di sekolah.