BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (undangundang SISDIKNAS No.20 Tahun 2003). Proses pendidikan dilaksanakan sedemikian rupa agar dapat memahami dan menghayati makna pendidikan tersebut, sehingga dapat bermanfaat untuk membantu dirinya dalam menghadapi perkembangan ilmu dan pengetahuan. Di dalam dunia pendidikan tidak akan pernah terlepas dari permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan proses belajar dan pembelajaran, misalnya permasalahan dalam memahami konsep, pemecahan masalah, penalaran matematis, komunikasi matematika, dan lain-lain. Sehingga tugas seorang guru adalah mangatasi dan mencari solusi dari masalahmasalah yang dihadapi oleh siswa dalam proses belajar dan pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran merupakan tujuan utama yang diharapkan dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Upaya untuk mencapai keberhasilan tersebut, pemerintah telah membuat kurikulum yang telah disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan. Hal ini sejalan dengan standart kompetensi lulusan kurikulum 2013 pada dimensi keterampilan yaitu memiliki kemampuan berfikir, tindakan yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain sejenis (Sintawati dan Abdurrahman, 2013). Banyak faktor yang menjadi dugaan sementara penyebab belum optimalnya prestasi belajar siswa, diantaranya guru kurang variatif dan inovatif dalam menggunakan metode mengajar dan masih tingginya kecenderungan guru untuk menggunakan metode ceramah. Siswa kurang diberi tantangan dan dilibatkan untuk menyampaikan pendapatnya tentang materi yang dipelajari. Siswa kurang 1

2 diberi latihan yang berhubungan dengan kemampuan penalaran matematis dalam membuat dan menyelesaikan sebuah permasalahan. Kurikulum 2013 juga mempunyai tujuan agar siswa mampu mengembangkan sifat bernalarnya dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan proses belajar dan pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika (Poerwati dan Amri, 2013). Hal ini ditunjukkan dengan tujuan pembelajaran matematika sekolah yang salah satunya adalah menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan, dan pernyataan matematika (Wulandari, 2011). Selain itu, pembelajaran matematika juga mempunyai tujuan: 1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, konsisten, dan inkonsisten; 2) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (Da iyah, 2010). Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, karena matematika dapat melatih dan menumbuhkan cara berpikir dan bernalar dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan matematika. Sejalan dengan berkembangnya zaman, matematika telah mengalami kemunduran, banyak siswa yang menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit bahkan sebagian siswa mengatakan matematika merupakan pelajaran yang sangat menakutkan (Jannah, 2011). Salah satu munculnya pemikiran tersebut, disebabkan karena kurang menariknya guru dalam mengemas atau menyalurkan pengetahuan kepada siswa tentang matematika. Tate dan Johnson juga berpendapat bahwa salah satu indikator guru yang berkualitas adalah bagaimana baiknya guru memahami proses berpikir dan penalaran siswa tentang matematika dan bagaimana memperluas kemampuan mereka (Kamid, 2009). Penalaran matematis sangat diperlukan dalam belajar matematika. Kemampuan penalaran matematis diperlukan siswa baik dalam proses memahami konsep matematika itu sendiri maupun dalam membuat dan menyelesaikan permasalahan. Sesuai dengan penjelasan diatas, bahwa tujuan dari kurikulum 2

3 2013 adalah siswa mampu bernalar sehingga salah satu pendekatan pembelajaran yang efektif untuk menumbuhkan kemampuan penalaran matematis siswa adalah pendekatan Problem Posing. Pendekatan Problem Posing merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir matematis (Ruwaidah dkk, 2012). Problem Posing merupakan pembelajaran yang menekankan siswa untuk membuat soal (Ruwaidah dkk, 2012). Pelajaran atau informasi yang diberikan sekolah akan diproses dalam pikiran siswa dan setelah faham siswa akan membuat soal sendiri, sehingga akan terbentuk kemampuan penalaran matematis siswa dalam proses belajar matematika di sekolah. Siswa ketika terlatih dengan berpikir bernalar matematis secara tidak sadar akan meningkatkan prestasi belajar siswa, karena siswa tidak hanya mendengarkan ceramah dan mengerjakan soalsoal yang telah diberikan oleh guru namun siswa juga dapat membuat soal dan penyelesaian sendiri dari materi yang telah dipelajari di sekolah. Membuat soal dan penyelesaiannya merupakan wujud dari kemampuan penalaran matematis siswa. Selain itu, Del Campo dan Clement berpendapat bahwa Problem Posing dapat membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap matematika, sebab ide-ide matematika siswa dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah (Utami dan Hidayah, 2009). Sehingga Problem Posing merupakan pembelajaran yang menuntut siswa agar mengembangkan kemampuan penalarannya dalam hal membuat soal maupun penyelesaiannya. SMA Negeri 9 Malang merupakan salah satu sekolah di Malang yang telah menggunakan kurikulum 2013, sekolah ini terletak di jalan Puncak Borobudur 1 Kecamatan Lowok waru. Sekolah ini telah menggunakan dua kurikulum yaitu kurikulum KTSP dan Kurikulum Kurikulum 2013 yang digunakan SMAN 9 Malang hanya diperuntukkan untuk siswa kelas X sedangkan untuk siswa kelas XI dan XII masih menggunakan kurikulum 2006/ KTSP. Disamping itu, SMA Negeri 9 Malang pernah digunakan penelitian pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Posing dan memperoleh hasil yang bagus. Sehingga dalam penelitian ini, objek yang di pakai peneliti adalah siswa kelas X SMA Negeri 9 3

4 Malang. Berdasarkan pengalaman, sebagian guru di SMA Negeri 9 Malang dalam mengajar masih menggunakan metode ceramah dan diskusi dari soal yang telah dibuat guru. Sehingga siswa kurang dapat mengeksplor kemampuan penalaran matematis yang dimiliki. Siswa cenderung mendengarkan dan berdiskusi mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tanpa diajari membuat soal atau membuat masalah dari materi yang telah diajarkan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Pendekatan Problem Posing di Kelas X SMA Negeri 9 Malang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan memaparkan rumusan masalah tersebut dalam dua pertanyaan sebagai berikut : a. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Problem Posing pada siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 9 Malang? b. Bagaimana kemampuan penalaran matematis siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 9 Malang setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Problem Posing? 1.3 Batasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini dapat terfokus sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada analisis kemampuan penalaran matematis siswa melalui pendekatan Problem Posing. Penelitian ini hanya terfokus pada materi peluang kelas X SMA khususnya pada KD tentang mendeskripsikan konsep peluang suatu kejadian menggunakan berbagai objek nyata dalam suatu percobaan menggunakan frekuensi relatif dan tentang menyajikan hasil penerapan konsep peluang untuk menjelaskan berbagai objek nyata melalui percobaan menggunakan frekuensi relatif. Penelitian ini hanya terfokus pada 4 siswa yang mempunyai predikat sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik di kelas. 4

5 1.4 Tujuan Penelitian Dari permasalahan-permasalahan di atas, maka perlu adanya usaha untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Sehingga, untuk memberikan arah yang jelas dalam penelitian ini, peneliti membuat tujuan penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah yang sudah dijabarkan diatas, yaitu : a. Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Problem Posing pada siswa di kelas X IPA 1 SMA Negeri 9 Malang. b. Mendeskripsikan kemampuan penalaran matematis siswa di kelas X IPA 1 SMA Negeri 9 Malang setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Problem Posing. 1.5 Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan oleh peneliti selalu mempunyai manfaat bagi masyarakat. Adapun manfaat yang diberikan dalam penelitian ini adalah : a. Dapat memberikan informasi tentang kemampuan penalaran matematis siswa dalam belajar matematika setelah menggunakan model pembelajaran Problem Posing. b. Sebagai salah satu alternatif model pembelajaran bagi guru untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. c. Sebagai hasil pertimbangan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa. 1.6 Penegasan Istilah Untuk menghindari adanya salah penafsiran yang berbeda tentang judul skripsi yang peneliti ajukan, maka peneliti perlu membuat penegasan istilah sebagai berikut: a. Kemampuan Penalaran Matematis Kemampuan penalaran matematis adalah kesanggupan atau keahlian siswa dalam proses berpikir matematika yang logis dan sistematis untuk menarik kesimpulan. 5

6 b. Pendekatan Problem Posing Pendekatan Problem Posing dapat diartikan sebagai suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang bertujuan agar siswa mampu membuat soal dan penyelesaiannya secara mandiri berdasarkan informasi atau data yang telah diberikan oleh guru. 6