FRASA NOMINA BERATRIBUT NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FRASA NOMINA BERATRIBUT NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA"

Transkripsi

1 Wulandari, Frasa Nomina Beratribut Nomina dalam Bahasa Indonesia 13 FRASA NOMINA BERATRIBUT NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA Badriyah Wulandari STKIP PGRI Pasuruan Abstrak: Frasa nomina beratribut nomina merupakan frasa nomina yang memiliki unsur perluasan berupa atribut. Penelitian ini bermaksud menyelidiki konstruksi dan berbagai kemungkinan hubungan makna antarunsur frasa nomina beratribut nomina. Data penelitian berupa klausa atau kalimat yang konstituennya memiliki frasa nomina beratribut nomina. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis distribusional (metode agih) dengan teknik bagi unsur langsung yaitu membagi frasa nomina berdasarkan unsur pusat dan atributnya. Setelah itu, dilakukan teknik analisis lanjutan yaitu teknik sisip, teknik balik, dan teknik parafrase. Hasil penelitian menunjukkan hubungan makna antara nomina dan nomina pada frasa nomina beratribut nomina antara lain: milik, bahan, asal, hasil, bentuk, alat, pencampuran, kelengkapan, objek, peruntukan, produsen, pengkhususan, bidang/spesialisasi, panggilan, gelar, merk, jenis, nama, jabatan, penentu/penunjuk, bunyi, pelaku, tempat, penyebab, mengandung, dan bersangkutan dengan. Kata kunci: frasa, nomina, atribut, konstruksi, makna Pembicaraan mengenai kalimat, klausa, frasa, dan juga tentang hubungan antarkalimat pada tataran wacana, serta hubungan antarklausa atau antarfrasa pada tataran kalimat merupakan pembicaraan dalam sintaksis. Sintaksis menurut Ramlan (1981:18) merupakan bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Frasa merupakan salah satu bagian dari konstruksi sintaksis yang terbentuk dari gabungan leksem (Kridalaksana, 1988:80). Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsurnya, terdapat beberapa jenis frasa dalam suatu bahasa, yaitu frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, frasa preposisional, dan frasa adverbia. Pokok materi yang akan kita bicarakan dalam makalah ini yaitu tentang frasa nomina (FN) beratribut nomina (N) dalam kalimat Bahasa Indonesia. Frasa nomina merupakan satuan lingual yang penting di dalam setiap bahasa, karena satuan ini memiliki frekuensi pemakaian yang tinggi. Begitu juga dalam bahasa Indonesia, frasa nomina dapat menduduki fungsi subjek dan objek dalam kalimat. Berikut ini dapat diperhatikan contoh kalimat. (1) Sepeda Tono baru. S P (2) Paman memakai baju batik. S P O 13 Selain menduduki fungsi subjek dan objek, ada kalanya frasa nomina menduduki fungsi predikat. Seperti contoh berikut. (3) Ini buku Tono. S P Frasa nomina sepeda Tono, baju batik, dan buku Tono secara berturut-turut menduduki fungsi subjek, predikat, dan objek. Intensitas pemakaian yang seperti ini yang membuat frasa nomina memiliki keistimewaan. Nama-nama tempat, toko, bangunan ataupun merk dagang dari perusahaan-perusahaan swasta dan pemerintah banyak diungkapkan dengan menggunakan frasa nomina. Dalam Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, Samsuri (1980) menggolongkan frasa menjadi dua, yaitu fasa endosentris dan frasa eksosentris. Penggunaan frasa momina dalam bahasa Indonesia menduduki konstruksi frasa endosentris yang dibedakan menjadi atributif, koordinatif, dan apositif. Berdasarkan latar belakang sebelumnya, sudah dibatasi bahwa pembicaraan dalam makalah ini yaitu FN beratribut N. Frasa nomina menurut Ramlan (1981:145) merupakan frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan nomina. Lebih lanjut Kridalaksana (1988:

2 14 Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, Volume 9, Nomor 1, Maret 2018, hlm ) mengemukakan bahwa frasa nomina merupakan frasa modifikatif yang terjadi dari nomina sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif dengan induk. Sebagaimana FN yang mempunyai atribut nomina maka terdiri dari nomina sebagai induk atau unsur pusat (UP) dan nomina sebagai perluasan yang berupa atribut. Berikut sebagai contoh. Sepeda Tono baru. sepeda Tono baru Pada frasa sepeda Tono, nomina sepeda menduduki unsur pusat atau inti karena menjadi unsur terpenting, sedangkan nomina Tono merupakan atribut. Sebagai frasa endosentris atributif, frasa sepeda Tono terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara sehingga tidak dapat dihubungkan dengan kata dan menjadi sepeda *dan Tono atau kata atau menjadi sepeda *atau Tono. Seringkali, penggunaan frasa nomina beratribut nomina dirancukan dengan kata majemuk. Anggapan ini ditengarai karena kata majemuk dibentuk dari nomina dan nomina seperti kamar mandi, kotak suara dan matahari. Berdasarkan ciri kata majemuk yang dikemukakan oleh Ramlan (1978: 49) bahwa unsur-unsur kata majemuk tidak mungkin dipisahkan atau diubah strukturnya. Oleh karena itu, kamar mandi tidak dapat menjadi kamar dan mandi atau kamar atau mandi, begitu juga kotak suara tidak dapat menjadi kotak dan suara atau kotak atau suara, serta matahari tidak dapat menjadi mata dan hari atau mata atau hari. Selain itu, kamar mandi, kotak suara dan matahari tidak dapat diubah strukturnya menjadi kamar yang mandi, kotak yang suara, dan mata yang hari. Oleh karena itu, kata-kata tersebut bukan merupakan frasa nomina tetapi kata majemuk. Penelitian tentang frasa nomina ber-atribut nomina pernah dilakukan di antaranya oleh Ramlan (1981) dalam bukunya Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis menemukan tiga hubungan makna FN beratribut N, yaitu pembatas, penentu atau penunjuk, dan sebutan. Kridalaksana (1988) dalam disertasinya berjudul Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia memaparkan tentang frasa modifikasi termasuk di dalamnya frasa nominal. Ada 19 hubungan makna frasa modifikasi nominal di antaranya, hubung-an subjek, hasil, objek, milik, di atau dari, mengandung, penyebab, bagian, terbuat, adalah, seperti, tempat bidang, ber-sangkutan dengan, banyaknya, mem-batasi, untuk, dan mengkhususkan. Akan tetapi, tidak semua hubungan makna tersebut adalah hubungan makna secara spesifik frasa nomina beratribut nomina. Dari ke-19 makna tersebut ada 15 yang termasuk hubungan makna FN beratribut N, yaitu hubungan subjek, hasil, objek, milik, di atau dari, mengandung, penyebab, bagian, terbuat, seperti, tempat bidang, bersangkutan dengan, untuk, dan mengkhususkan. Wijana (1991) dalam penelitiannya berjudul Frasa Nomina Beratribut Nomina hanya memfokuskan pada analisis hubungan makna antarunsurnya. Ada 18 hubungan makna yang ditemukan, antara lain hubungan makna bahan, produsen, asal, merk, jenis, peruntukan, milik, hasil, panggilan, gelar, nama, jabatan, objek, kelengkapan, penentu, bentuk, bunyi, dan pelaku. Frasa nomina beratribut nomina dalam kalimat bahasa Indonesia dipilih sebagai objek pembahasan dalam tulisan ini mengingat frasa jenis ini unsurunsur langsungnya memiliki berbagai kemungkinan hubungan makna yang belum diungkap secara mendalam. Selain itu, bahasa juga semakin berkembang sehingga perlu dilakukan penelitian penyempurna mengenai frasa nomina beratribut nomina. TINJAUAN PUSTAKA Frasa nomina dengan atribut nomina adalah salah satu bahasan dalam kajian sintaksis yang memperhatikan struktur bahasa dari segi hubungan antarunsur. Verhaar (1981) mengemukakan bahwa ada tiga tataran analisis sintaksis, yaitu analisis pada tataran fungsi, analisis pada tataran kategori, dan analisis pada tataran peran. Pada tataran fungsi, FN beratribut nomina dapat menduduki fungsi subjek, predikat, dan objek kalimat. Sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa yang berusaha menjelaskan unsur-unsur suatu satuan bahasa serta hubungan antara unsur-unsur dalam suatu satuan, baik hubungan fungsional maupun hubungan maknawi. Perhatikan contoh berikut. Hubungan fungsi : Rumah Ani Hubungan makna : milik

3 Wulandari, Frasa Nomina Beratribut Nomina dalam Bahasa Indonesia 15 Pada tataran kategori, analisis sintaksis difokuskan pada pengelompok-an kategori yang mempunyai bentuk serta perilaku yang sama atau mirip dalam satu kelompok yaitu kelas kata. Dalam hal ini, konstituen dari frasa nomina beratribut nomina adalah kategori nomina dan nomina. Sementara itu, analisis sintaksis pada tataran peran memfokuskan pada pengisi semantis terhadap fungsi. Menurut Sudaryanto (1983, 70-72) pembagian terhadap fungsi, kategori, dan peran mengenal adanya istilah bawahan dan atasan. Maka ada fungsi bawahan dan fungsi atasan serta peran atasan dan bawahan. Berikut contoh dalam kalimat. Mobil pembalap, Rifat Sungkar mengalami kerusakan parah. fungsi S P O kategori FN (N+N) V FN (N+Adj) peran pelaku tindakan penderita Frasa mobil pembalap Rifat Sungkar memiliki hubungan makna milik, jika diparafrasekan adalah mobil yang dimiliki pembalap Rifat Sungkar. Nomina mobil memiliki peran bawahan termilik, sedangkan pembalap Rifat Sungkar memiliki peran bawahan pemilik. METODE Data dalam penelitian ini dikumpul-kan dan diklasifikasikan berdasarkan keperluannya dalam analisis. Objek penelitian berupa frasa nomina beratribut nomina, sedangkan data penelitian berupa klausa atau kalimat yang konstituennya memiliki frasa nomina beratribut nomina. Data diperoleh dari beberapa artikel surat kabar dan majalah berbahasa Indonesia. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis distribusional (metode agih) dengan teknik bagi unsur langsung yaitu membagi frasa nomina berdasarkan unsur pusat dan atributnya. Setelah itu, dilakukan teknik analisis lanjutan yaitu teknik sisip, teknik balik, dan teknik parafrase. Contoh : Sepeda Tono baru. sepeda Tono baru Diagram pohon di atas menggambarkan teknik analisis bagi unsur langsung. Frasa sepeda Tono terdiri dari sepeda sebagai unsur pusat (UP) dan Tono sebagai atribut. Selanjutnya dilakukan teknik lanjutan yaitu teknik sisip dengan menyisipkan kata yang dianggap pas di antara UP dan atribut untuk menemukan hubungan makna keduanya. Di antara kata sepeda dan Tono disisipkan kata milik sehingga frasa tersebut menjadi sepeda milik Tono. Selain teknik sisip juga bisa digunakan teknik balik dengan membalik konstruksi frasa nomina untuk mengetahui kadar letak suatu unsur yang sama informasinya. (i) Sepeda Tono baru. (ii) *Tono sepeda baru. Pembalikan urutan unsur frasa nomina pada kalimat (i) menjadi kalimat (ii) menyebabkan kalimat (ii) menjadi tidak berterima. Sementara itu, teknik parafrase digunakan untuk menguji ketepatan pemberian hubungan makna antarunsur frasa nomina. Misalnya frasa sepeda Tono dapat diparafrasekan menjadi sepeda yang dimiliki Tono. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, pembahas-an difokuskan pada upaya menjawab masalah, yaitu menganalisis konstruksi sintaksis dan hubungan makna antarunsur frasa nomina beratribut nomina. Konstruksi sintaksis FN beratribut N Pengklasikasian FN beratribut N dapat dilakukan berdasarkan konstruksi pembentukan yang menjadi komponen frasa dan perilaku sintaksis unsurunsurnya. Perilaku sintaksis yang dimaksud adalah apakah suatu frasa memiliki persamaan distribusi dengan unsur-unsurnya. Berdasarkan persamaan distribusi FN dengan unsur yang dibentuk, tipe konstruksinya adalah konstruksi endosentris.

4 16 Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, Volume 9, Nomor 1, Maret 2018, hlm Telah dikemukakan sebelumnya bahwa frasa nominal adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal. Sementara itu, frasa nomina beratribut nomina merupakan frasa nomina yang memiliki unsur perluasan berupa atribut. Sebagaimana FN yang mempunyai atribut nomina maka terdiri dari nomina sebagai induk atau unsur pusat (UP) dan nomina sebagai perluasan yang berupa atribut. Berikut konstruksi sintaksis FN beratribut N. a. FN beratribut N dengan inti berbentuk kata Berdasarkan bentuk unsur pusatnya, FN beratribut nomina memiliki inti atau unsur pusat berupa bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk dasar jika unsur pusatnya adalah kata dasar, sedangkan untuk bentuk turunan berupa hasil pembubuhan afiks. Seperti pada contoh berikut. (1) Tanah di seberang jalan itu akan dibangun gedung sekolah. (2) Ayahnya bekerja di perusahaan otomotif. Pada kalimat (1), frasa gedung sekolah merupakan FN yang unsur pusatnya berupa kata dasar sekolah. Sedangkan, pada kalimat (2) frasa perusahaan otomotif merupakan FN yang unsur pusatnya berupa kata turunan perusahaan. Kata perusahan berasal dari bentuk dasar usaha yang dibubuhi afiks per-an. Berikut diuraikan dalam diagram pohon. gedung sekolah perusahaan otomotif gedung sekolah perusahaan otomotif per-an usaha b. FN beratribut N dengan inti berbentuk frasa Selain berupa kata, unsur inti FN beratribut nomina memiliki inti atau unsur pusat berupa frasa. Seperti pada contoh berikut. (3) Rumah sakit mata dr.yap dibanjiri oleh pasien. Frasa nomina Rumah sakit mata dr.yap merupakan FN dengan unsur pusat berupa frasa rumah sakit mata. Analisis menggunakan teknik bagi unsur langsung menghasilkan diagram pohon berikut. c. FN beratribut N dengan atribut berbentuk kata Berdasarkan bentuk atributnya, FN beratribut nomina memiliki atribut berupa bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk dasar jika atributnya adalah kata dasar, sedangkan untuk bentuk turunan berupa hasil pembubuhan afiks. Seperti pada contoh berikut. (4) Gedung tua di sudut jalan itu diadikan gudang senjata. (5) Dia sangat antusias mengikuti acara keagamaan. Pada kalimat (1), frasa gudang senjata merupakan FN yang atributnya berupa kata dasar senjata. Sedangkan, pada kalimat (2) frasa acara keagamaan merupakan FN yang atributnya berupa kata turunan keagamaan. Kata keagamaan berasal dari bentuk dasar agama yang dibubuhi afiks ke-an. Berikut diuraikan dalam diagram pohon. gudang senjata acara keagamaan gudang senjata acara keagamaan agama ke-an d. FN beratribut N dengan atribut berbentuk frasa Selain berupa kata, atribut FN memiliki bentuk berupa frasa. Seperti pada contoh berikut. (6) Bukti kasus pembunuhan telah diselidiki lebih lanjut oleh kepolisian. Frasa nomina bukti kasus pembunuhan merupakan FN dengan atribut berupa frasa. Analisis menggunakan teknik bagi unsur langsung menghasilkan diagram pohon berikut. Bukti kasus pembunuhan bukti kasus pembunuhan Rumah sakit mata dr.yap rumah sakit mata rumah sakit mata dr.yap kasus pembunuhan UP Atr Hubungan makna antarunsur FN beratribut N Penggabungan N dan N menjadi FN dapat menimbulkan suatu hubungan makna. Dengan menggu-

5 Wulandari, Frasa Nomina Beratribut Nomina dalam Bahasa Indonesia 17 nakan konteks kalimat, penutur bahasa dapat mengidentifikasi hubungan tersebut walaupun tidak ada satuan lingual yang menandai unsur-unsur yang bergabung itu. Berikut beberapa hubungan makna antarunsur FN beratribut N yang ditemukan dalam penelitian ini. (1) Hubungan makna milik Benda-benda sering diikuti dengan kata yang memilikinya. Pemilik ditandai dengan kata nomina seperti pada frasa bulu kucing, rumah santi, dan uang saya. Berikut ini diuraikan analisis hubungan makna milik FN beratribut nomina pada kalimat. (7) Bulu kucing menjadi penyebab batuk adik. (8) Rumah Santi bercat hijau. (9) Uang saya jatuh di jalan dekat sungai. Kalimat (7), (8), dan (9) secara berturut-turut diparafrasekan menjadi: (7) Bulu yang dimiliki kucing menjadi penyebab batuk adik. (8) Rumah yang dimiliki Santi bercat hijau. (9) Uang yang dimiliki saya jatuh di jalan dekat sungai. (2) Hubungan makna bahan Benda-benda hasil buatan manusia sering ditandai dengan penggunaan FN. Seperti halnya frasa roti gandum, gelang emas, sate kambing, sambal terasi, kursi jati, dan lain-lain. Berikut ini diuraikan analisis hubungan makna bahan FN beratribut nomina pada kalimat. (10) Setiap pagi majikannya sarapan roti gandum. (11) Gelang emas Bu Wiryo raib digondol perampok. Kalimat (10) dan (11) secara berturut-turut diparafrasekan menjadi (10) Setiap pagi majikannya sarapan roti dengan bahan gandum. (11) Gelang dengan bahan emas Bu Wiryo raib digondol perampok. (3) Hubungan makna asal Daerah-daerah tertentu biasa-nya menghasilkan benda-benda berupa hasil alam, kuliner atau kerajinan yang menunjukkan ke-khasan daerah tersebut. Benda-benda tersebut diwujudkan dalam pe-makaian FN seperti pada frasa pecel Madiun, soto lamongan, tape probolinggo, dan lain-lain. Berikut ini diuraikan analisis hubungan makna asal FN beratribut nomina pada kalimat. (12) Setiap ke Madiun mereka menyempatkan untuk membeli pecel Madiun. (13) Liburan kemarin nenek membawa tape probolinggo. Kalimat (12) dan (13) secara berturut-turut diparafrasekan menjadi (12) Setiap ke Madiun mereka menyempatkan untuk membeli pecel yang berasal dari Madiun. (13) Liburan kemarin nenek membawa tape yang berasal dari probolinggo. (4) Hubungan makna hasil Nama-nama hasil produksi biasanya juga diwujudkan dalam pemakaian FN seperti pada frasa pabrik gula, pabrik kecap, dan lain-lain. Berikut ini diuraikan analisis hubungan makna hasil FN beratribut nomina pada kalimat. (14) Ayahnya sudah lebih dari sepuluh tahun bekerja di pabrik gula Cukir. (15) Pabrik kecap di ujung jalan itu sudah lama gulung tikar. Kalimat (14) dan (15) secara berturut-turut diparafrasekan menjadi (14) Ayahnya sudah lebih dari sepuluh tahun bekerja di pabrik yang menghasilkan gula Cukir. (15) Pabrik yang menghasilkan kecap di ujung jalan itu sudah lama gulung tikar. (5) Hubungan makna bentuk Untuk menggambarkan tiruan sebuah benda, sering diwujudkan dalam pemakaian FN seperti pada frasa bakso bola tenis dan pempek kapal selam. Berikut ini diuraikan analisis hubungan makna bentuk FN beratribut nomina pada kalimat (16) Rumah makan ini terkenal dengan pempek kapal selamnya. Frasa pempek kapal selam mempunyai hubungan makna bentuk dengan memparafrasekan kalimat (16) menjadi Rumah makan ini terkenal dengan pempek yang berbentuk kapal selam. (6) Hubungan makna alat Nama-nama profesi sering diwujudkan dalam pemakaian FN seperti pada frasa penari ular. Berikut ini diuraikan analisis hubungan makna alat FN beratribut nomina pada kalimat (17) Kehidupannya sebagai penari ular, sangat kekurangan. Frasa penari ular mempunyai hubungan makna alat dengan memparafrasekan kalimat (17) menjadi Kehidupannya sebagai penari yang memakai ular, sangat kekurangan.

6 18 Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, Volume 9, Nomor 1, Maret 2018, hlm (7) Hubungan makna pencampuran Nama-nama makanan juga biasanya diwujudkan dengan pemakaian FN seperti pada frasa nasi jagung, dan kopi susu pada kalimat (18) Makanan kesukaan nenek adalah nasi jagung. Dengan menggunakan teknik sisip, frasa nasi jagung disisipi kata campur sehingga hubungan antara N inti dan N atribut adalah pencampuran. (8) Hubungan makna kelengkapan Hubungan makna yang menunjukkan kelengkapan terwujud dalam penggunaan frasa nomina nasi pecel dan kalung berlian. Seperti pada kalimat (19) Kalung berlian itu seharga rumah dua lantai. Kalimat tersebut diparafrasekan untuk menguji hubungan kedua unsur pembentuk frasa kalung berlian menjadi Kalung yang dilengkapi berlian itu seharga rumah dua lantai. (9) Hubungan makna objek Benda-benda sering juga diikuti oleh objek yang menjadi urusannya. Misalnya pada frasa fakultas biologi, komisi pendidikan, kantor imigrasi, dan lain-lain. Pada frasa fakultas biologi hubungan maknanya adalah fakultas yang objek studinya adalah biologi, frasa komisi pendidikan hubungan maknanya adalah komisi yang objek urusannya adalah pendidikan, dan frasa kantor imigrasi hubungan maknanya adalah kantor yang objek urusannya adalah imigrasi. Penggunaan frasa-frasa ini terlihat dalam kalimat (20) Ia adalah mahasiswa fakultas biologi, (21) Periode ini dia ditugaskan di komisi pendidikan, (22) Dia ditahan di kantor imigrasi setempat. (10) Hubungan makna peruntukan Hubungan makna peruntukan terwujud dalam penggunaan frasa nomina gedung sekolah, kandang sapi, gudang senjata, dan lain-lain. Seperti pada kalimat (23) Gedung sekolah ini akan direnovasi awal Maret Kalimat tersebut diparafrasekan untuk menguji hubungan kedua unsur pembentuk frasa gedung sekolah menjadi Gedung yang diperuntukkan sekolah ini akan direnovasi awal Maret (11) Hubungan makna produsen Benda-benda dapat pula diikuti oleh nama-nama pembuatnya, misalnya Yu Jum dan Pak Kribo, sehingga gabungan tersebut meng-hasilkan bentuk FN Gudeg Yu Jum dan Bakso Pak Kribo. Frasa Gudeg Yu Jum pada kalimat (24) Belum lengkap rasanya ke Yogyakarta jika tidak mencicipi gudeg Yu Jum memiliki pertalian makna gudeg yang produsennya adalah Yu Jum. Begitu pula pada frasa Bakso Pak Kribo yang jika diparafrasekan unsurunsur langsungnya mempunyai hubungan produsen, yaitu bakso yang produsennya adalah Pak Kribo. (12) Hubungan makna merk Nama sebuah merk dagang sering menggunakan frasa nomina. Beberapa merk dagang tersebut dapat dijumpai pada benda-benda kebutuhan masyarakat seperti sandal carvil, tas hermes, kaos polo, dan lain-lain. Frasa-frasa tersebut dapat dijumpai pada kalimat berikut. (25) Tas Hermes harganya sangat mahal. (26) Lebaran nanti ibu membelikan adik sandal carvil. Kalimat (25) dan (26) jika diparafrasekan, pada FN tas hermes dan sandal carvil dapat memunculkan hubungan makna merk di antara unsur-unsur langsungnya, seperti berikut. (25) Tas yang bermerk Hermes harganya sangat mahal. (26) Lebaran nanti ibu membelikan adik sandal yang bermerk carvil. (13) Hubungan makna jenis Benda-benda bernyawa biasanya diikuti oleh kata yang menunjukkan jenis kelamin seperti lakilaki, perempuan, betina, dan jantan. Perpaduan kata tersebut membentuk frasa nomina yang atributnya menunjukkan jenis kelamin unsur pusatnya. Jadi hubungan makna keduanya adalah hubungan makna jenis. (27) Adi mempunyai adik perempuan. (28) kali ini ia berniat memelihara kambing jantan. Kedua kalimat di atas diparafrasekan menjadi (27) Adi mempunyai adik yang berjenis kelamin perempuan. (28) kali ini ia berniat memelihara kambing yang berjenis kelamin jantan. (14) Hubungan makna pengkhususan Hubungan makna yang menyatakan pengkhususan ter-wujud dalam penggunaan frasa nomina kamar ganti laki-laki, baju perempuan, dan lainlain. Seperti pada kalimat (29) Toko tersebut tidak menyediakan kamar ganti laki-laki. Kalimat tersebut disisipi kata khusus untuk menguji hubungan kedua unsur pembentuk frasa kamar ganti laki-laki menjadi Toko tersebut tidak menyediakan kamar ganti khusus

7 Wulandari, Frasa Nomina Beratribut Nomina dalam Bahasa Indonesia 19 laki-laki. Frasa kamar ganti laki-laki tidak menunjukkan hubungan jenis karena tidak mungkin *kamar ganti berjenis kelamin laki-laki. (15) Hubungan makna bidang / spesialisasi Benda-benda bisa diikuti oleh kata yang menjadi bidangnya. Kata-kata tersebut bergabung membentuk FN beratribut nomina yang mempunyai hubungan makna bidang/spesialisasi. (30) Profesi kakaknya adalah dokter gigi. (31) Perusahaan otomotif bersaing untuk menakhlukkan pasar dunia. Frasa dokter gigi dapat disisipi kata spesialisasi menjadi dokter spesialisasi gigi, sedangkan frasa perusahaan otomotof jika di-parafrasekan menjadi perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. (16) Hubungan makna panggilan Nama-nama orang biasanya sering didahului dengan kata panggilan untuk memberikan penghormatan kepada orang tersebut. Kata panggilan tersebut merupakan atribut dari nama orang yang mengikutinya. Misalnya Pak Samaji, Bu Aminah, Kak Seto, Paman Heru, dan sebagainya. Frase tersebut mempunyai hubungan panggilan seperti dalam kalimat berikut. (32) Pak Samaji terpilih sebagai Ketua RT. (33) Bulan depan Kak Seto mengunjungi sekolahku. (17) Hubungan makna gelar Nama-nama gelar, baik itu gelar bangsawan maupun akademik penulisannya mendahului nama pribadi. Unsur atribut yang berupa gelar mendahului nama gelar membentuk FN yang mempunyai hubungan gelar seperti Ir. Soekarno, Prof. Soepomo, dan lain-lain. Misalnya dalam kalimat (34) Prof. Soepomo merayakan ulang tahun ke-80. (18) Hubungan makna nama Apabila suatu benda hadir bersama-sama dengan nama yang diberikannya, di dalam tuturan akan diwujudkan dengan frasa nomina atributif yang unsur-unsurnya memiliki hubungan nama (Wijana, 1991:15). Seperti Gang Mawar, Toko Lancar, Kafe Rumi, Salon Larissa, dan lain-lain. Misalnya dalam kalimat (35) Toko Lancar menjual barang-barang kebutuhan pokok. Dimana frasa toko lancar menunjukkan hubungan makna Toko yang bernama Lancar. (19) Hubungan makna jabatan Sama halnya seperti hubungan makna gelar, nama jabatan mendahului nama pribadi mem-bentuk FN yang mempunyai hubungan jabatan seperti Gubernur Jokowi, Camat Edi Susilo, dan sebagainya. Misalnya dalam kalimat (36) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri konferensi di Belanda. (20) Hubungan makna penentu /penunjuk Kata ganti tunjuk ini dan itu dapat berfungsi sebagai atribut nomina dalam FN. Nama benda yang diikuti oleh kata ini atau itu memiliki hubungan makna penentu karena kehadiran dua kata tersebut dalam FN membuat nomina yang diikutinya lebih tertentu referennya (Wijana, 1991:18). Misalnya pada kalimat (37) Gaun itu sangat indah., dan (38) Rumah ini dihuni oleh pasangan muda. (21) Hubungan makna bunyi Bunyi suatu benda juga dapat diidentifikasi sebagai nomina, seperti kata kretek pada frasa nomina rokok kretek. Kata kretek merupakan tiruan dari bunyi kertas pembungkus rokok. Hubungan makna pada frasa rokok kretek menyatakan hubungan makna bunyi. Seperti dalam kalimat (39) Para konsumen rokok sekarang meninggalkan tradisi mengkonsumsi rokok kretek. (22) Hubungan makna pelaku Hubungan makna pelaku terwujud dalam penggunaan frasa nomina pengarahan camat, keputusan presiden, dan lain-lain. Seperti pada kalimat (40) Rapat di gedung DPR hari ini membahas keputusan presiden tentang APBN. Kalimat tersebut diparafrase untuk menguji hubungan kedua unsur pembentuk frasa keputusan presiden menjadi Rapat di gedung DPR hari ini membahas keputusan yang dilakukan oleh presiden tentang APBN. (23) Hubungan makna tempat Nama benda juga sering diikuti dengan suatu tempat. Misalnya pada frasa tanah pesawahan, warga desa, dan sebaginya. Frasa-frasa tersebut terwujud dalam kalimat berikut. (41) Tanah pesawahan di desa tersebut kurang dimanfaatkan oleh penduduk. (42) Warga desa berbondong-bondong mendatangi kantor kepala desa. Frasa tanah pesawahan dan warga desa memiliki hubungan makna tempat dengan memparafrasenya menjadi tanah yang bertempat di sawah dan warga yang berada di desa.

8 20 Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, Volume 9, Nomor 1, Maret 2018, hlm (24) Hubungan makna penyebab Hubungan makna penyebab terwujud dalam penggunaan frasa nomina kuman penyakit, sumber kebocoran, dan lain-lain. Seperti pada kalimat berikut. (43) Sakitnya disebabkan oleh kuman penyakit. (44) Tim penyelidik didatangkan untuk menyelidiki sumber kebocoran pada data perusahaan. Kalimat tersebut diparafrase untuk menguji hubungan kedua unsur pembentuk frasa nomina menjadi: (43) Sakitnya disebabkan oleh kuman yang menyebabkan penyakit. (44) Tim penyelidik didatangkan untuk menyelidiki sumber yang menyebabkan kebocoran pada data perusahaan. (25) Hubungan makna mengandung Hubungan makna mengandung terwujud dalam penggunaan frasa nomina obat antibiotik, buku pelajaran, perbuatan korupsi, dan lain-lain. Seperti pada kalimat berikut. (45) Ayahnya menebus obat antibiotik yang disarankan oleh dokter. (46) Pihak sekolah memberikan buku pelajaran kepada siswa yang kurang mampu secara cumacuma. Kalimat tersebut diparafrase untuk menguji hubungan makna mengandung kedua unsur pembentuk frasa nomina pada kalimat berikut. (45) Ayahnya menebus obat yang mengandung antibiotik yang disarankan oleh dokter. (46) Pihak sekolah memberikan buku yang mengandung pelajaran kepada siswa yang kurang mampu secara cuma-cuma. (26) Hubungan makna bersangkutan dengan Hubungan makna bersangkutan dengan terwujud dalam penggunaan frasa nomina hukum alam, hukum laut, dan lain-lain. Seperti pada kalimat berikut. (47) Hukum laut di kawasan perairan Indonesia melarang pihak asing menangkap hasil laut di kawasan tersebut. Kalimat tersebut diparafrase untuk menguji hubungan kedua unsur pembentuk frasa hukum laut menjadi Hukum yang bersangkutan dengan laut di kawasan perairan Indonesia melarang pihak asing menangkap hasil laut di kawasan tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Frasa nomina beratribut nomina merupakan frasa nomina yang memiliki unsur perluasan berupa atribut. Sebagaimana FN yang mempunyai atribut nomina maka terdiri dari nomina sebagai induk atau unsur pusat (UP) dan nomina sebagai perluasan yang berupa atribut. Frasa nomina beratribut nomina terjadi karena adanya pertemuan nomina dengan nomina. Pertemuan-pertemuan tersebut menghasilkan hubungan makna. Hubungan makna frasa nomina beratribut nomina yang satu dengan frasa nomina beratribut nomina yang lain berbeda. Hanya nomina tertentu yang bergabung dengan nomina tertentu pula yang dapat menghasilkan hubungan makna tertentu. Hubungan makna antara nomina dan nomina pada frasa nomina beratribut nomina meliputi antara lain: milik, bahan, asal, hasil, bentuk, alat, pencampuran, ke-lengkapan, objek, peruntukan, produsen, pengkhususan, bidang/ spesialisasi, panggilan, gelar, merk, jenis, nama, jabatan, penentu/ penunjuk, bunyi, pelaku, tempat, penyebab, mengandung, dan bersangkutan dengan. DAFTAR PUSTAKA Kridalaksana, Harimurti Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik (Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia. Parera, J.D Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga. Ramlan, M Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono. Samsuri Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga. Sudaryanto Predikat-Objek dalam Bahasa Indonesia: Keselarasan Pola-Urutan. Jakarta: Djambatan. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Verhaar, J.W.M Pengantar Linguistik Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wijana, I Dewa Putu Frasa Nomina Beratribut Nomina. Laporan Penelitian Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Unsur-unsur kebahasaan seperti fonem, morfem, frasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA

VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA Tri Mastoyo Jati Kesuma Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Objek (O) termasuk ke dalam valensi verba transitif. Oleh karena itu, O

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR Usulan Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan Oleh: KARTIKA WAHYUNINGTYAS A310

Lebih terperinci

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur

Lebih terperinci

Penulisan Huruf Kapital

Penulisan Huruf Kapital Syarat penulisan huruf kapital: Huruf pertama kata pada awal kalimat Huruf pertama petikan langsung Huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA Suhandano Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Tulisan ini membahas bagaimana nomina ditata dalam sistem tata bahasa Indonesia. Pembahasan dilakukan

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN 0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Analisis Frasa Eksosentrik dan Endosentrik Rubrik Berita Puan dalam Surat Kabar Tribunnews Tanjungpinang Edisi Februari 2016

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. Dalam masyarakat moderen, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan

Lebih terperinci

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi ini diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Oleh:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam

Lebih terperinci

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan

Frasa Endosentrik: - beberapa mahasiswa - segera melakukan Frasa Eksosentrik: - bakti sosial - di Cangkringan FRASA Pengertian Satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, seperti S, P, O, Pel, KET.

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

DIFERENSIASI ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK

DIFERENSIASI ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK DIFERENSIASI ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016: 1-13 DIFERENSIASI ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK Dewi Untari Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS Oleh Suci Sundusiah 1. Klausa sebagai Pembentuk Kalimat Majemuk Dalam kajian struktur bahasa Indonesia, kumpulan dua kluasa

Lebih terperinci

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS Endang Sri Maruti marutiendang@gmail.com Universitas PGRI Madiun Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan beberapa bentuk relasi makna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur komisif bahasa Jawa dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penilitian Refleksif dengan Kata Diri, Dirinya, Dan Diriya Sendiri dalam Bahasa Indonesia: dari Perspektif Teori Pengikatan ini dapat disimpulkan tiga hal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

FRASA DALAM BAHASA INDONESIA. Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

FRASA DALAM BAHASA INDONESIA. Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Pengajaran bahasa tidak dapat Iepas sama.sekali daripada pertumbuhan ilmu bahasa pada umumnya. Kaum Brahma di India beberapa abad sebelum Masehi mendapat pelajaran"

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN APOSISI DAN PERLUASAN UNSUR DALAM BERITA KRIMINAL SERGAP DI RCTI NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN APOSISI DAN PERLUASAN UNSUR DALAM BERITA KRIMINAL SERGAP DI RCTI NASKAH PUBLIKASI ILMIAH KARAKTERISTIK PEMAKAIAN APOSISI DAN PERLUASAN UNSUR DALAM BERITA KRIMINAL SERGAP DI RCTI NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun Oleh : ESTI NURUL IDAYANTI A 310 060 123 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari bahasa karena bahasa mempunyai fungsi utama, yaitu sebagai alat komunikasi. Bahasa dimanfaatkan untuk berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun, pemerian mengenai klausa tidak ada yang sempurna. Satu sama lain pemerian klausa saling melengkapi

Lebih terperinci

ANALISIS FRASE NOMINAL BAHASA JEPANG BERDASARKAN TEORI X BAR (SUATU KAJIAN SINTAKSIS)

ANALISIS FRASE NOMINAL BAHASA JEPANG BERDASARKAN TEORI X BAR (SUATU KAJIAN SINTAKSIS) ANALISIS FRASE NOMINAL BAHASA JEPANG BERDASARKAN TEORI X BAR (SUATU KAJIAN SINTAKSIS) Oleh Mhd. Pujiono Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya USU Abstrak Penelitian ini membahas tentang frase nominal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya Modul 1 Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya B PENDAHULUAN Drs. Joko Santoso, M.Hum. agi Anda, modul ini sangat bermanfaat karena akan memberikan pengetahuan yang memadai mengenai bentuk, pembentukan

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG Mutoharoh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DIKSI DALAM TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh : Mentari Ade Fitri

PENGGUNAAN DIKSI DALAM TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh : Mentari Ade Fitri PENGGUNAAN DIKSI DALAM TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA Oleh : Mentari Ade Fitri ABSTRAK Masalah penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN)

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN) ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Kajian Deskriptif Struktural Wacana Grafiti Pada Truk Siti Junawaroh

HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Kajian Deskriptif Struktural Wacana Grafiti Pada Truk Siti Junawaroh KAJIAN DESKRIPTIF STRUKTURAL WACANA GRAFITI PADA TRUK Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT This paper is entitled A Descriptive Study of Graffiti Discourse Structure on Trucks. This

Lebih terperinci

Artikel Publikasi POLA FRASA NOMINA POSESIF DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH TAHUN 2014

Artikel Publikasi POLA FRASA NOMINA POSESIF DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH TAHUN 2014 Artikel Publikasi POLA FRASA NOMINA POSESIF DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH TAHUN 2014 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak

BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak 1 BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak Women's language is closely related to gender. Spoken word (language) used by the women are more subtle than

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. polisemi, dan tipe-tipe hubungan makna polisemi. Hasil penelitian yang

BAB V KESIMPULAN. polisemi, dan tipe-tipe hubungan makna polisemi. Hasil penelitian yang BAB V KESIMPULAN A. Simpulan Hasil penelitian diperoleh data bahwa di dalam rubrik berita majalah Djaka Lodang terdapat penggunaan polisemi yang meliputi jenis polisemi, bentuk polisemi, dan tipe-tipe

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN DAN HADIS

LAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN DAN HADIS Kode/Nama Rumpun Ilmu** :741/ Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah LAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia. Sumpah ini membuktikan bahwa berbangsa satu, bertanah

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

Lebih terperinci

DIFERENSIASI ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK

DIFERENSIASI ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK DIFERENSIASI ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK Dewi Untari Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret e-mail: dewi.untari70@gmail.com, Erry Prastya J. Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret e-mail:

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Kesalahan penggunaan struktur frasa dalam karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013 ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG Oleh : Siti Masitoh program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa cungkringaja83@yahoo.com

Lebih terperinci

WACANA PERSUASI PADA BROSUR KESEHATAN DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

WACANA PERSUASI PADA BROSUR KESEHATAN DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI WACANA PERSUASI PADA BROSUR KESEHATAN DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI DWI HASTUTI A 310 090 176 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA KORAN TEMPO EDISI NOVEMBER 2014

PENGGUNAAN BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA KORAN TEMPO EDISI NOVEMBER 2014 PENGGUNAAN BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA KORAN TEMPO EDISI NOVEMBER 2014 Artikel Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA INDONESI SEBAGAI BAHASA IBU PADA ANAK USIA 2-6 TAHUN DI PERUMAHAN GRIYA MAYANG PERMAI, KECAMATAAN GATAK, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

sudah diketahui supaya tidak berulang-ulang menyebut benda tersebut, bahasa Jawa anak usia lima tahun yang berupa tingkat tutur krama, berjenis

sudah diketahui supaya tidak berulang-ulang menyebut benda tersebut, bahasa Jawa anak usia lima tahun yang berupa tingkat tutur krama, berjenis dalam tingkat tutur madya, dan ngoko, serta kata tersebut mengganti benda yang sudah diketahui supaya tidak berulang-ulang menyebut benda tersebut, menerangkan letak barang dan tidak mengandung imbuhan.

Lebih terperinci

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis.

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis. 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kategori verba yang terdapat pada kolom Singkat Ekonomi harian Analisa edisi Maret 2013. 2. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

STRUKTUR FRASE ENDOSENTRIS BAHASA BUOL DI DESA MOKUPO KECAMATAN KARAMAT

STRUKTUR FRASE ENDOSENTRIS BAHASA BUOL DI DESA MOKUPO KECAMATAN KARAMAT STRUKTUR FRASE ENDOSENTRIS BAHASA BUOL DI DESA MOKUPO KECAMATAN KARAMAT Moh. Rahmat H. Ragalutu Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas Tadulako Email : Moh.RahmatRagalutu@ymail.com

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 9. KEBAHASAANLATIHAN SOAL BAB 9. Karena kemarin hujan, hari ini banyak siswa tidak berbaju seragam.

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 9. KEBAHASAANLATIHAN SOAL BAB 9. Karena kemarin hujan, hari ini banyak siswa tidak berbaju seragam. SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 9. KEBAHASAANLATIHAN SOAL BAB 9 1. Imbuhan ber dengan makna menggunakan terdapat dalam kalimat Makanan itu beracun. Karena kemarin hujan, hari ini banyak siswa tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Interaksi dan segala

Lebih terperinci

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Oleh: Alip Rahman Sulistio Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa aliprahman16@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

benda di sekitar pelajaran 5

benda di sekitar pelajaran 5 benda di sekitar pelajaran 5 banyak benda yang ada di sekitar rumah seperti meja kursi gelas koran dan kacamata semua benda itu ada gunanya tahukah kamu nama dan guna benda 60 cinta berbahasa indonesia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP oleh: Eliza Ratna Asih Wulandari Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri.

Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri. A. PERLUASAN KALIMAT TUNGGAL 1. Keterangan Kehadiran keterangan pada kalimat tidaklah wajib karena tanpa keterangan kalimat telah mempunyai makna mandiri. Contoh : Ziona sedang menguji cinta Putra. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian

Lebih terperinci