GAMBARAN URINALISA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI NURSINA N

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN URINALISA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI NURSINA N"

Transkripsi

1 GAMBARAN URINALISA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI NURSINA N PROGRAM KONSENTRASI TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

2 GAMBARAN URINALISA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI SKRIPSI Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana NURSINA N PROGRAM KONSENTRASI TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

3 GAMBARAN URINALISA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI Oleh: NURSINA N Disetujui oleh: Pembimbing Utama, Pembimbing Pertama, Prof. Dr. H. Tadjuddin Naid, M.Sc., Apt. NIP dr. Fitriani Mangarengi, Sp.PK (K) NIP Pada tanggal, Desember 2012 iii

4 PENGESAHAN GAMBARAN URINALISA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI Oleh: NURSINA N Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Pada tanggal 27 November 2012 Panitia Penguji Skripsi: 1. Ketua : Dr. Mufidah, S.Si., M.Si.,Apt. : Sekretaris : Usmar, S.Si., M.Si., Apt. : Anggota (Ex.Officio) : Prof. Dr. H.Tadjuddin Naid, M.Sc., Apt : Anggota (Ex.Officio) : dr. Fitriani Mangarengi, Sp.PK (K) : Anggota : Subehan, S.Si.,M.Pharm.Sc., Ph.D.,Apt. :. Mengetahui : Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Prof.Dr. Elly Wahyudin, DEA.,Apt. NIP iv

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum. Makassar, Desember 2012 Penyusun, Nursina v

6 ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai gambaran urinalisa pasien hipertensi rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit Labuang Baji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran urinalisa pasien hipertensi. Penelitian ini menggunakan studi analitik deskriftif dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel yang diuji adalah 30 sampel. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi yang mengalami hipertensi tingkat I ditemukan 23 orang ( 76,7%) sedangkan 7 orang (23,3%) yang mengalami hipertensi tingkat II dengan gambaran sebagai berikut : kelompok umur yang paling banyak adalah tahun (50,0%), dimana perempuan (66,7%) lebih banyak dari laki-laki (33,3%). Terbanyak hipertensi tingkat I pada rawat jalan (84,2%), dari rawat inap (63,6%) dan terbanyak hipertensi tingkat II pada rawat inap (36,4%) dari rawat jalan (15,8%). Gambaran urinalisa antara hipertensi tingkat I dan tingkat II hampir sama dari hasil yang di dapatkan namun yang membedakan adalah pada hipertensi tingkat II parameter protein, glukosa, dan vitamin C meningkat dibandingkan hipertensi tingkat I. vi

7 ABSTRACT A research has been done about urinalysis profile on patient hypertension inpatient and outpatient at Labuang Baji Hospital was performed. The aim of this research was to determine urinalysis profile on hypertension patient. This research is an descriptive study with cross sectional method with total amount of sample was 30 samples. The research result showed that hypertension patient who have hypertension grade 1 found on 23 (76.7%) people and there were 7 (23.3%) people who have hypertension grade II with urinalysis profile as the following, the most numerous age groups were years old (50.0%), where females (66.7%) most numerous than males (33.3%) and the most numerous hypertension grade I found on inpatient (84.2%) than the outpatient (63.6%) and most numerous hypertension grade II found on inpatient (36.4%) than outpatient (15.8%). Urinalysis profile in hypertension grade I almost same with hypertension grade II but there was difference profile in hypertension grade II such as protein, glucose, ascorbid acid increase compared hypertension grade I. vii

8 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, puji yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-nya lah sehingga penulis dapat menyeleseikan Skripsi ini dengan judul Gambaran Urinalisa pasien Hipertensi rawat inap dan rawat jalan di Rumah sakit Labuang Baji. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini dan dengan kerendahan hati penulis ingin mengaturkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada Bapak Prof. Dr. H. Tadjuddin Naid. MSc, Apt., selaku pembimbing utama, dan Ibu dr. Fitriani Mangarengi, Sp.PK (K)., selaku pembimbing pertama yang telah bersedia membimbing, memberikan banyak pelajaran berharga, waktu, tenaga, dukungan dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Demikian pula penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., selaku Dekan Fakultas Farmasi, sekaligus pembimbing akademik Prof.Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt. selaku wakil dekan I Fakultas Farmasi,. Ibu Prof. Dr.rer-nat. Hj. Marianti A. Manggau, Apt., selaku wakil Dekan II Fakultas Farmasi, Bapak Drs.Abd. Muzakkir Rewa, M.Si., Apt, selaku wakil dekan III Fakultas Farmasi. Bapak Subehan, S.Si, M.Pharm. Sc, Ph.D, Apt., sebagai ketua Program Konsentrasi Teknologi Laboratorium Kesehatan Fakultas Farmasi, dosen- viii

9 dosen Fakultas Farmasi beserta seluruh staf atas segala fasilitas yang diberikan selama penulis menempuh studi hingga menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih pada Direktur RS.Labuang Baji Makassar dan Kepala Instalasi Laboratorium RS. Labuang Baji Makassar beserta seluruh staf dan analisnya, yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung, terkhusus Ibu Subaedah yang telah banyak memberikan pengetahuan dalam penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kanda Abd.Rahman yang selalu memberikan perhatian, motivasi dan dukungannya. Sahabatku dan teman seperjuangan Nurlaelah, Muldhaniah arsyad, Andi Marafia, Marina B.A, dan Yenti purnamasari Teman seangkatan Spoit 2007 terkhusus Musyarafah, kanda-kanda Virus 06 terkhusus Nur aqidah, Asbar tanjung, kepada keluarga kecilku di Teater Kampus Unhas (TKU), serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan motivasi dalam kelancaran penelitian. Penulis persembahkan karya tulis ini kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Muh. Natzir dan Ibunda Hj. Sariada Komba yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik serta menghantarkan saya hingga mengecap kehidupan yang indah ini. Terima kasih atas ketulusan doa yang tak henti-hentinya dikirimkan kepada penulis untuk memperoleh yang terbaik dalam hidup. Kakanda terkasih Hj. Nursida Natzir dan adikku ix

10 tersayang Nazaruddin serta kemanakan terkasih Muh Naufal Shabara hidayat yang dengan segenap hati memberikan perhatian dan dukungan moril kepada penulis. Semoga karya tulis ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan, Amin. Makassar, Desember 2012 Nursina x

11 DAFTAR TABEL Tabel halaman 1. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VIII 4 2. Data dasar penelitian pasien Hipertensi di RSUD labuang baji Makasaar Karakteristik penelitian Hipertensi di RSUD Labuang Baji Hasil Tes urinalisa pasien hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar 32 xiv

12 DAFTAR GAMBAR Gambar halaman 1. Pengukuran tekanan darah Kerusakan organ target yang disebabkan hipertensi Jumlah pasien hipertensi tingkat I dan II 31 xv

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran halaman 1. Skema kerja penelitian Hasil penelitian Dokumentasi penelitian Analisis data 44 xvi

14 DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN Lambang/singkatan BLD BIL URO KET PRO NIT GLU SG LEU VTC mmhg HDL RSUD Arti Blood Bilurubin Urobilinogen Keton Protein Nitrit Glukosa Specific Gravity Leukosit Vitamin C Milimeter Merkuri High Density Lipoprotein Rumah Sakit Umum Daerah xvii

15 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... HALAMAN PENUNJUK SKRIPSI... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi vii viii xi xiv xv xvi DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4 II.1 Hipertensi... 4 II.1.1 Definisi... 4 II.1.2 Etiologi... 5 II.1.3 Patofisiologi... 5 II.1.4 Tanda dan gejala hipertensi... 7 xi

16 II.1.5 Faktor risiko... 8 II.1.6 Diagnosis II Pengukuran Tekanan Darah II Pemeriksaan Laboratorium II.1.7 Komplikasi II.2 Pengaturan tekanan darah II.3 Urin II.3.1 Definisi II.3.2 Pembentukan urin II.4 Spesimen urin II.4.1 Jenis-jenis spesimen urin II.4.2 Penyimpanan Urin II Wadah urin II Suhu penyimpanan urin II.5 Urinalisis BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1 Desain Penelitian III.2 Tempat dan Waktu Penelitian III.2.1 Tempat penelitian III.2.2 Waktu Penelitian III.3 Populasi & perkiraan sampel Penelitian III.3.1 Populasi III.3.2 Sampel xii

17 III.4 Kriteria Sampel III.4.1 Kriteria Inklusi III.4.2 Kriteria Ekslusi III.5 Definisi Operasional III.6 Alat & bahan penelitian III.7 Prosedur Kerja.. 28 III.8.Pemeriksaan urin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Penelitian IV.2 Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan V.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dimana tekanan sistolik 140 mmhg dan tekanan diastolik 90 mmhg. Hipertensi sering kali disebut silent killer karena termasuk penyakit yang mematikan, sering tanpa gejala, kalaupun ada gejala tersebut seringkali di anggap sebagai gangguan biasa (1,2). Tahun 2000 pasien hipertensi di dunia mencapai jumlah juta orang. Tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 1,5 milyar orang atau 60 % dari populasi jumlah penduduk dewasa dunia, apabila usaha-usaha pencegahan terhadap hipertensi tidak dilakukan sedini mungkin (1). Hipertensi menjadi masalah kesehatan yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi, seperti stroke, penyakit jantung, gagal ginjal. Komplikasi tersebut sering dirujuk sebagai kerusakan akhir organ, untuk itu monitoring tekanan darah tinggi sangat penting dilakukan secara rutin dan berkelanjutan (2). Tekanan darah dipengaruhi oleh cardiac output (curah jantung) yaitu volume darah yang dipompakan oleh tiap-tiap ventrikel kiri menuju aorta per menit. Ketika seseorang mengalami 1

19 2 stres, cortex otak akan memerintahkan hypothalamus untuk mempengaruhi vasomotor pada medulla oblongata untuk mengatur diameter arteriol. Hal ini akan memicu sistem syaraf simpatis sehingga terjadi vasokontriksi dengan menaikkan curah jantung sehingga tekanan darah meningkat (1). Protein didalam urin (proteinuria) merefleksikan kerusakan ginjal. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik ( 3 ). Tes laboratorium bertujuan membantu menentukan penyakit atau diagnosis, membantu prognosis, memantau perjalanan penyakit atau memonitor pengobatan dengan cara pemeriksaan spesimen atau sampel dari pasien. Salah satu tes yang dilakukan adalah urinalisis atau analisa urin ( 4 ). Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes dan

20 3 tekanan darah tinggi (hipertensi) dan skrining terhadap status kesehatan umum. (4,5) Urin berasal dari darah atau plasma yang mengalami filtrasi oleh glomerulus kemudian disekresi, diabsorbsi dan dieksresi melalui saluran kemih. Berdasarkan latar belakang di atas maka akan dilakukan penelitian dengan rumusan masalah adalah bagaimanakah gambaran urin pasien hipertensi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran urin pada pasien hipertensi yang rawat inap dan rawat jalan. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah mengenai gambaran urin pada pasien hipertensi. Dapat membantu dalam memfollow up penyakit hipertensi.

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Hipertensi II.1.1 Definisi Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. peningkatan tekanan darah dimana tekanan darah sistolik 140 mmhg dan tekanan diastolik 90 mmhg. (1,8) Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VIII Kategori Tekanan darah Sistolik (mmhg) Tekanan darah diastolik (mmhg) Normal < 120 < 80 Pre Hipertensi Hipertensi Tingkat I Hipertensi Tingkat II Sumber : The seven Of the joint of national committee. Prevention, Decection, evaluation and treatmeant of high blood pressure, JNC 7 Express. Available from : pdf 4

22 5 II.1.2 Etiologi Hipertensi sering digolongkan sebagai ringan, sedang, dan berat berdasarkan tekanan diastolik. Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistolik tanpa disertai peningkatan tekanan diastolik lebih sering terjadi pada lansia, Berdasarkan penyebabnya hipertensi ada 2 macam, yaitu : a. Hipertensi esensial primer, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktoir keturunan atau genetik (90%) b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi yang terjadi akibat adanya penyakit lain.. penyebab spesifiknya sudah diketahui yaitu penyakit jantung, diabetes, ginjal dan penyakit pembuluh darah. (15,16) II.1.3 Patofisiologi Hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah manusia. Tekanan darah itu didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi di dalam pembuluh arteri manusia ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh.mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medula di otak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

23 6 dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (1,7 ) Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi ( 2, 8 ) Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi

24 7 dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer ( 6 ) II.1.4 Tanda dan Gejala Hipertensi Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan ( 9 ) Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :nyeri kepala, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah, Penglihatan kabur karena kerusakan retina akibat hipertensi,ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, Nokturia karena peningkatan

25 8 aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain ( 10 ) II.1.5 Faktor risiko Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi terbagi menjadi yang dapat dan tidak dapat dikontrol, antara lain : a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol : 1. Jenis kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita,. Namun wanita terlindung dari penyakit hipertensi sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon ekstrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL yang berperan sebagai faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Sedangkan pada pria hipertensi ditemukan terjadi setelah usia 31 tahun. (17) 2. Umur Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, sehingga orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar, karena

26 9 arteri kehilangan elastisitas atau kelenturannya. Usia rawan hipertensi biasanya berada pada kisaran 31 tahun 55 tahun. (1) 3. Genetik Dinyatakan bahwa pada % kasus hipertensi essensial, di dapatkan riwayat hipertensi didalam keluarga. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. ( 9 ) b. Faktor risiko yang dapat di kontrol : 1. Kelebihan berat badan atau obesitas merupakan fakto resiko dari beberapa penyakit degenerative dan metabolik termasuk hipertensi. Pada penderita obesitas banyak diketahui resistensi insulin. Akibat dari resistensi adalah diproduksinya insulin secara berlebihan oleh beta pankreas. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah dengan cara menahan pengeluaran natrium oleh ginjal dan meningkatkan kadar plasma norepineprin. Pada obesitas, akan mengalami hipertensi 2 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang bukan obesitas. (1,8 ) 2. Komsumsi garam Komsumsi natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Dengan meningkatkannya volume

27 10 cairan ekstraseluler menyebabkan meningkatkannya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (18) 3. Komsumsi rokok Merokok menjadi salah satu faktor risiko hipertensi. Rokok mengandung nikotin yang akan diserap pembuluh darah kecil ke dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, dan otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (adrenalin). Hormon ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.(10) 4. Stress Stress yang berkepanjangan dapat menimbulkan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan lebih cepat, kelenjar tiroid dan adrenalin akan bereaksi dengan meningkatkan pengeluaran hormon dan kenutuhan otak terhadap darah akan meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan kenaikan tekanan darah.(1,10) II.1.6 Diagnosis Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya saja dapat ditegakkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan

28 11 yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Evaluasi pasien hipertensi mempunyai dua tujuan. 1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi ; 2. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kronis sejak dini. (24 ) II Pengukuran Tekanan Darah Dalam perhitungan tekanan darah ini alat yang digunakan adalah sphygmomanometer (tensimeter) dan stethoscope. Adapun cara kerja dari penghitungan tekana darah tesusun sebagai berikut : 1. Orang yang akan dihitung tekanan darahnya harus duduk dengan tenang seraya meletakkan lengan kiri seolah-olah sejajar dengan organ jantung. 2. Membalut manset pada lengan kiri atas. Pembalutan manset dapat dilakukan baik pada lengan atas atau lengan kiri. Pada lengan ini biasanya terdapat arteri brachialis yang terletak sekitar 2.5 cm diatas dari siku. 3. Manset dipompa dengan menekan karet pemompa, pada kondisi ini akan terlihat manometer air raksa menunjukkan tekanan darah kurang lebih 200 mmhg. 4. Pada saat yang sama, stethoscoscope ditempelkan pada bagian atas arteri brachialis. Kemudian tekanan di dalam manset dikurangi sedikit- demi sedikit sampai terdengar suara timbul. Suara yang pertama kali timbul ini merupakan tekanan sistol, oleh karena itu

29 12 perlu diperhatikan skala pada manometer sampai didapatkan angka tekanan sistol. 5. Tekanan manset harus terus diturunkan sampai suara yang terdengar menghilang. Ketika suara tersebut hilang, harus diperhatikan skala pada manometer. Skala yang terbaca merupakan tekanan diastole. (1) Gambar 1 Pengukuran Tekanan Darah. (22) II Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium diperlukan pada evaluasi hipertensi. Pemeriksaan Lab yang dapat dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan ureum, kreatinin, kalium, urinalisis, asam urat, dan glukosa darah. Selain itu diperlukan juga pemeriksaan elektrokardiografi dan foto dada yang memberikan informasi apakah hipertensi itu telah berlangsung (23 )

30 13 II.1.7 Komplikasi a. Stroke Penderita stroke dapat juga disebabkan oleh tekanan darah tinggi (Hipertensi) yang sering mengakibatkan munculnya pendarah di otak yang disebabkan pecahnya pembuluh darah. Stroke dapat juga terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang membawa darah ke otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke otak jadi berkurang. Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit diogerakkan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku.tidak dapat berbicara secara jelas ) serta tidak sadarkan diri secara mendadak. (1,7) b. Penyakit Jantung Darah tinggi dapat menimbulkan penyakit jantung karena jantung harus memompa darah lebih kuat untuk mengatasi tekanan yang harus dihadapi pada pemompaan jantung. Penyakit jantung yang diakibatkan karena beban yang terlalu barat suatu waktu akan mengalami kepayahan sehingga darah harus dipompakan oleh jantung terkumpul di paru-paru dan menimbulkan sesak nafas yang hebat (8,9) c. Gagal Ginjal Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat dari tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan

31 14 rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.(9,21) Gambar 2. Kerusakan organ target yang disebabkan Hipertensi ( 22 ) II.2 Pengaturan tekanan darah Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara: Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit

32 15 daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. (8, 20) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.( 8 ) II.3 Urin II.3.1 Definisi Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. (14) Urin dibentuk oleh ginjal, ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan dua fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta mempertahankan hemoestatis cairan tubuh. (7,12)

33 16 Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk ml urine dalam satu hari, volume urin dapat bervariasi pembentukan urine di pengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Pada keadaan normal urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan bau khas dan juga dipengaruhi oleh jenis makanan. ( 5 ) Urin termasuk salah satu bahan tes dilaboratorium kesehatan. Tes urin dapat membantu dalam menetapkan diagnosa suatu penyakit dengan demikian lebih memudahkan menetapkan pengobatan yang tepat dapat digunakan untuk menanggulangi suatu penyakit tertentu. (24) II.3.2 Pembentukan Urin Proses pembentukan urin dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus yng merupakan struktur awal nefron tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah lewat vasa eferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa eferen. Tekanan darah menentukan beberapa tekanan dan kecepatan aliran darah melewati struktur ini filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang besar tetap bertahan dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus ke kapsu bowman dan memasuki tubulus proksimal, cairan ini dikenal sebagai filtrat. (12, 24) Dalam kondisi yang normal, kurang lebih 20% dari plasma yang melewati glomerulus akan disaring kedalam nefron dengan jumlah yang mencapai 180 liter filtrat per hari. Filtrat tersebut sangat serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar ( protein, sel darh merah, sel

34 17 darah puti, dan trombosit ) pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit dan molekul kecil lainnya (12,13,14 ) Dalam tubulus sebagian substansi ini secara selektif diabsorbsi ulang kedalam darah. Substansi lainnya disekresikan dari darah kedalam filtrat ketika filrat tersebut mengalir disepanjang tubulus. Filtrat akan dipekatkan dalam tubulus distal. Filtrat akan mengalir melalui ureter menuju duktus pengumpul. Duktus ini bisa mengembang dimana ukurannya secara bertahap membesar untuk menampung sejumlah urin yang semakin bertambah, jika duktus pengumpul telah penuh maka akan dikirim sonyal saraf ke otak yang menyampaikan pesan utuk berkemih, selama berkemih sfingter yang terletak diantar duktus pengumpul dan ureter akan membuka sehingga urin keluar melalui uretra ( 3 ) II.4 Spesimen Urin II.4.1 Jenis-jenis spesimen urin Adapun jenis-jenis spesimen urin yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium yaitu : (5,19) 1. Urin sewaktu, merupakan urin yang di gunakan pada satu yang tidak di tentukan secara khusus. Urin sewaktu ini biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus.

35 18 2. Urin pagi, merupakan urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis (bj), protein dan untuk tes kehamilan. 3. Urin postprandial, merupakan urin yang pertama kali dilepaskan 1 1 / 2 3 jam sehabis makan. Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria. 4. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas, jenis urin digunakan untuk pemeriksaan urologik, dan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang letaknya radang atau lesi lain yang mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urin seorang lelaki. 5. Timed spesimen atau sampel terjadwal. Apabila diperlukan penetapan kuantitatif suatu zat dalam urin maka urin sewaktu sama sekali tidak bermakna dalam menafsirkan proses metabolik dalam tubuh. Hanya jika urin itu di kumpulkan selama waktu yang diketahui, dapat di beri suatu kesimpulan. Pengumpulan jenis urin harus menggunakan bahan pengawet. Adapun jenis sampel ini terdiri atas : Urin 24 jam, contohnya; urin di keluarkan jam 7 pagi dibuang. Seluruh urin yang dikeluarkan kemudian termasuk urin jam 7 pagi esok harinya ditampung Urin siang 12 jam, contohnya; urin dikumpulkan dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam Urin malam 12 jam, contohnya; urin yang dikumpulkan dari jam 7 malam sampai jam 7 pagi esok harinya

36 19 II.4.2 Penyimpanan Urin II Wadah urin Wadah penampung urin ialah berupa gelas bermulut lebar yang dapat di sumbat rapat, sebaiknya wadah yang bervolume 300 ml mencukupi untuk urin sewaktu. Jika hendak melakukan pengumpulan urin 24 jam sebaiknya menggunakan wadah yang lebih besar. Wadah yang digunakan harus bersih dan kering. Adanya air dan kotoran dalam wadah berarti adanya kuman-kuman yang kelak berkembangbiak dalam urin dan mengubah susunannya (19). II Suhu penyimpanan urin Jika spesimen urin yang tidak disegera dilakukan pemeriksaan, maka spesimen dapat disimpan dalam lemari pendingin. Suhu penyimpanan bergantung dari lamanya spesimen disimpan (19). 2 hari 6 hari 6 bulan = suhu C = suhu C = suhu C II.5 Urinalisis Urinalisis merupakan tes laboratorium terhadap urin berupa pengamatan makroskopik,mikroskopik dan kimia urin. Tes urin menjadi lebih populer karena dapat membantu, menegakkan diagnosis,

37 20 mendapatkan informasi mengenai fungsi organ dan metabolisme tubuh. (5) Metode carik celup merupakan pilihan yang paling banyak digunakan pada urinalisis saat ini karena murah, mudah dilakukan, cepat, praktis, mempunyai spesifitas dan sensitifitas yang tinggi bila dibandingkan dengan metode pemeriksaan secara konvesional. Hasil pemeriksaan metode carik celup ada yang dinyatakan secara semikuantitatif dan dinyatakan secara kuantitatif. (5,12) Tes carik celup menggunakan reagen strip dimana reagen telah tersedia dalam bentuk kering, siap pakai, reagen relative stabil, murah, volume urin yang dibutuhkan sedikit, bersifat sipa pakai serta tidak memerlukan persiapan reagen. Paremeter dapat diketahui dengan memakai reagen strip yang dapat menentukan 11 parameter tes urin yaitu a. Glukosa Pemeriksaan glukosa dalam urin berdasarkan pada glukosa oksidase yang akan menguaraikan glikosa menjadi asam glukonat dan hydrogen peroksida; oleh pengaruh hydrogen peroksida mengalihkan oxygen kepada o-tolidine yang berubah warna menjadi biru. Kurang dari 0,1 % dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria atau kelebihan gula dalam urin terjadi karena nilai ambang ginjal terlamapaui atau daya reabsorbsi tubulus menurun. (5,19)

38 21 b. Bilirubin Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam kuat yang menimbulkan suatu kompleks yang berwarna coklat muda hingga merah coklat dalam waktu 60 detik. Bilirubin yang dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi ), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan dieksresikan ke dalam urin bila kadar dalam darah meningkat. ( 19 ) c. Urobilinogen Pemeriksaan urobilibogen dalam urin berdasarkan reaksi antara urobilinogen dengan reagen Ehrlich. Intensitas warna yang terjadi dari jingga sampai merah tua, dibaca dalam 60 detik warna yang timbul sesuai dengan peningkatan kadar urobilinogen dalam urin.peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebihi batas kemanpuan hepar untuk melakukan rekskresi. (5,25 ) d. Keton Pemeriksaan ini berdasarkan reaksi antara asam asetoasetat dengan senyawa nitroprusida. Warna yang dihasilkan adalah coklat muda bila tidak terjadi reaksi dan ungu untuk hasil yang positif. Apabila kemanpuan ginjal untuk mengekskresikan keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang

39 22 dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat. (5,25) e. Protein Carik celup yang dipakai untuk menemukan proteinuria berdasarkan fenomen kesalahan penetapan ph oleh adanya protein ;indicator tertentu memperlihatkan warna lain dalam cairan yang bebas protein dan cairan yang berisi protein pada ph tertentu. Derajat perubahan warna ditentukan oleh kadar protein dalam cairan, sehingga perubahan warna itu juga menjadi ukuran semikuantitatif pada proteinuria. Hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu specimen. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. (5,25) f. Nitrit Tes nitrit adalah tes yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya bakteriuri. Prinsip tes adalah nitrit yang terbentuk bereaksi dengan parsanilic acid menjadi senyawa diazonium yang akan berikatan dengan 1,2,3,4 tetrahydrobenzoquinolin -3-1 dalam suasana basa membentuk warna merah muda, negative bila tidak terdapat nitrit maka warna tidak berubah. (5)

40 23 g. Leukosit Pemeriksaan esterase lekosit didasarkan adanya reaksi esterase yang merupakan enzim pada granula azudofil. Esterase akan menghidroliis derivate ester naftil. Naftil yang dihasilkan bersama dengan garam diazonium akan menyebabkan perubahan warna dari coklat muda menjadi warna ungu. Leukosit dalam urin normal hanya berkisar 0,3/LPB. Peningkatan jumlah leukosit dalam urin (lekosituria ) dapat terjadi karena bakteuria ( 5,23) h. Derajat Keasaman ( ph) Pemeriksaan ph urin berdasarkan adanya indicator ganda ( methyl red dan bromthymol blue ), dimana akan terjadi perubahan warna sesuai Ph yang berkisar dari jingga hingga kuning kehijauan dan hijau kebiruan. Penetapan reaksi atau ph tidak banyak berarti dalam pemeriksaan penyaring. Akan tetapi pada gangguan keseimbangan asam-basa penetapan itu dapat memberi kesan tentang keadaan dalam tubuh, apalagi jika disertai penetapan jumlah asam yang diekskresikan dalam waktu tertentu, jumlah ion NH4, dan lain sebagainya. i. Eritrosit Urin yang normal tidak mengandung eritrosit. Eritrosit terdapat di dalam urin karena berasal dari kerusakan saluran kemih, terutama pada nefron misalnya karena kerusakan glomerulus atau tubulus eritrosit dari tempat tersebut dapat teroksidasi sebelum ditampung

41 24 dikandung kemih (19). Urin yang mengandung sel darah merah kelihatan berwarna kecoklat-coklatan dengan ciri khas merah. Hal ini diasosiasikan dengan adanya eritrosit. Urin yang berwarna coklat segar mengidentifikasikan adanya darah, hemoglobin atau mioglobin. Jumlah kandungan dari masing-masing tidak dapat ditentukan karena ketiganya positif dengan tes carik celup. Urin segar yang asam bila mengandung eritrosit akan berwarna ungu atau merah, variasi warna tergantung banyaknya eritrosit yang terkandung. (5) j. Berat jenis Berat jenis atau bobot jenis urin didefinisikan sebagai perbandingan bobot urin dengan bobot air suling (murni) pada volume dan suhu yang sama. Atau gambaran dari perbandingan antara densitas urin dengan densitas air murni yaitu tubuh manusia tidak mungkin menghasilkan urin dengan BJ di bawah konsentrasi ion dalam urin tergantung pada kemanpuan ginjal mereabsorbsi dan sekresi air. BJ urin maksimal adalah ini setara dengan kadar hiperosmotik medulla renal. ( 26 )

42 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik deskriftif dengan pendekatan croos sectional terhadap spesimen urin penderita hipertensi. III.2. Tempat dan Waktu Penelitian. III.2.1 Tempat Penelitian : Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar III.2.2 Waktu Penelitian : Mulai 12 Maret sampai dengan 9 April III.3 Populasi dan Perkiraan Besar Sampel III.3.1 Populasi Populasi sampel adalah penderita penyakit hipertensi yang rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. III.3.2. Sampel Sampel adalah semua populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian di Rumah Sakit Labuang Baji Makssar. Besar sampel diperkirakan dengan Rumus (11): 25

43 26 n = Za2 PQ d 2 Keterangan : n = Besar sampel z α = Deviat baku normal untuk tingkat kemaknaan, α (ditetapkan). Nilai α ini dipilih sesuai dengan IK yang diinginkan, bila IK 95% berarti α= 0,05, sehingga z α = 1,96. P = Proporsi atau keadaan yang akan dicari (dari pustaka) atau perkiraan proporsi penyakit/efek pada populasi dari peneliti sebelumnya. P : 0,09 Q = 1 - P ( 0,91 ) d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki = 0,1 Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini: n = Za2 PQ d 2 n= (1,96)2. 0,09.(0,91) (0,1) 2 n=31,4 ; dibulatkan menjadi 30 sampel III.4. Kriteria Sampel III.4.1. Kriteria Inklusi 1. Subjek penelitian ini adalah pasien yang memeriksakan urinnya di Laboratorium RSU Labuang Baji Makassar dan didiagnosa oleh dokter sebagai penderita Hipertensi

44 27 2. Mengajukan permintaan tes urin. 3. Penderita hipertensi Usia dewasa baik laki-laki maupun wanita. III.4.2 Kriteria Eksklusi 1. Penderita wanita yang sedang mengalami menstruasi. 2. Penderita wanita yang sedang hamil. III.5 Definisi Operasional 1. Urin adalah suatu larutan kompleks yang mengandung bahan organik dan anorganik yang dikeluarkan dari tubuh melalui saluran kemih sebagai hasil glomerulus ginjal.(12) 2. Urinalisis merupakan tes Laboratorium terhadap urin berupa pengamatan makroskopik, pemeriksaan kimia dan pemeriksaan mikroskopik. 3. Tes carik celup adalah tes yang menggunakan reagen strip dimana reagen telah tersedia dalam bentuk kering, siap pakai, reagen relatif stabil, murah, serta tidak memerlukan persiapan reagen. 4. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. dan telah di diagnose oleh dokter. Klasifikasi hipertensi yaitu hipertensi tingkat I apabila tekanan darah sistolik dan diastolik Hipertensi tingkat II apabila tekana darah sistolik 160 dan diastolik 100.

45 28 5. Rawat inap adalah pelayanan pengobatan kepada penderita di suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap di fasilitas kesehatan tersebut. 6. Rawat jalan adalah pelayanan pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan tidak harus menginap di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut baik didalam gedung dan diluar gedung III.6 Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat yag digunakan dalam penelitian ini adalah Urine analizer :, Tabung reaksi, Kertas tissue, Rak tabung, pipet tetes, lampu spiritus. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah reagen strip test : Uriscan strip reagen, dan sampel yang digunakan : urin sewaktu. III.7 Prosedur kerja 1. Alokasi subjek : penelitian dilakukan pada semua sampel yang telah didiagnosis memiliki tekanan darah di atas nilai normal ( >140/90 mmhg ) yang memiliki criteria sampel yang melakukan pemeriksaan dirumah sakit Labuang Baji. 2. Cara penelitian a. Melakukan pencatatan identitas pasien yang memenuhi criteria sampel dan memberikan penjelasan lengkap mengenai hal apa saja yang akan dilakukan terhadap mereka. b. Pasien menjalani pemeriksaan tekanan darah dengan spgymomanometer. c. Pasien menjalani pemeriksaan laboratorium dengan sampel urin

46 29 d. Pengumpulan spesimen urin - Tangan di cuci menggunakan sabun kemudian dikeringkan dengan handuk atau tissu - Urin dikeluarkan, aliran yang pertama dibuang, aliran selanjutnya ditampung dalam wadah yang sudah disiapkankan - Urin selesai ditampung sebelum aliran urin habis. III.8 Pemeriksaan Urin Metode carik celup a. Prinsip : Sampel di dalam tabung akan bereaksi, setelah pada permukaan strip urine yang telah dilapisi kertas sellusosa berupa adanya perubahan warna pada masing-masing parameter, selanjutnya akan dianalisa pada alat Uriscan Pro S-300 b. Cara kerja : Tes dilakukan dengan alat automatik Uriscan Pro S-300. Data pasien berupa nama dan no pemeriksaan dituliskan di wadah yang telah disiapkan. Kemudian On-kan alat urin analyzer. Selanjutnya Uriscan strip reagen dicelupkan ke dalam urin selama ± 1 menit, Rembesan urin dibersihkan dengan kertas tissu. Strip diletakkan pada chamber alat urin analyzer. Proses identifikasi berlangsung dan hasil akan keluar melalui print out.

47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN IV.1 Hasil Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium RSUD Labuang Baji Makassar pada tanggal 12 Maret sampai dengan tanggal 9 April Subjek penelitian yaitu adalah pasien Hipertensi rawat inap dan rawat jalan di RSUD Labuang Baji Makassar dengan permintaan tes urin dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang dengan rentang usia pasien tahun. Terdapat jumlah pasien rawat inap 11 orang dan pasien rawat jalan 19 orang. Tabel 2. Data dasar penelitian pasien Hipertensi di RSUD labuang baji Makasaar Jenis Kelamin Umur Parameter Frekuensi % Laki-laki 10 33,3 Perempuan 20 66, tahun 15 50, tahun 8 26, tahun 5 16,7 Tekanan Darah >60 tahun 2 6,7 Hipertensi tingkat I 23 76,7 ( /90-99) Hipertensi tingkat II 7 23,3 ( 160 / 100 ) Perawatan Rawat Inap 11 36,7 Rawat Jalan 19 63,3 Sumber : Data Primer, 30

48 31 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 30 sampel penelitian didapatkan jumlah laki-laki sebanyak 10 orang (33,3 %) dan perempuan 20 orang (66,7 %). Untuk umur terbanyak ditemukan pada umur tahun yaitu 15 orang (50,0 %), kemudian umur tahun sebanyak 8 orang (26,7 %), untuk umur antara tahun sebanyak 5 orang (16,7 %) dan untuk umur >60 tahun sebanyak 2 orang (6,7 %). Untuk pemeriksaan tekanan darah di dapatkan yang mengalami hipertensi tingkat I sebanyak 23 orang (76,7%) dan hipertensi tingkat II 7 orang ( 23,3%). Untuk sampel rawat inap sebanyak 11 orang (36,7%) dan rawat jalan 19 orang (63,3%). 23,3% 76,7% Hipertensi Tingkat I Hipertensi Tingkat II Gambar 3. Jumlah pasien Hipertensi tingkat I dan II

49 32 Tabel 3. Karakteristik penelitian Hipertensi di RSUD Labuang Baji Hipertensi tingkat I N ( % ) Hipertensi Hipertensi tingkat II N ( % ) Perawatan Rawat Inap 7 ( 63,6 ) 4 ( 36, 4) Rawat jalan 16 ( 84,2 ) 3 ( 15,8) Umur tahun 13 ( 86,7) 2 ( 13,3 ) tahun 7 ( 87,5 ) 1 ( 12,5) tahun 2 ( 40,0) 3 ( 60,0) > 60 tahun 1 ( 50,0) 1 ( 50,0 ) Jenis Kelamin Laki-laki 8 (34,8%) 2 ( 28,6%) Perempuan 15 (65,2%) 5 (71,4%) Tabel 4. Hasil Tes urinalisa pasien hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar. Parameter Hipertensi tingkat I Nilai Hipertensi tingkat II eritrosit Negative Negatif bilirubin Negatif Negative urobilinogen Normal Normal keton Negative Negative protein ± mg/dl +2 ( 100 mg/dl) nitrit Negative Negative glukosa Negative +2 (100mg/dl ) +4 (2000 mg/dl) ph 5,5-6,5 6,5 7,5 berat jenis 1,010-1,025 1,010-1,025 leukosit Negative Positif + 10 wbc/ul vitamin c +10 mg/dl Negative IV.2 Pembahasan Tes urinalisa pada pasien hipertensi di RSUD labuang Baji Makassar pada tanggal 12 Maret sampai dengan tanggal 9 April 2012 telah dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 30 sampel. Hipertensi erat kaitannya dengan ginjal dimana ketika seseorang menderita hipertensi maka kemungkinan besar akan

50 33 mengalami kerusakan ginjal. Karena filter dari ginjal atau glomerulus mendapatkan tekanan darah yang sangat tinggi, jika terjadi secara terusmenerus maka akan terjadi kebocoran pada ginjal. Berdasarkan data hasil penelitian 30 sampel pasien di RSUD Labuang Baji Makassar, 10 orang laki-laki (33,3%) dan 20 orang perempuan (66,7%). Terdapat jumlah pasien perempuan yang lebih banyak dalam penelitian ini, karena distribusi sampel penelitian di dapatkan pasien yang menderita hipertensi di RSUD Labuang Baji adalah perempuan. Dari data the Joint National Comitte (JNC), ditemukan prevalensi hipertensi pada laki-laki 59,1 % dan perempuan 61,0%. Sugiri dijawa tengah mendapatkan angka prevalansi 6,0 % untuk pria dan 11,6% untuk perempuan. Prevalensi di Sumatra barat dimana pria 18,6% dan perempuan 17,4%, sedangkan daerah perkotaan dijakarta (pertukangan) didapatkan 14,6 % pria dan 13,7 % perempuan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ade Dian Anggraini jumlah penderita hipertensi yang berjenis kelamin laki-laki (45,7%) dan wanita (54,3%). Namun berdasarkan laporan dari national health and nutrition Examination survery (NHNES), prevalensi hipertensi antara penderita dengan jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan masih menjadi kontroversi. (27,28) Dari tabel 1 menunjukkan lebih banyak pada kelompok umur tahun. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan ateriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan bertambahnya umur, risiko

51 34 terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun. Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 50 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon ekstrogen setelah menopause. Pada gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah populasi sampel lebih banyak hipertensi tingkat I pada pasien rawat jalan daripada hipertensi tingkat II. Sementara untuk populasi hipertensi tingkat II lebih banyak pada rawat inap dari rawat jalan. Pasien hipertensi tingkat I rutin melakukan rawat jalan dan checkup laboratorium untuk pengendalian hipertensi. Sementara hipertensi tingkat II sudah mengalami komplikasi sehingga perlu penanganan khusus. Dari tabel 4 menunjukkan bahwa dari hasil pemeriksaan hasil untuk hipertensi tingkat I dan tingkat II di dapatkan hasil yang hampir sama. Tetapi yang membedakan pada parameter protein, glukosa dan vitamin C. dimana ketiga parameter tersebut meningkat pada hipertensi tingkat II. Tekanan darah yang tinggi dan tidak terkontrol pada penderita hipertensi dapat merusak jaringan pembuluh darah ginjal sehingga terjadi peradangan pada glomerulus yang bertugas untuk menyaring darah sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya akibat adanya kerusakan pada ginjal, darah yang diterima unit penyaring menjadi lebih sedikit dan tekana darah di dalam ginjal tidak bisa dikendalikan

52 35 sehingga zat buangan bisa masuk kembali ke dalam darah dan zat kimia yang dibutuhkan tubuh dan protein akan keluar ikut bersama urin. Nilai glukosa yang meningkat pada pasien hipertensi tingkat II merupakan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain misalnya diabetes mellitus bukan hipertensi primer (esensial) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosaria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas maksimun tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus.

53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUD Labuang Baji Makassar, dapat disimpulkan bahwa penderita hipertensi rawat inap dan rawat jalan terbanyak mengalami hipertensi tingkat I dengan gambaran urinalisa sebagai berikut : Gambaran urinalisa antara hipertensi tingkat I dan tingkat II hampir sama hasil yang di dapatkan tapi yang membedakan adalah pada hipertensi tingkat II parameter protein, glukosa dan vitamin C meningkat dibandingkan hipertensi tingkat II. V.2 Saran Disarankan penderita hipertensi melakukan tes urin (urinalisis) secara berkala. 36

54 DAFTAR PUSTAKA 1. Ridwan, Muhammad. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi. Pustaka Widyamara. Semarang [ diakses tanggal 10 maret 2010 ] 3. Brunner & Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medical-bedah. Edisi 8 Volume II. Terjemahan EGC. Jakarta Soewoto Hafiz, H. Biokimia eksperimen laboratorium. Universitas Indonesia Fak.Kedokteran Bag.Biokimia. Jakarta Hardjoeno & Fitriani. Substansi dan cairan tubuh, penerbit LEPHAS, Makasaar Irianto, K. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. CV.YRAMA WIDYA. Bandung 7. Corwin, E.J. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Sustrani, L, dkk., Hipertensi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Palmer, A., Tekanan Darah Tinggi, Erlangga, Jakarta Pusat Kholish Nur. Bebas Hipertensi Seumur Hidup Dengan Terapi Herbal. Penerbit Real Books. Yogyakarta Dahlan, S.M. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Salemba Medika. Jakarta Direktorat Jendral pelayanan medik. Pedoman Pemeriksaan Kimia Urin Metode Carik Celup. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Kaplan LA, Pesce AJ, Kazmiesczak Sc. Clinical Chemistry Theory, Analysis, Correlation. 4th Ed.Mosby An Affiliate of Elseuier St louis, Missouri

55 Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi, Ed 2. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang AS, Muhammadan. Hidup Bersama Hipertensi. Penerbit In book. Jogyakarta Tambayong, Jan. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Buku kedokteran ECG. Jakarta Gunawan, Lanny. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Kanisius, Yogyakarta Wolff, Hanns Peter. Hipertensi. Pt Bhuana ilmu popular, Jakarta Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta; Beevers D.G. Tekanan darah. Simbolon OH. Dian Rakyat. Jakarta Harrison. Prinsip-prinsip Ilmu penyakit dalam. Ed. 13. EGC. Jakarta Ayu, Ega S. Hipertensi. Universitas Esa Ubggul /PAPER. Hipertensi. [ diakses pada tanggal 30 juli 2010] 23. Sudiono H, Iskardar I, Halim SL, Santoso R, sinsanta. Urinalisis. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA). Jakarta Mahdiana, Ratna. Mencegah Penyakit Kronis Sejak Dini. Tora Bokk. Yogyakarta Jayak. Pemeriksaan urin lengkap [diakses pada tanggal 29 Maret 2012]

56 A. Nany, Bunzel, Fundamental of urine & body fluid analysis. Ed Philadelpia. Pennsylvania. 27. Dian Ade Anggraini Faktor-faktor yang behubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat dipoliklinik dewasa puskesmas Bangkunan [serial on the internet]. 26 juni Available from Yundini.2006.Factor resiko terjadinya hipertensi [serial on the internet] 29 agustus Available from

57 LAMPIRAN I Skema Pelaksanaan Penelitian PASIEN HIPERTENSI SAMPEL URIN Pengukuran tekanan darah (140/90 mmhg) dan di diagnosa oleh dokter Diambil sampel urin porsi tengah dengan wadah yang bersih dan kering URINALISA Tes Urin dengan alat automatik BLD BIL URO KET PRO NIT GLU ph SG LEU VTC ANALISIS DATA Pembahasan KESIMPULAN 40

58 LAMPIRAN II N O Kode Sampel JK Umu r / Thn Tekanan Darah / mmhg Data Hasil Penelitian di Laboratorium RSUD labuang Baji Makassar RI RJ URINALISA BLD rbc/ul BIL mg/dl URO KET mg/dl PRO mg/dl NIT GLU mg/dl PH SG LEU wbc/ul 1 DGKB P / ± Norm +1(10) +2(100) ,020 +1(25) - 2 ARMT P / (0.5) ± Norm - ±( 10) ,020 +3(500) +1(10) 3 ABRJ L / ± Norm ( 2000) 5.5 > (10) 4 DRJR L / ± Norm (10) 5 STNB P /100 +1(10) - ± Norm - +2( 100) - - 6, (500) +3(50) 6 LAMP L / ± Norm ,0 1, (10) 7 RSLT P / ± Norm (10) 8 SYDB P / ± Norm ,0 1, HNYB L / ± Norm (250) 5,0 1, (10) <= HJDB P / ± Norm FMWT P / ± Norm , (50) 12 RMSI L / ± Norm ,0 1,025 ±10 +1(10) 13 AMRH L / ± Norm - +1(30) - - 5,5 1, ELSU P / ± Norm ,0 1, SRNI P / ± Norm (10) 16 AMRL P / ± Norm (10) 17 MJRA P / ± Norm - +1(30) - - 6,0 1, SMSL L / ± Norm - +1(30) - - 5,5 1, NYIR P / ± Norm - ±(10) - - 5,5 1, HSMT P /90 +1(10) - ± Norm +1(10) ,0 1, WT P / ± Norm ,5 1, (10) 22 SYSN L / ± Norm ,5 1, VTC mg/dl 41

59 42 23 HJIH p / ± Norm +1(10) ,5 1,010 ±10-24 MHNG L / ± Norm (2000) 6,0 1, SDMN L / (1.0) - +1(30) - +2(100) 7,0 1,015 ±10-26 SMSH p / ± Norm - +1(30) - - 6,0 1,015 ±10-27 ERMT P / ± Norm ± (5) +1(30) - - 6,0 1, RMST P /90 +1(10) - ± Norm +1(10) ,0 1, SGSM P / ± Norm - ±(10) - +4(2000) 6,5 1, MMNA P / ± Norm - +2(100) - +2(100) 6,5 1,

60 LAMPIRAN III Dokumentasi Penelitian Gambar. Alat uriscan pro S

GAMBARAN URINALISA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI. Tadjuddin Naid, Fitriani Mangarengi, Nursina

GAMBARAN URINALISA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI. Tadjuddin Naid, Fitriani Mangarengi, Nursina As-Syifaa Vol 05 (01) : Hal. 103-111, Juli 2013 ISSN : 2085-4714 GAMBARAN URINALISA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI Tadjuddin Naid, Fitriani Mangarengi, Nursina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan diastolik dan sistolik yang melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat sangat sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, banyak stresor dan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan Darah Menurut Guyton, tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik

Lebih terperinci

MAKALAH FARMAKAKOLOGI

MAKALAH FARMAKAKOLOGI MAKALAH FARMAKAKOLOGI TENTANG HIPERTENSI DISUSUN OLEH ISMARDANI SAFITRI DI BIMBING OLEH SUMARYATI, S.Farm AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA PEKANBARU T.A 2013 i Kata Pengantar Puji dan Syukur Penulis Panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi menurut kriteria JNC VII (The Seventh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure), 2003, didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisa Urinalisa adalah suatu metoda analisa untuk mendapatkan bahan-bahan atau zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat adanya kelainan

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisis Urinalisis merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. Urinalisis berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Hipertensi Tekanan darah (Blood Pressure = BP) adalah perkalian antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler perifer (Pheripheral Vascular Resistance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan sangat serius saat ini. Hipertensi disebut juga sebagai the silent killer. Hipertensi

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1 . Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal. Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... Berdasarkan pada gambar di atas yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang

Lebih terperinci

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg dr. Annisa Fitria Hipertensi 140 mmhg / 90 mmhg 1 Hipertensi Primer sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan manusia di seluruh dunia saat ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain, demografi penuaan, urbanisasi yang cepat, dan gaya hidup tidak sehat. Salah

Lebih terperinci

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolitik yang disebabkan oleh defisiensi insulin yang dapat bersifat relatif absolut. Insulin adalah hormon yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi 2.1.1 Tekanan Darah Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Gaya yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronik. Joint National Committee VII (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. Tempat penelitian

Lebih terperinci

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori : Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin Dasar teori : Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Ekskresi Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Pengertian & Fungsi Proses Ekskresi Penegrtian : Proses pengeluaran zat-zat sisa hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi beragam diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini berkaitan dengan pola makan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ginjal sering disebut buah pinggang. Bentuknya seperti kacang dan letaknya disebelah belakang rongga perut, kanan dan kiri dari tulang punggung. Ginjal kiri letaknya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Kelompok usia yang mengalami penyakit degeneratif juga mengalami pergeseran

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru

Lebih terperinci

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi Bab 1: Mengenal Hipertensi Daftar Isi Pengantar... vii Bab 1. Mengenal Hipertensi... 1 Bab 2. Faktor Risiko... 11 Bab 3. Diagnosis... 17 Bab 4. Komplikasi Hipertensi... 27 Kiat Menghindari Stroke... 33

Lebih terperinci

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 1 Arbi Rahmatullah, 2 Ieva B. Akbar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah kepada dinding pembuluh darah yang dipengaruhi oleh volume darah, kelenturan dinding, dan diameter pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Darah Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan karakteristik hiperglikemia yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit Sindrom Metabolik Upaya pemeliharaan kesehatan meliputi aspekaspek promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif secara tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau

Lebih terperinci

PENGARUH STRES TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MATUR, KABUPATEN AGAM

PENGARUH STRES TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MATUR, KABUPATEN AGAM PENGARUH STRES TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MATUR, KABUPATEN AGAM Yimmi Syavardie Dosen Tetap STIE H.Agus Salim, Bukittinggi Abstrak Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang paling sering terjadi baik pada negara maju maupun negara berkembang. Menurut klasifikasi JNC VII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urin yang disebut juga kemih atau air kencing, adalah cairan yang diekskresi oleh ginjal, disimpan dalam kandung kemih, dan dikeluarkan melalui uretra. Volume urin sekitar

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH SEDUHAN DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA

ABSTRAK PENGARUH SEDUHAN DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA ABSTRAK PENGARUH SEDUHAN DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA Renata Timoty Pasaribu, 2015 Pembimbing I : Winsa Husin, dr., MSc. MKes, PA(K) Pembimbing II :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah kondisi tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah

Lebih terperinci

Struktur bagian dalam ginjal

Struktur bagian dalam ginjal Sitem perkemihan Sistem perkemihan Terdiri atas: dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria dan uretra Fungsi ginjal pembentukan urine Yang lain berfungsi sebagai pembuangan urine Fungsi lain ginjal: Pengaturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Hipertensi 1.1 Pengertian Hipertensi Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasnya, air bersih adalah air

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Renny Anggraeni, 2011 Pembimbing I : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto,dr.,M.H. Asam urat telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk asalnya atau dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi. Ekskresi di sini merupakan hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal 1. Mekanisme Filtrasi Ginjal Glomerulus adalah bagian kecil dari ginjal yang mempunyai fungsi sebagai saringan yang setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode analitik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode analitik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode analitik. B. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel yang digunakan / diperiksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik merupakan perkembangan dari gagal ginjal akut yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun. Gagal Ginjal Kronik menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer, karena termasuk penyakit yang mematikan tersering tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci