TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. A. Good Public Governance. Governance merupakan cara untuk mengelola urusan-urusan publik
|
|
- Susanti Sudirman
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id 7 TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Good Public Governance Governance merupakan cara untuk mengelola urusan-urusan publik (Mardiasmo, 2002:17). Menurut World Bank, governance merupakan cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat. Sedangkan United Nation Development Program mendefinisikan governance sebagai pengelolaan negara yang meliputi aspek politik, ekonomi, dan administratif. Aspek politik mengacu pada proses pembuatan kebijakan. Aspek ekonomi mengacu pada proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi yang berimplikasi pada masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup. Aspek administratif mengacu pada sistem implementasi kebijakan. World Bank medefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokarasi dan pasar efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun adminsitratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo, 2002:18). Berikut ini merupakan karakteristik good governance menurut UNDP (Mardiasmo, 2002:18). 1. Participation
2 digilib.uns.ac.id 8 Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif. 2. Rule of law Kerangka Hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu 3. Transparency Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang berkaitan dengan kepentingan public secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan. 4. Responsiveness Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani stakeholder. 5. Consensus orientation Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas 6. Equity Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan. 7. Efficiency and Effectiveness
3 digilib.uns.ac.id 9 Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (efficient) dan berhasil guna (effective). 8. Accountability Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan. 9. Strategic vision Penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi yang jauh ke depan. Untuk mewujudkan good governance di sektor pemerintahan, reformasi institusional dan reformasi manajemen publik sangat diperlukan. Reformasi institusional meliputi pembenahan seluruh alat-alat pemerintah di daerah baik struktur maupun infrastrukturnya (Mardiasmo, 2002). Faktor kunci reformasi institusional adalah pemberdayaan masyarakat sebagai stakeholder, pemerintah daerah sebagai pihak eksekutif dan DPRD sebagai shareholder (Mardiasmo, 2002). Good governance dapat tercapai bila lembaga pengawas dan pemeriksa dapat berfungsi dengan baik. Hal yang perlu dilakukan apabila lembaga pengawas dan pemerisa telah berfungsi dengan baik yaitu memperbaiki teknik pengawasan dan pemeriksaan. Teknik pengawasan yang dapat dilakukukan yaitu memperkuat pemeriksaan, tidak hanya kondisi keuangan atau finansial yang diperiksa, namun juga perlu dilakukan pemeriksaan kinerja pemerintah daerah. Indikator untuk pemeriksaan kinerja dapat dipusatkan pada aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas program dan kegiatan pemerintah daerah. B. Transparansi
4 digilib.uns.ac.id 10 Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah daerah dalam membuat kebijakan keuangan daerahnya sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD sebagai shareholders dan masyarakat sebagai stakeholder. Menurut Mardiasmo (2002), transparansi pengelolaan keuangan daerah dapat menciptakan akuntabilitas horizontal antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya sehingga terciptalah pemerintah daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, serta responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat. Menurut PP no. 24 Tahun 2005, transparansi berarti memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat dengan mempertimbangkan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara menyeluruh pertanggungjawaban pemerintah dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan padanya dan kepatuhannya pada undang-undang yang berlaku. C. Pengungkapan (Disclosure) Setiap entitas keuangan harus menyampaikan laporan keuangan yang dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan sejenis lainnya oleh investor potensial, kreditur, ataupun pengguna potensial lainnya. Penyajian laporan keuangan bertujuan agar usaha dapat dibandingkan baik antar periode maupun dengan entitas lain, selain itu laporan keuangan merupakan sarana bagi manajemen untuk menunjukkan pertanggungjawabannya atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (PSAK No. 1, 2010).
5 digilib.uns.ac.id 11 Bagi sektor publik, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 menyatakan bahwa laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Tujuan penyediaan informasi tersebut yaitu untuk kepentingan transparansi. Menurut KNKG (2008), transparansi mengandung unsur pengungkapan (disclosure) dan penyediaan informasi yang memadai dan mudah diakses oleh pemangku kepentingan. Transparansi diperlukan agar pengawasan oleh masyarakat dan dunia usaha terhadap penyelenggaraan negara dapat dilakukan secara obyektif. Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaiu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan (Suwardjono, 2005). Menurut Evans (2003) dalam Suwardjono (2005) pengungkapan (disclosure) merupakan penyediaan informasi dalam laporan keuangan yang meliputi laporan keuangan itu sendiri, catatan atas laporan keuangan, dan pengungkapan tambahan yang berkaian dengan laporan keuangan. Pengungkapan informasi baik kuantitatif maupun kualitatif harus ditekankan pada informasi yang material dan relevan yang dapat dipergunakan dalam pengambilan keputusan. Pengungkapan harus dapat menambah informasi dengan tanpa menguranginya dengan adanya data yang terlalu rinci sehingga sulit untuk dianalisis. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan pengguna yang tertuang dalam Catatan atas Laporan
6 digilib.uns.ac.id 12 keuangan (Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005). Catatan atas laporan keuangan meliputi daftar rinci atas nilai suatu akun yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas, termasuk pula informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan. Penelitian yang dilakukan oleh Martani dan Liestiani (2012) yang menggunakan sampel Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2006, menemukan bahwa tingkat pengungkapan pemerintah daerah masih rendah yaitu sebesar 32,61%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Retnoningsih (2009) juga menunjukkan tingkat pengungkapan pemerintah daerah sebesar 54,54%. Suhardjanto dan Lesmana (2011) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan wajib LKPD Tahun Anggaran 2007 masih rendah sebesar 22% saja. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah masih rendah. Rendahnya tingkat pengungkapan tersebut disebabkan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 merupakan standar baru bagi pemerintah daerah sehingga belum maksimal untuk diterapkan. Sanksi tegas bagi pemerintah daerah yang tidak mengungkapkan seluruh informasi sesuai mandat PP No. 24 tahun 2005 belum ada maka hal itulah yang menyebabkan minimnya pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. D. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut berupa karakteristik dewan parlemen daerah, karakteristik daerah, maupun komponen organisasi yang meliputi struktur organisasi, kultur organisasi,
7 digilib.uns.ac.id 13 dan lingkungan eksternal organisasi (Patrick, 2007; Retnoningsih, 2009; Suhardjanto dan Yulianingtyas, 2011). Patrick (2007) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan GASB 34 sebagai suatu inovasi dalam administrasi pemerintah di Pennsylvania. Faktorfaktor tesebut meliputi municipality size, municipality wealth, municipality complexity, municipality age, municipality debt financing, intergovernmental revenue, educational background of the regent (Patrick, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran organisasi, kecenderungan Pemerintah Daerah untuk berinovasi dan tanggapan terhadap konstituen berpengaruh positif dan sangat kuat sebagai determinan dalam mengadopsi sebuah inovasi. Mandasari (2009) dan Retnoningsih (2009) pun pernah melakukan penelitian mengenai pengungkapan di pemerintah daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik pengungkapan yang dituangkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) masuk rendah yaitu 52,57% (Mandasari, 2009) dan 54,54% (Retnoningsih, 2009). Dalam penelitian Mandasari (2009) latar belakang pendidikan Kepala Daerah di bidang ekonomi dan akuntansi terbukti berpengaruh pada tingkat pengungkapan LKPD. Retnoningsih (2009) menemukan bahwa ukuran DPRD berpengaruh pada tingkat pengungkapan LKPD. Semakin banyak anggota DPRD yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Retnoningsih (2009) yang menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan ekonomi anggota DPRD tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan
8 digilib.uns.ac.id 14 LKPD. Sebab, sangat sedikit anggota DPRD di Pemerintah Daerah yang menjadi sampel memiliki latar belakang pendidikan ekonomi. Suhardjanto dan Lesmana (2011) meneliti pengaruh karakteristik Pemerintah Daerah terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Karakteristik pemerintah daerah yang digunakan yaitu ukuran pemerintah daerah, kewajiban, pendapatan transfer, umur pemerintah daerah, jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), rasio kemandirian keuangan daerah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi tingkat pengungkapan LKPD yaitu umur pemerintah daerah dan rasio kemandirian keuangan daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011) menunjukkan bahwa jumlah anggota DPRD berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan. Hal ini menunjukkan bahwa peranan DPRD dalam pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat strategis untuk dapat mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. Sementara itu faktor lain seperti size, jumlah SKPD, dan status pemerintah daerah tidak memiliki hubungan signifikan dengan tingkat pengungkapan LKPD. Martani dan Liestiani (2012) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten/Kota Tahun Anggaran Penelitian ini menggunakan sampel 100 LKPD tahun anggaran Variabel independen yang digunakan yaitu insentif pemda (meliputi kekayaan daerah, tingkat ketergantungan dan kompleksitas pemerintahan), hasil pemeriksaan (meliputi
9 digilib.uns.ac.id 15 jumlah temuan pemeriksaan dan tingkat penyimpangan), karakteristik daerah (meliputi tipe pemerintah daerah termasuk kabupaten atau kota). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kekayaan pemerintah daerah, kompleksitas yang diproksikan dengan jumlah populasi daerah dan jumlah temuan audit terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Sedangkan, tingkat ketergantungan dan tipe pemerintah daerah tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Nilai temuan audit terbukti memiliki hubungan negatif terhadap pengungkapan. Semakin tinggi nilai penyimpangan hasil temuan audit, maka pemerintah daerah dipandang cenderung menutupi informasi, jadi tingkat pengungkapannya menjadi rendah. E. KERANGKA TEORITIS PENELITIAN Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) di Indonesia. Adapun kerangka teoritis dalam penelitian ini sebagai berikut. Gambar II.1 Kerangka Teoritis Penelitian Karakteristik Daerah 1. Kekayaan Daerah 2. Rasio kemandirian 3. Umur daerah 4. Lokasi daerah + Tingkat Opini Audit 5. Opini audit 6. Temuan audit + Pengungkapan LKPD
10 digilib.uns.ac.id 16 F. PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1. Pengaruh Kekayaan Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD Penelitian yang dilakukan oleh Martani dan Liestiani (2012) menemukan bahwa kekayaan daerah berhubungan positif dan signifikan dengan tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Semakin tinggi kekayaan daerah maka semakin tinggi pula pengungkapan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Semakin besarnya kekayaan daerah, maka semakin besar sumber daya yang dimiliki untuk melakukan pengungkapan sehingga dapat meningkatkan pengungkapan lapotan keuangan. Kekayaan yang diukur dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) menunjukkan kinerja daerah untuk menghasilkan pendapatannya secara mandiri. Pemerintah Daerah yang memiliki PAD tinggi akan menunjukkan pada masyarakat sebagai stakeholders bahwa Pemerintah Daerah telah menghasilkan kinerja yang baik. Pemerintah daerah yang memiliki performa yang buruk akan lebih membatasi akses informasi untuk masyarakat. Pemerintah Daerah yang memiliki kinerja yang baik akan mengungkapkan informasi lebih banyak dan menggunakan teknik pengungkapan yang lebih baik sesuai dengan kemampuanya. Dari uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
11 digilib.uns.ac.id 17 H 1 : Kekayaan Pemerintah Daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan LKPD 2. Pengaruh Rasio Kemandirian Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD Pemerintah daerah yang diberi tugas untuk menjalankan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerah sebagai dasar penilaian kinerja keuangannya. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja keuangan Pemerintah Daerah untuk mengukur akuntabilitas Pemerintah Daerah adalah dengan rasio kemandirian keuangan daerah. Rasio kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak serta retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan oleh daerah. Rasio kemandirian keuangan Pemerintah Daerah bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu Pemerintah Daerah untuk tetap dapat menjalankan kegiatan operasionalnya tanpa adanya dana perimbangan dari pemerintahan pusat. Penelitian Suhardjanto dan Lesmana (2011) menemukan bahwa rasio kemandirian keuangan daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Martani dan Liestiani (2012) juga menemukan bahwa rasio kemandirian Pemerintah Daerah terbukti berpengaruh pada tingkat pengungkapan LKPD. Semakin tinggi rasio kemandirian keuangan daerah maka Pemerintah Daerah cenderung untuk berusaha melakukan
12 digilib.uns.ac.id 18 pengungkapan secara lengkap pada laporan keuangannya. Dari uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah. H 2 : Rasio kemandirian keuangan daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan LKPD 3. Pengaruh Umur Administratif Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD Umur suatu organisasi dapat diartikan sebagai berapa lama organisasi tersebut berlangsung sejak didirikannya. Umur administratif Pemerintah Daerah yaitu, tahun dibentuknya suatu pemerintahan daerah berdasarkan undang-undang pembentukan daerah tersebut (Mandasari, 2009). Semakin lama keberadaan suatu pemerintah daerah yang masih baru. Begitu juga berkaitan dengan sistem administrasi, pemerintah daerah dengan umur yang lebih tua dengan berbagai pengalamannya akan memiliki proses administrasi dan pencatatan yang lebih baik. Suhardjanto dan Lesmana (2011) menemukan bahwa umur pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Dari uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah. H 3 : Umur Administratif Pemerintah Daerah berpengaruh positif terhadap terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD 4. Pengaruh Lokasi Administratif terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD Secara geografis, Indonesia tediri dari pulai dengan 5 pulau terbesar, meliputi Sumatra ( km 2 ), Jawa ( km 2 ), Kalimantan ( km 2 ), Sulawesi ( km 2 ), dan Papua ( km 2 ) ( 2014).
13 digilib.uns.ac.id 19 Ibu kota Indonesia adalah Jakarta yang berlokasi di pulau Jawa. Situasi inilah yang menyebabkan pulau-pulau lain memiliki sumber daya manusia dan kondisi ekonomi yang berbeda dari Pulau Jawa. Penelitian Retnoningsih (2009) menemukan bahwa fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan di Pulau Jawa berbeda jauh dengan diluar Jawa. Perbedaan inilah yang diduga berpengaruh pada tingkat pengungkapan LKPD di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa (Retnoningsih, 2009). Pemerintah Daerah di Pulau Jawa cenderung lebih mematuhi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebab aksesibilitas, infrastruktur, kemampuan, keinginan, dan kualitas sumber daya manusia di Pulau Jawa yang lebih baik dibandingkan pulau lain di Indonesia. Dengan adanya control social pemerintahan Jawa yang lebih baik ini akan mendorong pemerintah untuk mengungkapan elemen pengungkapan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Dari uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah. H 4 : Lokasi Administratif (Jawa dan luar Jawa) Pemerintah Daerah berpengaruh positif terhadap terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD 5. Pengaruh Opini Audit terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 Pasal 16 disebutkan bahwa kewajaran informasu dalam laporan keuangan yang dinyatakan melalui opini auditor, didasarkan atas 4 kriteria yaitu : (1) kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, (2) kecukupan pengungkapan, (3) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan (4) efektifitas Sistem Pengendalian Internal (SPI).
14 digilib.uns.ac.id 20 Kecukupan pengungkapan meerupakan salah satu bagian yang menentukan opini auditor, sebab informasi-informasi harus diungkapkan mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan. Kualitas hasil pemeriksaan yang baik terlihat dari keyakinan yang diberikan oleh auditor yang dinyatakan dalam opini hasil audit. Semakin tinggi opini audit menunjukkan kualitas audit yang semakin baik. Sebaliknya, tingkat opini yang rendah menunjukkan kualitas audit yang buruk. Kualitas audit yang buruk juga mengindikasikan kualitas pengungkapan laporan keuangan yang rendah. Pemberian opini yang buruk mengindikasikan bahwa rendahnya kualitas pengungkapan suatu laporan keuangan pemerintah daerah pada tahun tersebut. Dan begitu pula sebaliknya jika opini yang diberikan baik maka mengindikasikan pengungkapan laporan keuangan yang baik pada tahun tersebut. Dari uraian diatas maka, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H 5 : Opini Audit berpengaruh positif terhadap terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD 6. Pengaruh Temuan Audit terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD Temuan audit merupakan penyimpangan, pelanggaran atau ketidakwajaran yang ditemukan oleh auditor berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian yang telah dilakukan oleh auditor (Martani dan Liestiani, 2012). Temuan audit selama proses audit dapat menginformasikan sesuatu hal yang penting yang terkait dengan masalah yang terdapat pada auditee. Auditor akan mengkomunikasikan kepada auditee tentang temuan tersebut agar dapat dilakukan perbaikan di masa
15 digilib.uns.ac.id 21 mendatang. Pada akhir pemeriksaan auditor akan membuat rekomendasi terkait temuan tersebut agar auditee dapat perubahan di masa mendatang. Martani dan Liestiani (2012) menemukan bahwa jumlah temuan audit BPK memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Dengan adanya temua audit tersebut, BPK akan meminta melakukan koreksi dan meningkatkan pengungkapan pada laporan keuangannya. Sehingga, semakin besar jumlah temua maka semakin besar pula tambahan pengungkapan yang akan diminta oleh BPK dalam laporan keuangan. Dari uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah. H 6 : Temuan Audit BPK berpengaruh positif terhadap terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD
BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia yang masih berlangsung hingga sekarang telah menghasilkan berbagai perubahan khususnya dalam hal tata kelola pemerintahan. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memajukan pembangunan masyarakat yang makmur dan sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memasuki era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang otonomi daerah yang didefinisikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Entitas Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi tata kelola pemerintah. Khususnya mengenai aset tetap, hal ini sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbaikan dalam pengungkapan terkait akun dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah/Pusat (LKPD/LKPP) telah menjadi bagian penting dari agenda reformasi tata kelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka melakukan upaya konkrit mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terjadinya gejolak sosial pada tahun 1999 memunculkan lahirnya kebijakan otonomi daerah di Indonesia. Gejolak sosial tersebut didahului dengan adanya krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada tahun 1998 mendorong lahirnya reformasi dalam semua bidang. Lahirnya UU no.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia memiliki kewajiban untuk secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah khususnya dalam proses penganggaran dan manajeman keuangan daerah salah satunya prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendelegasikan sebagian wewenang untuk pengelolaan keuangan kepada daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik tidak bisa dilepaskan dari peran pemerintah, mengingat pemerintah merupakan entitas sektor publik yang paling besar
Lebih terperinciGood Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol.5, Desember 2012, 12-16 12 Good Governance dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Desi Handayani Program Studi Akuntansi - Politeknik Caltex Riau desi@pcr.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena terjadinya krisis
Lebih terperinciGood Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik
Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik KOSKIP, KAJIAN RUTIN - Sejak lahir seorang manusia pasti berinteraksi dengan berbagai kegiatan pemerintahan hingga ia mati. Pemerintahan merupakan wujud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Dalam Sektor Publik Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian ini, karena dapat menjelaskan Implementasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelumnya yang menerapkan sistem sentralisasi dimana segala kekuasan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara kesatuan menerapkan sistem pemerintahan daerah berupa sistem desentralisasi atau otonomi daerah. Sejak reformasi tahun 1998 Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena memiliki sumber daya ekonomi yang tidak kecil, bahkan bisa dikatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi sektor publik merupakan sebuah entitas ekonomi yang berbeda dengan sektor swasta. Organisasi sektor publik disebut sebagai entitas ekonomi karena
Lebih terperinciPengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik
Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik.domain publik sendiri memiliki wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik di Indonesia yang mendapatkan perhatian besar adalah Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Ini dikarenakan pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan, baik oleh Pusat maupun Daerah mempunyai fungsi untuk mendorong dan memfasilitasi pembangunan guna mencapai pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pengelolaan keuangan daerah mempunyai dampak langsung terhadap keberhasilan otonomi daerah dan sumbangan yang besar dalam upaya mewujudkan akuntabilitas.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian
15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Masalah Konsep good governance muncul karena adanya ketidakpuasan pada kinerja pemerintahan yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik. Pemahaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. banyak mendapatkan perhatian khusus dibandingkan masa-masa sebelumnya
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pelaksanaan akuntansi publik dilembaga-lembaga pemerintahan banyak mendapatkan perhatian khusus dibandingkan masa-masa sebelumnya dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu : penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era otonomi terjadi pergeseran wewenang dan tanggung jawab dalam pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi daerah memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi membawa konsekuensi terhadap makin besarnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan otonomi daerah di Indonesia saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan tata kelola pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2004) tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Mustikarini, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memasuki era otonomi daerah dengan diterapkannya Undang Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 (kemudian menjadi UU No.32 Tahun 2004) tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. good governance. Good governance merupakan salah satu alat reformasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin maraknya tindakan korupsi di lingkungan pemerintahan, pemerintah dituntut untuk melakukan reformasi birokrasi dan menerapkan prinsip good governance.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Government Governance merupakan function of governing. Salah satunya mengandung prinsip untuk memberikan pelayanan masyarakat yang baik oleh jajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan menunjukkan buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena maraknya tingkat
Lebih terperinciImplementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP. Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA
Implementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA Dasar Hukum UU no 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara PP nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP PROSES PENINGKATAN NILAI TAMBAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses penyusunan laporan keuangan merupakan proses terpenting dari suatu organisasi untuk mengetahui bagaimana kinerja atau eksistensi suatu organisasi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan negara mensyaratkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia berimplikasi pada akuntabilitas dan transparansi sistem pengelolaan keuangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis ekonomi di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi perekonomian dan menuntut pemerintah agar mampu melaksanakan reformasi di segala
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi
Bab 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang diteliti dan dikerucutkan dalam bentuk rumusan permasalahan. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi telah mendorong perubahan dalam pengelolaan negara. Setelah pada masa Orde Baru, semua urusan pengelolaan daerah tersentralisasi, maka pada reformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah dalam mewujudkan kepemerintahaan yang baik (good
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi yang semakin berkembang dan berkelanjutan, partisipasi Pemerintah Daerah dalam mewujudkan kepemerintahaan yang baik (good governance) merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatannya. Optimalisasi serta peningkatan efektivitas dan efisiensi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semangat otonomi daerah dan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tuntutan masyarakat semakin meningkat atas pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance diartikan sebagai kepemerintahan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era baru dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan daerah dilaksanakan untuk memeratakan dan menyebarluaskan pembangunan di daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang selama ini menganut sistem sentralistik berubah menjadi sistem desentralistik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era reformasi sangat memberikan dampak yang positif bagi perubahan paradigma pembangunan nasional. Adapun perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25 tahun 1999 merupakan titik awal berjalannya otonomi daerah (reformasi pemerintahan daerah dan reformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerapkan adanya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah untuk mengamankan aset, memastikan penggunaan aset efektif dan efisien serta meningkatkan kepercayaan laporan
Lebih terperinciPERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT
PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai cakupan atau jenis-jenis audit termasuk didalamnya adalah audit khusus atau investigasi. Melalui pembelajaran ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang selanjutnya telah digantikan oleh Undang- Undang Nomor 32 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai bentuk pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga pemerintahan memang lebih terkesan sebagai lembaga politik dari pada lembaga ekonomi. akan tetapi lembaga pemerintahaan juga memiliki aspek sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah menantang pemerintah daerah untuk. mewujudkan pemerintah yang akuntabilitas dan transparan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah menantang pemerintah daerah untuk mewujudkan pemerintah yang akuntabilitas dan transparan. Pemerintah daerah diwajibkan menerbitkan laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI diamanatkan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah (LKPD) merupakan suatu upaya nyata mewujudkan transparansi dan akuntabilitas di lingkungan pemerintah. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan akuntabilitas sektor publik di Indonesia sangatlah diperlukan bagi terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan bagi politik dan sistem pemerintahan maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1996 Indonesia telah mengalami krisis ekonomi dan puncak krisis ekonomi pada tahun 1997. Hal ini mendorong pendelegasian sebagian wewenang pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat. Terselenggaranya tata kelola pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik organisasi sektor publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan sektor publik di Indonesia semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik baik di pusat maupun di
Lebih terperinciIII. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pemikiran Pada dasarnya negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap kepala daerah, hal ini bertujuan untuk mempertanggungjawabkan penggunaan uang negara sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah merupakan organisasi sektor publik yang diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah menjadi salah satu paradigma dalam penyelenggaran untuk mengelola urusan-urusan publik. Menurut
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sistem politik, ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perubahan-perubahan yang cukup mendasar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Awal mula dibuatnya Undang-Undang tentang pemerintah daerah karena pada saat diberlakukannya sistem pemerintah terpusat dimana sentralisasi pemerintah berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen keuangan yang sehat. Sesuai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rerangka Teori Dan Penurunan Hipotesis 1. Rerangka Teori a. Teori Keagenan Teori keagenan merupakan sebuah teori yang menjelaskan hubungan perjanjian antara satu orang atau lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah memberikan agenda baru dalam pemerintahan Indonesia terhitung mulai tahun 2001. Manfaat ekonomi diterapkannya otonomi daerah adalah pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks. Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban pemerintah atas penggunaan keuangan daerah dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah dan penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal tahun 2001 mulai diberlakukannya kebijakan otonomi daerah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 2001 mulai diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, pemberian otonomi yang luas membuka jalan bagi pemerintah daerah untuk melakukan pembaharuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Keuangan Negara Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta citacita bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan yang dilaksanakan pada masa pemerintah Orde Baru bersifat sentralistis. Di dalam pelaksanaan sistem pemerintahan sentralistis ini semua
Lebih terperinci2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan
2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah 2.1.1. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini menimbulkan peningkatan tanggung jawab penyelenggara pemerintah di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang terjadi di Indonesia membuat pemerintah daerah untuk semakin meningkatkan pelaporan dan pengungkapannya terhadap masyarakat dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya sesuai dengan tugas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah Sejak otonomi daerah mulai diberlakukan di Indonesia maka sejak saat itu hingga kini
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh karakteristik pemerintah dan temuan audit BPK RI terhadap tingkat pengungkapan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pasal 9 menyatakan bahwa dengan diberlakukannya peraturan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang ditetapkan dengan undang-undang telah membawa konsekuensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah berkewajiban untuk membuat laporan keuangan sebagai alat pengendalian, evaluasi kerja, sebagai salah satu pertanggungjawaban dan sebagai dasar pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1404 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja badan pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan di Indonesia saat ini semakin pesat seiring dengan adanya era reformasi. Negara Indonesia yang awalnya menggunakan sistem sentralisasi dalam pemerintahannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan sistem politik, sosial, dan kemasyarakatan serta ekonomi yang dibawa oleh arus reformasi telah menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus
i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan setiap masyarakat agar terciptanya tata pemerintahan yang baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus berusaha memperbaiki
Lebih terperinci